Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan Ibu Hamil Di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

STATUS KESEHATAN IBU HAMIL DI RSUD

LABUHAN BATU UTARA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh

Berliana Sitanggang

111121125

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Mempengaruhi Status Kesehatan Ibu Hamil DI RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

Nama : Berliana Sitanggang

Nim : 111121125

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun Akademik : 2012

Abstrak

Status kesehatan ibu hamil merupakan kondisi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung. Bagi ibu sendiri, kesehatan yang baik selama masa kehamilan juga akan sangat membantu ketika tiba saatnya melahirkan dan juga menyusui bayi yang baru dilahirkan. Jika status kesehatan ibu hamil buruk maka bayi yang akan dilahirkan beresiko lahir dengan berat badan dibawah normal dan juga meningkatkan resiko pendarahan pada saat persalinan dan pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil. Jumlah sampel sebanyak 30 orang, yang diambil secara accidental sampling.teknik pengambilan data dengan cara penyebaran kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan karateristik responden sebagai berikut : mayoritas umur responden 20-35 tahun, pendidikan responden rata-rata adalah SMA , sebagian psikologi responden mengalami stress, pengetahuan responden pada umumnya cuku baik, dan keadaan gizi responden pada umumnya adalah cukup gizi sedangkan untuk aktivitas, rata-rata responden melakukan aktivitas yang berat. Status kesehatan responden pada umumnya adalah baik. Dengan demikian diharapkan responden lebih menjaga dan merawat kondisi kehamilannya dengan lebih baik untuk meningkatkan kesehatan ibu dan juga bayi yang dikandungnya.


(4)

PRAKATA

Segala puji syukur dan hormat penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara tahun 2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Siti Saidah Nst, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah menyediakan waktu serta dengan penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan di fakultas keperawatan dan selama penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.


(5)

5. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhususnya ilmu keperawatan.

Medan, Februari 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan . ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel. ... vi

BAB1 Pendahuluan ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pertanyaan Penelitian ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1Status Kesehatan ... 7

2.1.1 Aspek kesehatan ... 8

2.2Status Kesehatan Ibu Hamil ... 9

2.2.1 Status kesehatan Ibu hamil ... . 9

2.2.2 Konsep Kehamilan ... 10

2.2.3 Pemeriksaan Kehamilan ... ... 2.2.4 Faktor-Faktor Status Kesehatan Ibu Hamil ... 21

BAB3 Kerangka Konseptual ... 35

3.1Kerangkan Konsep ... 35

3.2Defenisi Operasional ... 36

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 38

4.1Desain Penelitian ... 38

4.2Populasi ... 38

4.3Sampel ... 38

4.4Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39


(7)

4.6Instrumen Penelitian... 40

4.7Uji Validitas ... 43

4.8Uji Reliabilitas ... 44

4.9 Pengumpulan Data ... 44

4.10 Analisa DataRencana Tindak Lanjut ... 45

BAB 5 Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 46

5.1Hasil Penelitian ... 46

5.2Pembahasan ... 51

BAB 6 Kesimpulan Dan Saran ... 61

6.1Kesimpulan ... . 61

6.2Saran ... . 62

Daftar Pustaka ... Lampiran – Lampiran ...


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karateristik Responden Di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Umur Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan

Pendidikan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Psikologi Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan

Pengetahuan

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Gizi Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aktivitas Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Di RSUD Labuhan


(9)

Mempengaruhi Status Kesehatan Ibu Hamil DI RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

Nama : Berliana Sitanggang

Nim : 111121125

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun Akademik : 2012

Abstrak

Status kesehatan ibu hamil merupakan kondisi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung. Bagi ibu sendiri, kesehatan yang baik selama masa kehamilan juga akan sangat membantu ketika tiba saatnya melahirkan dan juga menyusui bayi yang baru dilahirkan. Jika status kesehatan ibu hamil buruk maka bayi yang akan dilahirkan beresiko lahir dengan berat badan dibawah normal dan juga meningkatkan resiko pendarahan pada saat persalinan dan pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil. Jumlah sampel sebanyak 30 orang, yang diambil secara accidental sampling.teknik pengambilan data dengan cara penyebaran kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan karateristik responden sebagai berikut : mayoritas umur responden 20-35 tahun, pendidikan responden rata-rata adalah SMA , sebagian psikologi responden mengalami stress, pengetahuan responden pada umumnya cuku baik, dan keadaan gizi responden pada umumnya adalah cukup gizi sedangkan untuk aktivitas, rata-rata responden melakukan aktivitas yang berat. Status kesehatan responden pada umumnya adalah baik. Dengan demikian diharapkan responden lebih menjaga dan merawat kondisi kehamilannya dengan lebih baik untuk meningkatkan kesehatan ibu dan juga bayi yang dikandungnya.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kemudahan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya pada kelompok resiko tinggi seperti bayi, balita, ibu hamil dan ibu bersalin. Dengan tujuan meningkatkan secara bermakna harapan hidup, menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi, menurunkan beberapa angka kesakitan penyakit penting, menurunkan angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatkan gizi masyarakat dan menurunkan angka fertilitas (Depkes, 2006).

Status Kesehatan adalah suatu keadaan kedudukan orang dalam tingkatan sehat atau sakit.Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai kesatuan utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehtan. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan (Depkes, 2006)

Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.Sehat adalah aktualisasi atau perwujudan yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam berhubungan dengan


(11)

orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas structural. Dalam pengertian yang lebih luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyasuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehtannya.

Status kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung. Bagi ibu sendiri, kesehatan yang baik selama masa kehamilan juga akan sangat membantu katika tiba saatnya melahirkan dan juga menyusui bayi yang baru dilahirkan. Jika status kesehatan ibu hamil buruk, misalnya menderita anemia maka bayi yang akan dilahirkan beresiko lahir dengan berat badan dibawah normal dan juga meningkatkan resiko pendarahan pada saat persalinan dan pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian. Status kesehatan ibu hamil juga dipengaruhi oleh pola hidup yang sehat misalnya menghindari stres dan tidak merokok juga tidak berada dilingkungan perokok, tidak meminum minuman beralkohol, cukup berolahraga dan cukup istirahat (Ahira, 2008).

Pada wanita hamil dengan gizi buruk perlu mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu atau kualitas serta mendapat pendidikan kesehatan tentang gizi. Akibat malnutrisi pada kehamilan yaitu berat otak dan bagian-bagianotak serta jumlah sel otak kurang dari normal. Gizi yang baik pada ibu hamil juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin (Kusmiyati, 2009)


(12)

Perawatan kesehatan secara sistematik yang dimulai jauh sebelum hamil tak diragukan lagi terbukti sangat penting terhadap kesejahteraan fisik serta emosi sicalon ibu dan juga pada calon anaknya. Sebagian besar penyakit yang pernah dialami dan kelainan pertumbuhan yang ada telah diketahui sebelum hamil, dan langkah-langkah yang memadai dilakukan untuk membrantasnya atau paling tidak mengurangi pengaruh yang merugikan. Dalam segala hal ibu sebaiknya dievaluasi sedini mungkin dan kemudian dievaluasi dengan interval yang memadai (Pritchard, 1991).

Pada kehamilan normal dengan janin tunggal, terdapat dasar fisiologik mengenai peningkatan berat badan paling sedikit 20 pons. Pada wanita yang sebelum hamil mempunyai berat normal, peningkatan 20 sampai 27 pons terbukti memberikan hasil hamil yang paling baik. Sesungguhnya kegagalan seorang wanita hamil untuk meningkatkan berat badannya merupakan tanda yang tidak baik (Pritchard, 1991).

Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya. Perubahan ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon progesteron dan hormon estrogen yakni hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan (Mandriwati, 2008).

Mengingat pentingnya kesehatan ibu dan bayi pada tanggal 12 Oktober 2000, pemerintah telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS), Gerakan Nasional Kehamilan yang aman melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesalahan, kecacatan, kematian, yang


(13)

berhubungand dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan propinsi menganjurkan kepada setiap penolong persalinan baik di klinik, puskesmas maupun rumah sakit harus mendapatkan pelatihan dan mempunyai sertifikat Asuhan Persalinan Normal (APN) supaya ibu mendapat asuhan yang tepat sejak kala satu, dua, tiga dan empat selama persalinan sehingga persalinan dapat berlangsung normal.

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari. Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi, diperkirakan setiap jam 18 bayi di Indonesia meninggal dunia ( Badan Pusat Statistik, 2003 ). Angka kematian bayi Indonesia telah mengalami penurunan yang signifikan dalam upaya penurunan kematian bayi dalam beberapa dekade terakhir. Pada 1960, Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia adalah 128 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini turun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1989, 57 pada 1992 dan 46 pada 1995. Pada dekade 1990-an, rata-rata penurunan 5% per tahun, sedikit lebih tinggi daripada dekade 1980-an sebesar 4% per tahun ( SDKI 1991, 1994 dan 1997 ).

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 angka kematian ibu si Sumatera Utara empat tahun terakhir secara berturut-turut adalah tahun 2002 terdapat 360 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2003 terdapat 345 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 terdapat 330 per 100.000 kelahiran hidup


(14)

dan 2005 terdapat 335 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Sumut, 2006). Data yang saya dapat setelah melakukan survei awal dari Rumah Sakit Umum Daerah Labuhan Batu Utara pada bulan januari-april tahun 2012 ibu hamil ada sebanyak 119 orang.

Dari data di atas menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu hamil. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik/menganggap penting untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi status kesehatan ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

3. Mengidentifikasi status kesehatan berdasarkan umur ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012


(15)

5. Mengidentifikasi status kesehatan berdasarkan psikologi ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

6. Mengidentifikasi status kesehatan berdasarkan pengetahuan ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

7. Mengidentifikasi status kesehatan berdasarkan gizi ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

8. Mengidentifikasi status kesehatan berdasarkan aktivitas ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

1.4 Mamfaat Penelitian

1.4.1 Praktek Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi praktek keperawatan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil.

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa mendatang.Selain itu juga menyediakan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Dapat menambah informasi bagi penelitian keperawatan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil sehingga memberikan ide selanjutnya bagi penelitian keperawatan selanjutnya.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Kesehatan

Status Kesehatan adalah suatu keadaan kedudukan orang dalam tingkatan sehat atau sakit. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Dalampengertianini maka kesehatan harus dilihat sebagai kesatuan utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan (Depkes, 2006)

Menurut WHO tahun 2000, kesehatan mencakup 3 aspek, yakni: kesehatan jasmani, kesehatan rohani, dan kesehatan sosial. Konsep sehat ini tidak jauh dengan konsep sehat yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial serta di dalamnya kesehatan jiwa yang merupakan bagian integral kesehatan.

Konsep hidup sehat sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat.Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh.Adaempat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Keempat faktor tersebut


(17)

merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup(life style), faktor lingkungan(sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik(keturunan).Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan.Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat (Blum, 2000)

2.1.1 Aspek-aspek kesehatan

Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :

a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

b. Kesehatan mental jiwa mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran, emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan


(18)

dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.Kesehatan adalah kondisi dinamis manusia dalam rentang sehat sakit yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Sesungunhnya sehat adalah suatu kondisi kesimbangan dimana seluruh sistem organ tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan tersebut berlangsung seterusnya adalah nutrisi yang lengkap dan seimbang, istirahat yang cukup, olahraga yang teratur, kondisi sosial, mental dan rohani yang seimbang juga lingkungan yang bersih.

2.2 Status Kesehatan Ibu Hamil

2.2.1 Defenisi

Status kesehatan ibu hamil merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung, bagi ibu sendiri kesehatan


(19)

yang baik selama masa kehamilan juga akan sangat membantu ketika tiba saatnya melahirkan dan juga menyusui bayi yang baru dilahirkan (kusmiyati, 2009)

Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu preoses yang butuh perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung unsur kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat beresiko tinggi. Jika status kesehatan ibu hamil buruk, misalnya menderita anemia maka bayi yang dilahirka beresiko lahir dengan berat badan rendah, bayi dengan BBLR ini memilki resiko kesakitan seperti infeksi saluran nafas bagian bawah dan kemtian yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal. Bagi ibu sendiri anemia ini meningkatkan resiko pendarahan pada saat persalinan dan pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian (kusmiyati, 2009)

Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat selama kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik, memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, menghindari merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan (Gulardi H, 2006).

2.2.2 Kehamilan

Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Wiknjosastro, 2005). Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan


(20)

dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus bayi kembar, atau triplet) (Wikipedia, 2008).

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia, dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan berisiko tinggi.

Tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tanda yang tidak pasti (probable signs)/tanda mungkin kehamilan yaitu amenorhea, mual dan muntah, quickening, keluhan kencing, konstipasi, perubahan berat badan, perubahan tempratur suhu basal, perubahan warna kulit, perubahan payudara, perubahan pada uterus, tanda piskacek’s, perubahan-perubahan pada serviks (Kusmiyati, 2008).


(21)

b. Tanda pasti kehamilan yaitu denyut Jantung Janin (DJJ), palpasi dan Pemeriksaan diagnostik kehamilan seperti rontgenografi, ultrasonografi (USG), fetal Electrografi (FCG) dan tes Laboratorium/ Tes Kehamilan.

Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi. Pada kehamilan terdapat adaptasi ibu dalam bentuk perubahn fisiologis dan psikologis dalam kehamilan seperti perubahan-prubahan fisiologis dalam kehamilan.

2.2.3 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal care)

Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan. Untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya.16 Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan, untuk mendapatkan pelayanan antenatal. kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pemberian pelayanan


(22)

minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.13 Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.

Pemeriksaan kehamilan dilaksanakan sesuai standar 7T yaitu : 1. (Timbang) berat badan

Berat badan ibu selama kehamilan haruslah bertambah. Pertambahan berat badan ibu selama hamil merupakan salah satu indikator penilaian status gizi, indikator tumbuh kembang janin. Pertambahan berat badan selama hamil rata-rata 0,3-0,5 kg per minggu. Dalam KMS ibu hamil selama trimester I kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg (350-400gr/mg). Sementara trimester II dan III, sekitar 0,34-0,50 kg tiap minggu pertumbuhan janin, plasenta serta penambahan jumlah cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III.

Berat badan janin bertambah sebesar 5 gr sehari pada minggu ke 14-15 dan menjadi 10 gr pada minggu ke 20, kecepatan tumbuh sebesar 30-35 gr sehari berlangsung pada minggu ke 32-34 dan berubah menjadi 230 gr seminggu pada minggu ke 33-36. Pada akhir kehamilan pertambahan berat badan total sebanyak 12,5 kg (Arisman, 2007). Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya kemungkinan preeklamsi, kehamilan kembar atau hidramnion.


(23)

2. Ukur (tekanan) darah

Tekanan darah diperiksa dan dicatät setiap kunjungan. Bila lebih tinggi dari sebelumnya, perlu diteliti dan harus diberitahukan apa yang harus dilakukan oleh penderita. Tekanan darah ibu hamil yang normal tidak boleh lebih dan 30 mmHg systole dan 15 mmHg diastole.

3. Ukur (tinggi) fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas symsis dan disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus uteri diukur pada kehamilan >12 minggu karena pada usia kehamilan ini uterus dapat diraba dari dinding perut dan untuk kehamilan > 24 minggu dianjurkan mengukur dengan pita meter. Tinggi fundus uteri dapat menentukan ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus kurang dari perhitungan umur kehamilan mungkin terdapat gangguan pertumbuhan janin, dan sebaliknya mungkin terdapat gemeli, hidramnion atau molahidatidosa (Depkes, 2007).

Pengukuran tinggi fundus uteri adalah merupakan pemeriksaan palpasi abdomen, pada pemeriksaan palpasi ini ada cara menurut Leopold (yang sering) I, II, III, IV dan atau cara Kenebel, Budin dan Ahfeld (Mochtar, 1998). Biasanya bila dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan cara Leopold I diteruskan dengan Leopold II, III, dan IV sekaligus perabaan gerakan janin dan pemeriksaan auskultasi untuk mendengarkan denyut jantung janin. Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan janin dengan menilai besarnya tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, atau penilaian terhadap janin yang tumbuh terlalu besar sehingga tinggi fundus uteri yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda (Depkes, 2007).


(24)

Menurut spiegelberd dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisi maka diperoleh :

- 22 – 28 minggu : 24 – 25 cm di atas simfisis. - 28 minggu : 26,7 cm di atas simfisis.

- 30 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis. - 32 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis. - 34 minggu : 31 cm di atas simfisis. - 36 minggu : 32 cm di atas simfisis. - 38 minggu : 33 cm di atas simfisis. - 40 minggu : 37,7 cm di atas simfisis.

Menurut Sarwono (2008), pengukuran tinggi fundus uteri, kemudian hasil pengukuran dimasukkan dalam perhitungan dengan menggunakan rumus:

Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri – 13) x 155 gram: untuk kepala janin yang masih floating.

Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri – 12) x 155 gram: untuk kepala janin yang sudah memasuki pintu atas panggul.

Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri – 11) x 155 gram: untuk kepala janin yang sudah melewati atas panggul.

Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dilakukan pada posisi ibu tidur terlentang, ibu diminta untuk berkemih sehingga kandungan kemih dalam keadaan kosong. Titik 0 pada pengukurannya adalah tulang symphisis pubis. Pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan Leopold. Perut ibu disimetriskan, centimeter ditarik


(25)

dari titik nol setinggi umbilikus kemudian ditambahkan dari hasil pengukuran yang kembali dimulai dari umbilikus fundus uteri (Henretty, 2006).

4. Pemberian Imunisasai (Tetanus Toxoid) TT lengkap

Tinjauan pemberian imunisasi TT (tetanus toxoid) adalah untuk melindungi ibu dan bayi dan infeksi tetanus neonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan variabel 4 minggu kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapat TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali saja (TT ulang). Bila ibu pernah mendapatkan suntikan TT 2 kali, diberikan suntikan ulang/boster 1 kali pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes, 2007). 5. Pemberian Tablet Zat Besi

Tujuan pemberian tablet zat besi adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa hamil volume darah ibu mengalami pengenceran hingga kira-kira 25%, sedangkan pada masa nifas terjadi banyak pendaharan sehingga membutuhkan Fe yang lebih banyak (Pusdiknakes, 2001).

Kebijakan program KIA di Indonesia saat ini menekankan pemberian tablet Fe

(320 mg sulfasferosis dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak l x 1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama hamil yaitu 1000 mg. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil diberikan tablet zat besi (Fe) dan dilakukan pemantauan Hb 1 kali dalam bulan.

Daya serap tubuh terhadap zat besi akan baik apabila dihindari mengkonsumsi tembakau, teh dan kopi untuk membantu penyerapan, dianjurkan mengkonsumsi makanan kaya protein dan vitamin C (Wastidar, 1999).


(26)

6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual

Tes penyakit menular seksual sangat penting karena banyak gejala asimtomatik penyakit menular seksual ini yang tidak diketahui seperti sipilis, gonorrhoe, clamidya trachomatis ataupun AIDS.

7. Tes penyakit menular seksual dapat dilakukan mulai dari:

a. Mengkaji riwayat penyakit terdahulu, riwayat obstetric, riwayat sosial dan lain-lain.

b. Melakukan pemeriksaan fisik mulai dan inspeksi seperti pada alat genitalia dan mungkin juga dibutuhkan palpasi. Bila ada indikasi maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan Torch, VDRI dan juga pemeriksaan AIDS. 7. Temu Wicara dalam Persiapan Rujukan

Kebanyakan ibu tampak sehat-sehat saja sampai waktu persalinan dan melahirkan. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal, namun ada sekitar 10-15% dari mereka khususnya di Indonesia yang perlu dirujuk ke tempat pertolongan khusus seperti transfuse darah, tindakan-tindakan khusus (ekstraksi vakum, seksio secarea dan tindakan bedah obstetric). Karena itu seringkali ada suatu masalah yang muncul saat persalinan, seringkali sulit melakukan upaya rujukan dengan cepat. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman si ibu ke tempat rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan yang diharapkan. Penundaan ini akan mempertinggi angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.


(27)

Tujuan Pemeriksaan Kehamilan

Tujuannya adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Dengan pemeriksaan kehamilan dapat mengenali dan menangani faktor resiko yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas, mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin, menurunkan angka morbiditas dan mortalitas anak, memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari, keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi, dan juga mengembalikan kesehatan ibu saat akhir kala nifas. pemeriksaan ini dilakukan dengan jadwal :

1. Minimal 1 kali pada trimester I (sebelum 14 minggu)

2. Minimal 1 kali pada trimester II (antara minggu 14-28)

3. Minimal 2 kali pada trimester III. (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke-36).

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan Ibu Hamil

Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamiladalah : a. Umur

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalamsatuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkanderajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Nuswantari, 1998).

Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)(Hoetomo, 2005). Sedangkan usia ibu hamil adalah usia ibu yang


(28)

diperoleh melaluipengisian kuesioner.Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalahmaternal age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untukkehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamildan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternalmeningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008).Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidakterlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggiuntuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi,psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006).

1. Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)

Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah hamil pada usia<20 tahun. Pada usia< 20 tahun secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal, sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan dan dapat menyebabkan pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu terhambat.

Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Penyebab utama kematianpada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan, dankomplikasi keguguran. Kehamilan dini mungkin akan menyebabkan para remaja mudayang sudah menikah merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untukmembuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja tetap menghadapi risiko-risikokesehatan sehubungan dengan kehamilan dini dengan tidak memandang status perkawinan mereka.Kehamilan yang terjadi pada


(29)

sebelum remaja berkembang secara penuh,juga dapat memberikan risiko bermakna pada bayi termasuk cedera pada saatpersalinan, berat badan lahir rendah, dan kemungkinan bertahan hidup yang lebihrendah untuk bayi tersebut.Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupunpertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untukhamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurunwaktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkanbila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehinggamemudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 1998).

Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia dibawah 20 tahun mempunyai risiko:

 Sering mengalami anemia.

 Gangguan tumbuh kembang janin.  Keguguran, prematuritas, atau BBLR.  Gangguan persalinan.

 Preeklampsi.

 Perdarahan antepartum.

Para remaja yang hamil di negara-negara berkembang seringkali mencaricara untuk melakukan aborsi. Di negara-negara di mana aborsi adalah ilegal ataudibatasi oleh ketentuan usia, para remaja ini mungkin akan mencari penolong ilegalyang mungkin tidak terampil atau berpraktik di bawah kondisi-kondisi yang tidakbersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu diantara para remaja.


(30)

2. Usia 20 - 35 tahun (usia reproduksi)

Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20 - 35 tahun, dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya (BKKBN, 1999).

3. Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)

Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun, kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin dan reproduksi mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan kontraksi miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit lain yang melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ke janin yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan, antara lain : keguguran, eklamsia dan perdarahan.

Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usiaterutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanitadengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atauabnormal.

Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indungtelur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usiawanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas seltelur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom (kusmiyati, 2008).


(31)

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru.29 Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah proses mengajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan orang tua merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh kembang anak karena pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya.

Seseorang yang berpendidikan akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh juga terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena sikap masyarakat akan terbuka dengan hal-hal atau motivasi baru (Notoatmojo, 2003).

1. Jenis Pendidikan


(32)

- Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh oleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematik, bertingkat dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai dari TK, SD, SMP dan Perguruan Tinggi.

Menurut Depdiknas UU RI No 20 (2003) pendidikan formal adalah jalur pendidikan terstruktur dan berjenjang sebagai berikut :

a) Pendidikan Dasar

Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, pendidikan dasar berbentuk SD / MI (madrasah Ibdtidayah) dan SMP / MTS (Madrasah Tsanawiyah)

b) Pendidikan Menengah

Merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah berbentuk SMA / MA (Madrasah Aliyah)

c) Pendidikan Tinggi

Merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup pendidikan Program Pendidikan Diploma, Sarjana, Register Spesialis, dan dokter yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi dengan sistem terbuka.

- Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari seumur hidup yang diperoleh dari pekerjaan, keluarga, pergaulan/lingkungan.


(33)

Pendidikan nonformal merupakan pendidikan pada umumnya yang dilakukan di luar sekolah yang secara potensial dapat membantu dan menggantikan pendidikan formal dalam aspek tertentu.

Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana cara menjaga kesehatan anaknya.

Seseorang yang berpendidikan akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh juga terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena sikap masyarakat akan terbuka dengan hal-hal atau motivasi baru (Notoatmojo, 2003).

c. Psikologis

Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubanhan psikologis dan emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu, namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau ada masalah dalam kehamilannya. Khawayir dia akan kehilangan kecantikannnya atau bila nanti anak yang dilahirkannya tidak normal. Agar proses psikologis didalam kehamilan berjalan normal dan baik maka ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dan kenyamanan dalam psikologisnya. Dukungan bisa berasal dari berbagai pihak baik itu dari suami, orang tua, anak, teman dan orang-orang disekelilingnya.

Status emosional dan psikologis ibu ikut menentukan keadaan yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh kehamilan, sehingga terjadi pergeseran


(34)

dimana kehamilan segabai proses fiologis menjadi kehamilan patolgis. Peristiwa kehamilan adalah peristiwa fisiologis, namun proses tersebut dapat mengalami penyimpangan sampai berubah menjadi patologis. Ada 2 macam stresor, yaitu :

1. Stressor internal, meliputi kecemasan, ketengangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan, perubahan peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, takut terhadap kehamilan, persalinan dan kehilangan pekerjaan.

2. Stressor eksternal yaitu maladaptasi, reletionship, kasih sayang, suport mental, gagal membina keluarga (Kusmiyati, 2008).

Pada peristiwa kehamilanmerupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berpfikir dan berperilaku yang berlanjut hingga lahir bayi. Untuk alasan ini sehingga kehamilan harus dipandang sebagai proses panjang yang mempunyai efek tidak hanya pada ibu tetapi juga keluarganya. Pada asuhan kehamilan tidak hanya aspek fisik saja tetapi juga aspek psikologis atau jiwa (Kusmiyati, 2008).

Latar belakang munculnya gangguan psikologi atau kejiwaan adalah berbagai ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Kadang-kadang muncul penyakit jiwa (psikosis)dalam kehamilan. Kelainan jiwa dapat menjadi berat dalam kehamilan. Dada beberapa kelainan spesifikdalam kehamilan yang mungkin juga menimbulkan kelainan jiwa atau gangguan psikologis misalnya hyperemesis gravidarum, abortus, preklamsia/eklamsia. Pada kasus psikologis atau kelainan


(35)

jiwa yang berat perlu suport atau dorongan dan dukungan dari orang yang terdekat dalam keluarga. Pengaruh psikologis atau gangguanjiwa terhadap kehamilan ketidakmampuan pengasuhan kehamilan dan mempunyai potensi melakukan tindakan yang membahayakan kehamilan (Kusmiyati, 2008).

d. Pengetahuan

Menurut Bloom yang dikutip dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai insentitas atau tingkat yang berbeda-beda. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Pengetahuan disini yang dimaksud adalah pengetahuan ibu mengenai kehamilan. Bila pengetahuan mereka sudah baik terhadap perawatan kandungan maka kepatuhan seseorang untuk memeriksakan kehamilannya juga akan dapat terjaga. Apabila pengetahuan belum sepenuhnya dimiliki maka untuk mengikuti anjuran untuk memeriksakan kehamilannya kurang dapat terwujud.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap seseorang.

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan antara lain : Tahu (Know) yaitu mengingat suatu materi telah dipelajari sebelumnya, memahami


(36)

(comprehension) yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan kembali, Aplikasi (application) yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi, kondisi sebenarnya dapat menggunakan metode, rumus dan prinsip-prinsip, analisa (analysis) yaitu analisa untuk menjabarkan materi atau objek kedalam suatu komponen. Tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih berkaitan satu sama lain, Sintesis (Synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, evaluasi (evaluation) yaitu evaluasi kemampuan melakukan penilaian atau justifikasi terhadap suatu materi atau objek

- Cara untuk memperoleh pengetahuan 1) Cara tradisional

a. Cara coba (trial and error)

Cara ini dlakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memencahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan lain.

b. Cara kebiasaan otoritas

Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, dan pemegang pemerintah.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan dan cara mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang lain yang dapat digunakan cara tersebut.


(37)

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikir baik melalui jalan induksi maupun jalan deduksi.

2) Cara Modern

Merupakan cara penggambungan antara proses berfikir deduktif-induktif yang dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori (Nursalam, 2008):

a. Tingkat pengetahuan baik apabila respondent dapat menjawab dengan benar 76% - 100% dari keseluruhan pertanyaan diberikan

b. Tingkat pengetahuan cukup jika respondent dapat menjawab dengan benar 56% - 75% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

c. Tingkat pengetahuan kurang baik jika respondent dapat menjawab dengan

benar ≤ 56% dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan (Rahmat,2001). Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang.

e. Gizi

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan antara gizi ibu hamil dengan faktor ekonomi, sosial, atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk juga persiapan fisik untuk masa persalinan. Kebutuhan ibu hamil secara garis besar adalah asam folat, energi, protein, zat besi (Fe), kalsium, pemberian supleman vitamin D terutam pada kelompok beresiko penyakit seksual (IMS) dan dinegara dengan


(38)

musim dinggin yang panjang dan pemberian yodium pada daerah yang endemik kretinisme (Kusmiyati, 2008)

Saat hamil diperlukan tambahan zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (vitamin A, vitamin C, vitamin K, asam folat, zat besi, yodium dan kalsium) dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh ibu dan perkembangan janin. Ibu hamil memerlukan zat gizi yang cukup sebelum, selama dan sesudah kehamilan. Zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan otot, organ tubuh, jaringan gigi, tulang, dan pembentukan sel darah merah. Apabila asupan gizi ibu kurang, maka janin akan mengambil simpanan makanan dari tubuh ibunya (Depkes 2000)

Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), tambahan energi yang dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1 adalah sebesar 180 kkal/hari sedangkan pada trimester 2 dan 3 tambahan kalori yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah sebesar 300 kkal/hari. angka kecukupan energi (AKE) adalah sebesar 2000 kkal/hari dan angka kecukupan protein sebesar 52 g/hari.

Peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya pada energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral. Apabila ibu hamil kekurangan vitamin maupun mineral maka pembentukan sel-sel tubuh anak akan terhambat. Anak yang dilahirkan bisa kurang darah, cacat bawaan, kelainan bentuk, atau ibu mengalami keguguran (Nadesul 2005).Pada wanita hamil dengan gizi buruk perlu mendapat gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu ataupu kualitasnya serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Akibat malnutrisi pada kehamilan yaitu berat otak dan bagian-bagian otak serta jumlah sel otak kurang dari normal. Ibu hamil dengan kurang gizi cenderung


(39)

melahirkan bayi prematur atau BBLR, rata-rata kenaikan berat badan selama hamil adalah 10-20 kg atau 20% dari berat badan ideal sebalum hamil. Proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :

a. Kenaikan berat badan trimester I lebih kurang 1kg.

b. Kenaikan berat badan pada trimester II adalah 3 kg atau 0,3 kg/minggu.

c. Kenikan berat badan pada trimester III adalah 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu (Kusmiyati, 2008).

Penilaian status gizi ibu hamil adalah dari :

1. Berat badan dilihat dari Quateletatau body mass index (indeks masa tubuh = IMT). Ibu hamil dengan berat badan abnormalitas kehamilan , berat badan lahir rendah. Sedangak berat badan overweightmeningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hypertensi, janin terlalu besar sehingga kesulitan dalam proses persalinan. Penilaian indeks masa tubuh diperoleh dengan memperhitungkan berat badan sebelum hamil dalm kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. Indikator penilaian untuk IMT adalah sebagai berikut :

- Kurang dari 20 : Underweight / Dibawah normal - 20-24,9 : Desirabel / Normal

- 25-25,9 : Moderate obesity / Gemuk / lebih dari normal - Over 30 : Severe obesity / Sangat gemuk

2. Ukuran lingkar lengan atas

Standart minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran kurang dari 23,5 cm makanya interprestasinya adalah kurang energi


(40)

3. Kadar hemoglobin (HB) f. Aktivitas

Seorang wanita hamil boleh mengerjakan aktivitas sehari-hari asal hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak enak.bagi wanita pekerja ia boleh tetap masuk kantor sampai menjelang partus. Menurut analisa profesional bahwa maksud pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil bukan hanya pekerjaan keluar rumah atau institusi tertentu, tetapi juga pekerjaan atau aktivitas sebagai ibu rumah tangga didalam rumah, termasuk pepkerjaan sehari-hari didalam rumah dan juga mengasuh anak. Sering ada rekomendasi untuk mengurangi aktivitas pada ibu hamil dengan riwayat melahirkan BBLR, namun hal itu tidak terbukti efektif.

Bila seorang ibu ikut membantu penghasilan dalam rumah tangga maka pada saat hamil mereka lebih banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran maka efeknya dapat berpengaruh pada pemeriksaan kehamilan. Pekerjaan sangat menentukan terhadap seseorang untuk berbuat sesuatu kegiatan. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan ibu. Dengan banyak kesibukan maka ibu kadang-kadang lupa untuk melakukan pemeriksaan kehamilan tepat waktu. Namun pekerjaan bukanlah penghambat dalam bertindak, bila ada kemauan ataupun ibu memiliki pengetahuanyang baik terhadap kesehatan maka ia akan berusaha untuk melakukan tindakan dalam hal ini memeriksakan kehamilannya.

Ibu yang bekerja pada waktu bayi ada dalam kandungan tidak begitu memengaruhi keadaan bayi asalkan pada trimester pertama dan kedua saja. Bila ibu bekerja pada trimester ketiga maka angka prematuritas akan naik. Istirahat pada trimester ketiga adalah sangat penting untuk ibu dan calon bayi (Indiarti, 2009).


(41)

Tidak ada rekomendasi dalam asuhan kehamilan diman ibu hamil sama sekali tidak boleh melakukan aktivitas pekerjaan rumah ataupun bekerja diluar rumah, yang penting diperhatikan adalah keseimbangan dan toleran dalam pekerjaan. Karena pada kenyataannya pejerjaan selain berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan juga berhubungan dengan penghasilan keluarga dan kesejahteraan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil adalah apakah aktivitasnya beresiko bagi kehamilan. Contaoh aktivitas yang beresiko bagi ibu hamil adalah aktivitas yang meningkatkan stress, berdiri lama sepanjang hari , mengangkat sesuatu yang berat paparan terhadap suhu atau kelembapan yang ekstrim tinggi atau rendah dan pekerjaan dengan paparan radiasi.perlu disampaikan bahwa ibu hamil tetap boleh melakukan aktivitas atau pekerjaan tetapi amati apakah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan beresiko atau tidak untuk kehamilan dan ada perubahan dalam aktivitas atau pekerjaan karena berhubungan kapasitas fisik ibu dan perubahan sistem tubuh, nasehatkan juga dari sistem keuntungan dan resiko bagi ibu hamil (Kusmiyati, 2008).


(42)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007).

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menganalisa suatu pengertian. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Dari variable itulah konsep dapat diamati atau diukur (Notoadmojo, 2003).

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil. Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangaka penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil adalah :

Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil :

 Umur

 Pendidikan  Psikologis  Pengetahuan  Gizi

 Aktivitas

Status kesehatan ibu hamil :  Baik

 Cukup  Kurang


(43)

3.2 Definisi Operasional

Tabel variable operasional penelitian

Variabel D.Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil :

a. Umur b. Pendidikan c. Psikologis d. Pengetahuan e. Gizi f. Aktivitas

a. Umur adalah lamanya hidup ibu hamil dimulai dari kelahiran

b. Pendididikan adalah pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh ibu hamil

Kuesioner Ordinal  <20 thn (terlalu muda untuk hamil)  20-35 thn

(usia produktif)  >35 thn

(terlalu tua untuk hamil)  Perguruan tinggi (pendidikan tinggi)  SMA (pendidikan menengah  SMP (pendidikan dasar)  SD (pendidikan


(44)

c. Psikologis adalah status emosianal atau stressor yang dialami ibu hamil selama proses dari kehamilan.

d. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang status kesehatan e. Gizi adalah nutrisi atau

zat makanan yang

diperlukan ibu ketika hamil

f. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan baik

yang diluar rumah

ataupun didalam rumah

dasar)

 Ya (cemas

berlebih) : skor = 5-8  Tidak

(tanpa cemas berlebih) : skor = 0-4 Baik (skor =

4-5)

Cukup (skor = 2-3)

Kurang (skor = 0-1)

Baik (skor = 4-5)

Cukup (skor = 2-3)

Kurang (skor = 0-1)

 Ya

(aktivitas berat) : skor = 0-2  Tidak

(tanpa aktivitas berat) : skor = 3-5


(45)

Status kesehatan ibu hamil.

Kondisi status kesehatan ibu

hamil selama proses

kehamilan yang dialami meliputi : komsumsi zat

besi, status anemia,

pemeriksaan kehamilan, berat badan dan penyakit yang dialami.

Baik (skor = 4-5)

Cukup (skor = 2-3)

Kurang (skor = 0-1)


(46)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam,2003). Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil (Alimul, 2002).

4.2 Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karateristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Hidayat, 2002).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada dirumah sakit Labuhan batu Utara berjumlah 119 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, jumlah sampel dalam penelitian ini, jika populasinya kurang dari 100 sebaiknya diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100, dapat diambil 10-15% atau 10-25% (Arikunto, 2006). Karena tergantung dari kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga dan dana maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25% dari jumlah populasi yaitu 25% x 119 = 29,75 dan menjadi 30 orang.Kriteria sampel


(47)

yang dipilih adalah ibu yang dalam kondisi hamil dan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dirumah sakit umum Labuhan Batu Utara, dengan pertimbangan lokasi yang terjangkau, jumlah sampel yang memadai, efesiensi waktu dan biaya penelitian. Penelitian dilakukan dari bulan september 2012 sampai dengan desember 2012.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan pihak rumah sakit. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (Informed Concent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Penelitian ini, juga memperhatikan etik meliputiInformed Concentyaitu lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.Anonimity (tanpa nama) yaitu untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode. Confidentiality yaitu kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti (Nursalam, 2008).


(48)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan kuesioner berupa data demografi, kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil.

a. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner tentang data demografi meliputi nomor responden, umur, pendidikan, alamat suku bangsa dan agama. Data demografi ini bertujuan untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini.

b. Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil

Kusioner faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang bagaimana yang berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil dan disusun dari tinjauan pustaka.

1. Psikologis

Kuesioner terdiri dari 8 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Pertanyan yang dijawab ya diberi nilai 1 dan pertanyaan yang dijawab tidak diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 8 dan nilai terendah adalah 0. Berdasarkan rumus statistic :

P = P= 4

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 8 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 2 ( ya dan tidak ) maka didapatkan panjang kelas sebesar 4. Menggunakan P = 4 dan nilai terendah 0 sebagai batas


(49)

bawah kelas interval pertama, dan psikologis ibu hamil dikategorikan sebagai berikut:

Skor 0-4 = tidak ( tanpa rasa cemas yang berlebih) Skor 5-8 = ya (cemas yang berlebih)

2. Pengetahuan

Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban berganda. Pertanyan yang dijawab benar diberi nilai 1 dan pertanyaan yang dijawab salah diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 5 dan nilai terendah adalah 0.

P =

P= 1,6

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 5 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 3 (pengetahuan baik, cukup dan kurang) maka didapatkan panjang kelas sebesar 1,6 (2). Menggunakan P = 2 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka pengetahuanibu hamil dikategorikan sebagai berikut:

Skor 0-1 = kurang Skor 2-3= cukup


(50)

3. Gizi

Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Pertanyan yang dijawab ya diberi nilai 1 dan pertanyaan yang dijawab tidak diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 5 dan nilai terendah adalah 0.

P =

P= 1,6

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 5 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 3 (baik, cukup dan kurang) maka didapatkan panjang kelas sebesar 1,6 (2). Menggunakan P = 2 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka gizi ibu hamil dikategorikan sebagai berikut:

Skor 0-1 = kurang Skor 2-3= cukup Skor 4-5= baik

4. Aktivitas

Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Pertanyan yang dijawab ya diberi nilai 1 dan pertanyaan yang dijawab tidak diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 5 dan nilai terendah adalah 0.

P =


(51)

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 5 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 2 (ya dan tidak) maka didapatkan panjang kelas sebesar 2,5 (3). Menggunakan P = 3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka aktivitasibu hamil dikategorikan sebagai berikut:

Skor 0-2 = tidak (tanpa aktivitas berat) Skor 3-5= ya (aktivitas berat) c. Kuesioner status kesehatan ibu hamil

Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Pertanyan yang dijawab ya diberi nilai 1 dan pertanyaan yang dijawab tidak diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 5 dan nilai terendah adalah 0.

P =

P= 1,6

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 5 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 3 (status kesehatan baik, cukup dan kurang) maka didapatkan panjang kelas sebesar 2,5 (3). Menggunakan P = 3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka status kesehatan ibu hamil dikategorikan sebagai berikut:

Skor 0-1 = kurang Skor 2-3= cukup Skor 4-5= baik


(52)

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Validitas instrumen dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang di kumpulkan menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Pada penelitian ini, uji validitas instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan maternitas di program studi ilmu keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dimana instrumen diberikan kepada salah satu dosen maternitas untuk dikoreksi kemudian diperbaiki oleh peneliti.

2. Reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reabilitas) instrumen dilakukan uji reabilitas sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji reliabilitas akan dilakukan terhadap 30 orang ibu hamil. Hasil yang didapat dianalisa melalui komputerisasi pada setiap kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil. Perhitungan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach alfa. Hasil reliabilitas terhadap 30 orang responden adalah 0,dikatakan reliabilitas apabila diperoleh hasil koefisien 0,632(setiadi, 2007)


(53)

4.7 Pengumpulan Data a. Data Primer

Pengumpulan data secara primer dilakukan dengan cara wawancara lansung kepada responden untuk memperoleh data tentang umur, pendidikan, psikologis, pengetahuan, gizi dan aktivitas.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data secara sekunder yang diperoleh dari rumah sakit labuhan batu utara yaitu jumlah ibu hamil.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data

a. Editing

Yaitu memeriksa kuesioner yang telah masuk, memperjelas, melihat kelengkapan pengisian, ketetapan mengisi kuesioner.

b. Coding

Yaitu pemberian pembuatan kode – kode pada tiap – tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama, yang dibuat dalam bentuk angka – angka/huruf – huruf yang memberikan petunjuk / identitas pada suatu informasi aatau data yang akan dianalisa.

c. Tabulating

Tabulating Yaitu memasukkan data dalam bentuk tabel induk selanjutnya ke tabel distribusi frekwensi baik tunggal maupun silang.


(54)

d. Analisa data

yaitu pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden, kemudian ditampilkan dalam bentuk table distribusi frekuensi sehingga dicari besarnya persentase untuk masing-masing jawaban setiap responden (Notoatmodjo, 2005).


(55)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Status Kesehatan Ibu Hamil Di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun

2012 “ sebanyak 30 responden dan didapat hasil karateristik responden berdasarkan umur, pendidikan, psikologis, pengetahuan, gizi dan aktivitas, kemudian status kesehatan yang diuraikan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Status kesehatan Ibu Hamil Di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

Status Kesehatan Frekuensi Persentase (%)

 Baik  Cukup  Kurang

10 13 7

33,3 43,3 23,3

Jumlah 30 100

Dari tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa status kesehatan ibu adalah cukup dengan jumlah 13 orang (43,3%) dan minoritas status kesehatan ibu adalah kurang dengan jumlah 7 orang (23,3%)


(56)

Tabel 5.2. Fakto Yang Mempengaruhi Status Kesehatan Ibu Hamil Di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

Karateristik Responden Frekuensi Persentase

(%) Umur

 <20 tahun  20-35 tahun  >35 tahun Pendidikan

 Perguruan tinggi

 SMA  SMP  SD Psikologi  Ya  Tidak Pengetahuan  Baik  Cukup  Kurang Gizi  Baik  Cukup  Kurang Aktivitas  Ya  Tidak 10 13 7 9 11 6 4 17 13 9 13 8 11 15 4 16 14 33,3 43,3 23,3 30 36,6 20 13,3 56,6 43,3 30 43,3 26,6 36,7 50,0 13,3 53,3 46,6

Dari tabel 5.1 diatas dilihat bahwa mayoritas umur ibu hamil adalah 20-35 tahun dengan jumlah responden 13 orang (43,3%), mayoritas untuk pendidikan ibu hamil adalah SMA dengan jumlah 11 orang (36,6%), mayoritas untuk psikologis ibu hamil adalah ya atau mengalami stres dengan jumlah 17 orang (56,6%), mayoritas untuk pengetahuan ibu hamil adalah cukup dengan jumlah 13 orang (43,3%), mayoritas untuk gizi ibu hamil adalah cukup dengan jumlah 14 orang (46,6%), mayoritas untuk aktivitas ibu hamil adalah ya atau aktivitas berat dengan jumlah 16 orang (53,3%) dan mayoritas status kesehatan ibu hamil adalah cukup dengan jumlah 13 orang (43,3%).


(57)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Umur Di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012.

Umur Status kesehatan Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

 <20 tahun  20-35 tahun  >35 tahun

0 10 0 0 100 0 8 3 2 61,5 23,1 15,4 2 0 5 28,6 0 71,4 10 13 7 33,3 43,3 23,3

Jumlah 10 100 13 100 7 100 30 100

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa status kesehatan ibu yang baik adalah mayoritas pada umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 10 orang (100%), sedangkan status kesehatan cukup mayoritas pada umur <20 tahun yaitu sebanyak 8 orang (61,5%) dan status kesehatan kurang mayoritas pada umur >35 tahun yaitu sebanyak 5 orang (71,4%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan Ibu Di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012.

Pendidikan Status Kesehatan Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

 Perguruan tinggi  SMA  SMP  SD 7 3 0 0 70,0 30,0 0 0 2 6 4 1 15,4 46,2 30,8 7,7 0 2 2 3 0 28,6 28,6 42,9 9 11 6 4 30,0 36,7 20,0 13,3

Jumah 10 100 13 100 7 100 30 100

Dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa status kesehatan ibu yang baik mayoritas memilki pendidikan perguruan tinggi sebanyak 7 orang (70%), sedangkan status kesehatan yang cukup mayoritas memilki pendidikan SMA


(58)

sebanyak 6 orang (46,2%) dan status kesehatan yang kurang mayoritas memilki pendidikan SD sebanyak 3 orang (42,9%)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Psikologis Di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

Psikologis Status Kesehatan Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

 Ya  Tidak 2 8 20,0 80,0 11 2 84,6 15,4 4 3 57,1 42,9 17 13 56,7 43,3

Jumlah 10 100 13 100 7 100 30 100

Dari tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa satus kesehatan ibu yang baik mayoritas memilki psikologi tanpa rasa cemas berlebih sebanyak 8 orang (80,0%), sedangkan status kesehatan ibu yang cukup dan kurang mayoritas memiliki psikologi dengan rasa cemas berlebih yaitu cukup sebanyak 11 orang (84,6%) dan kurang sebanya 17 orang (56,7%)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Di RSUD Labuhan batu Utara Tahun 2012

Pengetahuan Status Kesehatan Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

Baik Cukup Kurang 9 1 0 90,0 10,0 0 0 12 1 0 92,3 7,7 0 0 7 0 0 100 9 13 8 30,0 43,3 26,7

Jumlah 10 100 13 100 7 100 30 100

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa status kesehatan ibu yang baik mayoritas memilki pengetahuan yang baik sebanyak 9 orang (90%), status kesehatan ibu yang cukup mayoritas memilki pengetahuan yang cukup sebanyak


(59)

12 orang (92,3%) dan status kesehatan ibu yang kurang mayoritas memilki pengetahuan yang kurang sebanyak 7 orang (100%).

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Gizi DiRSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012

Gizi Status Kesehatan Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

Baik Cukup Kurang 10 0 0 100 0 0 1 12 0 7,7 92,3 0 0 3 4 0 42,9 57,1 11 15 4 36,7 50,0 13,3

Jumlah 10 100 13 100 7 100 30 100

Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa status kesehan ibu yang baik mayoritas memiliki gizi yang baik sebanyak 10 orang (100%), sedangkan status kesehatan cukup mayoritas memilki gizi yang cukup sebanyak 12 orang (92,3%) dan status kesehatan kurang mayoritas memilki gizi yang kurang sebanyak 4 orang (57,1%).

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aktivitas Di RSUD Labuhuan Batu Utara Tahun 2012

Aktivitas Status Kesehatan Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

Ya Tidak 0 10 0 100 11 2 84,6 15,4 5 2 71,4 28,6 16 14 53,3 46,7

Jumlah 10 100 13 100 7 100 30 100

Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa status kesehatan ibu yang baik mayoritas memilki aktivitas yang tidak berat sebanyak 10 orang (100%)


(60)

sedangkan status kesehatan yang cukup dan kurang mayoritas memilki aktivitas yang berat yaitu cukup sebanyak 11 orang (84,6%) dan kurang sebanyak 5 orang (71,4%).

5.2 Pembahasan

Pembahasn dilakukan untuk menjawab masalah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012.

5.2.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Labuhan Batu Utara tahun 2012 terhadap 30 responden ibu yang kesehatan baik memiliki umur 20-35 tahun dengan jumlah 10 orang (100%), status kesehatan cukup adalah ibu yang berumur <20 tahun dengan jumlah 8 orang (61,5%) dan status kesehatan yang kurang adalah ibu yang memilki umur >35 tahun dengan jumlah 5 orang (71,4%). Kondisi satus kesehatan baik adalah ibu yang memilki umur 20-35 tahun menunjukkan bahwa ibu siap dalam menjalani kondisi kehamilannya dibandingkan dengan kondisi umur ibu yang > 35 tahun dan <20 tahun karena kondisi umur tersebut merupakan masa yang produktif dan sesuai untuk ibu dalam menjalani kehamilannya.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan umur ibu yang paling baik untuk hamil adalah berkisar antara 20-35 tahun, makin jauh umur ibu dan rentang waktu tersebut makin besar resiko bagi ibu maupun anaknya. usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20 -


(61)

35 tahun, dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya (BKKBN, 1999).

Selain itu banyak penelitian yang menghubungkan antara umur ibu dengan kejadian BBLR 12,69 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih dari 20 tahun (Depkes, 2007).

Umur juga variabel yang sangat diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur dan juga biasanya semakin bertambah umur seseorang maka pengetahuan akan status kesehatan ibu hamil semakin luas. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah jenjang pengelompokkannya dalam interval cukup atau tidak menyembunyikan peranan peranan umur pada kesakitan atau kematian (Notoatmodjo, 2003).

5.2.2 Pendidikan

Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden di RSUD Labuhan Batu Utara tahun 2012 dari tabel 5.3 diata dapat dilihat bahwa mayoritas status kesehatan ibu yang baik memilki pendidikan sampai perguruan tinggi dengan jumlah 7 orang (70%), status kesehatan cukup adalah ibu yang pendidikan sampai SMA dengan jumlah 6 orang (46,2%), dan status kesehatan yang kurang adalah ibu yang memilki pendidikan sampai SD dengan jumlah 3 orang (42,9%). Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian


(62)

halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih memperhatikan kondisi kehamilannnya dan tau mana yang terbaik buat kehamilannya demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan merupakan suatu proses mengajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan orang tua merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh kembang anak karena pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya.

Ibu yang memilki pendidikan yang lebih baik cenderung akan memilki kesehatan kehamilan yang lebih baik juga karena ibu yang berpendidikan akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan sampai sekolah dasar saja dan akan lebih memperhatikan kondisi kesehatan kehamilannya. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan rendahnya tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh juga terhadap peningkatan derajat kesehatan, oleh karena sikap masyarakat terbuka dengan hal-hal atau motivasi baru (Notoatmojo,2003)

5.2.3 Psikologis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya dilakukan di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012 terhadap 30 responden mayoritas satus kesehatan ibu yang baik memilki psikologis yang tidak mengalami cemas dengan jumlah 8 orang (80%) sedangkan status kesehatan ibu yang cukup dan kurang adalah ibu


(63)

yang psikologisnya mengalami cemas dengan jumlah cukup sebanyak 11 orang (84,6%) dan kurang ada 17 0rang (56,7%).

Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubanhan psikologis dan emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu, namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau ada masalah dalam kehamilannya. Khawatir dia akan kehilangan kecantikannnya atau bila nanti anak yang dilahirkannya tidak normal. Agar proses psikologis didalam kehamilan berjalan normal dan baik maka ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dan kenyamanan dalam psikologisnya. Dukungan bisa berasal dari berbagai pihak baik itu dari suami, orang tua, anak, teman dan orang-orang disekelilingnya (Kusmiyati, 2008).

Kondisi psikologis ibu yang terganggu atau ibu yang mengalami stress selama masa kehamilan cenderung akan dapat memperburuk kondisi kesehatan kehamilan ibu, baik itu stress yang datang dari ibu sendiri seperti rasa cemas dan takut dan juga dari suami serta keluarga seperti dukungan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada peristiwa kehamilanmerupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berpfikir dan berperilaku yang berlanjut hingga lahir bayi. Untuk alasan ini sehingga kehamilan harus dipandang sebagai proses panjang yang mempunyai efek tidak hanya pada ibu tetapi juga keluarganya. Pada asuhan kehamilan tidak hanya aspek fisik saja tetapi juga aspek psikologis atau jiwa (Kusmiyati, 2008).


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

87

RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA PRIBADI

Nama : Berliana Sitanggang

Tempat / Tanggal Lahir : Aekkanopan, 03 Agustus 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 4 dari 5 bersaudara

Agama : Kristen Protestan

NAMA ORANG TUA

Ayah : I. Sitanggang

Ibu : R. Br. Silalahi

PEKERJAAN ORANG TUA

Ayah : PNS

Ibu : PNS

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1996-2003 : SD Negeri 114324 Aekkanopan Tahun 2003-2005 : SMP Negeri I Aekkanopan Tahun 2005-2008 : SMA Negeri I Aekkanopan Tahun 2008-2011 : Kementerian Kesehatan Politeknik

Kesehatan RI Jurusan Keperawatan Prodi D-III Medan