ANALISIS KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP NEGERI SE-KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ANALISIS KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG

BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP NEGERI SE-KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skipsi)

Oleh

ANDREAS SETIAWAN NPM 0913052013

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ANALISIS KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG

BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP NEGERI SE-KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

ANDREAS SETIAWAN

Masalah dalam penelitian ini adalah kinerja guru bimbingan dan konseling. Adapun permasalahan penelitian ini adalah bagaimana kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada 11 guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah tahun pelajaran 2012/2013 yang sekaligus menjadi populasi dan sampel penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan koseling dikategorikan kurang baik. Terdapat beberapa aspek dari layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling menunjukan hasil yang kurang baik. Terdapat perbedaan kinerja antara guru bimbingan konseling dan non bimbingan konseling. Empat guru bimbingan konseling memperoleh kategori sangat baik, enam guru non bimbingan konseling memperoleh kategori kurang baik dan satu guru non bimbingan konseling memperoleh kategori cukup baik.

Saran dalam penelitian ini ditujukan ; (1) kepada guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. (2) kepada pihak sekolah diharapkan lebih mendukung guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan setiap kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. (3) kepada Dinas Pendidikan setempat diharapkan untuk dapat memberikan perhatian terhadap rasio jumlah guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah.

Kata Kunci : Analisis Kinerja, Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling


(3)

ANALISIS KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG

BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP NEGERI SE-KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Andreas Setiawan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

PELAKSANAAN LAYANAN DAN

KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP NEGERI SE-KECAMATAN TULANG BAWANG

TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

Nama Mahasiswa : Andreas Setiawan Nomor Pokok Mahasiswa : 0913052013

Program Studi : Bimbingan dan Konseling

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Drs. Giyono, M.Pd. Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd., M.A. NIP 19511115 198303 1 002 NIP 19861102 200812 2 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002


(5)

MENGESAHKAN

1. Komisi Penguji

1.1Ketua Komisi Penguji

(Pembimbing I) : Drs. Giyono, M.Pd. ……….

1.2Anggota Komisi Penguji

(Penguji Utama) : Drs. Yusmansyah, M.Si. ……….

1.3Pembimbing II : Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd., M.A. ……….

2. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Dekan,

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Andreas Setiawan

NPM : 0913052013

Tempat, tanggal lahir : Candra Kencana, 18 Agustus 1991

Alamat : Candra Kencana, RW 06, RT 05, Kec. Tulang Bawang Tengah, Kab. Tulang Bawang Barat.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ ANALISIS KINERJA

GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN

LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN

KONSELING PADA SMP NEGERI se- KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013” adalah benar hasil karya penulis berdasarka penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari 2013. Skripsi ini bukan hasil menjiplak atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Mei 2013

Andreas Setiawan NPM 0913052013


(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 18 Agustus 1991 di Candra Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, anak pertama dari tiga bersaudara, buah kasih dari pasangan Bapak Yakobus Paidin dan Alm. Ibu Sri Daryani.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Anggrek Mulya Asri, diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Candra Kencana, diselesaikan tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tulang Bawang Tengah, diselesaikan tahun 2006, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tumijajar, diselesaikan tahun 2009.

Tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada bulan Juli - September 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SD N 1 Tanjung Kesuma, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Tanjung Kesuma, Purbolinggo, Lampung Timur.


(9)

dan Konseling Unila ( Formabika) tahun 2011/2012 dan tim tes psikologi program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung.


(10)

MOTTO

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di

depan orang, supaya mereka melihat perbuatan mu

yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

( Matius 5:16 )

Tiada kata susah untuk mencapai sesuatu yang kita

inginkan, namun perjuangan lebih keras yang


(11)

(12)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Ayahanda Yakobus Paidin dan Ibunda Sri Daryani

tercinta, tak lebih, hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa

kupersembahkan. Khusus bagi Ibundaku, dari surga sana aku ingin

engkau merasa bangga telah melahirkanku kedunia ini.

Adik-adiku yang kusayang: Bowo dan Anton

Sahabat-sahabat serta almamater tercinta.


(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas rahmat Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pelaksanaan Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling Pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung dan sekaligus pembahas pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, kritikan yang membangun dan saran-saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;


(14)

selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

6. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mencurahkan segala ilmunya.

7. Bapak/Ibu Kepala SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian;

8. Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dan sangat mendukung penulis dalam melakukan penelitian;

9. Sahabat kampusku : Ijunk, Adit, Ikhwan, Heri STW, Yuda, Awan, Nanda, Erwin, Engguh, Karnain, Berlina, Shella, Umi, Archy, Octa, Nelli H, Yulia, Dian, Mba Nur, Fitri, Christin, Defi, Esti, Srikandi, Nikke, Ita, R.A Syifa, Sifha NI, Teh Yuni, Teteh, Nely Nellong, Asti, Rista, Putri, Ayu, Halen, Hany, Tika, Irma, Indri, Hesti, Asri, Fitri, Suci, Dwi. Kalian motivatorku untuk menjadi seorang yang lebih baik. Terimakasih untuk semuanya, dan secara khusus bagi kedua teman yang telah mendahului kami, Alm.Dewi dan Alm.Ulfi, semoga kebahagian ku disini dapat kalian rasakan juga di surga sana.

10. Kakak tingkat di Program Studi Bimbingan dan Konseling, Kak Riki, Mba Eka, Mba Diah, Mba Alfi, Mas Bowo, Kak Tubagus, Mas Ari, Bang Tio, Mba Mersi Sitohang, Mas Dwi, Mas Roni terima kasih atas segala bantuan serta bimbingan baik selama kuliah dan penyusunan skripsi ini.


(15)

tidak terlupakan bersama kalian selama tiga bulan.

12. Sahabat-sahabatku diluar sana : Agus, Yesi, Iman (memble tapi kece), Toriq, Mas Adi, Mas Anjar And Then, Thohir, Thofa. Terima kasih atas canda tawa yang terkadang menghilangkan kejenuhan ku.

13. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,


(16)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 6

3. Pembatasan Masalah ... 7

4. Rumusan Masalah ... 8

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

C. Ruang Lingkup penelitian ... 9

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 9

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian... 9

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

D. Kerangka Pikir ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling ... 14

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 14

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 16

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 16

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling ... 20

5. Layanan Bimbingan dan Konseling ... 23

6. Sasaran Layanan Bimbingan dan Konseling ... 25

7. Guru Bimbingan dan Konseling ... 28

8. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling ... 29

9. Kedudukan Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 31

B. Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling ... 32

1. Pengertian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling ... 32

2. Bentuk-Bentuk Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling ... 33

C. Program Bimbingan dan Konseling ... 35


(17)

D. Kinerja Guru Bimbingan Konseling Dalam Pelaksanaan

Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling ... 42

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 54

B. Metode penelitian ... 54

C. Subjek Penelitian ... 55

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 56

1. Variabel Penelitian ... 56

2. Definisi Operasional ... 56

E. Teknik Pengumpulan Data ... 57

1. Angket (Check List) ... 58

2. Dokumentasi ... 60

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 61

1. Uji Validitas ... 61

2. Analisis Item ... 63

3. Uji Reliabilitas ... 64

G. Teknik Analisis Data ... 64

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 66

1. Persiapan Penelitian ... 67

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

C. Pembahasan ... 82

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Subjek Penelitian ... 56 4.1 Gambaran Analisis Kinerja Guru Bimbingan Dan Konseling

Pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling ... 31

4.1 Gambar Grafik Layanan Orientasi ... 70

4.2 Gambar Grafik Layanan Informasi ... 71

4.3 Gambar Grafik Layanan Penempatan dan Penyaluran ... 72

4.4 Gambar Grafik Layanan Pembelajaran ... 73

4.5 Gambar Grafik Layanan Konseling Individu ... 74

4.6 Gambar Grafik Layanan Bimbingan Kelompok ... 75

4.7 Gambar Grafik Layanan Konseling Kelompok ... 76

4.8 Gambar Grafik Kegiatan Aplikasi Instrumentasi ... 77

4.9 Gambar Grafik Kegiatan Himpunan Data... 78

4.10 Gambar Grafik Kegiatan Konfrensi Kasus ... 79

4.11 Gambar Grafik Kegiatan Kunjungan Rumah ... 80


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan manusia. Pada akhir-akhir ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut manusia untuk memiliki kompetensi yang sesuai dengan kemajuan tersebut. Melalui pendidikan, kompetensi-kompetensi yang diharapkan tersebut dapat diraih. Maka tidak dapat dipungkiri pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan pembelajaran itu merupakan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang menentukan suatu bangsa itu dapat maju dan berkembang. Karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sejauh apa pendidikan yang didapatkan oleh masyarakatnya.


(21)

Pendidikan yang diterapkan di Indonesia dibagi menjadi tiga yakni pendidikan formal, informal, dan nonformal. Salah satu jenis pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah-sekolah resmi. Dalam melaksanakan pendidikan di sekolah tidak akan terlepas dari kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 062 Tahun 1989 menyebutkan secara eksplisit pekerjaan bimbingan dan konseling dan pekerjaan yang satu sama lain berkedudukan seimbang dan sejajar. Keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dipertegas oleh Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 (tentang Pendidikan Dasar) dan No. 29 Tahun 1990 (tentang Pendidikan Menengah). Dalam kedua peraturan pemerintah itu disebutkan dalam Bab X, bahwa (1) bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan; (2) bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 menyebutkan bahwa, (1) bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya; (2) bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya serta alam yang ada; (3) bimbingan dalam rangka


(22)

merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta kariernya dimasa depan.

Dari penjelasan kedua peraturan perundangan tersebut di atas telah memberikan suatu penegasan yang pasti terhadap keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam peraturan perundangan tersebut juga tercantum tujuan dari keberadaan bimbingan konseling di sekolah sehingga merupakan suatu kewajiban bagi setiap sekolah untuk melaksanakan kegiatan pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Meskipun secara yuridis keberadaan bimbingan konseling disekolah telah tercantum secara jelas, namun masih banyak sekolah-sekolah yang meremehkan keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah. Anggapan semacam ini masih banyak muncul di dunia pendidikan saat ini.

Dalam melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling tentunya dibutuhkan seorang yang professional dalam bidang bimbingan konseling. Profesi bimbingan konseling telah tercantum secara yuridis. Hal ini tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa pelaksana pelayanan konseling adalah konselor sekolah atau guru bimbingan konseling. Namun kenyataan yang terjadi di sekolah-sekolah saat ini banyak guru yang mengampu tugas untuk memberikan pelayanan bimbingan konseling ternyata tidak memiliki dasar keilmuan bimbingan konseling. Hal ini menjadi suatu polemik dalam dunia


(23)

bimbingan konseling saat ini karena tugas yang mereka laksanakan tidak sesuai dengan tugas sesungguhnya sebagai guru bimbingan konseling. Misalnya sebagai polisi sekolah yang selalu menghakimi, memotong rambut siswa yang tidak rapi, dan menghukum dengan kekerasan dari setiap kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh guru bimbingan konseling tidak mengerti bagaimana pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling yang sesungguhnya telah tercantum dalam program bimbingan konseling.

Kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya dilakukan oleh guru bimbingan konseling/konselor sekolah sebagai bentuk upaya pendidikan karena kegiatan bimbingan dan konseling selalu terkait dengan pendidikan dan keberadaan bimbingan dan konseling di dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari upaya pendidikan itu sendiri. Sukardi (2008:44) menjelaskan bimbingan dan konseling dalam kinerjanya secara khusus bertujuan untuk membantu siswa peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi-sosial, belajar, dan karier.

Menurut Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Penjas dan BK (2009:2) guru bimbingan konseling/konselor sekolah yang adalah pendidik, sebagai tenaga professional dituntut untuk menguasai dan memenuhi trilogi profesi dalaam bidang pendidikan, khususnya bimbingan dan konseling. Salah satu dari ketiga trilogi tersebutu adalah praktik pelayanan konseling dimana mutu pelayanan


(24)

konseling diukur dari penampilan praktik pelayanan oleh guru bimbingan konseling/konselor sekolah terhadap sasaran pelayanan. Demikian pula mutu kinerja guru bimbingan konseling di sekolah dihitung dari penampilannya dalam praktik/kegiatan pelayanan konseling terhadap siswa yang menjadi tanggungjawabnya.

Dalam melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling disekolah haruslah terperinci dan tepat sasaran baik dari segi peserta didik yang akan dibimbing, jenis layanan atau kegiatan pendukung yang akan diberikan, waktu, sarana dan prasarana, biaya, dan sebagainya. Agar terperinci dan tepat sasaran seorang guru bimbingan dan konseling harus menyusun program bimbingan konseling. Program bimbingan dan konseling adalah program yang tertuju pada apa yang ingin dicapai dari tujuan bimbingan konseling sehingga program tersebut dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Pada hakikatnya program bimbingan konseling berisi seluruh kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang merepresentasikan kebutuhan dari siswa/peserta didik. Program bimbingan konseling harus tersusun secara terperinci, dan benar-benar memperhatikan kebutuhan dari siswa/peserta didik. Guru bimbingan konseling harus benar-benar melaksanankan layanan dan kegiatan pendukung yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis, terdapat guru bimbingan konseling yang tidak melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung yang telah tersusun secara sistematis diprogram bimbingan


(25)

konseling. Guru bimbingan konseling tidak mengerti bagaimana melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling yang telah tersusun. Setelah program bimbingan konseling tersusun, guru bimbingan konseling harus melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung yang sudah tercantum diprogram bimbingan konseling. Hal ini dapat terjadi karena guru bimbingan konseling tidak memahami benar tujuan dari pelaksanaan layanan yang tercantum diprogram bimbingan konseling. Guru bimbingan dan konseling yang hanya melaksanakan beberapa layanan dari keseluruhan layanan yang tercantum diprogram bimbingan konseling misalnya alih tangan kasus serta layanan orientasi saat siswa ada siswa baru. Bedasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan sebuah penelitian tentang analisis kinerja guru bimbingan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Indentifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah dan penelitian pendahuluan, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Terdapat guru bimbingan konseling yang melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik.


(26)

2. Terdapat guru bimbingan dan konseling yang hanya melaksanakan beberapa layanan dan kegiatan pendukung dari keseluruhan yang tercantum diprogram bimbingan konseling.

3. Terdapat guru bimbingan dan konseling yang tidak mengerti bagaimana pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung yang tercantum diprogram bimbingan dan konseling.

4. Terdapat guru bimbingan dan konseling yang tidak mengetahui lingkup pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. 5. Terdapat guru bimbingan dan konseling yang tidak mengetahui tujuan dari pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

6. Terdapat guru bimbingan dan konseling yang tidak mengetahui kriteria pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. 7. Terdapat guru bimbingan dan konseling yang melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan tugas sebagai guru bimbingan dan konseling.

8. Terdapat guru bimbingan dan konseling yang bukan berasal dari lulusan program studi bimbingan dan konseling.

3. Pembatasan Masalah

Bedasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah

mengenai “analisis kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(27)

4. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka masalahnya adalah “ kinerja guru bimbingan dan konseling belum optimal”. Dari masalah tersebut permasalahannya adalah

“Bagaimana kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 ?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013. Jika kinerja guru bimbingan dan konseling telah diketahui maka akan menjadi bahan untuk mengambil langkah selanjutnya yang mengarah kepada peningkatan kualitas kompetensi guru bimbingan konseling.

2. Manfaat penelitian 1. Manfaat secara teoritis

Dari segi teoritis, penelitian ini memberikan manfaat dengan memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu-ilmu dalam bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya mengenai kinerja


(28)

guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

2. Manfaat secara praktis

Memberikan data empiris tentang kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling pada SMP Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian yang dilakukan penulis juga dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling pada Dinas Kabupaten/ Kota dalam mengevaluasi kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek dari penelitian ini adalah kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012/ 2013.


(29)

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2012 /2013.

D. Kerangka Pikir

Guru bimbingan konseling memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan di sekolah. Masalah yang banyak ditemukan saat ini adalah tidak tercapainya peran yang harus dijalankan oleh guru bimbingan konseling. Salah satunya adalah tidak melaksanakan segenap layanan dan kegiatan pendukung yang diprogram bimbingan konseling yang telah tersusun. Selama ini peran guru bimbingan konseling hanya terlihat saat ada program orientasi sekolah dan membagi buku pribadi.

Guru bimbingan konseling harus berusaha keras untuk melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung yang tercantum diprogram bimbingan konseling yang telah disusun. Upaya dari guru bimbingan konseling dalam rangka menjalankan peran tersebut berupa kinerja guru bimbingan konseling dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sukardi (2008:92) tentang tugas guru bimbingan konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang salah satunya adalah melaksanakan segenap program bimbingan dan konseling.

Giyono (2010:51-52) menjelaskan bahwa untuk melaksanakan program bimbingan konseling perlu diperhatikan beberapa unsur pokok, diantaranya:

1) Prinsip-prinsip pencatatan administrasi program bimbingan. Dalam menata dan menjalankan admistrasi program bimbingan konseling di


(30)

sekolah ada beberapa prisip yang harus diperhatikan beberapa unsur pokok seperti berikut:

a. program bimbingan konseling hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Setiap daerah atau sekolah memiliki kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda.

b. program bimbingan harus merupakan program terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah, sehingga pelaksanaannya juga terkoordinasi dengan kegiatan sekolah lainnya. c. setiap petugas bimbingan konseling mempunyai peranan sesuai

dengan sifat dan kemampuan fungsional di sekolahnya.

d. tanggung jawab penyelenggaraan program bimbingan ada ditangan kepala sekolah.

e. program bimbingan diorganisasikan secara sederhana, untuk memelihara kelaksanaan pelaksanaanya.

f. perlu adanya struktur organisasi vertikal yang serasi.

2) Pola organisasi bimbingan konseling

Program bimbingan dapat dilaksanakan melalui pola organisasi yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan sekolah yang bersangkutan serta kemampuan tenaga, biaya, dan kesempatan yang tersedia di sekolah yang bersangkutan. Ada tiga pola organisasi yang dapat dilaksanakan, ialah sebagai berikut;

a. Pola organisasi, dimana pelayanan bimbingan konseling dilaksanakan oleh semua staf sekolah sebagai bagian dari tugas regular yang diterimanya.


(31)

b. Pola organisasi, dimana program bimbingan konseling dilaksanakan lebih terinci telah disediakan waktu khusus untuk melaksanakan layanan bimbingan dengan pelayanan khusus pula.

c. Pola organisasi yang biasa disebut “ Program Guru Penyuluhan ’’ (Teacher Counselor Program) biasanya dilakukan di sekolah menengah. Pola ini merupakan campuran dari pola pertama dan kedua.

Jadi guru bimbingan konseling harus memperhatikan kedua unsur pokok yang telah disebutkan agar pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Apabila kedua unsur pokok tersebut telah terpenuhi maka guru bimbingan konseling harus melaksankan layanan dan kegiatan pendukung yang terdapat diprogram bimbingan konseling. Dalam hal ini Sukardi (2008:42) menjelaskan dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya pelayanan yang harus diberikan adalah:

a. pelayanan orientasi disekolah b. pelayanan informasi

c. pelayanan penempatan dan penyaluran d. pelayanan pembelajaran

e. pelayanan konseling perorangan (individual) f. pelayanan bimbingan kolompok

g. layanan konseling kelompok

h. aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling i. himpunan data


(32)

j. konfrensi kasus k. kunjungan rumah l. alih tangan kasus

Butir-butir diatas adalah semua kegiatan pelayanan program bimbingan konseling yang harus dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling. Kegiatan pelayanan program bimbinga konseling tersebut adalah kinerja guru bimbingan konseling dalam rangka pelaksanaan tugasnya sebagai guru bimbingan dan konseling. Hal ini harus didasarkan pada teori keilmuan yang dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang membuat citra guru bimbingan konseling menjadi buruk dimata siswa.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan pada hakikatnya adalah suatu proses pemberian bantuan. Pemberian bantuan ini tentunya diberikan oleh seorang yang ahli. Prayitno (dalam Giyono, 2010:2) menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia untuk manusia, dan oleh manusia.

Dari manusia berarti pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut diselenggarakan demi tujuan-tujuan agung, mulia, dan positif bagi kehidupan kemanusian menuju manusia seutuhnya, baik manusia sebagai individu ataupun kelompok. Oleh manusia, mengandung pengertian penyelenggaraan kegiatan dilakukan oleh manusia dengan segenap derajat, martabat, dan keunikan masing-masing yang terlibat didalamnya.

Secara umum bimbingan dapat diartikan berada dalam bentuk pendidikan, bimbingan mengandung layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan, bimbingan tegasnya merupakan suatu proses pemberian bantuan,


(34)

bantuan tidak diartikan sebagai bantuan materiil saja, namun bantuan yang dimaksud lebih mengarah pada bantuan yang bersifat pengembangan pribadi bagi individu yang dibimbing. Telah banyak pengertian yang telah dirumuskan para ahli tentang bimbingan dan konseling, diantaranya: Jones, Staffire & Stewart (dalam Prayitno dan Amti, 1999:95) menyatakan bahwa:

“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan itu tidak

diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan”.

Selanjutnya pengertian konseling menurut Tolbert (dalam Prayitno dan Amti, 1999:101) adalah :

“Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secaraa tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahaami diri sendiri, keadaanya sekarang dan keungkinan keadaanya masa depan yang mungkin dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejateraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah daan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.”

Dengan melihat pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli atau disebut konselor kepada perserta didik secara berkesinambungan atau berkelanjutan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.


(35)

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Menurut Sukardi (2008:44) tujuan bimbingan konseling dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari layanan bimbingan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 2003 (UU No.20/2003), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan dan konseling adalah membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir.

Guru bimbingan konseling dituntut untuk dapat mencapai kedua tujuan tersebut. Oleh sebab itu, guru bimbingan konseling harus melaksanakan tugas dan perannya dengan sebaik-sebaik mungkin agar tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai demi kemajuan pendidikan di Indonesia.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Bimbingan konseling memiliki fungsi yang sangat penting bagi pengembangan potensi siswa secara optimal, sehingga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Selanjutnya dikemukakan secara rinci oleh Sukardi (2008:7-8) bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai fungsi sebagai berikut:


(36)

a. Fungsi Pemahaman

Yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Pemahaman itu meliputi pemahaman tentang diri peserta didik, pemahaman tentang lingkungan

peserta didik, dan pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas”.

b. Fungsi Pencegahan

Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

c. Fungsi Pengentasan

Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Istilah fungsi pengentasan dipakai untuk mengganti

istilah “fungsi kuratif atau fungsi terapeutik” dengan arti “pengobatan atau penyembuhan” yang berorientasi bahwa peserta didik yang

dibimbing itu (atau klien/konseli) adalah orang yang “sakit” ; serta untuk mengganti istilah “fungsi perbaikan” yang berorientasi bahwa

peserta didik yang dibimbing itu (atau klien/konseli) adalah orang


(37)

penanganan masalah dalam rangka melaksanakan fungsi pengentasan diperlukan langkah-langkah penyelesaiannya, sebagai berikut:

(1) Identifikasi

Identifiksi adalah tahap paling awal dalam mengentaskana masalah siswa. Dalam hal ini yang diidentifikasi adalah segala sesuatu, data, atau kejadian yang berkenaan dengan masalah yang dihadapi siswa.

(2) Analisis sintesis

Langkah kedua yakni analisis sintesis, kegiatan yang dilakukan dalam analisis sintesis ini adalah memilah-milah serta mengelompokan data-data yang telah diidentifikasi. Dalam hal ini akan nampak data-data yang berkaitan dengan masalah siswa karena telah dikelompokan sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa.

(3) Diagnosis

Langkah ketiga yakni diagnosis, setelah melihat hasil dari analisis sintesis maka dalam diagnosis akan dirumuskan apa sebenarnya masalah yang dihadapi oleh siswa. Dalam merumuskan masalah tidak boleh ada kesalahan, karena tahap selanjutnya adalah menentukan bantuan apa yang sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa.


(38)

(4) Prognosis

Langkah yang keempat yakni prognosis, kegiatan yang dilakukan dalam langkah prognosis ini adalah menentukan rencana bantuan atau perlakuan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh siswa. Jadi pada dasarnya langkah prognosis ini adalah menentukan bentuk perlakuan apa yang sesuai dengan masalah siswa.

(5) Treatment

Langkah kelima yakni treatment atau biasa disebut perlakuan, kegiatan yang dilakukan dalam treatment adalah memberikan perlakuan kepada siswa yang mengalami masalah sesuai dengan hasil dari langkah prognosis. Perlakuan yang diberikan harus mengacu pada dasar keilmuan melaului berbagai pendekatan dalam konseling.

(6) Evalusi dan Tindak lanjut

Langkah keenam yakni melakukan evaluasi, kegiatan yang dapat dilakukan dalam langkah ini adalah melihat perubahan yang terjadi pada diri siswa. Hasil dari proses evaluasi digunakan dalam menentukan proses tindak lanjut.


(39)

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Fungsi bimbingan dan konseling yang telah dijelaskan diatas harus benar-benar berfungsi sebagai mana mestinya dan dirasakan oleh seluruh warga sekolah pada umumnya dan siswa/peserta didik pada khususnya. Fungsi-fungsi tersebut dapat dirasakan oleh seluruh warga sekolah bila guru bimbingan konseling melaksanakan segenap program bimbingan konseling yang telah disusun. Keempat fungsi tersebut saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain demi tercapainya perkembangan potensi peserta didik secara optimal.

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah hal fundamental yang dijadikan sebagai dasar dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Berikut adalah prinsip–prinsip bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh Prayitno (1999:218-223).

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan

1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.


(40)

2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik.

3) Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.

4) Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individu

1) Bidang bimbingan pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan sikap individu terhadap penyesuaian diri di rumah, di sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

2) Keadaan sosial, politik dan ekonomi yang kurang menguntungkan merupakan salah satu faktor pada diri individu dan hal itu menjadi perhatian seksama dari guru bimbingan konseling untuk mengentaskan masalah tersebut.


(41)

b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan

1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.

2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga. 3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan

dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi. 4) Terhadap isi dan dan pelaksanaan program bimbingan dan

konseling perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah.

c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan

1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.

2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing atau pihak lain.

3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

4) Kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua sangat menentukan hasil pelayanan bimbingan.


(42)

5) Pengembangan proram pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

5. Layanan Bimbingan dan Konseling

Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram, dan terarah. Adapun jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dikemukakan oleh Willis (2004:32-35) adalah sebagai berikut:

a. Layanan Orientasi

Layanan Orientasi yaitu memberikan pengenalan kepada siswa tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya agar siswa memperoleh penyesuaian diri dalam situasi pendidikan yang dihadapinya.

b. Layanan Informasi

Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan, jabatan, dan informasi sosial) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan.


(43)

c. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara teapt (penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program khusus, keiatan ko/ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya.

d. Layanan Bimbingan Belajar

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasan belajar yang baik, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

e. Layanan Konseling Individual

Layanan konseling individual yaitu layanan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif.

f. Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari konselo/guru pembimbing) yang berguna untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.


(44)

g. Layanan Konseling Kelompok

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.

6. Sasaran Layanan Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan di sekolah harus tepat sasaran agar tujuan yang hendak dicapai dapat diraih. Giyono (2010:45-48) menjelaskan tentang sasaran dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

1) Layanan kepada peserta didik

a) Bimbingan melayani semua peserta didik dengan pengertian bahwa program bimbingan hanya diperuntukan kepada peserta didik tertentu atau peserta didik yang mengalami kesulitan saja.

b) Bimbingan membantu peserta didik membuat perencanaan dan mengambil keputusan dan bukan menyiapkan nasehat.

c) Bimbingan membantu guru mata pelajaran dan tenaga pendidik lainnya dalam membantu peserta didik, tetapi bukan mengambil alih tugas mereka

d) Bimbingan tidak melakukan pekerjaan bantuan yang menuntut keahlian yang dimilikinya. Bimbingan dan konseling di sekolah tidak menangani masalah-masalah, atau gangguan-gangguan kepribadian yang seharusnya ditangani oleh psikiater dan psikologi klinis.


(45)

2) Layanan kepada kepala sekolah

a) Membantu penyelenggaraan latihan dalam jabatan bagi guru dan staf sekolah lainnya dalam upaya meningkatkan kemampuan mereka untuk melaksankan program bimbingan di sekolah.

b) Membantu pelaksanaan seleksi atau penerimaan dan penempatan peserta didik serta tindak lanjutnya.

c) Membantu upaya pembaharuan pendidikan di sekolah.

d) Membantu kepala sekolah dalam hubungannya dengan masyarakat terutama dengan orang tua peserta didik serta membantu kepala sekolah dalam rangka partisipasi sekolah dalam masyarakat untuk memecahkan atau menangani masalah sosial yang berkaitan dengan masalah pendidikan.

3) Layanan kepada guru

a) Penyajian informasi mengenai diri peserta didik kepada guru dan bantuan menafsirkan informasi tersebut. Informasi yang dimaksud adalah segala informasi mengenai peserta didik hasil pengumpulan data.

b) Membantu guru mempersiapkan mental peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. c) Membantu guru memecahkan masalah belajar yang dihadapi oleh

peserta didik.

d) Bersama-sama guru mata pelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kurikuler.


(46)

4)Layanan kepada orang tua dan masyarakat

a) Membantu orang tua untuk lebih memahami anaknya. Pemahaman ini terutama yang berkaitan dengan kemampuan akademisnya, prestasi belajarnya, minat dan kebutuhan-kebutuhannya, serta perilakunya di sekolah.

b) Membantu orang tua untuk mengenal dan memahami program pembelajaran di sekolah tempat anaknya belajar termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling.

c) Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar sekolah yang bersangkutan mengenai rencana-rencana, program-program yang dilaksanakan di sekolah tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa program bimbingan dan konseling disusun bukan hanya untuk peserta didik saja, namun lebih luas lagi guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat juga menjadi sasaran dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Maka partisipasi dan dukungan dari semua pihak mutlak dibutuhkan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan tertinggi di lingkungan sekolah harus memberikan dukungan bagi guru bimbingan konseling dalam melaksanakan tugas dan perannya.


(47)

7. Guru Bimbingan dan Konseling

Soetjipto dan Kosasi (2007:37) menjelaskan bahwa guru merupakan suatu jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi dan tugas tertentu. Jadi guru bimbingan dan konseling adalah guru yang memiliki kualifikasi pendidikan strata satu (S1) bimbingan dan konseling dengan tugas memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.

UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 6 menyebutkan guru bimbingan dan konseling adalah pendidik. Pendidik adalah tenaga professional yang dituntut memenuhi trilogi profesi dalam bidang pendidikan. Dalam PPPTK PENJAS dan BK (2009:2) menyebutkan tirlogi profesi dalam bidang pendidikan khususnya bidang bimbingan dan konseling, yaitu:

a. Komponen Dasar Keilmuan : Ilmu Pendidikan

b. Komponen Substansi Profesi : Proses pembelajaran terhadap pengembangan diri/pribadi individu melalui modus pelayanan

bimbingan dan konseling.

c. Komponen Praktik Profesi : Penyelenggara proses pembelajaran terhadap sasaran pelayanan melalui modus pelayanan bimbingan dan konseling.

Sebagai guru bimbingan dan konseling harus dapat memenuhi ketiga komponen tersebut. Ketiga komponen di atas akan sangat terkait dengan kinerja guru bimbingan dan konseling.


(48)

8. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling

Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah guru bimbingan dan konseling telah memiliki tugas yang jelas. Sukardi (2008:413-417) menyebutkan dalam angka kredit tercantum tugas guru bimbingan dan konseling yang terbagi berdasarkan pangkat guru bimbingan dan konseling tersebut.

a. Guru Muda sampai dengan Guru Muda tingkat I

1) Melaksanakan dengan bimbingan dalam menyusun program bimbingan dan konseling.

2) Melaksanakan dengan bimbingan dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling.

3) Melaksanakan dengan bimbingan dalam melaksanakan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling.

4) Melaksanakan dengan bimbingan dalam melaksanakan analisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling.

5) Melaksanakan dengan bimbingan dalam melaksanakan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling.

6) Melaksanakan dengan bimbingan dalam membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

b. Guru Madya sampai dengan Guru Madya tingkat I

1) Melaksanakan penyusunan program bimbingan dan konseling. 2) Melaksanakan program bimbingan dan konseling.


(49)

4) Melaksanakan analisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling.

5) Melaksanakan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling. 6) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

c. Guru Dewasa sampai dengan Guru Dewasa tingkat I

1) Melaksanakan penyusunan program bimbingan dan konseling. 2) Melaksanakan program bimbingan dan konseling.

3) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling. 4) Melaksanakan analisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan

konseling.

5) Melaksanakan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling. 6) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

7) Melaksanakan dengan bimbingan dalam membimbing guru dalam proses bimbingan dan konseling.

d. Guru Pembina sampai dengan Guru Utama

1) Melaksanakan penyusunan program bimbingan dan konseling. 2) Melaksanakan program bimbingan dan konseling.

3) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling. 4) Melaksanakan analisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan

konseling.

5) Melaksanakan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling. 6) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.


(50)

7) Melaksanakan dengan bimbingan dalam membimbing guru dalam proses bimbingan dan konseling.

Dari uraian tugas guru bimbingan dan konseling yang disebutkan dalam angka kredit, tercantum salah satu tugas guru bimbingan dan konseling yaitu melaksanakan program bimbingan dan konseling. Meskipun dalam angka kredit ada pembedaan tugas guru bimbingan dan konseling berdasarkan pangkat, namun pada intinya tugas guru bimbingan dan konseling sama.

9. Kedudukan Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Kedudukan guru bimbingan dan konseling di sekolah terdapat dalam sturuktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Sukardi (2008:89-90) menyajikan organisasi pelayanan bimbingan dan konseling yang dapat menentukan kedudukan guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Kepala Sekolah

Wa

Tenaga Ahli Komite

Se

Guru

Bimbingan dan Konseling

Tata Usaha

Guru Mata Pelajaran/Pelatih

Wali Kelas/

Guru


(51)

Keterangan :

= Garis komando

= Garis koordinasi = Garis konsultasi

B. Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Kinerja Guru Bimbingan Konseling

Dalam melaksanakan seluruh kegiatan layanan bimbingan konseling hal itu merupakan kinerja dari guru bimbingan dan konseling. Yasin (2000) menjelaskan kinerja adalah pekerjaan yang dilakukan, perilaku dan penampilan. Jadi kinerja adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dengan berladaskan pada peran dan tugas sesuai dengan pekerjaannya.

Winkel (2010:164) menyatakan bahwa guru bimbingan konseling atau biasa disebut konselor sekolah adalah seorang tenaga professional yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Dikatakan tenaga professional karena pekerjaan guru bimbingan konseling dapat menjadi sumber penghasilan, memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma serta memerlukan pendidikan profesi (UU No.14 Tahun 2005 Pasal 1 Butir 4).

Jadi yang dimaksud dengan kinerja guru bimbingan konseling di sekolah adalah pekerjaan yang dilakukan seorang guru bimbingan konseling dalam melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan


(52)

konseling untuk mencapai pengembangan potensi siswa secara optimal. Kinerja tersebut menjadi suatu tolak ukur bagi guru bimbingan konseling apakah telah melaksanakan layanan bimbingan konseling yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Permendiknas No.27 Tahun 2008 menyebutkan bahwa ekspektasi kinerja konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.

2. Bentuk-Bentuk Kinerja Guru Bimbingan Konseling di Sekolah

Rumusan tentang kinerja mengacu kepada wawasan dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh guru bimbingan konseling sesuai dengan tugas dan pernannya sebagai guru bimbingan dan konseling. Sukardi (2008:92) tugas guru bimbingan konseling dalam pelayanan bimbingan konseling adalah:

a. melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, b. memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling, c. merencanakan program bimbingan dan konseling,

d. melaksanakan segenap program bimbingan dan konseling,

e. mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling,


(53)

f. melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi program pelayanan bimbingan dan konseling,

g. mengadministrasikan kegiatan layanan bimbingan dan konseling h. mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan,

bimbingan dan konseling kepada koordinator bimbingan dan konseling.

Sejalan dengan tugas-tugas guru bimbingan dan konseling yang telah disebutkan diatas, IPBI (dalam Prayitno dan Amti, 1999: 341-342) menjelaskan lebih rinci bentuk-bentuk kinerja/kegiatan yang harus dilakukan oleh guru bimbingan konseling dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. Menyusun program bimbingan dan konseling

b. Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling c. Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling

d. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling e. Mengungkapkan masalah klien

f. Menyusun dan mengembangkan himpunan data

g. Mengadakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan, dan kondisi kepribadian

h. Menyelenggarakan konseling perorangan

i. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok j. Menyelenggarakan orientasi studi siswa

k. Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler

l. Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa

m. Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran perbaikan dan program pengayaan

n. Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar o. Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa

p. Menyelenggraakan bimbingan karir dan pemberian informasi pendidikan/jabatan

q. Menyelenggarakan konferensi kasus r. Menyelenggarakan terapi kepustakaan s. Melakukan kunjungan rumah

t. Menyelenggarakan lingkungan klien u. Merangsang perubahan lingkungan klien v. Menyelenggarakan konsultasi khusus


(54)

w. Mengantar dan menerima alih tangan x. Menyelenggarakan diskusi professional

y. Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dibidang BK

z. Memahami hasil dan menyelenggarakan penelitian dibidang BK aa. Menyelenggarakan kegiatan BK pada lembaga/lingkungan yang

berbeda

bb. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK.

Tentunya dalam melaksanakan butir-butir kinerja tersebut seorang guru bimbingan konseling harus dapat melibatkan seluruh warga sekolah. Keterlibatan warga sekolah akan membuat kinerja guru bimbingan konseling akan semakin efektif dan efisien. Dukungan dari kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam melaksanakan program bimbingan konseling. Tentunya dalam melaksanakan berbagai kinerja tersebut dibutuhkan keahlian, kemahiran, keterampilan, serta kecakapan dari guru bimbingan konseling.

C. Program Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling

Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling, guru bimbingan konseling harus berpanduan pada program bimbingan konseling yang telah disusun. Program bimbingan konseling merupakan keseluruhan dari rencana kegiatan pelayanan bimbingan konseling.

Menurut Giyono (2010:38) program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode tertentu, yakni periode bulanan, semester dan tahunan. Dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling adalah keseluruhan rencana kegiatan yang disusun dengan


(55)

memperhatikan kebutuhan peserta didik yang dilaksanakan pada periode tertentu. Dalam hal ini periode tertentu yakni periode harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan periode tahunan. Pelaksanaan program bimbingan konseling yang sesuai dengan periode-periode tersebut akan membuat pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan konseling berkesinambungan.

Program bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari suatu sistem di sekolah dan mengandung makna bahwa program bimbingan konseling bukan berarti program milik guru bimbingan dan konseling sekolah sendiri tetapi lebih dari itu, program bimbingan dan konseling merupakan milik semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah. Program tersebut mengandung unsur-unsur yang terdapat di dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan berorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.

Program bimbingan dan konseling disusun oleh guru bimbingan konseling. Meskipun program bimbingan konseling disusun oleh guru bimbingan konseling, namun dalam pelaksanaannya guru bimbingan konseling harus dapat melibatkan seluruh warga sekolah. Maka bisa dikatakan program bimbingan konseling bukanlah milik guru bimbingan konseling saja, namun miliki seluruh warga sekolah.


(56)

Soetjipto dan Kosasi (2007:97) mengungkapkan secara garis besar program bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama hendaknya berorientasi kepada:

a. Bimbingan belajar, karena cara belajar di sekolah menengah pertama berbeda sekali dengan di sekolah dasar.

b. Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih.

c. Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya (peer

group) maka hendaknya program bimbingan konseling juga

menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial.

d. Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.

e. Bimbingan karir baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan ataupun pekerjaan.

2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan dan konseling adalah kumpulan rencana kegiatan pelayanan bimbingan konseling yang disusun berdasarkan pada kebutuhan peserta didik pada suatu periode tertentu. Periode tersebut bisa dalam rentang tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian. Dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Penjas dan BK (2009:14), jenis-jenis program bimbingan dan konseling itu sendiri dibagi menjadi lima yaitu :


(57)

a. Program Tahunan

Yaitu program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.

b. Program Semesteran

Yaitu program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu semester untuk masing-masing kelas yang merupakan jabaran dari program tahunan.

c. Program Bulanan

Program bulanan merupakan program bimbingan dan konseling yang meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.

d. Program Mingguan

Program mingguan merupakan program pelayanan bimbingan konseling yang meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu minggu yang merupakan jabaran dari program bulanan.

e. Program Harian

Program harian merupakan program pelayanan bimbingan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk rencana program pelayanan/pendukung (RPP).


(58)

Dari perumusan jenis program tersebut, maka guru bimbingan konseling dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan bimbingan konseling secara terperinci sesuai dengan waktu periode yang telah ditentukan. Guru bimbingan konseling juga harus dapat menyesuaikan program bimbingan konseling yang telah disusun dengan program sekolah agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya benturan. Semua hal ini bertujuan agar kegiatan layanan bimbingan konseling yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling dapat berjalan secara efektif dan efisien.

3. Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling

Tidak hanya memperhatikan struktur program bimbingan dan konseling, guru bimbingan konseling selaku pelaksana program juga memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam pembuatan program. Menurut Hikmawati (2011:11-12) unsur-unsur yang hendaknya diperhatikan dan menjadi isi program bimbingan dan konseling disekolah adalah sebagai berikut:

a. Jumlah siswa yang dibimbing

1) Guru pembimbing : 150

siswa minimal

2) Kepala sekolah dari guru pembimbing : 40 siswa

3) Wakil kepala sekolah dari guru pembimbing : 75 siswa

4) Guru kelas : 1 kelas

b. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan 1) Dalam jam belajar sekolah


(59)

c. Unsur bimbingan dan konseling 1) Bidang-bidang bimbingan, yaitu:

a) Bimbingan pribadi b) Bimbingan sosial c) Bimbingan belajar d) Bimbingan karier

d. Jenis dan layanan bimbingan dan konseling, yaitu: 1) Layanan orientasi

2) Layanan informasi

3) Layanan penempatan/penyaluran 4) Layanan pembelajaran

5) Layanan konseling perorangan 6) Layanan bimbingan kelompok 7) Layanan konseling kelompok

e. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling,yaitu: 1) Aplikasi instrumentasi

2) Himpunan data 3) Konferensi kasus 4) Kunjungan rumah 5) Alih tangan kasus

f. Volume kegiatan bimbingan dan konseling 1) Layanan orientasi

2) Layanan informasi

3) Layanan penempatan/penyaluran 4) Layanan pembelajaran

5) Layanan konseling perorangan 6) Layanan bimbingan kelompok 7) Layanan konseling kelompok 8) Aplikasi instrumentasi

9) Himpunan data 10) Konferensi kasus 11) Kunjungan rumah 12) Alih tangan kasus

g. Unsur layanan terhadap siswa mengikuti rumus “5 x 2 x 3” yang berarti, setiap siswa menerima layanan bimbingan dan konseling minimal lima kali dalam setiap semester selama tiga tahun di satu jenjang sekolah.

h. Setiap kali kegiatan bimbingan dan konseling kurang lebih sekitar dua jam.

i. Pada semester pertama diwajibkan dilaksanakannya layanan orientasi.

Semua unsur-unsur yang telah disebutkan diatas hendaknya menjadi perhatian khusus bagi guru bimbingan dan konseling dalam menyusun program bimbingan dan konseling agar nantinya dapat mencapai tujuan


(60)

yang telah ditentukan dalam program bimbingan dan konseling. Bila program bimbingan dan konseling telah tersusun dengan baik, maka selanjutnya kinerja guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling akan diuji.

4. Ciri Program Bimbingan dan Konseling yang Baik

Saat ini telah banyak sekali sekolah-sekolah yang menyadari pentingnya layanan bimbingan dan konseling. Kesadaran tersebut muncul karena semakin menurunnya tingkat moral dan emosional yang labil dari peserta didik. Namun kesadaran itu tidak diikuti dengan kinerja yang baik dari guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Sebelum melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling, terlebih dahulu guru bimbingan konseling harus menyusun program bimbingan dan konseling.

Menurut Giyono (2010, 44-45) program bimbingan yang baik yaitu program bimbingan yang apabila dilaksanakan akan efektif dan efisien memilliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para peserta didik yang besangkutan.

2) Kegiatan bimbingan diatur berdasarkan skala proritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan peserta didik dan kemampuan petugas.

3) Program dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.

4) Program dikembangkan dengan melibatkan tenaga di luar sekolah dalam pelaksanaan program (misal pihak kepolisian, dokter)

5) Program memiliki tujuan yang ideal tetapi realistis maksudnya dapat dicapai dengan mudah dalam pelaksanaannya.


(61)

6) Program tersebut mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksananya.

7) Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan program. 8) Penyusunan program disesuaikan dengan program pendidikan di

lingkungan sekolah yang bersangkutan.

9) Memberikan kemungkinan untuk memberikan pelayanan kepada semua peserta didik di sekolah yang bersangkutan.

10) Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat.

11) Berlangsung sesuai dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan para peserta didik.

12) Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal pelayanan individual dan kelompok.

13) Program memiliki alat ukur yang objektif dan mencakup berbagai bidang layanan yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan bidang karir. 14) Program bimbingan merupakan bagian yang integral dari program

pendidikan di sekolah.

Program bimbingan dan konseling di sekolah akan terlaksana secara efektif dan efisien bila memenuhi semua kriteria yang telah disebutkan diatas. Penyusunan program bimbingan dan konseling haruslah dilakukan secara baik agar dalam proses pelaksanaanya dapat mempermudah guru bimbingan konseling.

D. Kinerja Guru Bimbingan Konseling Dalam Pelaksanaan Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling pada dasarnya seluruh kegiatan pelayanan yang akan diberikan kepada peserta didik yang bertujuan mengembangkan potensi diri perserta didik, baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang dilaksanakan pada periode tertentu. Layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling tersebut termuat kedalam sebuah program, yaitu program bimbingan dan konseling. Jadi pada dasarnya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah


(62)

adalah melaksanakan seluruh kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang telah tercantum diprogram bimbingan dan konseling. Layanan dan kegiatan pendukung tersebut disusun berdasarkan pada kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda. Sukardi (2008:56) menjelaskan suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut pelayanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran pelayanan (klien/konseli), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran pelayanan itu.

Sukardi (2008:56-95) menyebutkan ada sejumlah layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling di sekolah, diantaranya sebagai berikut:

a. Pelayanan Orientasi di Sekolah

Pelayanan orientasi yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli/peserta didik memahami lingkungan (contohnya sekolah) yang baru dimasukinya, untuk mempermudah dan memperlancar konseling berperan dilingkungan barunya. Tujuan utama dari pelayanan orientasi ini adalah membantu konseli/peserta didik dalam memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. Dari pelayanan orientasi sekolah ini diharapkan mempermudah konseli/peserta didik dalam menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan sosial, belajar, dan kegiatan-kegitan lain yang mendukung pengembangan siswa secara optimal. Materi yang dapat diberikan melalui layanan orientasi ada berbagai cara, yaitu meliputi:


(63)

1) sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya 2) kurikulum yang sedang berlaku

3) penyelenggaraan pengajaran

4) kegiatan belajar siswa yang diharapkan 5) sistem penilaian ujian dan kenaikan kelas 6) fasilitas dan sumber belajar yang ada 7) fasilitas penunjang

8) staf pengajar dan tata usaha 9) hak dan kewajiban siswa 10) organisasi siswa

Semua poin-poin yang disebutkan di atas adalah materi yang dapat diberikan melalui layanan orientasi sekolah. Siswa yang baru memasuki jenjang pendidikan berikutnya sangat membutuhkan layanan orientasi maka dari itu hendaknya layanan ini diberikan pada saat peserta didik baru memasuki sekolah agar peserta didik dapat langsung bisa merasakan manfaat dari pelayanan orientasi sekolah ini.

b. Pelayanan Informasi

Layanan informasi yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada peserta didik (terutama orang tua) dalam menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan


(64)

masyarakat. Tujuan utama dari pelayanan informasi ini adalah memberikan segala informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam rangka pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kepribadian, pendidikan dan pilihan kariernya. Materi yang dapat diangkat melalui layanan informasi ada berbagai cara, yaitu meliputi:

1) informasi pengembangan diri 2) informasi pendidikan

3) informasi jabatan

4) informasi kehidupan keluarga, sosial kemasyarakatan, keberagaman, sosial budaya dan lingkungan.

Pelayanan informasi tidak hanya diberikan saat peserta didik baru memasuki sekolah saja, namun pelayanan informasi ini harus diberikan setiap saat ketika peserta didik membutuhkannya.

c. Pelayanan Penempatan dan Penyaluran

Pelayanan penempatan dan penyaluran, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien/konseli) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan kurikuler atau ekstrakurikuler sesuai dengan potensi, bakat, minat, serta kondisi pribadinya.

Materi yang dapat diangkat melalui layanan penempatan dan penyaluran ada berbagai macam, yaitu meliputi:


(65)

1) penempatan dan penyaluran siswa disekolah 2) pelayanan penempatan dalam kelas,

3) pelayanan penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar, 4) pelayanan penempatan dan penyaluran kedalam kegiatan

kurikuler/ekstrakurikuler,

5) pelayanan penempatan dan penyaluran ke jurusan/program studi, 6) pelayanan penempatan dan penyaluran lulusan,

7) pelayanan penempatan dan penyaluran kedalam pendidikan sambungan/lanjutan,

8) pelayanan penempatan dan penyaluran kedalam jaabatan/pekerjaan.

Hal yang sangat perlu mendapat perhatian dari guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan penempatan dan penyaluran adalah guru bimbingan dan konseling harus sangat memahami potensi, minat, bakat serta kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Pemahaman guru bimbingan dan konseling terhadap potensi, minat, bakat serta kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik akan memudahkan dan meminimalisir kesalahan dan memberilan layanan penepatan dan penyaluran.

d. Pelayanan Pembelajaran

Pelayanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien/konseli) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.


(66)

Materi yang dapat diangkat melalui pelayanan pembelajaran, yaitu meliputi hal berikut:

1) pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar tentang kemampuan, motivasi, sikap, dan kebiasaan belajar.

2) pengembangan motivasi, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik. 3) pengembangan keterampilan belajar: membaca, mencatat, bertanya,

menjawab, dan menulis. 4) pengajaran perbaikan. 5) program pengayaan.

e. Pelayanan Konseling Perorangan (Individual)

Pelayanan konseling perorangan (individual), yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien/konseli) mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dialaminya. Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling dituntut menguasai berbagai teori atau pendekatan yang digunakan untuk pengentasan permasalahan yang dialami peserta didik (klien/konseli).

f. Pelayanan Bimbingan Kelompok

Pelayanan bimbingan kelompok, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik (konseli) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing /konselor) dan atau


(67)

membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu ataupun pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu. Pelayanan bimbingan kelompok ini diberikan kepada seluruh peserta didik tanpa terkecuali.

g. Layanan Konseling Kelompok

Pelayanan konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok adalah masalah perorangan yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan. Setiap anggota kelompok dapat meceritakan masalah yang dideritanya kemudian anggota kelompok yang lain akan membahas secara intensif masalah tersebut untuk nantinya akan dientaskan. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok ialah fungsi pengentasan.

h. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling , yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien/konseli), keterangan tentang

lingkungan peserta didik (konseli), dan “lingkungan yang lebih luas”.

Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes ataupun non tes.


(68)

Hasil pengumpulan data dari peserta didik tersebut dapat dipakai dalam kegiatan layanan bimbingan konseling. Data dan keterangan yang perlu dikumpulkan melalui aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling pada umumnya meliputi:

1) Instrumen tes a) Tes intelegensi b) Tes bakat c) Tes kepribadian e) Tes hasil belajar f) Tes diagnostik

2) Instrumen non tes a) Catatan anekdot b) Angket/kuisioner c) Daftar cek d) Sosiometri e) Inventori

i. Himpunan Data

Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien/konseli). Berbagai hal yang termuat dalam himpunan data adalah berbagai hal yang terdapat dalam instrumentasi bimbingan dan konseling. Namun lebih dari itu himpunan data juga dapat memuat berbagai keterangan, diantaranya:


(1)

mengukur analisis butir soal secara keseluruhan dengan mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total terlebih dahulu dicari validitas alat ukurnya. Pada penelitian ini validitas yang digunakan tergolong ke dalam validitas konstruk atau construct validity.

Surapranata (2004:53) menjelaskan bahwa validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Konstruksi yang dimaksud dalam validitas ini bukanlah merupakan konstruksi seperti bangunan atau susunan, tetapi berupa rekaan psikologis yang berkaitan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan aplikasi. Dalam hal ini instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang diukur berdasarkan teori tentang pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

Menurut Sugiyono (2010:177) untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat dari para ahli (experts judgment), dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tentang kinerja guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Para ahli diminta pendapatnya mengenai instrumen yang disusun. Para ahli tentunya harus memiliki dasar keilmuan bimbingan dan konseling. Hasil yang diperoleh dari expert judgement dapat dilihat pada lampiran.


(2)

63

2. Analisis Item

Dalam penyusunan sebuah instrumen atau proses konstruksi, sebelum melakukan estimasi terhadap reliabilitas dan validitas dilakukan terlebih dahulu prosedur analisis item. Azwar (2012:151) menjelaskan analisis item adalah cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang akan mejadi bagian tes yang bersangkutan.

Dalam menganalisis item akan digunakan korelasi item total. Azwar (2012:152) menjelaskan bahwa korelasi item total adalah pengujian keselarasan fungsi item dengan fungsi ukur tes yang dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi skor total instrumen itu sendiri.

Formula Pearson untuk komputasi koefisien korelasi item total adalah:

Keterangan : i = Skor item X = Skor Tes

n = Banyaknya subjek (Azwar, 2012:154)

Uji coba dilakukan kepada 10 guru bimbingan dan konseling pada 4 SMP Negeri di Kota Bandar Lampung. Pada saat pertama item di uji cobakan berjumlah 80 butir, setelah item-item di uji cobakan terdapat 16 item yang gugur, sehingga jumlah item setelah uji coba menjadi 64 butir (perhitungan terlampir).


(3)

3. Uji Reliabilitas

Instrumen bisa dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang yang sama pula. Menurut Surapranata (2004:90) reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keajegan atau kemantapan hasil dari dua pengukuran terhadap hal yang sama. Hasil pengukuran itu diharapkan akan sama apabila pengukuran itu diulangi. Penghitungan realiabilitas item angket ini digunakan rumus alpha (Cranbach’s Alpha).

Setelah dilakukan perhitungan uji reliabilitas, diperoleh tingkat reliabilitas yaitu rhitung = 0,992. Berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah dikemukakan oleh Basrowi dan Kasinu (2006:244) di atas, maka dapat diketahui bahwa tingkat reliabilitas angket adalah sangat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Setelah diperoleh seluruh data-data yang berkaitan dengan penelitian, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data dan analisa data. Analisis data adalah cara atau teknik yang harus ditempuh untuk menjabarkan data


(4)

65

sehingga nantinya dalam menginterpretasikannya tidak menemui hambatan atau kesulitan.

Dalam penelitian ini, peneliti menjabarkan hasil pengukuran data penelitian berupa data kuantitatif yang akan dihitung dengan teknik deskriptif prosentase. Teknik analisis data deskriptif prosentase dimaksudkan untuk mengetahui status variable penelitian. Analisis data dilakukan dengan cara, 1. Menentukan interval setiap kategori berdasarkan angket yang digunakan,

dengan rumus

2. Menghitung skor angket dari setiap subjek, kemudian dikelompokkan dalam setiap kategori yaitu Sangat Baik, Cukup Baik, Kurang Baik, Sangat Kurang Baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Syaifuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Basrowi dan Kasinu. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Kediri: Jenggala Pustaka Utama Giyono. 2010. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah (Diktat). Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan dan Konseling : Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Nazir, M. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

PPPPTK PENJAS dan BK. 2009. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Dalam KTSP. Jakarta : Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Prayitno dan Amti, E. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta . 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Soetjipto dan Kosasi, R. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Refika Aditama

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, DK. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yasin, S. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah. Willis, S. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabet