Kedudukan PPAT Peralihan Hak Atas Tanah

a. Pemindahan atau pembebanan hak atas tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yang didalam sertipikatnya dicantumkan tanda yang menandakan bahwa hak tersebut hanya boleh dipindah tangankan apabila telah diperoleh izin dari instansi yang berwenang; b. Pemindahan atau pembebanan hak pakai atas tanah negara. Dalam hal izin pemindahan hak diperlukan, maka izin tersebut harus sudah diperoleh sebelum akta pemindahan atau pembebanan hak hak yang bersangkutan dibuat. Izin pemindahan hak yang diperlukan tersebut dianggap sudah diperoleh untuk pemindahan hak yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan Izin Lokasi atau pemasaran hasil pengembangan bidang tanah Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai induk oleh perusahaan real estate, kawasan industri atau pengembangan lain yang sejenis. Selanjutnya diatur bahwa sebelum di buat akta mengenai pemindahan hak atas tanah, calon penerima hak harus membuat pernyataan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan : a. dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan tanaha menurut ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku; b. dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi pemegang hak atas tanah absenteeguntai menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. menyadari bahwa apabila pernyataan tidak benar maka tanah kelebihan atau tanah kelebihan atau tanah absentee tersebut menjadi obyek landreform; d. bersedia menanggung semua akibat hukumnya,apabila pernyataan sebagaimana dimaksud pada a dan b tidak benar. PPAT wajib menjelaskan kepada calon penerima hak maksud dan isi pernyataan tersebut.

b. Kedudukan PPAT

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa dalam perolehan hak atas tanah, khususnya dalam peralihan hak, harus dibuktikan perbuatan hukumnya dengan akta otentik yang diperbuat oleh dan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. Tentang kedudukan PPAT tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 1 Tahun 2006. PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta- akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah biasanya yang diangkat adalah Notaris. PPAT masih ada yang disebut PPAT- sementara dan PPAT-khusus. PPAT Sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT biasanya yang diangkat adalah Camat dan dalam hal tertentu dapat diangkat Kepala Desa, dengan memangku jabatan selama yang bersangkutan menjabat sebagai Camat atau Kepala Desa di tempat tugasnya Sedang PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksnakan tugas PPAT dengan membuat akta tertentu, khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah tertentu Dalam peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 1 tahun 2006 diatur bahwa PPAT diangkat oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional setelah yang bersangkutan lulus ujian PPAT yang diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional RI dan sebelum ujian wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan PPAT. Dalam praktek, terjadi ketidak-konsistenan pelaksanaan peraturan tersebut, karena sekalipun di suatu kota besar, formasi PPAT NotarisPPAT sudah terpenuhi, namun para Camat tetap diangkat sebagai PPAT-Sementara, padahal sesuai ketentuan, kehadiran PPAT-Sementara Camat atau Kepala Desa hanya apabila di daerah tersebut belum cukup terdapat PPATNotaris. Hal yang menarik lagi adalah terjadi polemik akhir-akhir ini dalam pembuatan akta otentik atas perbuatan hukum mengenai tanah sehubungan dengan terbitnya Undang Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang dalam Pasal 15 ayat 2 huruf f disebutkan Notaris berwenang membuat akta yang berhubungan dengan pertanahan. Kalangan Notaris menganggap bahwa pasal ini mutlak memberikan kewenangan kepada Notaris membuat akta otentik mengenai setiap perbuatan hukum atas tanah tanpa harus menjadi PPAT, sedangkan kalangan praktisi pertanahan berpendapat, Notaris boleh saja membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, namun atas tanah yang sudah terdaftar atau sudah ada haknya, akta perbuatan hukumnya harus dibuktikan dibuat oleh dan di hadapan PPAT.

2. Pemindahan Hak Atas Tanah