Profil Subjek 1 Deskripsi Temuan Penelitian

Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “ya allah, kenapa ibuku sekeluarga harus mengalami ini.aku melihat ibu di bawa,aku melihat ibuku ketakutan, sungguh ketakutan.”CHM.1.2.1. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek RH masih melanjutkan tulisannya, sekali meletakkan bulpen dan bernafas mulai panjang dengan suara yang mulai terdengar, ekspresi subjek mulai berubah, garis bibir subjek yang awalnya lurus atau standart mulai menurun dengan mata yang sedikit sayu, kedua kalinya subjek meletakkan bulpennya dan menatap kertasnya, kemudian mengambil lagi bulpennya dan melanjutkan tulisannya.”CHO.1.1.2 “Subjek RH semakin melengkungkan bibirnya ke arah bawah, menunjukkan exspresi sebelumnya semakin mendalam, kemudian mulai terdengar isak tangis, tangannya mulai mengusap air matanya, dan diam sejenak untuk menghela nafas kemudian melanjutkan tulisannya. Meletakkan pena untuk menulis, diam sejenak, Istirahat sebentar.” CHO.1.1.3 Subjek memiliki alasan mengapa subjek harus menyimpan ceritanya dan tidak membagikannya pada siapapun, karena subjek tidak mau dibilang anak durhaka dan subjek takut dibilang anak durhaka. Diperkuat dengan transkip wawancara berikut : “Saya mengingat-ingat kejadian itu mbak, sedih, sakit, rasanya gak masuk akal, tetapi ketika saya menulis, saya merasa bisa meluapkan apa yang saya ingin ungkapkan selama ini, dan tidak bisa terungkap karena takut di bilang anak durhaka”. CHW.1.2.7 “Iya, waktu itu saya berusaha melindungi diri saya, karena ibu memukul saya terus Menerus, saya berusaha menghindar dengan menutup pintu rumah, dan orang-orang Mengatakan saya anak durhaka, “sudah tau ibunya gila, malah di kurung di dalam rumah, dasar anak durhaka”, begitu katanya.” CHW.1.2.8 “Banyak mbak, aku selalu takut karena aku takut di bilang anak durhaka, aku mengeluh merawat ibuku sendiri, padahal rasanya itu sungguh berat menerima kenyataan ini mbak.” CHW.1.2.11 Selain Subjek merasa takut dibilang anak durhaka subjek tidak berkenan cerita pada siapapun, karena subjek Malu karena keadaan ibunya, subjek merasa tertekan atas kejadian dirinya dan keluarganya. Diperkuat dengan transkip wawancara berikut : “Waktu itu ibu lari-lari, mengumpat, marah-marah, berteriak-teriak mbak, rasanya aq sungguh malu, semua orang yang tidur terbangun karena suaranya ibu mbak, aku malu, keluargaku jadi tontonan karena ibu seperti itu, aku malu, aku marah, aku tidak suka, aku sebel ketika orang – orang menggerutu sambil melihat ibuku dengan pandangan yang sinis mbak.” CHW.1.1.11 “Bapak sering berangkat pagi dan pulang malem, kadang malah gak pulang, terkadang aku merasa tertekan berada di rumah sendirian, kalo ibu lagi marah-marah karena nyariin ian atau imo yang lama sudah tidak ibu lihat, ibu teriak-teriak sambil menggedor-gedor pintu ingin keluar, entah saya pantas tidak berkata ini sebagai seorang anak, tapi saya malu, saya kesal kenapa ibu saya seperti ini ? sulit sekali di bilangin, dan seenaknya sendiri. Seperti tidak punya kontrol di dirinya. menunduk dan terdiam”. CHW.1.1.18 “tidak mbak, tidak ada satupun temanku yang aku perbolehkan untuk main kerumah, pernah ketika itu, aku dipaksa oleh teman-teman organisasi untuk main ke rumahku, tapi aku gak mau, sampai anak-anak merasa aneh dan mereka merasa aku menyembunyikan sesuatu, aku malu mbak dengan menunduk”. CHW.1.1.16. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “pada malam hari, ibuku kambuh lagi, aku merasa hancur lagi, malu lagi.”CHM.1.2.5 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “subjek menunjukkan emosi yang sangat dalam dari ekspresi wajahnya yang menjadi sedih dan berfikirm sesaat behenti dan berdecak “chet” lalu kemudian menulis kembali. Dengan ekspresi yang semakin dalam, meletakkan penanya, kemudian menghela nafas, melanjutkan kembali tulisannya.”CHO.1.2.2 Selain perasaan sakit karena luka bathin yang mendalam subjek merasa malu membuat keadaan menjadi tidak bisa diterima oleh subjek, terlebih lagi subjek mengalami kekerasaan dari ibunya yang sakit. Diperkuat dengan transkip wawancara berikut : “Salah satu alasan kenapa imo dan ian di ungsikan dari sini karena itu, ibu sering jiwit dan pukul-pukul ian tanpa sebab, ian badannya sering biru-biru karena dipukul dan di jiwit ibu ketika aku ke sekolah, imo pulang sekolah melihat ibunya seperti itu, imo juga tidak tenang, pernah ibu di pukul sama imo, ketika itu aku tau dan aku langsung memerahi imo, tapi yang ada ibu memukulku dan lebih belain imo, itu yang membuatku sakit dan menjadi luka ketika aku harus mengingat-ingat kejadia dulu”. CHW.1.1.21. “ Ibu menamparku di depan orang banyak mbak, memakiku, itu yang gak pernah masuk logikaku”.CHW.1.1.13 . aku menyerahakan diriku untuk di pukuli sama ibu, atau aku harus menyelamatkan diri, apakah aku ini anak durhaka, apakah aku ini anak yang tidak tahu diri ? kenapa ibu kesurupan sampai segitunya ? CHW.1.1.19 . “awalnya ibu biasa saja, tidak pernah ada respon terhadap ian, sampai ian menangis karena ian di pukul oleh ibu, ketika iru saya lagi masak, lagi-lagi saya marah, saya sakit, apa salah ian ? sampai anak sekecil ian yang bermain di sebelahnya harus di pukul”.CHW.1.1.23 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “ Ayahku ku lihat sedang menenangkan ibuku. Tapi yang buat hati dan perasaanku sakit adalah... “ ibu mau kemana ?? “ namun ibu ku malah memakiku dan ... menamparku dengan keras.. lalu aku pergi ketakutan.” CHM.1.1.10. “ibu jangan-jangan menderita, aku sayang ibu”. Namun entah perjalanan pulang ibu marah-marah lagi padaku hingga mencubitkum retak rasanya hati.”CHM.1.2.4. “aku disuruh nyuapin ibuku, tapi ibuku malah menyemburkan nasinya kemukaku, aku sedih, aku hancur.”CHM.1.2.8 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek meneteskan air matanya, dan mengusapnya, kemudian tetap melanjutkan tulisannya, sesekali subjek meletakkan buloennya dan menarik nafas panjang, berhenti sejenak dan melanjutkan lagi dengan nafas yang panjang.”CHO.1.2.3 ketika mengingat kejadian yang dialami subjek, dari perasaan tertekan, menjaga agar tidak di bilang anak durhaka, malu atas kejadian yang tertimpa pada keluarganya, hingga kekerasan, yang membuat subjek diam dan membuat subjek selalu merasa ketakutan, subjek merasa bahwa ketika ibunya kambuh, ibunya dapat melakukan apapun yang melukainya sehingga subjek merasa ketakutan melihat ibunya kambuh, dan hal yang disebutkan di atas selalu berhubungan, beruntut seperti rantai yang tidak bisa lepas dan itu dirasakan hingga sampai saat ini membuat subjek merasa ketakutan. Diperkuat dengan transkip wawancara berikut : “Saya merasa ketakutan karena ibu saya berteriak-teriak dan berbicara cepat yang saya tidak mengerti apa yang di- bicarakan, saya ketakutan, ketakutan itu yang membuat saya tidak nyaman untuk mengingat kejadian awal itu” CHW.1.1.10. “Hufth Menghela nafas panjang, iya mbak, saat itu saya gak tahu, rasa takut kalo ibu akan menamparku lagi” CHW.1.1.14. “aku takut karena ibu marah-marah sama aku dan hampir memukul juga” CHW.1.1.21. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “Kenapa ibuku berteriak-teriak ketakutan gitu..? ayahku mulai panik. Dan parahnya.. ibuku bangkit dari ranjang, berlari membuka pintu dan lari, melewati lorong gang menuju jalan raya, berlari ketakutan seperti sedanng dikejar sesuatu ya Allah.. kenapa ibuku bisa gini ? ibuku kenapa ? ayahku mengejar ibuku. Aku berharap ibuku tidak hilang”.CHM.1.1.5 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek mulai melanjutkan tulisannya lagi, beberapadetik kemudian subjek mulai mengusap pipinya lagi, dan terdiam sebentar, kemudian melanjutkan tulisannya lagi.” CHO.1.1.4 Perasaan ketakutan yang di alami subjek diawali karena perasaan Luka bathin, tertekan, menjaga agar tidak di bilang anak durhaka, malu atas kejadian yang tertimpa pada keluarganya, hingga kekerasan kekerasan yang dilakukan oleh penderita ibu subjek, yang membuat subjek diam menjadikan rasa takut subjek membekas dan menjadikan harapan sirna dan hanya perasaan tidak berdaya yang ada. Diperkuat dengan transkip wawancara berikut : “Sama sekali belum mbak, rasanya karena ini aku tidak bisa kemana-mana, aku merasa tak berdaya, siapa yang harus aku salahkan atas kejadian ini, aku smerasa tidak mampu melakukan apapun sambil menunduk” CHW.1.2.19. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “Ketika aku melihat ibuku dibawa ke “orang pintar” aku merasa berantakkan sudah keluargaku, hidupku, seperti sudah tidak ada harapan hidup.”CHM.1.2.2 “aku saat itu menginginkan keluargaku, utuh, tentram, hangat, damai, namun aku harus menjalaninya, dijahati orang itu”. CHM.1.2.7 “Nggak percaya akan hari esok pernikahan cita-cita hari esoklah pokoknya .”CHM.1.3.3. “Mengharapkan sesuatu secara berlebihan, tetapi merasa harapanku itu tetapi merasa harpanku itu hampa.”CHM.1.3.5 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek mulai menuliskan keadaannya, terlihat kertas yang mulai terisi tulisan, sunjek menulis hingga nomor 2 kemudian terdiam dan mulai memainkan bulpennya lagi dengan tangannya, kemudian berfikir, lalu terlihat wajah sedih sambil menundukkan pandangannya.”CHO.1.3.2. “Subjek terdiam dan selanjutnya menulis nomor-nomor selanjutnya, sambil sedikit berfikir dan ekspresi sedih hilang menjadi diam dan tanpa ekspresi, hanya diam dsn bermainkan bulpen, tiba-tiba mengerutkan dahi menjadi bimbang tiba-tiba menjadi menangis.” CHO.1.3.2. Subjek merasa tidak berdaya atas kejadian yang menimpa hidupnya, selain perasaan tersebut subjek merasa kehilangan harga diri dan emosi negatif subjek terlihat menjadi-jadi. Diperkuat dengan transkip berikut : “Aku merasa keluarga sudah selesai mbak, keluarga hancur karena ibu sakit, karena tontonan itu, keluarga tercoreng mbak, aku merasa bingung dengan keluargaku, bingung dengan apa yang terjadi dengan ibu, bingung, takut dan marah karena orang-orang itu memandang ibuku dan keluargaku dengan pandangan yang aneh.”CHW.1.1.12. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “Yang aku bingung. Kenapa ibu berlari keluar kost tanpa pakai krudung ? ibu mau lari kemana ? aku saat itu juga malu karna semua tetangga bangung dan mengelilingi tempat tinggalku seperti penonton yang menyasikan drama tragedi sebuah keluarga kecil, keluargaku.” CHM.1.1.6 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek RH semakin melengkungkan bibirnya ke arah bawah, menunjukkan exspresi sebelumnya semakin mendalam, kemudian mulai terdengar isak tangis, tangannya mulai mengusap air matanya, dan diam sejenak untuk menghela nafas kemudian melanjutkan tulisannya. Meletakkan pena untuk menulis, diam sejenak, Istirahat sebentar.” CHO.1.1.3 Emosi negatif subjek yang muncul karena segala perasaan yang bercampur aduk menjadi satu ketakutan yang di alami subjek diawali karena perasaan Luka bathin, tertekan, menjaga agar tidak di bilang anak durhaka, malu atas kejadian yang tertimpa pada keluarganya, hingga kekerasan kekerasan yang dilakukan oleh penderita ibu subjek menjadi sebuah beban, emosi dan tanggung jawab sendiri untuk subjek. Deskripsi beban yang dirasakan subjekdiperkuat dengan transkip berikut : “padahal rasanya itu sungguh berat menerima kenyataan ini mbak.”CHW.1.2.11. “ya mbak, sangat merasa beban, di lain jika ibu tidak mengerti apa- apa, aku harus mengurus rumah sendiri, menjadi anak serta harus nyiapin makan, baju dll mbak, di saat aku harus bersekolah dan bermain bersama teman-temanku aku harus di rumah menemani ibu mbak, belum lagi ketika uangnya ayah habis, dan aku harus mengalah”.CHW.1.2.12. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “Aku sering merasa “merindukan sesuatu, sesuatu yang ku inginkan, sesuatu yang hangat, sesuatu yang nyaman, keluarga atau apalah. Dan itu terjadi ketika aku melihat sebuah gedung atau tempat.” CHM.1.3.4. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek terdiam dan selanjutnya menulis nomor-nomor selanjutnya, sambil sedikit berfikir dan ekspresi sedih hilang menjadi diam dan tanpa ekspresi, hanya diam dsn bermainkan bulpen, tiba-tiba mengerutkan dahi menjadi bimbang tiba-tiba menjadi menangis.”CHO.1.3.3 deskripsi emosi subjek tentang keadaan yang menimpanya diperkuat dengan transkip wawancara sebagai berikut : “biasanya aku hanya menangis saja mbak, aku menangis di dalam kamar sejadi-jadinya, setelah itu hatiku belum selesai atas marahku dan sakitku aku harus berhadapan lagi dengan kenyataan bahwa ibuku sendiri yang menghancurkan keluargaku.”CHW.1.2.17 “Sangat marah mbak, sangat marah, kadang aku tidak menginginkan semuanya ini terjadi.”CHW.1.2.18 “Rasanya semua marahku sakitku hari ini keluar semuanya selama 7 tahun, aku menangis, bercerita dan ada yang mendengarkanku sekarang”.CHW.1.2.20. “aku merasa sangat menyesal, aku tidak tau apa lagi yang harus aku lakukan, aku menyerahakan diriku untuk di pukuli sama ibu, atau aku harus menyelamatkan diri, apakah aku ini anak durhaka, apakah aku ini anak yang tidak tahu diri ?” CHW.1.1.18 “masih sama, apalagi ketika pulang dan aku harus menerima kenyataan bahwa ibuku memang seperti itu”.CHW.1.3.13. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek melihat peneliti dengan wajah bingung dan berkaca-kaca, kemudian menjawab pertanyaan peneliti, sesaat, subjek memegang kepalanya dengan kedua tangan dan menggeleng-gelengkan, kemudian menjawab pertanyaan peneliti lagi.”CHO.1.3.6. “Subjek mengarahkan matanya ke atas, diam sesaat, kemudian menjawab pertanyaan peneliti dengan suara yang merendah, sambil melihat ke arah peneliti dengan mata yang berkaca-kaca.”CHO.1.1.7 Selanjutnya beban yang di tanggung subjek selain dari ibunya, saudaranya, orang-orang, juga untuk dirinya sendiri. Subjek menanggung banyak sekali beban, hingga membuat emosi subjek meledak-ledak pada usianya, hingga subjek mengumpat. Deskripsi beban subjek yang diambil karena harus merawat ibunya dan menjalankan tugas ibu, diperkuat dengan transkip wawancara sebagai berikut : “saya yang mengurus ibu, aku juga pernah di pukul, di caci maki, dan lain-lain jika aku memaksa ibu, untuk mandi atau makan, akhirnya aku tak sempat mengurusi imo dan ian”.CHW.1.1.16 “ya mbak, sangat merasa beban, di lain jika ibu tidak mengerti apa- apa, aku harus mengurus rumah sendiri, menjadi anak serta harus nyiapin makan, baju dll mbak”.CHW.1.2.12 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “Ketika ibuku melihat pak bangsat itu di depannya, ibuku mengumpat- ngumpatinya.”CHM.1.2.7 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek melanjutkan tulisannya, dengan ekspresi biasa, dan meletakkan bulpen, kemudian melanjutkan lagi dan meletakkan bulpennya untuk kedua kalinya, kemudian melanjutkannya lagi.” CHO.1.1.6 “Subjek menjawab pertanyaan peneliti dengan tersedu-sedu dan sesaat terdiam, sesaat menghapus air matanya, peneliti berusaha menenangkan dengan mengeluspundaknya, dan sesaat terdiam..”CHO.1.1.7 Deskripsi beban subjek yang dirasakan subjek karena tekanan dari adiknya yang tidak menerima ibunya, bahwa ibunya sakit, dan sering berkata kasar pada RH, diperkuat dengan transkip wawancara sebagai berikut : “tapi dia terkadang berkata kasar, bilang “ jaga itu ibumu yang gila, aku tidak punya ibu gila ”, aku semakin sakit ketika aku lagi-lagi harus menerima kenyataan bahwa adikku tidak bisa menerima ibuku deperti ini, dan malah mengatainya “gila”, aju sudah berusaha menjelaskan dengan imo, tapi imo tidak pernah mau mengerti, aku bingung mbak, sakit rasanya hati dan hidupku sampai mereka harus pergi meninggalkanku, aku juga sangat lebih sakit lagi mbak.”CHW.1.1.21 Deskripsi beban subjek yang dirasakan subjek karena subjek memiliki cita-cita dan subjek merasa sering terhambat karena ibunya yang sakit, diperkuat dengan transkip wawancara sebagai berikut : “yang aku tau aku telat sekolah dan seperti ini sekarang karena ibu di santet tetanggaku dan karena ibu selalu menyebut”.CHW.1.2.10 “di saat aku harus bersekolah dan bermain bersama teman-temanku aku harus di rumah menemani ibu mbak, belum lagi ketika uangnya ayah habis, dan aku harus mengalah lagi sama ibu, aku ingin menangis rasanya”.CHW.1.2.12. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek melihat peneliti dengan mata yang berkaca - kaca, dan menjawab pertanyaan peneliti dengan sedikit sedih dan lemah”.CHO.1.1.8 “Aku sempat hampir tidak sekolah setelah lulus SD waktu itu mbak, karena uang bapak, habis untuk mengobati ibu, bawa ke orang pintar dan rumah sakit, setelah saya nunda 1 tahun, saya di sekolahkan bapak di SMP, itupun karena keluarga protes, masak saya sekolah cuman sampai SD, dan itu sebabnya ian dan imo di titipkan ke nenek dan ke bude, setidaknya mereka bisa meneruskan sekolah disana mbak.”CHW.1.1.17. “aku punya mimpi untuk kuliah, tapi ayah selalu bilang gak mungkin karena ibu sakit, uangya di buat biaya ibu sakit mbak, aku bekerja keras dalam akademikku, dan menipis kenyataan agar aku bisa mewujudkan mimpiku.CHW.1.3.14. “aku pingin ambil jurusan psikologi, agar aku mengetahui apa yang terjadi dengankeluargaku mbak, aku ingin mencari benang merah dan mengatasinya.”CHW.1.3.17 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek masih terdiam dan tersedu-sendu sambil menundukkan kepalanya. Kerudungnya yang berwana hitam di samping pipinya, sudah mulai tidak mengembang, mulai basah terkena air matanya, dan mulai membentukwajahnya yang bulat.”CHO.1.1.8 .”

b. Profil Subjek 2.

Nama Inisial : M Usia : 54 Tahun Pendidikan : SMA Urutan anak : Anak ketiga dari lima bersaudara. Deskripsi : Penelitian ini pada subyek dilakukan sebanyak empat kali pertemuan yang mana penelitian pertama mengajak berbicara subjek hingga menandatangi informed consert selanjutnya pertemuan ketiga berikutnya, peneliti mulai melakuakan Exspresive writing, Observasi dan wawancara. Dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat, lokasi penelitian selalu berada di rumah subjek dengan suasana yang tenang. Subjek M merupakan seorang ibu yang berusia 54 tahun, dengan tinggi badan 155 dan berat badan sekitar 50 kg, berkulit sawo matang, berwajah sedikit menua tapi terlihat ayu dan ibu subjek terlihat biasa saja seperti orang seumurannya. Subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada wawancara dengan lancar serta diiringi dengan tatapan lesu.Subjek juga seorang yang sopan ketika wawancara dia menjawab dengan sopan dan dia juga berusaha terbuka. Subjek terlihat sangat pasrah, terlihat ketika proses wawancara subjek melihat peneliti dengan pandangan yang lesu dan sedih. Subjek memang lebih sering keseharian di rumah karena harus menjaga anaknya yang sedang sakit di rumah, subjek tinggal bersama Anaknya 2 orang, 1 anaknya yang sakit, anak perempuannya sebagai adik penderita, menantu adik perempuan, suami dan kedua cucu-nya anak dari penderita.Suami subjek sudah tidak bekerja dikarenakan faktor usia dan memiliki latar belakang pendidikan SMA Sekolaha Menengah Akhir. Anak perempuan subjek Adik penderita bekerja sebagai SPG Event disalah satu produk penyedap makanan di surabaya. Ketika itu subjek merasa ada yang tidak wajar dari anaknya setelah kejadian beberapa tahun yang silam di sekolahan anaknya. diperkuat dengan transkip wawancara sebagai berikut : “niku pertama anak kulo kesurupan mbak, pas biyen sekolahan bhayangkarine di bangun niku, anak kulo dulinan teng jeding’e mbak ambek konco-koncone, ters anak kulo mbalik maneh, la kog mbari ngono bengok-bengok, ambek nangis-nangis mbak, teruskulo bawa ke orang pinter.”CHW.1.2.9. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “Ketika anak saya Y sakit pertama kali saya saya terkejut, dia sakit apa yang dirasakan terus saya langsung pergi kedokter katanya sakit demam, tidak ada hasilnya hasilnya terus anak saya tidak sadar 3 bulan”. CHM.1.1.1 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek mulai menulis subjek berfikir cukup lama lalu menulis perlahan apa yang difikirkan dengan di bantu oleh peneliti.”CHO.1.1.1 Subjek merasa dirinya sudah melakukan banyak hal untuk anaknya yang menderita skizofrenia, selama 15 tahun subjek sudah berusaha untuk membawa anaknya ke orang pintar, ke rumah sakit hingga menjual rumah, mobil, dan sepeda motor. diperkuat dengan transkip wawancara sebagai berikut : “sampun di bawa ke orang pinter, tambah di “emek-emek” nang kono mbak, mbaknya yang cerita sendiri, terus di bawa ke rs.soetomo niku terus di rujuk ke menur sama dokter yang di rumah sakit dr.soetomo niku, sampun telas katah kulo, sampek ngedol omah siji, mobil ambek motor mbak.”CHW.1.2.13. Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “terus saya panggil orang pintar, tidak ada hasilnya, terus saya langsung bawa kedokter jiwa, dr.soetomo itu tidak ada hasilnya, terus saya bawa ke rumah sakit menur sampai sekarang.”CHM.1.1.2 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek menjawab pertanyaan subjek dengan mata berkaca-kaca, kemudian terdiam sejenak, wajah subjek terlihat pasrah dan datar, subjek juga tidak begitu antusias menjawab pertanyaan peneliti, subjek terlihat biasa saja dan terlihat wajah datar.”CHO.1.1.6 Subjek merasa sudah begitu sangat berusaha, sehingga subjek merasa dirinya sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah kepada Allah SWT. diperkuat dengan transkip wawancara sebagai berikut : “kulo sampun biasa mbak, kulo sampun pasrah tentang anak kulo niku.”CHW.1.2.7 “enggeh biaya’ne mbak’e anak kulo mbak, memang pakai BPJS, tapi kadang nggeh kulo nggeh harus ngeluarin biaya dari kantong kulo sendiri mbak, niku sampai ngedol omah siji ambeg sepeda siji, kulo enggeh bingung kudu nopo maneh mbak, kulo pasrah.”CHW.1.2.23 “kulo sampun pasrah mawon mbak, kulo mboten saget nopo-nopo meleh rasane, kulo punberharap kulo sehat lan umjur’e dowo mbak, ben isok ngeramut mbak’e terus. Sambil mengusap air mata.”CHW.1.2.24 “enggeh kulo pasrah”.CHW.2.2.7 “iya mbak, saya sudah pasrah mbak, saya gak tau apa yang harus saya lakukan lagi, saya hanya bisa berdoa dan pasrah.”CHW.2.3.7 “tidak ada mbak, saya sudah pasrah dan saya sudah ikhlas, saya hanya berharap anak saya sembuh mbak, jika suatu saat nanti saya sakit, atau ada sewaktu-waktu saya di panggil oleh yang maha kuasa, saya tidak khawatir dan kepikiran oleh anak saya mbak.”CHW.2.3.8 “nggeh kulopun sampun pasrah”.CHW.2.3.15 “enggeh kulo sampun berusaha, sembarang kulo enekaken gawe mbak’e, niki kulo sampun pasrah mawon, enggah sembarang terserah sing kuwoso, kulo enggeh mboten iso nopo-nopo meleh, ekspresi sedih.” CHW.2.3.16 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari exspressive writing sebagai berikut : “saya pasrah dengan yang di atas, ya dimana lagi itu kehendak allah, saya harus sabar tabah CHM.1.1.4 “ketika itu saya merawat Y dengan sabar, dan berdoa. Supaya Y agar segera sadar.”CHM.1.2.2 Diperkuat dengan transkip yang diperoleh dari Observasi sebagai berikut : “Subjek terlihat wajah sedih dengan garis wajah yang menurun, mengatakan sudah selesai melakukan tulisannya dan memberikan pena dan tulisannya.”CHO.1.2.3 Selain subjek merasa pasrah dengan Allah SWT, subjek juga merasa tak berdaya, subjek merasa tidak mampu melakukan apapun, subjek benar-benar merasa tidak berdaya. diperkuat dengan transkip wawancara sebagai berikut : “Kulo mboten ngerti meleh, kulo kudu nopo mbak, kulo sampun berusaha sanget mbak, anak kulo niku sampun ngeten niku sampun 15 tahun.”CHW.1.2.8 “enggeh kulo capek pikiran, emosi nggeh keuangan mbak, mental kulo niku rasane pegel, duit’e nggeh pegel mbak, rasane kulo emosi lek enten sing ngelarakno anak kulo setunggal niku, kulo sebagai orang tua,