“...Saat saya tahu anak saya mengalami masalah, saya langsung mencari informasi dengan
pergi kedokter, terapi atau hal lainnya” 14-16 R2
Sementara itu salah satu responden lainnya mengatakan bahwa bentuk usaha langsung yang
dilakukan selain pergi ke dokter juga dilakukan dengan cara terapi. Berikut pernyataan responden yang
mengatakan usaha langsung langsung yang dilakukan dengan cara terapi:
“...Setiap dia kejang saya langsung bawa periksa kedokter” 18-19” R3
Selain itu ada salah satu responden yang juga mengatakan bahwa usaha langsung lainnya yang
dilakukan yaitu dengan cara pergi ke tukang pijat saraf. Berikut pernyataan responden yang mengatakan usaha
langsung yang dilakukan dengan cara pergi ke tukang pijat:
“...dari umur 7 bulan dia sering kejang saya langsung bawa dia ke tukang pijat syaraf, dokter dan
terapi” 24-25, 104 R4
b. Mencari dukungan sosial seeking social emotional
support Dalam aspek ini hasil penelitian didapatkan
bahwa semua responden melakukan usaha pencarian informasi dalam bentuk dukungan sosial yang coba
dilakukan oleh responden terhadap masalah yang
dihadapi, hal in responden lakukan dengan cara bertanya kepada ibunya, saudaranya, teman, dan
lingkungan sekitar. Pencarian dukungan sosial yang dilakukan responden yaitu baik internal maupun
eksternal. Beberapa responden lainnya dalam penelitian ini
cenderung mencari
dukungan sosial
untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan
informasi dari keluarga atau orang sekitar responden. Ibu merasakan kenyamanan
ketika ibu menceritakan
masalah yang ada dan mendapatkan dukungan yang diberikan seseorang sehingga ibu merasa tenang dari
situasi yang membuatnya merasa sedih saat menghadapi masalah tersebut. Berikut ini pernyataan responden
sebagai pencarian dukungan sosial :
“...Saya minta pendapat suami juga untuk jalan keluarnya, neneknya,kakeknya, dan tetangga-tetangga
juga kadang bantu” 58-61 R1 “...saya minta bantuan suami, atau dukungan
dari nenek sama kakeknya, adek kandung saya juga” 67-70 R3.
“...Bapak sama neneknya dan saudara lainnya juga membantu” 72, 79-80 R4
Sementara itu responden 2 mengungkapkan pencarian dukungan eksternal didapatkan dari teman
dengan cara berbagi cerita untuk memperoleh solusi terhadap masalah yang dihadapi. Berikut ini pernyataan
responden dalam melakukan usaha mencari dukungan:
“...saya perkenalkan sama teman-teman saya, dengan begitu teman-teman saya tahu keadaan anak
saya dan saya bisa punya teman untuk bercerita siapa tahu ada solusi yang bisa mereka berikan , walaupun
tidak semua bisa menerima dengan baik tapi saya
cuek saja mbak” R2 84-86 R2
c. Perencanaan pemecahan masalah plan problem
solving Pada aspek ini didapatkan hasil penelitian bahwa
semua responden melakukan perencanaan untuk memecahkan yang dihadapi. responden 1 dan 2
melakukan dengan cara merawat anak mereka secara hati-hati sedangkan responden 3 dan 4 melakukan
dengan cara mengajarkannya dirumah dan saat ini ke empat responden tersebut menyekolahkan anaknya di
sekolah luar biasa SLB Negeri Salatiga. Berikut ini pernyataan responden dalam merawat anak secara hati-
hati
“...ya sabar gitu mbak, saya merawatnya seperti anak yang lain cuma kalau yang ini harus harus
diawasi selama 24 jam, kalau main juga harus diawasi” 38-39 R1
“...Iya solusinya saya mencoba untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan saya”
94-95 R2
Sementara itu dua responden lainnya mengatakan bahwa perencanaan masalah yang dilakukan yaitu
dengan cara mengajarkan dirumah membaca dan
menulis. Berikut
pernyataan responden
dalam mengajarkan anaknya dirumah.
“...dulu awalnya kan dia lambat dalam segala hal, usaha yang sudah saya lakukan hingga ini yaitu
mengajarnya membaca dan menulis dirumah serta aktivitas lainnya
lagi biar dia bisa mengerti “63-64 R3 “...saya mengajarkannya nulis dan baca serta
memberikan perhatian yang lebih” 104 R4
Selain melakukan usaha dalam merawat anak dengan mengajarkannya di rumah saat ini semua
responden 1 sampai 4 juga melakukan usaha pemecahan
masalah yaitu
dengan cara
menyekolahkannya di SLB Negeri Salatiga. Sebelumnya ada salah satu responden juga yang memasukkan
anaknya di sekolah taman kanak-kanak umum yang normal, namun secara bertahap responden menyadari
keterbatasan anaknya sehingga memasukkannya di sekolah luar biasa SLB. Berikut pernyataan responden
yang menyekolahkan anaknya di TK umum sebelum di SLB:
“...sebelum masuk sini kan dia sekolah di TK umum mbak, jadi kalau waktu bermain begitu dia
sering sendirian sedangkan teman-temannya yang lain main bersama melihat hal seperti akhirnya saya
memutuskan untuk memasukkan nya di SLB” 109-111
R3
2.
Bentuk emotional focused coping
a. Mengembangkan pola pikir secara positif distancing
Pada aspek ini hasil penelitian didapatkan bahwa responden melakukan usaha terhadap keadaan yang
dihadapi dengan cara mengembangkan pola pikir secara positif terhadap keadaan yang dihadapi. Dalam hal
mengembangkan pola pikir secara positif responden mencoba untuk menggunakan pikiran yang penuh
harapan dalam mengatasi permasalahan mengenai anaknya yang tunagrahita. Dalam mengembangkan pola
pikir secara positif dilakukan adalah berharap anaknya ada perubahan dalam perkembangan kognitifnya selama
sekolah di SLB. Pikiran-pikiran yang penuh harapan tersebut seperti berharap anak mereka bisa menulis,
membaca dan hidup normal seperti anal lain pada umumnya.
Berikut pernyataan
responden dalam
melakukan usaha dengan cara membuat harapan positif
tehadap keadaan yang mereka hadapi:
“...harapan saya ke depannya anak saya bisa mandiri mbak, dia bisa nulis dan baca itu saya sudah
ber
syukur mbak” R3 131-132
“...Saya harus bepikir optimis terus mbak kedepannya anak saya pasti bisa normal seperti orang
lain” 106 R4
Salah satu responden lainnya juga mengatakan bahwa dia berharap jika ada perubahan selama anaknya
sekolah di SLB maka anaknya akan dipindahkan ke
sekolah umum seperti anak normal lainnya. Berikut pernyataan responden:
“...kalau ada perubahan saya pindahkan mbak jadi tergantung perkembangan anaknya bagaimana
169-170 R1
Selain berharap bisa membaca dan menulis salah satu responden juga berharap jika nanti anaknya bisa
menikah seperti orang lain pada umumnya. Berikut pernyataan
responden dalam
melakukan usahal
langsung dengan cara berharap hal postif
: “...harus berpikir positif, ke depannya kan kita
tidak tahu nasibnya dia bagaimana, siapa tahu dia juga bisa nikah seperti orang lain kan kita tidak tahu mbak.
Yang penting saya harus punya rencana dari sekarang untuk masa depannya mbak” 175-177 R2
b. Menghindar escape avoidance Pada aspek ini hasil penelitian didapatkan
bahwa semua responden kadang, sering atau pernah melakukan usaha untuk menghindar dari memikirkan
terkait dengan anak berkebutuhan khsusus. Hal ini dilakukan dengan cara mengalihkan pikiran itu pada
aktivitas fisik sehari-hari untuk menghindari memikirkan masalah yang dihadapi baik di luar maupun di dalam
rumah seperti yang dilakukan sebagian responden dengan cara memasak, sebagian responden juga
melakukan aktivitas dengan berjualan di rumah, sebagian juga dilakukan dengan sering berkomunikasi
dengan orang lain, meskipun salah satu responden melakukan dengan cara berdoa untuk meghindari
memikirkan masalah yang dihadapi. Berikut ini pernyatan responden dalam usaha melakukan yang
dilakukan untuk menghindari memikirkan masalah yang dihadapi dengan cara melakukan banyak aktivitas di
rumah:
“...saya orangnya suka melakukan banyak aktivitas mbak dengan begitu pikiran bisa teralihkan.
Saya juga suka berkomunikasi sama orang, saya senang banyak omong dan cerita sama orang mbak
57-159 R2
“...saya mencoba untuk banyak melakukan aktivitas dirumah mbak yang penting pikiran saya bisa
tenang, tapi yang paling utama saya lakukan berdoa mbak” 134-135 R3.
Sementara itu
dua responden
lainnya mengatakan bahwa dirumah responden sambil berjualan,
dengan begitu
banyak aktivitas
yang dilakukan
responden. Berikut pernyataan responden dalam usaha menghindari memikirkan masalah yang dihadapi dengan
cara berjualan dirumah:
“...Ya dirumah kan saya nunggu anaknya sambil jualan mbak, jadi banyak aktivitas yang saya
lakukan” 155 R1 “...Saya melakukan aktivitas saja mbak, saya
kan jualan di rumah mbak jadi banyak aktivitas yang bisa saya lakukan” 129-130 R4
c. Pengontrolan self control
Pada aspek ini hasil penelitian didapatkan bahwa responden mencoba untuk beradaptasi dengan masalah
yang dihadapi dengan cara menggunakan pengontrolan diri agar keadaan yang dirasakan menjadi lebih tenang.
Beradaptasi yang baik sebagian responden lakukan dengan cara mengontrol dirinya seperti berdoa dan
bersyukur serta yakin kepada Tuhan bahwa anak adalah titpan yang harus dirawat. Berikut ini penyataan
responden dalam
usaha yang
dilakukan untuk
mengontrol perasaan dengan cara berdoa dan bersyukur:
Saya sabar , sholat, banyak berdoa, memberi perhatian lebih” 135-137 R1
“...saya berusaha untuk tetap berpikir positif, berdoa dan berserah kepada Tuhan supaya rasa
khawatir dan cemas saya bisa hilang” 108-110 R2
Sementara itu salah satu responden juga mengatakan bahwa dalam mengontrol perasaannya
dilakukan dengan cara percaya kalau bukan hanya dirinya sendiri yang mempunyai anak tunagrahita tapi
diluar sana banyak orang lain yang mempunyai masalah yang sama seperti yang dialaminya
. Berikut pernyataan responden dalam mengontrol perasaannya dengan cara
percaya: “...Iya berusaha sabar mbak, soalnya bukan
saya sendiri yang punya anak bermasalah tapi banyak orang lain juga” 87-89 R4
Tidak hanya berdoa dan bersyukur usaha yang dilakukan responden untuk mengontrol perasaanya,
pernyataan lain yang diungkapkan dari salah satu responden juga mengungkapkan yang dilakukan untuk
mengontrol perasaanya dengan cara meyakini bahwa anak adalah titpan Tuhan yang harus harus disyukuri.
Berikut pernyataan responden
“...merasa sedih
ada, tapi
saya menganggapnya rejeki saya sama suami, ya mungkin
Tuhan juga menguji kesabaran saya” 25-27 R3
d. Penerimaan tanggung jawab accepting responbility. Pada aspek ini didapatkan hasil penelitian bahwa
tiga responden telah menerima meskipun ada salah satu responden yang merasa kadang tidak menerima keadaan
anaknya. Beberapa responden melakukan usaha untuk mengontrol emosinya dengan cara menyadari tanggung
jawab sebagai seorang ibu yang memiliki anak tunagrahita dan mencoba menerima keadaan yang
terjadi meliputi menyadari bahwa anak adalah bagaian yang harus dijaga dan dirawat, pasrah dan mencoba
menjalani apa adanya, mencoba bersabar serta yakin bahwa anak adalah titipan Tuhan. Berikut ini penyataan
responden dalam melakukan usaha untuk mengontrol
emosinya dengan cara menerima dan menyadari tanggung jawab sebagai seorang ibu:
“...Kalau sekarang saya menerima dengan sepenuh hati mbak” 151-153 R1
“...saya mencoba menerima dengan sepenuh hati mbak, alhamdullilah saya mampu sabar dan
mampu menerimanya” 35-38 R2 “...Saya menerima dengan sepenuh hati mbak,
pasrahkan diri kepada Tuhan, berdoa terus semua pasti ada jalan keluarnya” 133-134 R4
Meskipun ada salah satu responden yang mengatakan bahwa ia kadang menerima dan kadang
tidak menerima keadaan yang menimpa anaknya. Berikut pernyataan responden:
“...kadang saya menerima dengan sepenuh hati mbak, kadang juga tidak menerima keadaan anak
saya seperti ini, tapi mungkin ini sudah rencananya Tuhan biar saya lebih banyak sabar mbak” 141-142
R3
e. Penilaian positif positive reappraisal Pada aspek ini didapatkan hasil penelitian bahwa
melakukan usaha terhadap masalah yang dihadapi dengan cara mencari arti positif dari keadaan yang
dihadapi, dengan mengambil pelajaran dari masalah yang dihadapi. Dalam hal ini usaha yang dilakukan
responden berkaitan dengan hal-hal yang religius misalnya dengan cara berdoa atau ibadah responden
bisa merasakan
ketenangan dalam
menghadapi masalahnya. Hal ini dibuktikan dengan setelah berdoa
dan beribadah
sebagai cara
untuk melakukan
pemaknaan yang positif terhadap masalah yang dihadapi. Berikut ini pernyataan responden dalam
berdoa, beribadah dan bersyukur:
“...Hidup kita harus bersyukur mbak,yang seperti ini bukan hanya kita sendiri bahkan ada yang
lebih tidak beruntung lagi dari kita, saya sudah bersyukur punya anak seperti ini” 178-179 R1
“...ibadah itu jalan paling terbaik dan paling utama buat saya mbak, dengan kita lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan masalah kita akan ada jalan keluarnya mbak, apalagi kalau saya jadi hamba yang
lebih dekat dan penurut” 138-140 R2
Selain berdoa, beribadah dan bersyukur dua responden lainnya mengatakan bahwa mereka
mendapatkan makna atau arti positif dari masalah yang mereka dihadapi. Berikut pernyataan responden dalam
memaknai keadaan keadaan yang dihadapi:
“...Makna yang bisa saya dapat yaitu mbak mungkin kesabaran saya sedang di uji” 145 R3.
“...Maknanya kita tidak boleh meremahkan seseorang mbak, anak-anak yang seperti ini kan
pasti punya kelebihan sendiri. kita sebagai orang tua harus mendukung dan menerimanya, jangan
sendiri” 136-139 R4
4.4. Data pendukung observasi