Evaluasi Pemungutan Retribusi Parkir Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan ( Studi Pada Dinas Perhubungan Kota Medan )

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Ed. Rev. Cet. 12. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan M. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Djaalidan M Pudji. 2008. PengukurandalamBidangPendidikan. Jakarta: Grasindo.

Echols, John M dan Hassan Shadily. 2000. KamusInggris-Indonesia. Jakarta: GramediaPustakaUtama.

Kaho, Josef Riwu. 2007. Prospek Otonomi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.

Moleong, L J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Rajawali Pers.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Situmorang, Victor M dan Cormentyna Sitanggang. 1991. Aspek Otonomi Akta Catatan Sipil

di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.


(2)

Supriady, Bratakusumah Dedy dan Dadang Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada.

Umar, Husein. 2002. EvaluasiKinerja Perusahaan. Jakarta: GramediaPustakaUtama.

Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di

Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang dan Peraturan:

Perwal (Peraturan Walikota) No.50 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perda No.2 Tahun 2014 tentang Pajak Retribusi Perparkiran

Perda No.2 Tahun 2014 tentang Retribusi Daerah di Bidang Perhubungan

PP (Peraturan Pemerintah) Republik Indonesia No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

Undang-Undang No.30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No.12 Tahun 2008 tentang Perubahan atas UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No.12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No.18 Tahun 1991 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No.18 Tahun 1991 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


(3)

Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Jurnal-Jurnal :

Crawford, John. 2000. Ed. 2. Evaluation of Libraries and Information Services.London :Aslib, the association for information management and information management international.

Lababa, Djunaidi. 2008. EvaluasiProgram :SebuahPengantar.

<http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar.html >

Qomari, Rohmad. PengembanganInstrumenEvaluasi Domain Afektif.JurnalPemikiranAlternatifPendidikan. 13 (1). 2008 (1-15)

Salehuddin, Imam. 2009. Proposal EvaluasiProgram :Implementasi Program PembelajaranBerbasis E-Learning pada Mata KuliahManajemenSumberDayaManusia di DepartemenManajemenFakultasEkonomiUniversitas Indonesia.

<http://mhs.blog.ui.ac.id/imam.salehudin/2009/07/09/proposal-evaluasi-program- implementasi-program-pembelajaran-berbasis-e-learning-pada-mata-kuliah-manajemen-indonesia/>

Tague-Sutclife, J.M. “Some Perspective on the Evaluation of Information Retrieval System”, Journal of the American Society for Information Science, 47(1), 1996 :1-3.


(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif ( Saryono, 2010:1).

Sugiyono (2010:15) menyimpulkan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian yang dilakukan bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti atau penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri atau tunggal, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami Evaluasi Pemungutan Retribusi Parkir dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan

III.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Deskriptif, Terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana


(5)

adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya.

III.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Medan JL. KL. Yos Sudarso No.13 Pulo Brayan. Hal ini didasarkan karena instansi tersebut diberi kewenangan untuk melakukan pemungutan dan mengelola retribusi daerah salah satunya adalah retribusi parkir.

III.4 Informan Penelitian

Pada penelitian yang bersifat kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal dengan adanya populasi dan sampel ( Bagong Suyanto, 2005:171). Informan dalam penelitian ini adalah orang yang benar-benar tahu atau pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan ini harus banyak pengalaman tentang penelitian, serta dapat memberikan pandangannya tentang nilai-nilai, sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Dengan demikian penelitian ini memutuskan penggunaan teknik purposive sampling dimana secara berkesinambungan data dan informasi dikumpulkan melalui key informan hingga data dan informasi yang didapatkan mencapai titik kejenuhan. Dengan demikian proses pengumpulan data telah selesai dilakukan. Adapun yang menjadi key informan ialah Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan dan yang menjadi informan tambahan ialah Kepala Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan dan Pengawas Parkir yang sah.

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(6)

a. Teknik Pengumpulan Data Primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan atau lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data primer tersebut, peneliti menggunakan cara:

1. Wawancara Mendalam (Deep Interview)

Memperoleh data/informasi untuk penelitian dengan cara tatap muka. Peneliti mengadakan tanya jawab dengan para informan untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah pembahasan skripsi ini dalam hal melakukan wawancara digunakan pedoman pertanyaan yang disusun berdasarkan kepentingan masalah yang diteliti.

2. Pengamatan (Observation)

Penelitian dengan pengamatan langsung objek penelitian dengan melihat, dan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan mengenai topik penelitian (Bungin, 2007:116). Peneliti mengamati tentang bagaimana proses pemungutan retribusi parkir di Lapangan dengan mengidentifikasi Evaluasi Pemungutan Retribusi Parkir dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan

b. Data Sekunder:

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan.Data-data yang dikumpulkan merupakan data yang mempunyai kesesuaian dan kaitan dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan.Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara :


(7)

Penelitian kepustakaan merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan menggunakan dan mempelajari literatur buku-buku kepustakaan yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi dan teori-teori yang berhubungan erat dengan permasalahan. Studi kepustakaan bersumber pada laporan-laporan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, skirpsi, buku, surat kabar, majalah.

III.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara mengolah data yang telah diperoleh untuk kemudian dapat memberikan suatu jawaban atau kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) sebagaimana dikutip Moleong (2006) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam membahas tentang analisis data dalam penelitian kualitatif, Huberman dan Miles mengajukan model analisis data yang disebutnya model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari


(8)

catatan-catatan tertulis di lapangan. Tentu saja proses reduksi data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga selain meringankan kerja peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada. Jika hal tersebut telah dilakukan data akan secara mudah dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang telah dibuat oleh peneliti. Reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting dalam penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mencari data selanjutnya.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti memahami data yang diperoleh selama penelitian dibuat dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan atau dalam bentuk tabel.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah usaha penarikan arti data yang telah ditampilkan, sesuai sejauh mana pemahaman peneliti daninterpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema-tema yang sama, pengelompokan dan pencarian kasus negatif (kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang).


(9)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Gambaran Umum Kota Medan

IV.1.1 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan adalah ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak di garis 3°35’LU - 3,583°LU dan 98°40’ BT – 98,667° BT dengan Luas wilayah 265,10 Km² (26.510 Hektare) yang merupakan 3,6 % dari total keseluruhan luas wilayah daerah Sumatera Utara (www.pemkomedan.go.id/ diakses pada tanggal 24 Juni 2015 Pukul 21:43 WIB).

Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli serdang di bagian barat dan timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis inilah yang menyebabkan kota Medan relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, kota Medan juga memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun internasional (ekspor-impor). Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun, dan suhu udara di kota Medan berada pada suhu maksimum 32,4oC dan minimum 24oC.

Kota Medan memiliki 21 Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Perjuangan,


(10)

Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Belawan, dan Kecamatan Medan Kompas serta terdiri dari 151 Kelurahan.

IV.1.2 Keadaan Demografis

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Komposisi penduduk Kota Medan yang dapat dilihat dari keanekaragaman kesukuan yaitu terdiri dari Suku Batak, Jawa, Tionghoa, Aceh, Mandailing, Minangkabau, Melayu, Karo, Sunda, Tamil. Total populasi penduduk Kota Medan adalah 2.122.804 jiwa, yaitu populasi laki-laki sebanyak 1.047.875 jiwa dan perempuan sebanyak 1.074.929 jiwa (BPS, 2012). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/ km².

Tabel IV.1

Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Medan Tuntungan 39.887 42.155 82.042

2. Medan Johor 62.005 63.908 125.913

3. Medan Amplas 57.615 58.612 116.227

4. Medan Denai 71.374 70.627 142.001

5. Medan Area 47.802 48.873 96.675

6. Medan Kota 35.236 37.449 72.685

7. Medan Maimun 19.422 20.243 39.665

8. Medan Polonia 26.321 27.231 53.552

9. Medan Baru 17.574 22.003 39.557

10. Medan Selayang 49.266 51.189 100.455 11. Medan Sunggal 55.425 57.542 112.967


(11)

12. Medan Helvetia 71.211 74.308 145.519 13. Medan Petisah 29.371 32.484 61.855

14. Medan Barat 34.748 36.164 70.912

15. Medan Timur 52.629 56.163 108.792

16. Medan Perjuangan 45.167 48.359 93.526 17. Medan Tembung 65.417 68.424 133.841

18. Medan Deli 86.482 84.449 170.931

19. Medan Labuhan 57.333 55.309 112.642 20. Medan Marelan 74.673 72.645 147.318 21. Medan Belawan 48.917 46.792 95.709

Kota Medan 1.047.875 1.074.929 2.122.804

Sumber : Kota Medan dalam angka 2013, BPS Kota Medan

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Jawa dan BatakToba. Adapun etnis asli kota Medan adalah Melayu dan Karo. Di Medan banyakpula orang keturunan India dan Tionghoa. Medan salah satu kota di Indonesiayang memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja danvihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jalan ZainulArifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukimanorang keturunan India.Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkankelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas danpersebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yangoptimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengandaya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk


(12)

yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosialyang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupunsebaliknya.

Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesialainnya yaitu pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak,perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang sertapengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan. Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural, menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

IV.1.3 Pemerintahan

Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:


(13)

Gambar IV.1 Bagan Organisasi Pemerintahan Kota Medan

Sumber : Website Pemerintah Kota Medan (www.pemkomedan.go.id) diakses pada 24 Juni 2015

Administrasi pemerintahan Kota Medan pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2001 lingkungan. Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima sifat, yaitu:

1. Pemberian pelayanan,

2. Fungsi pengaturan (penetapan Perda), 3. Fungsi pembangunan,

4.Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah Provinsi/Pusat), 5. Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan dua bidang urusan yaitu :

1. Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh dinas – dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum), dan


(14)

a. Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan DewanPerwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagi Badan LegislatifKota.

b. Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakupdalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yangdiselenggarakan oleh Walikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggiBadan Eksekutif Kota.

Berdasarkan fungsi dan kewenangan tersebut, Walikota Medan (pimpinan Eksekutif tertinggi) membawahi seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.

IV.2 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Medan

IV.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan

Adapun tugas pokok Dinas Perhubungan Kota Medan adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perhubungan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Selain tugas di atas, Dinas Perhubungan Kota Medan juga memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan;

2.Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang perhubungan;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perhubungan;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya (termasuk parkir di dalamnya). Hal ini dikarenakan, untuk


(15)

pengalihan pengelolaan retribusi parkir baru-baru saja dialihkan tanggal 1 Januari 2011 kepada Dinas Perhubungan Kota Medan.

IV.2.2. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Medan

Adapun visi dari Dinas Perhubungan Kota Medan adalah untuk meningkatkan sistem gerakan/aktivitas perhubungan yang handal dan berkemampuan tinggi yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi,

politik, sosial budaya serta mampu berperan sebagai penunjang, penggerak dan pendorong pembangunan Kota Medan.

Misi dari Dinas Perhubungan Kota Medan adalah:

1. Peningkatan kualitas pengelolaan dan pelayanan sebagai pilar pembentuk citra dalam pengelolaan perhubungan di Kota Medan.

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (pemerintah, masyarakat, dan swasta) sebagai pilar pelaku utama pembentuk kesuksesan penyelenggaran perhubungan di Kota Medan.

3. Peningkatan kualitas sistem gerakan/aktivitas perhubungan sebagai pilar pembentuk daya tarik, daya kesan, daya saing, daya pikir dan daya layanan yang handal yang menjadikan Kota Medan aman, tertib, dan lancar (pelayanan parkir di dalamnya).

IV.2.3. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan

Untuk memperlancar dan mengatur pelaksanaan tugasnya, kantor Dinas Perhubungan Kota Medan juga membuat struktur organisasi sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang baik dan garis komando yang jelas antara pimpinan dengan


(16)

bawahan. Dengan adanya struktur organisasi ini maka pembagian tugas dan fungsi masing-masing bagian menjadi lebih jelas sehingga memudahkan pengawasan pekerjaan karena memberikan penjelasan tentang batasan wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian.

Dinas Perhubungan Kota Medan saat ini dijalankan oleh unsur Pejabat Struktural dan Staf ditambah Pegawai Honorer (Pegawai Harian Lepas) guna mendukung tugas pokok dan fungsi sesuai dengan yang telah diamanatkan oleh Peraturan Walikota Medan.

Struktur organisasi yang digunakan oleh Dinas Perhubungan Kota Medan adalah bentuk organisasi garis di mana bentuk tersebut menggunakan sistem koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung. Pihak bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

Adapun susunan organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan berdasarkan Keputusan Walikota Medan, terdiri dari:

1. Dinas

2. Sekretariat, membawahi:

a. Sub Bagian Umum;

b. Sub Bagian Keuangan;

c. Sub Bagian Penyusunan Program.

3. Bidang Teknik Aparatur Angkutan Darat, membawahi:

a. Seksi Teknis Perbengkelan Karoseri;


(17)

c. Seksi Pengembangan Teknik Terminal;

4. Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat, membawahi:

a. Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas;

b. Seksi Angkutan Darat;

c. Seksi Pengendalian dan Ketertiban.

5. Bidang Hubungan Laut dan Udara, membawahi:

a. Seksi Kepelabuhan dan Kebandarudaraan;

b. Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Laut;

c. Seksi Penunjang Keselamatan Pelayaran;

6. Bidang Perparkiran, membawahi:

a. Seksi Parkir Khusus;

b. Seksi Parkir Harian Wilayah I;

c. Seksi Parkir Harian Wilayah II.


(18)

Gambar IV.2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan

Sumber : Website Dinas Perhubungan Kota Medan ( www.dishub.pemkomedan.go.id) diakses pada tanggal 6 Oktober 2015


(19)

IV.2.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang perhubungan berdasarkan asas otonomi pembantuan dan menyelenggarakan pelaksanaan fungsi perhubungan di bidang perumusan kebijakan teknis, pelayanan dan perijinan bidang perhubungan, pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perhubungan.

Uraian tugas dan kegiatan Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan yaitu:

a. perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan,

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang perhubungan,

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perhubungan,

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretaris

Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Medan menyelenggarakan tugas-tugas administrasi umum, keuangan dan penyusunan program sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kesekretariatan di lingkungan SKPD. Tujuan jabatan sekretaris adalah menyediakan pelayanan administrasi perkantoran


(20)

pengelolaan keuangan dan penyusunan program dalam rangka mendukung penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD.

Uraian tugas dan kegiatan sekretaris yaitu:

a. penyusunan rencana kerja kesekretariatan,

b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program SKPD,

c. penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan dan kerumahtanggaan SKPD,

d. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan dengan merumuskan rencana pengembangan sumber daya aparatur, kelembagaan dan ketatalaksanaan serta meneruskannya kepada atasan untuk mendapat pertimbangan dan persetujuan.

Adapun tugas dan fungsi dari Sub Bagian yang berada di bawah Sekretariat antara lain:

1) Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Kepala Sub Bagian Umum DISHUB Kota Medan melaksanakan dan menyelenggarakan sebagian tugas Sekretariat yaitu di bidang administrasi kepegawaian dalam rangka mendukung tugas-tugas SKPD. Tujuan jabatan dari Kepala Sub Bagian Umum ini adalah untuk menyediakan pelayanan administrasi umum, kebutuhan prasarana dan sarana kantor,


(21)

administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan serta kerumahtanggaan SKPD.

2) Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Kepala Sub Bagian Keuangan DISHUB Kota Medan menyelenggarakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan dalam rangka mendukung penyelenggaraan tugas-tugas SKPD. Tujuan jabatannya adalah menyediakan pelayanan administrasi keuangan SKPD.

3) Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Kepala Sub Bagian Penyusunan Program DISHUB Kota Medan melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan SKPD. Tujuan jabatannya adalah untuk melaksanakan tugas penyusunan rencana program kegiatan Dinas, evaluasi dan pengendalian serta evaluasi dan pelaporan program kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Medan.

3. Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat

Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat dipimipin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Kepala Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat


(22)

menyelenggarakan sebagian tugas dan fungsi Dinas lingkup teknik perbengkelan karoseri, pengembangan teknik pengujian bermotor dan pengembangan teknik terminal. Tujuan jabatannya adalah menyediakan proses pemberian surat ijin gangguan bukan industri dan pengelolaan terminal yang bukan unit pelaksana teknis dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD.

Adapun uraian tugas dan kegiatan Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat yaitu:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang teknik sarana dan prasarana angkutan darat,

b. penyusunan petunjuk teknis perbengkelan karoseri, pengembangan teknik pengujian kendaraan bermotor, dan pengembangan teknik terminal,

c. pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup bengkel umum kendaraan bermotor, usaha mendirikan pendidikan dan latihan mengemudi,

d. pengkoordinasian kegiatan di bidang pelayanan dan pengembangan terminal,

e. pelaksanaan kegiatan pengelolaan terminal yang bukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas,

f. pelaksaaan pembinaan dan pengawasan lingkup bidang sarana dan prasarana angkutan darat,


(23)

g. penyiapan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang sarana dan prasarana angkutan darat,

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun Seksi yang berada di bawah Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat, antara lain:

1) Seksi Teknik Perbengkelan dan Karoseri

Seksi Perbengkelan dan Karoseri dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat. Seksi Teknik Perbengkelan dan Karoseri menyelenggarakan pelayanan proses pemberian surat ijin gangguan bukan industri lingkup teknik perbengkelan karoseri dan kegiatan lain yang mendukung penyelenggaraan tugas-tugas bidang teknik sarana dan prasarana angkutan darat. Tujuan jabatannya adalah melaksanakan pelayanan proses pemberian surat ijin gangguan bukan industri lingkup teknik perbengkelan karoseri.

2) Seksi Pengembangan Teknik Pengujian Kendaraan Bermotor Seksi Pengembangan Teknik Pengujian Kendaraan Bermotor dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat.

3) Seksi Pengembangan Teknik Terminal Dinas Perhubungan Kota Medan


(24)

Seksi Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat. Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Teknik Sarana dan Prasarana Angkutan Darat lingkup Pengembangan Teknik Terminal. Tujuan jabatannya adalah melaksanakan pelayanan Seksi Pengembangan Teknik Terminal.

4. Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat Dinas Perhubungan Kota Medan

Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat menyelenggarakan tugas-tugas angkutan darat, manajemen dan rekayasa lalu lintas dan pengendalian dan ketertiban sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bidang lalu lintas dan angkutan darat di lingkungan Dinas Perhubungan Kota Medan.

Tujuan jabatan dari bidang ini adalah untuk menyediakan pelayanan dan administrasi serta penyediaan data dan informasi dan bahan penyusunan rencana dan pelaksana kegiatan dan program dalam rangka mendukung penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan. Uraian tugas dan kegiatan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat yaitu:

a. penyusunan Rencana Kerja Angkutan Darat, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan Pengendalian dan Ketertiban,

b. pelaksanaan proses dan pelayanan perijinan angkutan darat, manajemen dan rekayasa lalu lintas dan pengendalian dan ketertiban,


(25)

c. pelaksanaan evaluasi penyusunan rencana kerja, pelayanan serta pengawasan dan pengendalian di bidang angkutan darat, manajemen dan rekayasa lalu lintas dan pengendalian dan ketertiban;

d. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Adapun Seksi yang berada di bawah Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat antara lain:

1) Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat. Tujuan jabatan dari Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah untuk merencanakan dan menyusun program kerja di Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dalam rangka mendukung penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan.

2) Seksi Angkutan Darat Dinas Perhubungan Kota Medan

Seksi Angkutan Darat dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat. Seksi Angkutan Darat mengacu pada arti dari angkutan yaitu perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 3) Seksi Pengendalian dan Ketertiban Dinas Perhubungan Kota Medan


(26)

Kepala Seksi Pengendalian dan Ketertiban Dinas Perhubungan Kota Medan menyelenggarakan tugas-tugas penyiapan rencana, program, menyusun bahan petunjuk teknis, mengumpulkan, mengelola data lingkup pengendalian ketertiban dan penyiapan bahan data proses perijinan penggunaan jalan serta monitoring dan evaluasi. Tujuan jabatannya adalah membantu tugas Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Darat dalam hal menyediakan pelayanan lingkup pengendalian dan ketertiban Dinas Perhubungan Kota Medan.

5. Bidang Perhubungan Laut dan Udara

Bidang Perhubungan Laut dan Udara mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kepelabuhan, kebandarudaraan, lalu lintas, angkutan laut, dan penunjang keselamatan pelayaran, di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Tujuan jabatannya adalah untuk menyediakan rancangan rencana pekerjaan di Bidang Perhubungan Laut dan Udara.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Perhubungan Laut dan Udara;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis kepelabuhan dan kebandarudaraan, lalu lintas dan angkutan laut dan penunjang keselamatan pelayaran;

c. pelaksanaan proses perijinan, rekomendasi, dan pelayaran lainnya lingkup kepelabuhan, kebandarudaraan, lalu lintas dan angkatan laut, dan penunjang keselamatan pelayaran meliputi Surat Ijin Berlayar


(27)

(SIB), ijin kegiatan pengerukan kegiatan relamasi, ijin kegiatan pengerukan di wilayah

perairan pelabuhan khusus lokal, ijin usaha pelayaran rakyat, ijin usaha perusahaan angkutan laut dan lainnya sesuai dengan urusan Pemerintah Kota.

d. pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian lingkup kepelabuhan, kebandarudaraan, lalu lintas dan angkatan laut, dan penunjang keselamatan pelayaran;

e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang perhubungan laut dan udara;

Adapun tugas dan fungsi dari Seksi yang berada di bawah Bidang Perhubungan Laut dan Udara antara lain:

1) Seksi Kepelabuhan dan Kebandarudaraan

Seksi Kepelabuhan dan Kebandarudaraan dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perhubungan Laut dan Udara. Seksi Kepelabuhan dan Kebandarudaraan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian lingkup kepelabuhan dan kebandarudaraan pada Dinas Perhubungan Kota Medan. Tujuan jabatannya adalah untuk menyusun program kerja di kepelabuhan dan kebandarudaraan.

2) Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Laut

Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Laut dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perhubungan Laut dan Udara. Seksi Lalu Lintas Laut dan Udara mempunyai tugas pokok bidang perhubungan laut dan udara


(28)

lingkup lalu lintas dan angkutan laut. Tujuan jabatannya adalah merencanakan program kerja di bidang lalu lintas dan angkutan laut. 3) Seksi Penunjang Pelayaran

Seksi Penunjang Pelayaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perhubungan Laut dan Udara. Seksi Penunjang Pelayaran melaksanakan sebagian tugas bidang perhubungan laut. Tujuan jabatannya adalah untuk menyiapkan perencanaan, program, dan kegiatan pada Seksi Penunjang Keselamatan Pelayaran.

6. Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan

Bidang Perparkiran dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Perparkiran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup Parkir Khusus dan Parkir Harian dan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang perparkiran dengan cara menyusun rencana program dan kegiatan di Bidang Perparkiran dengan sistem evaluasi tugas

b. dan program seluruh hasil kerja staf Perparkiran DISHUB Kota Medan;

c. penyusunan petunjuk teknis lingkup perparkiran dengan menyusun petunjuk teknis lingkup perparkiran mulai dari Parkir Khusus, Parkir Harian Wilayah I dan Parkir Harian Wilayah II di Kota Medan yang dibantu dengan tiga Kepala Seksi;


(29)

d. pelayanan perparkiran untuk tempat umum dan tempat khusus dengan cara meningkatkan pelayanan perparkiran untuk tempat umum dan khusu dengan mengoptimalkan seluruh petugas parkir di lapangan mulai dari pengawas dan juru parkir menyangkut pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa parkir;

e. pelaksanaan proses pemberian ijin penyelenggaraan dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum dengan cara mempercepat pelaksanaan proses pemberian ijin ataupun bagi pegawai atau tenaga honorer yang mengurus Surat Perintah Tugas (SPT) dan meningkatkan penyelenggaraan perparkiran di lapangan sesuai dengan lokasi tugas masing-masing dan memberikan fasilitas pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa parkir;

f. pengoperasian fasilitas parkir untuk umum dan jalan kota dengan cara membuat fasilitas parkir untuk umum dan jalan kota dengan memasang Traficon untuk pembatas jalan agar mudah kendaraan untuk diparkirkan di badan jalan;

g. pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian lingkup parkir dengan cara melakukan pembinaan suatu pengawasan di lingkungan parkir Kota Medan dengan cara langsung turun ke lapangan untuk memberikan arahan kepada juru parkir agar bertugas dan membuat parkir resmi di lapangan dan melakukan pengawasan pelaksanaan tugas juru parkir di lapangan;


(30)

h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang perparkiran dengan cara melaksanakan monitoring ke lapangan atau kinerja petugas di lapangan yaitu mulai dari tugas juru parkir dan pengawas yang harus bertugas setiap hari di lapangan dan memeriksa penyetoran setiap harinya sesuai dengan target yang telah ditetapkan di dalam Surat Ijin maupun Surat Perintah Tugas;

i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas fungsinya dengan cara melaksanakan tugas diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan fungsinya yaitu menghadiri rapat yang diperintahkan ke Kepala Dinas Perhubungan dan melakukan pembinaan serta menandatangani DP3 bagi PNS dalam melaksanakan tugas setiap harinya Kepala Bidang Perparkiran dibantu oleh tiga Kepala Seksi yaitu Kepala Seksi Parkir Khusus, Kepala Seksi Parkir Harian Wilayah I dan Kepala Seksi Parkir Harian Wilayah II, serta dibantu oleh staf umum untuk urusan kepegawaian, tata usaha dan oleh satu orang bendahara pembantu yang bertugas menerima setoran retribusi parkir dan sekaligus menyetorkan ke Kas Pemerintah Kota Medan melalui Bendahara Dinas Perhubungan Kota Medan. Adapun tujuan jabatannya adalah menyiapkan rencana kerja di Bidang Perparkiran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD.

Uraian tugas dan kegiatan dari Bidang Perparkiran adalah: a. penyusunan rencana kerja di bidang perparkiran:


(31)

1. mengumpulkan dan menyusun data informasi sebagai bahan untuk rencana kerja di bidang perparkiran;

2. mempelajari dasar-dasar penyelesaian tugas di bidang perparkiran;

3. merumuskan kebutuhan dan dukungan prasarana dan sarana penyusunan program Bidang Perparkiran di Kota Medan; 4. menyusun rencana kerja tahunan Bidang Perparkiran;

5. mengajukan rancangan kerja Bidang Perparkiran kepada Kepala Dinas Perhubungan untuk mendapat koreksi atau persetujuan;

b. pelaksanaan kegiatan perencanaan Perparkiran di Kota Medan, antara lain:

1. merumuskan kebutuhan data dan informasi relevan di Bidang Perparkiran;

2. mengumpulkan data informasi suatu peningkatan PAD Kota Medan;

3. melaksanakan tugas lanjut hasil rapat koordinasi kerja berdasarkan petunjuk atasan.

c. melaksanakan monitoring evaluasi pendapatan retribusi parkir untuk pelaksanaan target PAD Kota Medan, antara lain:

1. melaksanakan monitoring dan evaluasi target setiap lokasi parkir;

2. menyusun akuntabilitas kinerja di bidang parkir untuk dilaporkan Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan;


(32)

d. pelaksanaan koordinasi penyelesaian tugas SKPD, antara lain:

1. mewakili pelaksanaan tugas-tugas Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan berdasarkan persetujuan tertulis atasan;

2. melaporkan pelaksanaan tugas-tugas kepada atasan;

3. mengendalikan pelaksanaan penyusunan rencana dan evaluasi kerja.

e. pelaksanaan pembinaan pengawasan dan pengendalian pengelolaan di Bidang Perparkiran Kota Medan, antara lain:

1. membimbing bawahan untuk meningkatkan retribusi dan prestasi kerja;

2. memantau pelaksanaan disiplin kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

3. menandatangani DP3 bawahan, serta memberikan peringatan kepada bawahan yang menyangkut pelanggaran disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Hasil kerja Bidang Perparkiran antara lain:

a. rancangan rencana kerja tahunan bidang perparkiran; b. laporan implementasi pelaksanaan tugas bidang parkir; c. rancangan hasil tindak lanjut tugas-tugas lain;

d. meningkatkan motivasi dan prestasi kerja bidang parkir; e. meningkatkan disiplin bawahan.


(33)

Adapun tugas dan fungsi dari Seksi yang berada di bawah Bidang Perparkiran antara lain:

1) Seksi Parkir Khusus

Seksi Parkir Khusus dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perparkiran. Seksi Parkir Khusus mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Perhubungan dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perparkiran. Seksi Parkir Khusus dalam melaksanakan tugas pokok dan kegiatan antara lain:

Tugas dan kegiatan Seksi Parkir Khusus adalah:

a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan parkir khusus;

b) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup parkir khusus;

c) penyiapan bahan dan data pelaksanaan pelayanan di Bidang Perparkiran Khusus dan pemberian ijin penyelenggaraan parkir di tempat-tempat khusus;

d) pelaksanaan proses perijinan penyelenggaraan parkir di tempat-tempat khusus;

e) penyiapan bahan dan data pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian lingkup parkir khusus;

f) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;


(34)

g) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan.

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan:

a) menerima tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan secara tertulis;

b) mempelajari tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Perparkiran Dinas Perhubugan Kota Medan;

c) meneruskan pelaksanaan tindak lanjut dari tugas-tugas lain yang diberikan;

d) menugaskan pelaksanaan untuk mempersiapkan rumusan parkir. Uraian tugas dan kegiatan dari Kepala Seksi Parkir Khusus adalah:

a) mengumpulkan dan menyusun data mengevaluasi tunggakan retribusi penyetoran parkir;

b) penyiapan rencana, program dan kegiatan parkir khusus;

c) penyiapan bahan data pelaksanaan pelayanan Bidang Parkir Khusus, pemberian ijin penyelenggaraan parkir di tempat-tempat khusus.

2. Seksi Parkir Harian Tepi Jalan (Wilayah I)

Seksi Parkir Harian Tepi Jalan (Wilayah I) Bidang Perparkiran bertugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Perhubungan dan


(35)

bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perparkiran lingkup parkir harian tepi jalan (wilayah I).

Adapun tugas dan kegiatan Seksi Parkir Harian Tepi Jalan (Wilayah I), antara lain:

a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan parkir tepi jalan;

b) penyusunan bahan petunjuk lingkup parkir tepi jalan Wilayah I;

c) penyiapan bahan dan data pelaksanaan pelayanan di bidang perparkiran dan pemberian izin penyelenggaraan parkir di tepi jalan umum (Wilayah I);

d) pelaksanaan proses perizinan penyelenggaran parkir di tepi jalan umum (Wilayah I)

e) penyiapan bahan dan data pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian perparkiran;

f) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan.

Adapun uraian tugas dan kegiatannya adalah:

a) mengumpulkan, menyusun data dan mengawasi tunggakan retribusi penyetoran parkir;


(36)

b) penyiapan rencana, program dan kegiatan parkir (penataan parkir;

c) penyiapan bahan data pelaksanaan pelayanan parkir tepi jalan umum, pemberian izin penyelenggaraan parkir di tepi jalan umum (Wilayah I).

3. Seksi Parkir Harian Tepi Jalan (Wilayah II)

Seksi Parkir Harian Tepi Jalan (Wilayah II) Bidang Perparkiran dalam tanggung jawab, wewenang, uraian kegiatan dan tugasnya sama dengan Seksi Parkir Harian Tepi Jalan (Wilayah I), hanya saja dibedakan oleh wilayah atau area kerjanya.

7. Unit Pelaksanaan Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksanaan Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.


(37)

BAB V

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi dari data yang diperoleh melalui penelitian dilapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang telah disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan yang hendak dijawab dalam bab ini adalah Bagaimana Evaluasi Pemungutan Retribusi Parkir Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan?

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen dari Dinas Perhubungan Kota Medan seperti Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Kepala Bidang Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan dan Pengawas Parkir yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah informan kunci yaitu Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan dan informan tambahan yaitu Kepala Bidang Perparkiran dan Pengawas Parkir (Jalan Yos Sudarso).

Data-data tersebut berupa pernyataan dari para informan mengenai permasalahan penelitian skripsi ini. Sedangkan data-data sekunder didapatkan dari studi kepustakaan dan karya-karya ilmiah yang ada serta dokumen-dokumen yang didapat dari lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih dua minggu di lokasi penelitian, tepatnya di Kantor Lurah Sekip

Berikut ini akan disajikan hasil pengumpulan data yang dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Medan:


(38)

1. Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan yaitu Bapak Renward Parapat, ATD, MT

a. Menurut anda, apakah hasil yang telah dicapai selama ini sudah dapat dikatakan memuaskan?

Jika patokan memuaskan disini adalah tercapainya target pemungutan retribusi parkir maka untuk beberapa tahun terakhir belum memuaskan.

b. Lalu menurut bapak, apa yang menjadi kendala tidak tercapainya target yang telah ditentukan?

Pada dasarnya banyak hal-hal yang menjadi kendala dalam pencapaian target retribusi parkir. Namun kurangnya pengawasan dilapangan terhadap juru parkir dan pengelola parkir sehingga sering terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan Dinas Perhubungan Kota Medan menjadi factor yang sangat berpengaruh.

c. Apa solusi terbaik untuk menangani kendala tersebut?

Sudah jelas memperketat pengawasan menjadi solusi. Namun kami tidak dapat bekerja sendiri mengawasi semuanya. Maka kami berharap partisipasi dari masyarakat yang aktif membantu kami. Jika melihat kejanggalan dan kurang beres dalam pengelolaan parkir tersebut

d. Apakah solusi tersebut sudah pernah dijalankan?

Karena permasalahan ini bukan masalah yang baru maka kami sudah melakukan evaluasi dan perbaikan. Termasuk telah mencoba memperketat pengawasan. Namun kembali lagi seperti yang sudah saya katakana bahwa mustahil bagi Dinas Perhubungan untuk bekerja sendiri tanpa masyarakat aktif.


(39)

Memang belum ada perubahan yang signifikan. Karena kendala yang dihadapi tidak hanya satu kemudian sudah dapat dikatakan selesai. Tapi kami selalu berusaha untuk bertanggung jawab atas target yang telah ditentukan

2. Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Perparkiran Kota Medan yaitu Bapak Sahat Parulian Tambunan, SE

a. Apa yang menjadi dasar diperbaharuinya tarif parkir?

Besar tarif parkir kota Medan masih kecil dibandingkan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Sehingga tidak sebanding dengan pengeluaran dari pengelola seperti untuk pemeliharaan atau perbaikan. Dengan penyesuaian tarif parkir baru, maka pemasukan dari retribusi parkir juga akan meningkat. Tapi yang menentukan perubahan naiknya tarif parkir bukanlah Dinas Perhubungan tetapi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah lewat rapat. Kami hanya menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya

b. Mengingat sudah diperbaharuinya tarif parkir maka apakah target retribusi parkir juga akan dinaikkan?

Tentu saja, kedua hal tersebut memang harus sejalan. Karena angka tariff parkir juga menjadi factor penentuan target retribusi parkir

c. Apakah system pemungutan retribusi parkir selama ini sudah baik?

Sebagian besarnya system yang berjalan di lapangan sesuai dengan ketentuan dari Dinas Perhubungan Kota Medan. Tapi memang tidak dapat dipungkiri masih saja ada kecurangan-kecurangan yang terjadi dilapangan. Itu menjadi tugas dari pengawas parkir yang telah ditunjuk secara sah oleh Dinas Perhubungan Kota Medan

d. Apakah bidang perparkiran selalu melakukan evaluasi berkala terhadap kinerjanya?


(40)

Evaluasi menjadi tugas dan kewajiban setiap bidang untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian hal nya juga bidang perparkiran yang ingin lebih baik lagi maka senantiasa mengevaluasi kinerja seluruh rantai kepegawaiannya. Setiap tahun akan melakukan evaluasi berkala.

3. Hasil wawancara dengan Bapak sebagai Pengawas Parkir sah yang diangkat Dinas Perhubungan Kota Medan yaitu Bapak Jansen Hasibuan

a. Jalan apa saja yang masuk dalam daerah pengawasan Bapak?

Mulai dari Jalan Amir Hamzah sampai ke Merak Jingga

b. Apa yang menjadi tugas Bapak sebagai pengawas parkir?

Saya dapat mengajukan calon juru parkir dan menggantikannya jika dianggap kinerjanya tidak baik. Saya juga bertugas mengutip hasil retribusi parkir tepi jalan yang menjadi daerah pengawasan saya yang kemudian akan saya setor ke DISHUB

c. Apakah proses penyetoran dari juru parkir sudah berjalan dengan lancar?

Penyetoran hampir selalu lancar di daerah pengawasan saya. Karena daerah saya merupakan kawasan wilayah I yang berarti jumlah kendaraannya banyak. Namun daerah lain ada yang terhambat di jumlah yang disetor tidak sesuai dengan yang seharusnya.

d. Apakah anda tahu kendala mengapa jumlah yang disetor bisa tidak sesuai dengan minimal setoran yang seharusnya?

Ada kerjasama dengan pengawas parkir yang menjadi pengutip setoran yang dilakukan juru parkir. Lagipula tidak ada ganjaran jika tidak tercapai sehingga sering sepele


(41)

BAB VI

ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dianalisa semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang sudah disajikan dalam bab terdahulu. Adapun analisa yang dilakukan adalah dengan analisa deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informan data tersebut sesuai dengan fokus kegiatan penelitian.

Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara mendalam (depth interview) dengan informan, studi dokumentasi maupun catatan-catatan penulis sewaktu melakukan penelitian selama di lapangan, maka dapat diberikan suatu analisa tentang Evaluasi pemungutan retribusi parkir dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah kota Medan.

Adapun hasil penelitian tersebut terbagi dalam sub bagian analisis berikut ini:

VI.1 Pengelola Parkir, Pengawas Parkir dan Juru Parkir

Sesuai dengan PERDA Kota Medan No. 2/2014 tentang Retribusi Daerah dibidang Perhubungan maka pada pelaksanaan di lapangan, yang diberikan wewenang untuk menjadi pengelola perparkiran Kota Medan adalah Dinas Perhubungan Kota Medan yang sebelumnya dari tanggal 1 Januari 2011 dipegang oleh pihak ketiga (masyarakat). Dalam hal ini, terdapat kejanggalan karena semua hal yang berkaitan dengan retribusi parkir diserahkan sepenuhnya kepada Dinas Perhubungan berkaitan pemungutan langsung yang seharusnya menjadi tugas Dinas Pendapatan Daerah berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah.

Bila DKI Jakarta dijadikan sebagai perbandingan, untuk pajak dan retribusi parkir keduanya dibawah wewenang dan tanggung jawab Dinas Pendapatan Daerah.


(42)

Dengan ditetapkannya Dinas Perhubungan (DISHUB) Kota Medan sebagai pengelola perparkiran Kota Medan maka DISHUB Kota Medan juga yang menetapkan petugas yang menjadi pengawas perparkiran kota Medan yang saat ini sudah lebih diperketat pengangkatannya dengan adanya Surat Tugas resmi dari DISHUB langsung kepada pengawas perparkiran. Berbeda dengan sebelumnya, yang menjadi pengawas perparkiran hanya melalui mandat saja oleh preman (pihak ketiga) dan sudah pasti dana retribusi parkir belum jelas penyetorannya ke kas daerah. Setiap pengawas parkir yang resmi, namanya dan nomor pegawainya telah resmi terdaftar di DISHUB. Dari data terakhir per bulan Maret 2013, pengawas parkir yang terdaftar di Dinas Perhubungan ada sebanyak 768 orang. Setiap pengawas parkir umumnya mengawasi radius dua sampai tiga kilometer panjang jalan, dengan lokasi titik parkir sekitar sepuluh sampai dua puluh titik parkir.

Untuk lokasi titik parkir yang baru, biasanya pengawas parkir membuat surat permohonan titik lokasi tepian jalan umum yang akan dijadikan objek retribusi parki kepada DISHUB, kemudian nantinya akan diserahkan diserahkan kepada Kepala Bidang Perparkiran, dilakukan tinjauan lapangan dan bila dinilai memiliki potensi untuk dijadikan objek retribusi parkir, maka akan dikeluarkan ijinnya.

Pengajuan pengangkatan juru parkir (jukir) dilakukan oleh pengawas parkir selaku penanggung jawab ke DISHUB dan nantinya akan dikeluarkan Surat Tugas disertai dengan Kartu Tanda Pengenal Juru Parkir yang menandakan bahwa juru parkir tersebut sudah resmi terdaftar nama dan nomor pegawainya di DISHUB sebagai juru parkir. Kendala yang umumnya terjadi di lapangan adalah penerbitan Kartu Tanda Pengenal Juru Parkir yang lamban oleh DISHUB yang menyebabkan juru parkir hanya memiliki Surat Tugas saja sebagai dasar hukumnya untuk bertugas, sementara tidak semua juru parkir yang senantiasa membawa Surat Tugas tersebut, sehingga pada saat di lapangan mereka sulit untuk


(43)

menghadapi konsumen yang menanyakan Kartu Tanda Pengenal Juru Parkir ataupun bila ada pemeriksaan.

Bila pengawas parkir merasa bahwa kinerja juru parkir tidak sesuai dengan standar maka pengawas parkir biasanya akan melakukan penggantian petugas dengan cara mengajukan kembali nama petugas baru yang akan menjadi juru parkir kepada DISHUB. Menurut data per Maret 2013, jumlah juru parkir yang terdaftar secara resmi, ataupun yang telah diterbitkan Kartu Tanda Pengenal Juru Parkirnya oleh Dinas Perhubungan Kota Medan ada sebanyak 3.752 orang.

VI.2 Prosedur Penyetoran Dana Pungutan Retribusi Parkir

Penyetoran dana pungutan retribusi parkir dilakukan oleh pengawas parkir yang terlebih dahulu sudah melakukan pengumpulan atas uang retribusi parkir kepada juru parkir yang berada di bawah tanggung jawabnya dan kemudian disetorkan langsung ke DISHUB dan bukan melalui transfer ke bank atau lembaga keuangan sejenisnya. Penyetoran ini harus dilakukan secara langsung karena pada saat penyetoran tersebut, pengawas parkir wajib menyertakan bonggol karcis parkir yang telah disobek kepada pihak DISHUB sebagai bukti transaksinya.

Untuk penyetoran dari Dinas Perhubungan ke Kas Daerah Kota Medan dilakukan oleh Dinas Perhubungan melalui setoran tunai yang dilakukan dengan penjemputan dana langsung ke Dinas Perhubungan Kota Medan oleh petugas Bank Sumut dengan jangka waktu penyetoran maksimal 1x24 jam maksimal kecuali akhir minggu agar dana yang ada sebagai hasil penyetoran retribusi parkir tidak mengendap di Dinas Perhubungan agar tidak terjadi penyelewengan. Bila DISHUB telah mendapatkan setoran retribusi parkir dari pengelola parkir, maka di hari yang sama (paling lama sore hari) harus sudah dicatat dan direkapitulasi pembukuannya dan keesokan harinya di pagi hari paling lama pukul 10.00 WIB petugas Bank Sumut datang mengambil setoran tersebut.


(44)

Alur penyetoran dan prosedur penerimaan pendapatan retribusi parkir dari pengawas perparkiran tercantum pada gambar VI.1 Alur Penyetoran Hasil Retribusi Parkir dari Pengawas Perparkiran Kota Medan

Sumber : Diolah Penulis, 2015

VI.3. Target dan Realisasi dari Retribusi Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan

Sejak diberlakukannya PERDA Kota Medan No. 7/2002 tentang Retribusi Pelayanan Parkir dan Perijinan Pelataran Parkir sebagai acuan terhadap retribusi perparkiran yang baru, di bawah ini akan penulis berikan data target dan realisasinya.

Tabel VI.1

Realisasi Target Retribusi Parkir TAHUN ANGGARAN TARGET (RP) REALISASI (RP) PERSENTASE (%)

KAS DAERAH KOTA MEDAN

Kasir Pengelola Perparkiran (DISHUB)

Pengawas Parkir Pelaksana Parkir Bulanan Khusus

Jalan Perparkiran Pemegang Izin Parkir Pelataran parkir Langgana n bulanan parkir Retr. perizinan pelataran parkir Parkir Isidentil


(45)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 16.902.787.000 13.034.500.000 14.433.886.900 13.885.632.900 16.853.306.000 34.094.921.300 36.159.155.000 38.372.231.000 15.440.964.300 13.275.831.950 14.053.081.685 12.827.949.500 13.891.477.000 12.827.949.500 13.110.570.310 14.874.934.500 91,35% 101,85% 97,36% 92,38% 82,43% 36,29% 36,26% 38,28% Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan

VI.4 Pengawasan terhadap Setoran Retribusi Parkir

Penyetoran pungutan retribusi parkir yang ditetapkan oleh DISHUB Kota Medan untuk dilaksanakan oleh pengawas parkir Kota Medan adalah setiap hari. Hal ini tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh semua pengawas parkir Kota Medan dengan berbagai alasan seperti kesibukan pengawas parkir itu sendiri, belum tercapainya target harian/bulanan, dan lain-lain.

Realita yang terjadi di lapangan yang penulis dapatkan dari sumber yang tidak dapat disebutkan identitasnya mengatakan, untuk target setoran retribusi parkir yang dirasa terlalu tinggi, biasanya pengawas parkir mengajukan kepada pihak DISHUB untuk menurunkan target retribusi parkirnya agar kepada pihak DISHUB tersebut tetap diberikan setoran “pungutan liarnya”. Pengawasan lainnya terhadap target setoran retribusi parkir Kota Medan oleh Dinas Perhubungan Kota Medan dilakukan oleh pegawai DISHUB yang terkadang turun langsung ke lapangan untuk mengawasi juru parkir secara langsung. Pengawasan yang seperti ini umumnya jarang sekali dilakukan oleh pihak DISHUB, dilakukan hanya bila setoran parkir dinilai sangat sedikit dibandingkan target harian yang telah ditetapkan; ataupun saat


(46)

dilakukan peninjauan untuk penetapan titik lokasi parkir tersebut sebagai titik lokasi parkir pasif dari yang semula aktif.

Pengawasan lapangan yang dilakukan oleh DISHUB Kota Medan ke lapangan yang umumnya tidaklah ketat, hanya sebatas melihat titik lokasi parkir tersebut, mengawasi juru parkir yang sedang melaksanakan tugas, tanpa melakukan tinjauan/monitor yang ketat pada fisik uang yang diterima oleh juru parkir tersebut.

Pengawasan lainnya ada juga dilakukan dengan adanya kerjasama dengan pihak kepolisian untuk memberi tindakan tegas bagi juru parkir liar (juru parkir yang tidak resmi yang tidak dapat menunjukkan bukti otentik tugasnya), walaupun sanksi yang diberikan hanya maksimal tiga bulan pidana kurungan dan denda maksimal Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah).

Adapun pengawasan yang dilakukan oleh DISHUB Kota Medan terhadap petugas pengawas parkir terhadap setoran retribusi parkir berkenaan dengan target yang diberikan adalah dengan cara melihat progress dan potensi titik lokasi parkir, digolongkan kategorinya apakah aktif atau pasif.

Retribusi parkir yang sifatnya tidak memaksa/tidak wajib seperti pajak parkir, maka tidak dapat dilakukan tindakan tegas bila target yang ditetapkan tidak tercapai. Bila penyetoran yang dilakukan oleh pengawas parkir di bawah target, maka biasanya pegawai DISHUB melakukan inspeksi lapangan untuk melihat langsung realita sebenarnya terhadap titik lokasi parkir yang diawasi oleh pengawas parkir tersebut. Bila setelah melakukan inspeksi lapangan dan ternyata memang target yang ditetapkan terlalu besar untuk titik lokasi parkir tersebut, maka dilakukan penyesuaian dengan cara penurunan target harian; bila setelah peninjauan lapangan dilakukan dan dinilai bahwa target yang ditetapkan masih sesuai maka diadakanlah penyuluhan atau pembinaan kepada pengawas parkir dengan terlebih dahulu memberikan surat panggilan. Setelah tiga kali surat panggilan yang diberikan dan


(47)

tidak ditanggapi oleh pengawas parkir atau setelah jangka waktu enam bulan setelah dilakukan pembinaan terhadap pengawas parkir dan target parkir tetap tidak tercapai, maka DISHUB berhak untuk melakukan penggantian terhadap pengawas parkir tersebut.

Lain halnya dengan pengendalian dan pengawasan yang dilakukan terhadap juru parkir. Pegawai DISHUB biasanya melakukan pengawasan dengan cara inspeksi ke lapangan memeriksa apakah ada titik lokasi parkir liar (tidak terdaftar) ataupun yang pungutannya dikutip secara liar oleh pihak tidak resmi (tidak memiliki Kartu Tanda Pengenal Juru Parkir). Tindakan pengawasan dengan cara turun ke lapangan ini umumnya dilakukan dengan kerjasama pihak DISHUB dengan pihak kepolisian. Umumnya, juru parkir liar yang tidak dapat menunjukkan Kartu Tanda Pengenal Juru Parkir akan langsung diangkut oleh pihak kepolisian untuk selanjutnya diberikan penyuluhan atau pengarahan. Umumnya sanksi atau tindakan tegas bagi para juru parkir liar tidak langsung dilakukan bila hanya kedapatan sekali sebagai juru parkir liar, tindakan tegas tersebut hanya diberikan kepada juru parkir liar yang berkali-kali tertangkap dan diberikan penyuluhan tetapi tetap mengutip pungutan liar dengan dalih “pungutan retribusi parkir”.

VI.5 Kendala dalam Pemungutan Retribusi Parkir Permasalahan dalam praktik pemungutan retribusi parkir:

1. Tidak tersedianya sarana pendukung pemungutan retribusi parkir Fasilitas pendukung pemungutan retribusi parkir, khususnya parkir tepi jalan masih tidak memadai karena tidak tersedia papan tarif retribusi, tanda pengenaan retribusi, garis marka parkir,

2. Pengelolaan SDM yang masih rendah Berdasarkan sejarahnya, para juru parkir telah lebih dulu menguasai lokasi parkir sebelum Pemerintah Kota Medan melegalkan aktivitas mereka, sehingga proses perekrutannya tanpa seleksi khusus. Setelah direkrut mereka tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk melayani


(48)

pelanggan dengan baik dan benar. Padahal para juru parkir tersebut yang langsung berhadapan dengan pengguna jasa parkir dan bertindak sebagai kasir di lapangan. Sedangkan mereka dulunya berasal dari para jawara atau preman di daerah setempat. 3. Lemahnya Pengawasan

Jarang dilakukan kontrol atau pengawasan terhadap kinerja para juru parkir di lapangan. Juru parkir sering melanggar aturan-aturan yang ada seperti tidak menggunakan pakaian seragam pada saat bertugas, tidak memberikan karcis parkir kepada pelanggan, memanfaatkan trotoar sebagai tempat parkir, memperkenankan parkir tumpang-tindih, dan lain-lain.

4. Terbatasnya lahan parkir

Dengan pertumbuhan panjang jalan 0,01 % per tahun dan pertumbuhan kendaraan bermotor 9 % pertahun setidaknya membutukan penambahan dan perluasan lahan parkir, namun karena keterbatasan lahan, tingginya biaya dan mahalnya harga tanah membuat tidak tersedianya lahan parkir yang memadai. Hal ini akhirnya menimbulkan munculnya parkir liar yang dikelola oleh para preman jalanan. Pendapatan dari parkir liar ini merupakan potensi pendapatan yang hilang, selain itu juga mengakibatkan bertambahnya kemacetan lalu lintas, karena keberadaannya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Adapun kendala yang dihadapi dalam pencapaian target, antara lain :

a. Sistem pengendalian pemungutan masih menggunakan setoran wajib minimum, sehingga juru parkir hanya terpaku pada nilai nominal minimum yang wajib disetor.

b. Lemahnya Pengawasan

Jarang dilakukan kontrol atau pengawasan terhadap kinerja para juru parkir di lapangan, mengingat terbatasnya sumber daya yang dimiliki sehingga sering terjadi permasalahan-permasalahan di lapangan seperti :


(49)

1) Juru parkir tidak menggunakan pakaian seragam pada saat bertugas

2) Tidak memberikan karcis parkir kepada pelanggan, atau menggunakan karcis bekas.

3) Tarif yang dikenakan lebih tinggi dari harga resmi, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002

4) Petugas parkir tidak memiliki surat penugasan resmi meskipun berada di tempat parkir resmi yang dikolela oleh pemda.

5) Petugas parkir resmi mengarahkan parkir di tempat illegal seperti di trotoar atau melakukan parkir ganda (tumpang tindih).

6) Tidak ada absensi yang disediakan sebagai alat kontrol kehadiran, sehingga jam operasional pemungutan retribusi parkir disesuaikan dengan jam kedatangan dan kepulangan juru parkir.

c. Tidak Konsisten Mengendalikan Parkir Ilegal

Maraknya parkir illegal adalah efek dari semrawutnya manajemen transportasi di Medan. Angka pertumbuhan kendaraan yang tinggi, dan tidak diimbangi oleh pertumbuhan jalan dan lahan parkir berdampak menjamurnya lokasi parkir liar. Pemerrintah Kota Medan sebenarnya sudah berkali-kali melakukan penertiban parkir liar dengan cara menggembok mobil yang parkir sembarangan, bahkan aa yang terpaksa diderek, namun sanksi tersebut tetap tidak dihiraukan. Beberapa hal yang menjadi alasan, antara lain :

1) Para juru parkir ilegal merasa bahwa program penertiban hanya merupakan proyek semata, yang tidak dilanjutkan secara konsisten setelah selesai program tersebut. 2) Adanya oknum yang turut melindungi para jukir illegal dengan cara membayar “upeti” kepada petugas resmi.


(50)

d. Keterbatasan Sumber Dana

Pemda belum mampu merekrut juru parkir menjadi pegawai organik. Selama ini para juru parkir tersebut bekerja tanpa mendapatkan gaji atau honor tetap dari pemda. Penghasilan mereka berasal dari prosentase penerimaan retribusi harian yaitu sebesar 25 % - 30 % . Hal ini juga rawan kebocoran, mengingat juru parkir Analisis potensi sendiri diberi kewenangan sebagai penerima setoran parkir dari pengguna parkir, sehingga tidak diketahui dengan jelas berapa sesungguhnya penerimaan retribusi yang diperoleh.

e. Terbatasnya lahan parkir.

Dengan pertumbuhan panjang jalan 0,01 % per tahun dan pertumbuhan kendaraan bermotor 9 % pertahun setidaknya membutukan penambahan dan perluasan lahan parkir, namun karena keterbatasan lahan, tingginya biaya dan mahalnya harga tanah membuat tidak tersedianya lahan parkir yang memadai.

Hal ini akhirnya menimbulkan munculnya parkir liar yang dikelola oleh para preman jalanan. Pendapatan dari parkir liar ini merupakan potensi pendapatan yang hilang, selain itu juga mengakibatkan bertambahnya kemacetan lalu lintas, karena keberadaannya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Murahnya Tarif Retribusi Parkir.

Pertimbangan yang perlu diambil oleh pemerintah daerah dari retribusi parkir adalah bagaimana menetapkan tarif parkir yang paling tepat, yang sesuai dengan kesanggupan atau kemampuan membayar dari masyarakat. (willingness to pay). Idealnya retribusi parkir dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan asli daerah sekaligus sebagai alat untuk mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi.

Untuk bisa meningkatkan pendapatan retribusi sekaligus menekan jumlah kendaraan di jalan raya adalah dengan cara memberlakukan tarif yang tinggi, mengingat tarif yang saat ini berlaku dinilai terlalu rendah, belum ada kenaikan tarif sejak tahun 2006. Murahnya tarif


(51)

parkir menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan di Medan, selain itu investor menjadi ragu-ragu untuk menanamkan modalnya pada usaha pengelolaan parkir swasta. Dari hasil penelitian perusahaan konsultan properti Colliers International yang melakukan survei tarif parkir di kota-kota dunia ternyata tarif parkir di sebuah kota menunjukkan kemajuan ekonominya. Jika tarif parkir semakin meningkat, itu menunjukkan kota tersebut serius membenahi diri untuk menyambut investor.

Beberapa kendala yang mengakibatkan pemungutannya retribusi perparkiran berjalan kurang baik, diantaranya:

1. Petugas pemungut pajak yang telah di tugaskan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan tidak bertemu dengan wajip pajak (WP)

2. Wajib pajak menunda pembayaran pajak dengan alasan parkiran sepi atau libur

3. Banyak wajib pajak yang beralasan memiliki banyak hutang di bank sehingga minta keringan pembayaran pajak

4. Banyaknya retribusi parkir tanpa karcis

VI.6 Upaya yang Dilakukan Terhadap Pemungutan Retribusi Perparkiran

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pemerintah Kota Medan harus melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut :

1. Pemerintah melakukan peninjauan langsung ketempat yang di sediakan untuk lahan parkir oleh pengusaha atau wajib pajak parkir. Kegiatan peninjauan langsung ini dilakukan dua kali (2x) dalam setahun

2. Pemerintah melakukan penyelidikan ke bank-bank yang di infokan oleh wajib pajak, untuk memastikan berapa besar hutang yang di tanggung oleh wajib pajak

3. Membuat prosedur pengajuan keringanan dan prosedur pengajuan banding 4. Pendataan ulang tempat-tempat parkir yang tersebar di Kota Medan 5. Menyediakan sarana pendukung pemungutan retribusi parkir.


(52)

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat lebih meningkatkan efektifitas retribusi parkir, antara lain :

1. Menyediakan sarana pendukung pemungutan retribusi parkir.

Untuk lingkungan parkir sarana pendukung seperti rambu parkir, garis marka parkir, papan tarif retribusi parkir, sudah memadai, namun untuk parkir tepi jalan fasilitas pendukung tersebut masih sangat kurang. Bahkan untuk parkir tepi jalan tidak disediakan tanda retribusi parkir. Pada waktu pengguna jasa parkir memarkirkan kendaraannya di tepi jalan, langsung ditinggal begitu saja, juru parkir tidak menyerahkan tanda retribusi parkir. Lain halnya dengan parkir lingkungan, begitu melewati gardu pintu masuk, petugas gardu langsung memberikan tanda retribusi parkir kepada pengendara. Hal demikian mengakibatkan keamanan dan kenyamanan parkir tepi jalan menjadi sangat rawan, karena sulit untuk melakukan kontrol dan pengecekan apabila ada yang mengaku bahwa kendaraan orang lain adalah miliknya.

2. Meningkatkan SDM Parkir

Menjadi juru parkir tidak dibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, siapa pun orang yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap dapat melakukannya. Hal inilah yang membuat proses perekrutannya menjadi lemah. Apalagi berdasarkan sejarahnya, mereka telah lebih dulu menguasai lokasi parkir sebelum Pemerintah Kota Medan melegalkan aktivitas mereka, sehingga proses perekrutannya tanpa seleksi khusus. Beberapa diantara mereka bahkan ada yang sudah diwariskan pada keturunannya.

Menjadi juru parkir tidak hanya sekedar mampu mengarahkan pengemudi untuk memarkirkan kendaraannya dengan benar, tetapi perlu juga dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana melayani pelanggan dengan baik dan benar. Mengigat rasio perbandingan petugas organik dan pegawai harian lepas 53 : 361, dimana lokasi kerja petugas organik di lingkungan parkir (off street) sedangkan pegawai harian lepas lokasi kerjanya di


(53)

tepi jalan (on street). Sehingga keluhan tentang tidak diberikannya karcis oleh juru parkir tidak ditemukan lagi.

3. Mengintegrasikan program-program yang ada

Upaya untuk dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor perparkiran hendaknya dibarengi dengan upaya untuk bisa mengembalikan fungsi jalan sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Disebutkan bahwa jalan harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas. Sehingga tidak terjadi program yang tumpang tindih atau B bertentangan dengan program lain.

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tersebut fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan rambu lintas, dan atau marka jalan. Sedangkan sebagian besar status jalan yang ada di Medan adalah jalan Provinsi, yaitu jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota Provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter. Sedangkan jalan kabupaten atau kota merupakan jalan lokal primer, yaitu jalan yang di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.


(54)

BAB VII PENUTUP VII.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:

1. Sistem pengendalian internal terhadap penerimaan dari pungutan retribusi parkir oleh Dinas Perhubungan Kota Medan belum efektif dan kurang memadai karena pendapatan retribusi parkir yang diterima tidak langsung disetor di hari yang sama ke Kas Daerah Kota Medan sehingga memberikan kesempatan untuk memungkinkan terjadinya penyelewengan terhadap dana yang mengendap tersebut; pemantauan di lapangan yang kurang dan tidak tegas kepada juru parkir maupun pengawas parkir.

2. Evaluasi terhadap kinerja Dinas Perhubungan dalam Pemungutan retribusi parkir belum optimal dan memberi dampak positif yang signifikan. Namun berbagai upaya telah coba dilakukan perlahan oleh Dinas Perhubungan untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dialami.

3.Target PAD dari retribusi parkir yang dalam beberapa tahun terakhir tidak tercapai, lebih disebabkan karena wewenang penetapan target PAD retribusi parkir bukan pada Dinas Perhubungan Kota Medan, melainkan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan dan titik lokasi parkir tidak terlalu berkembang.


(55)

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis memberikan saran atau masukan sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi Dinas Perhubungan Kota Medan dan pengawas parkir sebagai mitranya dapat memaksimalkan kerja agar dapat meminimalkan masalah-masalah di lapangan yang sering terjadi;

2. Pemeriksaan mendadak (surprise audit) sebagai pemantauan lapangan langsung dan perputaran jabatan secara rutin (job rotation) perlu sekali untuk diterapkan dalam Dinas Perhubungan Kota Medan.

3. Pendapatan dari retribusi parkir yang disetor oleh pengawas parkir ke Dinas Perhubungan Kota Medan sebaiknya langsung disetor oleh Dinas Perhubungan Kota Medan di hari yang sama ke Kas Daerah Kota Medan, agar kemungkinan penyelewengan terhadap pendapatan retribusi parkir tersebut dapat diminimalisir karena tidak memberi kesempatan untuk mengendap.

4. Segera melakukan perbaikan terhadap pelanggaran yang dilakukan atas PERDA Kota Medan No. 7/2002 dengan tidak mengalihkan pemungutan apalagi memborongkannya ataupun dengan penetapan target kepada pihak ketiga; serta melakukan pemungutan retribusi parkir tersebut dengan karcis.

5. Dalam menetapkan target retribusi parkir pada tahun-tahun yang mendatang, hendaknya Dewan Perwakilan Rakyat DPRD sebagai penentu keputusan benar-benar melihat atau meninjau kondisi dan potensi titik perparkiran di lapangan. Sejauh mana target ditetapkan untuk mencapai realisasi penerimaan yang baik;


(56)

BAB II

KERANGKA TEORI

Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam menyelesaikan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Menurut Sugiono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

II.1 Evaluasi

II.1.1Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220).

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi.Menurut Stufflebeam dalam Lababa (2008), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi

merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.Masih dalam Lababa (2008), Worthen dan Sanders mendefenisikan “evaluasi sebagai usaha mencari sesuatu yang


(57)

berharga (worth).Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu”.

Tague-Sutclife (1996 : 1-3), mengartikan evaluasi sebagai "a systematic

process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental,

melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.

Menurut Djaali dan Pudji (2008 : 1), evaluasi dapat juga diartikan sebagai “proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi”.

Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Crawford (2000 : 13), mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan.

Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat ditarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil


(58)

yang dicapai oleh program tersebut.Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi.

II.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002 : 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.

Menurut Crawford (2000 ; 30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah :

1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.

2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil. 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. 4. untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.

II.1.3 Teknik Evaluasi

Untuk membuat sebuah keputusan yang merupakan tujuan akhir dari proses evaluasi diperlukan data yang akurat. Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan teknik dan instrumen yang valid dan reliabel.Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes (alternative test).


(59)

Hisyam Zaini, dkk. dalam Qomari (2008 : 8), mengelompokkan tes sebagai berikut:

a. Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang diskor secara objektif.Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes.Tes bentuk ini menyediakan beberapa option untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar.Tes subjektif adalah tes yang diskor dengan memasukkan penilaian (judgement) dari korektor tes. Jenis tes ini antara lain: tes esai, lisan.

b. Menurut ragamnya; tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (restricted essay), dan tes esai bebas (extended essay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: tes benar-salah

(true-false), tes menjodohkan (matching), dan tes pilihan ganda (multiple choice).

II.1.4 Standar Evaluasi

Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama (Umar, 2002 : 40), yaitu;

1. Utility ( Manfaat )

Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.

2. Accuracy ( Akurat )

Informasi atas hasil evaluasi hendaknya memiliki ketepatan yang tinggi.


(1)

II.1.6 Pendekatan-Pendekatan terhadap Evaluasi... 12

II.2. Pemungutan... 15

II.3 Pendapatan Asli Daerah II.3.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah... 15

II.3.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah...17

II.4 Retribusi II.4.1Pengertian Retribusi...18

II.4.2 Ciri-ciri Retribusi...19

II.5 Retribusi Daerah II.5.1 Pengertian Retribusi Daerah...19

II.5.2 Ciri-Ciri Pokok Retribusi Daerah... 20

II.5.3 Jenis-Jenis Retribusi Daerah... 21

II.6 Retribusi Parkir... 30

II.7 Definisi Konsep... 30

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pendekatan Penelitian...32

III.2 Tipe Penelitian... 32

III.3 Lokasi Penelitian... 33


(2)

9

III.5 Teknik Pengumpulan Data... 33

III.6 Teknik Analisis Data... 35

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Gambaran Umum Kota Medan

IV.1.1 Letak Geografis Kota Medan………37 IV.1.2 Keadaan Demografis……….... 38 IV.1.3 Pemerintahan……….…40 IV.2 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Medan

IV.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan………...42 IV.2.2 Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Medan……….43 IV.2.3 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan………... 43 IV.2.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi DISHUB Kota Medan…………...47 BAB V PENYAJIAN DATA………..….65

BAB VI ANALISA DATA

VI.1 Pengelola Parkir, Pengawas Parkir dan Juru Parkir……….….69 VI.2 Prosedur Penyetoran Dana Pungutan Retribusi Parkir……….…71

VI.3 Target dan Realisasi dari Retribusi Parkir terhadap PAD Kota Medan………...72

VI.4 Pengawasan terhadap Setoran Retribusi Parkir………..………. 73 VI.5 Kendala Dalam Pemungutan Retribusi Parkir………..75


(3)

VI.6 Upaya yang Dilakukan terhadap Pemungutan Retribusi Parkir………..79 BAB VII PENUTUP

VII.1 Kesimpulan……….. 82 VII.2 Saran……… 82


(4)

11

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan………….. 38 Tabel VI. Tabel Realisasi Target Retribusi Parkir………73


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar IV.1 Bagan Organisasi Pemerintah Kota Medan………. 41 Gambar IV.2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan……….. 46 Gambar VI.1 Alur Penyetoran Hasil Retribusi Parkir dari Pengawas Perparkiran Kota Medan……….. 72


(6)

13 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 2 Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 3 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 4 Undangan Seminar Proposal

Lampiran 5 Jadwal Seminar Proposal

Lampiran 6 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran 7 Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Fakultas ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan

Lampiran 9 Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan ke Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Lampiran 10 Laporan Bimbingan Skripsi

Lampiran 11 Perda No 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Daerah dibidang Perhubungan