PENGARUH DUA JENIS PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF AWAL TANAMAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) KULTIVAR CITAYAM

(1)

ABSTRAK

PENGARUH DUA JENIS PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF AWAL TANAMAN JAMBU

BIJI (Psidium guajava L.) KULTIVAR CITAYAM

Oleh

SAEDE NEROTAMA

Pertumbuhan pada masa juvenil berpengaruh terhadap pertumbuhan masa vegetatif tanaman. Salah satu cara memperbaiki pertumbuhan vegetatif masa juvenil adalah pemupukan yang baik dengan dosis yang tepat. Percobaan ini bertujuan untuk menghasilkan bibit tanaman jambu biji merah kultivar Citayam yang berkualitas.

Penelitian akan dilaksanakan di kelurahan Way Huwi Jati Agung Lampung Selatan pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2013. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan perlakuan faktorial 4x2 (dosis pupuk NPK dan jenis pupuk daun) dan setiap perlakuan diterapkan dalam rancangan acak kelompok ( rak ). Faktor pertama dosis NPK (

a

) yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 (

a

0), 5

(

a

1), 10 (

a

2), dan 15 (

a

3) g/ tanaman. Faktor kedua adalah jenis pupuk daun yang

terdiri atas 2 jenis pupuk daun (

b

), yaitu pupuk daun dengan kandungan hara makro tinggi yaitu Growmore (

b1

) dan pupuk daun dengan kandungan hara mikro yang lengkap yaitu Plant Catalyst (

b

2) dengan konsentrasi 2g/l. Perlakuan


(2)

dan data dianalisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji ortogonal polinomial pada taraf α 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pengaruh pupuk daun Plant Catalyst

lebih baik daripada pupuk daun Growmore pada semua variabel pengamatan. (2) dosis pupuk NPK hanya berpengaruh terhadap varabel waktu pemunculan tunas baru dan jumlah tunas pada batang utama dengan rata- rata 8,03 hari dan 10,61 tunas. (3) pupuk daun Plant Catalyst menghasilkan waktu pemunculan tunas baru lebih cepat dibandingkan pupuk daun Growmore pada semua dosis pupuk NPK yang diberikan dengan rata- rata 8,03 hari (18,81 % ) dan pengaruhnya sampai dengan dosis 15 g/ tanaman masih linear.

Kata kunci: pupuk NPK dan pupuk daun, pertumbuhan vegetatif, dan jambu biji var. Citayem.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Way Huwi, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 19 Desember 1991. Penulis adalah anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak April Ali dan Ibu Asmawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita Provinsi Lampung, Bandar Lampung pada tahun 1996 – 1997. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 2 Harapan Jaya, Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikanya di SMPN 21 Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Al- Azhar 3, Bandar Lampung pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis melaksanakan Praktik Umum di PT. Sinar Abadi Cemerlang (SAC) Cianjur, Jawa Barat pada bulan Januari – Februari 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan keorganisasian, Pada tahun 2009 - 2010, penulis aktif di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian sebagai kader. Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan seperti

Latihan Kepemimpinan Menengah Tingkat Dasar (LKMTD), Training Organisasi dan PAKAR (Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah), Kemah Bakti Sosial Mahasiswa


(8)

seminar nasional dan daerah seperti; “YEP ( Young Enterpreneur Program ) dengan tema From Lampung to Indonesian Young Enterpreneur sebagai Peserta Pada Tahun 2011” dan “Kegiatan Temu Mahasiswa Pertanian Se-Lampung dengan topik Peranan Mahasiswa dalam Percepatan Revitalisasi Pertanian

sebagai Peserta pada tahun 2010”. Pada tahun 2011-2012, penulis terdaftar sebagai sekertaris bidang pengabdian masyarakat di Persatuan Mahasiswa

Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian. Pada tahun 2012-2013 penulis tercatat sebagai Wakil Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Agroteknologi

(PERMA AGT). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi asisten dosen pada praktikum Produksi Tanaman Sayuran 2010/2011 – 2011/2012 – 2012/2013, Produksi Tanaman Buah 2011/ 2012, Dasar – Dasar Budidaya Tanaman

2013/2014, Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan 2012/2013 dan Lansekap Hortikultura 2013/2014.


(9)

Rasa syukur selalu ditujukan kepada Allah

subhanahu wa ta’ala

Kupersembahkan karyaku ini untuk Bapak April Ali, Ibu Asmawati,

adik-adikku Eriza Kurnia Putri, Patria Killa Primadeza serta

Almamater tercinta.


(10)

Nobody has enough talent to live on talent alone, even when you have talent, a

life without work goes nowhere (Arsene Wenger)

Jangan pernah berpikir setiap apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang sia-

sia, rugi itu belajar dan hiduplah tanpa penyesalan. Kita memang terlahir

untuk kalah tapi bukan untuk menyerah (Bagus Prambudi, S.P.)

Niatkan dalam dirimu untuk dapat memberikan kebahagian kepada orang

disekitarmu dan sayangilah mereka yang masih bisa tersenyum untukmu karena


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Dua Jenis Pupuk Daun dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Awal Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Kultivar Citayam. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah

Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Pembimbing Utama sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi, bimbingan serta fasilitas yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

2. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P., selaku anggota Komisi Pembimbing atas saran, nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini;

3. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Penguji atas saran, arahan, motivasi dan bimbingan yang telah diberikan;


(12)

xii

4. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

6. Bapak Ir. Solikhin, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, motivasi dan saran selama penulis menempuh masa studi;

7. Seluruh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, khususnya Program Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan. 8. Bapak (April Ali), Ibu (Asmawati) dan Adik (Eriza Kurnia Putri dan Patria

Killa Primadeza) atas doa, bantuan, kasih sayang, motivasi, serta dukungan dalam semua hal kepada penulis;

9. Teman- teman seperjuangan Abang Rachmat Tyas Pardi Aji S.P., Anggi Setyawan, S.P., Bagus Prambudi, S.P., Anggita Cheryani, S.P., Dharma Mahardika S.P., Fajar Apriyaldi, S.P., Angga Sukowardana, S.P., Reza Utama Saputra, S.P., I Gusti Putu Setiawan, S.P., Panji Perwira, S.P., dan Seluruh Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009 serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, atas bantuan, dukungan, persahabatan, dan kebersamaan selama ini.

Semoga keberkahan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala selalu dilimpahkan atas keikhlasan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL. ... xiv

DAFTAR GAMBAR. ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 7

1.5 Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Botani dan Karakteristik Tanaman Jambu Biji Merah ... 10

2.2 Peranan Unsur Hara ... 12

2.2.1 Nitrogen ... 12

2.2.2 Phospat ... 12

2.2.3 Kalium ... 12

2.2.4 UnsurMikro ... 13

2.3 Mekanisme Penyerapan Hara ... 13

2.3.1 PenyerapanHaraMelalui Akar ... 13

2.3.2 Penyerapan Hara Melalui Daun ... 15

2.4 Kandungan Hara Pupuk Daun ... 16

2.4.1 Growmore ... 16


(14)

III. BAHAN DAN METODE ... 17

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Bahan dan Alat ... 17

3.3 Metode Penelitian ... 17

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 18

3.4.1 Penanaman ... 18

3.4.2 Aplikasi Pupuk NPK dan Pupuk Daun ... 19

3.4.3 Pemeliharaan ... 19

3.5 Pengamatan ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil Penelitian ... 22

4.1.1 Pertambahan Lingkar Batang ... 23

4.1.2 Waktu Pemunculan Tunas Baru ... 24

4.1.3 Jumlah tunas Pada Batang Utama ... 26

4.1.4 Panjang Tunas ... 28

4.1.5 Waktu Pecah Tunas ... 29

4.1.6 Jumlah Daun Tiap Tunas ... 31

4.2 Pembahasan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 38

PUSTAKA ACUAN ... 39

LAMPIRAN ... 43 Tabel (9 – 32). ... 43 – 61


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data hasil analisis tanah desa way huwi kecamatan jati agung kabupaten lampung selatan. ... 19 2. Hasil analisis polinomial ortogonal pengaruh dua jenis pupuk

daun dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan vegetatif

awal tanaman jambu biji kultivar citayam. ... 22

3. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk NPK terhadap pertambahan lingkar batang. ... 23

4. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk NPK terhadap waktu pemunculan tunas. ... 25 5. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk

NPK terhadap jumlah tunas pada batang utama. ... 27 6. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk

NPK terhadap panjang tunas. ... 29 7. Hasil analisis ortogonal pengaruh dua jenis pupuk daun dan

dosis pupuk NPK terhadap waktu pecah tunas. ... 30 8. Hasil analisis ortogonal pengaruh dua jenis pupuk daun dan

dosis pupuk NPK terhadap total jumlah daun tiap tunas. ... 31 9. Hasil analisis polinomial ortogonal pengaruh dua jenis pupuk

daun dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan vegetatif

awal tanaman jambu biji kultivar citayam. ... 43 10. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk


(16)

11. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk NPK terhadap waktu pemunculan tunas baru. ... 44 12. Analisis ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis

pupuk NPK terhadap waktu pemunculan tunas baru. ... 45 13. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk

NPK terhadap jumlah tunas pada batang utama. ... 46 14. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan

dosis pupuk NPK terhadap jumlah tunas pada batang utama. ... 46 15. Analisis ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis

pupuk NPK terhadap jumlah tunas pada batang utama. ... 47 16. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk

NPK terhadap panjang tunas. ... 48 17. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan

dosis pupuk NPK terhadap panjang tunas. ... 48 18. Analisis ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis

pupuk NPK terhadap panjang tunas. ... 49 19. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk

NPK terhadap waktu pecah tunas. ... 50 20. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan

dosis pupuk NPK terhadap waktu pecah tunas. ... 50 21. Analisis ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis

pupuk NPK terhadap waktu pecah tunas. ... 51 22. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk

NPK terhadap pertambahan diameter batang. ... 52 23. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan

dosis pupuk NPK terhadap pertambahan diameter batang. ... 52 24. Analisis ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis

pupuk NPK terhadap pertambahan diameter batang. ... 53 25. Hasil pengamatan pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk

NPK terhadap total jumlah daun tiap tunas. ... 54 26. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan


(17)

xvi

27. Analisis ragam untuk pengaruh dua jenis pupuk daun dan dosis pupuk NPK terhadap total jumlah daun tiap tunas. ... 55 28. Luas panen dan produksi jambu biji di Indonesia dari tahun 2009

sampai tahun 2012. . ... 55

29. Kandungan unsur hara pupuk daun Growmore dan Plant Catalyst


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses pengukuran dan pengambilan data lingkar batang

tanaman ... 20 2. Tunas tanaman jambu biji berukuran 1 cm (a) dan bakal tunas

tanaman jambu biji pada masa Flush (b) ... 21 3. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi pupuk NPK dan

dua macam pupuk daun terhadap pertambahan lingkar batang

pada tanaman jambu biji citayam ... 24 4. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi pupuk NPK dan

dua macam pupuk daun terhadap waktu pemunculan tunaspada

tanaman jambu biji citayam ... 26 5. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi pupuk NPK dan

dua macam pupuk daun terhadap jumlah tunas pada batang utamapada tanaman jambu biji citayam ... 28


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Nama jambu biji merah booming ketika diteliti oleh ahli gizi Indonesia Dr. Samuel Oetoro, SpGK. Hasil penelitian Samuel Oetoro tahun 2002

memperlihatkan bahwa jambu biji berdaging merah mengandung vitamin C empat kali lipat lebih tinggi daripada buah jeruk yang selama ini diidentikkan sebagai sumber vitamin C ( I.Wayan, 2013). Selain itu, buah jambu biji merah diketahui mempunyai kandungan bete karoten. Vitamin C bermanfaat sebagai antioksidan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Riana, 2000). Buah jambu biji juga kaya akan serat yang dapat larut di dalam air dan pektin, terutama pada bagian kulitnya (Hariyadi, 2005).

Dewasa ini penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang hemoglobinnya rendah dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi jus jambu biji merah. Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang cukup berbahaya di Indonesia.

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai agen vektor melelui gigitan dan menyerang hemoglobin darah. Sampai saat ini belum ada obat yang efektif untuk mengatasi penyakit DBD.


(20)

Mengkonsumsi jus jambu biji merah bagi penderita DBD telah direkomendasikan secara resmi oleh rumah sakit (Muharni, 2013).

Budidaya jambu biji merah di Indonesia baru mempunyai total luas lahan berkisar 14.203 ha dengan produksi 937,412 ton/ tahun (BPS, 2012). Padahal permintaan jambu biji berdaging merah terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah untuk kesehatan. Selain itu peningkatan ini didukung oleh diberlakukannya pembatasan impor buah dan sayur segar oleh pemerintah yang diatur dalam Permendag No. 60 Tahun 2012 terhadap ketentuan Impor Produk Hortikultura, sehingga permintaan terhadap buah lokal terus meningkat yang diiringi dengan harga yang meningkat pula (Zaubin, 2002). Kualitas jambu biji berdaging merah yang ada di pasaran masih sangat rendah. Selain varietasnya tidak unggul, jenisnya juga beragam dan tidak selalu tersedia di pasaran, padahal jambu biji dapat dibuat berbuah

sepanjang tahun (tidak mengenal musim).

Salah satu penyebab lambatnya perkembangan budidaya jambu biji berdaging merah adalah tidak tersedianya bibit varietas unggul dengan kondisi baik. Rendahnya produktivitas tanaman jambu biji dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor tersebut adalah pemilihaan tanaman pada masa juvenil. Pertumbuhan tanaman yang tidak maksimal pada masa juvenil akan menghasilkan tanaman yang produktivitasnya rendah. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada masa juvenil adalah pemupukan, baik pupuk makro maupun mikro.


(21)

3

Pada awal pertumbuhan vegetatif, tanaman jambu biji membutuhkan ketersediaan unsur hara yang cukup yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro untuk

mendukung proses metabolisme penting pada tanaman. Menurut Sujarwo (2008), pupuk NPK memiliki kandungan unsur hara makro (N, P dan K) yang dibutuhkan tanaman. Kelebihan NPK selain sebagai pupuk majemuk juga merupakan pupuk yang slow release. Selain melalui perakaran tanaman aplikasi pupuk juga dapat dilakukan melalui daun.

Keuntungan penggunaan pupuk daun, yaitu penyerapan hara pupuk yang diberikan lebih cepat, sehingga tanaman lebih cepat menumbuhkan tunas dan meminimalisir kerusakan pada tanah. Namun, aplikasi hara melalui daun tidak efektif untuk tanaman, (khususnya pada daun berkutikula tebal), pengeringan larutan secara cepat dapat menyebabkan kerusakan daun. Pemberian pupuk NPK dengan dosis yang tepat dan penambahan aplikasi pupuk daun sesuai anjuran sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman merupakan dasar dari percobaan yang dilakukan.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan pertumbuhan vegetatif tanaman jambu biji antara yang dipupuk dengan kadar NPK tinggi tetapi kadar unsur mikronya rendah

dengan pupuk daun dengan kadar NPK rendah tetapi kadar unsur mikro tinggi?


(22)

2. Apakah peningkatan dosis pupuk NPK sampai dosis 15 g/tanaman menghasilkan kecendrungan yang meningkat atau kuadratik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jambu biji kultivar Citayam?

3. Apakah pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan vegetatif awal tanaman jambu biji kultivar Citayam bergantung pada jenis pupuk daun ?

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian disusun sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh antara pupuk daun dengan kadar NPK tinggi tetapi kadar unsur mikronya rendah dengan pupuk daun yang kadar NPK rendah tetapi unsur mikro tinggi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jambu biji kultivar Citayam.

2. Mengetahui pengaruh peningkatan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jambu biji kultivar Citayam.

3. Mengetahui pengaruh Dosis NPK terhadap pertumbuhan vegetatif awal tanaman jambu biji kultivar Citayam pada masing- masing jenis pupuk daun.

1.3Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teori terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

Pengelolaan kebun jambu biji secara efektif tidak terlepas dari upaya awal

pemilihan bibit yang baik ( bebas penyakit dan faktor genetik yang jelas ), dengan memperhatikan pemeliharaan tanaman jambu biji pada masa- masa awal


(23)

5

pertumbuhan vegetatif secara cermat sangat dibutuhkan. Pertumbuhan vegetatif awal pada tanaman merupakan fase penting yang mendukung pertumbuhan tanaman jambu biji selanjutnya sampai fase produktif. Menurut Maryanto (2006) pertumbuhan vegetatif yang baik khususnya dalam hal pembentukan batang dan percabangan serta daun yang sehat akan mendukung pertumbuhan dan

perkembangan tanaman pada fase selanjutnya, Pertumbuhan vegetatif ditandai dengan munculnya flush dan diikuti oleh pertambahan tinggi tanaman yang relatif pesat. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman adalah dengan pemupukan.

Pemupukan dilakukan karena tanah tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk menyediakan semua unsur hara sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup bagi tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik (Foth,1991). Menurut Jumini (2011) memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah dan tanaman baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Banyak jenis pupuk baik yang diberikan melalui tanah maupun melalui daun yang sering diistilahkan dengan pupuk daun.

Pupuk daun merupakan pupuk buatan yang pemberiannya melalui penyemprotan ke daun. Keuntungan penggunaan pupuk daun adalah penyerapan unsur hara baik makro maupun mikro lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diberikan melalui sistem perakaran tanaman (Lingga,1996).

Penggunaan pupuk daun merupakan salah satu usaha untuk menyediakan unsur hara yang cepat dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Respon tanaman terhadap aplikasi unsur hara melalui daun dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu


(24)

adalah kombinasi dan konsentrasi berbagai hara dalam pupuk daun tersebut. Unsur hara mikro pada umumnya lebih efektif diaplikasikan melalui daun.

Menurut Prambudi (2012) kondisi kesuburan tanah merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Kesuburan tanah merupakan faktor yang masih bisa dikendalikan oleh manusia, misalnya tanah yang miskin unsur hara dapat diubah menjadi subur melalui pemberian pupuk. Unsur hara dapat diserap tanaman melalui akar, batang dan daun dalam bentuk ion yang tersedia bagi tanaman (Lakitan, 1995).

Penambahan pupuk majemuk berupa NPK sekaligus akan menyumbangkan unsur N, P dan K yang masing- masing mempunyai fungsi yang berbeda. Nitrogen sebagai salah satu unsur hara yang terkandung pada NPK merupakan bahan penyusun protein, klorofil, koenzim dan asam- asam nukleat (Foth,1991). Nitrogen juga berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman sebagai

komponen utama pembentukan klorofil dan protein (Yusran dan Abdul, 2011). Hal ini dikuatkan oleh Setyamidjadja (1986) yang menulis bahwa unsur N berperan penting dalam perkembangan tanaman terutama meningkatkan pertumbuhan tunas dan tinggi tanaman.

Menurut Winarso (2005), fosfor berperan dalam pembentukan membran sel serta meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan nitrogen. Unsur fosfor sangat penting dalam proses pembelahan sel dan perkembangan jaringan maristem sehingga akan merangsang pembentukan akar pada tanaman. Pertumbuhan akar yang baik akan mempengaruhi serapan hara yang banyak bagi tanaman.


(25)

7

Kalium merupakan senyawa yang secara khusus tidak disintesis menjadi senyawa organik oleh tanaman, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di dalam tanaman. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang penting dalam reaksi- reaksi fotosintes dan respirasi, serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati, selain itu kalium juga berfungsi sebagai sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit tanaman

(Lingga,1996).

1.4Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Budidaya tanaman jambu biji merah untuk mendapatkan kualitas pertumbuhan dan produksi buah yang baik belum banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia khususnya di kota Bandar Lampung. Agar mendapatkan kualitas pertumbuhan dan produksi buah yang baik perlu diketahui dosis NPK dan pupuk daun yang tepat.

Penelitian ini akan dilakukan percobaan beberapa dosis NPK dan jenis pupuk daun yang memiliki kandungan hara yang berbeda- beda. Pupuk NPK sebagai pupuk dasar berfungsi untuk memberikan tambahan unsur hara makro di dalam tanah. Untuk menambah kekurangan unsur hara mikro yang terkandung di dalam pupuk NPK, diberikan pupuk tambahan berupa pupuk daun yaitu Growmore dan

Plant Catalyst yang memiliki unsur hara makro maupun mikro yang lebih lengkap.


(26)

Peningkatan jumlah (konsentrasi) unsur hara, khususnya N, P dan K dalam tanah yang tersedia atau siap terlarut dapat menyebabkan peningkatan persentase nutrient pada tanaman. Pertumbuhan tanaman yang dibatasi dengan ketersediaan unsur hara, adanya penambahan unsur hara akan menyebabkan peningkatan lebih baik bagi pertumbuhan awal tanaman. Ketika penyerapan hara telah mencapai maksimum, maka peningkatan hara lebih lanjut akan menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman.

Penerapan kedua perlakuan tersebut pada penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pertumbuhan vegetatif awal yang baik. Untuk pertumbuhan vegetatif, tanaman jambu biji merah membutuhkan N yang lebih tinggi dibandingkan P dan K. Unsur N dapat dipenuhi kebutuhannya dengan

penambahan pupuk daun Growmore yang memiliki kandungan N paling tinggi, sehingga akan menghasilkan warna dasar permukaan daun yang lebih hijau. Sedangkan untuk unsur P dan K dapat dipenuhi oleh kedua jenis pupuk daun tersebut. Pupuk pelengkap Plant Catalyst juga mampu mengkatalis unsur hara makro yang berada di dalam tanah sehingga membantu penguraian bahan organic sehingga setelah terurai menjadi anorganik dapat diserap oleh tanaman.

1.5Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kualitas pertumbuhan tanaman jambu biji merah antara yang dipupuk daun dengan kadar NPK tinggi tetapi kadar unsur mikronya rendah dan pupuk daun dengan kadar NPK rendah tetapi unsur mikro tinggi.


(27)

9

2. Pertumbuhan vegetatif awal tanaman jambu biji merah akan semakin baik dengan ditentukan adanya peningkatan dosis pupuk NPK.

3. Kualitas pertumbuhan vegetatif awal tanaman jambu biji merah pada setiap dosis NPK bergantung pada jenis pupuk daun (Growmore dan Plant


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah

Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu “ psidium ” yang berarti delima, “ guajava ” berasal dari nama yang diberikan oleh orang spanyol (Hariyadi, 2005). Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn.

Jambu biji merah merupakan tanaman perdu bercabang banyak, tingginya dapat mencapai 3 – 10 m. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30 – 40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan.


(29)

11

Namun, tanaman yang berasal dari cangkokan memiliki postur lebih pendek dan bercabang lebih banyak. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2 – 3 bulan. Jambu biji dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 5- 1200 m dpi. Intensitas curah hujan antara 1000-2000 mm/tahun, suhu optimal sekitar 23°- 28°C di siang hari dengan kelembaban rendah dan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah liat dan sedikit pasir.

Batang jambu biji merah memiliki ciri khusus, diantaranya berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat dan padat. Kulit kayu tanaman jambu biji merah halus dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu tanaman mengalami pergantian atau peremajaan kulit. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna coklat atau coklat keabu-abuan.

Daun jambu biji merah berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat

oval dengan ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning. Permukaan daun ada yang halus mengkilap dan hijau berbelang kuning. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun sekitar 5 – 15 cm dan lebar 3 – 6 cm, sementara panjang tangkai daun berkisar 3 – 7 mm.

2.2Peranan Unsur Hara

Tanaman membutuhkan berbagai macam unsur hara untuk bahan pembangun tubuhnya. Hampir 15- 20% bobot tumbuhan terdiri dari berbagai unsur hara dan 80% air (Salisbury dan Ross, 1995).


(30)

2.2.1 Nitrogen

Nitrogen (N) adalah komponen utama dari berbagai substansi penting di dalam tanaman. Sekitar 40- 50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Nitrogen sangat dibutuhkan pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas, perkembangan batang dan daun (Novizan, 2002).

2.2.2 Phosphor

Fosfor merupakan unsur kedua yang sangat diperlukan oleh tanaman setelah nitrogen. Menurut Hakim dkk. (1986), fosfor memberikan pengaruh yang menguntungkan melalui kegiatan- kegiatan: (1) pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin; (2) kematangan tanaman melawan efek nitrogen; (3) merangsang perkembangan akar halus dan akar rambut; (4) ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit; (5) pembentukan buah, bunga dan biji.

2.2.3 Kalium

Kalium secara khusus tidak disintesis menjadi senyawa organik oleh tanaman, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di dalam tanaman. Hasil laporan yang diterbitkan oleh Jurusan Tanah IPB (1987), menunjukan bahwa secara fisiologi kalium berperan dalam membantu serapan air oleh akar serta mengaktifkan lebih dari 60 enzim yang terlibat dalam proses pertumbuhan tanaman. Kalium juga berperan dalam meningkatkan kemampuan tanaman mengatasi stress. Tetapi,


(31)

13

pemberian pupuk K yang berlebihan akan mereduksi jumlah kation- kation lain yang diserap oleh akar, sehingga dapat menimbulkan defisiensi unsur lainnya.

2.2.4 Unsur Mikro

Unsur hara mikro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur hara mikro sangat penting dan diperlukan oleh tanaman sebagai hara pelengkap, tetapi bila berlebihan akan menjadi racun bagi tanaman tersebut.

2.3Mekanisme Penyerapan Hara

2.3.1 Penyerapan Hara Melalui Akar

Menurut Hakim et al.(1986), penyerapan unsur hara dari media tanam melalui akar terjadi dengan tiga cara:

(1) Intersepsi akar

Mekanisme yang terjadi adalah pergerakan akar tanaman yang memperpendek jarak dengan keberadaan unsur hara. Peristiwa ini terjadi karena akar tanaman tumbuh dan memanjang, sehingga memperluas jangkauan akar tersebut. Perpanjangan akar tersebut menjadikan permukaan akar lebih mendekati posisi keberadaan unsur hara, baik unsur hara yang ada dalam larutan tanah, permukaan koloid liat, maupun permukaan koloid organik.


(32)

(2) Aliran massa

Mekanisme aliran massa adalah suatu mekanisme gerakan unsur hara di dalam tanah menuju ke permukaan akar bersama- sama dengan gerakan massa air. Selama proses transpirasi tanaman berlangsung, terjadi juga proses penyerapan air oleh akar tanaman. Terserapnya air karena adanya perbedaan potensial air yang disebabkan oleh proses transpirasi tersebut. Nilai potensial air di dalam tanah lebih rendah dibandingkan dengan permukaan bulu akar sehingga air tanah masuk kedalam jaringan akar. Pergerakan massa air ke akar tanaman akibat langsung dari serapan massa air oleh akar tanaman terikut juga unsur hara yang terkandung dalam air tersebut.

(3) Difusi

Difusi terjadi karena konsentrasi unsur hara pada permukaan akar tanaman lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi hara dalam larutan tanah dan konsentrasi unsur hara pada permukaan koloid liat serta pada permukaan koloid organik. Kondisi ini terjadi karena sebagian besar unsur hara tersebut telah diserap oleh akar tanaman. Tingginya konsentrasi unsur hara pada ketiga posisi tersebut menyebabkan terjadinya peristiwa difusi dari unsur hara berkonsentrasi tinggi ke posisi permukaan akar tanaman.

2.3.2 Penyerapan Hara Melalui Daun

Proses penyerapan hara melalui daun terjadi karena adanya proses difusi dan osmosis melalui stomata sehingga mekanismenya berhubungan langsung dengan membuka dan menutupnya stomata (Salisbury dan Ross, 1995). Banyak faktor


(33)

15

yang menyebabkan membuka dan menutupnya stomata, selain disebabkan oleh tingkah laku sel penjaga juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan.

Menurut Salisbury dan Ross (1995), penyerapan air oleh sel penjaga disebabkan oleh perbedaan potensial osmotic antara sel penjaga dan sel- sel di sekitarnya. Jika potensial osmotik protoplas sel penjaga lebih negatif daripada sel sekitarnya, maka air akan bergerak masuk ke dalam sel penjaga secara osmosis yang

selanjutnya akan mengakibatkan naiknya tekanan sel, kemudian sel mengembung. Setelah stomata membuka, unsur hara dalam bentuk ion- ion yang berada pada permukaan daun akan bergerak masuk secara difusi dan osmosis ke dalam sel. Masuknya ion- ion tersebut ke dalam sel tanaman terjadi secara bertahap melalui beberap lapisan bahan- bahan yang berbeda. Mula- mula molekul dan ion- ion zat terlarut menembus lapisan yang menyelubungi permukaan dinding sel sebelah luar dengan proses difusi, laju menuju dinding sel yang dilapisi oleh membran plasma yang bersifat impermeabl terhadap ion- ion.

Setelah melalui membran plasma, ion- ion masuk ke dalam sitoplasma. Di dalam sitoplasma, molekul dan ion- ion tersebut mengalami beberapa kemungkinan: diubah ke dalam bentuk lain, langsung mengalami pengangkutan ke sel lain, dan diangkut oleh tonoplas menuju vakuola atau organel- organel lain dalam

sitoplasma antara lain mitokondria dimana terjadi proses respirasi sehingga dapat berperan dalam pertumbuhan tanaman (Prawiranata et al., 1981).


(34)

2.4Kandungan Hara Pupuk Daun

2.4.1 Growmore

Bentuk fisik pupuk Growmore adalah Kristal berwarna biru. Growmore

mengandung komposisi nitrogen (N) 32%, fosfor (P2O5) 10%, kalium (K2O) 10%,

serta dilengkapi dengan unsur hara mikro seperti calcium (Ca) 0,05%, magnesium (Mg) 0,10%, sulfur (S) 0,20%, boron (B) 0,02%, tembaga (Cu) 0,05%, besi (Fe) 0,10%, Mangan (Mn) 0,05%, molybdenum (Mo) 0,0005% dan seng (Zn) 0,05% (PT Nusa Tani, PO BOX 1006 Jakarta 10260).

2.4.2 Plant Catalyst

Dalam pupuk pelengkap (Plant Catalyst) terkandung unsur hara yang lengkap yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Kandungan hara makro berupa nitrogen 0,23%, phosphate 12,70%, kalium 0,88%, carbon 6,47%, magnesium 25,92 ppm, sulphur 0,02%, sedangkan kandungan unsur hara mikronya cukup lengkap yaitu kalsium <0,05 ppm, ferum 36,45 ppm, mangan 2,37 ppm, chlor 0,11%, copper <0,03 ppm, zinc 11,15 ppm, boron 0,25%, molibdenum 35,37 ppm, kobalt 9,59 ppm, natrium 27,42%, Alumunium <0,4 ppm (PT. Citra Nusa Insan Cemerlang Jakarta 11520).


(35)

17

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada lahan di Kelurahan Way Huwi, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 24 bibit tanaman jambu biji merah kultivar Citayam umur 3 bulan setelah okulasi dan tinggi tanaman dari sampai pangkal okulasi 50- 75 cm, pupuk NPK majemuk, pupuk daun Growmore, pupuk pelengkap Plant Catalyst, Alat- alat yang digunakan adalah cangkul, timbangan, meteran, sabit, mistar dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan perlakuan faktorial 4x2 (dosis pupuk NPK dan jenis pupuk daun) dan setiap perlakuan diterapkan dalam


(36)

rancangan acak kelompok. Faktor pertama dosis NPK (

a

) yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 (

a0

), 5 (

a1

), 10 (

a2

), dan 15 (

a3

) g/ tanaman. Faktor kedua adalah jenis pupuk daun yang terdiri atas 2 jenis pupuk daun (

b

), yaitu pupuk daun dengan kandungan hara makro tinggi yaitu Growmore (

b

1) dan pupuk daun

dengan kandungan hara mikro yang lengkap yaitu Plant Catalyst (

b2

) dengan konsentrasi 2g/l.

Perlakuan diterapkan pada satuan percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna, dengan lingkar batang dan kemiringan lereng sebagai dasar

pengelompokan. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali.

Setelah data terkumpul, kesamaan (homogenitas) ragam antar perlakuan diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan model (aditivitas) diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data dianalisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji ortogonal polinomial pada taraf α 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penanaman

Penanaman dilakukan pada lubang tanam berdiameter 40 cm dengan kedalaman 40 cm, penanaman tanaman disusun sesuai pengacakan pada tiap- tiap kelompok. Pengelompokan tanaman berdasarkan kemiringan lereng dan diameter batang. Jarak antar tanaman 2 x 3 meter dan jarak antara kelompok 3 meter.


(37)

19

Tabel 1. Data hasil analisis tanah desa way huwi kecamatan jati agung kabupaten lampung selatan.

NO Jenis Analisis Hasil Analisis

1 pH 5,84

2 % Nitrogen 0,31

3 P potensial (P2O5 / 100 gram) 39,50

4 K potensial (K2Cl / 100 gram) 28,45

* Sumber : Hasil analisis Laboratorium Teknis Natar, BPTP Lampung 2013.

3.4.2 Aplikasi Pupuk NPK dan Pupuk Daun

Pemupukan NPK sesuai taraf (dosis) perlakuan, dilakukan dengan cara

melarutkan pupuk NPK sesuai dosis dengan air 250 ml lalu larutan pupuk tersebut disiramkan secara merata di atas permukaan tanah di sekitar batang atau pangkal batang, aplikasi pupuk NPK dilakukan sebanyak tiga kali selama penelitian pada saat 10, 45 dan 90 hari setelah tanam. Aplikasi pupuk daun dilakukan sebanyak tiga kali dan waktu aplikasi pagi hari pukul 08.00- 09.00 WIB dengan volume semprot sebanyak 7,6 ml pada saat 10 hari setelah tanam , 14,3 ml pada saat 45 hari setelah tanam dan 24,4 ml volume semprot pada 90 hari setelah tanam.

3.4.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan rutin setiap hari meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian hama. Untuk mencegah gangguan dan menanggulangi serangan hama dilakukan pemeriksaan dan pemberantasan hama secara manual dengan cara membunuh langsung hama yang terlihat pada tanaman. Pengendalian gulma


(38)

dilakukan dengan cara menyiangi gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan lokasi penelitian.

3.5 Variabel yang diamati

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan, pengamatan dilakukan pada 10 hari setelah tanam dan pada akhir penelitian, 120 hari setelah tanam. Variabel yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Total jumlah daun.

Total jumlah daun dihitung untuk tiap tunas yang muncul pada batang utama dan diamati pada akhir penelitian.

2. Lingkar batang.

Lingkar batang diukur 5 cm di atas bekas okulasi. Pada awal pengukuran batang jambu biji merah diberikan tanda, pengukuran kedua dilakukan di akhir penelitian sesuai tanda pengukuran awal (Gambar 1).


(39)

21

3. Waktu pemunculan tunas baru.

Waktu pemunculan tunas baru dihitung pada awal pecah tunas (Flush) sampai dengan tunas berukuran 1 cm (Gambar 2).

Gambar 2. Bakal tunas tanaman jambu biji pada masa Flush (a) dan Tunas tanaman jambu biji berukuran 1 cm (b)

4. Waktu pecah tunas.

Pecah tunas merupakan kondisi tunas baru yang muncul pada batang utama. Waktu pecah tunas dihitung pada saat hari pertama aplikasi pupuk sampai dengan tunas muncul pada batang utama tanaman (Gambar 2).

5. Jumlah tunas yang muncul pada batang utama.

Jumlah tunas yang muncul pada batang utama dihitung secara keseluruhan pada akhir penelitian..

6. Panjang tunas.

Panjang tunas diukur dari pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas untuk masing – masing tunas pada batang utama tanaman.

b a


(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh pupuk daun Plant Catalyst lebih baik daripada pupuk daun

Growmore pada semua variabel pengamatan, pupuk daun Plant Catalyst

meningkatkan lingkar batang dengan rata - rata 0,31 cm dan waktu pemunculan tunas 8,02 hari. Pupuk daun Growmore dapat meningkatkan lingkar batang 0,26 cm dan waktu pemunculan tunas 9,89 hari.

2. Dosis pupuk NPK hanya berpengaruh terhadap varabel waktu pemunculan tunas baru dan jumlah tunas pada batang utama dengan rata - rata 8,03 hari dan 10,61 tunas.

3. Pengaruh pupuk daun Plant Catalyst lebih baik dibandingkan pupuk daun

Growmore pada berbagai dosis NPK, yang ditunjukan oleh variabel pengamatan pertambahan lingkar batang, jumlah tunas pada batang utama, panjang tunas serta waktu pemunculan tunas baru. Pengaruh dosis NPK sampai 15 g/tanaman pada perlakuan pupuk daun Growmore masih linear terhadap waktu pemunculan tunas baru, sementara pengaruh pupuk daun Plant Catalyst dan dosis NPK masih linear terhadap lingkar batang.


(41)

37

5.2. Saran

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan melakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan meningkatkan dosis pupuk daun yang digunakan dan memperpanjang waktu penelitian.


(42)

PUSTAKA ACUAN

Biro Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik: Jakarta.

Foth, H.D. 1991. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh E.D Purbayanti, D.R Lukiwati, R. Trimulatsih. Diedit oleh S. A. B. Trimulatsih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 782 hlm.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, G.B. Hong, S.G. Nugroho, M.R. Saul dan M.A. Diha. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Badan Penerbit Unila untuk BKS. PTN/UNSAID WUAE Project. Bandar Lampung. 288 hlm.

Hariyadi, P. 2005. Jambu Biji, 'Gudang' Vitamin C. Available in: URL http://www.ayahbundaonline. com.Diakses tanggal 16 Januari 2013 I Wayan Sastra Astawan. 2013. Efek jus buah jambu biji (Psidium guajava L.)

pada penderita dislipidemia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2 (1) : 157 – 170

Jumini, Nurhayati, Murzani. 2011. Efek kombinasi dosis pupuk NPK dan cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Jurnal Floratek 6 : 165 – 170

Jurusan Tanah IPB. 1987. Diagnosis dan Perbaikan Kahat Kalium pada

Tanaman Utama. Terbitan Bersama Jurusan Tanah IPB, Institut Kalium Internasional Swiss, Institut Kalium dan Fosfor Amerika Utara. 67 hlm.

Lakitan, B. 1995. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 hlm.

Leopold. A.C. and P.E. Kridemen. 1975. Plant Growth and Development. The Lowa State University Press. USA. 545 PP.

Lingga, P dan Marsono. 1996. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.


(43)

39

Maryanto. 2006. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian NPK Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Awal Tanaman Jeruk Keprok Siem (Citrus

reticulate var. (microcarpa). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 56 hlm.

Mengel, K. and A.E. Kirkby. 1987. Prinsiples of Plant Nutrition; 4th edition. International Potash Institute. Swizherland. 687 pp.

Minarsih. 2013. Pengaruh pemberian kompos kulit buah kakao sebagai

campuran media pembibitan dan pupuk NPK (15:15:15) terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotek Tropika 1 (2) : 188 – 193.

Muharni S, Almahdy dan Rose D. Martini. 2013. Efek Penggunaan Suplemen Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) dan Angkak (Monascus purpureus) dalam Meningkatkan Trombosit Pada Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Farmasi Indonesia 1 (2) : 57 – 61.

Nuryani, S. 2007. Pengaruh Pupuk NPK pada Pertumbuhan dan Pembungaan Melati Air (Echinodorus paleafolius). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 80 hlm.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

Prambudi, B. 2012. Pengaruh Berbagai Pupuk Kandang dan Pupuk Pelengkap Pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis meloL.) Kultivar Sky Rocket. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 69 hlm.

Prawiranata, W., S. Harran, dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 469 hlm.

Riana, A. (editor). 2000. Jambu biji.Available in: URL http://www. asiamaya.com /nutrients/jambubiji.htm. Diakses tanggal 22 Januari 2013

Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan dari

Plant Physiology oleh D.R. Lukman dan Sumaryono. Di sunting oleh Niksolihin, S. Penerbit ITB. Bandung. 343 hlm.

Setyamidjadja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplek. Jakarta, 235 hlm. Sudjana. 1983. Teknik Analisa Regresi dan Korelasi. Bandung. Tarsito

Sujarwo, A. 2008. Pengaruh Dosis NPK dan Jenis Pupuk Daun pada Kualitas Pertumbuhan Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz And Pav.). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 73 hlm.


(44)

Supriatna Ade dan Suparwoto. 2010. Teknologi Pembibitan Duku dan Prospek Pengembanganya. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 9 No. 1. Hlm. 29 – 33. Tisdale, S. L. dan W. L. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. Macmillan

Publishing Co. Inc. New York. 694 pp.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta. 105 hlm.

Yusran dan Abdul Hamid Noer. 2011. Keberhasilan okulasi varietas jeruk manis pada berbagai perbandingan pupuk kandang. Jurnal M. Litbang Sulteng 4 (2) : 97 – 104.

Zaubin dan R. Suryadi. 2002. Pengaruh Topping, Jumlah Daun dan Waktu Penyambungan Terhadap Keberhasilan Pengembangan Jambu Mete di Lapangan. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 8 (2) : 55 – 59.


(1)

3. Waktu pemunculan tunas baru.

Waktu pemunculan tunas baru dihitung pada awal pecah tunas (Flush) sampai dengan tunas berukuran 1 cm (Gambar 2).

Gambar 2. Bakal tunas tanaman jambu biji pada masa Flush (a) dan Tunas tanaman jambu biji berukuran 1 cm (b)

4. Waktu pecah tunas.

Pecah tunas merupakan kondisi tunas baru yang muncul pada batang utama. Waktu pecah tunas dihitung pada saat hari pertama aplikasi pupuk sampai dengan tunas muncul pada batang utama tanaman (Gambar 2).

5. Jumlah tunas yang muncul pada batang utama.

Jumlah tunas yang muncul pada batang utama dihitung secara keseluruhan pada akhir penelitian..

6. Panjang tunas.

Panjang tunas diukur dari pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas untuk masing – masing tunas pada batang utama tanaman.

b a


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengaruh pupuk daun Plant Catalyst lebih baik daripada pupuk daun

Growmore pada semua variabel pengamatan, pupuk daun Plant Catalyst meningkatkan lingkar batang dengan rata - rata 0,31 cm dan waktu pemunculan tunas 8,02 hari. Pupuk daun Growmore dapat meningkatkan lingkar batang 0,26 cm dan waktu pemunculan tunas 9,89 hari.

2. Dosis pupuk NPK hanya berpengaruh terhadap varabel waktu pemunculan tunas baru dan jumlah tunas pada batang utama dengan rata - rata 8,03 hari dan 10,61 tunas.

3. Pengaruh pupuk daun Plant Catalyst lebih baik dibandingkan pupuk daun Growmore pada berbagai dosis NPK, yang ditunjukan oleh variabel pengamatan pertambahan lingkar batang, jumlah tunas pada batang utama, panjang tunas serta waktu pemunculan tunas baru. Pengaruh dosis NPK sampai 15 g/tanaman pada perlakuan pupuk daun Growmore masih linear terhadap waktu pemunculan tunas baru, sementara pengaruh pupuk daun Plant Catalyst dan dosis NPK masih linear terhadap lingkar batang.


(3)

5.2. Saran

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan melakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan meningkatkan dosis pupuk daun yang digunakan dan memperpanjang waktu penelitian.


(4)

PUSTAKA ACUAN

Biro Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik: Jakarta.

Foth, H.D. 1991. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan oleh E.D Purbayanti, D.R Lukiwati, R. Trimulatsih. Diedit oleh S. A. B. Trimulatsih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 782 hlm.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, G.B. Hong, S.G. Nugroho, M.R. Saul dan M.A. Diha. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Badan Penerbit Unila untuk BKS. PTN/UNSAID WUAE Project. Bandar Lampung. 288 hlm.

Hariyadi, P. 2005. Jambu Biji, 'Gudang' Vitamin C. Available in: URL http://www.ayahbundaonline. com. Diakses tanggal 16 Januari 2013 I Wayan Sastra Astawan. 2013. Efek jus buah jambu biji (Psidium guajava L.)

pada penderita dislipidemia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2 (1) : 157 – 170

Jumini, Nurhayati, Murzani. 2011. Efek kombinasi dosis pupuk NPK dan cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Jurnal Floratek 6 : 165 – 170

Jurusan Tanah IPB. 1987. Diagnosis dan Perbaikan Kahat Kalium pada

Tanaman Utama. Terbitan Bersama Jurusan Tanah IPB, Institut Kalium Internasional Swiss, Institut Kalium dan Fosfor Amerika Utara. 67 hlm.

Lakitan, B. 1995. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 203 hlm.

Leopold. A.C. and P.E. Kridemen. 1975. Plant Growth and Development. The Lowa State University Press. USA. 545 PP.

Lingga, P dan Marsono. 1996. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.


(5)

Maryanto. 2006. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian NPK Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Awal Tanaman Jeruk Keprok Siem (Citrus

reticulate var. (microcarpa). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 56 hlm.

Mengel, K. and A.E. Kirkby. 1987. Prinsiples of Plant Nutrition; 4th edition. International Potash Institute. Swizherland. 687 pp.

Minarsih. 2013. Pengaruh pemberian kompos kulit buah kakao sebagai

campuran media pembibitan dan pupuk NPK (15:15:15) terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotek Tropika 1 (2) : 188 – 193.

Muharni S, Almahdy dan Rose D. Martini. 2013. Efek Penggunaan Suplemen Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) dan Angkak (Monascus purpureus) dalam Meningkatkan Trombosit Pada Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Farmasi Indonesia 1 (2) : 57 – 61.

Nuryani, S. 2007. Pengaruh Pupuk NPK pada Pertumbuhan dan Pembungaan Melati Air (Echinodorus paleafolius). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 80 hlm.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

Prambudi, B. 2012. Pengaruh Berbagai Pupuk Kandang dan Pupuk Pelengkap Pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis meloL.) Kultivar Sky Rocket. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 69 hlm.

Prawiranata, W., S. Harran, dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 469 hlm.

Riana, A. (editor). 2000. Jambu biji.Available in: URL http://www. asiamaya.com /nutrients/jambubiji.htm. Diakses tanggal 22 Januari 2013

Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan dari Plant Physiology oleh D.R. Lukman dan Sumaryono. Di sunting oleh Niksolihin, S. Penerbit ITB. Bandung. 343 hlm.

Setyamidjadja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplek. Jakarta, 235 hlm. Sudjana. 1983. Teknik Analisa Regresi dan Korelasi. Bandung. Tarsito

Sujarwo, A. 2008. Pengaruh Dosis NPK dan Jenis Pupuk Daun pada Kualitas Pertumbuhan Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz And Pav.). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 73 hlm.


(6)

Supriatna Ade dan Suparwoto. 2010. Teknologi Pembibitan Duku dan Prospek Pengembanganya. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 9 No. 1. Hlm. 29 – 33. Tisdale, S. L. dan W. L. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. Macmillan

Publishing Co. Inc. New York. 694 pp.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta. 105 hlm.

Yusran dan Abdul Hamid Noer. 2011. Keberhasilan okulasi varietas jeruk manis pada berbagai perbandingan pupuk kandang. Jurnal M. Litbang Sulteng 4 (2) : 97 – 104.

Zaubin dan R. Suryadi. 2002. Pengaruh Topping, Jumlah Daun dan Waktu Penyambungan Terhadap Keberhasilan Pengembangan Jambu Mete di Lapangan. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 8 (2) : 55 – 59.