Enzim ini bekerja spesifik untuk mengeliminasi radikal bebas anion superoksida Carroll et al., 2007. Antioksidan yaitu senyawa atau bahan bioaktif yang dapat berfungsi untuk
mencegah, menurunkan reaksi oksidasi, memutus, menghambat, menghentikan dan menstabilisasi radikal bebas Margail, 2005.
Antioksidan dibedakan atas antioksidan endogen dan antioksidan eksogen. Antioksidan endogen umumnya berbentuk enzim, contohnya superoksida dismutase SOD,
katalase, glutation peroksidase, dan glutation reduktase. Antioksidan eksogen contohnya askorbat, tokoferol, dan karoten Nayak, 2001. Jumlah radikal bebas berpengaruh terhadap
kerja antioksidan endogen. Jumlah radikal bebas yang sedikit akan meringankan kerja antioksidan endogen, sehingga antioksidan tersebut bisa dipertahankan di dalam sel. Namun
jika radikal bebas terlalu banyak, antioksidan endogen tidak akan mampu menetralisirnya. Kekurangan antioksidan menyebabkan stres oksidatif yang berujung pada kerusakan sel dan
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif penuaan dini, kanker, dan lain-lain Evans et al., 2004.
2.4 Vitamin E
Vitamin merupakan subtansi esensial untuk proses metabolisme normal dalam tubuh. Vitamin E adalah salah satu vitamin yang larut dalam lemak dan berfungsi sebagai
antioksidan Brigelius-Flohe, 1999. Vitamin E sebagai antioksidan yang baik mampu memerangi radikal bebas seperti contohnya stres oksidatif yang dialami sel sehingga efektif
dalam menjaga integritas lipid dan membran fosfolipid Sokol, 1996. Secara stuktur kimiawi vitamin E memikiki empat tokoferol
, , , dan empat tokotrienol , , , Brigelius- Flohe, 1999. Vitamin E diserap secara difusi pasif selanjutnya di dalam dinding usus
digabungkan dengan kilomikron lipoprotein di usus yang kemudian diserap sistem limfatik. Dari sistem ini vitamin E kemudian ditransportasikan ke hati. Hati akan memasangkan
vitamin E ini dengan very low-density lipoprotein VLDL dan dipecah oleh lipoprotein lipase menghasilkan low-density lipoprotein LDL. Lipoprotein densitas rendah LDL
secara bebas bertukaran vitamin E dengan high density lipoprotein HDL yang kemudian bersama-sama di sirkulasi mendistribusikan vitamin E ke dalam jaringan Papas, 2008.
2.5 Usus Halus
Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus halus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat nutrisi menuju hati melalui vena porta. Dinding usus halus melepaskan lendir yang melumasi isi usus dan air yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna. Dinding usus halus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang membantu proses pencernaan Guyton et al., 2002.
Usus halus terdiri atas beberapa lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan serosa David et al., 2006. Usus halus
memiliki lipatan mukosa yang disebut vili. Vili usus halus memiliki tinggi 0.5-1.5 mm, terbentuk di permukaan mukosa. Vili tersusun atas kumpulan sel epitel silindris sebaris yang
berjejer dan jaringan ikat longgar lamina propria. Sel epitel memiliki mikrovili di permukaannya dengan panjang 1 μm dan diameter 0.1 μm. Mikrovili berfungsi untuk
menyerap nutrisi Jonqueira dan Carneiro, 2005. Kerusakan mikrovili dan atropi vili usus halus dapat mengganggu penyerapan nutrisi malabsorbtion syndrome. Di bagian bawah vili,
terdapat kripta dan kelenjar Liberkun yang terdiri atas stem sel, sel goblet, sel Panet, dan enteroendokrin sel Jonqueira dan Carneiro, 2005; Samuelson, 2007.
Usus halus tikus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum. Pada bagian mukosa terdapat vili, kripta, dan kelenjar Liberkun. Di permukaan vili usus halus terdapat sel epitel
silindris sebaris. Selain itu, terdapat juga sel goblet penghasil mukus dan sel Panet penghasil lisozim. Jumlah kelenjar Liberkun pada usus halus tikus relatif konstan, baik pada duodenum,
jejunum maupun ileum, sedangkan jumlah vili menurun dari duodenum sampai ke ileum. Pada bagian submukosa duodenum terdapat kelenjar Brunner yang berfungsi menghasilkan
mukus dan bikarbonat, namun kelenjar ini hanya terdapat pada bagian proksimal dari duodenum tikus Clarke, 1970. Proses penyerapan makanan pada tikus dan manusia terjadi
di bagian jejunum dan ileum dari usus halus. Penyerapan dilakukan oleh mikrovili sel epitel. Penyerapan glukosa, asam amino, dan asam lemak terutama terjadi di bagian jejunum
DeSesso dan Jacobson, 2001. Usus halus dianggap sebagai organ pengabsorbsi obat oral, akan tetapi usus halus
juga memiliki kemampuan untuk metabolisme obat dari beberapa jalur pemberian obat seperti injeksi secara subkutan Renwick dan George, 1989; Ilett et al., 1990; Krishna dan
Klotz, 1994. Hampir semua enzim metabolisme obat yang ada di hati ditemukan pula di usus halus, akan tetapi kadar enzim umumnya jauh lebih rendah di usus halus dari pada di hati
Lin et al., 1999. Secara anatomis, usus halus memiliki hubungan langsung dengan hati. Dengan demikian, jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik dapat dikurangi dengan baik
oleh usus dan setelah metabolisme di hati. Meskipun secara luas diyakini bahwa hati adalah tempat utama dari metabolisme lintas pertama, studi terbaru telah menunjukkan bahwa usus
halus memberikan peran yang signifikan terhadap jalan pertama metabolisme keseluruhan banyak obat. Dalam beberapa kasus, bahwa peran metabolisme usus secara kuantitatif lebih
besar dari metabolisme hepatik Wu et al., 1995; Paine et al., 1996; Holtbecker et al., 1996; Fromm et al., 1996.
2.6 Kerangka Konsep