STUDI KARAKTERISTIK JENIS POHON TIDUR MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAWASAN YOUTH CAMP TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

STUDI KARAKTERISTIK JENIS POHON TIDUR MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAWASAN YOUTH CAMP TAMAN

HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN PROVINSI LAMPUNG

Aji Setiawan

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah jenis primata yang mudah beradaptasi dengan aktivitas manusia. Itu sebabnya monyet tersebut relatif mudah dijumpai di kawasan hutan yang dekat dengan kawasan pemukiman, perladangan, dan perkebunan. Salah satu kawasan hutan yang masuk kriteria dekat dengan beragam aktivitas manusia adalah Youth Camp di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang berada di wilayah Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2012 di areal Youth Camp Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan Metode Observasi. Parameter yang diamati adalah saat istirahat (immobile), yaitu aktivitas diam meliputi berdiri, duduk, tidur, serta posisi saat spesies ini mendapatkan posisi tidur pada suatu pohon tidur sehingga dapat diketahui jenis pohon tidur yang digunakan oleh monyet. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti melakukan interpretasi data secara deskriptif.

Terdapat enam jenis pohon yang digunakan sebagai pohon tidur monyet ekor panjang yaitu bambu (Bambusa sp.), dahu (Dracontomelon dao Merr. Et Rolfe.), ki hujan (Samanea saman (Jacq.) Merr.), pulai (Alstonia pneumatophora Back. Ex don Berger.), dadap (Erythrina variegate L.), benda (Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume). Pohon dengan karakteristik tinggi dan memiliki kanopi yang luas dan terlindung, serta dekat dengan sumber air merupakan jenis pohon yang digunakan sebagai pohon tidur oleh monyet ekor panjang.

Kata kunci: Pohon tidur, Monyet ekor panjang, Macaca fascicularis, Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai jenis satwa liar, salah satunya adalah primata. Dari sekitar 195 jenis primata yang ada, 40 jenis ditemukan di Indonesia, dan 24 jenis diantaranya merupakan satwa endemik yang hanya hidup di Indonesia (Haryanto, 1992).

Monyet ekor panjang merupakan salah satu jenis spesies yang banyak

dimanfaatkan dalam penelitian. Pemanfaatan monyet khususnya untuk pasar ekspor telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 26/Kpts-II/94 tanggal 20 Januari 1994 tentang pemanfaatan jenis monyet ekor panjang untuk keperluan ekspor. Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931, UU No. 5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 (10 Juni 1991), SK Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-II/1992 (08 Spetember 1992), dan PP No. 7 Tahun 1999. Secara internasional, primata ini termasuk satwa yang tidak dilindungi. Primata ini dikategorikan rentan dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red Data Book dan dimasukkan ke dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) (Setiawan, 2000).


(3)

Monyet merupakan jenis spesies primata yang paling banyak ditemui karena jumlah populasinya yang masih cukup mudah ditemui di alam liar. Namun, melihat kondisi habitat asli yang terambah oleh aktivitas manusia, perlu dilakukan upaya perlindungan terhadap spesies ini. Menurut Alikodra (1990), satwa liar membutuhkan persyaratan untuk hidup, yaitu adanya tempat untuk berlindung dan berkembang biak, tersedianya makanan dan air serta dapat bergerak dengan bebas. Gangguan terhadap habitat akan

menurunkan kualitas kebutuhan hidup dari spesies tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pohon dan

karakteristik pohon yang digunakan oleh monyet sebagai tempat tidur dan beristirahat.

C. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui jenis dan karakter pohon tidur yang digunakan oleh monyetsehingga diperoleh manfaat tentang pengelolaan keanekaragaman hayati dari habitat alami monyettersebut.

D. Kerangka Pemikiran

Macaca merupakan genus yang adaptif terhadap kondisi lingkungan dan iklim yang berbeda. Hal ini yang membuat Macaca dapat hidup di habitat lain di luar habitat aslinya. Bahkan, Macaca dapat hidup di habitat yang


(4)

mengalami gangguan seperti daerah riparian, hutan sekunder, daerah perladangan, hingga ke hutan mangrove (Leger, 1992).

Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung merupakan salah satu kawasan konservasi dimana terdapat berbagai macam

keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Kawasan ini merupakan salah satu habitat penting monyet yang masih tersisa di Provinsi Lampung. Perambahan dan pemanfaatan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan

kaidah konservasi atau pelestarian hutan menyebabkan semakin berkurangnya habitat alami dari spesies ini. Selain itu, penyempitan habitat alami

menyebabkan kondisi jumlah pakan dan jumlah pohon tidur spesies ini berkurang tajam. Penelitian mengenai jenis pohon tidur dan waktu tidur monyetdilakukan agar diketahui jenis pohon yang dibutuhkan oleh spesies ini untuk mendukung upaya perlindungan dan pelestarian dari jenis-jenis pohon tersebut.


(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Monyet Ekor Panjang

A. 1 Klasifikasi

Menurut Supriatna et.al. (2000) Macaca fascicularis termasuk dalam : Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Primata

Sub Ordo : Anthropoidea Infra Ordo : Catarrhini

Super Famili : Cercopithecoidea Famili : Cercopithecidae

Genus : Macaca

Spesies : Macaca fascicularis (Raffles, 1821)

A. 2 Morfologi

Secara morfologi umum, monyet memiliki panjang tubuh berkisar antara 385-648 mm dengan panjang ekor berkisar antara 400-655 mm. Berat badan jantan monyet dewasa berkisar antara 3,5-8 kg,


(6)

sedangkan berat badan betina dewasa sekitar 3 kg. Warna tubuh bervariasi, mulai dari abu-abu sampai kecoklatan, dengan bagian ventral berwarna putih dan pada anak monyet yang baru dilahirkan berwarna kehitaman (Farida, 2008).

Monyet adalah primata yang menggunakan kaki depan dan belakang dalam berbagai variasi untuk berjalan dan berlari (quandrapedalisme), memiliki ekor yang lebih panjang dari panjang kepala dan badan, bantalan duduk (ischial sallosity) yang melekat pada tulang duduk (ischial), dan memiliki kantong makanan di pipi (cheek pouches) (Napier and Napier, 1985).

Kurniawan (2009) juga menjelaskan bahwa spesies ini dinamakan monyet ekor panjang karena memilki ekor yang panjang, berkisar antara 80% hingga 110% dari total panjang kepala dan tubuh.

Karakteristik nyata yang berdasarkan penamaan dari spesies ini adalah ekornya yang sangat panjang yang hampir selalu lebih panjang dari tinggi badan yaitu dari kepala sampai pinggul, dengan rentang panjang antara 400 hingga 655 mm.

Monyet adalah primata kecil yang berwarna cokelat dengan bagian perut berwarna lebih muda dan disertai rambut keputihan yang jelas pada bagian muka. Dalam perkembangannya, rambut keputihan yang jelas pada bagian muka tersebut berbeda-beda antara satu individu dan


(7)

individu lainnya. Perbedaan ini merupakan indikator untuk membantu mengenali jenis kelamin dan kelas umurnya. Selain itu, tidak hanya lebih tinggi dan lebih berat, monyet jantan juga memiliki gigi taring yang jauh lebih besar daripada monyet betina (Ningsih, 2009).

B. Sistem Sosial

Primata mempunyai perilaku yang lengkap yang digunakan untuk

berkomunikasi dan berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Perilaku komunikasi ini berkembang karena primata adalah hewan sosial. Monyet bersifat sosial dan hidup dalam kelompok yang terdiri atas banyak jantan dan banyak betina (multi male-multi female). Dalam satu kelompok, populasi monyet terdiri atas 20-50 individu (Chalmers, 1979).

Jumlah individu setiap kelompok ditentukan oleh predator, pertahanan terhadap sumber makanan, dan efisiensi dalam aktivitas mencari makan (Djuwantoko et. al., 2008).

C. Habitat dan Sebaran

Habitat adalah suatu tempat atau individu ditemukan. Suatu habitat merupakan hasil interaksi berbagai komponen berupa fisik yang terdiri dari air, tanah, topografi, iklim (makro dan mikro) serta komponen


(8)

Habitat adalah komunitas biotik untuk serangkaian komunitas-komunitas biotik yang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan. Habitat yang lengkap terdiri dari berbagai jenis makanan, perlindungan, dan bertahan hidup dan secara melangsungkan reproduksinya secara berhasil. Oleh karena itu, habitat berperan penting untuk mendukung kehidupan dan mempengaruhi populasi satwa liar (Nasution et. al., 2011)

Populasi sebagai kelompok organisme yang terdiri dari individu-individu satu spesies yang mampu menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya, sedangkan kepadatan populasi adalah besaran populasi dalam suatu unit luas atau volume nilai kependudukan yang diperlukan untuk menunjukkan kondisi daya dukung habitatnya (Alikodra, 1990).

Pengelompokan populasi yang paling sederhana adalah pengelompokan ke dalam kelas umur bayi (new born) , anak (jouvenil), muda atau remaja (subadult), dan dewasa (adult). Parameter populasi adalah struktur populasi yang terdiri dari rasio seksual, distribusi kelas, umur, tingkat kepadatan, dan kondisi fisik (Rowe, 1996).

Pertumbuhan populasi pada awalnya rendah kemudian mencapai

maksimal, selanjutnya menurun sampai akhirnya mencapai nol pada saat kondisi jumlah individu sama dengan daya dukung lingkungannya. Karakteristik populasi yang paling mendasar adalah ukuran kepadatan, dengan empat parameter yang mempengaruhi kepadatan yaitu natalitas,


(9)

mortalitas, emigrasi, dan imigrasi. Selain itu, karakter sekunder yang mempengaruhi perkembangan populasi yaitu sebaran umur, komposisi genetik, dan pola sebaran (Isaac and Cowlishaw, 2004).

Menurut Napier and Napier (1985) Macaca merupakan genus yang dapat beradaptasi dengan lingkungan bermacam-macam pada daerah iklim yang berbeda. Sebagai contoh, monyet dapat tinggal di hutan primer, sekunder, pesisir pantai, bakau, rawa, dan sungai hutan dengan berbagai keragaman ketinggian mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 2000 m di atas permukaan laut. Satwa ini cenderung lebih memilih daerah berhutan yang dekat sumber air dan populasi satwa ini banyak ditemukan dalam densitas yang lebih tinggi berada di daerah dekat pinggiran sungai, danau, atau di sepanjang pantai. Pemanfaatan hutan sekunder lebih dipilih sebagai habitat alami terutama jika berbatasan dengan pemukiman manusia karena memiliki akses yang lebih mudah untuk menuju ke kebun dan daerah pertanian yang merupakan tanaman serangan.

D. Perilaku Harian

Perilaku harian monyet di habitat alami terdiri atas 35% untuk makan, 20% penjelajahan, 34% istirahat, 12% untuk grooming, dan kurang dari 0,5% untuk aktivitas lainnya (Santosa, 1996).

Berdasarkan pola aktivitasnya, monyet digolongkan menjadi primata yang


(10)

tengah hari ataupun pada tengah malam. Monyet tidur pada malam hari di atas pohon, diantaranya ada yang membuat sarang dan ada pula yang tidak. Beberapa individu tidur di atas pohon yang tinggi dan tidak ditumbuhi liana. Selan itu, keadaan pohon tempat tidur berhubungan dengan aktivitas makan dan pertahanan hidup terhadap musuh alami berupa predator, parasit, dan penyakit (Sari, 2009).

E. Stratifikasi Pohon

Menurut Ungar (1995), hutan hujan tropika terkenal dengan pelapisan vertikal dengan jarak teratur dengan tak seimbang. Pelapisan vertikal komunitas pohon tersebut mempengaruhi sebaran populasi hewan yang hidup di dalamnya. Secara garis besar lapisan komunitas pohon tersebut terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Lapisan paling atas (Strata-A)

Terdiri atas pepohonan setinggi 30-45 m. Pepohonan yang muncul keluar ini mencuat tinggi di atas hutan, bertajuk lebar, dan umumnya tersebar sedemikian rupa sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambung.

2. Lapisan pepohonan kedua (Strata-B)

Terdiri atas pepohonan yang tumbuh sampai pada ketinggian sekitar 18-27 m. Pepohonan ini tumbuh lebih berdekatan dan cenderung


(11)

3. Lapisan pepohonan ketiga (Strata-C)

Dinamakan juga lapisan tingkat bawah, terdiri dari pepohonan yang tumbuh sampai ketinggian sekitar 8-14 m. Pepohonan pada lapisan ini membentuk lapisan yang rapat.

F. Areal Penelitian Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman

Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung seluas 22.249,31 ha, ditetapkan sebagai Tahura Wan Abdul Rachman berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 742/Kpts-II/92 tanggal 21 Juli 1992. Tahura Wan Abdul Rachman menurut administrasi pemerintahan terletak di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten

Pesawaran, sedangkan pengelolaannya di bawah UPTD Tahura WAR Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Tahura Wan Abdul Rachman memiliki luas area 22.249,31 ha. Secara geografis, Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman berada diantara 05º.18 - 05º.29’ LS dan 105º.02’ -

105º.14’ BT (Setiawan, 2012).

Tahura Wan Abdul Rachman secara umum mempunyai topografi

bergelombang, berbukit, dan pegunungan. Puncak tertinggi di kawasan ini terdiri dari 4 (empat) buah gunung yaitu : Gunung Rantai (1.671 m dpl.), Gunung Pesawaran (661 m dpl.), Gunung Betung (1.240 m dpl.) dan Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu (1.600 m dpl.) (Setiawan, 2012).


(12)

Vegetasi hutan di Tahura Wan Abdul Rachman memiliki tipe vegetasi Hutan Hujan Tropis yang terdiri atas beberapa jenis flora diantaranya : Medang (Litsea firmahoa), Gondang (Ficus variegate), Rasamala (Antingia excelsa), Merawan (Hapea mengawan), Durian (Durio zibetinus), Gintung (Bishofia javanica), Bayur (Pterospermum sp.), Kenanga (Cananga odorata), Randu (Hibiscus teleaceus), Keranji (Dalium plattysepalum)dan berbagai jenis anggrek serta paku-pakuan, liana, bambu, serta rotan (Setiawan, 2012).

Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman memiliki potensi fauna yang antara lain macan akar (Felis bengalensis), rusa (Cervus unicolor), beruang madu (Helarector melayanus), babi hutan (Sus scrofa), ayam hutan (Gallus gallus). Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman juga memiliki potensi fauna primata antara lain monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina), lutung hitam (Trachypithecus auratus), cecah (Presbytis melalophos), siamang (Sympalangus

syndactylus) dan kukang (Nycticebus coucang) (Setiawan, 2012).

Menurut klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson, TAHURA Wan Abdul Rachman termasuk tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 2.422 mm per tahun dengan suhu udara berkisar antara 24°C-26°C (Setiawan, 2012).


(13)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2012 di hutan Damar kaca dan Sungkai areal Youth Camp Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung. Kawasan hutan Damar kaca dan Sungkai merupakan salah satu bagian dari areal hutan yang

termasuk dalam wilayah Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Luas hutan alami yang berada di kawasan ini mencapai ± 10 ha, dimana kawasan ini dikelilingi areal perkebunan masyarakat (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung (Unit Pelaksana Teknis Dinas Tahura WAR, 2012).


(14)

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu binokuler Prismatic 8 x 40 Groosfeld 122m/1000m untuk pengamatan objek, Handycam Sony DCR-DVD605 Carl Zeiss Optical, JVC GZ-MG330HAS Hard disk Camcorder Everio, dan telepon genggam Samsung Galaxy Young untuk dokumentasi, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh, GPS (Global Positioning System) Trimble Juno SB untuk mengetahui ketinggian lokasi dan pembuatan track pengamatan, meteran Butler 5 m./ 16 feet, penggaris

Butterfly 30 cm, busur derajat, dan tali tampar 30 m untuk pengukuran tinggi, diameter, dan luas kanopi pohon.

C. Prosedur Kerja

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode observasi, yaitu metode pengambilan data pokok dengan cara mengamati langsung perilaku saat spesies ini tidurdan peneliti tidak terlibat dalam kegiatan monyet. Sebelum melakukan pengambilan data pokok, sebelumnya terlebih dahulu dilakukan observasi pendahuluan. Tujuan dilakukannya observasi pendahuluan ini adalah untuk mengetahui lokasi keberadaan monyet ekor panjang di habitat alami. Selain itu, observasi pendahuluan juga dilakukan untuk tujuan habituasi lokasi penelitian, sehingga sudah didapatkan pengetahuan yang cukup

memadai tentang lokasi penelitian maupun objek penelitian tersebut.

Parameter biologi yang diamati adalah saat istirahat (immobile), yaitu aktivitas diam meliputi berdiri, duduk, tidur, serta posisi saat spesies ini mendapatkan


(15)

posisi tidur pada suatu pohon tidur dan keberadaan musuh, serta ada tidaknya persaingan dalam mendapatkan pohon tidur sehingga dapat diketahui jenis pohon tidur yang digunakan oleh monyet. Parameter lingkungan juga

berpengaruh dalam pengambilan data pokok penelitian ini yaitu meliputi cuaca dan ketinggian lokasi pengamatan.

Selain data karakteristik biologis jenis pohon tidur, dilakukan juga pencatatan data tentang karakteristik lingkungan jenis pohon tidur sebagai bahan rujukan untuk mengetahui karakteristik lingkungan seperti ketinggian lokasi, topografi atau kemiringan lokasi, jarak dengan sumber air dan jalan setapak, serta frekuensi pertemuan pohon tidur tersebut oleh monyet ekor panjang

Selain parameter di atas, ada beberapa parameter yang diamati dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pencatatan Data Pohon

Pencatatan jenis-jenis pohon yang digunakan sebagai tempat tidur monyet.

Selain jenis pohon, dicatat pula penggunaan atau fungsi pohon bagi monyet, ada tidaknya buah, ada tidaknya liana, dan hubungan liana antar pohon serta bagian pohon yang digunakan oleh monyet (Widiastuty et.al., 2011).

2. Pencatatan Karakteristik Pohon

Karakteristik yang dicatat meliputi diameter setinggi dada (DBH), yang diukur dengan cara melingkarkan pita DBH meter pada batang pohon


(16)

dengan ketinggian 130 cm dari tanah atau di atas akar banir untuk pohon yang memiliki akar banir. Selain itu, juga dilakukan pengamatan tentang karakteristik biologis jenis pohon yang digunakan oleh monyet, seperti jenis percabangan, luas kanopi, tinggi total,dan tinggi bebas cabang serta karakteristik lingkungan seperti ketinggian lokasi, topografi atau

kemiringan lokasi, jarak dengan sumber air dan jalan setapak, serta frekuensi pertemuan.

Lebar kanopi diukur dengan cara merentangkan pita meter di bawah kanopi pada bagian kanopi yang terlebar dan kanopi yang tersempit sehingga dapat diperoleh rata-rata lebar kanopi, serta tinggi pohon yang diukur dengan menggunakan alat ukur sederhana yang terbuat dari busur derajat seperti gambar di bawah ini.

(a) (b)

Gambar 2. Metode pengambilan data tinggi pohon, (a). pengukur tinggi pohon sederhana, (b). mekanisme pengukuran tinggi pohon (Widiastuty et.al., 2011).


(17)

Cara penghitungan tinggi pohon (D) dengan metode ini dilakukan dengan cara rumus trigonometri sederhana :

D = B x Tan A + C dengan:

D : tinggi objek

B : Jarak objek terhadap pengamat Tan : Tangen

A : sudut puncak objek terhadap pengamat C : tinggi pengamat

Contoh:

- Sudut puncak objek = 40 derajat - Jarak objek dari pengamat = 30 meter - Tinggi pengamat adalah 160 cm Penyelesaian:

D = B x Tan A + C = 30 x Tan 40 + 1,6 = 30 x 0,84 + 1,6 = 25,2 + 1,6 = 26,8 meter

Jadi tinggi objek adalah 26,8 m (Widiastuty et.al., 2011).

Pengamatan dilakukan pada satu kelompok monyetmenggunakan teropong binokuler dengan mengamati semua parameter tersebut. Pengamatan ini dilakukan dua kali setiap hari yaitu saat monyet memulai aktivitasnya antara pukul 05.30-06.00 WIB dan saat monyet memulai waktu tidur antara pukul 17.30-18.00 WIB. Pengamatan ini dilakukan selama 3 (tiga) hari


(18)

berturut-turut dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali pada satu kelompok monyet.

D. Teknik Olah Data

Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti melakukan teknik interpretasi data secara deskriptif. Hasil olah data disajikan dalam bentuk tabulasi.


(19)

STUDI KARAKTERISTIK JENIS POHON TIDUR MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAWASAN YOUTH CAMP TAMAN

HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN PROVINSI LAMPUNG

Skripsi

Oleh Aji Setiawan

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG


(20)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Studi Karakteristik Pohon Tidur Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung.

Nama Mahasiswa : Aji Setiawan

NPM : 0817021015

Jurusan/ Program Studi : Biologi/ S1 Biologi

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Tempat Penelitian : Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan

Abdul Rachman Provinsi Lampung. Waktu Penelitian : Agustus – September 2012

Bandar Lampung, 21 Januari 2013 Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. M. Kanedi, M.Si. Ronald HP. Panjaitan, S.Hut. NIP. 19610121991031002 NIP. 197206261999031007

Mengetahui, Ketua Jurusan Biologi

FMIPA UNILA

Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. NIP. 196603051991032001


(21)

Kupersembahkan karya kecil ini untuk kedua orang

tuaku, Bapak Sutarno dan Ibu Tuminah…

Terimakasih yang tak terhingga untuk semua curahan

kasih sayang dan kesabaran, serta membimbingku untuk

selalu menjadi yang lebih baik dalam semua hal…

Untuk semua keluargaku, guru, sahabat, teman, dan

Almamater tercinta…


(22)

“Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga

hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga

bekerja…”

(Buya Hamka)

“Seseorang disegani dan di h

ormati bukan

karena apa yang diperolehnya, melainkan apa

yang telah diberikannya…”

" Betapa sulitnya manusia bersyukur atas

nafas yang masih berhembus di badan ini.

Namun betapa mudahnya manusia mengeluh

hanya karena kakinya tersandung… "

“Seluruh orang dapat membahagiakanmu

dengan suatu hal yang istimewa, tetapi cuma

seorang istimewa yang dapat

membahagia

kanmu tanpa apa pun…”


(23)

“Tantangan itu bukan

untuk dihindari, tapi


(24)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung pada tanggal 11 Nopember 1989 dari pasangan Bapak Sutarno dan Ibu Tuminah. Penulis merupakan anak kedua dari iga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Aisyiah Bustanul Athfal Parerejo Gadingrejo pada tahun 1996. Penulis melanjutkan ke pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Parerejo Gadingrejo yang diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pardasuka pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Gadingrejo pada tahun 2007. Penulis diterima di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2008.

Selama aktif menjadi mahasiswa, penulis dipercaya menjadi asisten pada beberapa mata kuliah yaitu Perilaku Hewan dan Fisiologi Hewan 1 untuk

mahasiswa FKIP Unila. Pada tahun 2009 dan 2010, penulis aktif dalam kegiatan organisasi yaitu pada Biro Dana dan Usaha Himpunan Mahasiswa Biologi


(25)

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Buyut Utara,

Kecamatan Buyut Udik, Lampung Tengah pada tahun 2011, dan Kerja Praktek (KP) di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung pada tahun 2012.

Penulis menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana dengan

judul “ Studi Karakteristik Jenis Pohon Tidur Monyet Ekor Panjang

(Macaca fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung”.


(26)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Studi

Karakteristik Jenis Pohon Tidur Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung” yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2012.

Penulis menyadari bahwa banyak bantuan dan dorongan yang Penulis dapatkan selama melaksanakan penelitian. Dengan terselesaikannya skripsi ini Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan baik fisik maupun moril.

2. Adikku Elita, Kakakku Amalia dan Yudi, serta keponakanku tercinta si kembar Kafila dan Kafali.

3. Bapak Drs. M. Kanedi, M. Si., selaku pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan saran dan bimbingannya kepada Penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.


(27)

membentu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Elly Lestari Rustiati M. Sc., selaku Pembahas, terimakasih atas segala bimbingan, saran, perhatia, dan semua curahan ilmu yang telah diberikan.

6. Ibu Drs. Tundjung Tripeni Handayani M.S., terimakasih atas segala kebaikan hati, atas segala kemudahan yang diberikan, dan curahan nasihat yang sangat berguna bagi Penulis.

7. Bapak Tugiyono, Ph. D. , selaku Pembimbing Akademik.

8. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani M. Sc. , selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.

9. Dosen dan karyawan di lingkungan jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung, atas segala dorongan, curahan ilmu, dan bantuan yang sangat bermanfaat bagi Penulis.

10.Bapak Prof. Suharso, Ph.D. , selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung. 11.Bona Quinda, selaku rekan kerja, kuliah, dan “the special one”, yang

dengan sabar menemani penulis dan memberikan semangat yang tak ada hentinya, selalu semangat di rimba raya.

12.Bapak Ir. Wiyogo Supriyanto, selaku Kepala Bidang UPTD Tahura Wan Abdul Rachman Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.

13.Bapak Boni Yudhiyanto, SP. , yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.


(28)

16.Seluruh staf UPTD Tahura, yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dorongan semangat sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 17.Teman-teman Bionila 08, para Jamban Community dan Lemper Basi

Community, serta Bionila Bikers Community yang lama tidak mencuat keberadaannya, maaf apabila tidak bisa disebutkan satu persatu, kalian semua yang terbaik.

18.Kakak dan Adik-adikku semua angkatan di jurusan Biologi FMIPA Unila.

19.Cenk’s Club dan Teluk Community yang telah banyak memberikan

bantuan selama Penulis menyelesaikan pendidikan di Biologi FMIPA Unila.

20.Keluarga besar masyarakat Dusun Sungkai, atas segala keramahtamahan dan kerjasamanya selama Penulis melaksanakan kegiatan penelitian. 21.Bapak Samaun dan Bapak Iksan sekeluarga, yang telah menjadi sumber

informasi bagi Penulis.

22.Serta semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang diberikan selama Penulis melaksanakan penelitian.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis,


(29)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang yang telah dilakukan di kawasan Taman Hutan Wan Abdul Rachman khususnya di daerah Damar kaca dan Sungkai, kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dapat disimpulkan bahwa:

1. Monyet ekor panjang memilih jenis pohon tidur yang merupakan pohon yang tinggi dibanding pohon lainnya, memiliki kanopi yang luas, dan terlindung.

2. Monyet ekor panjang memilih jenis pohon tidur yang berada dekat dengan sumber air pada lahan dengan kemiringan yang curam (hingga 80°). 3. Monyet ekor panjang memilih jenis pohon tidur yang mempunyai

karakteristik tidak selalu memiliki buah yang bisa dijadikan sebagai sumber pakan.

4. Cecah dan siamang merupakan jenis primata yang menjadi pesaing monyet ekor panjang dalam mendapatkan pohon tidurnya.


(30)

B.Saran

Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut tentang pohon tidur monyet ekor panjang untuk mengetahui pengaruh musim hujan dan kemarau serta pengaruh keberadaan pakan di kawasan perkebunan terhadap pola pemilihan pohon tidur monyet ekor panjang.

Untuk UPTD Tahura WAR selaku pemegang otoritas kawasan Tahura WAR , perlu melaksanakan inventarisasi dan studi populasi keanekaragaman jenis satwa terutama primata mengingat kurang terjaganya kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, khususnya wilayah Youth Camp untuk

mengetahui status dan jumlah keberadaan dari satwa-satwa tersebut sehingga dapat diambil tindakan untuk mengantisipasi permasalahan konservasi yang terjadi. Selain itu, semakin menyempitnya luas hutan alami akibat aktivitas perkebunan masyarakat menyebabkan semakin sempit luas daerah jelajah satwa terutama monyet ekor panjang. Oleh karena perlu adanya peraturan yang tegas yang menaungi dan menjaga kawasan konservasi tersebut dari ancaman kerusakan.


(1)

(HIMBIO), Anggota Muda ROIS FMIPA Unila, serta Anggota Muda Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA Unila.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Buyut Utara,

Kecamatan Buyut Udik, Lampung Tengah pada tahun 2011, dan Kerja Praktek (KP) di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung pada tahun 2012.

Penulis menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana dengan judul “ Studi Karakteristik Jenis Pohon Tidur Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung”.


(2)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Studi

Karakteristik Jenis Pohon Tidur Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Provinsi Lampung” yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2012.

Penulis menyadari bahwa banyak bantuan dan dorongan yang Penulis dapatkan selama melaksanakan penelitian. Dengan terselesaikannya skripsi ini Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan baik fisik maupun moril.

2. Adikku Elita, Kakakku Amalia dan Yudi, serta keponakanku tercinta si kembar Kafila dan Kafali.

3. Bapak Drs. M. Kanedi, M. Si., selaku pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan saran dan bimbingannya kepada Penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.


(3)

4. Bapak Ronald H.P. Panjaitan, S. Hut., selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, membagi ilmu dan perhatian, serta membentu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Elly Lestari Rustiati M. Sc., selaku Pembahas, terimakasih atas segala bimbingan, saran, perhatia, dan semua curahan ilmu yang telah diberikan.

6. Ibu Drs. Tundjung Tripeni Handayani M.S., terimakasih atas segala kebaikan hati, atas segala kemudahan yang diberikan, dan curahan nasihat yang sangat berguna bagi Penulis.

7. Bapak Tugiyono, Ph. D. , selaku Pembimbing Akademik.

8. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani M. Sc. , selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.

9. Dosen dan karyawan di lingkungan jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung, atas segala dorongan, curahan ilmu, dan bantuan yang sangat bermanfaat bagi Penulis.

10.Bapak Prof. Suharso, Ph.D. , selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung. 11.Bona Quinda, selaku rekan kerja, kuliah, dan “the special one”, yang

dengan sabar menemani penulis dan memberikan semangat yang tak ada hentinya, selalu semangat di rimba raya.

12.Bapak Ir. Wiyogo Supriyanto, selaku Kepala Bidang UPTD Tahura Wan Abdul Rachman Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.

13.Bapak Boni Yudhiyanto, SP. , yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.


(4)

15.Bapak Agus selaku pemegang kendali rayon Youth Camp dan Bapak Adin selaku penjaga rayon Youth Camp atas segala bantuannya.

16.Seluruh staf UPTD Tahura, yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dorongan semangat sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 17.Teman-teman Bionila 08, para Jamban Community dan Lemper Basi

Community, serta Bionila Bikers Community yang lama tidak mencuat keberadaannya, maaf apabila tidak bisa disebutkan satu persatu, kalian semua yang terbaik.

18.Kakak dan Adik-adikku semua angkatan di jurusan Biologi FMIPA Unila. 19.Cenk’s Club dan Teluk Community yang telah banyak memberikan

bantuan selama Penulis menyelesaikan pendidikan di Biologi FMIPA Unila.

20.Keluarga besar masyarakat Dusun Sungkai, atas segala keramahtamahan dan kerjasamanya selama Penulis melaksanakan kegiatan penelitian. 21.Bapak Samaun dan Bapak Iksan sekeluarga, yang telah menjadi sumber

informasi bagi Penulis.

22.Serta semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang diberikan selama Penulis melaksanakan penelitian.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis,


(5)

33

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang yang telah dilakukan di kawasan Taman Hutan Wan Abdul Rachman khususnya di daerah Damar kaca dan Sungkai, kawasan Youth Camp Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman dapat disimpulkan bahwa:

1. Monyet ekor panjang memilih jenis pohon tidur yang merupakan pohon yang tinggi dibanding pohon lainnya, memiliki kanopi yang luas, dan terlindung.

2. Monyet ekor panjang memilih jenis pohon tidur yang berada dekat dengan sumber air pada lahan dengan kemiringan yang curam (hingga 80°). 3. Monyet ekor panjang memilih jenis pohon tidur yang mempunyai

karakteristik tidak selalu memiliki buah yang bisa dijadikan sebagai sumber pakan.

4. Cecah dan siamang merupakan jenis primata yang menjadi pesaing monyet ekor panjang dalam mendapatkan pohon tidurnya.


(6)

34

B. Saran

Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut tentang pohon tidur monyet ekor panjang untuk mengetahui pengaruh musim hujan dan kemarau serta pengaruh keberadaan pakan di kawasan perkebunan terhadap pola pemilihan pohon tidur monyet ekor panjang.

Untuk UPTD Tahura WAR selaku pemegang otoritas kawasan Tahura WAR , perlu melaksanakan inventarisasi dan studi populasi keanekaragaman jenis satwa terutama primata mengingat kurang terjaganya kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, khususnya wilayah Youth Camp untuk

mengetahui status dan jumlah keberadaan dari satwa-satwa tersebut sehingga dapat diambil tindakan untuk mengantisipasi permasalahan konservasi yang terjadi. Selain itu, semakin menyempitnya luas hutan alami akibat aktivitas perkebunan masyarakat menyebabkan semakin sempit luas daerah jelajah satwa terutama monyet ekor panjang. Oleh karena perlu adanya peraturan yang tegas yang menaungi dan menjaga kawasan konservasi tersebut dari ancaman kerusakan.