STUDI IMPLEMENTASI SCIENTIFIC APPROACH DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI LABORATORIUM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

(1)

ii ABSTRAK

STUDI IMPLEMENTASI SCIENTIFIC APPROACH DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI LABORATORIUM

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

HUSNUN AZIZAH

Pentingnya pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium telah disadari banyak pihak. Untuk itu telah banyak dilakukan sosialisasi dan pelatihan pengimplementasian scientific approach. Berbekal sosialisai dan pelatihan tersebut guru menerapkan scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium, namun belum ada perhatian khusus mengenai kualitas pembelajaran yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pengimplementasian scientific approach dalam

pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, mengetahui kesesuaian perangkat pembelajaran yang digunakan, dan mendeskripsikan pengetahuan guru mengenai pengimplementasian scientific approach. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati pembelajaran yang dilakukan, menganalisis perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang digunakan guru serta melakukan tes khusus terhadap guru. Berdasarkan


(2)

Husnun Azizah

iii approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 2,48 dengan kategori kurang baik, kesesuaiaan perangkat pembelajaran yang digunakan guru adalah 2,62 dengan kategori baik, dan pengetahuan guru adalah 2,08 dengan kategori kurang baik.

Kata kunci: laboratorium, model pembelajaran inkuiri terbimbing, pembelajaran sains, scientific approach.


(3)

STUDI IMPLEMENTASI SCIENTIFIC APPROACH DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI LABORATORIUM

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

HUSNUN AZIZAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 23 Mei 1994, sebagai anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Tarjono, S.T. dan Ibu Dra. Retno Dumilah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1999 di SD Negeri 2 Fajar Baru dan selesai pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikannya di MTs Negeri 2 Bandarlampung hingga tahun 2008. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di MAN 1 Bandarlampung dan selesai pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Desa Banjar Negeri Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus dengan praktik mengajar di SMP Muhammadiyah 1 Gunung Alip.


(8)

MOTO

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Qs. Ar-Rahman)

Selalu ada harga yang harus kamu bayar dari tiap apa yang kamu impikan Berjuanglah!

Hingga kamu merasakan nikmatnya sebuah lelah (Husnun Azizah)

Goreskanlah dihidupmu sejuta warna yang ada

Biarkan warna-warna itu berpadu dengan indah dan menjadi sebuah kisah yang dapat kamu ceritakan pada anak cucumu kelak


(9)

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah subhanahu wata’ala, karena atas nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Studi Implementasi Scientific Approach dalam Pembelajaran Sains di Laboratorium Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Utama atas kesediaanya membimbing, memotivasi, dan

mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi.

6. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Pembahas yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang bersifat positif dan membangun untuk skripsi yang penulis kembangkan.


(10)

xii 7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah

membimbing penulis selama belajar di Universitas Lampung. 8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

9. Bapak Drs. Haryanto, M.Si., selaku Kepala SMP Negeri 1 Bandarlampung; Ibu Euis Tati Darnati, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 2 Bandarlampung; dan Ibu Rosmaini, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 13 Bandarlampung yang telah memberikan izin serta arahan selama penelitian.

10.Bapak dan Ibu Dewan Guru beserta Staf Tata Usaha SMP Negeri 1 Bandarlampung, SMP Negeri 2 Bandarlampung, dan SMP Negeri 13 Bandarlampung yang membantu penulis dalam melakukan penelitian. 11.Ibu Dwi Wahyuni, S.Pd., selaku guru IPA terpadu kelas VIII SMP Negeri 13

Bandarlampung; Bapak Joko Indarjo, S.Pd., selaku guru IPA terpadu kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung; dan Bapak Agus Budi Utomo, M.Pd. selaku guru IPA terpadu kelas VIII SMP Negeri 2 Bandarlampung yang telah banyak membantu, memberi semangat, dan dukungannya selama penelitian. 12.Murid-murid kelas VIII10 SMP Negeri 1 Bandarlampung, kelas VIII9 SMP

Negeri 2 Bandarlampung, dan kelas VIIIB SMP Negeri 13 Bandarlampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

13.Sahabat-sahabat tercinta: Evi Nuryanti, Ummu Madinah al-habsyi, Yulia Zahra, dan Sri Oktari. I do love you guys.

14.Teman-teman Pendidikan Fisika 2011: Isti, Ana, Nisa, Puspita, Inayah, Kiki, Adel, Agus, Aziz, Farouq, Kak Surya, Bang Sondang, Rudi, Berta, Tata, Desma, Praba, Yeni, Rini, dan teman-teman lain yang tak dapat ku sebutkan satu persatu.


(11)

xiii 15.Keluarga besar PEPADUN.

16.Keluarga besar Pendidikan Fisika terutama angkatan 2009, 2010, 2012, dan 2013.

17.Murid-murid kelas V SDN 2 Fajar Baru tahun pelajaran 2014/2015 dan adik-adik Bimbingan Belajar Magnet Angkatan Pertama yang telah memberi keceriaan dan pengalaman berharga yang sangat berarti untuk penulis.

Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian berikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandarlampung, 23 Mei 2015 Penulis,

Husnun Azizah 1113022021


(12)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian. ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. KAJIAN PUSTAKA A. Scientific Approach ... 9

B. Pembelajaran Sains ... 14

C. Laboratorium... 19

D. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 22

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 27


(13)

xv

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Data Penelitian ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 29

1. Lembar Observasi ... 29

2. Lembar Penilaian RPP dan LKS ... 30

3. Instrumen Soal... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Teknik Observasi ... 31

2. Teknik Dokumentasi ... 31

3. Teknik Tes ... 32

H. Teknik Analisis Data... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian... 35

1. Data Keterlaksanaan Pengimplementasian Scientific Approach ... 35

2. Hasil Analisis Perangkat Pembelajaran... 38

3. Hasil Uji Pengetahuan Guru Mengenai Scientific Approach ... 43

B. Pembahasan... 44

1. Keterlaksanaan Pengimplementasian Scientific Approach ... 45

a. Mengamati ... 46

b. Menanya ... 47

c. Mengumpulkan Data ... 48

d. Mengasosiasi ... 50

e. Mengkomunikasikan ... 50

2. Kesesuaiaan Perangkat Pembelajaran yang Digunakan Guru ... 51

a. RPP yang Digunakan Guru ... 51

1) Mengamati ... 52

2) Menanya ... 52

3) Mengumpulkan Data ... 53


(14)

xvi

5) Mengkomunikasi ... 53

b. LKS yang Digunakan Guru ... 54

1) Mengamati ... 54

2) Menanya ... 55

3) Mengumpulkan Data ... 55

4) Mengasosiasi ... 57

5) Mengkomunikasikan ... 58

3. Pengetahuan guru ... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 66

2. Lembar Observasi ... 67

3. Kisi-Kisi Lembar Penilaian RPP ... 71

4. Lembar Penilaian RPP ... 72

5. Kisi-Kisi Lembar Penilaian LKS ... 76

6. Lembar Penilaian LKS ... 77

7. Kisi-Kisi Instrumen Soal... 79

8. Instrumen Soal ... 80

9. Hasil Observasi ... 85

10. Hasil Analisis RPP ... 99

11. Hasil Analisis LKS ... 110

12. Rekapitulasi Hasil Uji Soal ... 119

13. Silabus ... 120


(15)

xvii 15. RPP dan LKS SMP Negeri 2 Bandarlampung ... 133 16. RPP dan LKS SMP Negeri 13 Bandarlampung ... 141 17. Surat Keterangan Penelitian ... 148


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan... 10

2.2 Tujuan Praktik Laboratorium... 21

3.1 Kategori Keterlaksanaan Penerapan Scientific Approach... 34

4.1 Data Keterlaksanaan Pengimplementasian Scientific Approach... 37

4.2 Hasil Analisis RPP yang Digunakan Guru... 40

4.3 Hasil Analisis LKS yang Digunakan Guru... 42


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tiga Ranah dalam Scientific Approach ... 9 2.2 Langkah-Langkah Scientific Approach dalam Pembelajaran ... 12 2.3 Proses Inkuiri ... 23 4.1 Pengimplementasian Scientific Approach dalam Pembelajaran Sains


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dari pengertian tersebut jelas bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk

mengembangkan potensi peserta didik. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang terangkum dalam sebuah pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan yang dilakukan dalam sebuah pembelajaran akan memicu terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya tercapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran hendaknya seorang guru dapat merancang sebuah pembelajaran dengan baik sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tersebut.


(19)

2 Dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia, sains merupakan salah satu mata pelajaran utama ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sains membahas tentang gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang kemudian disusun secara sistematis. Kurikulum sains di SMP dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi. Hal ini dikarenakan sains memegang peranan penting sebagai dasar pengetahuan untuk mengungkap bagaimana fenomena alam terjadi. Sains merupakan bagian dari pengetahuan yang harus dimiliki siswa.

Pembelajaran sains di sekolah diharapkan dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta pengembangan lebih lanjut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat. Hal tersebut akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang sains.

Pada konteksnya, sains di SMP diajarkan secara terpadu antara biologi, fisika, dan kimia. Sebagai salah satu bagian dari sains, fisika mempelajari tentang gejala alam tidak hidup serta interaksinya dalam lingkup ruang dan waktu. Para ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam. Pada zaman modern seperti sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung perkembangan teknologi, industri, komunikasi, kimia, biologi, kedokteran, dan lain-lain. Ilmu fisika dapat menjawab berbagai pertanyaan mengenai fenomena yang menarik.


(20)

3 Untuk dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dalam mempelajari fisika, hendaknya fisika diajarkan dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Adapun pendekatan yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran fisika adalah scientific approach. Para ahli meyakini bahwa scientific approach dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya serta dapat mendorong siswa melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena. Artinya, dalam proses pembelajaran siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan untuk beropini ketika melihat suatu fenomena.

Belajar sains, khususnya fisika tidak hanya sekadar mengingat dan

memahami konsep yang ditemukan oleh ilmuwan tetapi yang lebih penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Hal itu dapat diwujudkan melalui observasi seperti yang dilakukan saintis dalam proses menemukan atau membuktikan suatu teori. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dalam pembelajaran fisika perlu dilakukan kegiatan di laboratorium.

Laboratorium adalah tempat untuk memberikan kepastian atau menguatkan informasi, menentukan hubungan sebab akibat, menunjukkan gejala,

memverifikasi teori, mengembangkan keterampilan proses, membantu siswa belajar menggunakan metoda ilmiah dalam memecahkan masalah, dan untuk melaksanakan penelitian. Fungsi laboratorium IPA di sekolah adalah sebagai


(21)

4 salah satu sumber belajar di sekolah atau sebagai salah satu fasilitas

penunjang proses pembelajaran di sekolah.

Laboratorium IPA sekolah terdiri dari beberapa ruangan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas serta alat dan bahan praktikum untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang terjadi di laboratorium. Pembelajaran fisika yang dilaksanakan di laboratorium tentunya akan meningkatkan aspek

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Salah satu cara yang sesuai untuk membelajarkan fisika di laboratorium adalah dengan menerapkan pembelajaran inkuiri.

Inkuiri adalah proses berpikir untuk memahami tentang sesuatu dengan mengajukan pertanyaan. Tujuan umum pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari rasa ingin tahu yang mereka miliki. Bagi siswa yang belum terbiasa melakukan pembelajaran inkuiri seperti halnya siswa SMP dianjurkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau memberi petunjuk pembelajaran bagi siswa. Guru tidak berperan sebagai pemberi informasi tetapi untuk mengarahkan siswa ketika pembelajaran berlangsung.

Sebaliknya, siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran sehingga mampu menemukan konsep melalui pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan


(22)

5 data. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran sains ditingkat SMP akan sangat berkualitas jika scientific approach diterapkan dalam pembelajaran yang dilakukan di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pentingnya pembelajaran sains dengan cara seperti itu telah disadari oleh banyak pihak. Untuk mendukung diterapkannya scientific approach dalam pembelajaran sains, telah banyak dilakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai pengimplementasian scientific approach. Berbekal sosialisai dan pelatihan tersebut, guru telah menerapkan scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium.

Pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium sudah menjadi hal yang tidak lagi asing bagi guru. Namun bagaimana keterlaksanaan pengimplementasian scientific approach, apakah perangkat pembelajaran yang digunakan guru sudah sesuai dengan perangkat pembelajaran sains berbasis scientific approach, serta bagaimana

pengetahuan guru mengenai pengimplementasian scientific approach belum menjadi perhatian utama baik dari pihak sekolah maupun dinas pendidikan setempat. Padahal kualitas suatu pembelajaran sangatlah penting mengingat mutu sebuah pembelajaran akan sangat mempengaruhi keluarannya.

Berdasarkan uraian diatas maka telah dilakukan penelitian yang berjudul “Studi Implementasi Scientific Approach dalam Pembelajaran Sains di Laboratorium Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”.


(23)

6 B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana tingkat keterlaksanaan pengimplementasian scientific

approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing?

2. Apakah perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru sudah sesuai dengan perangkat pembelajaran berbasis scientific approach

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing?

3. Bagaimana pengetahuan guru mengenai pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

1. mengetahui tingkat keterlaksanaan pengimplementasian scientific

approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. mengetahui kesesuaian perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan perangkat pembelajaran berbasis scientific approach menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. mendeskripsikan pengetahuan guru mengenai pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(24)

7 D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu masukan bagi sekolah untuk lebih memperhatikan pembelajaran sains yang berlangsung serta dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi sekolah untuk melakukan kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran sains di sekolah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu masukan bagi pejabat dinas pendidikan kota Bandarlampung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup berikut:

1. Populasi penelitian ini adalah guru IPA kelas VIII SMP Negeri di

Bandarlampung yang mengimplementasikan kurikulum 2013, yaitu guru IPA SMP Negeri 1 Bandarlampung, SMP Negeri 2 Bandarlampung, dan SMP Negeri 13 Bandarlampung.

2. Studi implementasi dalam penelitian ini diartikan sebagai cara untuk mengkaji penerapan scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 3. Scientific approach merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat

pada siswa dengan langkah-langkah pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/mengumpulkan data;


(25)

8 4. Pembelajaran sains dalam penelitian dibatasi pada pembelajaran fisika

kelas VIII materi pikok getaran, gelombang dan bunyi.

5. Laboratorium yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laboratorium IPA yang merupakan salah satu fasilitas penunjang proses pembelajaran IPA di sekolah.

6. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu model pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1) merumuskan masalah; 2) merumuskan hipotesis; 3) mengumpulkan data; 4) menganalisis data; 5) merumuskan simpulan.


(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Scientific Approach

Pendekatan (approach) dalam pengajaran menurut Sudrajat (2008) diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Sani (2014: 50) mengatakan bahwa scientific approach berkaitan erat dengan metode saintifik (ilmiah). Metode saintifik pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Menurut Faiq (2013) proses pembelajaran yang mengimplementasikan scientific approach akan menyentuh tiga ranah seperti yang tertuang pada Gambar 2.1.


(27)

10

Gambar 2.1 Tiga Ranah dalam Scientific Approach. Sumber: Faiq (2013)

Hal tersebut sesuai dengan uraian dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang menjelaskan bahwa pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada

pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya karena ketiga ranah tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Adapun rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan seperti yang telah diuraikan di atas dapat dilihat dalam Tabel 2.1.


(28)

11 Tabel 2.1 Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

- Mencipta Mencipta

Sumber: Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Scientific approach adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang

menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa diharapkan dapat belajar dari berbagai sumber dan tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Scientific approach memberikan ruang gerak kepada siswa untuk dapat mengekplorasikan dan mengonstruksi

kemampuan, keterampilan, juga mendorong siswa untuk menemukan fakta-fakta dari suatu gejala atau fenomena di lingkungan sekitar melalui langkah-langkah yang ilmiah. Menurut Kemendikbud (2013: 2),

Pendekatan ilmiah bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus

dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, dan inovatif.

Hariadi (2013) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan scientific approach adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif menyusun konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,


(29)

12 menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Menurut Sani (2014: 51),

Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) dalam pembelajaran memiliki komponen proses pembelajaran antara lain:

1) mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/mengumpulkan informasi; 4) menalar/asosiasi; 5) membentuk jaringan/melakukan

komunikasi.

Kemendikbud (2013: 4-5) menjelaskan

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.

Langkah-langkah pembelajaran dengan scientific approach seperti yang diuraikan di atas digambarkan seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Langkah-Langkah Scientific Approach dalam Pembelajaran. Sumber: BPSDMPK (2013: 10)

BPSDMPK (2013: 5) menyatakan terdapat tujuh kriteria dalam konsep scientific approach, antara lain:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.


(30)

13 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif

guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Abdullah (2013) menyatakan bahwa penerapan scientific approach dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk

pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai dengan berkembangnya beberapa model pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip scientific approach, antara lain: (1) Problem Based Learning; (2) Project Based Learning; (3) Inkuiri Sosial; dan (4) Group Investigation. Model pembelajaran tersebut berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas suatu masalah dengan melakukan penyelidikan pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.


(31)

14 B. Pembelajaran Sains

Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:13),

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlihat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Selanjutnya Daryanto (2010: 2) menjelaskan,

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik, pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar yang menyebabkan semakin berkembangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik. Pengetahuan diperoleh dari kegiatan pembelajaran melalui interaksi terus menerus dengan lingkungan. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat oleh tiap manusia. Menurut Komalasari (2010: 3-4 ),

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain,

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran juga dapat dipandang dari dua sudut, pertama

pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem. Pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode

pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membantu siswa belajar.


(32)

15 Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan konsep serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Adapun ciri-ciri pembelajaran menurut Hamalik (2011: 58) yaitu,

1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur dalam sistem pembelajaran dalam suatu rencana pembelajaran.

2. Kesalingtergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.

3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Dengan proses mendesain sistem pembelajaran guru membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut.

Oleh karena itu untuk melaksanakan suatu pembelajaran hendaknya seorang guru dapat merancang sebuah pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien karena adanya bantuan media pembelajaran seperti alat peraga. Dengan bantuan media pembelajaran, siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Sains atau ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang sistematik dari gejala-gejala alam. Nandang (2009) menjelaskan bahwa sains merupakan proses belajar yang dilakukan manusia untuk mempelajari fenomena-fenomena alam sehingga menghasilkan sekumpulan fakta yang menuntun pada penemuan berbagai konsep, prinsip, generalisasi, teori, dan hukum tentang alam sebagai wujud dari produk sains.


(33)

16 Menurut Aly dan Eny (2008:18),

IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara memperoleh ilmu secara demikian ini dikenal dengan cara metode ilmiah.

Sains berawal dari keingintahuan dan kebutuhan manusia yang mendorongnya untuk mencari jawaban rasional terhadap sejumlah pertanyaan yang memenuhi benak mereka. Sains merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Sains

membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan maka sains memiliki syarat tertentu agar dapat dikatakan ilmiah. Purnama (2010:112) mengemukakan bahwa empat syarat tersebut yaitu objektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum.

Nandang (2009) menjelaskan bahwa pengumpulan fakta dalam sains dilakukan melalui beberapa proses, yaitu metode ilmiah dan sikap ilmiah yang memungkinkan keduanya berkembang seiring dengan perkembangan pemahaman manusia tentang alam. Hal itu sesuai dengan apa yang

dijelaskan Aly dan Eny (2008:13),

Agar supaya himpunan pengetahuan itu dapat disebut ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.


(34)

17 Purnama (2010: 90) mengungkapkan,

Suatu himpunan pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan antara rasionalisme dan empirisme. Kemudian Aly dan Eny (2008:14) menjelaskan mengenai metode ilmiah tersebut sebagai cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah, ditempuh suatu rangkaian prosedur tertentu. Langkah-langkah tersebut harus diikuti dengan seksama sehingga sampai pada kesimpualan yang benar. Dapat juga dikatakan bahwa metode ilmiah merupakan gabungan antara rasionalisme dan empirisme. Cara-cara berpikir rasional dan empiris tersebut tercermin dalam langkah-langkah yang terdapat dalam proses kegiatan ilmiah tersebut.

Kegiatan sains berawal dari pengamatan dan pencatatan baik terhadap gejala alam pada umumnya maupun percobaan alam yang dilakukan didalam laboratorium. Cara sains mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Dari hasil pengamatan atau observasi ini manusia berusaha untuk merumuskan konsep-konsep, prinsip, hukum, dan teori. Menurut Aly dan Eny (2008:13),

Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau menggunakan metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara

sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data yang empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori.


(35)

18 Teori yang didapatkan dalam sains selalu didasarkan atas pengamatan dan percobaan terhadap gejala-gejala alam. Suatu teori tidak akan

dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil pengamatan atau percobaan. Fakta-fakta tentang gejala alam diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui eksperimen, kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan teorinya. Menurut Nizbah (2013), terdapat dua aspek penting dari sains yakni langkah-langkah yang ditempuh dalam memahami alam (proses sains) dan pengetahuan yang dihasilkan berupa fakta, prinsip, konsep, dan teori (produk sains). Kedua aspek tersebut harus didukung oleh sikap sains (sikap ilmiah) berupa keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.

Fisika merupkan salah satu cabang dari sains dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori dan konsep. Fisika adalah ilmu yang mengkaji interaksi antara energi dan materi yang menjadi dasar dari ilmu

pengetahuan alam. Wahyudhi (2011) mengungkapkan bahwa belajar sains khususnya fisika yang berhubungan dengan gejala alam termasuk materi dan energi tidak hanya sekadar mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh ilmuwan. Akan tetapi, yang lebih penting adalah

pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Oleh karena itu maka


(36)

19 Pada kenyataannya pembelajaran fisika umumnya masih dilakukan

di kelas dan penyampaiannya masih menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran masih didominasi guru. Hal itu menyebabkan pembelajaran fisika berlangsung tanpa ada suatu kegiatan laboratorium atau kegiatan praktikum sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran menjadi rendah. Padahal fisika bukan hanyalah teori tetapi juga membutuhkan penemuan empirik. Keterampilan dan ketajaman dalam observasi suatu objek dari lingkungan merupakan sarana dasar untuk memperoleh pengetahuan baru. Agar terlaksana pembelajaran fisika di laboratorium yang baik dibutuhkan fasilitas laboratorium yang

memadai, selain itu dibutuhkan kemampuan guru yang memadai dalam melaksanaannya. Kemampuan guru, terutama guru fisika dalam

menerapkan proses pembelajaran fisika di laboratorium sangat diperlukan.

C. Laboratorium

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja, baik tempat yang didesain untuk berlangsungnya proses pembelajaran, maupun tempat yang tidak didesain secara khusus untuk proses pembelajaran. Berbeda dengan ruangan kelas, la boratorium biasanya digunakan untuk kegiatan pembelajaran tertentu yang bertujuan diantaranya untuk: a) Pembuktian suatu konsep atau teori melalui eksperimen (percobaan); b) Mendemonstrasikan suatu alat atau proses tertentu; c) Mencari dan menemukan sesuatu melalui cara dan prosedur kerja tertentu (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 33-34)


(37)

20 Laboratorium adalah tempat yang didesain untuk terjadinya proses

pembelajaran. Laboratorium adalah suatu tempat untuk memberikan kepastian atau menguatkan informasi, menentukan hubungan sebab akibat, menunjukkan gejala, memverifikasi teori, mengembangkan keterampilan proses, membantu siswa belajar menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah dan untuk melaksanakan penelitian. Wahyudhi (2011) mengemukakan laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium merupakan salah satu sarana untuk kegiatan belajar berdasarkan proses ilmiah.

Kegiatan laboratorium merupakan sarana yang tepat untuk

mengembangkan keterampilan proses serta meningkatkan minat belajar siswa sehingga ilmu pengetahuan lebih bermakna bagi siswa. Menurut Budiman, dkk. (2008: 135),

Kegiatan pembelajaran melalui kegiatan laboratorium memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat (secara kognitif, afektif, dan psikomotor) dengan tahap-tahap inkuiri dalam proses penyelidikan dan penemuan prinsip-prinsip atau konsep-konsep fisika.

Umumnya kegiatan di laboratium diarahkan agar siswa mampu menguji, memverifikasi atau membuktikan hukum atau prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh guru atau buku teks. Ada juga percobaan yang dirancang oleh guru, kemudian siswa diminta melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur yang membawa siswa pada prinsip atau hukum yang tidak diketahui sebelumnya berdasarkan data empiris yang diperoleh. Secara spesifik, tujuan praktik laboratoium dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(38)

21 Tabel 2.2 Tujuan Praktik Laboratorium

Ranah Tujuan

Kognitif

Meningkatkan perkembangan intelektual, memperkuat pembelajaran konsep-konsep ilmiah, mengembangkan keahlian pemecahan masalah, mengembangkan cara berpikir kreatif, meningkatkan pemahaman sains dan metode ilmiah.

Psikomotor

Mengembangkan keahlian melakukan investigasi ilmiah Mengembangkan keahlian menganalisis data investigasi Mengembangkan keahlian berkomunikasi

Mengembangkan keahlian bekerja sama Afektif

Memperkuat sikap positif terhadap sains meningkatkan persepsi yang positif terhadap kemampuan siswa untuk memahami dan untuk mempengaruhi lingkungannya.

Sumber: Wahyudhi (2011) Terdapat beberapa prinsip umum proses pembelajaran di laboratorium seperti yang dijelaskan Departemen Pendidikan Nasional (2008). Prinsip-prinsip tersebut diantaranya: a) Prinsip-prinsip belajar untuk berbuat, b) curiosity (keingintahuan), c) berpikir ilmiah. Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut biasanya laboratorium digunakan untuk melakukan eksperimen dan demonstrasi. Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran melalui eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,

membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Sedangkan demonstrasi adalah proses pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak


(39)

22 terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi, peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret. Dalam strategi pembelajaran demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

Pembelajaran sains khususnya fisika yang dilakukan di laboratorium tentunya akan meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah. Seperti disebutkan Wahyudhi (2011) bahwa peran pengajaran sains melalui praktek laboratorium adalah sebagai berikut:

1. Memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimenasi daripada sekedar penjelasan tertulis.

2. Persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks. 3. Memberikan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan, untuk

melatih penggunaan alat-alat laboratorium dan teknik penggunaannya. 4. Menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah.

D. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran (Sudrajat, 2008).


(40)

23 Pembelajaran dengan integrasi kegiatan ilmiah umumnya merupakan kegiatan inkuiri. Inkuiri adalah proses berpikir untuk memahami tentang sesuatu dengan mengajukan pertanyaan (Sani, 2014: 51). Pembelajaran inkuri dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan dan cara bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena adanya rasa ingin tahu yang mendorong dilakukannya proses inkuiri ilmiah untuk mencari jawaban secara rasional dan teruji secara empiris. Melalui pertanyaan tersebut siswa dilatih melakukan observasi terbuka, menentukan prediksi, dan kemudian menarik kesimpulan. Kegiatan seperti ini melatih siswa membuka pikirannya sehingga mampu membuat hubungan antara kejadian, objek atau kondisi dengan kehidupan nyata.

Dalam arti luas inkuiri dapat didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran atau pengetahuan (knowledge). Pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual saja tetapi seluruh potensi yang ada pada siswa, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari rasa ingintahu.

Seperti halnya pada model pembelajaran lain, model pembelajaran inkuiri memiliki langkah-langkah tertentu yang digunakan untuk mencapai tunjuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun


(41)

24 langkah-langkah pembelajaran tersebut, dijelaskan oleh Gulo (2002: 87), seperti berikut:

Pada hakikatnya metode pembelajaran inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah,

mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji

hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya pada kesimpulan yang pada taraf tertentu

diyakini oleh siswa yang bersangkutan.

Alur proses inkuiri tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3. Proses Inkuiri. Sumber: Gulo (2002: 87)

Inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Perencanaan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru sehingga siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran yang dilakukan, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.


(42)

25 Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:173),

Peran guru yang penting adalah (1) menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa berani bereksploitasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, (2) fasilitator dalam penelitian, (3) rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecahan masalah serta (4) pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternatif dalam pemecahan masalah. Sebagai pembimbing proses berpikir, guru menyampaikan banyak pertanyaan.

Ambarsari, dkk. (2013) berpendapat bahwa inkuiri terbimbing merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola pembelajaran di kelas. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berpikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran inkuiri

terbimbing membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Aktivitas inkuiri memberikan peluang yang cemerlang untuk membangun pengetahuan melalui discovery.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap permulaan, siswa diberikan lebih banyak bimbingan kemudian sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk yang diberikan guru. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Selain membimbing melalui pertanyaan, guru juga dapat memberikan


(43)

26 penjelasan-penjelasan seperlunya pada saat siswa akan melakukan

percobaan ataupun pengamatan.

Pada pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri siswa melakukan percobaan ataupun pengamatan sebagai proses sains untuk memperoleh sebuah fakta sains. Siswa juga akan memandang guru sebagai fasilitator lebih banyak bertanya, dimana pertanyaan itu digunakan untuk

mengembangkan kegiatan-kegiatan dan materi, terampil dalam

mengajukan sebab dan akibat dari hasil pengamatan dan penuh dengan ide-ide murni. Melalui keterampilan proses dikembangklan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, kritis , tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja dan bekerja sama dengan orang lain.


(44)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri di Bandarlampung yang mengimplementasikan kurikulum 2013, yaitu SMP Negeri 1 Bandarlampung, SMP Negeri 2 Bandarlampung, dan SMP Negeri 13 Bandarlampung.

B. Desain Penelitian

Penelitian yang berjudul “Studi Implementasi Scientific Approach dalam Pembelajaran Sains di Laboratorium Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing” dilakukan menggunakan desain deskriptif. Desain deskriptif merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan kenyataan yang ada atau terjadi di lapangan agar dapat dipahami secara mendalam sehingga akhirnya data tersebut dapat digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang diteliti.

Digunakannya desain deskriptif dalam penelitian ini kerena desain deskriptif dianggap sesuai untuk mencari jawaban atas masalah penelitian yang

diajukan. Penelitian ini dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di


(45)

28 laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan keadaan pembelajaran yang alamiah pada saat penelitian dilakukan. Hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat menggambarkan secara mendalam keadaan nyata yang ada.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPA kelas VIII yang mengajar di SMP Negeri di Bandarlampung yang mengimplementasikan kurikulum 2013. Diketahui jumlah guru IPA yang mengajar kelas VIII di SMP Negeri 1 Bandarlampung sebanyak 3 orang, di SMP Negeri 2

Bandarlampung sebanyak 2 orang, dan di SMP Negeri 13 Bandarlampung sebanyak 2 orang. Dari populasi, dipilih satu orang guru dari masing-masing sekolah secara random sehingga diperoleh sampel sebanyak 3 guru. Sampel tersebut yaitu G1 dari SMP Negeri 1 Bandarlampung, G2 dari SMP Negeri 2 Bandarlampung, dan G3 dari SMP Negeri 13 Bandarlampung

D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan sampel penelitian.

2. Menyiapkan instrumen yang dibutuhkan ketika penelitian dilakukan, yaitu lembar observasi, lembar penilaian RPP, lembar penilaian LKS, serta instrumen soal.

3. Melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di laboratorium secara langsung.


(46)

29 4. Mengumpulkan perangkat pembelajaran yang digunakan guru saat

pembelajaran, berupa RPP dan LKS.

5. Melakukan tes khusus bagi guru untuk mengetahui pengetahuan guru mengenai pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

6. Mencermati, menganalisis, dan memberikan skor data yang diperoleh. 7. Mendeskripsikan hasil analisis data.

E. Data Penelitian

Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data dalam penelitian ini berupa data keterlaksanaan pembelajaran, kesesuaian perangkat pembelajaran serta pengetahuan guru mengenai scientific approach. Data tersebut diperoleh melalui observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, analisis terhadap RPP dan LKS yang digunakan guru serta tes yang dilakukan terhadap guru.

F. Instrumen Penelitian 1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati secara langsung pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Untuk menyusun lembar observasi, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi instrumen yang terdiri dari 5 aspek utama yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Kisi-kisi


(47)

30 lembar observasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan kisi-kisi yang dibuat dikembangkanlah lembar observasi yang terdiri dari 14 butir aspek amatan yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Lembar penilaian RPP dan LKS

Lembar penilaian RPP dan LKS merupakan instrumen yang digunakan untuk mengamati kesesuaian perangkat pembelajaran yang digunakan guru dengan perangkat pembelajaran berbasis scientific approach menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Kisi-kisi lembar penilaian RPP dan LKS yang dibuat memuat 5 aspek utama yang dapat dilihat pada dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 5.

Berdasarkan kisi-kisi yang dibuat, dikembangkanlah lembar penilaian RPP dan LKS. Rincian aspek yang diamati pada lembar penilaian RPP sebanyak 14 butir dan pada lembar penilaian LKS sebanyak 17 butir. Format lembar penilaian RPP dan LKS yang dibuat memuat identitas guru, aspek pengamatan, dan kolom skor. Lembar penilaian RPP dapat dilihat pada Lampiran 4 sedangkan lembar penilaian LKS dapat dilihat pada Lampiran 6.

3. Instrumen soal

Tujuan pembuatan instrumen soal adalah untuk mengamati bagaimana pemahaman guru mengenai pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penyusun instrumen soal didasarkan pada kisi-kisi instrumen yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Instrumen


(48)

31 tersebut terdiri dari 5 aspek utama, yaitu mengamati, menanya,

mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dirumuskan, dibuatlah 25 butir soal pilihan jamak dengan 4 pilihan jawaban yang dapat dilihat pada Lampiran 8.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik observasi

Teknik observasi adalah teknik ilmiah yang biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang terjadi. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati secara langsung pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi diisi oleh observer (peneliti) dengan membubuhkan tanda cek pada aspek amatan yang muncul saat observasi. Observer juga dapat menambahkan deskripsi kegiatan pada kolom keterangan apabila diperlukan. Adapun hasil observasi yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 9.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data yang berbentuk dokumen yang mendukung disimpulkannya hasil penelitian yang valid dan reliabel. Menurut Sugiyono (2011: 392) dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari


(49)

32 observasi ataupun wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya apabila didukung oleh sejarah pribadi, autobiografi ataupun foto.

Dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini mencakup RPP dan LKS yang digunakan guru saat pembelajaran. RPP dan LKS yang digunakan guru dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, dan 16. Dokumen tersebut dibutuhkan untuk mengetahui kesesuaian prangkat pembelajaran yang digunakan guru dengan prangkat pembelajaran berbasis scientific

approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Lembar observasi diisi oleh peneliti dengan membubuhkan tanda cek pada aspek amatan yang muncul pada RPP dan LKS yang diamati. Adapun hasil analisis RPP yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 10, sedangkan hasil analisis LKS dapat dilihat pada Lampiran 11.

. 3. Tes

Tes adalah instrumen atau alat untuk mengumpulkan data tentang kemampuan objek penelitian. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui pengetahuan guru mengenai pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pengumpulan data menggunakan teknik tes ini dilakukan secara langsung pada guru bidang studi IPA

menggunakan instrumen tes pilihan jamak. Rekapitulasi hasil uji soal yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 12.


(50)

33 H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dalam penelitian ini bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh kemudian dikonstruksi membentuk pola hubungan tertentu. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan untuk menggambarkan secara mendalam keadaan nyata pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium. Sebelum data yang diperoleh dideskripsikan, terlebih dahulu dilakukan analisis data sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan dengan menghitung skor keterlaksanaan penerapan scientific approach dengan rumus: Skor keterlaksanaan kegiatan pembelajaran = ∑ � � � ℎ

� � � 4 Setelah didapatkan skor keterlaksanaan pengimplementasian scientific approach, skor tersebut kemudian disajikan dengan kategorisasi seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kategori Keterlaksanaan Penerapan Scientific Approach Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Suyanto (2009: 227) b. Untuk mengetahui kesesuaian perangkat pembelajaran yang digunakan


(51)

34 menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dilakukan dengan menghitung skor kesesuaiaan RPP dan LKS dengan rumus:

Skor kesesuaiaan RPP dan LKS = ∑ � � � ℎ � � � 4 Setelah didapatkan skor kesesuaiaan RPP dan LKS, skor tersebut kemudian disajikan dengan kategorisasi seperti pada Tabel 3.1. c. Untuk mengetahui pengetahuan guru mengenai pengimplementasian

scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing maka dilakukan analisis terhadap hasil tes pengetahuan guru. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan penghitungan skor soal yang telah diujikan. Penghitungan skor dilakukan dengan menghitung jumlah soal yang terjawab dengan benar dibagi jumlah soal yang diberikan dikali 4.

Selanjutnya, dilakukan perhitungan skor rata-rata dari tiap aspek yang diamati dan disajikan dalam tabel untuk mengetahui implementasi scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(52)

60

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitiana dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut: 1. Skor rata-rata keterlaksanaan pengimplementasi scientific approach

dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pem-belajaran inkuiri terbimbing adalah 2,48 dengan kategori kurang baik. 2. Skor rata-rata kesesuaian perangkat pembelajaran yang digunakan guru

dengan perangkat pembelajaran berbasis scientific approach adalah 2,62 dengan kategori baik.

3. Skor rata-rata pengetahuan guru mengenai scientific approach adalah 2,08 dengan kategori kurang baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan sebagai berikut:

1. Bagi guru IPA terpadu khususnya yang melaksanakaan pembelajaran di laboratorium menggunakan scientific approach dan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya dapat lebih menggembangkan langkah-langkah scientific approach. Langkah-langkah-langkah scientific approach yang perlu ditampilkan, yaitu mengamati dan menanya serta perlu


(53)

61 2. Guru IPA terpadu hendaknya lebih mengembangkan perangkat

pembelajaran yang digunakan agar sesuai memuat langkah-langkah scientific approach dan mengembangkan wawasan scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium.

3. Bagi pengawas mata pelajaran IPA kota Bandarlampung serta kepala sekolah terutama untuk sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 hendaknya lebih memperhatikan pengimplementasian scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium yang dilakukan .


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Lukmanul Hakim. 2013. Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013: Kajian Dokumen Terhadap Kurikulum 2013. Diakses 3 November 2014 dari http://www.kemdikbud.go.id.

Aly, Abdullah & Eny Rahma. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Ambarsari, Wiwin, Slamet Santosa & Maridi. 2013. Penerapan Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Pendidikan Biologi. Vol. 5 No 1: 81-95. Diakses 18 Oktober 2014 dari

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/ index.php/bio/article/view/1441/1022. Anonim a. 2013. Panduan Kurikulum 2013. Jakarta: BPSDMPK.

Anonim b. 2013. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Azroqu, Qoqo. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1–11. Diakses 15 Oktober 2014 dari http://qoqoazroqu.blogspot.com/2013/01/undang-undang-republik-indonesia-nomor.html.

Budiman, Indra, Paulus Cahyono Tjiang dan Dadi Rusdiana. 2008. Model Pembelajaran Latihan Inquiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi Rumah Tangga dan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Vol. 2 No 3: 126-138.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.


(55)

Faiq, Muhammad. 2013. Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum 2013 . Diakses 25 September 2014 dari http://penelitiantindakan

kelas.blogspot.com/2013/07/pendekatan-scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html.

. 2012. Analisis Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Proses Kegiatan Belajar Mengajar Kimia Materi Pokok Ikatan Kimia Kelas X di SMA NU 02 Sunan Abinawa Kendal. Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo diakses 29 Maret 2015 dari

http://eprints.walisongo.ac.id/416/.

Fauzi, Ahmad. 2011. Pentingnya Pembelajaran Fisika Melalui Kegiatan

Laboratorium Fisika Berbasis Inquiry. Orbith. Vol.7 No 1: 86-93. Diakses 18 Oktober 2014 dari http://eprints.uns.ac.id/1712/1/7-1-2011_Hal_86-93.pdf.

Firdaus. 2011. Lembar Kerja Siswa (LKS) Sebagai Sumber Belajar. Diakses 21 April 2015 dari https://pirdauslpmp.wordpress.com/ 2011/04/19/lembar-kerja-siswa-lks-sebagai-sumber-belajar/

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hariadi, Teguh. 2013. Definisi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Diakses 6

September 2014 dari http://perangkatguruindonesia.blogspot.com/ 2013/11/definisi-pendekatan-saintifik-kurikulum.html.

Kemendikbud. 2013. Pendekatan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT.Refika Aditama.

Nandang. 2009. Hakikat Sains. Diakses 18 Oktober 2014 dari http://nandang.blog detik.com/2009/04/13/hakikat-sains/.

Nizbah, Faisal. 2013. Hakikat dan Pengertian Sains. Diakses 18 November 2014 dari http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/07/hakikat-dan-pengertian-sains.html.

Purnama, Heri. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(56)

Sudrajat, Ahmad. 2013. Pendekatan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Diakses 15 Oktober 2014 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2013/07/18/pendekatan-saintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran/ . 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Diakses 29 September

2014 dari https://akhmadsudrajat.wordpress.com/implementasi-dan-pengembangan-kurikulum-2013/.

. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. Diakses 18 Juni 2014 dari https://akhmad sudrajat. wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumintono, Bambang. 2010. Pengajaran Sains dengan Praktikum Laboratorium: Perspektif dari Guru-Guru Sains SMPN di Kota Cimahi. Jurnal

Pengajaran MIPA. Vol.15 No 2: 120-127. Diakses 12 April 2015 dari fpmipa.upi.edu/index.php/jpmipa/article/viewFile/291/202.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila.

Syarifuddin. 2015. Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran IPA SMP. Diakses 12 Maret 2015 dari http://lpmpsumbar.org.

Wahyudhi, Ribut Adhi. 2011. Pengajaran Sains di Laboratorium. Diakses 18 November 2014 dari http://yudhiart.blogspot.com/ 2011/02/ pengajaran-sains-di-laboratorium.html.

Warma, Rafika, Taufik Rahman dan Saefudin. 2014. Analisis Implementasi Scientific Approach dalam Proses Pembelajaran IPA SMP Kurikulum 2013. Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. Hal: 171-182. Diakses 12 April 2015 http://prosiding.Upgrismg.ac.id/index.php/ masif2014/masif2014/paper/viewFile/428/379.


(1)

34 menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dilakukan dengan menghitung skor kesesuaiaan RPP dan LKS dengan rumus:

Skor kesesuaiaan RPP dan LKS = ∑ � � � ℎ

� � � 4

Setelah didapatkan skor kesesuaiaan RPP dan LKS, skor tersebut kemudian disajikan dengan kategorisasi seperti pada Tabel 3.1. c. Untuk mengetahui pengetahuan guru mengenai pengimplementasian

scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing maka dilakukan analisis terhadap hasil tes pengetahuan guru. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan penghitungan skor soal yang telah diujikan. Penghitungan skor dilakukan dengan menghitung jumlah soal yang terjawab dengan benar dibagi jumlah soal yang diberikan dikali 4.

Selanjutnya, dilakukan perhitungan skor rata-rata dari tiap aspek yang diamati dan disajikan dalam tabel untuk mengetahui implementasi

scientific approach dalam pembelajaran sains di laboratorium


(2)

60

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitiana dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut: 1. Skor rata-rata keterlaksanaan pengimplementasi scientific approach

dalam pembelajaran sains di laboratorium menggunakan model pem-belajaran inkuiri terbimbing adalah 2,48 dengan kategori kurang baik. 2. Skor rata-rata kesesuaian perangkat pembelajaran yang digunakan guru

dengan perangkat pembelajaran berbasis scientific approach adalah 2,62 dengan kategori baik.

3. Skor rata-rata pengetahuan guru mengenai scientific approach adalah 2,08 dengan kategori kurang baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan sebagai berikut:

1. Bagi guru IPA terpadu khususnya yang melaksanakaan pembelajaran di laboratorium menggunakan scientific approach dan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya dapat lebih menggembangkan langkah-langkah scientific approach. Langkah-langkah scientific approach yang perlu ditampilkan, yaitu mengamati dan menanya serta perlu


(3)

61 2. Guru IPA terpadu hendaknya lebih mengembangkan perangkat

pembelajaran yang digunakan agar sesuai memuat langkah-langkah

scientific approach dan mengembangkan wawasan scientific approach

dalam pembelajaran sains di laboratorium.

3. Bagi pengawas mata pelajaran IPA kota Bandarlampung serta kepala sekolah terutama untuk sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 hendaknya lebih memperhatikan pengimplementasian scientific approach


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Lukmanul Hakim. 2013. Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013:

Kajian Dokumen Terhadap Kurikulum 2013. Diakses 3 November 2014

dari http://www.kemdikbud.go.id.

Aly, Abdullah & Eny Rahma. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Ambarsari, Wiwin, Slamet Santosa & Maridi. 2013. Penerapan Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Pendidikan

Biologi. Vol. 5 No 1: 81-95. Diakses 18 Oktober 2014 dari

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/ index.php/bio/article/view/1441/1022. Anonim a. 2013. Panduan Kurikulum 2013. Jakarta: BPSDMPK.

Anonim b. 2013. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentangStandar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentangImplementasi

Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Azroqu, Qoqo. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1–11. Diakses 15 Oktober 2014

dari http://qoqoazroqu.blogspot.com/2013/01/undang-undang-republik-indonesia-nomor.html.

Budiman, Indra, Paulus Cahyono Tjiang dan Dadi Rusdiana. 2008. Model Pembelajaran Latihan Inquiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi Rumah Tangga dan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa SMP.

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Vol. 2 No 3: 126-138.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.


(5)

Faiq, Muhammad. 2013. Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum 2013 . Diakses 25 September 2014 dari http://penelitiantindakan

kelas.blogspot.com/2013/07/pendekatan-scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html.

. 2012. Analisis Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Proses Kegiatan Belajar Mengajar Kimia Materi Pokok Ikatan Kimia Kelas X di SMA NU 02 Sunan Abinawa Kendal.Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo diakses 29 Maret 2015 dari

http://eprints.walisongo.ac.id/416/.

Fauzi, Ahmad. 2011. Pentingnya Pembelajaran Fisika Melalui Kegiatan

Laboratorium Fisika Berbasis Inquiry. Orbith. Vol.7 No 1: 86-93. Diakses 18 Oktober 2014 dari http://eprints.uns.ac.id/1712/1/7-1-2011_Hal_86-93.pdf.

Firdaus. 2011. Lembar Kerja Siswa (LKS) Sebagai Sumber Belajar. Diakses 21 April 2015 dari https://pirdauslpmp.wordpress.com/ 2011/04/19/lembar-kerja-siswa-lks-sebagai-sumber-belajar/

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hariadi, Teguh. 2013. Definisi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Diakses 6

September 2014 dari http://perangkatguruindonesia.blogspot.com/ 2013/11/definisi-pendekatan-saintifik-kurikulum.html.

Kemendikbud. 2013. Pendekatan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT.Refika Aditama.

Nandang. 2009. Hakikat Sains. Diakses 18 Oktober 2014 dari http://nandang.blog detik.com/2009/04/13/hakikat-sains/.

Nizbah, Faisal. 2013. Hakikat dan Pengertian Sains. Diakses 18 November 2014 dari http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/07/hakikat-dan-pengertian-sains.html.

Purnama, Heri. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi


(6)

Sudrajat, Ahmad. 2013. Pendekatan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Diakses 15 Oktober 2014 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2013/07/18/pendekatan-saintifikilmiah-dalam-proses-pembelajaran/ . 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Diakses 29 September

2014 dari https://akhmadsudrajat.wordpress.com/implementasi-dan-pengembangan-kurikulum-2013/.

. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik,

dan Model Pembelajaran. Diakses 18 Juni 2014 dari https://akhmad

sudrajat. wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumintono, Bambang. 2010. Pengajaran Sains dengan Praktikum Laboratorium: Perspektif dari Guru-Guru Sains SMPN di Kota Cimahi. Jurnal

Pengajaran MIPA. Vol.15 No 2: 120-127. Diakses 12 April 2015 dari

fpmipa.upi.edu/index.php/jpmipa/article/viewFile/291/202.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila.

Syarifuddin. 2015. Analisis Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran

IPA SMP. Diakses 12 Maret 2015 dari http://lpmpsumbar.org.

Wahyudhi, Ribut Adhi. 2011. Pengajaran Sains di Laboratorium. Diakses 18 November 2014 dari http://yudhiart.blogspot.com/ 2011/02/ pengajaran-sains-di-laboratorium.html.

Warma, Rafika, Taufik Rahman dan Saefudin. 2014. Analisis Implementasi

Scientific Approach dalam Proses Pembelajaran IPA SMP Kurikulum

2013. Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. Hal: 171-182. Diakses 12 April 2015 http://prosiding.Upgrismg.ac.id/index.php/ masif2014/masif2014/paper/viewFile/428/379.