Definisi Kanker Serviks Tanda dan Gejala Kanker Serviks Penyebab Kanker Serviks Deteksi Dini Kanker Seviks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Serviks

2.1.1 Definisi Kanker Serviks

Serviksleher rahim adalah organ yang menghubungkan rahim dan vagina. Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80 kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Penularan penyakit kanker ini dapat melalui hubungan seksual, ditemukan lebih tinggi pada perempuan yang mulai berhubungan seksual sebelum usia 16 tahun Bustan, 2007. Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru diseluruh dunia, dan 77 diantaranya berada dinegara berkembang .

2.1.2 Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Pada tahap prakanker sering tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala biasanya berupa keputihan yang tidak khas, atau ada perdarahan setitik yang bisa hilang sendiri. Pada tahap selanjutnya kanker dapat timbul gejala berupa keputihan atau keluar cairan encer dari vagina yang biasanya berbau, perdarahan diluar siklus haid, perdarahan sesudah melakukan senggama, timbul kembali haid setelah mati haid menopause nyeri daerah panggul, gangguan buang air kecil Depkes RI, 2007. 7

2.1.3 Penyebab Kanker Serviks

Penyebab kanker serviks adalah HPV. Virus ini ditemukan pada 95 kasus kanker serviks. Depkes RI, 2007. Setiap wanita berisiko terkena infeksi HPV onkogenik yang dapat menyebabkan kanker serviks. HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktifitas seksual dan beberapa sumber transmisi tidak tergantung dari adanya penetrasi, tetapi juga melalui sentuhan kulit di wilayah genital tersebut skin to skin genital contact. Dengan demikian setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko untuk terkena kanker serviks Emilia et al, 2010.

2.1.4 Deteksi Dini Kanker Seviks

Adapun berbagai deteksi dini kanker serviks adalah sebagai berikut Andrijono, 2010: a. Pap smear Metode skrining pap smear merupakan metode skrining yang sudah dikenal luas. Sensitivitas pap smear mencapai 67,3 dengan spesifitas 76,9. Jumlah sel pada thinprep dianggap cukup memuaskan bila terdapat 5.000 sel pada sediaan, sedangkan pada preparat pap smear konvensional dianggap baik bila terdapat sejumlah 8.000-12.000 sel. Perbedaan ini karena kualitas pap smear konvensional lebih rendah dibandingkan thinprep, serta adanya kesulitan pemilihan random pada preparat pap smear konvensional. Pap smear dianggap tidak adekuat tidak memuaskan bila preparat tidak disertai label, preparat yang pecah sehingga sulit diproses ataupun dibaca. Adapun keuntungan pap smear adalah kemampuan pap smear mendeteksi kelainan sel displastik, sementara kekurangan pap smear adalah kemampuan mendeteksi HPV tetapi tidak mampu mendifferensiasikan infeksi HPV tersebut sebagai infeksi HPV risiko rendah ataupun risiko tinggi. Ditemukan adanya keterbatasan pap smear sebagai metode skrining, baik keterbatasan sensitivitas maupun spesifitas. Dilaporkan bahwa negatif palsu pemeriksaan pap smear berkisar 15-45, sehingga harus dilakukan upaya untuk menurunkan negatif palsu tersebut. Selain itu, pap smear dianggap tidak adekuat bila selulariti dari preparat yang terganggu karena adanya darah, reaksi, atau faktor inflamasi, maupun faktor lainnya. Kejadian preparat yang tidak memuaskan dilaporkan berkisar 0,5-1,5. Pap smear yang tidak memuaskan sebaiknya dilakukan pap smear ulang pada 2-4 bulan, sedangkan pap smear yang tidak adekuat pada kehamilan diulang setelah persalinan. b.Thinprep Metode skrining thinprep atau Liquid Base Cytology LBC adalah metode pap smear yang dimodifikasi yaitu pengumpulan sel usapan serviks di dalam cairan, tujuanya adalah menghilangkan kotoran, darah, dan lender, serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga sensitivitas akan meningkat. Keuntungan dari teknik ini antara lain: 1 penyebaran sel yang merata pada sediaan dengan meminimalisasi sel yang tumpang tindih pada sediaan, 2 terhindar dari darah, 3 terhindar dari lendir, maupun 4 terhindar dari sel radang. Sehingga thinprep lebih sensitif dibandingkan pap smear pada umumnya. Sensitivitas thinprep mencapai 73,6 pap smear 67,3 debgan spesifitas yang hampir sama 76,2 pap smear 76,9. Evaluasi sel endoserviks lebih baik pada thinprep dibandingkan dengan pap smear konvensional. Keuntungan lain adalah mampu meningkatkan ketajaman diagnosis terhadap kelainan sel, penemuan Low Grade SIL LSIL 2,95 lebih tinggi dibandingkan dengan pap smear konvensional 1,21. c. Hybrid Capture HC Pemeriksaan HC untuk mendeteksi LSIL, ASCUS, dan High Grade SIL HSIL lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan pap smear, tetapi mempunyai spesifitas lebih rendah. Sensitivitas HC pada NIS I sebesar 51,5, pada HSIL berkisar 89,3 85,2-96,5, dan pada kanker sebesar 100 dengan spesifitas 87,8 81-95. Secara umum, sensitivitas HC dibandingkan dengan pemeriksaan pap smear lebih tinggi 23 untuk NIS I sebesar 11 dan untuk NIS II-III sebesar 8, selain itu spesifitas HC lebih rendah 6 dibandingkan pap smear. Sedangkan sensitivitas gabungan HC dan pap smear akan meningkatkan sensitivitas samai 39, tetapi spesifitas tetap lebih rendah 7. Namun, pemeriksaan HC hanya mampu mendeteksi infeksi HPV risiko tinggi, tetapi tidak mau mendeteksi kelainan sel prekanker, sehingga spesifitas HC lebih rendah jika dibandingkan pap smear. d. Gabungan Pap Smear dan Tes DNA HPV Tipe Onkogenik Sensitivitas tes HPV 88-98 lebih tinggi jika dibandingkan pemeriksaan pap smear 51-86, tetapi spesifitas tes HPV 83-94 lebih rendah dibandingkan pap smear 92-00. Maka gabungan pap smear dan tes HPV akan mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Pemeriksaan HC-2 mempunyai sensitivitas yang tinggi 90 untuk mendeteksi HSIL. Dengan alasan tersebut, maka deteksi infeksi HPV risiko tinggi dengan HC-2 direkomendasikan sebagai skrining yang baik. e. Inspeksi Visual Asam Asetat IVA Menurut penelitian Suwiyoga, Ketut et all, 2008, pemeriksaan IVA dapat dipertimbangkan sebagai metode skrining alternatif pada lesi serviks dalam upaya down staging kanker serviks karena memiliki berbagai keunggulan seperti sensitifitas dan spesifisitas yang memadai, tidak traumatis, sederhanapraktis dan cepat, dan dapat dikerjakan oleh bidan terlatih. Berdasarkan hasil penelitiannya di Denpasar pada tahun 2001, didapatkan tingkat sensitifitas IVA 98,15 , spesifisitas 81,9 , dengan nilai prediksi negatif 91,7 dan nilai prediksi positif 50,9 . Selain itu, IVA memiliki kelebihan karena kesederhanaan teknik dan kemampuan memberikan hasil yang segera Depkes RI, 2007.. Untuk itu dianjurkan tes IVA bagi semua perempuan berusia 30-50 tahun dan perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual. IVA telah menunjukkan sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi Cervical Intraepithelial Neoplasia CIN dan kanker serviks, tetapi dibatasi oleh spesifisitas yang rendah.

2.2 Inspeksi Visual Asam Asetat IVA

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR DALAM MENGIKUTI UPAYA PENCEGAHAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Pasangan Usia Subur Dalam Mengikuti Upaya Pencegahan CA Serviks Melalui Metode Inspeksi Visual Asam Asetat

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR DALAM MENGIKUTI Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Pasangan Usia Subur Dalam Mengikuti Upaya Pencegahan CA Serviks Melalui Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Di Uptd. Pu

0 4 17

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 16

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 11

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 0 20

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2015

0 1 3

63 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS (WANITA USIA SUBUR) TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM METODE IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI PUSKESMAS SINGGANI

0 0 13

GAMBARAN KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR (WUS) YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI PUSKESMAS KARANGANYAR

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA PASANGAN USIA SUBUR

0 0 6