PENGARUH PEMAHAMAN MATERI HAK ASASI MANUSIA TERHADAP SIKAP KEMANUSIAAN SISWAKELAS VII DI SMP NEGERI 2 HULU SUNGKAI KABUPATEN LAMPUNG UTARA T.P 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMAHAMAN MATERI HAK ASASI MANUSIA TERHADAP SIKAP KEMANUSIAAN SISWAKELAS VII

DI SMP NEGERI 2 HULU SUNGKAI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

T.P 2012/2013

Oleh Rina Pratiwi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusiaan siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Kabupaten Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah responden 77 siswa. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia (X) dominan pada kategori kurang paham (2) sikap kemanusiaan siswa (Y) dominan pada kategori kurang setuju (3) hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan, dan ketegori keeratan tinggi antara pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia, artinya semakin tinggi tingkat pemahaman siswa akan mempengaruhi sikap kemanusiaan siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Kabupaten Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013.


(2)

ABSTRACT

UNDERSTANDING THE MATERIAL EFFECT ON HUMAN RIGHTS ATTITUDE AGAINST HUMANITY VII CLASS STUDENTS

JUNIOR HIGH SCHOOL IN STATE 2 HULU SUNGKAI DISTRICT NORTH LAMPUNG

SCHOOL YEAR 2012/2013

By Rina Pratiwi

The purpose of this study was to clarify the effect of the material understanding of human rights to humanitarian attitude in class VII Junior High School 2 Hulu Sungkai North Lampung regency school year 2012/2013. The method used in this research is descriptive method, this research is the study population by the number of respondents 77 students. Data analysis using Chi Square.

Results of research show that the: (1) influence of comprehension material human rights (X) dominant on category not quite comprehend (2) attitude humanity students' (Y) dominant on category less agree (3) the results of research showed there are relation a significant, and ketegori of closeness high between the influence of understanding material human rights, meaning that the higher the level of of understanding students' will affect the attitudes humanitarian grade students VII in Junior High School 2 Hulu Sungkai North Lampung years of lesson 2012/2013.


(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan suatu kelompok masyarakat. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh setiap individu sejak mereka dilahirkan. Masalah HAM (Hak Asasi Manusia) adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. Hak asasi manusia lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Ini terlihat dari bermunculannya beberapa ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengurangi pelanggaran yang terjadi akibat kurangnya kepedulian masyarakat dalam penegakan HAM.

Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir, dengan tidak membedakan bangsa, ras, suku, agama, maupun jenis kelamin serta bersifat universal. Hak asasi manusia pada hakikatnya adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia. Disebut asasi, karena tanpa hak tersebut seseorang tidak dapat hidup sebagaimana layaknya manusia. Hakikat manusia tidak lain adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi penalaran yang tinggi dan kepekaan terhadap makhluk disekitarnya. Inilah


(4)

perbedaan esensial antara manusia dengan makhluk lainnya. Hak asasi manusia juga selalu berhubungan dengan kewajiban asasi manusia, bahkan kewajiban asasi tersebut harus terlebih dahulu dilakukan agar hak-hak asasi dapat terpenuhi.

Menurut G. J. Wolhoff (1960: 140) mengatakan “hak-hak asasi adalah sejumlah hak dasar yang tidak dapat dicabut oleh siapapun juga, karena jika dicabut akan hilang kemanusiaannya”. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hak-hak asasi manusia ini merupakan hak kodrat yang ada pada manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sehingga hak asasi itu tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Kesadaran akan hak asasi manusia, harga diri, harkat dan martabat kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak-hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia.

Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara dapat hidup sesuai dengan kemanusiaanya. Hak asasi itu sendiri melingkupi beberapa hak dasar yaitu hak atas kebebasan berpendapat, hak atas kecukupan pangan, hak atas rasa aman, hak atas penghidupan dan pekerjaan, hak atas hidup yang sehat serta hak-hak lainnya. Selain itu hak asasi memiliki kewajiban-kewajiban dasar dan pokok yang harus dijalankan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat seperti kewajiban taat pada peraturan perundang-undangan, dan kewajiban untuk bekerja demi kelangsungan hidup manusia. Apabila orang menuntut hak-hak asasinya terpenuhi, maka pada saat yang sama pula terdapat keharusan agar orang tersebut melaksanakan kewajiban-kewajiban asasinya.


(5)

Dimana seharusnya, tuntutan atas hak-hak asasi harus disertai pelaksanaan kewajiban-kewajiban asasi.

Pada perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undang-Undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-Undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya. Beberapa peraturan tersebut antara lain peraturan yang mengatur tentang ham pada Undang-Undang No. 39 Thn 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Selain itu, terdapat Undang-Undang No. 26 Thn 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Dengan adanya undang-undang ini pemerintah mengharapkan hak asasi yang dimiliki setiap warga negara Indonesia dapat terlindungi dan sejak dini pemahaman tentang pentingnya menjaga dan menghargai hak diri sendiri dan orang lain dapat ditanamakan kepada anak-anak memalui pedidikan baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.

Pendidikan yang baik semakin dituntut perannya disini untuk dapat menghasilkan manusia indonesia yang berkualitas, dapat menghargai dan saling menghormati antar sesamanya. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam menentukan masa depan sebuah bangsa. Dengan adanya pendidikan yang memadai dalam suatu bangsa maka kualitas sumber daya manusianya pun akan baik, karena itulah pendidikan sangat penting dalam kehidupan agar seseorang dapat mencapai tujuan hidup yang dimilikinya. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa dan negara. Maju


(6)

mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan suatu bangsa tersebut.

Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Sedangkan Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu pendidikan yang sangat penting yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini adalah pendidikan mengenai Hak Asasi Manusia (HAM). HAM sendiri merupakan Hak yang dimiliki manusia sejak manusia tersebut lahir kemuka bumi. Hak yang dimaksud dapat berupa hak untuk hidup dan hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak saat ia lahir dikemudian hari. Pengertian HAM ini dan penerapannya inilah yang belum berjalan sesuai harapan dikalangan remaja pada era globalisasi seperti saat ini. HAM yang seharusnya menjadi tolak ukur seseorang untuk bertingkah laku dan memperlakukan sesamanya dengan baik, kadang disalah artikan dengan tindakan-tindakan pelanggaran HAM yang merugikan orang lain. Pelanggaran HAM tidak hanya terjadi diruang lingkup masyarakat luas, ruang lingkup terkecil seperti sekolah pun tidak luput dari


(7)

tindakan-tindakan pelanggaran HAM yang tidak manusiawi baik berupa pelanggaran fisik maupun psikis.

Memiliki sikap kemanusiaan yang tinggi, menghargai hak dan pendapat orang lain serta dapat saling menghormati antar sesamanya adalah salah satu pendidikan mengenai HAM yang harus ditanamkan oleh guru kepada siswa, agar mereka tumbuh sebagai anak bangsa yang bebudi luhur, berkarakter dan berakhlak mulia, serta memiliki kecerdasan, kecakapan dan kemauan bekerja keras. Selain beberapa hal mengenai sikap kemanusian tersebut, sikap kemanusian yang harus juga ditanamkan kepada siswa dalam pembelajaran HAM ini adalah bagaimana mereka lebih peka terhadap keadaan dilingkungan sekitar mereka, misalnya saja kepedulian mereka terhadap teman yang sedang sakit, kepedulian sosial atau sikap sosial mereka terhadap sesama yang sedang mendapatkan musibah merupakan beberapa contoh kecil dari sikap kemanusiaan yang harus mereka miliki.

Semua itu dapat terwujud jika materi yang mereka terima sesuai dengan cara pengajaran atau penyampaian guru yang baik dan mudah dipahami. Karena, keberhasilan pendidikan kita tidak lepas hubungannya dengan keterampilan guru-guru dalam mengelola proses belajar mengajar, apabila dalam suatu proses belajar mengajar antara guru dan siswa terdapat interaksi yang baik, maka siswa dapat menerapkan apa yang telah mereka dapatkan dari guru mereka disekolah kedalam kehidupan sehari-hari nantinya. Dengan pemahaman materi hak asasi manusia yang baik maka pembentukan sikap kemanusiaan siswa juga dapat sesuai dengan yang diharapkan. Terbentuknya sikap yang menghargai sesamanya, sikap yang peduli dengan keadaan disekitarnya, serta mampu menerapkan dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam kehidupannya. Dalam


(8)

perkembangan pemahaman siswa tentang hak asasi manusia, siswa dituntut agar dapat memahami dan menelaah pelajaran atau moral sekaligus membentuk karakter sikap kemanusiaan siswa tersebut. Biasanya pembentukan sikap kemanusiaan yang baik harus juga mendapatkan dukungan dari orang tua dan lingkungan sosial mereka, agar penerapan dari pemahaman siswa tentang HAM dapat terlaksana secara optimal.

Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga yang akan membentuk sikap, perilaku dan kepribadian seorang siswa selain pengembangan pengetahuannya. Di lingkungan sekolah anak banyak menemui orang-orang yang baru mereka kenal Sama dengan ketika anak di dalam keluarga, seringkali dengan alasan “mendidik” kita memperlakukan anak-anak dengan melakukan pendekatan kekerasan, alasannya pun agar anak dapat mengenal arti dari kedisiplinan. Tapi dibalik maksud untuk mendidik itu tanpa kita sadari tindakan-tindakan yang dilakukan adalah pelanggaran atas hak asasi si anak itu sendiri. Maka tidak jarang anak yang mendapatkan perlakuan seperti ini akan melampiaskan dan mengulangi perbuatan yang mereka terima diluar lingkungan keluarganya, seperti di lingkungan sekolahnya dan yang menjadi sasaran tempat pelampiasannya tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah teman mereka sendiri. Dengan keadaan yang demikian, sekolah seringkali dihadapkan dengan situasi dan kondisi dimana siswa-siswi melakukan hal-hal yang tidak dapat ditolerir oleh pihak sekolah misalnya saja siswa yang berkelahi disaat jam pelajaran sedang berlangsung, bagi siswa yang bersangkutan biasanya akan mendapatkan teguran dan sanksi tegas dari guru piket pada saat itu juga. Kekerasan lain yang biasa terjadi adalah pelecehan seksual terhadap teman wanita mereka baik itu hanya pelecehan ringan


(9)

maupun pelecehan seksual berat seperti tindak pencabulan dan asusila, kasus seperti ini biasanya terjadi akibat dari kelalaian orang tua mendidik anak dalam menanamkan nilai-nilai agama dan kurangnya keterbukaan antara guru dan siswa dalam lingkungan sekolah. Tindakan siswa yang tidak dapat ditolerir selanjutnya adalah keterlibatan siswa dalam penggunaan NARKOBA yang sudah jelas melawan hukum pidana dan berkaitan dengan pihak berwajib.

Ketidak seimbangan antara hak mereka untuk mendapatkan dan memperoleh perlakuan yang baik inilah yang membuat saya melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusian siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Kabupaten Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013.

Berikut ini adalah data beberapa kasus yang berhubungan dengan pelanggaran hak asasi manusia di sekolah, berdasarkan hasil pra riset yang telah dilakukan di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Kabupaten Lampung Utara, akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah ini:

Tabel 1 Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Lampung Utara

Kelas Jenis Pelanggaran

Pelecehan Seks

Berkelahi Pemalakan Menghina Pembulian

VIIA - 2 - - -

VIIB - 1 1 1 -

VIIIA - 3 - - -

VIIIB 3 2 - - 1

IXA - 2 - - -

IXB - 2 1 - 1

Jumlah 20 Kasus


(10)

Berdasarkan data yang disajikan di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kasus pelanggaran HAM di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Lampung Utara mencapai 20 kasus keseluruhannya. Kasus yang paling mendominasi pelanggaran HAM sampai saat ini adalah perkelahian sebanyak 12 kasus. Perkelahian biasa terjadi antar sesama siswa pada saat jam pelajaran atau di lingkungan sekolah. Penyebab terjadinya perkelahian ini tidak jarang hanya karena hal sepeleh seperti saling ejek pada saat bercanda atau kesalah pahaman biasa. Kasus selanjutnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah pelecehan seks. Sebanyak 3 kasus pelecehan seks terjadi di kelas VIII, ini tentu perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak sekolah maupun orang tua. Berdasarkan fakta dan data di lapangan, pelecehan seks ini dilakukan kurang lebih oleh 10 orang siswa laki-laki. Mereka terdiri dari 3 orang siswa kelas VII, 5 orang siswa kelas VIII dan 2 orang siswa kelas IX. Pelecehan ini sendiri dialami seorang siswi kelas VIII.

Seperti kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya yang terjadi di sekolah ini, siswa dikenakan sanksi hanya berupa teguran dan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya kembali. Akibatnya tidak jarang siswa mengulangi perbuatannya kembali karena hukuman yang diberikan masih cukup ringan, dan hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi kebal terhadap hukuman dan tidak jera untuk mengulangi perbuatannya kembali. Kasus lain yang terjadi di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai adalah pemalakan sebanyak 2 kasus, menghina 1 kasus, pembulian 2 kasus. Kasus-kasus ini merupakan contoh kecil dari kegagalan guru mendidik serta menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa. Seharusnya guru sebagai pengganti orang tua di sekolah harus secara tegas memberikan


(11)

pemahaman tentang sikap-sikap kemanusiaan yang harus dimiliki oleh seorang siswa melalui pembelajaran tentang HAM.

Sesuai dengan kenyataan yang didapat dari hasil observasi di lapangan, dan wawancara kepada siswa diketahui bahwa pemahaman siswa terhadap materi hak asasi manusia masih sangat kurang. Terlihat pada saat saya bertanya kepada siswa tentang pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM) tidak ada satu siswa pun yng bisa menjawab pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka. Ternyata pada saat pemabahasan materi hak asasi manusia ini berlangsung siswa hanya diberikan tugas oleh guru mereka untuk menghapal pasal 28A-28D. Dan ketika saya menunjuk salah satu siswa untuk menyebutkan isi dari pasal 28A-28D tersebut siswa yang bersangkutan tidak hafal isi dari pasal-pasal yang ditugaskan oleh guru mereka untuk dihafalkan, terhitung hanya sekitar 10 orang siswa saja yang dapat melafalkannya dengan benar.

Penyebab terjadinya ketidak pahaman siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru mereka dapat terjadi akibat dari beberapa faktor antara lain, kurangnya keterampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, model-model pembelajaran yang sudah ada tidak dipergunakan, kedisiplinan guru mata pelajaran yang kurang baik, kondisi kelas yang kurang kondusif dan kotor, minat siswa untuk belajar masih kurang, serta guru yang bersangkutan tidak mengajar sesuai dengan bidang studi yang mereka dalami pada saat di bangku perkuliahan.

Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi mengapa siswa sulit untuk mencerna dan memahami setiap apa yang disampaikan oleh guru untuk menerapkan apa yang mereka ketahui tidak dapat diimplementasikan dengan baik. Kemudian faktor


(12)

berikutnya adalah kurangnya pengawasan guru di sekolah terhadap siswa dalaam lingkungan sekolah sehari-hari. Disamping itu pula terdapat guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan jurusan pun menjadi faktor penyebab lainnya, mata pelajaran yang mereka kuasai tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sehingga siswa hanya diberikan pemahaman berdasarkan buku paket yang mereka gunakan dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Sehingga pemahaman materi yang mereka dapat kurang maksismal. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa masih kurang mengenai materi hak asasi manusia yang belum secara sempurna disampaikan oleh guru mereka di kelas.

Berdasarkan latar belakang inilah saya sebagai penulis tertarik untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh pemahaman materi Hak Asasi Manusia terhadap sikap kemanusian siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai tahun pelajaran 2012/2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Pemahaman siswa terhadap materi HAM.

2. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang melibatkan siswa yang terjadi di sekolah.

3. Sikap kemanusiaan siswa yang terbentuk tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

4. Peran pendidik khususnya guru mata pelajaran PKn dalam menjelaskan dan memberikan contoh mengenai penerapan HAM .


(13)

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan dan agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusiaan siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusiaan siswa di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai?

2. Bagaimana pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusiaan siswa di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mengetahui:

1. Ada tidaknya pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusian siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai.

2. Bagaimana pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusian siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai.


(14)

1.6 Kegunaan Penelitian

1.6.1 Kegunaan Secara teoritis

Penelitian tentang pengaruh pemahaman materi Hak Asasi Manusia terhadap sikap kemanusiaan siswa di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai, berguna secara teoritik untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu kewarganegaraan yang mempelajari tentang HAM dan penerapan HAM tersebut dalam kehidupan mereka dan orang lain.

1.6.2 Kegunaan Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis berguna untuk :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perserta didik agar dapat mengerti dan memahami HAM sebagai Hak setiap warga negara.

2. Sebagai masukan untuk guru-guru khususnya guru mata pelajaran PKn agar dapat memberikan penjabaran mengenai materi HAM dengan baik dan mudah dimengerti.

3. Sebagai masukan bagi pihak sekolah untuk lebih mengawasi setiap tindakan siswa yang dianggap melanggar HAM dari siswa yang lain agar dapat ditindak secara tegas.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1. 7.1 Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya PPkn yang berkaitan dengan Hak dan Kewajiban belajar sesuai dengan peraturan wajib belajar yang diusung pemerintah.


(15)

1.7.2 Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah sikap kemanusiaan dan pemahaman siswa terhadap tindak pelanggaran Hak Asasi Manusia.

1.7.3 Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru dalam melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai dari Hak Asasi Manusia.

1.7.4 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Lampung Utara.

1.7.5 Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Sikap Kemanusiaan A. Pengertian Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku. Dalam arti sempit pandangan atau kecenderungan mental.

Menurut Bruno dalam Mubiar Agustin (2011: 6) “sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk beraksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang”. Sedangkan menurut Sherif dalam Mubiar Agustin (2011: 6) ia mengartikan “sikap dengan sejenis motif sosiogonis yang diperoleh melalui proses belajar, atau kemampuan internal yang berperan sekali mengambil tindakan lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak dan tersedia melalui beberapa alternatif“.

Menurut Gordon Allpor dalam Hartono Sastro Wijoyo (2005: 6) “Sikap adalah Mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten“.


(17)

Sikap dalam pergaulan sehari-hari merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negative terhadap berbagai keadaan sosial, apakah institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya .Howard dan Kend‟er dalam Unnes (2010:1).

Menurut Randi dalam Imam (2011: 32) mengungkapkan bahwa “sikap merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus (objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan objeknya“.

Wadwort dalam Unnes berpendapat (2010: 1) “sikap merupakan suatu keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam dari manusia“. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan, sebagaimana pendapat Piaget tentang proses perkembangan kognitif manusia.

Menurut Azwar S dalam Imam (2011: 33) Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamarkan penanganan (opini) terutama apabila mengyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. 2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut


(18)

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang tehadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah di paparkan diatas dapat di tarik kesimpulan secara garis besar bahwa sikap merupakan sebuah tingkat kecenderungan seseorang yang bersifat positif maupun negatif disertai tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap objek tertentu. Sikap seharusnya senantiasa diarahkan kepada sesuatu yang memiliki objek yang jelas karena tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang , peristiwa, pandangan, lembaga, norma, dan lain-lain yang dianggap baik atau buruk.

B.Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1993: 63), adalah:

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah kareana itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat derumuskan dengan jelas.


(19)

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga meruapakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005: 79) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain :

1. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh Orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotifasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting tersebut.

3. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap bebagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang member corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang di dasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.


(20)

D.Fungsi Sikap

Daniel Katz dalam Imam (2011: 36) membagi fungsi sikap dalam empat kategori sebagai berikut :

1. Fungsi Utilitarian

Melalui instrument suka dan tidak suka, sikap positif atau kepuasan dan menolak yang memberikan hasil positif atau kepuasan.

2. Fungsi Ego Defensive

Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu untuk melindungi egonya dari abrasi psikologi. Abrasi psikologi bisa timbul dari lingkungan yang kecanduan kerja. Untuk melarikan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan ini, orang tersebut membuat rasionalisasi dengan mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup yang santai.

3. Fungsi Value expensive

Mengekspresikan nilai-nilai yang dianut fungsi itu memungkinkan untuk mengekspesikan secara jelas citra dirinya dan juga nilai-nilai inti yang dianutnya.

4. Fungsi Knowledge-Organization

Karena terbatasnya kapasitas otak manusia dalam memproses informasi, maka orang cenderung untuk bergantung pada pengetahuan yang did pat dari pengalaman dan informasi dari lingkungan. Hal ini dapat dengan cara:

a. Attitude Toward Objek Model

Menggambarkan sikap terhadap objek. Jadi bisa saja seseorang mengatakan dia suka, yang berarti dia memiliki sikap positif terhadapnya.


(21)

b. Attitude Toward Behaviour Model

Menggambarkan sikap terhadap perilaku, misalnya orang yang akan membeli pesawat televisi yakni bahwa jika dia membeli pesawat televisi, keluarga akan lebih bahagia.

c. Theory of Reasoned Action Model

Model yang menguraikan teori tindakan yang nalar. Maksud perilaku didasari oleh gabungan dari attitude toward behavior, keyakinan sosial dan normative tentang apakah perilaku pantas atau tidak pantas, dan motivasi untuk berprilaku sesuai dengan keyakinan normatif.

Berdasarkan beberapa uraian mengenai sikap di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kebiasaan atau tingkah laku dari seorang manusia untuh dapat menginterprestasikan suatu ungkapan perasaan melalui perbuatan baik dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku maupun berupa pelanggaran atas sikap dari norma yang berlaku.

E. Kemanusiaan

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yakni makhluk ciptaanTuhan Yang Maha Esa, yang memiliki potensi, pikir, rasa, karsa dan cipta. Karena potensi ini manusia mempunyai, menempati kedudukan dan martabat yang tinggi. Kata adil mengandung makna bahwa suatu


(22)

keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang.

Kata beradab berasal dari kata adab, artinya “budaya”. Jadi adab mengandung arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan / moral. Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian adanya kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya ( sesuai Pancasila pada sila ke-2 ).

Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal. Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa yakni sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaanNya. Hal ini selaras dengan :

a. Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea pertama b. Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 Undang-undang Dasar 1945

Kemanusiaan merupakan sebuah sikap universal yang harus dimiliki setiap umat manusia di dunia yang dapat melindungi dan memperlakukan manusia sesuai dengan hakikat manusia yang bersifat manusiawi. Dalam menerapkan sikap kemanusian pada generasi muda dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sosial seperti PMR, Bakti sosial dan


(23)

Kepedulian meraka terhadap sesamanya. Dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh siswa , kegiatan harus dilakukan dengan penuh penghayatan dan mengamalkan pancasila yaitu dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, karena melalui kegiatan kemanusiaan tersebut proses penyerapan nilai-nilai kemanusiaan dapat dicerna oleh siswa dengan rasa, hati nuraninya, akal dan kehendaknya untuk berbuat baik.

Kegemaran melakukan kegiatan kemanusiaan dapat membuat siswa terbiasa melakukan hal-hal yang baik sehingga dengan pengelolaan jiwanya akan menghasilkan kehendak, sikap dan perbuatan yang dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Dengan begitu proses pengembangan sikap kemanusiaan dapat terus dibina dan dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang secara langsung siswa mampu merasakan dan berbuat untuk kemanusiaan sehingga mampu menumbuhkan manusia yang adil dan beradab terhadap sesamanya.

2.1.2 Pengertian Pemahaman

Pemahaman menurut M. Zulfajri & Ratu Aprilia Senja (2008: 607-608) berasal dari kata “paham“ yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami.

Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa “pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain“. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain


(24)

didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati.

Menurut W.S. Winkel (1996: 245) menyatakan bahwa, “pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari“. W.S Winkel juga meluruskan pendapatnya tersebut dengan adanya taksonmi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi. Penggolongan dapat dilihat dibawah ini:

1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingat kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. 2) Pemahaman,merupakan tingkat berikutnya berupa kemampuan

memantau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.

3) Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi yang sesuai dengan situasi yang kongkret dan situasi baru.

4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran kedalam struktur yang baru.


(25)

5) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsure-unsur pokok ke dalam struktur yang baru.

6) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud dan tujuan tertentu.

Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu:

1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok

3) Tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman ektrapolasi.

Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemempuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.

Sejalan dengan pendapat diatas, (Suke Silversius 1991: 43-44) menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu :

1) Menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang


(26)

mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata – kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan

2) Menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi

3) Mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 115) “pemahaman (comprehension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia mampu memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep“. Kemampuan pemahaman adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.

2.1.3 Pengertian Materi atau Bahan Ajar

Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Sedangkan bahan pembelajaran yang dalam penyajiannya berupa deskripsi berisi tentang fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa


(27)

fakta, konsep, prinsip, danproses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar atau materi (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Menurut Suryosubroto (2002: 32) berpendapat, “materi pelajaran adalah gabungan antara pengerahuan (fakta, informasi yang terperinci), keterampilan (langkap, prosedur, keadaan dan syarat-syarat) dan faktor sikap“.

Trianto (2010: 197) menyatakan yang dimaksud materi pelajaran disini adalah hasil analisis tujuan, yang dinyatakan dengan analisis konsep dan analisis tugas.

Kemendiknas (2008) memberikan pengertian beberapa definisi bahan ajar sebagai berikut:

1. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

2. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

3. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).

4. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.


(28)

Menurut AECT (1986: 12) mendefinisikan bahwa :

Bahan ajar sebagai bahan pembelajaran yang berupa barang-barang (media atau perangkat lunak) yang berisi pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Kadang-kadang barang itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian. Bahan ajar dapat dilihat dari dua sudut, yakni sebagai proses dan sebagai produk. Sebagai proses, bahan ajar berfungsi sebagai alat penunjang proses pembelajaran dalam rangka penyampaian bahan pembelajaran kepada mahasiswa. Sebagai produk, bahan ajar merupakan hasil dari serangkaian bahan yang dimuat dalam bentuk buku/media sesuai kurikulum yang berlaku dan sebagai sumber belajar.

Menurut Joni (1984: 4) “bahan ajar menspesifikasi pengalaman belajar dalam bentuk penstrukturan kegiatan pembelajaran yang kaya dengan variasi sehingga dapat memberikan efek pengiring yang sama efeknya dengan pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran”. Untuk mencapainya, bahan ajar harus mencakup semua bahan, alat, dan cara yang ditata secara sistematis.

Bahan ajar berbeda dengan buku teks. Kemendiknas (2008) memberikan definisi bahwa “bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)”, sedangkan buku teks merupakan “sumber informasi yang disusun dengan struktur dan urutan berdasarkan bidang ilmu tertentu”.

Menurut Pannen & Purwanto (2001: 6) perbedaan bahan ajar dan buku teks dapat disimak pada ciri-ciri keduanya. Yang mengacu pendapat Lewis & Paine menyatakan bahwa bahan ajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


(29)

1. menimbulkan minat dari pembaca

2. ditulis dan dirancang untuk digunakan mahasiswa 3. menjelaskan tujuan instruksional

4. disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel

5. strukturnya berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai

6. terfokus pemberian kesempatan mahasiswa untuk berlatih 7. mengakomodasi kesukaran belajar mahasiswa

8. selalu memberi rangkuman

9. gaya penulisan komunikatif dan semi formal 10. kepadatan berdasarkan kebutuhan mahasiswa

11. dikemas untuk digunakan dalam proses instruksional

12. mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari mahasiswa

13. menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.

Berpijak pada pendapat Lewis & Paine, Pannen & Purwanto (2001: 6) menyatakan bahwa ciri-ciri buku teks adalah :

1. mengasumsikan minat dari pembaca 2. ditulis untuk digunakan dosen 3. dipasarkan secara luas

4. belum tentu menjelaskan tujuan instruksional 5. disusun secara linier

6. strukturnya berdasarkan logika bidang ilmu 7. belum tentu memberikan latihan

8. tidak mengantisipasi kesukaran yang dihadapi mahasiswa 9. belum tentu memberikan rangkuman

10. gaya penulisan naratif, tetapi tidak komunikatif 11. sangat padat

12. dijual secara umum

13. tidak memiliki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik 14. tidak memberikan saran-saran cara mempelajari buku tersebut.

Pada kenyataannya ada juga bahan ajar yang disusun sedemikian rupa sehingga tidak menjadi buku teks dan tidak menjadi bahan ajar murni. Mengenai bentuk bahan ajar di atas, sangatlah beragam. Mengacu pendapat


(30)

Bernd Weidenmann dalam buku Lernen mit Bildmedien, Sulistyowati (2009:5) mengelompokkan bentuk bahan ajar menjadi tiga, yaitu :

1. auditif: radio, kaset, piringan hitam.

2. visual: flipchart, gambar, film bisu, video bisu, program komputer, bahan tertulis dengan dan tanpa gambar.

3. audio visual: berbicara dengan gambar, pertunjukan suara dan gambar, dan film/video.

Adanya perkembangan dan kemajuan teknologi informasi serta komunikasi, menunjang bentuk-benyuk bahan ajar yang semakin beragam. Bahan ajar dapat disampaikan dengan fitur tautan (hyperlink), pemakaian huruf, warna, dan gambar yang dapat beranimasi, serta penggunaan audio-visual yang mendukung materi. Bahan ajar modern dapat berwujudkan buku elektronik (e-book), majalah elektronik (e-magazine), berita elektronik (e-news), jurnal elektronik (e-journal), CD/DVD multimedia interaktif model flash atau slide interaktif.

A.Fungsi Bahan Ajar

Terkait fungsi bahan ajar, setidaknya dapat ditinjau dari pembelajaran dan evaluasi. Fungsi ini mengacu pada pendapat Sulistyowati (2009: 6) berikut ini. Penggunaan bahan ajar berfungsi sebagai :

1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.


(31)

2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.

3. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

B.Komponen Bahan Ajar

Bahan ajar terdiri atas dua komponen seperti yang dikemukakan oleh Pannen dan Purwanto (2001: 6) menyatakan komponen bahan ajar sebagai berikut :

1. Tinjauan mata pelajaran.

2. Pendahuluan setiap bab, penyajian daam setiap bab, penutup setiap bab, daftar pustaka, dan senarai. Setiap komponen mempunyai subbab komponen sendiri yang saling berintegrasi satu sama lain.

Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.

Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap.


(32)

Contohnya adalah buku bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.

Bersumber dari beberapa pemaparan pengertian materi pembelajaran atau bahan ajar oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa materi atau bahan ajar adalah bahan ajar dan pada hakikatnya bahan ajar ini harus dikuasai oleh siswa sepenuhnya untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang diinginkan.

2.1.4 Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)

A. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Menurut Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatannya, serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

HAM memiliki beberapa ciri khusus, yaitu: Hakiki (ada pada setiap diri manusia sebagai makhluk Tuhan), Universal, artinya hak itu berlaku untuk semua orang, Permanen dan tidak dapat dicabut. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak.


(33)

Secara historis hak asasi manusia sebagaimana yang saat ini dikenal (baik yang di cantumkan dalam berbagai piagam maupun dalam Undang-undang Dasar), memiliki riwayat perjuangan panjang bahkan sejak Abad Ke-13 perjuangan untuk mengukuhkan gagasan hak asasi manusia ini sesudah dimulai setelah di tanda tanganinya Magna Charta pada tahun1215 oleh raja John Lackbland, maka sering kali peristiwa ini di catat sebagai permulaan dari sejarah perjuangan hak-hak asasi manusia, sekali pun sesungguhnya piagam ini belum merupakan perlindungan terhadap hak-hak asasi sebagaimana yang di kenal surat ini.

Perkembangan hak-hak asasi manusia adalah dengan ditanda tanganinya Polition of Rights pada tahun 1628 oleh raja Charles 1. Jika pada tahun 1215 raja berhadapan dengan kaum bangsawan dan gereja, yang mendorong lahirnya Magna Charta, maka pada tahun 1628 tersebut raja berhadapan dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (The House Of Comouons) kenyataan ini memperlihatkan bahwa perjuangan hak-hak asasi manusia memiliki korelasi yang erat sekali dengan perkembangan demokrasi. Namun dalam hal ini yang perlu dicatat, bahwasannya hak asasi manusia itu telah ada sejak abad 13, karena telah ada pejuangan-perjuangan dari rakyat untuk mengukuhkan gagasan hak asasi mausia sudah di miliki. Perkembangan pemikiran mengenai HAM dibagi pada 4 generasi yaitu:


(34)

1. Generasi Pertama

Berpendapat bahwa pengertian HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan suatu tertib hukum yang baru. Pada generasi pertama ini berkembang pemikiran dari pemikiran Immanuel Kant dimana negara dan pemerintah tidak ikut campur tangan dalam urusan warga negaranya kecuali dalam hal yang menyangkut kepentingan umum. Aliran pikiran yang disebut liberalisme ini dirumuskan dalam dalil “The Last Government is the best Government” artinya Pemerintahan yang paling sedikit campur tangannya terhadap warga negara adalah Pemerintahan yang baik.

Berdasarkan pandangan ini negara dianggap sebagai Nachwachterstaat atau negara penjaga malam yang memiliki ruang gerak yang sangat sempit dalam mengatur tata kehidupan masyarakat atau rakyat dari suatu negara, bukan hanya di bidang politik tetapi juga di bidang ekonomi. Dalam konsep ini kegiatan di bidang ekonomi dikuasai oleh dalil: Laissez faire laissez aller” yang artinya kalau manusia dibiarkan mengurus kepentingan ekonominya masing-masing maka dengan sendirinya keadaan ekonomi seluruh negara akan sehat.


(35)

2. Generasi Kedua

Pada masa ini pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukkan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada generasi kedua ini lahir dua covenant yaitu International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights dan International Covenant on Civil and Political Rights. Kedua Covenant tersebut disepakati dalam sidang umum PBB 1966. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik. Pada masa ini pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif dalam mengatur kehidupan ekonomi dan sosial rakyatnya. Negara dalam konsep ini dinamakan negara kesejahteraan (Welfare State) atau Social Service State (negara yang memberi pelayanan kepada masyarakat atau negara modern).

3. Generasi Ketiga

Generasi ketiga ini lahir sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hukum dalam satu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan.

Pelaksanaan hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan hak ekonomi dalam


(36)

arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.

4. Generasi Keempat

Setelah banyak dampak negatif dari pemikiran HAM generasi ketiga, lahirlah generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh negara-negara dikawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of The Basic Duties of Asia People and Government. Deklarasi ini lebih maju dari rumusan generasi ketiga, karena tidak saja mencakup tuntutan struktural tetapi juga berpihak kepada terciptanya tatanan sosial yang berkeadilan. Selain itu deklarasi HAM Asia telah berbicara mengenai masalah „kewajiban asasi‟ bukan hanya „hak asasi‟. Deklarasi tersebut juga secara positif mengukuhkan keharusan imperatif dari negara untuk memenuhi hak asasi rakyatnya. Beberapa masalah dalam deklarasi ini yang terkait dengan HAM dalam kaitan dengan pembagunan sebagai berikut:

a. Pembangunan Berdikari (self development)

Pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan yang membebaskan rakyat dan bangsa dari ketergantungan dan


(37)

sekaligus memberikan kepada rakyat sumber-sumber daya sosial ekonomi.

b. Perdamaian

Masalah perdamaian tidak semata-mata berarti anti perang dalam segala bentuknya, tapi justru lebih dari itu suatu upaya untuk melepaskan diri dari budaya kekerasan (culture of violence) dengan menciptakan budaya damai (culture of peace) yang menjadi tugas semua pihak baik rakyat, negara, regional maupun dunia.

c. Partisipasi Rakyat

Merupakan suatu persoalan hak asasi yang sangat mendesak untuk terus diperjuangkan baik dalam dunia politik maupun dalam persoalan publik lainnya.

d. Hak-hak Budaya

Pada beberapa masyarakat nampak tidak dihormatinya hak-hak budaya. Begitu juga adanya upaya dan kebijakan penyeragaman budaya oleh negara merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi budayanya.

e. Hak Keadilan Sosial

Keadilan sosial tidak saja berhenti dengan naiknya pendapatan perkapita, tapi justru baru berhenti pada saat tatanan sosial yang tidak adil dijungkirbalikkan dan diganti dengan tatanan sosial yang berkeadilan.


(38)

B. Sejarah Declarations Of Human Right

Sejarah membuktikan bahwa kesadaran manusia terhadap hak-hak akan meningkat apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran kemanusiaan seperti adanya perbudakan, penjajahan maupun ketidak adilan. Perjuangan atas pengakuan dan usaha menegakkan hak-hak asasi manusia dari berbagai bangsa banyak dituangkan dalam berbagai konvensi, konstitusi, perundang-undangan, teori serta hasil-hasil pemikiran yang pernah hadir di muka bumi ini.

Sejak Socrates dan Plato perjuangan terhadap hak asasi manusia sudah dibicarakan. Kedua filsuf tersebut merupakan pelopor dan peletak dasar diakuinya hak-hak asasi manusia. Mereka mengajarkan untuk melakukan kritik kepada pemerintah yang tidak bijaksana dalam menjalankan pemerintahan.

Setelah Perang Dunia Ke II ada keinginan untuk merumuskan hak-hak asasi manusia dalam suatu naskah internasional. Usaha ini membuahkan hasil dengan diterimanya Universal Declaration of Human Right oleh PBB pada 10 Desember 1948 di Paris yang terdiri dari 30 pasal-pasal di dalamnya, kemudian diterima pula “Covenants of Human Right” pada sidang PBB tanggal 16 Desember 1966, maka sejak saat itu masalah hak asasi manusia telah diakui dalam hukum internasional.

Pada sejarah umat manusia telah tercatat banyak kejadian tentang seseorang atau segolongan manusia yang mengadakan perlawanan


(39)

terhadap penguasa atau golongan lain untuk memperjuangkan apa yang dianggap menjadi haknya. Telah berulang kali usaha dilakukan untuk merumuskan dan memperjuangkan beberapa hak yang dianggap suci dan harus dijamin. Hal ini terjadi berulang kali di dunia barat. Keinginan untuk memperjuangkan hak yang dianggap suci dan harus dijamin timbul setiap kali terjadi hal-hal yang dianggap menyinggung dan merendahkan martabat manusia. Dalam perjalanan selanjutnya telah tercatat beberapa naskah yang menetapkan bahwa ada beberapa hak yang mendasari kehidupan manusia.

Pengakuan dan penghargaan hak asasi manusia tidak diperoleh secara tiba-tiba. Hak asasi manusia membutuhkan perjalanan yang pajang agar dapat diakui dan dihargai. Berikut ini akan dijelaskan beberapa naskah yang berisi tentang hak asasi manusia, diantaranya:

a. Magna Charta (Piagam Agung, 1215). Magna Charta merupakan suatu dokumen yang mencatat tentang beberapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris kepada para bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka.

b. Bill of Right (Undang-Undang Hak, 1689), Bill of Right adalah suatu undang-undang yang diterima oleh parlemen Inggris sesudah berhasil dalam tahun sebelumnya mengadakan perlawanan terhadap Raja James II dalam suatu revolusi tak berdarah.

c. Declarations des droits de l’homme et du citoyen (Pernyataan Hak-hak manusia dan Warga Negara, 1789), yaitu suatu naskah


(40)

yang dicetuskan pada permulaan Revolusi Prancis sebagai perlawanan terhadap kesewenangan dari rezim lama.

d. Bill of Right (Undang-Undang Hak) yaitu suatu naskah yang disusun oleh rakyat Amerika dalam tahun 1789 dan menjadi bagian dari undang-undang dasar pada tahun 1791.

Demikianlah beberapa naskah yang didalamnya termuat hak asasi manusia. Sejarah panjang yang telah dilalui tersebut telah membuahkan hasil yang menggembirakan.

Pada abad XX hak-hak politik yang dianggap kurang sempurna, diganti dengan dicetuskannya beberapa hak yang lebih luas ruang lingkupnya, empat hak yang dirumuskan oleh presiden Amerika Franklin D. Roosevelt yang terkenal dengan The Four Freedoms (Empat Kebebasan), yaitu:

1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech)

2. Kebebasan beragama (freedom from religion) 3. Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear) 4. Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want).

Pada tahun 1946 PBB mendirikan Komisi Hak-Hak Asasi Manusia (Commission on Human Right). Pada tahun 1948 hasil pekerjaan komisi ini, pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration on Human Right) diterima secara aklamasi oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB. Kenyataan menunjukan bahwa


(41)

tidak terlalu sulit untuk mencapai kesepakatan mengenai parnyataan hak asasi yang memang sejak semula dianggap langkah pertama saja. Ternyata jauh lebih sukar untuk melaksanakan tindak lanjutnya, yaitu menyusun suatu perjanjian (covenant) yang mengikat secara yuridis sehingga diperlukan waktu 18 tahun sesudah diterimanya pernyataan.

Baru pada tahun 1966 Sidang Umum PBB menyetujui perjanjian tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (Covenant on Economic, Social and Cultural Rights). Selanjutnya diperlukan 10 tahun lagi sebelum dua perjanjian itu dinyatakan berlaku 1976, dan telah diratifikasi oleh 35 negara, sedangkan perjanjian tentang hak-hak sipil dan politik juga telah diratifikasi. Hak-hak sipil dan politik sedikit mudah dirumuskan. Akan tetapi, hak-hak ekonomi jauh lebih sukar diperinci.

C. Hakikat, Hukum dan Kelembagaan HAM

Hak asasi pada hakikatnya berakar dari filsafat individualisme yang lahir di Eropa jaman revolusi industri. John Locke salah satu tokoh individualisme berpendapat bahwa negara terbentuk atas perjanjian masyarakat pendukungnya. John Locke menggambarkan bahwa kehidupan manusia yang asli sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar perorangan yang alami. Hak-hak alamiah itu meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik.

Menurut Meriam Budiardjo (2012) berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan


(42)

dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat universal.

Pada Undang-undang No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).

Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan


(43)

tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).

Telah dijelaskan dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 termuat hak-hak asasi manusia atau sebagai individu maupun sebagai warga negara. Hal ini diatur di dalam beberapa pasal-pasalnya, sebagai berikut:

1. Pasal 27

Hak jaminan dalam bidang hukum dan ekonomi. 2. Pasal 28

Pasal ini memberikan jaminan dalam bidang politik berupa hak untuk mengadakan perserikatan, berkumpul dan menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan.

1) Pasal 28A

Pasal ini memberikan jaminan akan hak hidup dan mempertahankan kehidupan.

2) Pasal 28B

Pasal ini memberikan jaminan untuk membentuk keluarga, melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, jaminan atas hak anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, serta perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi.


(44)

3) Pasal 28C

Pasal ini memberikan jaminan kepada setiap orang mengembangkan diri, mendapatkan pendidikan, memperoleh manfaat dari iptek, seni dan budaya, serta hak kolektif dalam bermasyarakat.

4) Pasal 28D

Pasal ini mengakui jaminan, perlindungan, perlakuan dan kepastian hukum yang adil, hak untuk bekerja dan mendapatkan imbalan yang layak, kesempatan dalam pemerintahan, dan hak atas kewarganegaraan.

5) Pasal 28E

Pasal ini mengakui kebebasan memeluk agama, memilih pendidikan, memilih pekerjaan, memlilih kewarganegaraan, dan memilih tempat tinggal. Pasal ini juga mengakui kebebasan untuk berkumpul dan mengeluarkan pendapat. 6) Pasal 28F

Pasal ini mengakui hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi dengan melalui segala jenis saluran yang ada.

7) Pasal 28G

Pasal ini mengakui hak perlindungan diri, kelurga, kehormatan, martabat dan hatra benda, rasa aman serta perlindungan dari ancaman. Juga mengakui hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan martabat manusia, serta suaka politik dari negara lain.


(45)

8) Pasal 28H

Pasal ini mengakui hak hidup sejahtera lahir batin, hak bertempat tinggal dan hak akan lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak pelayanan kesehatan, hak jaminan sosial, serta hak milik pribadi.

9) Pasal 28I

Pasal ini mengakui hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Yaitu hak hidup, hak untuk tidak disiksa, hak beragama, hak tidak diperbudak, hak diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. Pasal ini juga mengakui hak masyarakat tradisional dan identitas budaya. Perlindungan, pemajuan, dan penegakan hak asasi adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

10) Pasal 28J

Pasal ini menegaskan perlunya setiap orang menghormati hak asasi orang lain. Selain itu, pasal ini juga berisi penegasan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia harus tunduk pada pembatasan-pembatasannya sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam negara demokratis.

3. Pasal 29

Pasal ini mengakui kebebasan dalam menjalankan perintah agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing.


(46)

4. Pasal 30

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

5. Pasal 31

Pasal ini mengakui hak setiap warga negara untuk mendapatkan pengajaran.

6. Pasl 32

Pasal ini mengakui adanya jaminan dan perlindungan budidaya. 7. Pasal 33

Pasal ini mengandung pengakuan hak-hak ekonomi berupa hak memiliki dan menikmati hasil kekayaan alam Indonesia.

8. Pasal 34

Pasal ini mengatur hak-hak asasi di bidang kesejahteraan sosial. Negara berkewajiban menjamin dan melindungi fakir miskin, anak-anak yatim, orang terlantar dan jompo supaya dapat hidup secara manusiawi.

Selain pasal-pasal pada batang tubuh Undang-Undang Dasar 1995, terdapat peraturan undang-undang yang mengatur tentang hak asasi manusia yaitu :

1. Lahirnya Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia.

2. Undang-Undang No.39 Tahun 1999 terdiri dari 106 pasal sampai diberlakukannya undang-undang tersebut. Salah satu dari pasal


(47)

yang berisikan mengenai Hak anak dalam pendidikan adalah pasal 54 yang berbunyi “Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara“.

3. Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. Pengadilan HAM dibentuk miliki fungsi dan wewenang untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak-hak asasi manusia yang berat, termasuk yang dilakukan di luar teritorial wilayah negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam penegakan hak asasi manusia.

Jika melanggar HAM seseorang dapat bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan secara tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia yang tidak mendapat keadilan atas HAM yang dimilikinya adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.


(48)

Hak Asasi Manusia Dunia yang harus dilindungi adalah:

1. Hak asasi pribadi / personal Right

Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah- pndah tempat; Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat; Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan; Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak asasi politik / Political Right

Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan; hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan; Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya; Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right

Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan; Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns, Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli; Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak; Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll; Hak


(49)

kebebasan untuk memiliki susuatu; Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights

Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan; Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan; Hak mendapatkan pengajaran; Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

Dari beberapa pengertian mengenai HAM dapat disimpulkan bahwa HAM( Hak Asasi Manusia ) adalah Hak-hak yang melekat pada diri manusia sejak lahir, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapt hidup layak sebagai manusia. Hak asasi manusia wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

D. Kasus Pelanggaran HAM dan Upaya Penegakan HAM

Pelanggaran HAM tidak hanya terkait dengan kekerasan ataupun kerusuhan. Namun penghilangan terhadap nyawa seseorang juga merupakan contoh kasus pelanggaran HAM . Diantaranya terbunuhnya


(50)

wartawan Bernas tahun1996, serta kasus terbunuhnya salah satu aktivis HAM Munir.

Pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat dilakukan oleh dua pihak yaitu:

1. Negara atau penyelenggara negaraMisalnya: negara membuat

kebijakan yang salah atau kebijakan itu disalahgunakanoleh pejabat pelaksana.

2. Pihak-pihak di luar negara, yaitu: orang, masyarakat, kelompok dan organisasimasyarakat.

Upaya penegakan HAM dapat dimulai dari lingkungan keluarga, warga sekitar tempattinggal, sekolah dan masyarakat luas. Di lingkungan masyarakat luas, upaya penegakanHAM dapat dilakukan antara lain dengan:

a. Tidak mengganggu ketertiban.

b. Saling menjaga dan melindungi harkat dan martabat manusia. c. Menghormati keberadaan masing-masing.

d. Berkomunikasi dengan baik dan sopan.

e. Ikut membantu terciptanya masyarakat yang hidup berdampingan secara rukun dan damai.

E. Ciri Upaya Penegakan HAM

Berdasarkan pengertian hak asasi manusia , ciri upaya penegakan HAM adalah (Tim ICCE UIN 2003) :

1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis.


(51)

2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.

3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar hak asasi manusia.

F. Ruang Lingkup HAM

Ruang lingkup dari Hak Asasi Manusia, antara lain:

1. Hak pribadi, hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain sebagainya.

2. Hak milik pribadi dalam kelompok sosial dimana ia ikut serta. 3. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam

pemerintahan.

4. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

2.1.5 Konsep Pendidikan kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan seharusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan karakter yang dibutuhkan tanpa adanya komitmen yang benar dari


(52)

warganegara terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi, maka masyarakat yang terbuka dan bebas tidak mungkin terwujud. Pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta pembentukan watak dan komitmen kemasyarakatan bukan semata-mata tanggung jawab lembaga pendidikan, terutama sekolah. Institusi-institusi lain seperti keluarga, masyarakat, dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain turut berperan. Namun demikian, sekolah memikul tanggung jawab khusus dan historis atas pengembangan kemampuan, keterampilan, dan watak kewarganegaraan tersebut. Sekolah meenjalankan tanggung jawab ini melalui kurikulum formal mulai sejak kelas-kelas rendah dan berlanjut dalam keseluruhan proses pendidikan.

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warganegara serta proses demokrasi. Pendidikan kewarganegaraan (civic education) memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungan hakekat pendidikan kewarganegaraan, upaya dasar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan kewarganegaraan ini memiliki tujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik atau sering disebut to be good citizenship, yakni warga yang memiliki kecerdasan baik intelektual, emosional,


(53)

sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Menurut Mansoer dalam Muhammad Erwin (2012: 36) pada hakikatnya, “pendidikan kewarganegaraan itu merupakan hasil dari sintesis antara civic education, democracy education, serta Citizenship yang berlandaskan pada Filsafat Pancasila serta mengandung identitas nasional Indonesia serta materi muatan tentang bela negara”.

Pendidikan kewarganegaraan menurut pasal 39 Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang sistem pendidikan nasional dalam Cholisin (2001:1) bahwa “Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga negara dengan pemerintah agar menjadi warga negara yang dapat di andalkan oleh bangsa dan negara”.

Pendapat yang hampir senada disampaikan oleh S. Sumarsono (2002:6), bahwa yang di maksud dengan pendidikan kewarganegaraan adalah “merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negaraserta pendidikan pendahuluan bela negara, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara kesatuan RI”. Sedangkan pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut pendapat CICED ( Center For Indonesian Civic Education ) dalam Cholisin (2001: 1), bahwa “pendidikan kewarganegaraan merupakan


(54)

proses transformasi yang membantu membangun masyarakat yang heterpgen menjadi kesatuan masyarakat indonesia yang memiliki pengetahuan dan kepercayaan terhadap Tuhan, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban, berkesadaran hukum, memiliki sensitifitas politik, berpartisipasi politik dan masyarakat madani ( civil society )”.

Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) merupakan subjek pembelajaran yang mengemban misi untuk membentuk kepribadian bangsa, yakni sebagai upaya sadar dalam “nation and character building”. Dalam konteks ini peran pendidikan kewarganegaraan (PKn) bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara sangat strategis. Suatu negara demokratis pada akhirnya akan bersandar pada pengetahuan, keterampilan dan kebajikan dari warganegaranya dan orang-orang yang mereka pilih untuk menduduki jabatan publik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mampu menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik memiliki pengetahuan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban, berkesadaran hukum, sensitifitas politik, berpartisipasi politik dan masyarakat madani.


(55)

A. Manfaat Civic Education

Manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari Civic Education adalah : 1. Civic Education tidak hanya sekadar melayani kebutuhan-kebutuhan

warga dalam memahami masalah-masalah sosial politik yang terjadi, tetapi lebih dari itu. Ia pun memberikan informasi dan wawasan tentang berbagai hal menyangkut cara-cara penyelesaian masalah . dalam kontek ini, civic education juga menjanjikan civic knowledge yang tidak saja menawarkan solusi alternatif, tetapi juga sangat terbuka dengan kritik (kontruktif).

2. Civic Education dirasakan sebagai sebuah kebutuhan mendesak karena merupakan sebuah proses yang mempersiapkan partisipasi rakyat untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis. Pendidikan yang bersifat demokratis, harus memiliki tujuan menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik. Dengan kata lain, pendidikan harus mampu menanamkan kesadaran dan membekali pengetahuana akan peran warga dalam masyarakat demokratis. Guna membangun masyarakat yang demokratis diperlukan pendidikan agar warganya dapat mengkritisi dan memahami permasalahan yang ada.

B. Tujuan pendidikan kewarganegaraan

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membangun dan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta


(1)

98

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusiaan siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai kabupaten Lampung utara T.P 2012/2013 maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Ada pengaruh, kurangnya pemahaman materi hak asasi manusia pada mata pelajaran PKn kelas VII semester 2 masuk dalam kategori kurang paham, sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan siswa kurang memahami materi ini pada indikator mengenai sikap sosial yang dimiik dan pasal-pasal yang berkaitan dengan sikap kemanusian itu sendiri. Sedangkah pada indikator pertama mengenai konsep hak asasi manusia hasil yang didapat siswa sudah memahami dengan baik konsep dasar dari hak asasi manusia. Untuk beberapa faktor penyebab siswa kurang memahami materi tentang hak asasi manusia pada indikator sikap sosial yang dimilki dan pasal-pasal yang berkaitan dengan sikap kemanusian, dikarenakan siswa yang belum mendapatkan penjelasan tentang materi tersebut dengan sempurna dikarenakan kurang aktifnya guru mata pelajaran PKn dalam menyampaikan materi hak asasi manusia baik dan hanya memfokuskan


(2)

99

penjelasan di awal materi tidak terfokus secara keseluruhan, alasan lain yang menjadi penyebab kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan materi dikarenakan ketidak hadiran guru disaat jam pelajaran PPkn berlangsung maupun alasan lainnya.

2. Pengaruh sikap kemanusiaan siswa masuk kedalam kategori kurang setuju, maksudnya siswa cenderung bersikap kurang menghargai nilai kemanusian yang ada dan belum mengamalkan sikap kemanusiaan yang mereka miliki dengan baik dan benar, ini menunjukkan bahwa anggapan atau pendapat mereka yang menyatakan kurang setuju dikarenakan mereka belum mengetahui dan memahami dengan baik tentang pelanggaran apa saja yang termasuk pelanggaran HAM berat dan ringan, bagaimana sangsi yang akan diterima seseorang yang melanggar HAM dan lain-lain, hal ini disebabkan dan dapat dikaitkan dengan kurang pahamnya mereka terhadap materi HAM.

3. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia, diketahui ada pengaruh yang sangat signifikan antara pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia terhadap sikap kemanusiaan siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Hulu Sungkai Kabupaten Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013, dari hasil pengujian tersebut dapat diketahuai bahwa tingginya pengaruh pemahaman materi hak asasi manusia menyebabkan sikap kemanusiaan siswa menjadi lebih baik atau pun sebaliknya.


(3)

100

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran bahwa:

1. Kepada pihak sekolah agar lebih sering mengadakan pelatihan tentang materi-materi atau bahan ajar yang sulit di mengerti oleh guru sehingga guru dapat lebih mendalami dan dapat menjelaskan materi secara optimal kepada siswa agar pelajaran yang diterima dapat dicerna oleh siswa dengan baik.

2. Kepada guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan agar dapat lebih memperhatikan kesiapan pada saat akan menjelaskan suatu materi pelajaran kepada siswa agar siswa dapat memahami apa yang menjadi pokok dari materi tersebut. Kesiapan dapat dilakukan dengan mempelajari kembali materi yang akan disampaikan, serta mencari dan memperbanyak bahan ajar dengan melakukan searching di internet dan membaca buku pendamping modul lainnya. Jadilah guru yang bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas seorang guru untuk mendidik, membentuk moral dan akhlak serta mencerdaskan anak bangsa.

3. Kepada para siswa agar dapat lebih mandiri, rajin belajar dan mengamalkan sikap kemanusiaan yang telah diajarkan oleh guru kedalam kehidupan sehari-hari, sehingga terciptanya moral dan akhlak anak bangsa yang diharapkan dapat mengubah wajah pendidikan di Indonesia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Amsia, Tontowi. 2008. Kewarganegaraan Dalam Ketahanan Nasional. Bandar Lampung: FKIP Unila.

Andi. 2012. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Diakses dari:

http://wawanandi.blogspot.com/2012/03/tujuan-pendidikan-kewarganegaraan.html. Rabu, 10 April 2013.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka cipta.

Association for Educational Communications and Technology. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.

Aulia, Riezky. 2012. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Diakses dari:

http://eki-blogger.blogspot.com/2012/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html. Rabu, 10 April 2013.

Azis, Abdul. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. Badriah. 2011. Pengertian Pemahaman Siswa. Diakses dari

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137417-pengertian-pemahaman-siswa/#ixzz1pL2xEmkc. Jumat, 15 Maret 2013.

Erwin, Muhammad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia (Edisi Revisi). Bandung: PT Refika Aditama.

Febrian, Lingga. 2012. Hak Asasi Manusia. Diakses dari:

http://mugetsuryan.blogspot.com/2012/06/definisi-ham-hak-asasi-manusia-menurut.html. Jumat, 12 April 2013.

G.J. Wolhoff. 1960. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Timun Mas.


(5)

Haris, Muhammad. 2012. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan Menurut ahli. Diakses dari: http://harisbanjarmasin.blogspot.com/2012/03/definisi-pendidikan-kewarganegaraan.html. Jumat,10 April 2013.

Ian. 2012. Education. Diakses dari:

http://ian43.wordpress.com/category/education/. Jumat 15 Maret 2013. Kemdiknas. 2008. Sosialisasi KTSP: Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:

Kemdiknas RI.

Kholisin. 2001. Militer dan Gerakan Prodemokrasi. Yogyakarta : Tiara Wancana. Kilam, Maixel. 2011. Hak Asasi Manusia (Universal Declaration Of Human Right 1948). Diakses dari: http://maixelsh.wordpress.com/2011/02/21/hak-asasi-manusia-universal-declaration-of-human-rights-1948/. Kamis, 4 April 2013.

Koestoro. 2006. Strategi Penelitian social dan pendidikan. Surabaya: Yayasan Kampusina.

Kusnardi, Muhammad. 1984. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara UI Dan C.V. Sinar Bakti.

Lamintang, P.A.F. 1986. Delik-Delik Khusus. Bandung: Binacipta.

Lubis, Todung. 2000. Perkembangan Pemikiran dan Perdebatan HAM Dalam Diseminasi Hak Asasi Manusia: Perspektif dan Aksi. Jakarta: CESDA dan LP3ES.

Moeljatno. 2008. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta:Rineka Cipta.

Mulyana, Aina. 2012. Pasal-pasal dalam UUD 1945 yang mengatur tentang HAM. Diakses dari: http://komunitasgurupkn.blogspot.com/2012/07/pasal-pasal-dalam-uud-1945-yang.html. Sabtu, 23 Maret 2013.

Murdiono, Mukhamad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Klaten: Intan Pariwara.

Nasution Harun dan Effendi Bahtiar. 1987. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pannen, P. Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Riduwan. 2010. Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sumarsono,S. 2002 . Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sulistyowati, E. 2009. Bahan Ajar, (Online). Diakses dari:

http://endahsulistyowati.wordpress.com/ …/apakah -perbedaan-bahan-ajar-dan-sumber-belajar/. Sabtu, 23 Maret 2013.

Swajati. 2005. Belajar Sendiri: Membuat CD-Multimedia Interaktif untuk Bahan Ajar E-Learning. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

Trianto. 2010. Mendesain model pembelajaran inovatif progresif. Jakarta : Kencana.

Uril Baharuddin & Bisri Mustofa. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi dan Media. Malang: UIN Malang.