ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(1)

Oleh

DEDE SAPUTRA

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang kompleks dan multidimensional. Oleh karenanya perlu dicari solusi untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi tingkat kemiskinan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran dari tahun 1999 –2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data tahunan dari tahun 1999 hingga 2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinan. Oleh karenanya perkembangan pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran patut menjadi pertimbangan.

Kata Kunci: Tingkat Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Pendidikan, Tingkat Pengangguran,Ordinary Least Square.


(2)

By

DEDE SAPUTRA

ABSTRACT

Poverty is one of the problems in economic which is complex and multidimentional. Because of that, it is important in finding solution to eliminate or at least to reduce poverty. The purpose of this study was to analyze the effect of economic growth, minimum wage, education and unemployment rate from 1999– 2013. The method is using Ordinary Least Square. The data used are secondary data are annual data from 1999 to 2013. The results showed that the variables of economic growth, minimum wage, education and unemployment rates have significant influence to poverty. Therefore, the development of economic growth, minimum wage, education and unemployment rate should be considered.

Keywords : Poverty Rates, Economic Growth, Minimum Wages, Education, Unemployment Rate, Ordinary Least Square.


(3)

Oleh DEDE SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, pada tanggal 20 September 1991. Sebagai anak kelima dari lima bersaudara, buah cinta dari pasangan Bapak H. Abdur Rachman (alm) dan Hj. Ibu Rubiah.

Pendidikan yang penulis tempuh Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kalibalau Kencana Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 17 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam dalam organisasi tingkat Fakultas, pada tahun 2010 penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi sebagai Brigradir Muda dan juga anggota aktif Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEPA), pada tahun 2012 menjadi Kepala Bidang 1 Pengkajian dan Penalaran Ilmiah HIMEPA. Dan pada tahun 2013 penulis terpilih untuk menjadi Ketua Komisi 1 Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada tahun 2011 dan 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) serta Kementrian Koperasi dan UMKM. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2014 selama 40 hari di Kedaton 2, Kecamatan Batang hari Nuban Kabupaten Lampung Timur.


(8)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Alhamdulllahirabbil’alamin….

Akhirnya aku sampai ke titik ini,

sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb

Sembah sujud serta puji dan syukurku pada-Mu ya Allah. Tuhan semesta alam yang menciptakanku dengan bekal yang begitu teramat sempurna. Taburan cinta,

kasih sayang, rahmat dan hidayat-Mu telah memberikan ku kekuatan, kesehatan, semangat pantang menyerah dan memberkatiku dengan ilmu pengetahuan serta cinta yang pasti ada disetiap ummat-Mu. Sholawat dan salam selalu ku limpahkan

keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.

Ku persembahkan karya kecil ini untuk orang tercinta dan tersayang atas kasihnya yang berlimpah. Teristimewa untuk Ayahanda (alm) dan Ibunda tercinta, tersayang, terkasih, dan yang terhormat. Kupersembahkan sebuah tulisan dari didikan kalian yang ku aplikasikan dengan ketikan hingga menjadi barisan tulisan

dengan beribu kesatuan, berjuta makna kehidupan, tidak bermaksud yang lain hanya ucapanTERIMA KASIHyang setulusnya tersirat dihati yang ingin ku sampaikan atas segala usaha dan jerih payah pengorbanan untuk anak bungsu mu selama ini. Hanya sebuah kado kecil yang dapat ku berikan dari bangku kuliahku yang memiliki sejuta makna, sejuta cerita, sejuta kenangan, pengorbanan, dan perjalanan untuk dapatkan masa depan yang ku inginkan atas restu dan dukungan

yang kalian berikan.

Ku bermohon dalam sujudku pada Mu ya Allah, ampunilah segala dosa-dosa orang tuaku, bukakanlah pintu rahmat, hidayat, rezeki bagi mereka yang Allah,

maafkan atas segala kekhilafan mereka, jadikan mereka ummat yang selalu bersyukur dan menjalankan perintah-Mu. Dan jadikan hamba Mu ini anak yang

selalu berbakti pada orang tua, dan dapat mewujudkan mimpi orang tua serta membalas jasa orang tua walaupun jelas terlihat bahwa jasa orang tua begitu besar,

takkan terbalas oleh dalam bentuk apapun. Kabulkan do’aku ya Rabb. Aamiin. Teruntuk dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, dukungan dan doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi

ini.


(9)

MOTO

“ Bacalah dengan nama Tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan mu lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Qalam. Dialah yang mengajarkan manusia segala yang

belum diketahui ” ( QS. Al-Alaq : 1 – 5 )

“ Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah ”

“ Sebaik-baik pembantu Iman adalah Ilmu. Sebaik-baiknya pembantu Ilmu adalah Akal. Sebaik-baiknya pembantu Akal adalah Kelembutan ”

( H.R Biharul Anwar )

“ Ku olah kata, Ku baca makna, Ku ikat dalam alinea, Ku bingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana Ku terima, Bunda pun bahagia ”

( Dede Saputra )

“Bukan seberapa besar mimpi kalian, tapi seberapa besar kalian untuk mimpi itu“ “ Yakin Usaha Sampai ”


(10)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara” Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selalu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak M.Husaini, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Ibunda Asih Murwiati, S.E, M.E selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

3. Bapak Johannis Damiri, S.E, M.Sc, Ph.D selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini sejak awal hingga akhir kepada penulis.


(11)

5. Bapak Yourni Atmaja, S.E, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan saran. 6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membekali

penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan. 7. Bu Mar, Bu Yati, Pakde dan para staf jurusan Ekonomi Pembangunan yang

telah membantu kelancaran proses skripsi ini.

8. Keluarga tercinta. Almarhum Ayah dan Ibunda yang tiada hentinya dan tak pernah lelah mendoakan. Kakak-Kakak ku serta Keponakan-Keponakan ku yang selalu memberikan senyuman penyemangat dan doa yang tulus ikhlas. 9. Sahabat-sahabat karibku Hendra, Hendra Y, Rian, Putra, Usman, Arif,

Anton terima kasih atas persahabatan selama ini.

10. Tempatku ditempa dan diberi banyak pelajaran, Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bandar Lampung Komisariat Ekonomi Universitas Lampung, sungguh tidak bisa terbayar berproses disana, terima kasih HMI.

11. Alumni dan Senior-senior HMI yang selalu mengawasi dan selalu memberikan pelajaran yang tidak pernah saya dapatkan di kampus.

12. Saudara seperjuangan HMI 10, Dimas Pajar Kasih, Chairman Sani, Dicky Riefaldi, Darusman Tohir, Jevri Aprizal, Muhardi Ali, Febi Saputra, Wahyu Saputra, Anas, M.Satria, Yuda, Faiz Ramadhan, Beni, Firaz, Zuliandri, Ari, Sidiq Teja, terima kasih atas kebersamaan untuk berjuang selama ini.

13. Adik-adik Komisariat Angkatan Kepoks, Ilalang, Insting, Katak, Rebbana dan lainnya, terus berjuang, terus berproses, jangan pernah lelah.


(12)

15. Teman-teman seperjuangan skripsi, Febri, Ardan, Dwi Adi.

16. Teman-teman seperjuangan EP 10, Abah, Yanu, Alex, Kevin, Irfan, Andika, Ega, Rendi, Angga, Hasby, Abi dan teman-teman lainnya terima kasih atas kesempatan, pengalaman semasa kuliah.

17. Keluarga Besar Pengurus Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEPA) 2012-2013, Hanna, Citra, Devy, Danny Can, Putri, Iduy.

18. Kakak tingkat EP angkatan 2007, 2008 dan 2009 serta adik-adik EP 2011 dan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun terima kasih banyak atas dukungannya.

19. Keluarga KKN Ican, Dewa, Dewi, Ega, Ketho, Diki, Rian, Diah.

20. Keluarga Besar PT. CSS, Tiwi, Ana, Elly, Ria, Mba Fitri, Mba Ayu, Mba Lisa, Mba Hana, Ibu Dewi, Pak Fikri, Pak Pujo, Pak Zul, Pak Medi, Mas Sis dan para staf terima kasih atas kesempatan, pengalaman dan doa nya.

21. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, 20 Februari 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Kerangka Pemikiran... 16

F. Hipotesis ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 19

II. TINJAUAN PUSTAKA... 21

A. Kemiskinan ... 21

1. Pengertian Kemiskinan ... 21

2. Ukuran Kemiskinan ... 24

B. Pertumbuhan Ekonomi... 27

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 27

2. Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pertumbuhan Ekonomi... 32

C. Upah ... 32

1. Teori Upah Minimum ... 34

2. Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Upah Minimum ... 37

D. Pendidikan ... 37

1. Pembangunan Modal Manusia Melalui Pendidikan ... 40

2. Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pendidikan... 41

E. Pengangguran... 42

1. Dampak Pengangguran ... 45

2. Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pengangguran... 46

F. Tinjauan Empirik ... 46

III.METODE PENELITIAN ... 50

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 50

B. Jenis dan Sumber Data... 51

C. Metode Analisis ... 52


(14)

D. Tahapan Analisis... 53

1. Uji Heterokedastisitas ... 54

2. Uji Autokorelasi... 55

3. Uji Normalitas... 56

4. Uji Multikolinieritas... 57

4.1. Akibat dari masalah Multikolinieritas ... 58

4.2. Prosedur Penanggulangan Masalah Multikolinieritas ... 59

4.3. Principal Component Regression (PCR) Mengatasi Masalah Multikolinieritas... 59

5. Uji Hipotesis ... . 60

5.1.Koefisien Determinasi ( R² ) ... .... 60

5.2.Pengujian Secara Bersama-sama ( Uji-F ) ... 61

5.3.Pengujian Secara Parsial atau Individu ( Uji-t )... 62

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik ... 65

1. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 65

2. Hasil Uji Autokorelasi ... 66

3. Hasil Uji Normalitas ... 68

4. Hasil Uji Multikolonieritas ... 72

B. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama ... 73

C. Hasil Uji Hipotesis………... 76

1. Uji F ... 76

2. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial ( Uji-t ) ... 76

2.1.Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan……….. 77

2.2.Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Tingkat Kemiskinan .. 78

2.3.Pengaruh Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan .... 78

2.4.Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap TingkatKemiskinan ………. 79

D. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan………. 79

E. Keterbatasan Penelitian ... 83

V. Simpulan dan Saran ... 84

A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Upah Minimum Regional ( UMR ) di Kabupaten

Lampung Utara tahun 2008-2012 ( Rupiah ) ... 12

2. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 47

3. Ringkasan Penelitian Terdahulu ( Lanjutan ... 48

4. Ringkasan Penelitian Terdahulu ( Lanjutan ) ... 49

5. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 66

6. Hasil Uji Autokorelasi ... 66

7. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel K ... 69

8. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel X1 ... 69

9. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel X2 ... 69

10. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel X3 ... 69

11. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel X4 ... 69

12. Hasil Uji Multikolinieritas ... 72

13. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama ... 73

14. Hasil Uji F ... 76


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data tahunan Tingkat Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi,

Upah Minimum Regional, Pendidikan dan Pengangguran ... L.1 2. Hasil Uji Heterokedastisitas ... L.3 3. Hasil Uji Autokorelasi ... L.5 4. Hasil Uji Normalitas ... L.7 5. Kurva dan Grafik Hasil Uji Normalitas ... L.21 6. Hasil Uji Multikolinieritas ... L.22 7. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama ... L.24


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 2008-2013 ( persen ) ... 3 2. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Lampung tahun 2008-2013

( persen )... 5 3. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung tahun 2008-2011………. 6

4. Perkembangan Tingkat Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten

Lampung Utara tahun 2008-2012 ... ... 7 5. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Kabupaten

Lampung Utara tahun 2010-2012 ( persen )………. .. 10 6. Tingkat Pengangguran di Kabupaten Lampung Utara tahun

2008-2012 ( persen )………. 14


(18)

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan ekonomi, pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todaro, 2000 : 163). Sedangkan salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia.

Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu ( Nasir dkk, 2008 : 27).


(19)

Menurut Chambers (1987 : 145-148) kemiskinan dianggapnya sebagai proses interaksi dari berbagai faktor yang muncul sebagai akibat dari situasi

ketidakadilan, ketidakpastian, ketimpangan, ketergantungan dalam struktur masyarakat. Oleh karena itu, kemiskinan lebih tepat disebut sebagai perangkap kemiskinan(deprivation trap)yang terdiri dari lima unsur penyebab kemiskinan yang saling terkait yaitu : ketidakberdayaan(powerlessness), kerawanan atau kerentanan(vulnerability), kelemahan fisik(physical weakness),kemiskinan (poverty), dan isolasi(isolation). Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.

Dalam arti luas, Chambers (dalam Suryawati, 2005 : 1) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatuintergrated conceptyang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (poverty), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan

menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) . ketergantungan

(dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.

Menurut BPS (2012), seseorang masuk dalam kriteria miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.


(20)

Gambar 1. Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2008-2013 (persen) Sumber : BPS, Statistik Indonesia, 2013

Tingkat kemiskinan di Indonesia pada periode tahun 2008 hingga tahun 2013 mengalami kecenderungan yang menurun, seperti terlihat pada Gambar 1. Pada periode tahun 2008 sampai 2013 tingkat kemiskinan turun dari sebesar 15,42 persen pada tahun 2008 menjadi 11,47 pada tahun 2013. Penurunan ini

disebabkan tren perekonomian Indonesia yang relatif tumbuh dan perekonomian yang terus membaik dari waktu ke waktu (BPS, 2013).

Kebijakan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan dalam kurun waktu lima tahun (2009-2014) yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2009-2014. Kebijakan disusun agar strategi penanggulangan kemiskinan Provinsi Lampung dapat dilaksanakan secara terpadu, terukur, sinergis, dan terencana yang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan berbagai pihak dan dikelola sebagai

15.42

14.15

13.33

12.49

11.66

11.47

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

2008 2009 2010 2011 2012 2013


(21)

suatu gerakan bersama penanggulangan kemiskinan.Usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah kemiskinan sangatlah serius, bahkan merupakan salah satu program prioritas, termasuk bagi pemerintah Provinsi Lampung. Upaya penanggulangan kemiskinan di Provinsi Lampung dilaksanakan melalui strategi utama penanggulangan kemiskinan yaitu sebagai berikut ; 1) Strategi pemenuhan kebutuhan dasar, 2) Strategi memperbaiki program perlindungan sosial, 3) Strategi pemberdayaan kelompok masyarakat miskin, 4) Strategi pembangunan inklusif, 5) Strategi penguatan kelembagaan penanggulangan kemiskinan, 6) Strategi reorientasi kebijakan (Bappeda Lampung, 2013).

Hasil dari upaya penanggulangan kemiskinan di Provinsi Lampung

memperlihatkan pengaruh yang positif. Hal ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang mengalami pola yang menurun. Gambar 2 menunjukkan kecenderungan penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 tingkat kemiskinan sebesar 20,93 persen dan turun menjadi 14,39 persen di tahun 2013( Badan Pusat Statistik, 2013 ).


(22)

Gambar 2. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Lampung tahun 2008-2013 (persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013

Tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung merupakan tingkat kemiskinan agregat dari 14 kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Gambar 3 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di 14 Kabupaten/kota masih tidak merata, dan sebagian besar tingkat kemiskinannya masih tinggi. Kabupaten Lampung Utara merupakan kabupaten dengan persentase kemiskinan tertinggi diantara kabupaten/kota yang lainnya di Provinsi Lampung.

20.93

20.22

18.94

16.93

15.65

14.39

0 5 10 15 20 25

2008 2009 2010 2011 2012 2013


(23)

Gambar 3. Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2008-2011

Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2012

Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung tahun 2012, tingkat

kemiskinan di kabupaten Lampung Utara merupakan tingkat kemiskinan tertinggi di antara kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Pada tahun 2008 tingkat

kemiskinan di kabupaten Lampung Utara mencapai 31,24 persen tertinggi di antara kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Meskipun dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tingkat kemiskinan di kabupaten Lampung Utara mengalami penurunan, tetapi ini menjadi masalah yang perlu perhatian lebih mengingat tingkat kemiskinan di kabupaten Lampung Utara masih tinggi atau diatas tingkat kemiskinan Provinsi Lampung dan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Lampung.

Persentase penduduk miskin yang cukup tinggi di kabupaten Lampung Utara di antara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Lampung mengidentifikasikan bahwa perlu usaha yang signifikan dan terarah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lampung Utara agar mampu menurunkan tingkat kemiskinan di daerah tersebut.

0 5 10 15 20 25 30 35

2008 2009 2010 2011


(24)

Upaya dan kebijakan penanggulangan kemiskinan merupakan suatu kegiatan yang perlu berjalan secara simultan dan kerjasama antar pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait secara terpadu. Dalam kurun waktu 5 tahun upaya dan kebijakan tersebut telah meghasilkan perkembangan yang positif untuk menurunkan tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada gambar 4 tren penurunan tingkat kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

Gambar 4.Perkembangan Tingkat Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Lampung Utara tahun 2008-2012

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Utara, 2014

Persentase penduduk miskin pada tahun 2008 mencapai sekitar 31,24 persen. Angka ini pada tahun 2012 menurun sekitar 6,07 persen hingga menjadi sekitar 25,17 persen. Selama periode 2008-2012, penurunan rata-rata persentase penduduk miskin per tahun sekitar 1,21 persen.

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) pada tahun 2008 mencapai sekitar 6,49. Angka ini pada tahun 2012 menurun sekitar 2,09 hingga menjadi sekitar 4,40.

31.24 28.96

28.19

26.33

25.17

6.49 4.99

5.42 5.94 4.4

1.72 1.39 1.57 1.81

1.13 0 5 10 15 20 25 30 35

2008 2009 2010 2011 2012

Persentase Penduduk Miskin P1 ( Indeks Kedalaman Kemiskinan ) P2 ( Indeks Keparahan Kemiskinan )


(25)

Selama periode 2008-2012, penurunan rata-rata indeks kedalaman kemiskinan per tahun sekitar 0.41.

Indeks keparahan kemiskinan (P2) pada tahun 2008 mencapai sekitar 1,72. Angka ini pada tahun 2012 menurun sekitar 0.59 hingga menjadi sekitar 1,13. Selama periode 2008-2012, penurunan rata-rata indeks keparahan kemiskinan per tahun sekitar 0.11.

Proses pembangunan memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan (Wongdesmiwati, 2009 : 23).

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat keharusan(necessary condition)bagi pengurangan tingkat kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya ialah bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar disetiap golongan

pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin. Secara langsung, hal ini berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi di sektor-sektor dimana penduduk miskin bekerja yaitu sektor pertanian atau sektor yang padat karja. Adapun secara


(26)

tidak langsung, diperlukan pemerintah yang yang cukup efektif mendistribusikan manfaat pertumbuhan yang mungkin didapatkan dari sektor modern seperti jasa yang padat modal (Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2008 : 27).

Penelitian yang dilakukan Wongdesmiwati (2009 : 163) menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan maka pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan.

Gambar 5 menunjukkan bahwa sampai tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari 5,44 persen di tahun 2010 menjadi 6,03 persen di tahun 2012. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi ini diikuti dengan kecenderungan penurunan penduduk miskin dari tahun ke tahun. yakni 28,19 persen di tahun 2010 dan turun menjadi 25,17 persen di tahun 2012 (BPS Lampung Utara 2013).


(27)

Gambar 5.Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010-2012 (persen)

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Utara, 2013( diolah )

Kebijakan upah minimum juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.

Gagasan upah minimum yang sudah dimulai dan dikembangkan sejak awal tahun 1970-an bertujuan untuk mengusahakan agar dalam jangka panjang besarnya upah minimum paling sedikit dapat memenuhi Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), sehingga diharapkan dapat menjamin tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta keluarga dan sekaligus dapat mendorong peningkatan produktivitas kerja dan kesejahteraan buruh (Sumarsono, 2003 : 141).

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 7 tahun 2013. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring

pengaman.Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan 28.19 26.33 25.17 5.44 5.89 6.03 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6 6.1 23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5 28 28.5

2010 2011 2012

Persentase Penduduk Miskin Laju Pertumbuhan Ekonomi


(28)

yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu. Kebijakan penetapan upah minimum oleh pemerintah adalah kebijakan yang diterapkan dengan tujuan sebagai jaring pengaman terhadap pekerja atau buruh agar tidak diekspolitasi dalam bekerja dan mendapat upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum (KHM). Jika kebutuhan hidup minimum dapat terpenuhi, maka kesejahteraan pekerja meningkat dan terbebas dari masalah kemiskinan .

KHL merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi seorang pekerja atau buruh lajang untuk dapat hidup layak, baik fisik, non fisik, dan sosial selama satu bulan. Seorang pekerja dianggap hidup layak jika upahnya mampu memenuhi kebutuhan 3000 kalori per hari. Oleh karena itu, KHL menjadi salah satu pertimbangan dalam penetapan upah minimum. Ada 7 komponen KHL yang selalu dihitung, yaitu makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, serta rekreasi dan tabungan.

Tabel 1 menunjukkan bahwa sampai tahun 2008 tingkat upah minimum regional di Kabupaten Lampung Utara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 tingkat upah minimum sebesar Rp.617.000 kemudian naik menjadi Rp. 691.000 di tahun 2009 dan Rp. 767.500 di tahun 2010. Kenaikan tertinggi terjadi di tahun 2012, dari Rp. 983.000 di tahun 2013 menjadi Rp. 1.160.000.


(29)

Tabel 1. Perkembangan Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2008-2013 (Rupiah)

Tahun UMR

2008 617.000

2009 691.000

2010 767.500

2011 855.000

2012 983.000

2013 1.160.000

Sumber : BPS Lampung Utara

Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pendidikan. Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia(human capital)dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan (Sitepu dan Bonar, 2004 : 360).

Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidkan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat.

Konsekuensinya, pemerintah pusat dan daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan


(30)

SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat, agar mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan

keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut harusnya menjadi semangat untuk terus melakukan upaya

mencerdaskan bangsa (Suryawati, 2005 : 121).

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008 : 359)

menemukan bahwa pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting dalam menurunkan tingkat kemiskinan.

Pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Lampung Utara selama ini telah dilakukan melalui upaya pengembangan dan relevansi pendidikan sesuai dengan tujuan perkembangan iptek dan kebutuhan pasar kerja, dengan memperhatikan sistem pendidikan nasional yang berjalan dan juga sasaran komitmen-komitmen Internasional di bidang pendidikan. Akses masyarakat terhadap fasilitas-fasilitas pendidikan dapat dilihat dari angka partisipasi murni (APM) SD/MI 97,41 % menjadi 91,17 %, SMP/MTS dari 71,08 % menjadi 71,00 % dan SMA/MA/SMK meningkat dari 32,01 % menjadi 46,88 % serta proporsi penduduk melek huruf dari 95,23 % menjadi 95,71 % masing-masing pada tahun 2008 dan tahun 2012 (BPS Lampung Utara, 2013).


(31)

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah

pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh(full employment)dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan (Sukirno, 2004 : 28).

Gambar 6.Tingkat Pengangguran di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2008-2012 (persen)

Sumber: BPS Lampung Utara, 2013

Gambar 6 menunjukkan tingkat pengangguran di Kabupaten Lampung Utara tergolong masih tinggi, dimana masih dalam kisaran diatas 5 persen. Tingkat pengangguran di Lampung Utara tidak stabil, mengalami beberapa kali fase naik turun atau berfluktuasi. Pada tahun 2008, tingkat pengangguran sebesar 8,1 persen, kemudian naik menjadi 10,61 persen di tahun 2009. Pada tahun 2010 dan

8.1

10.61

8.9

6.46

8.18

0 2 4 6 8 10 12

2008 2009 2010 2011 2012

Tingkat Pengangguran Terbuka


(32)

2011 tingkat pengangguran mengalami penurunan menjadi 6,46 persen dan di tahun 2012 mengalami kenaikan kembali menjadi 8,18 persen.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengambil judul“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara“

B. Rumusan Masalah

Atas dasar permasalahan diatas maka persoalan penelitian yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara ?

2. Bagaimana pengaruh upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara ?

3. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara?

4. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.


(33)

2. Menganalisis pengaruh upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

3. Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

4. Menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Lampung Utara dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan. 2. Penelitian ini menjadi sumber pengetahuan dan informasi tentang

faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

3. Sebagai bahan rujukan dan perbandingan bagi peneliti, mahasiswa dan dosen yang berminat melakukan penelitian dengan tema yang sama.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam upaya memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar kerangka pemikiran yang sistematis:


(34)

Gambar 7.ModelKerangka Pemikiran

Memperhatikan kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan bahwa

pertumbuhan ekonomi adalah indikator yang lazim digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Tambahan pendapatan dari aktivitas ekonomi akan berpengaruh terhadap kemiskinan jika mampu menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk golongan miskin. Semakin banyak golongan miskin memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi maka kesejahteraannya akan meningkat dan lepas dari kemiskinan.

Tujuan utama penetapan upah minimum adalah meningkatkan kesejahteraan dan melindungi pekerja. Upah minimum mencerminkan pendapatan yang diterima pekerja, adanya kenaikan tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Penetapan upah minimum yang pantas dan tepat diharapkan

Keberhasilan Pembangunan

Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat Upah Pendidikan Tingkat

Pengangguran


(35)

mendorong penduduk yang berada dibawah kemiskinan mampu hidup layak sehingga tingkat kemiskinan akan turun.

Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan yang akan meningkatkan produktifitas. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan dan keahliannya akan meningkat, sehingga akan mendorong produktivitas kerjanya. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.

Pengangguran akan menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Kondisi menganggur menyebabkan seseorang tidak memiliki pendapatan, akibatnya kesejahteraan yang telah dicapai akan semakin merosot. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang terjebak dalam kemiskinan.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang dimaksud merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah.

Mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :


(36)

1. Diduga variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

2. Diduga variabel upah minimum regional berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

3. Diduga variabel pendidikan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

4. Diduga variabel pengangguran berpengaruh positif terhadap kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika bab yang terdiri dari BAB I

Pendahuluan, BAB II Studi Pustaka, BAB III Metode Penelitian, BAB IV Hasil dan Pembahasan serta BAB V Simpulan dan Saran.

BAB I Pendahuluan

Merupakan pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang merupakan landasan pemikiran secara garis besar, baik secara teoritis dan fakta serta pengamatan yang menggambarkan permasalahan penelitian.

BAB II Tinjauan Pustaka

Merupakan tinjauan pustaka yang berisikan tinjauan teoritis dan tinjauan empirik yang relevan dengan penelitian ini.


(37)

BAB III Metode Penelitian

Merupakan metode penelitian, berisi tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang ada.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Merupakan hasil dan pembahasan, berisi tentang deskriptif objek penelitian, analisis ddata yang menjelaskan estimasi sarta pembahasan yang menerangkan interpretasi dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V Simpulan dan Saran

Merupakan simpulan hasil analisis data pembahasan, dalam bagian ini juga berisi keterbatasan dan saran-saran yang direkomendasikan kepada pihak- pihak tertentu yang berkaitan dengan tema penelitian ini.


(38)

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional sebagai berikut :

1. Tingkat kemiskinan (K) adalah persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskian di Kabupaten Lampung Utara tahun 1999-2013 (dalam satuan persen), Data diambil dari BPS Lampung Utara

2. Pertumbuhan Ekonomi Regional (Y), dinyatakan sebagai perubahan PDRB atas dasar harga konstan di Kabupaten Lampung Utara tahun 1999-2013 (dalam satuan persen) yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Y = {(PDRBt1-PDRBt)/PDRBt} x 100% Dimana:

Y = Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota tahun t PDRBt = PDRB ADHK Kabupaten/kota tahun t


(39)

3. Upah minimum kabupaten/kota (U) adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota, yang diterima oleh pekerja per bulan (BPS, 2008). UMK yang digunakan dalam penelitian ini adalah upah minimum yang berlaku di Kabupaten Lampung Utara tahun 1999-2013

yang diukur dalam satuan rupiah. Data diambil dari BPS.

4. Pendidikan (PD), dinyatakan sebagai penduduk berumur 10 tahun keatas yang lulus pendidikan terakhir SMA keatas di Kabupaten Lampung Utara tahun 1999-2013, yang diukur dalam satuan jiwa. Data diambil dari BPS.

5. Tingkat pengangguran terbuka (P) adalah persentase penduduk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan di Kabupaten Lampung Utara tahun 1999-2013 yang diukur dalam satuan persen (BPS, 2012). Data diambil dari BPS.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari Badan Statistik, dokumen-dokumen perusahaan atau organisasi, surat kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya (Marzuki, 2005 : 15). Data sekunder yang digunakan adalah data deret waktu (time-series data) untuk kurun waktu tahun 1999-2013 di Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Secara umum data-data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Utara. Informasi lain bersumber dari studi kepustakaan lain berupa jurnal ilmiah dan buku-buku teks.


(40)

C. Metode Analisis 1. Model Regresi

Penelitian ini akan mengukur dan menganalisis pengaruh dan arah hubungan variabel independen (pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran) terhadap variabel dependen (tingkat kemiskinan) maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil( Ordinary Least Square ).Model dari analisis regresi linier berganda adalah :

Yt=β0+β1X1t+β2X2t+ … βkXkt+ℇt ( 3.1 )

dimana Y adalah variabel dependen, X1, X2...Xkadalah variabel independen dan ℇt adalah variabel gangguan.β0disebut intersep sedangkanβ1danβ2dalam regresi berganda disebut koofisien regresi parsial.

Bentuk model logaritma natural pada penelitian ini adalah:

LNKt= LNβ0+β1LNYt+β2LNUt+ 3LNPDt+β4LNPt +ℇt ( 3.2 )

dimana:

LNKt =Logaritma Natural Tingkat Kemiskinan dengan satuan persen; LNYt =Logaritma Natural Pertumbuhan Ekonomi dengan satuan persen; LNUt =Logaritma Natural Upah Minimum dengan satuan persen;

LNPDt =Logaritma Natural Pendidikan dengan satuan persen;

LNPt =Logaritma Natural Tingkat Pengangguran dengan satuan persen; ℇt =Error term;


(41)

β1,β2, ...,β4 =Koefisien variabel independen.

Setelah didapat hasil dari regresi persamaan tersebut maka akan dianalisis pengaruh dan arah hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Alat analisis yang digunakan yaitu analisis asosiatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi adalah studi ketergantungan dari variabel dependen pada satu atau lebih variabel lain yaitu variabel independen (Gujarati, 2003 : 226). Dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan program SAS V.8.1 dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya.

D. Tahapan Analisis

Suatu penelitian merupakan suatu proses yang panjang dan saling terkait secara sistematis. Setiap tahap harus dilalui secara kritis, cermat dan sistematis hingga tercapai hasil penelitian yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah.

Menurut dalil Gauss-Markov (dalam Greene, 2008 : 49),Ordinary Least Squares (OLS) merupakan penduga denganvarianceterkecil. Sehingga bersifat BLUE (The Best Linier Unbiased Estimator). Gujarati (2003 : 929) mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain:


(42)

b. Residual variabel pengganggu (µ) mempunyai nilai rata-rata nol (zero mean value of disturbanceµ).

c. Heterokedastisitas atau varian dari µ adalah konstan. d. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu (µ). e. Kovarian antara µ dan variabel independen (X1) adalah nol.

f. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang diestimasi.

g. Tidak ada multikolinieritas.

h. Variabel penggangu harus berdistribusi normal atau stikastik.

Berdasarkan kondisi tersebut didalam ilmu ekonometrika, agar sesuatu model dikatakan baik dilakukan beberapa pengujian yaitu:

1. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.Salah satu asumsi pokok dalam model regresi adalah bahwa varian setiapdisturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel

bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan σ. Inilah yang disebut dengan asumsihomoscedasticityatau varian yang sama. Uji ini menentukan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam uji ini dilakukan


(43)

penelitian ini dilakukan dengan uji white tanpacross term(Gujarati, 2003 : 98). 2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

• Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

• Jika DW terletak antara dU dan (4-dL), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

• Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang

bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan. Uji ini menentukan apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode sebelumnya t-1. Dalam uji ini

dilakukan pendeteksian terlebih dahulu, kemudian jika ditemukan baru dilakukan pengobatan untuk menghilangkan efek autokorelasi (Gujarati, 2003 : 472-473).


(44)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Uji Normalitas merupakan uji yang sering dilakukan sebagai prasyarat untuk

melakukan analisis data, banyak sekali metode analisis yang mensyaratakan data harus normal misalnya analisis regresi dan lain sebagainya, bahkan ada juga yang uji normalitas pada residual model statistika.Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Dari berbagai macam cara uji normalitas yang dapat dipakai, dalam penelitian ini uji yang akan dipakai untuk mendeteksi normalitas distribusi data adalah

menggunakan uji skewness dan kurtosis meliputiuji Kolmogorov-Smirnov, uji Shapiro-Wilk, uji Anderson-Darling, dan uji Cramer-von Mises tersebut.

Hipotesis yang diajukan uji Kolmogorov-Smirnov, uji Shapiro-Wilk, uji Anderson-Darling, dan uji Cramer-von Mises adalah sebagai berikut:

Ho : Data X berdistribusi normal. Ha : Data X tidak berdistribusi normal.


(45)

Pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov, uji Shapiro-Wilk, uji Anderson-Darling, dan uji Cramer-von Mises adalah sebagai berikut:

Jika Sig.(p) > 0,05 maka Ho diterima. Jika Sig.(p) < 0,05 maka Ho ditolak.

4. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah didalam model regresi tersebut terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji ini menentukan apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam uji ini dilakukan pendeteksian terlebih dahulu, kemudian jika hal tersebut terjadi, barulah dilakukan tindakan (treatment) untuk menghilangkan efek dari multikolinearitas. Uji

multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai korelasi antar variabel bebas. Jika ada korelasi antara dua variabel cukup tinggi

(umumnya 0,9), maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas. Selain itu juga denganauxiliary regression, yaitu membandingkan nilai R2model utama dengan regresi parsial dari masing-masing variabel bebasnya. Jika nilai R2parsial dari masing-masing variabel bebas lebih tinggi dari R2model utama, dalam model regresi terjadi penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas (Gujarati, 2003 : 359).

Menurut Gujarati (2003 : 350) gejala Multikolinieritas ini dapat dideteksi dengan beberapa cara antara lain :


(46)

Menghitung koefisien korelasi sederhana(simple correlation)antara sesama variabel bebas, jika terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0.8 maka hal tersebut menunjukkan terjadinya masalah multikolinieritas dalam regresi. Menghitung nilai Toleransi atau VIF(Variance Inflation Factor), jika nilai Toleransi kurang dari 0.1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut menunjukkan bahwa multikolinieritas adalah masalah yang pasti terjadi antar variabel bebas. Adapun cara lainnya yaitu dengan melihat dariVariance Inflation Factor(VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel bebas terhadap variabel bebas lainnya. Berikut persamaan model VIF :

VIF = ___1___ (1-r2ij)

Berdasarkan model persamaan VIF tersebut maka apabila nilai korelasi antara variabel bebas dengan 1, maka perolehan nilai VIF yang tidak terhingga. Sebaliknya apabila tidak terjadi kolonieritas antar variabel-variabel bebas (korelasi = 0), maka nilai VIF akan sama dengan 1.

4.1 Akibat dari masalah Multikolinieritas

Hines, W.W dan Montgomery (1990 : 490) menjelaskan bahwa dampak multikolinearitas dapat mengakibatkan koefisien regresi yang dihasilkan oleh analisis regresi berganda menjadi sangat lemah atau tidak dapat memberikan hasil analisis yang mewakili sifat atau pengaruh dari variabel bebas yang

bersangkutan. Dalam banyak hal masalah Multikolinearitas dapat menyebabkan uji t menjadi tidak signifikan padahal jika masing-masing variabel bebas


(47)

diregresikan secara terpisah dengan variabel tak bebas (simple regression) uji t menunjukkan hasil yang signifikan.

4.2 Prosedur Penanggulangan Masalah Multikolinieritas

Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

multikolinieritas, seperti ; penggunaan informasi apriori dari hubungan beberapa variabel yang berkoliniar, menghubungkan datacross-sectionaldan datatime series, mengeluarkan suatu variabel atau beberapa variabel bebas yang terlibat hubungan kolinear, melakukan transformasi variabel dengan prosedurfirst differencedan penambahan data baru (Gujarati, 2003 : 365).

4.3 Principal Component Regression (PCR) Mengatasi Masalah Multikolinieritas

Prosedur PCR pada dasarnya adalah bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya. Hal ini

dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali atau yang biasa disebut dengan principal component.

Keuntungan penggunaan Principal Component Regression (PCR) dibandingkan metode lain :

1. Dapat menghilangkan korelasi secara bersih (korelasi = 0) sehingga masalah multikolinieritas dapat benar-benar teratasi secara bersih.


(48)

3. Dapat dipergunakan tanpa mengurangi jumlah variabel asal.

4. Walaupun metode regresi dengan PCR ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi akan tetapi kesimpulan yang diberikan lebih akurat dibandingkan dengan pengunaan metode lain.

5. Uji Hipotesis

Parameter-parameter yang diestimasi dapat dilihat melalui dua kriteria. Pertama adalah statistik, yang meliputi uji signifikansi parameter secara individual (Uji -t), uji signifikansi parameter secara serempak (Uji–F) dan uji kebaikan sesuai {(Goodness of Fit) atau R2}.

5.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi ini mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien ini nilainya antara nol (0) sampai dengan satu (1). Semakin besar nilai koefisien tersebut maka variabel-variabel bebas lebih mampu menjelaskan variasi variabel terikatnya. Untuk menghitung besarnya determinan (R2) dapat digunakan rumus sebagai berikut (Gujarati, 2003):

R2= ESS = 1 - R2/ (K-1) TSS (1- R2) / (n-K)


(49)

Dimana:

R² = Koefisien determinasi ESS =Jumlah kuadrat residual TSS =Total jumlah kuadrat residual n =Jumlah observasi

K =Jumlah parameter (termasuk intersep)

5.2 Pengujian Secara Bersama-sama (Uji–F)

Pengujian hipotesis secara keseluruhan dengan menggunakan uji statistik F-hitung dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

Hipotesis yang dirumuskan:

Ho: β1=β2= β3= β4= 0, variabel independen secara bersama- sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha:β1≠ β2≠ β3≠ β4≠0, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujiannya adalah :

1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika F-Prob <α5 % 2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika F-Prob >α5 %

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.


(50)

5.3 Pengujian Secara Parsial / Individu (Ujit)

Pengujian hipotesis koefisien regresi dengan menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan 95%.

Hipotesis yang dirumuskan: Hipotesis pertama:

Ho1:β1= 0, tidak ada pengaruh antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten Lampung Utara. Ha1:β1< 0, ada pengaruh negatif antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Utara terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten Lampung Utara. Hipotesis kedua

Ho2:β2= 0, tidak ada pengaruh antara upah minimum Kabupaten Lampung Utara terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

Ha2:β2< 0, ada pengaruh negatif antara upah minimum Kabupaten Lampung Utara terhadap kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

Hipotesis ketiga

Ho3:β3= 0, tidak ada pengaruh antara pendidikan di Kabupaten Lampung Utara terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

Ha3:β3< 0, ada pengaruh negatif antara pendidikan di Kabupaten Lampung Utara terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara.

Hipotesis keempat

Ho4:β4= 0, tidak ada pengaruh antara tingkat pengangguran di Kabupaten Lampung Utara terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara. Ha4:β4> 0, ada pengaruh positif antara tingkat pengangguran di Kabupaten


(51)

Lampung Utara terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara. Kriteria pengujiannya adalah:

1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-Prob < α 5% 2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-Prob > α 5%

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang di uji berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang di uji tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel terikat.


(52)

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil beberapa simpulan yaitu sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap tingkat kemiskinan, yang artinya jika pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara mengalami pertumbuhan atau kenaikan maka tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara akan mengalami penurunan dan sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara mengalami penurunan atau menurun maka tingkat kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara akan mengalami peningkatan.

2. Tingkat upah menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap tingkat kemiskinan. Tingkat upah yang mengalami kenaikan secara terus menerus akan mampu menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja atau masyarakat , sehingga terbebas dari kemiskinan. 3. Terdapat hubungan yang negatif antara pendidikan terhadap tingkat

kemiskinan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui jenjang pendidikan akan menciptakan masyarakat yang berdaya saing dan mampu memperoleh pekerjaan yang layak sehingga dapat memenuhi kebutuhan


(53)

hidupnya. Dengan pendidikan yang bermutu dan berkualitas masyarakat terhindar dari kebodohan dan kemiskinan.

4. Tingkat pengangguran menunjukkan pengaruh yang positif terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pengangguran di Kabupaten Lampung Utara akan mengurangi pendapatan masyarakat dan ini mengurangi tingkat kemakmuran masyarakat yang ada di Kabupaten Lampung Utara.

. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian, didapat bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, sehingga hendaknya ke depan dapat dilaksanakan pembangunan yang berorientasi pada pemerataan pendapatan serta pemerataan hasil-hasil ekonomi keseluruh golongan masyarakat, serta dilakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi di masing-masing wilayah dengan mengandalkan potensi-potensi yang dimiliki.

2. Upah minimum yang ditetapkan pemerintah juga berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Untuk itu kebijakan penetapan upah minimum harus tetap dilakukan dan tingkat upahnya dinaikkan sesuai KHL (Kebutuhan Hidup Layak) untuk melindungi pekerja dari kemiskinan.

3. Pendidikan memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat kemiskinan. Kebijakan wajib belajar 9 tahun hendaknya ditingkatkan menjadi 12 tahun, sehingga semua mendapat pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan


(54)

pendidikan bagi orang miskin serta meningkatkan fasilitas-fasilitas

pendidikan secara merata tidak hanya terpusat di suatu daerah tetapi merata ke seluruh daerah.

4. Tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan, maka tingkat pengangguran juga harus diturunkan, dengan mempermudah ijin pendirian usaha agar


(55)

Aditya, Sri N. P. 2010. Analisis Ketimpangan antar Wilayah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dengan Model Panel Data (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2007).Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Agus, Adit. P. 2010.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan.Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Diponegoro. Busra. 2012.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Aceh.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Boediono. 1999.Teori Pertumbuhan Ekonomi.BPFE. Yogyakarta. Chambers, Robert. 1995.Poverty and Livelihood:Whose Reality

Counts,Discussion Paper 347,Brighton: Institute of Development Studies. Damiri, Johannis dan Khoirunnisa. 2012.Modul SAS : Basics, Management

Science/ Operation Research dan Ekonometrics dan Time Series.Magister Manajemen Universitas Lampung.

Gujarati, Damodar. 2003.Basic Econometrics. Fourth Edition.McGraw-Hill Companies. New York.

Green, William H. 2008.Econometric Analysis Sixth Edition.Upper Saddle River. New Jersey : Preason Prentice Hall.

Hines, W.W dan Montgomery, D.C. 1990.Probabilita dan Statistik dalam Ilmu Rekayasa dan Manajemen. Jakarta : UI Press.

Kaufman, Bruce. 2000.The Economics of Labor Markets. Fifth Edition.The Dryden Press. New York.

Kuncoro, Mudrajad. 2003.Ekonomi Pembangunan: Teori. Masalah dan Kebijakan.UPP AMP YKPN: Yogyakarta.

Kuznet, Simon. 1964.Economic Growth and the Contribution of Agriculture, CK dan Witt, LW (ed). Agriculture in Economic Development. New York. McGraw-Hill.

Mankiw, Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Ketiga.Penerjemah : Chriswan Sungkono. Salemba Empat. Jakarta.


(56)

Nafziger. E Wayne. 1997.The Economics of Developing Countries. Third Edition. Prentice-Hall. Inc.. New Jersey.

Nasikun. 2001..Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan.Diktat Mata Kuliah. Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Nasir, M. Muh. Saichudin dan Maulizar. 2008.Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo. Jurnal Eksekutif. Vol. 5 No. 4. Agustus 2008. Lipi. Jakarta.

Rachman, Hasanuddin. 2005.Pengaruh Pengupahan Sebagai langkah Strategis Stabilitas Dalam Hubungan Industrial.Jakarta.

Satria.Dian 2008.Modal Manusia Dan Globalisasi: Peran Subsidi Pendidikan. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Siregar, Hermanto dan Dwi Wahyuniarti. 2008.Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin.Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Sitepu, Rasidin K. dan Bonar M. Sinaga. 2004.Dampak Investasi Sumber Daya ManusiaTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia: Pendekatan Model Computable General Equilibrium. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Sukirno, Sadono. 1999. Makroekonomi Modern. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.

______________. 2004.Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Ketenagakerjaan.Penerbit Graha Ilmu. Jember.

Suryawati. Criswardani 2005.Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Tarigan, Robinson. 2004.Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara: Jakarta.

.

Todaro, Michael P. 2000.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan. Edisi Ketujuh. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

______________ 2003.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Penerjemah: Haris Munandar. Erlangga: Jakarta.


(57)

Wahyudi, Dicky dan Tri Wahyu Rejekingsih. 2013. Analisis Kemiskinan di Jawa Tengah.Diponegoro Journal Of Economics Volume 2, Nomor 1. Semarang. Wongdesmiwati. 2009.Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengentasan Kemiskinan

Di Indonesia: Analisis Ekonometrika.Jurnal Ekonomi Pembangunan. Yacoub, Yarlina. 2012.Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat

Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat.Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Tanjungpura Pontianak.


(58)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas. Chambers (dalam Suryawati, 2005 : 1) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (poverty), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati, 2005 : 1).


(59)

Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

1. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

3. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

4. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

b. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat

menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.


(60)

Menurut Nasikun (dalam Suryawati, 2005 : 34), beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:

a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan,

direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.

b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan

karena poal produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

c. Population growth, prespektif yang didasari oleh teori Malthus, bahwa

pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung.

d. Resources management and the environment, adalah unsur

mismanagement sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam.

Misalnya tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir, akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena

masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang lebih rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang

memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pda petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara


(61)

adat atau keagamaan.

h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong,

seperti rentenir. diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.

i. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan

kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.

2. Ukuran Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik, tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk semua umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut dengan garis kemiskinan.

Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan dikatakan dalam kondisi miskin.

Tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan (Suryawati, 2005 : 4).


(62)

Daerah pedesaan:

a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar beras per orang per tahun.

b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai tukar beras per orang per tahun.

c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai tukar beras per orang per tahun.

Daerah perkotaan:

a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar beras per orang per tahun.

b. Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai tukar beras per orang per tahun.

c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 270 kg nilai tukar beras per orang per tahun.

Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan pada pendapatan seseorang. Seseorang yang memiliki pendapatan kurang dari US$ 1 per hari masuk dalam kategori miskin (Suryawati, 2005 : 5).

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengukur kemiskinan berdasarkan dua kriteria (Suryawati, 2005 : 5), yaitu:

a) Kriteria Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) yaitu keluarga yang tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan baik,


(63)

orang per tahun, lantai rumah bersemen lebih dari 80%, dan berobat ke Puskesmas bila sakit.

b) Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) yaitu keluarga yang berkemampuan untuk melaksanakan perintah agama dengan baik, minimal satu kali per minggu makan daging/telor/ikan, membeli pakaian satu stel per tahun, rata-rata luas lantai rumah 8 meter per segi per anggota keluarga, tidak ada anggota keluarga umur 10 sampai 60 tahun yang buta huruf, semua anak berumur antara 5 sampai 15 tahun bersekolah, satu dari anggota keluarga mempunyai penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit selama tiga bulan.

Ukuran kemiskinan menurut Foster-Greer-Thorbecke (dalam Todaro,2003 : 359) :  

       q i z yi z n P 1 1 ,

 = 0, 1, 2

Z = Garis kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (i=1,2,…,q), yi < z Q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan N = Jumlah penduduk Jika:

α = 0, maka diperoleh Head Count Index ( P0 ), yaitu persentase penduduk


(64)

α = 1, maka diperoleh Poverty Index ( P1), yaitu indeks kedalaman

kemiskinan, merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indek, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan

α = 2, maka diperoleh Poverty Severity ( P2 ), yaitu indeks keparahan kemiskinan, yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indek, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

B. Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau

penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Kuznetz dalam Todaro, 2004 : 21). Menurut Tarigan (2004 : 27) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan

pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut.

Menurut pandangan kaum historis, diantaranya Friedrich List dan Rostow, pertumbuhan ekonomi merupakan tahapan proses tumbuhnya perekonomian


(65)

mulai dari perekonomian bersifat tradisional yang bergerak di sektor pertanian dimana produksi bersifat subsisten, hingga akhirnya menuju

perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri manufaktur. Menurut pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Straurt Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya (Kuncoro, 2003 : 135). Sedangkan menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah inovator atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur.

Menurut Boediono (1999 : 8), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita dimana ada dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk (Aditya, 2010 : 14).

Menurut Nafziger (dalam Aditya, 2010 : 22), pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan produksi suatu negara atau kenaikan pendapatan per kapita


(66)

suatu negara, sedangkan menurut Kuznets (dalam Todaro, 2003 : 99), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional

(kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Menurut Todaro (2003 : 92), ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka produksi.

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak


(67)

penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.

3. Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi, yakni :

a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama.

b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor

saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output

yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama

c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika

penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif.

Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, beberapa alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu (Aditya, 2010 : 16):

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB), atau di tingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan


(68)

bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Per kapita

Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara daripada nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik bruto per kapita baik di tingkat nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional atau PRDB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di negara maupun di daerah yang

bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.

Bank Dunia menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB), bukan PDB sebagai alat ukur perkembangan ekonomi suatu negara. yaitu dengan memperhitungkan pendapatan bersih dan faktor produksi milik orang asing.

Walaupun PDB atau PNB per kapita merupakan alat pengukur yang lebih baik. namun tetap belum mencerminkan kesejahteraan penduduk secara tepat, karena PDB rata-rata tidak mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya dirasakan oleh setiap orang di suatu negara. Dapat saja angka-angka rata-rata tersebut tinggi, namun sesungguhnya ada penduduk atau sekelompok penduduk yang tidak menerima pendapatan sama sekali. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan unsur distribusi pendapatan di antara penduduk suatu negara. Dengan


(69)

yang tinggi disertai distribusi pendapatan yang lebih merata akan mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik daripada bila pendapatan per kapitanya tinggi namun ada distribusi pendapatan yang tidak merata.

Meskipun demikian, demi sederhananya pengukuran, pendapatan per kapita tetap merupakan alat pengukur yang unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain.

2. Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar disetiap golongan masyarakat, termasuk di golongan penduduk miskin (Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2007 : 23).

Penelitian yang dilakukan Wongdesmiwati (2009 : 18), menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat

kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2007 : 34)

C. Upah

Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, oleh karenanya upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan pekerja dan


(1)

3)

Kemunduran perkembangan ekonomi suatu kawasan sebagai akibat

dari pertumbuhan yang pesat dikawasan lain.

d.

Pengangguran Konjungtur

Penganguran yang melebihi pengangguran alamiah. Pada umumnya

pengguran konjungtur berlaku sebagai akibat pengurangan dalam

permintaan agregat. Penurunan permintaaan agregat mengakibatkan

perusahaan mengurangi jumlah pekerja atau gulung tikar, sehingga

muncul pengangguran konjungtur.

2)

Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya (Sukirno, 2004 : 330) :

a. Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat penambahan pertumbuhan

kesempatan kerja yang lebih rendah daripada pertumbuhan tenaga kerja,

akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut

Badan Pusat Stsatistik (BPS), pengangguran terbuka adalah adalah penduduk

yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan

sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki

pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

b.

Pengangguran Tersembunyi

Keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja

yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.


(2)

mengganggur saat menunggu masa tanam dan saat jeda antara musim tanam

dan musim panen.

d. Setengah Menganggur

Keadaan dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal. Menurut

Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia jam kerja normal adalah 35 jam

seminggu, jadi pekerja yang bekerja di bawah 35 jam seminggu masuk dalam

golongan setengah menganggur.

1.

Dampak Pengangguran

Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah

tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh dapat tercapai. Penganguran berdampak

mengurangi pendapatan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat

kemakmuran yang mereka capai.

Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah

ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Keadaan pendapatan

menyebabkan para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya.

Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial

selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan

masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Sukirno,

2004 : 360).


(3)

2.

Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pengangguran

Menurut Sukirno (2004 : 360), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi

pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran

yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena

menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam

kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu

negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu terjadi dalam prospek

pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

F.

Tinjauan Empirik


(4)

Tabel 2. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variable Penelitian Metode Analisis Hasil

1 Rasidin K. Sitepu dan Bonar M. Sinaga (2005)

Dampak Investasi Sumberdaya Manusia Terhadap Petumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Di Indonesia

Tingkat Kemiskinan, Petumbuhan Ekonomi, Investasi Pendidikan dan Investasi Kesehatan

Computable General

Equilibrium (CGE), dan Foster-Greer-Thorbecke Method

Hasil dari penelitian ini adalah investasi sumberdaya manusia berdampak langsung pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Investasi kesehatan dan investasi

pendidikan sama-sama dapat mengurangi kemiskinan, namun investasi kesehatan memiliki persentase yang lebih besar.

2 Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008) Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk Miskin, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Populasi Penduduk, Pendidikan, Pangsa Sektor Pertanian dan Pangsa Sektor Industri

Metode Estimasi Ekonometrika Data Panel

Hasil dari penelitian ini adalahvariabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin walaupun dengan pengaruh yang relatif kecil. Variabel inflasi dan variabel populasi penduduk berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel pangsa sektor pertanian dan pangsa sektor industri secara signifikan berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin. Variabel yang berpengaruh negatif paling besar dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin adalah pendidikan.


(5)

Tabel 3. Ringkasan Penelitian Terdahulu ( Lanjutan )

No Nama Judul Variable Penelitian Metode Analisis Hasil

3 Wongdesmiwati (2009)

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan

Kemiskinan di Indonesia

Jumlah Penduduk Miskin, Jumlah Penduduk,

Pertumbuhan Ekonomi, Angka Melek Huruf, Angka Harapan Hidup,

Penggunaan Listrik dan Konsumsi Makanan

Analisis Regresi Berganda

Hasil dari penelitian ini adalah variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Variabel pertumbuhan ekonomi dan variabel angka melek huruf berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Variabel angka harapan hidup, penggunaan listrik, dan konsumsi makanan tidak signifikan berpengaruh terhadap penduduk miskin.

4 Adit Agus P

( 2010 )

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan

Tingkat kemiskinan,

Pertumbuhan Ekonomi

Regional,

Upah minimum kabupaten/kota,

Pendidikan dan

Pengangguran

Analisis Panel

Data (

Pooled Data

)

Berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat

kemiskinan

adalah

variabel

pertumbuhan ekonomi, upah minimum,

pendidikan, dan tingkat pengangguran.

5

Busra ( 2012 )

Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Aceh

PDRB, Pengangguran dan Pendidikan

Regresi Linier Berganda

Semua variable memberikan pengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Aceh. Dari tiga variable yang digunakan terdapat dua varibel yang memiliki pengaruh yang signifikan yaitu variable PDRB dan Un-Employment, sementara variable pendidikan


(6)

Tabel 4. Ringkasan Penelitian Terdahulu ( Lanjutan )

No Nama Judul Variable Penelitian Metode Analisis Hasil

6 Yarlina Yacoub ( 2012 )

Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat

Tingkat Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan

Regresi Linier Tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Data empiris menunjukkan pola hubungan yang tidak selalu searah antara tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan.

7 Dicky Wahyudi dan Tri Wahyu R ( 2013 )

Analisis Kemiskinan di Jawa Tengah

Pengangguran,

Pertumbuhan Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan dan Pengeluaran Pemerintah

Analisis Data Panel (Pooled Data)

Variabel kesehatan, pendidikan dan pengeluaran pemerintah signifikan dan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Hal ini berarti setiap peningkatan pada variabel

pendidikan, kesehatan dan pengeluran pemerintah akan menyebabkan tingkat kemiskinan turun. Sedangkan untuk variabel pengangguran signifikan dan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, artinya ketika jumlah pengangguran meningkat maka tingkat kemiskinan akan juga meningkat. Namun untuk variabel pertumbuhan ekonomi tidak signifikan secara statistik mempengaruhi tingkat kemiskinan.