Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian

447 orang, dan pada tahun ajaran 20132014 jumlah siswi yang drop out karena hamil adalah 10 orang dari jumlah siswa 443 orang. Sekolah ini sudah menetapkan program penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dari Puskesmas setempat setiap semesternya. Dari wawancara guru BK dikatakan kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya kontrol dari orang tua serta pemahaman remaja yang kurang tentang akibat perilaku seksual, selain itu karena akses internet yang sudah mulai masuk ke pedesaan juga menjadi pemicunya. Belum ada penelitian tentang pola asuh orang tua dan perilaku seksual pada remaja yang dilakukan di sekolah ini. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual pada remaja. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan remaja itu sendiri, termasuk keluarganya Wedani, 2010. Dalam penelitian ini peneliti menganalisa hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja.

1.2 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual pada remaja di SMAN 1 Pupuan.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan bentuk pola asuh orang tua dari remaja di SMAN 1 Pupuan. b. Menggambarkan perilaku seksual pada remaja di SMAN 1 Pupuan. c. Menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja di SMAN 1 Pupuan.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data acuan tenaga kesehatan khususnya perawat untuk menunjang penegakkan asuhan keperawatan khususnya pada kelompok remaja. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk sekolah tentang informasi perilaku seksual pada remaja. c. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk orang tua dan informasi tambahan mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual pada remaja. d. Sebagai sumber informasi bagi remaja supaya tahu dan mengerti lebih banyak mengenai perilaku seksual serta dampaknya. e. Bagi peneliti hasil penelitian ini digunakan sebagai pengalaman belajar pada bidang komunitas khususnya dengan setting sekolah.

1.3.2 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya ilmu keperawatan khususnya di bidang komunitas dengan setting sekolah mengenai pola asuh orang tua dan pencegahan terjadinya perilaku seksual pada remaja. b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya di bidang komunitas dengan berfokus pada remaja di sekolah untuk menanggulangi terjadinya perilaku seksual pada remaja usia sekolah.

1.4 Keaslian Penelitian

Penelitian ini dikembangkan dengan mempertimbangkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai perilaku seksual remaja di komunitas sekolah, dengan perbedaan yang terletak pada variabel, lokasi, dan instrumen penelitian yang digunakan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Penelitian yang dilakukan Loveria Sekarrini 2012 dengan judul “Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Remaja di SMK Kesehatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011” yang dilakukan pada siswa SMK kelas X dan XI, responden yang didapat sebanyak 112 responden yang diambil dengan teknik simple random sampling dan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya perilaku seksual remaja adalah komunikasi orang tua dengan pola asuh yang digunakan orang tua adalah pola asuh demokratis. b. Penelitian yang dilakukan Indah Wulandari 2010 dengan judul “Hubungan Pola Asuh Demokratis deng an Sikap Terhadap Perilaku Seksual Remaja” yang dilakukan di SMUN 1 Gamping dengan sampel sebanyak 96 orang siswa. Analisis yang digunakan adalah analisis product moment. Hasil penelitian ini yaitu ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis dengan perilaku seksual remaja, artinya apabila pola asuh demokratis diterapkan dengan baik maka tingkat perilaku seksual remaja akan rendah. c. Penelitian yang dilakukan Wedani 2010 dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kisara Youth Center ” menggunakan sampel sebanyak 45 orang remaja yang datang ke KYC didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual pada remaja. Penelitian ini menggunakan acuan pola asuh positif dan negatif, hanya menggunakan sampel sebanyak 45, sehingga tidak dapat mengukur para remaja secara umum. d. Penelitian yang dilakukan Mira Marza 2010 dengan judul “Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orang Tua Dengan Tindakan Seksual Remaja di SMK Cendana Padang Panjang Tahun 2010” diperoleh hasil lebih dari sebagian responden dibesarkan dengan pola asuh permisif 56,5, sebesar 63,8 responden pernah melakukan tindakan berisiko, dan tidak terdapat hubungan bermakna antara pola asuh permisif orang tua dengan tindakan seksual remaja. e. Penelitian yang dilakukan Aguma 2013 dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Tri Bhakti Pekanbaru” dilakukan pada siswa kelas X dan XI dengan jumlah responden sebanyak 177 yang diambil dengan teknik stratified random sampling. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat. Hasil analisa hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual remaja diperoleh bahwa remaja yang berperilaku seksual tidak berisiko, tertinggi sebesar 62,1 dengan pola asuh demokratis. Sedangkan diantara remaja yang berperilaku seksual berisiko tertinggi sebesar 75,8 yang diasuh secara penelantar. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Seksual Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa Dewi, 2012. Menurut Piaget dalam Hanifah 2013, secara psikologis masa remaja adalah masa individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama. Masa remaja ini merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Monks dalam Khairunnisa 2013 menyatakan masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun. Menurut WHO yang merupakan badan PBB untuk kesehatan dunia, batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sementara menurut BKKBN, batasan usia remaja adalah 10-21 tahun. Dalam penelitian survei perilaku berisiko yang berdampak pada kesehatan reproduksi remaja tahun 2002, remaja yang tercakup adalah mereka yang berusia 10-24 tahun Maryatun, 2013. Jadi dapat ditarik kesimpulan, remaja merupakan masa transisi dari masa kanak- kanak ke dewasa yang berlangsung antara 10-24 tahun. Pada masa tersebut,