Kohesi secara nyata terwujud dalam bentuk satuan-satuna bahasa yang dapat menghubungkan bagian-bagian wacana sehingga menjadi satu kesatuan. Kohesi dapat
dilihat dalam sebuah wacana suatu paragraf, misalnya adanya konjungsi atau kata hubung. Konjungsi tersebut merupakan wujud dari kohesi. Keberadaannya sebagai
penghubung dapat menghubungkan antar kalimat atau kesatuan sebuah kalimat. Tujuannya tentu saja untuk menjalin bentuk-bentuk kebahasaan yang ada sebagai
sebuah wacana utuh berupa paragraf. Berbeda dengan kohesi, koherensi sebagai kesatuan gagasan yang juga
terwujud. Hanya saja, koherensi sebagai bentuk kesatuan gagasan terwujud secara jelas berupa wujud gagasan tersebut. Dalam sebuah paragraf yang berwacana,
koherensi dapat terlihat dalam wujud penyebutan gagasan. Misalnya, suatu paragraph yang membahas tentang musik maka di dalamnya akan disebut hal-hal yang berkaitan
dengan musik. Koherensi berperan mewujud gagasan tentan musik itu. Istilah-istilah kebahasaan yang ada di dalam paragraph itu akan berisi tentang musik.
Kohesi dan koherensi memang berbeda. Kohesi menghubungkan kesatuan ide sebuah wacana dengan kemampuannya pada sisi sintaksis. Koherensi sebagai penyatu
gagasan dalam sebuah wacana berwujud pada keberadaan gagasan itu sendiri dalam sebuah wacana. Pada tabel 1 diperlihatkan bahwa kohesi berupa organisasi sintaksis
sedangkan koherensi berupa organisasi semantik.
D. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah perpaduan wacana dari segi bentuk atau struktur lahir wacana Sumarlam, 2010: 40. Kohesi merupakan satu set kemungkinan yang
terdapat dalam bahasa untuk menjadikan teks menjadi satu kesatuan. Kohesi gramatikal menjadi lebih jelas terlihat karena terdapat dalam struktur wacana.
Penanda aspek gramatikal ini terdiri dari, pengacuan referensi, penyulihan substitusi, penghilangan elipsis, dan kata penghubung konjungsi.
1. Referensi
Bagan 1. Aspek Referesi pada Kohesi Gramatikal
Referensi merupakan salah satu jenis koherensi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang menjadi acuan satuan lingual lain yang mendahului atau
mengikutinya. Referensi
Referensi eksofora Referensi endofora
anafora katafora
Berdasarkan tempatnya pengacuan dibagi menjadi dua jenis yaitu pengacuan endofora dan eksofora. Pengacuan eksofora berasal dari kata “ekso” yaitu “keluar”
yang berarti ada diluar. Jika tidak ditemukan dalam satu teks maka diharuskan keluar teks untuk melakukan pemaknaan wacana. Eksofora bisa jadi mengacu pada hal
diluar dari teks atau wacana yang ada. Namun dalam bahasa tulis rujukan daripada pengacuan ini menunjuk pada teks yang lain. Contoh pengacuan eksofora:
1 Child :Why does that one come out?
Parent:That what? Child: That one
Parent:That what? Child: That one
Parent:That one what? Child: That lever there that you push to let the water out.
Halliday dan Hasan, 1976:34 Contoh tersebut merupakan contoh situasional. Percakapan tersebut keluar
menuju konteks situasi, dimana kata “that one”yang mengacu pada “That lever there that you push to let the water out”. Pengacuan endofora yaitu apabila acuanya berada
dalam teks wacana tersebut, sedangankan pengacuan eksofora yaitu apabila acuanya berada di luar dari teks wacana tersebut.
Pengacuan endofora dibagi menjadi dua jenis yaitu pengacuan anaforis dan kataforis Halliday dan Hasan, 2003: 23-24. Pengacuan anaforis merupakan kohesi
gramatikal yang mengacu pada satuan lain yang mendahuluinya. Sedangkan
pengacuan kataforis merupakan kohesi yang mengacu pada satuan lain yang mengikutinya. Contoh:
2 Three blind mice, three blend mice.
See how they run See how they run Halliday dan Hasan, 1976:31 Kata “they” pada kalimat kedua merupakan acuan satuan lingual lain “Three
blind mice” Kalimat tersebut masuk kedalam endofora karena acuanya berada dalam teks. Tentu kalimat tersebut juga menjadi contoh kalimat anafora karena acuanya
telah disebutkan sebelumnya. 3
I have just been holiday in Tahiti speaker said That must have cost a lot of money. Halliday dan Hasan, 1976:33
Kata “that” pada kalimat tersebut mengacu pada kalimat sebelumnya. Kalimat tersebut masuk kedalam endofora karena acuanya berada dalam teks. Namun bisa jadi
eksofora jika kita telah mengetahui bahwa “speaker” telah bepergian dari Tahiti. 4
If the buyer wants to know the condition of the property, he has to have another survey carried out on his own behalf.
Kata “he has” merupakan pengacuan dari kata the buyer. Kata tersebut masih masuk ke dalam teks, jadi ini bisa disebut sebagai pengacuan endofora. Sebagai
kelanjutanya, kalimat tersebut bisa masuk ke dalam anafora, karena pengacuanya mengikuti pada kalimat kedua.
Pengacuan atau referensi dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu a pengacuan persona, b demonstratif , c komparatif.