13
Reaktif:yaitu karena depresi itu yang menyebabkan sangat kecewa sehingga ia kehilangan minat untu berdoa,makan, baca alkitab
Persiapan: yaitu mempersiakan diri terhadap hari esok yang akan menimpanya. Tetapi disamping itu, ada rasa takut dan cemas terhadap
keluarga, pekerjaan dan segala sesuatu yang ditinggalan. 5.
Acceptance
menerima: sebelum konseli bergumul antara kenyataan dan khayalan. Dalam tahap ini konseli benar-benar pasrah terhadap apa yang menimpanya. Dia bisa
menerima keadaan penyakitnya yang membawanya kepada kematian dan menolak percya bahwa adanya kesembuhan atau mujizat.
Dari reaksi emosional yang paparan oleh Elisabeth Kubler-Ross, menurut penulis reaksi ini adalah suatu proses yang wajar yang di lalui oleh seorang pasien
dengan keadaan terminal. Dengan reaksi demikian pasien maupun tenaga medis serta konselor bisa menolong serta membantu mengatasi keadaan serta perasaan yang
dirasakan. Dengan mengetahui tahap-tahap diatas dapat membantu para konselor maupun pendeta untuk menentukan sikap dan menyesuaikan diri dengan situasi
penderita dengan demikian bisa membantu dan mendampingi dalam tahap-tahap tersebut.
27
2.7 PERAN PENDETA
Menurut Engel, profesi pendeta tidak hanya sebagai rutinitas yang berkhotbah dalam kebaktian, juga melayani dalam realitas kehidupan jemaat sehari-hari. Pendeta
dipanggil untuk menjalankan pelayanan dalam generasi yang tidak hanya berkonfrontasi dengan masalah-masalah dalam diri manusia sendiri, tetapi juga
dengan masalah-masalah yang lebih kompleks dalam kehidupan masyarakat dan dunia sekitar yang terkadang sulit dijawab. Profesi dan panggilan seorang pendeta
memperkuat arti dari pelayanan pastoral, dengan alasan bahwa :
1. Pendeta adalah rekan sekerja Allah yang mengarahkan hatinya ke dalam
pelayanan yang terpusat pada Allah dan setia memampukan orang lain mengenal diri sendiri dan Allah. Manusia tidak bisa melayani diri sendiri dan
tidak seorangpun sejak lahir hingga dewasa dapat hidup oleh dirinya sendiri, akan hidup dalam komunitas tertentu dengan berbagai persoalan kemanusiaan
27
Mesach.Krisetya. Teologi Pastoral: Pendampingan Pastoral dalam perspetif Teologis, UKSW:Salatiga.2008
14
dan pendeta hadir untuk melaksanakan panggilan Allah di tengah kehidupan tersebut.
2. Pendeta menempatkan pelayanannya di dalam terang Roh Kudus dalam
menjawab pergumulan-pergumulan sekitar masalah-masalah kemanusiaan. Rasa bersalah, kesepian, keputusasaan, ketakutan ditengah tekanan dan
pengaruh keduniawian, merasa tidak dicintai serta hidup dalam kehampaan karena nafsu-nafsu yang mengikat merupakan pergumulan-pergumulan batin
manusia membutuhkan peranan Roh Kudus untuk memberikan topangan, dukungan dan kekuatan.
3. Pendeta sebagai konselor pastoral selalu bersentuhan dengan apa yang disebut
relasi terhadap sesamanya. Relasi yang mendalam hanya dapat dibangun, jika pendeta menganggap orang lain berharga yang membutuhkan perhatian dan
kasih sayang. 4.
Seorang pendeta harus memiliki sikap dapat menerima orang lain dan merasakan yang mereka rasakan, serta dapat menempatkan dirinya dalam
kehidupan dan perasaan orang lain, sehingga mereka merasa dihargai, diterima dan dikasihi. Disisi lain, pendeta sebagai simbol nilai-nilai yang dirasakan oleh
orang lain sebagai suatu panutan dan teladan, bahkan lebih dari itu, menjadi pancaran sinar sikap, sifat dan kepribadian dari Yesus
28
Menurut penulis profesi seorang pendeta bukanlah profesi yang menjalankan kewajiban gereja saja melainkan profesi yang turun langsung serta terlibat dalam
melakukan pelayanan di tengah-tengah masyarakat. Pelayanan yang diberikan bukan saja menyangkut pemberitaan firman dan ibadah tetapi juga pendeta hadir sebagai
seorang konselor dalam membantu jemaat untuk membangun relasi, baik dengan sesama maupun dengan Tuhan.
Selain itu, pendeta merupahkan kawan sekerja Allah yang diutus di tengah- tengah dunia ini untuk melakukan misi Allah bagi dunia. Salah satu misi Allah bagi
dunia ini adalah pelayanan pastoral. Pendeta dipercayakan Allah untuk turut ambil bagian dalam membantu mengatasi masalah kehidupan, membimbing jemaat
melewati keadaan yang sulit, dan pendeta diharapkan bisa memberi dukungan dan topangan bagi jemaat yang dalam masa-masa kritis. Dalam pandangan orang yang
28
Jacob Daan Engel, Konseling Dasar dan Pendampingan Pastoral, Salatiga,2007 Hal 33-34
15
mengalami krisis, arti dan kehadiran seorang pendeta dalam suatu keadaan krisis sangat memiliki dampak yang cukup besar. Pendeta dikatakan mampu memberikan
kontribusi bagi mereka yang sedang dalam keadaan krisis karena sakit. Menurut Gunadi kebutuhan penderita sakit terbagi dalam tiga kategori: pertama, kebutuhan
rohani merupakan kebutuhan akan penguatan serta penghiburan rohani dalam menerima keadaan. Kedua, kebutuhan emosional berkaitan dengan kehilangan
pengendalian diri serta merasa tidak dihargai. Ketiga, kebutuhan jasmani berhubungan dengan kebutuhan keseharian.
29
Menurut penulis dengan melihat kebutuhan penderita yang dipaparkan Gunadi, bisa dikatakan bahwa kebutuhan penderita merupahkan fokus utama yang harus
diperhatikan oleh pendeta dalam melakukan pelayanan bagi penderita sakit. Kebutuhan akan penguatan rohani harus menjadi perhatian utama, untuk itu dalam
melakukan pelayanan pendeta berusaha untuk terus mendampingi secara rutin serta berusaha memahami sikap, perasaan dan perilaku penderita sakit dari sudut
“keharusan. Melihat fungsi dari pendeta, bisa dikatakan bahwa pendeta memiliki pengaruh yang besar bagi proses pertumbuhan maupun kesembuhan seseorang.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan