dan beribadah
sebagai cara
untuk melakukan
pemaknaan yang positif terhadap masalah yang dihadapi. Berikut ini pernyataan responden dalam
berdoa, beribadah dan bersyukur:
“...Hidup kita harus bersyukur mbak,yang seperti ini bukan hanya kita sendiri bahkan ada yang
lebih tidak beruntung lagi dari kita, saya sudah bersyukur punya anak seperti ini” 178-179 R1
“...ibadah itu jalan paling terbaik dan paling utama buat saya mbak, dengan kita lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan masalah kita akan ada jalan keluarnya mbak, apalagi kalau saya jadi hamba yang
lebih dekat dan penurut” 138-140 R2
Selain berdoa, beribadah dan bersyukur dua responden lainnya mengatakan bahwa mereka
mendapatkan makna atau arti positif dari masalah yang mereka dihadapi. Berikut pernyataan responden dalam
memaknai keadaan keadaan yang dihadapi:
“...Makna yang bisa saya dapat yaitu mbak mungkin kesabaran saya sedang di uji” 145 R3.
“...Maknanya kita tidak boleh meremahkan seseorang mbak, anak-anak yang seperti ini kan
pasti punya kelebihan sendiri. kita sebagai orang tua harus mendukung dan menerimanya, jangan
sendiri” 136-139 R4
4.4. Data pendukung observasi
1. Observasi responden 1
Observasi dilakukan tanggal 28 April 2016 di Sekolah Luar Biasa SLB Negeri Salatiga. Reponden 1 adalah
seorang ibu yang berumur 26 tahun dan mempunyai 1
orang anak dengan latar pendidikan lulusan SMA. Peneliti melakukan wawancara dengan responden di
SLB Negeri Salatiga. Pada awal perkenalan responden menunjukkan sikap yang ramah dan agak malu pada
saat peneliti memperkenalkan diri. Selama wawancara berlangsung responden sering menundukkan kepala dan
wajah tampak sedih pada saat menceritakan keadaan anaknya. Namun sesekali juga responden tersenyum
dan ketawa ketika peneliti bercerita tentang hal lain diluar topik penelitian.
Dari awal wawancara hingga selesai sikap responden menunjukkan apa yang responden katakan benar, hal ini
terlihat pada saat responden menemani anaknya ketika jam istirahat di depan umum responden tidak
menunjukkan perasaan malu memeluk anaknya yang tunagrahita. Responden tampak menyayangi anaknya
dan memperlakukannya dengan sabar, pada saat wawancara berlangsung responden 1 juga tidak terlalu
menunjukkan perasaan malu ketika menceritakan
keadaan anaknya.
Observasi hari selanjutnya dilakukan tanggal 29 April 2016 pada saat wawancara dengan reponden ke 2
peneliti memperhatikan sikap responden karena tempat
peneltian satu tempat responden lainnya hal ini memudahkan
peneliti melakukan
obervasi. Saat
wawancara selesai peneliti mulai memperhatikan responden selama jam istirahat ibu W terlihat sibuk
membantu anaknya jajan dan ibu W terlihat sangat memperhatikan anaknya hal ini sama dengan yang di
lakukan ibu W pada hari pertama observasi. 2. Observasi responden 2
Observasi dilakukan dari hari pertama wawancara tanggal 29 April 2016, reponden 2 adalah seorang ibu
berumur 43 tahun yang berinisial ibu H dengan latar belakang lulusan SMA dan mempunyai 2 orang anak
dan anak yang tunagrahita anak yang nomor 2. Dari awal pekenalan sampai proses wawancara ibu H adalah
orang yang sangat ramah dan ceria, selama proses wawancara ibu H sering tertawa sehingga wawancara
berlangsung dengan baik. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan peneliti dijawab dengan senang hati oleh ibu
H, ibu H juga mengatakan kalau dulu pernah kuliah jurusan hukum di salah satu universitas di Semarang
tapi sayang tidak sempat selesai karena masalah pribadi, jadi selama wawancara ibu H terbuka dengan
apa yang dialaminya.
Ibu H juga sangat menyayangi anaknya hal ini terlihat saat ibu H menemani anaknya jajan ketika jam
istirahat dan selama berksekolah di SLB ibu H tidak pernah meninggalkan anaknya, ibu H juga terlihat
sangat akrab dengan ibu-ibu yang lainnya hal ini menunjukkan ibu H adalah orang yang mudah
beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya bahkan ibu H juga tidak segan meminta ibu yang lain untuk
membantunya. Observasi hari selanjutnya di lakukan ketika peneliti datang melakukan wawancara lagi
dengan responden ke 3 pada tanggal 2 Mei 2016, sebelum melakukan wawancara dengan responden ke 3
penelti sempat bercerita dengan ibu H dan sambil memperhatikan anaknya, ibu H dengan senang hati
menyapa orang sekitarnya bahkan ibu H juga sempat mengajak peneliti mengunjungi rumahnya hal ini terlihat
sekali bahwa apa yang dikatakan responden pada saat wawancara benar-benar dilakukan.
3. Obervasi responden 3 Observasi dilakukan pada saat hari pertama
wawancara tanggal 2 Mei 2016, responden 3 adalah seorang ibu berumur 32 tahun yang berinisial ibu A
dengan latar pendidikan lulusan SMA dan mempunyai 2
orang anak dan anak yang tunagrahita anak yang nomor 1. Pada awal perkenalan ibu A tampak takut dan malu
tapi setelah peneliti menjelaskan tujuan wawancara ibu A tampak menerima. Ibu A adalah orang yang tidak
terbiasa becerita dengan orang yang baru dikenal jadi selama proses wawancara peneliti tidak langsung
menanyakan ke inti pertanyaan agar ibu A bisa terbuka dan nyaman selama proses wawancara belangsung.
Selama proses
wawancara berlangsung
ibu A
menunjukkan perasaan
sedih mempunyai
anak tunagrahita, ibu A juga terlihat murung ketika
menceritakan bagaimana masa depan anaknya nanti. Dari pernyataan yang ditanyakan ada beberapa
pertanyaan yang ibu A bingung cara menjawabnya, ibu A mengatakan susah mengatakan apa yang di
rasakannya secara langsung. Ibu A menujukkan perasaan malu takut apa yang diceritkannya peneliti
menceritakan lagi ke orang lain. Observasi selanjutnya dilakukan pada saat wawancara dengan responden ke 4
pada tanggal 3 Mei 2016 dilakukan setelah peneliti selesai wawancara dengan responden ke 4 peneliti
langsung duduk di dekat responden dan menanyakan bagaimana perasaanya setelah di wawancara hari
kemaren, ibu A mengatakan merasa lega setelah menceritakan apa yang dirasakannya dan ibu A
mengatakan bersyukur bisa wawancara sebelumnya karena ada hal positif yang didapatkan dari wawancara
tersebut. Selama kami bercerita kurang lebih 15 menit ibu H menunjukkan perasaan senang.
4. Observasi responden 4 Observasi
dilakukan pada
hari pertama
wawancara tanggal 3 mei, responden 4 adalah seorang ibu berumur 43 tahun yang berinisial ibu K dengan latar
belakang lulusan SMA dan mempunyai 2 orang anak dan anak yang tunagrahita anak yang nomor 2. Pada
awal pekenalan ibu K juga terlihat malu, tapi selama proses wawancara berlangsung ibu K menjawab semua
pertanyaan yang ditanyakan peneliti dengan baik. Ibu K menunjukkan perasaan malu tapi juga menerima
keadaan anaknya.
Selama proses
wawancara berlangsung sesekali ibu K juga sambil berbicara
dengan ibu yang ada di dekatnya, ibu juga menjukkan sikap yang ramah terhadap orang di sekitarnya. Pada
saat jam istirahat wawancara kami berhenti sebentar karena ibu K menemani anaknya jajan dan langsung
menyuapinya makan, ibu K terlihat begitu perhatian dengan anaknya.
4.5. Uji keabsahan data