KENDALA PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI 1 PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ABSTRAK
KENDALA PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI 1 PERSISIR TENGAH KABUPATEN
PESISIR BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh
NOPRITA
Masalah penelitian ini adalah kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Adapun permasalahan penelitian ini adalah apa saja kendala dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan (1) wawancara (2) angket/kuesioner dan (3) dokumentasi. Penelitian ini dilakukan kepada 5 orang guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat sekaligus menjadi populasi dan sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif (Model Miles dan Huberman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri I Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat disebabkan oleh (1) kurangnya keterampilan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling (2) kurangnya penyediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan anggaran dana yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling (3) belum terbentuknya jalinan kerjasama yang baik antara guru bimbingan dan konseling dengan guru yang lain dan juga pihak sekolah belum bisa memberikan penjadwalan yang efektif untuk pelaksanaan BK di sekolah. Saran:(1) Guru bimbingan dan konseling harus mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar BK, atau workshop untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling (2) Kepala sekolah diharapkan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling (3) Guru bimbingan dan konseling diharapkan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak sekolah lainnya dan Kepala Sekolah diharapkan bisa mempertimbangkan penjadwalan kegiatan bimbingan dan konseling.
Kata kunci: kendala, kegiatan bimbingan dan konseling, bimbingan dan konseling
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir tanggal 20 November 1992 di Krui, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, anak kelima dari lima bersaudara, buah kasih dari pasangan Alm. Bapak Ali Bakri dan Ibu Ainun.
Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Seray, diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Pesisir Tengah, diselesaikan tahun 2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pesisir Tengah, diselesaikan tahun 2010.
Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur (PKAB). Selanjutnya, pada bulan Juli - September 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Desa Rawas, Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat dengan tempat praktek SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
(7)
PERSEMBAHAN
Karya kecilku yang sederhana ini ku persembahkan untuk
Ayahanda Ali bakri dan Ibunda Ainun. Khusus buat Ibundaku
terimakasih telah menjadi penyemangat yang paling setia. Aku ingin
engkau bangga telah melahirkanku ke dunia ini. Kakak-kakakku
tercinta: Mardiana, Juniarti, Gusrina, Mat Rozali, Seluruh Keluarga
Bapak Marzuki dan Ibu Risna Murti, Sahabat-sahabat serta
almamater tercinta.
(8)
MOTO
” Dari Abi hurairah ra. Berkata rosulullah Saw, jika amanah di
sia-
siakan maka tunggulah kehancurannya, ”sahabat berkata,
”bagaimana amanah disia
-
siakan ?” apabila suatu
pekerjaan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya,
maka
tunggulah kehancuranya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Pemenang adalah orang yang tidak pernah menyerah, dan orang yang
penyerah tidak akan pernah menjadi pemenang.
(9)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung dan sekaligus pembahas pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, kritikan yang membangun dan saran-saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak Drs. Muswardi Rosra M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
5. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi, M.Psi, Psi. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
(10)
6. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mencurahkan segala ilmunya.
7. Bapak/Ibu Kepala SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat terimakasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian;
8. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Pesisir Tengah yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dan sangat mendukung penulis dalam melakukan penelitian.
9. Orang Tua Tercinta: Alm. Ayah Ali Bakri dan Ibunda Ainun. Khusus buat Ibunda terimakasih telah menjadi Ibu sekaligus Ayah yang telah membesarkanku hingga saat ini dengan kasih sayang yang dengan apapun tak mampu ku balaskan. Kau rembulan penyejuk hati I Love U.
10. Kakak-kakak dan Ponakan tersayang: Mardiana, Juniarti, Gusrina, Mat rozali, adek Novi, Ana, Via, Billa, rayhan, Reza, Angga, Rehan. Terimakasih atas dukungan kalian semua.
11. Keluarga Bapak Marzuki: Pakcik Marzuki, Cik Risna M, Udo Ari, Wo Rima, Kiki, Wo Reta, Zaki, Aini. Terimakasih untuk bantuan, kebersamaan, semangat dan dukungannya.
12. Sahabat kampusku : Megga, Ayu, Dyah, Anisa, Lusi, Ivana, Desfi, Desti, Dina, Puspita, Bebet, Gustari, Sespita, Dewi, Dita, Evi, Sefti, Galuh, Wella, Erliyani, Bebby, Adjeng, Natalia, Lulu, Tamara boy, Irsan, Aan P, Aan E, Meylin, Dera, Ika, Eva, Amel, Nita, Adit, dan Anitiara. Kalian motivatorku untuk menjadi seorang yang lebih baik. Terimakasih untuk semuanya.
(11)
13. Kakak tingkat di Program Studi Bimbingan dan Konseling, Mba Huny, Mba Irma, Mba Ayu, Kak Yuda, Kak Boy terima kasih atas segala bantuan serta bimbingan baik selama kuliah dan penyusunan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabat KKN dan PPL : Papa Dani, Abang Iyan, Wo Yunita, Wo Selly, Cecek Dhila, mbak Fitri, Teteh Naily, Mbak Mia, Mbak Cory.. Pengalaman yang tidak terlupakan bersama kalian selama kurang lebih tiga bulan.
15. Sahabat-sahabatku diluar sana : Eka, Phebe, Firda, Seftia, terima kasih atas canda tawa yang terkadang menghilangkan kejenuhan ku.
16. Penyemangatku (Inyeng) Boy Shandy, terimakasih untuk dukungan, saran, serta bantuan selama kuliah sampai penyusunan skripsi ini selesai.
17. Almamaterku tercinta.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 2014 Penulis,
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
MOTTO ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
SANWACANA ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Identifikasi Masalah ... 8
3. Batasan Masalah ... 9
4. Perumusan Masalah ... 9
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9
1. Tujuan Penelitian ... 9
2. Manfaat Penelitian ... 9
C. Ruang lingkup penelitian... 10
D. Kerangka Pikir ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Program Bimbingan dan Konseling ... 14
1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling ... 14
2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling ... 15
3. Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling ... 17
4. Ciri Program Bimbingan dan Konseling Yang Baik ... 21
B. Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling ... 22
1. Pengertian Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling ... 22
2. Faktor-faktor Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling ... 24
(13)
C. Guru Bimbingan dan Konseling ... 27
1. Pengertian Guru bimbingan dan Konseling ... 27
2. Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling ... 28
3. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling ... 30
4. Kedudukan Guru Bimbingan dan Konseling ... 31
III. METODE PENELITIAN ... 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
B. Metode Penelitian ... 33
C. Subjek Penelitian ... 34
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 36
F. Uji Persyaratan Instrumen ... 38
G. Teknik Analisis Data ... 40
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Hasil ... 41
1. Program Bimbingan dan Konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah 42 2. Bentuk Program BK di SMAN 1 Pesisir Tengah... 42
3. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah... 44
4. Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah... 49
B. Pembahasan ... 59
1. kinerja guru bimbingan dan konseling... 60
2. Sarana dan prasarana... 62
3. Kerjasama ... 65
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat Pengumpulan Data Siswa SMA Negeri 1 Pesisir Tengah... 57 2. Profil Guru BK SMA N 1 Pesisir Tengah... 60 3. Alat Pengumpulan Data Siswa SMA Negeri 1 Pesisir Tengah ... 64
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. Program Tahunan Bimbingan dan Konseling SMAN 1 Pesisir Tengah 71
II. Program Semester 1 dan 2 Bimbingan dan Konseling ... 74
III. Daftar Check List ... 78
IV. Kisi-kisi Wawancara ... 80
V. Pedoman wawancara ... 81
VI. Transkrip Verbatim ... 84
VII. Hasil Pendapat Uji Ahli ... 122
VIII. Hasil Uji Reliabilitas Wawancara ... 124
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Struktur Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling ... 32
(17)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan pembelajaran itu merupakan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang menentukan suatu bangsa itu dapat maju dan berkembang. Karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sejauh apa pendidikan yang didapatkan oleh masyarakatnya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
(18)
2
demokratis serta bertanggung jawab. Aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga terletak pada sumber daya manusia. Perlu adanya peningkatan sumber daya manusia Indonesia untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa.
Pendukung utama untuk tercapainya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, teori-teori atau pun hal-hal yang hanya bersifat kognitif saja, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen tenaga pendidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan untuk mencapai cita-cita dan harapan yang dimilikinya.
Kemampuan yang dimaksud di atas tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta didik. Kita di sini melihat jelas bahwa pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik dalam pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal. Keseluruhan proses pendidikan setidaknya ada 3 (tiga komponen pokok) yang paling menunjang dan harus dilaksanakan yaitu: program yang baik,
(19)
3
administrasi dan supervisi yang lancar, serta pelayanan bimbingan yang terarah. Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai moral. Bimbingan dan konseling tidak hanya membantu pendidikan yang menciptakan manusia-manusia yang berorientasi akademik tinggi, namun dalam kepribadian dan hubungan sosialnya rendah, serta tidak mempunyai sistem nilai yang mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah robot-robot intelektual, bukan manusia seutuhnya. Dengan adanya bimbingan dan konseling, maka integrasi dari seluruh potensi ini dapat dimunculkan sehingga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian, hubungan sosial, serta memiliki nilai-nilai moral yang dapat dijadikan pegangan. Oleh kerena itu jelas bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran yang cukup penting dalam proses pendidikan.
Sebagai salah satu komponen penunjang pendidikan, bimbingan dan konseling mempunyai posisi kunci dalam kemajuan atau kemunduran pendidikan. Mutu pendidikan ikut ditentukan bagaimana bimbingan konseling itu dimanfaatkan dan dioptimalkan fungsinya dalam pendidikan khususnya institusi sekolah. Oleh karena itu pihak sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan harus memperhatikan proses layanan bimbingan dan konseling, proses layanan bimbingan dan konseling yang baik tentu didasari dari membuat program bimbingan dan konseling.
(20)
4
Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rincian kegiatan yang berisi seluruh layanan yang akan diberikan dalam suatu periode waktu tertentu, hal ini didukung oleh Winkel (1990) "program bimbingan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan terencana, terorganisasi, dan tekoordinasi selama periode waktu tertentu misalnya 1 tahun ajaran”. Pada hakikatnya program bimbingan konseling berisi seluruh kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang merepresentasikan kebutuhan dari siswa/peserta didik. Program bimbingan konseling harus tersusun secara terperinci, dan benar-benar memperhatikan kebutuhan dari siswa/peserta didik. Guru bimbingan konseling harus benar-benar melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling.
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang diinginkan. Hal ini membuat bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut. Konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi) yang dilakukan dengan suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. (Prayitno 1999). Dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada yang
(21)
5
dibimbing (siswa) yang dilakukan secara terus menerus, agar siswa mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Hal ini membuat keberadaan bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu ada di sekolah. Adanya suatu program bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkualitas.
Merencanakan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas guru pembimbing (konselor). Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dirancang oleh guru pembimbing kadang kala mengalami hambatan atau kendala dalam pelaksanaannya. Menurut Sukardi (2008) ada beberapa hambatan yang dirasakan sampai saat ini ketika evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu:
1) Pelaksana-pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup memadai untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. 2) Pelaksana-pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah memiliki latar belakang pendidikan yang sangat bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang maupun programnya, sehingga kemampuannya pun dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling sangat bervariasi.
3) Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah yang valid, reliabel, dan objektif.
4) Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan, atau pelatihan khusus yang berkaitan dengan penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk menjadikan guru bimbingan dan konseling yang professional. 5) Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang tegas dan baku belum ada hingga saat ini.
(22)
6
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling akan tercapai apabila pihak sekolah terutama guru pembimbing memperhatikan hal-hal tersebut agar dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Realitas di lapangan, menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dibeberapa sekolah belum bisa berjalan secara optimal. Walaupun sudah ditetapkan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, namun data pendukung yang berupa administrasi bimbingan konseling juga belum dikerjakan secara tertib sehingga terkesan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat dilakukan secara terstruktur. termasuk di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah. SMA Negeri 1 Pesisir Tengah merupakan Sekolah Menengah Atas yang ada di Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat.
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah belum sesuai dengan rencana. Ketika evaluasi dilakukan setiap akhir periode tertentu, maka selalu ada program-program yang belum terlaksana dan belum mencapai sasaran yang diinginkan, sehingga sampai saat ini perlu dilakukaan perbaikan-perbaikan kembali untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Hal ini sesuai hasil wawancara penulis dengan Ibu. Urib Deniyati, yang merupakan Koordinator BK sekaligus guru pembimbing di SMA N 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat, beliau mengungkapkan:
(23)
7
“Di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah selalu diadakan penyusunan program terlebih dahulu, akan tetapi pada akhir evaluasi, masih ada beberapa program layanan yang belum bisa dilaksanakan dengan baik atau bahkan belum terlaksana. Kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan di SMAN 1 Pesisir Tengah tidak tersedianya waktu khusus untuk BK” Penulis juga memperoleh informasi dari hasil angket berupa check list pada program semester bahwa terdapat program layanan yang sudah terlaksana dan program layanan yang belum terlaksana dengan baik. Diantara program layanan yang belum terlaksana yaitu program pengenalan kurikulum layanan BK, memotivasi dalam tes, pembinaan siswa yang remidial, konseling perorangan bidang karir, konseling kelompok, instrumen BK (Format perjanjian siswa), himpunan data (data hasil belajar, laporan wali kelas), konferensi kasus, alih tangan kasus, kunjungan rumah.
Berdasarkan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa ada kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat sehingga hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan dan Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling ini diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan Bimbingan dan Konseling berbasis kompetensi di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
(24)
8
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam dan mendeskripsikan Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Terdapat beberapa program BK di sekolah yang belum terlaksana. 2) Belum disediakan waktu khusus untuk bimbingan dan konseling di
sekolah.
3) Guru bimbingan dan konseling kurang menguasai kerangka teori dan praktik bimbingan dan konseling
4) Guru bimbingan dan konseling kurang menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi kebutuhan dan masalah konseli 5) Guru bimbingan dan konseling kurang memahami langkah-langkah
penanganan masalah siswa
6) Guru bimbingan dan konseling kurang mengetahui tupoksi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
3. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pembahasan, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu “Kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014”
(25)
9
4. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Adapun permasalahannya adalah apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat tahun pelajaran 2013/2014.
2. Manfaat Penelitian
Penelian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep bimbingan dan konseling khususnya mengenai kegiatan bimbingan dan konseling. 2. Secara praktis
a. Bahan masukan guru bimbingan konseling dalam menjalankan kegiatan bimbingan dan konseling.
b. Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru bimbingan, peneliti selanjutnya, dan tenaga kependidikan lainnya
(26)
10
dalam mengatasi kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:
1. Ruang lingkup ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling.
2. Ruang lingkup objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
3. Ruang lingkup subjek
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
4. Ruang lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Kabupaten Pesisir Barat.
5. Ruang lingkup waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
(27)
11
D. Kerangka Pikir
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas dari sejumlah kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan tersebut sudah terselenggara dalam rangka suatu program bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rincian kegiatan yang berisi seluruh layanan yang akan diberikan dalam suatu periode waktu tertentu, hal ini didukung oleh Winkel (1990)"program bimbingan dan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan terencana, terorganisasi, dan tekoordinasi selama periode waktu tertentu misalnya 1 tahun ajaran”.
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling di sekolah. Kendala yang banyak ditemukan adalah guru bimbingan dan konseling belum mampu melaksanakan kegiatan bimbingan konseling. Upaya guru bimbingan konseling dalam rangka menjalankan peran tersebut berupa kinerja guru bimbingan konseling dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sukardi (2008:92) tentang tugas guru bimbingan konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang salah satunya adalah melaksanakan segenap program bimbingan dan konseling.
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan beban yang cukup berat bagi guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling tidak hanya cukup menguasai teori-teori bimbingan dan konseling namun perlu juga adanya keterampilan dalam pelaksanaannya. Banyak guru pembimbing yang jarang mempraktikkan berbagai layanan bimbingan dan
(28)
12
konseling. Pada proses konseling banyak guru BK yang masih memberikan nasehat, padahal pada konseling tidak diperbolehkan adanya nasehat.
Selain menguasai teori dan memiliki keterampilan, pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling juga memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Kurangnya sarana yang disediakan sekolah akan sangat menghambat dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Untuk itu pihak sekolah terutama kepala sekolah harus memperhatikan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling agar dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah tersusun dalam program bisa berjalan sesuai dengan harapan.
Begitu juga dengan kerjasama, guru bimbingan dan konseling harus membangun kerjasama yang baik dengan pihak sekolah lainnya. Baik itu dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam penyelesaian masalah siswa. Sehingga apabila ada masalah akan mudah diselesaikan jika semua pihak sekolah merasa mempunyai tanggung jawab yang sama.
Pelaksanaan berbagai layanan bimbingan dan konseling yang telah tersusun dalam program sesuai dengan prosedur yang ditetapkan memang bukan hal yang mudah. Guru bimbingan dan konseling memang perlu banyak berlatih. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kinerja guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan program yang telah tersusun. Kinerja guru bimbingan dan konseling bisa ditingkatkan dengan mengikuti berbagai pelatihan, seminar BK atau workshop.
(29)
13
Namun faktanya guru bimbingan dan konseling masih ada yang enggan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar BK atau workshop. Apabila ada pelatihan bimbingan dan konseling guru BK banyak yang tidak mengikuti karena mengganggap hal itu tidak begitu penting. Apabila ada seminar BK juga tidak mau mengikuti karna tidak mau mengeluarkan biaya. Begitu juga dengan workshop, banyak guru BK yang tidak mau mengikuti dengan alasan lokasi yang jauh. Sehingga keterampilan guru BK dalam menjalankan berbagai layanan masih kurang baik, masih banyak kendala dalam pelaksanaannya. Selain menguasai teori-teori kegiatan bimbingan dan konseling harus menjalin kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan guru pembimbing serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai agar dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat tercapai dengan maksimal.
(30)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling
Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling, guru bimbingan konseling harus berpanduan pada program bimbingan konseling yang telah disusun. Program bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan yang diselenggarakan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling dalam periode tertentu.
Menurut Giyono (2010) program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode tertentu, yakni periode bulanan, semester dan tahunan. Dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling adalah keseluruhan rencana kegiatan yang disusun dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik yang dilaksanakan pada periode tertentu. Dalam hal ini periode tertentu yakni periode harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan periode tahunan. Pelaksanaan program bimbingan konseling yang sesuai dengan periode-periode tersebut akan membuat pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan konseling berkesinambungan.
(31)
15
Program bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari suatu sistem di sekolah dan mengandung makna bahwa program bimbingan konseling bukan berarti program milik guru bimbingan dan konseling sekolah sendiri tetapi lebih dari itu, program bimbingan dan konseling merupakan milik semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah. Program tersebut mengandung unsur-unsur yang terdapat di dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan berorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
Program bimbingan dan konseling disusun oleh guru bimbingan konseling. Meskipun program bimbingan konseling disusun oleh guru bimbingan konseling, namun dalam pelaksanaannya guru bimbingan konseling harus dapat melibatkan seluruh warga sekolah. Maka bisa dikatakan program bimbingan konseling bukanlah milik guru bimbingan konseling saja, namun milik seluruh warga sekolah.
2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling adalah kumpulan rencana kegiatan pelayanan bimbingan konseling yang disusun berdasarkan pada kebutuhan peserta didik pada suatu periode tertentu. Periode tersebut bisa dalam rentang tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian. Dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Penjas dan BK (2009), jenis-jenis program bimbingan dan konseling itu sendiri dibagi menjadi lima yaitu :
(32)
16
a. Program Tahunan
Yaitu program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
b. Program Semesteran
Yaitu program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu semester untuk masing-masing kelas yang merupakan jabaran dari program tahunan.
c. Program Bulanan
Program bulanan merupakan program bimbingan dan konseling yang meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
d. Program Mingguan
Program mingguan merupakan program pelayanan bimbingan konseling yang meliputi seluruh kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu minggu yang merupakan jabaran dari program bulanan.
e. Program Harian
Program harian merupakan program pelayanan bimbingan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk rencana program pelayanan/pendukung (RPP).
(33)
17
Dari perumusan jenis program tersebut, maka guru bimbingan konseling dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan bimbingan konseling secara terperinci sesuai dengan waktu periode yang telah ditentukan. Guru bimbingan konseling juga harus dapat menyesuaikan program bimbingan konseling yang telah disusun dengan program sekolah agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya benturan. Semua hal ini bertujuan agar kegiatan layanan bimbingan konseling yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling dapat berjalan secara efektif dan efisien.
3. Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling
Tidak hanya memperhatikan struktur program bimbingan dan konseling, guru bimbingan konseling selaku pelaksana program juga memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam pembuatan program. Menurut Hikmawati (2011) unsur-unsur yang hendaknya diperhatikan dan menjadi isi program bimbingan dan konseling disekolah adalah sebagai berikut: a. Jumlah siswa yang dibimbing
1) Guru pembimbing
siswa minimal : 150
2) Kepala sekolah dari guru pembimbing
Siswa : 40
3) Wakil kepala sekolah dari guru pembimbing
Siswa : 75
4) Guru kelas : 1 kelas
b. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan 1) Dalam jam belajar sekolah
2) Luar jam belajar sekolah c. Unsur bimbingan dan konseling
(34)
18
a) Bimbingan pribadi
Bimbingan pribadi merupakan bidang bimbingan yang membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, mantap dan mandiri, serta sehat jasmani dan rohani.
b) Bimbingan sosial
Bimbingan sosial merupakan bidang bimbingan yang membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosianya dengan dilandasi budi pekerti yang luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
c) Bimbingan belajar
Bimbingan belajar merupakan bidang bimbingan yang membantu siswa mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik, untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
d) Bimbingan karier
Bimbingan karir merupakan bidang bimbingan yang membantu mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan, atau jabatan tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan tersebut.
d. Jenis dan layanan bimbingan dan konseling, yaitu: 1) Layanan orientasi
Layanan Orientasi yaitu memberikan pengenalan kepada siswa tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya agar siswa memperoleh penyesuaian diri dalam situasi pendidikan yang dihadapinya.
2) Layanan informasi
Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan, jabatan, dan informasi sosial) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan.
3) Layanan penempatan/penyaluran
Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara teapt (penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program khusus, keiatan ko/ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya.
4) Layanan pembelajaran
Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasan belajar yang baik, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
(35)
19
5) Layanan konseling individual
Layanan konseling individual yaitu layanan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada seorang siswa denagn tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif.
6) Layanan bimbingan kelompok
Layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari konselo/guru pembimbing) yang berguna untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
7) Layanan konseling kelompok
Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
e. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling,yaitu: 1) Aplikasi instrumentasi
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling , yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien/konseli), keterangan tentang lingkungan peserta didik (konseli), dan “lingkungan yang lebih luas”. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes ataupun non tes.
2) Himpunan data
Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien/konseli). Berbagai hal yang termuat dalam himpunan data adalah berbagai hal yang terdapat dalam instrumentasi bimbingan dan konseling.
3) Konferensi kasus
Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien/konseli) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Materi pokok yang dibicarakan dalam konferensi kasus ialah segenap hal yang menyangkut permasalahan (kasus) yang dialami oleh siswa yang bersangkutan. Teknik-teknik bantuan yang akan diberikan dan dibicarakan dalam suatu pertemuan disebut dengan konferenssi kasus atau case conference
(36)
20
4) Kunjungan rumah
Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik (klien/konseli) melalui kunjungan kerumahnya. Kunjungan rumah ini merupakan kegiatan yang membutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik antara orang tua/wali murid dengan guru bimbingan dan konseling. Dari kunjungan rumah akan diperoleh berbagai keterangan tentang peserta didik yang berguna bagi pengentasan permasalahan yang dialami peserta didik.
5) Alih tangan kasus
Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien/konseli) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan alih tangan kasus ini memerlukan kerja sama yang erat dan baik antara berbagai pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang dialami peserta didik.alih tangan kasus bertujuan agar peserta didik yang mengalami masalaah mendapat penanganan yang lebih tepat dan tuntas. Materi pokok yang dialihtangankan pada dasarnya sama dengan keseluruhan kasus yang dialami oleh peserta didik yang bersangkutan.
f. Volume kegiatan bimbingan dan konseling 1) Layanan orientasi
2) Layanan informasi
3) Layanan penempatan/penyaluran 4) Layanan pembelajaran
5) Layanan konseling perorangan 6) Layanan bimbingan kelompok 7) Layanan konseling kelompok 8) Aplikasi instrumentasi
9) Himpunan data 10) Konferensi kasus 11) Kunjungan rumah 12) Alih tangan kasus
g. Unsur layanan terhadap siswa mengikuti rumus “5 x 2 x 3” yang berarti, setiap siswa menerima layanan bimbingan dan konseling minimal lima kali dalam setiap semester selama tiga tahun di satu jenjang sekolah.
h. Setiap kali kegiatan bimbingan dan konseling kurang lebih sekitar dua jam.
i. Pada semester pertama diwajibkan dilaksanakannya layanan orientasi. Semua unsur-unsur yang telah disebutkan diatas hendaknya menjadi perhatian khusus bagi guru bimbingan dan konseling dalam menyusun
(37)
21
program bimbingan dan konseling agar nantinya dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam program bimbingan dan konseling. Bila program bimbingan dan konseling telah tersusun dengan baik, maka selanjutnya kinerja guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling akan diuji.
4. Ciri Program Bimbingan dan Konseling Yang Baik
Saat ini telah banyak sekali sekolah-sekolah yang menyadari pentingnya layanan bimbingan dan konseling. Kesadaran tersebut muncul karena semakin menurunnya tingkat moral dan emosional yang labil dari peserta didik. Namun kesadaran itu tidak diikuti dengan kinerja yang baik dari guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Sebelum melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung yang telah tercantum diprogram bimbingan konseling, terlebih dahulu guru bimbingan konseling harus menyusun program bimbingan dan konseling.
Menurut Giyono (2010) program bimbingan yang baik yaitu program bimbingan yang apabila dilaksanakan akan efektif dan efisien memilliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para peserta didik yang besangkutan.
2) Kegiatan bimbingan diatur berdasarkan skala proritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan peserta didik dan kemampuan petugas.
3) Program dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.
4) Program dikembangkan dengan melibatkan tenaga di luar sekolah dalam pelaksanaan program (misal pihak kepolisian, dokter)
(38)
22
5) Program memiliki tujuan yang ideal tetapi realistis maksudnya dapat dicapai dengan mudah dalam pelaksanaannya.
6) Program tersebut mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksananya.
7) Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan program. 8) Penyusunan program disesuaikan dengan program pendidikan di
lingkungan sekolah yang bersangkutan.
9) Memberikan kemungkinan untuk memberikan pelayanan kepada semua peserta didik di sekolah yang bersangkutan.
10) Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat.
11) Berlangsung sesuai dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan para peserta didik.
12) Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal pelayanan individual dan kelompok.
13) Program memiliki alat ukur yang objektif dan mencakup berbagai bidang layanan yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan bidang karir. 14) Program bimbingan merupakan bagian yang integral dari program
pendidikan di sekolah.
Program bimbingan dan konseling di sekolah akan terlaksana secara efektif dan efisien bila memenuhi semua kriteria yang telah disebutkan diatas. Penyusunan program bimbingan dan konseling haruslah dilakukan secara baik agar dalam proses pelaksanaanya dapat mempermudah guru bimbingan konseling
B.Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Kendala dapat diartikan sebagai halangan, rintangan, hadangan atau faktor yang membatasi, atau menghalangi atau mencegah pencapaian suatu sasaran. Sedangkan pelaksanaan ”Wandy Thea” yaitu proses dilakukanya suatu kegiatan. Yang dimaksudkan pelaksanaan disini, yaitu proses (pelaksanaan) dilakukanya kegiatan bimbingan dan konseling.
(39)
23
Jadi kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan hal-hal yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Ketika kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang telah direncanakan sebelumnya belum dapat berjalan sebagaimana mestinya maka kegiatan tersebut mengalami hambatan dalam pelaksanaannya.
Pihak-pihak terkait yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, guru pelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Selain itu dibutuhkan kerja sama siswa dan orang tua siswa. Suasana sekolah dan keadaan dunia pendidikan yang kondusif juga membantu terlaksananya layanan bimbingan dan konseling yang efektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan kerja sama antara pihak guru, siswa dan pihak orang tua agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bisa terlaksana secara efektif.
Namun pada kenyataannya belum ada kerja sama yang baik antara pihak-pihak sekolah dengan guru pembimbing dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Sehingga program bimbingan dan konseling masih terkesan hanya tugas guru pembimbing saja. Mengenai kerjasama, Gunawan (2001) mengemukakan kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:
1. para pengelola sekolah masih beranggapan bahwa tugas sekolah adalah mengajar.
(40)
24
2. kepala sekolah dan guru masih belum memiliki pengetahuan yang benar mengenai peranan dan kedudukan program bimbingan dan konseling dalam kesatuannya dengan program pendidikan di sekolah. 3. banyak lembaga pendidikan guru pembimbing kurang memberikan
bekal praktek bimbingan kepada para calon petugas bimbingan dan konseling.
4. nama staf bimbingan memberikan kesan kepada guru bahwa fungsi bimbingan telah memiliki spesialisasi.
5. banyak petugas bimbingan bukan lulusan bimbingan dan konseling, sehingga bimbingan dan konseling tidak bisa berjalan baik, bahkan banyak yang melanggar prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Jadi, dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling diperlukan dukungan banyak pihak agar menjadi lancar. Perlu kerja sama antara pengelola sekolah, kepala sekolah sebagai penanggung jawab, guru dan wali kelas, dan guru bimbingan dan konseling sebagai petugas utama pelaksana program bimbingan dan konseling.
2. Faktor-Faktor Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Menurut Rahman dalam study kasusnya (Diktat PLPG 2009) mengungkapkan hampir di semua sekolah mengalami kendala dan masalah yang beragam sehingga program BK menjadi terhambat. Diantara masalah yang timbul disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Guru Bimbingan : kendala yang disebabkan dari guru bimbingan itu sendiri seperti :
a) Guru mampu membuat program, namun hanya sebatas administrasi artinya tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga tidak dirasakan oleh siswa atau rekan sejawat.
b) Guru bimbingan dan konseling tidak sepenuhnya menguasai layanan yang ada terutama layanan yang menjadi ruh dalam bimbingan dan konseling seperti konseling individual, konseling kelompok dan bimbingan kelompok.
(41)
25
d) Kurangnya motivasi pengembangan profesionalisme dari guru BK itu sendiri guna untuk memperbaiki kinerja dan peningkatan kemampuan dengan mengikuti seminar ataupun workshop tentang BK
e) Kurangnya guru BK senior yang mempunyai skiil dilapangan yang mampu membimbing juniornya
2. Fasilitas ; kendala yang disebabkan kurangnya fasilitas pendukung terlaksananya Bimbngan dan Konseling, baik fasilitas yang bersifat fisik maupun yang bersifat teknis, seperti :
a) Tidak mempunyai ruang BK yang memadai b) Tidak tersedia lemari penyimpan data
c) Tidak ada ruang khusus konseling individual/kelompok d) Tidak tersedia komputer
e) Tidak tersedia papan informasi, meja kursi dan perlengkapan ruangan
f) Ruangan yang kurang nyaman, misalnya ruang BK satu atap dengan guru-guru yang lain atau berdekatan dengan keramaian.
g) Pengaturan ruangan yang membuat siswa tidak nyaman
3. Anggaran Dana ; kendala yang disebabkan oleh kurangnya anggaran yang akan menunjang pelaksanaan BK. Seperti :
a) Minimnya anggaran Dana BK
b) Anggaran dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan layanan BK c) Anggaran dana yang tidak dikelola langsung oleh guru BK
4. Kerjasama dalam pelayanan BK; kendala yang disebabkan kurangnya kerjasama antara pihak sekolah dan guru pembimbing baik dari segi penyusunan maupun pelaksanaan layanan, seperti :
a) Pengetahuan yang kurang dari pihak sekolah mengenai BK b) Penyusunan program sering diadakan tanpa adanya pihak sekolah c) Pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya penyusunan program
kepada guru BK
d) Ketika ada siswa bermasalah sepenuhnya diberikan kepada guru BK tanpa adanya kerjasama dengan guru atau wali kelas
(42)
26
5. Waktu layanan ; kendala yang disebabkan kurangnya waktu yang diberikan sehingga membuat layanan tersebut tidak berjalan secara efektif dan optimal, seperti :
a) Pihak sekolah tidak memberikan waktu untuk pelaksanaan layanan secara klasikal
b) Sedikitnya waktu yang diberikan kepada guru bimbingan untuk memberikan layanan
c) Guru bimbingan tidak bisa mengatur waktu antara pemberian materi perkembangan dan layanan yang dilakukan diluar kelas
d) Anggap pihak sekolah bahwa guru pembimbing tugasnya hanya diruang bimbingan untuk menangani siswa bermasalah saja
6. Siswa ; kendala yang disebabkan dari siswa sehingga menghambat pelaksanaan layanan BK, seperti ;
a) Anggapan siswa terhadap guru BK sebagai polisi sekolah
b) Anggapan yang salah dari siswa bahwa guru BK hanya menangani siswa yang bermasalah saja
c) Siswa kurang kooperatif mengenai layanan BK yang ada karena minimnya pengetahuan siswa tentang peran dan tugas guru BK 7. Penyusunan Program ; kendala yang disebabkan oleh tidak ada
perencanaan yang matang dalam penyusunan program sehingga program BK tidak terarah, dan tidak mempunyai tujuan yang jelas. Kendala yang terjadi disebabkan seperti :
a) Pihak sekolah tidak dilibatkan dalam penyusunan program b) Penyusunan progran yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa c) Penyusunan tidak melalu tahap-tahap dalam pembuatan program,
seperti tahap persiapan, pertemuan dengan rekan konselor, perumusan program BK, konsultasi dan pembentukan panitia untuk mempersiapkan himpunan data terlebih dahulu.
d) Minimnya pengetahuan guru pembimbing dalam menyusun program
Jadi, pelaksanaan program bimbingan dan konseling akan dapat dilaksanakan dengan baik ketika terdapat guru bimbingan yang profesional, dana yang sesuai dengan kebutuhan, waktu yang diberikan
(43)
27
dapat digunakan secara efesien dan optimal, siswa yang kooperatif dalam layanan BK, program yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan guru pembimbing.
C. Guru Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling atau yang disebut ”konselor” merupakan petugas professional. Artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang, mereka yang mendapat pendidikan khusus Bimbingan dan Konseling, secara ideal berijazah sarjana dari FIP-IKIP, Jurusan/Program studi Bimbingan dan Konseling, serta jurusan-jurusan/program studi yang sejenis.
Menurut Winkel (1991) guru bimbingan dan konseling adalah “Tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (full-time guidance counselor)”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling adalah tenaga profesional yang melakukan tugasnya secara menyeluruh sesuai dengan hak dan wewenang penuh dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling harus dilakukan oleh guru pembimbing yang profesional. Profesional artinya orang yang bekerja sesuai dengan keahlian dan bidangnya masing-masing. Undang-undang No 14 Tahun 2005 pasal 1 butir 4 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
(44)
28
seseorang yang menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksana layanan bimbingan dan konseling yang profesional harus memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan dalam memberikan layanan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
2. Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling
Menurut Nurihsan (2005) kompetensi dasar yang seyogiannya dimiliki oleh seorang konselor dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi itu adalah sebagai berikut:
a. Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan. b. Penguasaan konsep bimbingan dan konseling c. Penguasaan kemampuan asesmen
d. Penguasaan pelaksanaan mengembangkan program bimbingan dan konseling
e. Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagi strategi layanan bimbingan dan konseling
f. Penguasaaan kemampuan mengembangkan proses kelompok g. Penguasaan kesadaran etik profesional dan mengembangkan frofesi h. Penguasaan pemahaman konteks budaya, agama, dan seting
kebutuhan khusus.
Jadi, agar guru pembimbing itu profesional dalam mengelola sistem layanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka kedelapan kompotensi dasar guru bimbingan di atas perlu dikuasai dengan baik.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 27 tahun 2008 tentang Standar Akademik dan Kompetensi konselor menyatakan bahwa kompetensi
(45)
29
konselor terdiri dari kompetensi padagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi profesional meliputi:
1. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi kebutuhan dan masalah konseli
2. Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling
3. Merancang program bimbingan dan konseling
4. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
5. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
6. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
7. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan sebagai seorang guru bimbingan dan konseling tidak mudah dan ringan, selain menghadapi siswa yang berbeda-beda, masing-masing siswa mempunyai keunikan atau kekhasan baik dalam aspek tingkah laku, kepribadian maupun sikap-sikapnya, guru bimbingan dan konseling juga harus menguasai konsep dan praktik bimbingan dan konseling. Oleh karena itu seorang konselor profesional harus memiliki kemampuan dalam menangani hal tersebut.
Dalam hal ini Sukardi menyatakan bahwa “Guru bimbingan dan konseling harus memenuhi persyaratan tertentu, diantaranya persyaratan formal (pendidikan), kepribadian, dan sifat serta sikap” Persyaratan formal yaitu persyaratan yang berhubungan dengan pendidikan, pengalaman, kecocokan pribadi.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling harus merupakan seorang yang terlatih yang memiliki kepribadian yang baik, yaitu berkaitan dengan pengetahuan,
(46)
30
keterampilan dan nilai nilai yang dimiliki karena guru bimbingan dan konseling akan menghadapi banyak variasi dalam berhadapan dengan siswa karena setiap siswa mempunyai masalah pribadi yang bersifat individual, artinya setiap siswa memiliki masalah yang berbeda-beda. 3. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling di sekolah memiliki tugas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, agar lebih efektif dan efisien. Tugas-tugas yang akan dikemukakan berikut merupakan hal yang dapat menjadi dasar dalam proses layanan bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan. Sukardi menyatakan bahwa tugas guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah: a. melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.
b. memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling. c. merencanakan program bimbingan dan konseling.
d. melaksanakan segenap program layanan bimbingan dan konseling. e. mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan program layanan
bimbingan dan konseling.
f. melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi program pelayanan bimbingan dan konseling.
g. mengadministrasi kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
h. mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan BK kepada koordinator bimbingan dan konseling.
Pendapat di atas mengemukakan bahwa tugas guru bimbingan dan konseling adalah merencanakan, memasyarakatkan, melaksanakan, mengevaluasi, menindaklanjuti, mengadministrasi program layanan bimbingan dan konseling, dan mempertanggungjawabkan semuanya kepada pihak-pihak yang terkait. Hal itu dapat terlaksana jika guru bimbingan dan konseling memiliki pemahaman dan kemampuan yang
(47)
31
baik untuk menjalankannya. Jika guru bimbingan dan konseling tidak memahami tugas-tugasnya maka layanan bimbingan dan konseling tidak akan terlaksana dan anggapan bahwa guru bimbingan dan konseling tidak memiliki pekerjaan yang tetap di sekolah akan dibenarkan.
Kemudian Nurihsan (2007) menjelaskan mengenai unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok guru bimbingan dan konseling meliputi:
a. bidang-bidang bimbingan.
b. jenis layanan bimbingan dan konseling,
c. jenis-jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. d. tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
e. jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing untuk memperoleh pelayanan.
Melalui bidang, layanan, dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling akan terlihat pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Pelaksanaan program diberikan sesuai dengan tahapan kegiatan dan siswa asuh yang ada di sekolah. Tugas pokok tersebut dijabarkan dalam program-program kegiatan yang disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang nantinya akan menjadi wujud nyata pelayanan langsung bimbingan dan konseling terhadap siswa di sekolah.
4. Kedudukan Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Kedudukan guru bimbingan dan konseling di sekolah terdapat dalam sturuktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Sukardi (2008) menyajikan organisasi pelayanan bimbingan dan konseling yang dapat menentukan kedudukan guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut :
(48)
32
5.
6.
7.
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling Keterangan :
= Garis komando
= Garis koordinasi = Garis konsultasi
Komite Se
Tenaga Ahli Kepala Sekolah
Wa
Tata Usaha
Guru
Bimbingan dan Konseling Pelajaran/Pelatih Guru Mata Wali Kelas/
Guru
(49)
III.METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Waktu pelaksanaannya pada tahun pelajaran 2013/2014.
B. Metode Penelitian
Penerapan teori terhadap suatu permasalahan memerlukan metode khusus yang dianggap relevan dan membantu pemecahan masalah. Metode tersebut dipergunakan untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Metode penelitian merupakan suatu ilmu yang membicarakan tentang berbagai cara yang harus ditempuh secara ilmiah dengan maksud untuk menemukan dan menguji kebenaran suatu penelitian.
Ciri dari sebuah kegiatan ilmiah adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan sistematis sebagai penentu kearah pemecahan sebuah masalah, ketetapan memilih metode merupakan persyaratan utama agar dapat mencapai hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
(50)
34
Masalah yang diteliti pada penelitian ini merupakan masalah yang bersifat holistik, di mana masalah tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan akan tetapi harus mencangkup keseluruhan situasi sosial yang ada, sehingga penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2009) mengungkapkan “bahwa penelitian kualitatif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial”. Jadi, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sesuatu yang berlangsung pada saat penelitian.
Penelitian ini dilihat dari segi tempat termasuk penelitian lapangan (field
research) yang dilakukan secara langsung untuk memaparkan kondisi dan
aktivitas yang ada. Dilihat dari pendekatannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang digunakan untuk memperoleh data tentang fakta-fakta yang terdapat pada suatu objek tertentu secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Penelitian ini, penulis ingin mendapatkan data tentang kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Sehingga yang menjadi subjek dalam pengambilan data ini adalah seluruh guru bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat yang terdiri dari 5 orang guru pembimbing. Penentuan subjek penelitian ditentukan secara purposive yaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pelaksana utama
(51)
35
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru bimbingan dan konseling dan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling juga dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling, hal tersebut yang menjadi pertimbangan dalam menentukan subjek dalam penelitian ini.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Menurut Margono (2007) ”Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai” Variabel juga dapat diartikan pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih. Variabel dalam sebuah penelitian dapat dikategorikan menjadi dua yaitu Variabel Independen (variabel bebas) dan Variabel Dependen (variabel terikat), yang masing – masing diberi lambang “X” dan “Y”.
Berdasarkan pada pengertian di atas dan judul dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini tidak ada variabel bebas dan variabel terikat, karena variabelnya tunggal. Selain itu penelitian ini bukan meneliti tentang ada tidaknya hubungan ataupun meneliti tentang ada tidaknya pengaruh. Variabel yang dimaksud yaitu “Kendala Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling”
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan
(52)
36
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir : 2007)
Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah Kendala Pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMAN 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Tahun Pelajaran 2013/2014. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan hal-hal yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Ketika kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang telah direncanakan sebelumnya belum dapat berjalan sebagaimana mestinya maka kegiatan tersebut mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Indikator tentang kendala yang penulis maksud dalam penelitian ini dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) klasifikasi yaitu: kinerja guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan program, fasilitas/ sarana dan prasarana, dan kerjasama.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan, guna mencapai objektifitas yang tinggi. Teknik mengumpulkan data yang digunakan penulis untuk mengetahui kendala-kendala dalam melaksanakan kegiatan yang belum terlaksana tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara interviewer dan interview sesuai dengan pokok persoalan yang dikehendaki. Menurut
(53)
37
Maryono (2007): ”wawancara merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
Wawancara penulis lakukan setelah mengetahui program-program yang belum terlaksana yang diperoleh dari hasil angket. Di dalam proses pengumpulan data ini peneliti melakukan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah untuk mendapatkan informasi mengenai kendala pelaksanaan program yang belum terlaksana. Penulis melakukan wawancara kepada semua guru bimbingan dan konseling dengan menggunakan pertanyaan yang sama.
2. Angket/Kuesioner
Angket/kuesioner merupakan salah satu alat pengumpulan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner berstuktur yaitu dengan memberikan pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan.
Peneliti menggunakan cara ini untuk mengungkapkan program-program yang sudah terlaksana dan yang belum terlaksana dengan memberikan tanda
check list pada program-program yang disusun oleh guru bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah. Berdasarkan hasil kuesioner tersebut peneliti akan mendapatkan gambaran mengenai program-program mana saja yang sudah terlaksana dan yang belum terlaksana. Penyebaran
(54)
38
angket ini merupakan tahap awal yang dilakukan penulis sebelum malakukan wawancara.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data-data pendukung seperti program BK, tenaga BK, anggaran dana, sarana dan prasarana.
E. Uji Persyaratan Instrumen
Dalam suatu penelitian, peneliti harus melakukan pengujian terlebih dahulu terhadap instrumen yang akan digunakan. Instrumen penelitian yang akan diuji adalah wawancara kendala pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Pengujian instrumen ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui apakah instrumen yang digunakan telah valid dan reliabel atau belum. Uji instrumen akan dianalisis sehingga dapat diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.
1. Uji Validitas Wawancara
Instrumen yang valid apabila instrumen tersebut benar-benar dapat mengungkap aspek yang diselidiki dengan kata lain harus memiliki tingkat ketepatan yang tinggi dalam mengungkap aspek-aspek yang dapat diukur.
(55)
39
Uji validitas wawancarayang digunakan pada penelitian ini diukur dengan
face validity (validitas lahir atau validitas tampang). Menurut Margono
(2007) face validity menunjuk 2 arti yaitu: menyangkut atribut pengukuran yang kongkrit dan menyangkut penilaian dari para ahli dengan menggunakan expert judgment. Para ahli yang dimaksud yaitu 3 Dosen BK yang menjadi ahli lampiran (hal 121)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini atribut yang akan digunakan harus menunjuk kepada asumsi bahwa atribut tersebut berdasarkan fokus permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Kemudian atribut yang akan digunakan ditunjukkan kepada para ahli. Apabila para ahli berpendapat bahwa alat ukur yang disusun itu memang mengukur kendala pelaksanaan pelaksanaan bimbingan dan konseling, maka alat ukur tersebut dikatakan memiliki validitas tampang.
2. Uji reliabilitas Wawancara
Tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang relatif tetap apabila dilakukan secara berulang kepada individu yang sama. Reliabilitas wawancara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bias dimana nilai-nilai pewawancara masuk dalam proses wawancara atau proses analisa data. Selain itu juga faktor rentang waktu yang digunakan dalam wawancara. Semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam proses wawancara maka baik pewawancara maupun subyek akan merasa
(56)
40
jenuh sehingga mempengaruhi kualitas dari proses wawancara itu sendiri. Uji realibilitas pada penelitian ini dilakukan melalui audit (pemeriksaan) jawaban untuk melihat konsistensi pada jawaban-jawaban atas pertanyaan yang hampir mirip. Pertanyaan yang sama akan diberikan kepada narasumber yang berbeda. Penulis akan membandingkan konsistensi jawaban dari hasil wawancara dari masing-masing narasumber.Lampiran (hal 124)
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada hasil wawancara yang dilakukan penulis yaitu dilakukan dengan interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis data Model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono : 2010). Aktifitas dalam analisis data yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Pada analisis data
hasil wawancara ini aktifitas pertama yang dilakukan penulis yaitu dengan mereduksi data (data reduction). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Mereduksi data dilakukan dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Tahap selanjutnya setelah mereduksi data, penulis melakukan penyajian data (data display). Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk teks naratif. Selanjutnya peneliti melakukan conclusion drawing/
(57)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat antara lain :
1. Berdasarkan indikator kinerja guru BK diperoleh kesimpulan “kurangnya keterampilan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling”. 2. Berdasarkan indikator sarana dan prasarana diperoleh kesimpulan
“kurangnya penyediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan anggaran dana yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling”
3. Berdasarkan indikator kerjasama diperoleh kesimpulan “belum terbentuknya jalinan kerjasama yang baik antara guru bimbingan dan konseling dengan guru yang lain dan juga pihak sekolah belum bisa memberikan penjadwalan yang efektif untuk pelaksanan BK di sekolah” B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan dari penelitian ini, maka dengan ini penulis mengajukan saran sebagai berikut:
(58)
70
1. Guru bimbingan dan konseling harus mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar BK, atau workshop untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.
2. Kepala sekolah diharapkan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
3. Guru bimbingan dan konseling diharapkan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak sekolah lainnya dan Kepala Sekolah diharapkan bisa mempertimbangkan penjadwalan kegiatan bimbingan dan konseling.
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Amti, E. dan Prayitno. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Corey, Geral.2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterafi. Bandung: Refika Aditama.
Giyono. 2010. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah (Diktat). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Gunawan, Y. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: Prenhallindo.
Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan dan Konseling : Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Jauhar, Mohammad dan Wardati. 2011. Implementasi Bimbingan & Konseling Di
Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nazir, M. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurihsan, J.A. 2007. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.
PPPPTK PENJAS dan BK. 2009. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Dalam
KTSP. Jakarta : Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
Rahman. Bahan Diktat PLPG, ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ) Bimbingan Konseling Palembang tahun, 2009
(60)
Soetjipto & Raflis Kosasi. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suhasimi A, 1992. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta, Rineka Cipta
Sukardi, D.K. 1984 Pengantar Teori Konseling (Suatu uraian Ringkas). Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, D,K. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konsling. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, D.K. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi, D.K. dan Sumiati, D.M. 1990. Pedoman Praktis Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung:Alfabeta.
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi
Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy.
Winkel, W.S. 1990. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Dari Institusi
Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Winkel, W.S, 1991. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Dari Institusi
(1)
39
Uji validitas wawancara yang digunakan pada penelitian ini diukur dengan face validity (validitas lahir atau validitas tampang). Menurut Margono (2007) face validity menunjuk 2 arti yaitu: menyangkut atribut pengukuran yang kongkrit dan menyangkut penilaian dari para ahli dengan menggunakan expert judgment. Para ahli yang dimaksud yaitu 3 Dosen BK yang menjadi ahli lampiran (hal 121)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini atribut yang akan digunakan harus menunjuk kepada asumsi bahwa atribut tersebut berdasarkan fokus permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Kemudian atribut yang akan digunakan ditunjukkan kepada para ahli. Apabila para ahli berpendapat bahwa alat ukur yang disusun itu memang mengukur kendala pelaksanaan pelaksanaan bimbingan dan konseling, maka alat ukur tersebut dikatakan memiliki validitas tampang.
2. Uji reliabilitas Wawancara
Tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang relatif tetap apabila dilakukan secara berulang kepada individu yang sama. Reliabilitas wawancara dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bias dimana nilai-nilai pewawancara masuk dalam proses wawancara atau proses analisa data. Selain itu juga faktor rentang waktu yang digunakan dalam wawancara. Semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam proses wawancara maka baik pewawancara maupun subyek akan merasa
(2)
40
jenuh sehingga mempengaruhi kualitas dari proses wawancara itu sendiri. Uji realibilitas pada penelitian ini dilakukan melalui audit (pemeriksaan) jawaban untuk melihat konsistensi pada jawaban-jawaban atas pertanyaan yang hampir mirip. Pertanyaan yang sama akan diberikan kepada narasumber yang berbeda. Penulis akan membandingkan konsistensi jawaban dari hasil wawancara dari masing-masing narasumber.Lampiran (hal 124)
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada hasil wawancara yang dilakukan penulis yaitu dilakukan dengan interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis data Model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono : 2010). Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Pada analisis data hasil wawancara ini aktifitas pertama yang dilakukan penulis yaitu dengan mereduksi data (data reduction). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Mereduksi data dilakukan dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Tahap selanjutnya setelah mereduksi data, penulis melakukan penyajian data (data display). Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk teks naratif. Selanjutnya peneliti melakukan conclusion drawing/ verification. Conclusion drawing yaitu penarikan kesimpulan
(3)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kendala pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat antara lain :
1. Berdasarkan indikator kinerja guru BK diperoleh kesimpulan “kurangnya keterampilan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling”. 2. Berdasarkan indikator sarana dan prasarana diperoleh kesimpulan
“kurangnya penyediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan anggaran dana yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling”
3. Berdasarkan indikator kerjasama diperoleh kesimpulan “belum terbentuknya jalinan kerjasama yang baik antara guru bimbingan dan konseling dengan guru yang lain dan juga pihak sekolah belum bisa memberikan penjadwalan yang efektif untuk pelaksanan BK di sekolah” B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan dari penelitian ini, maka dengan ini penulis mengajukan saran sebagai berikut:
(4)
70
1. Guru bimbingan dan konseling harus mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar BK, atau workshop untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.
2. Kepala sekolah diharapkan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
3. Guru bimbingan dan konseling diharapkan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak sekolah lainnya dan Kepala Sekolah diharapkan bisa mempertimbangkan penjadwalan kegiatan bimbingan dan konseling.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Amti, E. dan Prayitno. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Corey, Geral. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterafi. Bandung: Refika Aditama.
Giyono. 2010. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah (Diktat). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Gunawan, Y. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Prenhallindo.
Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan dan Konseling : Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Jauhar, Mohammad dan Wardati. 2011. Implementasi Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nazir, M. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurihsan, J.A. 2007. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.
PPPPTK PENJAS dan BK. 2009. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Dalam KTSP. Jakarta : Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Rahman. Bahan Diktat PLPG, ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ) Bimbingan Konseling Palembang tahun, 2009
(6)
Soetjipto & Raflis Kosasi. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suhasimi A, 1992. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta, Rineka Cipta
Sukardi, D.K. 1984 Pengantar Teori Konseling (Suatu uraian Ringkas). Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, D,K. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konsling. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, D.K. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi, D.K. dan Sumiati, D.M. 1990. Pedoman Praktis Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:Alfabeta.
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy.
Winkel, W.S. 1990. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Dari Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Winkel, W.S, 1991. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Dari Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.