STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PARKIR UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK
STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN DALAM PEMUNGUTAN
RETRIBUSI PARKIR UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
LENI NOVELINA
Seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan transportasi dan kendaraan
bermotor disebuah kota,kebutuhan sarana berupa jalan dan tempat parkir
kendaraan makin meningkat.Kebutuhan tempat parkir mengakibatkan muncul
badan pengelola parkir,baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh pengelola
swasta.Pengelolaan perparkiran di Bandar Lampung yang selama ini dikelola oleh
pemerintah kota melalui Dinas Perhubungan Bandar Lampung.Retribusi daerah
selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga
merupakan faktor yang dominan peranannya dan kontribusinya untuk menunjang
pemerintah daerah salah satunya adalah retribusi parkir.Retribusi parkir sebagai
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari
masyarakat, dimana pemungutannya dilakukan oleh Dinas Perhubungan. Tujuan
penelitian untuk mengetahui Strategi Dinas Perhubungandalam Pemungutan
Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar
Lampung.
Tipe penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif.Fokus dalam penelitian ini adalah strategi Dinas Perhubungan dalam
Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Bandar Lampung, yaitu Strategi perencanaan target dan potensi PAD dan
strategi berdasarkan arah kebijakan Pengelolaan PAD.
Hasil penelitian diketahui bahwa Kebijakan yang dilakukan Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung dalam mengelola Retribusi parkir untuk meningkatkan
PAD telah sesuai sesuai dengan tugas dan kewenangannya yang dilakukan
pendataan, penilaian, penetapan, pembayaran, penagihan, pengolahan, pencatatan
dan penyusunan laporan penerimaan daerah yang bersumber dari dana
perimbangan, pendapatan hibah dan pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah. Upaya Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam
pemungutan Retribusi parkir di Daerah Kota Bandar Lampung dilakukan dengan
berorientasi pada fungsi retribusi dalam hal ini retribusi parkir sebagai sumber
pendapatan daerah Kota Bandar Lampung yang disebut dengan fungsi penerimaan
(budgetair). Namun dalam pelaksanaannya Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung dalam pemungutan Retribusi parkir di Daerah Kota Bandar Lampung
belum terlaksana dengan baik. Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam

pelaksanaan pemungutan Retribusi parkir dalam peningkatan PAD, antara lain:
Perangkat hukum di daerah, terutama keberadaan perda yang ada masih

didasarkan pada undang-undang yang lama, sehingga potensi penerimaan yang
ditemukan atau yang diperoleh sulit untuk direalisasikan.
Kata Kunci: Strategi, Dinas Perhubungan, Retribusi Parkir, Pendapatan Asli
Daerah (PAD)

ABSTRACT
DEPARTMENT OF TRANSPORTATION COLLECTION STRATEGY IN
PARKING LEVY TO INCREASE REVENUE
ORIGINAL AREA (PAD) BANDAR LAMPUNG CITY
By
LENI NOVELINA

Along with the growth and development of transportation and motor vehicles in a
city, the need for facilities such as roads and parking of vehicles is increasing.
Parking space requirement resulting emerge parking governing body, either by
local governments or by private managers. Parking management in London that
had been managed by the city government through the Department of
Transportation Bandar Lampung.Levies other than as a source of revenue for local
governments is also a dominant factor role and its contribution to support local
governments one of which is the parking fees. Parking fees as a source of revenue

(PAD) sourced from the public, where the collection is done by the Department of
Transportation. The aim of research to find out the Strategy Department of
Transportation in the Collection of parking levies to increase revenue (PAD)
Bandar Lampung.
This type of research is descriptive using a qualitative approach. The focus of this
research is the strategy of the Department of Transportation in the Collection of
parking levies to increase revenue (PAD) Bandar Lampung, namely Strategy and
potential revenue target planning and management strategies based on the policy
direction of PAD.
The survey results revealed that the policy conducted Transportation Agency
Bandar Lampung in managing levies park to increase revenue in accordance in
accordance with the duties and authorities that do data collection, assessment,
determination, payment, collection, processing, recording and preparation of local
revenue derived from fund balance, revenue grants and loans areas and other areas
of legitimate income. Efforts Bandar Lampung City Department of Transportation
in the collection of parking levies in the Region Bandar Lampung oriented
functions performed by the levy in this case the parking fees as a revenue source
area of Bandar Lampung called reception function (budgetair). However, in
practice the Department of Transportation in Bandar Lampung in the collection of
parking levies in the Region Bandar Lampung has not done well. There are many

factors that influence the implementation of the collection of parking levies in

increasing revenue, among others: the legal device in the area, especially where
existing regulations are still based on the old law, so that the potential revenues
are found or obtained difficult to realize.
Keywords: Strategy, Department of Transportation, parking levies, revenue
(PAD)

STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN DALAM PEMUNGUTAN
RETRIBUSI PARKIR UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

LENI NOVELINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 16 November 1993, putri tunggal dari
Bapak Joni Riyanto (Alm) dan Ibu Wirna Ningsih.
Jenjang Akademik Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Taman Kanakkanak (TK) Pertiwi Purwokerto Jawa Tengah diselesaikan tahun 2000, Sekolah Dasar
(SD) Negeri 2 Banjaranyar Purwokerto Jawa Tengah diselesaikan tahun 2006, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Negeri 71 Cikarang Selatan Bekasi pada tahun 2006 dan SMP N 1 Metro Lampung
diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 9 Bandar
Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.

Selanjutnya Tahun 2011, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan
FISIP Universitas Lampung (Unila) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) Undangan.

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT penguasa alam semesta yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani, memberikan semangat untuk senantiasa
bertawakal.

Ku persembahkan karya kecil ini kepada:

Kedua Orang Tuaku Tercinta
(Joni Riyanto ( Alm) dan Wirna Ningsih)
Sebagai tanda terima kasih dan baktiku, karena kalian aku belajar bertahan
dan berjuang dalam hidup.

Keluarga Besarku
di Lampung dan di Purwokerto yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
selalu mendukungku.

Seluruh keluarga besar Ilmu Pemerintahan 2011 jangan pernah lupa

perjuangan kita dimana tawa dan tangis menjadi satu demi mencapai sebuah
gelar “S.IP”

Almamater tercinta Universitas Lampung

MOTTO

“ Jangan berharap kepada manusia karena mereka akan mengecewakanmu.
Tetapi berharaplah hanya kepada Allah karena Dia akan memberikan yang
terbaik untukmu”.

“Segala kemungkinan bisa saja terjadi, artinya tidak ada yang mustahil dan
tidak ada yang sulit didunia ini, jika kita ingin belajar dan berusaha” .

(LENI NOVELINA)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidah-Nya skripsi


yang berjudul “Strategi

Pemungutan Retribusi Parkir untuk

Dinas Perhubungan dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kota Bandar Lampung” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai
persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga
penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari
berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak
masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.
2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
sekaligus penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran
kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Aman Toto Dwidjono, M.H . selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Pembimbing Utama yang telah
banyak membantu, membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran,
dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang
diberikan kepada penulis selama menuntut

ilmu di Jurusan Ilmu

Pemerintahan.
6. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan, yang telah membantu kelancaran
administrasi dan skripsi.
7. Teristimewa kepada orang tuaku, Papa Joni Riyanto (Alm) terimakasih karena

bayanganmu Penulis mampu memotivasi diri, hingga mampu menjalani hidup
tanpa dirimu. Semoga Papa di sana melihatku dengan bangga dan ikut
merasakan kebahagiaan ini. Mama ku Wirna Ningsih terimakasih telah
menjadi mama yang sangat kuat, yang selalu memberikan doa dan motivasi
tiada habisnya, yang selalu bekerja keras mendidik untuk menjadikan Penulis
menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain, semoga Allah
SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Mama. Ku
persembahkan karya kecilku ini untuk kalian.
8. Seluruh keluarga besar di Lampung terimakasih doa dukungan dan
bimbingannya.
9. Keluargaku Mbah Uti, Mbah Kakung, seluruh keluarga besar di Purwokerto
terimakasih doa dan dukungannya. Kalian adalah semangatku.
10. Terima kasih kepada para informan, yang telah bersedia meluangkan waktu
dan ketersediaannya untuk memberikan wawasan serta informasi yang penulis
butuhkan.

11. Sahabat-sahabatku Hayyuni Arwan, S.H , Fenya Putri, A.Md , Wenni Dwi
Damayanti, S.Pd terimakasih kalian selalu ada untukku mewarnai hari- hari
dengan indah.
12. Terima Kasih Teman-teman seperjuangan SMA N 9 Bandar Lampung Hanny

Hanafi S,E , Cella Oktaviany S,E , Gita Leviana Putri S,E , Tri Mulyani S,E,
dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih
dukungannya , semoga kelak kita sukses semua.
13. Sahabat-sahabatku tercinta di Ilmu Pemerintahan 2011 Syalian Sepky Ananda
S,IP , Nur Halimah S.IP , Rya Clara Almanda S,IP , Ifit Chytrine Batubara
S.IP terimakasih atas canda tawa kalian yang telah menemaniku sampai saat
ini . Semangat ya sahabat-sahabatku, semoga Allah SWT memberikan nikmat
sehat, rezeki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
Amin. Ingattt masa depan cerah ada ditangan kita.
14. Teman-teman KKN Sendy Octianty Azril S.AB , Tara Ranggala Putri, S.H ,
Mba Helrita, Mba Sani, Bang Dika, Bang Irfan, Bang Ikhwan, Kiki Syafdi,
Jaka, Arga, Kahfi. Terimakasih atas canda tawa 40 hari bersama kalian.
Semoga kita tetap menjadi satu keluarga yang tidak terpisahkan.
15. Keluarga Besar Ilmu Pemerintahan 2011 Shedy, Putri Dian, Gita, Siti,
Yuanita, Nurdiana, Leni Olandari, Leni Yuliani, Caca Natessya, Adelia, Santi.
Balqis, Winda, Peje, Ica, Dian, Yuyun, Ulil, Nur Hasanah, Ulan, Genta, Indra,
Merari, Nizi, Nando, Trio, Christian dan semua yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, terimakasih semoga kita semua sukses. Kalian adalah keluarga
yang dimulai dari satu almamater, Ilmu Pemerintahan.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

Bandar Lampung, September 2014
Penulis

Leni Novelina

DAFTAR ISI

Halaman
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Strategi ............................................................... 10
B. Tinjauan Tentang Pendapatan Daerah ............................................. 16
C. Tinjauan Tentang Retribusi Daerah ................................................ 20
D. Tinjauan Tentang Dasar Hukum Pelaksanaan................................. 29
E. Pengertian Retribusi Parkir ............................................................. 30
F. Strategi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ...................... 31
G. Kebijakan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung .................. 33
H. Kerangka Pikir................................................................................. 35
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian................................................................................. 38
B. Pendekatan Penelitian ..................................................................... 38
C. Fokus Penelitian .............................................................................. 49
D. Sumber Data .................................................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 40
F. Teknik Pengolahan Data ................................................................. 41
G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 42
H. Teknik Keabsahan Data .................................................................. 44
IV. GAMBARAN UMUM TEMPATPENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ..................................... 51
B. Gambaran Umum Dinas Perhubungan ......................................... 52
C. Sumber Daya Manusia Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung ........................................................................................ 56
D. Sarana yang Dimiliki Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung ........................................................................................ 57
E. Susunan Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung .. 57

F. Uraian Tugas Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung ........................................................................................ 59
G. Wilayah Pemungutan Retribusi Parkir Kota Bandar Lampung ..... 64
H. Dasar dan Tarif Retribusi Parkir .................................................... 65
I. Proses Pemungutan Retribusi Parkir Oleh Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung ................................................................... 68
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Arah Kebijakan Pengelolaan Retribusi... ....................................... 72
B. Perencanaan Target dan Potensi Retribusi ..................................... 78
C. Hasil dari Perencanaan dan Kebijakan Pengelolaan Retribusi
Parkir .............................................................................................. 82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 100
B. Saran .............................................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih
meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang
dimiliki oleh suatu negara berupa sumber daya alam sumber daya manusia
maupun sumber daya finansial. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya
dapat dikatakan usaha dasar untuk mengubah masa lampau yang buruk menjadi
zaman baru yang lebih baik untuk mewariskan masa depan kepada generasi yang
akan datang.

Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era Otonomi Daerah dapat
terlihat pada kemampuan daerah dan memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan
bertanggung

jawab

secara

profesional

dalam

menggali

sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah

Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional pada hakekatnya
diharuskan untuk mengembangkan kemandirian tiap-tiap daerah sesuai potensi
sumber daya yang dimilikinya dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan merata dan terpadu

2

Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka daerah atau
kota lebih dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber
keuangannya seperti: Pajak, retribusi atau pungutan yang merupakan sumbersumber Pendapatan Asli Daerah, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004:
a. Pendapatan Pajak Daerah, meliputi :
1) Hasil pajak daerah;
2) Hasil retribusi daerah;
3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan ; dan
4) Lain lain pendapatan daerah yang sah.
b. Dalam perimbangan
c. Pinjaman daerah
d. Lain lain pendapatan daerah yang sah

Pemberian Otonomi Daerah dimaksud untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mengatur dan mengurus
daerahnya sendiri, terutama dalam membiayai pembangunan dewasa ini.

Diberikan hak kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri tanpa campur tangan pihak lain adalah sangat tepat karena dengan
demikian sudah memiliki kekuatan hukum untuk menentukan kebijakan dalam
pengelolaan daerahnya, meskipun pada dasarnya tetap dikordinir oleh pemeritah
pusat.

3

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, bahwa: Hal hal yang mendasarkan Undang-Undang ini adalah
untuk mendorong memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
kreatifitas serta msyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Oleh sebab
itu Undang-Undang ini menempatkan Otonomi Daerah secara utuh pada daerah
kabupaten dan kota.

Retribusi daerah selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah
daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya dan kontribusinya untuk
menunjang pemerintah daerah salah satunya adalah retribusi parkir. Retribusi
parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber
dari masyarakat, dimana pemungutannya dilakukan oleh Dinas Perhubungan.
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan secara efektif
dan efesien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu menciptakan dan
mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber pendapatan asli daerah. Salah
satu sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang potensial adalah dari
sektor

jasa

perparkiran,

sumber-sumber

keuangan

atau

sumber-sumber

pendapatan asli daerah seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Prinsip Otonomi Daerah menggunakan
otonomi seluas luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan
serta, prakarsa dan pemberdayaan masyrakat yang bertujuan pada peningkatan

4

kesejahteraan masyarakat, oleh sebab itu Undang-Undang ini menempatkan
otonomi daerah secara utuh pada daerah kabupaten dan kota.

Pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung adalah salah satu dari
pelaksanaan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana yang
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah
merupakan upaya pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan
potensi daerah dalam rangka untuk memperoleh dana sehubungan dengan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah.

Perparkiran adalah merupakan bagian dari sub sistem lalu lintas angkutan jalan
penyelenggaraan

dilaksanakan

oleh

Pemerintah

Daerah,

dalam

rangka

meningkatkan penyelenggaraan kepada masyarakat di bidang perparkiran,
penataan lingkungan, ketertiban, dan kelancaran arus lalu lintas serta sebagai
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Perparkiran secara umum juga diartikan sebagai suatu usaha untuk melancarkan
arus lalu lintas dan meningkatkan produktifitas sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang dimiliki oleh negara. Dengan demikian perparkiran pada
dasarnya dapat dikatakan sebagai usaha dasar untuk meningkatkan sumber daya
alam, dan sumber daya manusia, dan mengubah masa lampau yang buruk menjadi
zaman baru yang lebih baik. Untuk itu Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung
bersama-sama masyarakat menetapkan Peraturan Daerah yang ditetapkan tanggal
7 Januari 2002 tentang ketentuan penyelenggaraan perparkiran dalam Kota
Bandar Lampung. Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan

5

perpakiran secara efektif dan efisien maka setiap daerah harus secara kreatif
mampu menciptakan dan mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber
pendapatan asli daerah. Salah satu sumber-sumber pendapatan asli daerah yang
potensial adalah sektor jasa perparkiran, sumber keuangan atau sumber-sumber
pendapatan asli daerah, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Prinsip otonomi daerah menggunakan
otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintah di luar menjadi urusan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini.

Gambaran mengenai kontribusi pajak daerah khususnya sektor retribusi parkir
dapat dilihat pada tabel target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama
beberapa tahun terakhir yang selalu menunjukkan kecenderungan peningkatan
dari tahun ke tahun. Hal ini tentunya banyak memberikan kontribusi yang cukup
signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung
guna menunjang pembangunan daerah.

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PAD menghasilkan Rp
39.675.197 milyar. Tahun 2013 PAD mengalami kenaikan cukup pesat Rp
120.641.782 milyar dan terus berlanjut di tahun 2014 mengalami peningkatan
sebesar Rp 164.746.721 milyar (Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota
Bandar Lampung, 2014).

6

Untuk mengetahui seberapa besar kewenangan daerah dalam menggali dan
menggunakan sumber-sumber ekonomi di daerah guna membiayai kegiatan
pembangunan melalui sumber-sumber keuangan asli daerahnya, ukuran yang
digunakan untuk menentukan tolok ukur ada beberapa faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya PAD Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada faktor Pengeluaran
Pemerintah dimana di tahun 2012 pengeluaran mencapai Rp 678.813.319
(19,97%) dan mengalami peningkatan positif di tahun 2013 sebesar Rp
876.897.869 (17,10%) kemudian di tahun 2014 pengeluaran pemerintah
meningkat sangat tajam sebesar Rp 1.231.213.830. selain itu

PDRB tentu

berpengaruh juga terhadap PAD, dalam hal ini bersumber dari pajak dan
keuntungan produk-produk yang dihasilkan dari perusahaan milik daerah serta
pegadaian, di tahun 2012 PDRB sebesar Rp 6.770.526 mengalami peningkatan
positif pada tahun 2013 sebesar Rp 10.492.540 (7,16%) dan terus mengalami
peningkatan sampai tahun 2014 sebesar Rp 14.798.187 (9,20 %). Pada konsep
makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar PDRB yang diperoleh maka akan
semakin besar pula potensi penerimaan daerah. Jadi dengan adanya peningkatan
PDRB maka hal ini mengindikasikan akan mendorong peningkatan PAD (Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, 2014).

Seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan transportasi dan kendaraan
bermotor di sebuah kota, kebutuhan sarana berupa jalan dan tempat parkir
kendaraan makin meningkat. Kebutuhan tempat parkir mengakibatkan muncul
badan pengelola parkir, baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh pengelola

7

swasta. Pengelolaan perparkiran di Bandar Lampung yang selama ini
dikelola oleh pemerintah kota melalui Dinas Perhubungan Bandar Lampung.

Hasil penelitian Tri Setyaningsih (2009) tentang Strategi Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Tentang Strategi
Peningkatan Penerimaan Sektor Pajak di Kabupaten Sleman), hasil penelitian
menunjukkan bahwa strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dilakukan oleh Badan Pengelola Keuangan
dan Kekayaan Daerah melalui program intensifikasi dan ektensifikasi dan telah
berjalan dengan baik hal ini ditunjukkan adanya peningkatan pajak daerah setiap
tahunnya.

Tersedianya keuangan yang memadai untuk pembangunan menjadi kata kunci
bagi berhasilnya pembangunan daerah, kendatipun dalam kerangka negara
kesatuan Indonesia, kemandirian keuangan daerah tampaknya tidak diartikan
bahwa setiap tingkat pemerintahan daerah otonorn harus dapat membiayai seluruh
keperluan dari Pendapatan Asli Daerah. Upaya untuk terus menggali penerimaan
daerah, saat ini terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kotamadya Bandar
Lampung, salah satunya dengan meningkatkan pendapatan sah daerah melalui
penerimaan retribusi daerah. Retribusi Parkir di Kota Bandar Lampung memiliki
potensi yang cukup baik untuk dikembangkan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti dengan mengangkat judul “Strategi Dinas Perhubungan

8

Dalam Pemungutan Retribusi Parkir Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: Bagaimana Strategi Dinas Perhubungan dalam
Pemungutan Retribusi Parkir untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini, maka
tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Strategi Dinas Perhubungan dalam
Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan kajian ilmiah, khususnya
tentang strategi Dinas Perhubungan dalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung.

9

2. Kegunaan Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbang saran bagi Pemerintah Daerah
Kota Bandar Lampung di dalam menetapkan kebijakan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah, khususnya pada sektor jasa parkir.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Strategi

1.

Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategeia (stratus = militer; dan ag =
memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep
ini relevan dengan situasi pada zaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana
jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu
memenangkan perang. Strategi juga biasa diartikan sebagai suatu rencana untuk
pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi militer didasarkan pada
pemahaman akan kekuatan dan penempatan posisi lawan, karakteristik fisik
medan perang, kekuatan dan karakter sumber daya yang tersedia, sikap orangorang yang menempati teritorial tertentu, serta antisipasi terhadap setiap
perubahan yang mungkin terjadi.

Abad ke-5 sudah dikenal adanya Board of ten strategy di Athena, mewakili 10
suku di Yunani. Hingga abad ke-5, kekuasaan politik luar negeri dari kelompok
strategi itu semakin meluas. Lama kelamaan strategi memperoleh pengertian baru.

11

Konsep strategi militer seringkali di adaptasi dan diterapkan dalam dunia bisnis,
misalnya konsep Sun Tzu, Hannibal, dan Carl Von Clausewitz. Dalam konteks
bisnis, strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan dan
merupakan pedoman yang dipilih untuk mengalokasikan sumber daya usaha suatu
organisasi. Setiap organisasi membutuhkan strategi manakala menghadapi situasi
berikut (Lupiyoadi, 2009: 48):
a. Sumber daya yang dimiliki terbatas.
b. Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi.
c. Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi.
d. Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antara bagian sepanjang waktu.
e. Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif.
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr (Faulkner, 2007: 48): “Konsep strategi
dapat didefenisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu dari perspektif
apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do) dan dari perspektif apa
yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does).”

Berdasarkan perspektif pertama, strategi dapat didefenisikan sebagai program
untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan
misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa para manager
memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi
organisasi. Dalam lingkungan yang selalu mengalami perubahan, pandangan ini
lebih banyak diterapkan.

12

Sedangkan berdasarkan perspektif yang kedua, strategi didefenisikan sebagai pola
tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada
defenisi ini setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut
tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi manager
yang bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan. Pernyataan strategi secara eksplisit
merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis.
Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep
strategi tidak jelas, maka keputusan yang akan diambil bersifat subjektif atau
berdasarkan institusi belaka dan mengabaikan keputusan lain.

Pada penelitian ini konsep strategi yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah
Dalam Pemungutan Retribusi Parkir untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Bandar Lampung adalah Corporate Strategy, dimana strategi ini
berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut grand strategy yang
meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi

2. Tingkat-Tingkat Strategi

Scendel dan Charles Hofer dalam Kotler (2009: 48) menjelaskan adanya empat
tingkat strategi. Keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu enterprise
strategy, corporate strategy, business strategy, dan functional strategy.
a.

Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat karena setiap organisasi
mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok

13

yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam
masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok
lain, seperti kelompok penekan, kelompok politik, dan kelompok sosial
lainnya. Kelompok-kelompok ini mempunyai interes dan tuntutan yang
sangat bervariasi terhadap organisasi, sesuatu yang patut diberi perhatian oleh
para penyusun strategi.

Jadi, dalam strategi interprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat
luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan
organisasi. Strategi ini juga dapat menampakkan bahwa organisasi sungguhsungguh bekerja dan berusaha untuk member pelayanan yang baik terhadap
tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Respons terhadap keinginan masyarakat
perlu diberi perhatian dengan pertimbangan-pertimbangan etis.

b.

Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut grand
strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan
apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan
bisnis itu, tidak semata-mata untuk dijawab oleh setiap organisasi bisnis,
tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan atau organisasi nonprofit.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu sangat penting dan kalau keliru
dijawab, maka dapat menimbulkan akaibat yang fatal. Misalnya, kalau
jawaban terhadap apa misi universitas adalah terjun ke dalam dunia bisnis
agar menjadi kaya, maka akibatnya bisa menjadi buruk. Bagaimana bisa misi

14

itu dijalankan juga merupakan hala yang penting, sebab ini memerlukan
keputusan-keputusan strategik dan perencanaan strategik yang selayaknya
juga disiapkan oleh setiap organisasi.

c.

Business Strategy
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah
masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi dihati para penguasa, para
anggota legislatif, para donor, para politisi dan sebagainya.

Semua itu dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan
strategik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi
ditingkat yang lebih baik. Dalam istilah bisnis, strategi ini memusatkan
perhatian pada keunggulan kompetitif yang untuk kalangan nonprofit lebih
disukai menggunakan istilah keunggulan komperatif. Dalam strategi ini lebih
ditekankan untuk lebih mengikuti anjuran “lakukanlah apa yang orang lain
tidak atau belum laksanakan, atau kerjakanlah lebih baik dan lebih sempurna
daripada yang orang lain laksanakan.”
3.

Tipe-Tipe Strategi
Koteen dalam Kotler (2009: 48) memaparkan tipe-tipe strategi sebagai
berikut:
a. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan
inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan,
yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

15

b. Program Strategy (strategi program)
Strategi ini lebih memberikan perhatian pada implikasi-implikasi strategik
dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu
program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan dan apa pula dampaknya
bagi sasaran organisasi.
c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi pendukung sumber daya ini memusatkan perhatian pada
memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia
guna meningkatkan kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa
tenaga, keuangan, teknologi dan sebaliknya.
d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi kelembagaan ialah mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategik.

Terlepas dari pendekatan yang digunakan dalam berbagai strategi itu dalam
beberapa kategori, cukup diberi petunjuk bahwa strategi organisasi tidak hanya
satu. Disamping itu, tiap-tiap strategi ini saling menopang sehingga merupakan
satu kesatuan kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai salah satu
lembaga yang kokoh pula, mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak
menentu.

16

B. Tinjauan Tentang Pendapatan Asli Daerah

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut
sendiri oleh Pemerintah Daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi
daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pendapatan
asli. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :
“Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan
efisien tanpa biaya yang cukup efektif dan efesien tanpa biaya yang cukup untuk
memberikan pelayanan dan pembangunan dan faktor keuangan merupakan salah
satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam
mengurus rumah tangganya sendiri”. Definisi ini dikemukakan oleh pemuji yang
dikutip oleh Riwu Kaho (2005: 78).

Dasar hukum penggalian sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah.
b. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004, tentang Perparkiran.
c. Kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung.

Meningkatnya pendapatan masyarakat jelas mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan sekaligus berpengaruh pada peningkatan Pendapatan Asli
Daerah. Peningkatan PAD tidak terlepas dari kemampuan pemerintah dalam
membina masyarakat dan unsur swasta dalam mewujudkan berbagai

bidang

17

usaha,

yang

pada

gilirannya

berperan

besar

dalam pemasukkan di kas

daerah (Darise, 2009:73).

2. Keuangan Daerah

Salah satu kreteria penting bagi pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan
membiayai pelaksanaan pembangunan di daerah bersangkutan dengan kata lain
faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan
daerah dalam melaksanakan otonomi daerahnya. Namun masalahnya bukan hanya
berupa jumlah yang tersediah, tapi juga sampai seberapa jauh jumlah kemampuan
dan kewenangan Pemerintah Daerah untuk menggunakan sumber daya yang ada
di daerah.

Menurut Drs. Tjahja Supriatna, definisi keuangan daerah adalah kemampuan
Pemerintah Daerah untuk mengawasi daerah untuk mengelola mulai dari
merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi
berbagai sumber keuangan sesuai dengan kewenangannya dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan di daerah
yang diwujudkan dalam bentuk Anggaran Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun
2000, keuangan daerah adalah “semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)”.

18

Menurut H. A. Widjaja. (2002 ;147) keuangan daerah adalah ; “semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang di nilai
dengan uang termasuk dengan segala bentuk kekayaan lain yang berhubungan
dengan hak dan kewjiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah”.

Dari pengertian di atas, jelas bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah sangat
didukung oleh kemampuan keuangan daerah atau potensi keuangan daerah. Maka
sebagai tindak lanjut dari pemerintah yakni melimpahkan wewenang dan
tanggung jawab kepada pemrintah daerah yang bersangkutan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun komponen-komponen terpenting dari pembangunan daerah yabg sumbersumber penerimaan daerah dapat ditemukan dalam Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 79 terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah yaitu ;
a. Hasil pajak daerah;
b. Hasil retribusi daerah;
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan
d. Lain lain pendapatan asli daerah yang sah
1) Dana perimbangan,
2) Pinjaman daerah,
3) Lain lain pendapatan daerah yang sah.

19

Sumber-sumber pendapatan asli daerah tersebut, merupakan batasan wewenang
yang diberikan pusat kepada daerah dengan berbagai kebijakan dalam
pelaksanaannya berdasarkan kemampuannya masing–masing.

3. Pemungutan
Secara etimologi pemungutan bersal dari Pungut yang berarti menarik atau
mengambil. Sedangkan didalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 18
tahun 1997, Pasal 1 yang dimaksud pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dari perhimpunan data objek subjek pajak retribusi, penetapan besarnya
pajak atau retribusi yang tertuang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi
wajib pajak atau retribusi serta pengawasan atau penyetoran. Dari definisi di atas
dapat dikemukakan bahwa pemungutan merupakan keseluruhan aktivitas untuk
menarik dana dari masyarakat wajib retribusi yang dimulai dari himpunan data
dari objek dan subjek retribusi sampai pada pengawasan penyetorannya.

Dalam melaksanakan pemungutan retribusi parkir di Kota Bandar Lampung,
masih juga ditemukan berbagai hambatan dan kendala yang perlu mendapat
penanganan secara serius dari pihak yang terkait, yang di temukan. Dalam
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang perparkiran mengatur secara rinci
tempat jenis dan besarnya retribusi bagi jenis kendaraan, sekalipun jenis
kendaraan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun namun bukan ditemukan
data yang menunjukkan peningkatan penerimaan dari sektor perparkiran ini.

Dalam kaitan dengan uraian di atas, maka upaya yang harus di tempuh oleh
pengelola di bidang perparkiran pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

20

yaitu perlunya sistem pemungutan retribusi perparkiran di tata kembali dan
penataan daerah retribusi parkir di tepi jalan umum di tinjau kembali.

C. Tinjauan Tentang Retribusi Daerah

1. Pengertian Retribusi Daerah

Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang cukup memiliki andil dalam
pendapatan daerah yakni retribusi daerah. Sebab retribusi daerah merupakan
sumber penerimaan terbesar terhadap pendapatan asli daerah. Untuk memperoleh
gambaran tentang retribusi daerah, terlebih dahulu perlu diketahui apa penerimaan
retribusi itu sendiri, dan perlu juga dibedakan pengertian pajak dan retribusi.

Retribusi merupakan sumber penerimaan yang sudah umum bagi semua bentuk
Pemerintah Daerah, bahkan ada beberapa daerah menjadikan retribusi sebagai
sumber utama dari pendapatan daerahnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor
tahun 2004 yang perubahan dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah yang pada intinya mekanisme evaluasi retribusi
untuk daerah diatur dengan peraturan daerah masing-masing daerah yang
bersangkutan.

Pengertian Retribusi Daerah menurut Kunarjo (1996 : 17) adalah sebagai berikut :
“Retribusi adalah pemungutan uang, sebagai pembayaran pemakain atau
memperoleh

jasa

pekerjaan,

usaha

atau

milik

pemerintah

baik

yang

berkepentingan atau berdasarkan peraturan umum yang dibuat oleh Pemeritah
Kota Bandar Lampung”.

21

Definisi lain tentang Retribusi dikemukakan oleh Munawir yang di kutip oleh
Kaho (1997:153). Menurut beliau retribusi adalah: “Iuran kepada pemerintah yang
dapat dilaksanakan dan jasa yang baik secara langsung ditunjuk pemerintah.
Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak bersifat merasakan
jasa baik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran ini”.
Selanjutnya pengertian Retribusi Daerah menurut Panitia Nasrun Kaho
(1997:153) disebutkan bahwa : “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik
daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah
baik secara langsung maupun tidak langsung“.
“ Pengertian retribusi daerah kemudian di jelaskan kembali dalam undang–undang
tahun 18 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Eugenia, Muljono,
Liliawati (2001 ; 85), yaitu: “ Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atas pemberian izin tertentu
yang khusus di sediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri pokok
Retribusi Daerah :
1. Retribusi adalah pungutan daerah atas penyediaan jasa nyata dan langsung
kepada yang berkepentingan.
2. Wewenang atas pungutan retribusi adalah Pemerintah Daerah

22

3. Dalam pemungutan retribusi terdapat potensi yang diberikan daerah yang
langsung dapat ditunjuk.
4. Retribusi dikenakan pada siapa saja yang memanfaatkan atau menggunakan
jasa yang disediakan oleh pemerintah.

Menurut Undang-Undang No.18 tahun 1997 Pasal 2 ayat 2 disebut dengan
retribusi daerah tidak dimasukkan pembayaran yang dipungut oleh daerah sebagai
penyelenggara perusahaan atau usaha itu dianggap sebagai perusahaan. Dengan
demikian menjadi jelas bahwa tujuan dari retribusi daerah bukanlah mencari
keuntungan, karena yang ditentukan oleh hasil tersebut adalah untuk memelihara
atas kelangsungan pekerjaan, milik dan jasa masyarakat, disamping agar sarana
dan prasarana unit-unit jasa pelayanan dapat ditingkatkan dan dikembangkan
sebaik mungkin sesuai dengan perkembangan masyarakat serta perbedaan zaman.
Oleh karena itu, penentuan tarif retribusi yang berlaku pada suatu waktu
ditetapkan untuk mencapai maksud di atas, yang wajar sesuai dengan imbalan
yang diharapkan dapat mereka peroleh karena memakai jasa atau pelayanan yang
disediakn oleh pemerintah.

Agar lebih jelas perbedaan antara pajak dengan retribusi maka berikut ini di
kutip pengertian pajak oleh K. Subroto (1980 : 16) Pajak diartikan sebagai berikut
“Pajak adalah pungutan yang dilakukan pemerintah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang hasilnya dipergunakan untuk pembayaran pengeluaran
umum pemerintah, yang balas jasanya tidak secara langsung dapat diberikan
kepada pembayarannya dimana perlu dapat dipaksakan”.

23

Pendapat lain dikemukakan oleh Rochmat Soemitro (1983 : 12). “Pajak adalah
Iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan
dengan tidak mendapatkan imbalan jasa yang langsung dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum“.

Berdasarkan kedua pendapat di atas sudah terlihat jelas bahwa pajak dapat
dipaksakan dan tidak dapat dihindari. Berbeda dengan Retribusi yang tidak dapat
dipaksakan dan dapat dihindari.

2. Objek dan Golongan Retribusi

Objek Retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
dapat dipungut retribusinya namun hanya jasa-jasa tertentu yang menurut
pertimbangan sosial ekonomi layak untuk dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa
tertentu tersebut dikelompokkan dalam 3 golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha,
dan perizinan tertentu hal itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000
Pasal 18 ayat (1).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 jasa umum merupakan
retribusi atau jasa yang disediakan atau diberiakan oleh Pemerintah Daerah untuk
jasa yang berhubungan dengan tugas umum pemerintah dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

24

Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
c. Retribusi Pergantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Parkir Ditepi jalan Umum
e. Retibusi Pelayanan Pemekaran dan Penguburan Mayat
f. Retribusi Pelayanan Pasar
g. Retibusi Pemeliharaan Alat Pemadam Kebakaran
h. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
i. Retribusi Air Bersih
j. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP
k. Retribusi Pengujian Kapal perikanan

Selanjutnya Retribusi jasa usaha adalah retribusi yang di sediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan prinsip komersial karena pada dasarnya dapat
jugadisediakan oleh sektor swasta. Selanjutnya Retribusi jasa usaha adalah
retribusi yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip
komersial karena pada dasarnya dapat juga disediakan oleh sektor swasta.
Jenis –jenisnya terdiri dari ;
a. Retribusi Pasar atau Pertokoan.
b. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
c. Retribusi Tempat Penitipan Anak.
d. Retribusi Terminal.
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir.

25

f. Retribusi Penginapan / Persinggahan Villa.
g. Retribusi Penyedotan Kasus.
h. Retribusi Rumah Potong Hewan.
i. Retribusi Tempat pendaftaran.
j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Tempat Olaraga
k. Retribusi Penyebrangan Di atas Air
l. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair
m. Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah

Pada retribusi perizinan tertentu, mengingat fungsi perizinan dimaksud untuk
mengadakan pembinaan, pengaturan pengendalian dan pengawasan, maka pada
dasarnya pemberian izin pada Pemerintah Daerah tidak harus dipungut retribusi,
akan tetapi untuk melaksanakan fungsi tersebut. Pemda mungkin masih
kekurangan biaya yang tidak selalu dapat dicukupi dari sumber-sumber
penerimaan daerah, sehingga terhadap perizinan tertentu masih dipungut retribusi.

Jenis-jenis retribusi perizinan, terdiri dari :
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
b. Retribusi Izin Trayek.
c. Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah.
d. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.
e. Retibusi Izin Gangguan.
f. Retrbusi Izin Pengambilan Hasil Hutan.

26

Adapun tujuan dari pengelolaan jenis tarif retribusi ini dimaksudkan guna
menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif
retribusi. Jenis-jenis retribusi yang termasuk golongan jenis retribusi jasa umum,
jasa usaha dan retribusi perisinan tertentu di tetapkan dengan peraturan
pemerintah. Secara spesifik untuk jenis jenis pelaksanan retribusi yang di
usahakan dan dikelolah oleh dinas perhubungan kota Bandar Lampung, adalah
sebagai berikut :
a. Retribusi parkir di tepi jalan Umum dan Retribisi Tempat khusus Parkir
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang terminal
angkutan penumpang.Retribusi pengelolaan dan Retribusi Termina
b. Berdasarkan peraturan nomor 3 rahun 2000 tentang terminal angkutan
penumpang. Retribusi Izin Trayek Angkutan Kota
c. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3Tahun 2004 tentang Izin Usaha
Angkutan. Retribusi Pengujian Kendaran Bermotor
d. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 tentang pengujian kendaraan
bermotor

3. Tata cara pemungutan dan penagihan Retribusi
Berdasarkan Peraturan Walikota Tahun2012 Bab V Pasal 7 dan 8, tata
pemungutan retribusi ada 2 cara yakni:
a. Pemungutan dengan karcis
1) Wajib retribusi yang memarkirkan kendaraan di tempat parkir harus
membayar retribusi parkir yang telah ditetapkan kepada petugas juru
parkir.

27

2) Pemungutan retribusi pelayanan parkir dilakukan dengan mempergunakan
karcis dan kartu langganan yang telah di cap/ diforforasi oleh Pemerintah
Kota.
3) Juru parkir wajib memberikan karcis kepada wajib retribusi dan
menyetorkan hasilnya kepada petugas pengelola Wilayah Parkir pada hari
itu juga.
4) Bentuk, Warna, dan ukuran karcis sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
5) Petugas pengelola wilayah parkir setelah menerima setoran dari juru parkir
langsung menyetorkan kepada Bendaharawann Khusus Penerima UPT
Parkir denga menggunakan SSRD dalam waktu 1 kali 24 jam kemudian
Bendaharawan Khusus Penerima wajib menyetorkan hasil pungutan
Retribusi ke rekening Kas Daerah.
b. Pemungutan dengan Kartu Langganan Bulanan Parkir
1) Terhadap kendaraan bermotor yang intensits parkirnya cukup tinggi dapat
diberikan dispensasi oleh Walikota berupa kartu Langganan Bulanan
yang berlaku di seluruh Wilayah Kota Bandar Lampung kecuali Gedung
Parkir