KEBERADAN INDUSTRI TEMPE TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SAWAH BREBES KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2009

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam hal ini termasuk melaksanakan pembinaan terhadap industri-industri yang sudah ada.

Upaya tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk, hal ini seperti yang dikemukakan Nursid Sumaatmadja (1988:183), bahwa pembangunan industri yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan penduduk, juga harus sejalan dengan pemecahan masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak menimbulkan masalah baru yang lebih gawat. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam pembangunan industri perlu juga dipikirkan dampak negatif dari industri. Pembangunan sektor industri antara lain bertujuan a) meningkatkan penyerapan tenaga kerja, b) meningkatkan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian, c) meningkatkan penyebaran industri. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan di sektor industri diharapkan dapat berkembang dengan baik.


(2)

Perkembangan industri tersebut, seperti halnya yang terjadi di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. Industri tempe merupakan salah satu upaya penduduk di kelurahan tersebut untuk memenuhi kebutuhan materi. Hal tersebut seperti yang dikemukakan juga oleh Nursid Sumaatmdja (1988:181), Perkembangan industri merupakan perkembangan kehidupan lebih lanjut dari proses cara manusia memenuhi kebutuhan materi.

Hal yang perlu diperhatikan dan dicermati sehubungan dengan dampak industri yaitu adanya pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran daratan. Hal tersebut seperti dikemukakan Wisnu Arya Wardhana (2004:24), dampak langsung (yang bersifat negatif) akibat kegiatan industri dan teknologi, antara lain terjadinya masalah-masalah berikut ini : a) pencemaran udara, b) pencemaran air, c) pencemaran daratan.

Limbah industri tempe berupa whey (air rebusan kedelai) dan kulit ari (kulit kedelai), limbah tersebut mengandung protein yang cukup tinggi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan, hal ini sesuai pendapat M. Gempur Adnan (2006:3), limbah tempe mengandung protein cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan. Namun jika limbah industri tempe tidak diolah dan dibuang langsung ke parit atau ke sungai, maka dapat menurunkan kualitas air sungai.

Industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung merupakan industri rumah tangga. Dalam melakukan proses produksinya, industri tempe yang berjumlah 22 KK ini menggunakan sistem injak dalam proses pencucian kedelai dan proses peragian serta


(3)

pembungkusan menggunakan tenaga manusia, modal usaha yang kecil, belum mengutamakan faktor kelestarian lingkungan, dan belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan. Hal ini terbukti dari belum adanya pengolahan limbah industri tempe dan pembuangan air limbah yang langsung dibuang ke parit atau sungai.

Pembuangan limbah industri tempe yang tidak diolah terlebih dahulu dapat menurunkan kualitas lingkungan, hal ini terbukti dari timbulnya bau yang tidak sedap, lingkungan yang kotor, serta sungai yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan limbah industri tempe. Menurunnya kualitas lingkungan, merupakan indikator dari terganggunya kesehatan lingkungan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Daryanto (1995:131) bahwa kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan hidup, apabila kualitas lingkungan hidup rendah kesehatan lingkungan hidup juga rendah, sebaliknya apabila kualitas lingkungan hidup tinggi kesehatan juga tinggi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan Keberadaan Industri Tempe Terhadap Kesehatan Lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung antara lain sebagai berikut :


(4)

1. Pembuangan limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

2. Keadaan air limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

3. Dampak pembuangan limbah industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tempat pembuangan limbah industri tempe di wilayah Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah kondisi air limbah industri tempe yang dibuang dari segi kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung?

3. Bagaimanakah dampak keberadaan industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung terhadap kesehatan lingkungan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan:

1. Untuk mengetahui informasi tentang tempat pembuangan limbah industri tempe di wilayah Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.


(5)

2. Untuk mengetahui informasi tentang kondisi air limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

3. Untuk mengetahui informasi tentang dampak pembuangan limbah industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan sosial yang diperoleh di perguruan tinggi khususnya yang berhubungan dengan kajian geografi, khususnya Geografi Industri.

3. Sebagai informasi tentang kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009. 4. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di :

a. Sekolah Menengah Atas Kelas XII Semester Genap, pokok bahasan Perindustrian.

b. Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII Semester Ganjil, pokok bahasan Pembangunan Berkelanjutan.


(6)

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah:

1. Ruang Lingkup Subjek, yaitu keberadaan industri tempe, air limbah industri tempe, pengusaha tempe, dan penduduk sekitar industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. 2. Ruang Lingkup Objek, yaitu kondisi air limbah industri tempe dan dampak

industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Tempat, yaitu di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Waktu, yaitu Tahun 2009. 5. Ruang Lingkup Ilmu yaitu Ekologi Geografi

Ekologi Geografi adalah salah satu cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang hubungan antara populasi makhluk hidup dengan lingkungannya (Nursid Sumaatmadja, 1988:230).

Dalam penelitian ini digunakan Ekologi Geografi karena penelitian ini mengkaji aspek keruangan yang berhubungan dengan penyelenggaraan aktivitas industri serta hubungan antara manusia dan lingkungannya, yang dalam hal ini adalah dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan yang meliputi tempat pembuangan limbah industri tempe, kondisi air limbah industri tempe, dan dampak industri tempe terhadap kesehatan lingkungan.


(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Industri Tempe

Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:179) industri adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi (manufacturing industry). Menurut Kartasapoetra (1987:6), industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Menurut Philip Kristanto (2002:166), pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output).

Dalam penelitian ini, industri yang dimaksud adalah industri tempe yaitu industri yang mengolah kedelai menjadi tempe. Menurut M. Gempur Adnan (2006:1), tempe merupakan makanan tradisional sebagian besar masyarakat di Indonesia, yang digemari hampir oleh semua lapisan masyarakat. Selain mengandung gizi yang baik, pembuatan tahu tempe juga relatif mudah. Untuk lebih jelasnya proses produksi tempe dapat dilihat pada bagan halaman 8 berikut ini :


(8)

Gambar I. Proses Produksi Tempe

Kedelai

Air Pembersihan Air cucian (kotoran)

Panas Perebusan

½ matang

Air Pencucian dan Air dan Pengupasan kulit kulit

Perendaman

Semalam

Air Pencucian Air cucian

(organik)

Panas Perebusan

(Sampai masak)

Penirisan Air cucian (organik)

6-8 jam

Ragi baru Pencampuran Limbah cair

Plastik,

Daun pisang Pembungkusan

Fermentasi

Tempe

Keterangan :

Bahan baku

Limbah cair


(9)

Berdasarkan Gambar 1 pada halaman 8, dapat diketahui bahwa dalam melakukan proses produksi tempe dihasilkan bahan buangan atau yang disebut dengan limbah. Limbah yang dihasilkan antara lain berupa limbah cair yang dihasilkan dari air cucian bekas pembersihan kedelai, pencucian, penirisan, serta pencampuran ragi baru. Selain limbah cair, produksi tempe juga menghasilkan limbah padat yang berasal dari pengupasan kulit kedelai dan sisa-sisa pembungkusan tempe yang berupa plastik atau daun pisang.

Menurut M. Gempur Adnan (2006:1), industri tahu tempe di Indonesia mempunyai ciri-ciri yang hampir sama di setiap daerah, yaitu berkembang dengan modal usaha kecil, teknik produksi sederhana, belum mengutamakan faktor kelestarian lingkungan, belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan, keselamatan dan kesehatan kerja kurang mendapat perhatian serta masih minimnya kegiatan riset dan pengembangan usaha. Seperti pendapat yang dikemukakan di atas, industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung merupakan industri rumah tangga dengan jumlah pekerja kurang dari lima orang termasuk tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar.

Industri tempe di kelurahan tersebut belum mengolah limbah yang dihasilkan dan membuangnya langsung ke sungai, sehingga menyebabkan Sungai Way Awi yang mengalir di Kelurahan tersebut menjadi tercemar. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Mitra Lingkungan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Bandar Lampung


(10)

Budiono dalam Harian Kompas (22 Juli 2008), 21 Sungai di Bandar Lampung hampir semuanya tercemar berat oleh limbah rumah tangga dan industri.

Catatan BPLH Bandar Lampung menyebutkan, sungai yang tercemar tersebut adalah Sunga Way Awi, Way Penengahan, Way Simpur, Way Kuala, Way Galih, Way Kupang, Way Lunik, Way Kunyit, Way Kuripan, Way Kedamaian, Anak Way Kuala, Way Belau, Way Halim, Way Langkapura, Way Keteguhan, Way Sukabumi, Way Kedaton, Way Gading, Way Kandis, Way Limus, dan Way Batu Lengguh.

2. Dampak Industri

Dampak industri ada yang bersifat tak langsung dan langsung. Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:20), dampak tak langsung industri pada umumnya berhubungan dengan masalah sosial masyarakat, atau lebih jelasnya diungkapkan sebagai dampak psikososioekonomi. Adapun dampak langsung (yang bersifat negatif) akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah berikut ini: a) pencemaran udara, b) pencemaran air, c) pencemaran daratan.

Pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan dapat mengurangi daya dukung alam sehingga perlu dihindari sebagai bagian usaha untuk menjaga kelestarian maupun kesehatan lingkungan.


(11)

3. Kesehatan Lingkungan

Menurut Retno Widyati dan Yuliarsih (2002:2), Kesehatan lingkungan adalah usaha-usaha pengendalian/pengawasan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Pentingnya lingkungan yang sehat akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Menurut Retno Widyati dan Yuliarsih (2002:3), Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi:

1) penyediaan air minum

2) pengolahan air buangan dan pencemaran air 3) pengolahan sampah padat

4) pengendalian vektor (pemindah penyakit)

5) pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh kotoran manusia dan lain-lain

6) sanitasi (kebersihan) makanan/minuman 7) pengendalian pencemaran udara

8) pengendalian bising

9) kesehatan kerja dan pencegahan kecelakaan 10)perumahan dan pemukiman

11)pengawasan terhadap tempat-tempat rekreasi umum dan pariwisata

Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:19), di dalam lingkungan terdapat faktor-faktor yang dapat menguntungkan manusia (eugenik), ada pula yang merugikan manusia (disgenik). Usaha-usaha di bidang kesehatan lingkungan ditujukan untuk meningkatkan faktor eugenik dan mengurangi peran atau mengendalikan faktor disgenik.

Berdasarkan pendapat di atas, kesehatan lingkungan merupakan usaha-usaha pengendalian/pengawasan terhadap ruang lingkup kesehatan lingkungan. Dalam


(12)

penelitian ini ruang lingkup kesehatan lingkungan dibatasi pada pengolahan air buangan dan pencemaran air. Untuk memberikan pengertian dan parameter, akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengolahan Air Buangan

Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:126) yang dimaksud dengan air buangan adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik. Air yang digunakan manusia untuk aktivitas sehari-hari akan dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor dan tercemar. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan dan keindahan, masalah pembuangan air limbah perlu mendapat perhatian, baik pembuangan air limbah di desa maupun di kota.

Menurut Daryanto (1995:22), salah satu contoh tahap-tahap proses penanganan air buangan adalah sebagai berikut:

a) Penanganan primer, yaitu membuang bahan-bahan padatan yang mengendap atau mengapung.

b) Penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara biologis

c) Pengendapan, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan tersuspensi

d) Absorpsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut

e) Elektrodialis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut sampai pada konsentrasi air semula, sebelum digunakan

f) Chlorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit

b. Pencemaran Air

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:72) Air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air di


(13)

bumi ini telah tercemar. Air yang mengandung bakteri atau mikroorganisme tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum tetapi harus direbus dulu agar bakteri dan mikroorganismenya mati. Pada batas-batas tertentu air minum justru diharapkan mengandung mineral agar air terasa segar. Air murni tanpa mineral justru tidak enak untuk diminum.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa air tercemar apabila air tersebut telah menyimpang dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air dan asal sumber airnya.

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:74), indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:

a. Adanya perubahan suhu air

b. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen c. Adanya perubahan bau, warna, dan rasa air

d. Adanya perubahan endapan, kolodial, dan bahan terlarut e. Adanya mikro organisme

f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Dalam menilai kualitas air, pemerintah melalui menteri kesehatan telah merumuskan standar kualitas air yang digunakan sebagai dasar rujukan. Pada awalnya standar kualitas air dari pemerintah tertuang dalam Permenkes No 01/BIRHUKMAS/1/1975 yang kemudian diperbaharui dengan Permenkes RI Nomor 416/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air.


(14)

Menurut peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kualitasnya harus memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian adalah parameter pH, BOD, kekeruhan, total solid, warna, bau dan rasa.

a. pH

pH adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suatu cairan. Organisme dalam air sangat sensitif terhadap perubahan ion hidrogen. Pada proses penjerihan air, pH

menjadi indikator untuk meningkatkan efisiensi proses penjernihan ( Totok Sutrisno, 1996:73). pH merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui intensitas asam atau basa suatu larutan.

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:74), air normal yang memenuhi syarat suatu kehidupan mempunyai pH berkisar 6,5-7,5, air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar kecilnya pH. Air yang mempunyai pH lebih kecil daripada

pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar daripada pH normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya mengganggu kehidupan organisme. Sedangkan menurut Sharma dalam Suripin (2001:157), untuk sistem air bersih pH air normal 7-8,5. bila pH melebihi standar tersebut air akan bersifat asam dan basa.

Untuk mengukur pH dapat digunakan kertas lakmus ataupun menggunakan pH

meter. Hal ini sesuai dengan pendapat Totok Sutrisno (2002:74), pengukuran pH


(15)

b. BOD

BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut (Wisnu Arya Wardhana, 2004:93). Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, melainkan hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti bahan-bahan organik yang ada membutuhkan oksigen tinggi (Setiay Pandia, dkk 1996:43).

Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 200C selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi (disebut sebagai BOD5) dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi (Setiay Pandia, dkk 1996:43). c. Total Suspended Solid

Total Suspended Solid adalah jumlah zat padat yang tidak terlarut dalam air yang disebabkan oleh adanya unsur anorganik dalam air (Abdullah Muthalib, 1994:12). Apabila bahan buangan padat larut dalam air maka kepekatan air atau berat jenis cairan akan naik. Adakalanya bahan buangan padat dalam air akan disertai pula dengan perubahan warna air, akibatnya proses fotosintesis tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen yang terlarut akan mengalami pengurangan. Hal ini


(16)

sudah barang tentu berakibat pula terhadap kehidupan organisme yang hidup di dalam air (Wisnu Arya Wardhana, 2004:79).

Menurut Sharma dalam Suripin (2001:157), untuk sistem air bersih total suspended solid tidak melebihi dari 1500 mg/l dan lebih baik jika kurang dari 1500 mg/l. pengaruh negatif jika melebihi dari batas akan berpengaruh pada rasa, kesadahan dan korositas.

Total Suspended Solid dapat diukur dengan metode pengeringan sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Totok Sutrisno (2002:77), dalam pengukuran total Suspended solid dengan cara pengeringan sampel. Sampel di tempatkan di atas mangkok kemudian dipanaskan pada suhu 1030C-1050C sampai air menguap seluruhnya. Adapun perbedaan berat mangkok sebelum dan sesudah menunjukkan konsentrasi solid di air.

4. Lingkungan

Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

Menurut Juli Soemirat Slamet (2000:18), bahwasannya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah sejak lama diperkirakan orang. Sebagai contoh,

nama “Malaria” yang berarti udara jelek, diberikan pada penyakit yang mempunyai gejala-gejala demam, menggigil, berkeringat, demam lagi, menggigil lagi, dan seterusnya, serta didapatkan diantara masyarakat yang bertempat tinggal


(17)

di sekitar rawa-rawa. Udara di sekitar rawa-rawa memang tidak segar dan orang saat itu beranggapan udara itulah yang menyebabkan penyakit tersebut. Sekarang diketahui bahwa nyamuk-nyamuk yang bersarang di rawa-rawa itulah yang menyebabkan penyakit Malaria.

Menurut Bintarto (1979:22), lingkungan hidup manusia dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu lingkungan fisikal (physical environment), lingkungan biologis (biological environment), dan lilngkungan sosial (social environment). Dalam penelitian ini lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisikal (physical environment) dan lingkungan sosial (social environment).

a) Lingkungan Fisikal

Menurut Bintarto (1979:22) lingkungan fisikal adalah segala sesuatu di sekitar manusia yang berbentuk mati seperti pegunungan, sungai, air, sinar matahari, kendaraan, rumah, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini lingkungan fisikal yang dimaksud adalah sungai, air limbah industri tempe, air limbah yang di alirkan ke sungai dan air sumur kepala keluarga yang berada di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

b) Lingkungan Sosial

Menurut Bintarto (1979:22) lingkungan sosial mempunyai beberapa aspek seperti sikap kemasyarakatan, sikap kejiwaan, dan sikap kerohanian. Dalam penelitian ini lingkungan sosial yang dikaji adalah sikap kemasyarakatan, yang dalam hal ini adalah sikap masyarakat yaitu upaya yang dilakukan masyarakat di Kelurahan


(18)

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung terhadap dampak keberadaan industri tempe yang berupa limbah dan sampah padat.

B. Kerangka Pikir

Industri adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Dalam setiap proses produksinya setiap industri pasti menghasilkan limbah. Limbah dari proses produksi industri apabila tidak diolah dapat berdampak terhadap lingkungan, antara lain dapat menyebabkan a) pencemaran air, b) pencemaran udara, c) pencemaran daratan.

Industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung menghasilkan limbah yang berupa Whey dan kulit ari. Limbah industri tempe ini tidak diolah dan langsung dibuang ke parit atau sungai. Sehingga penulis memiliki dugaan keberadaan industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes berdampak terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pikir Keberadaan

industri tempe

Kesehatan lingkungan:

- Tempat pembuangan limbah industri tempe - Kondisi air limbah industri tempe


(19)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilengkapi dengan uji laboratorium. Menurut Pabundu Tika (2005:4), penelitian deskriptif adalah penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis.

Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang dampak keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

B. Populasi dan Sampel

I. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1993:115). Populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah (area) dalam mengambil air limbah industri tempe. Jumlah responden dalam penelitian yaitu 42 responden, yang terdiri dari 22 pengusaha tempe dan 20 KK sebagai responden


(20)

masyarakat di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung yang diambil dengan menggunakan teknik purposif sampling. Menurut Pabundu Tika (2005:41):

“sampel purposif disebut juga judgement sampling adalah sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil orang atau subjek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Sampel yang diambil memiliki ciri-ciri yang khusus dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Ciri-ciri

maupun strata yang khusus tersebut sangat tergantung dari keinginan peneliti“.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

I. Variabel Penelitian

Menurut Sumadi Suryabrata (2000:72) variabel penelitian diartikan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah kondisi air limbah industri tempe dengan parameter: pH, BOD, dan total suspended solid, dan kesehatan lingkungan.

2. Definisi Operasional Variabel 1) Kondisi Air Limbah

Limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan usaha yang dibuang ke sumber-sumber air atau perairan umum dan diduga dapat menurunkkan kualitas lingkungan (Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor : G/624/B.VII/HK/1995). Menurut sumbernya limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a) limbah domestik (rumah tangga); b) limbah industri; dan c) limbah rembesan dan limpahan air hujan.


(21)

Dalam penelitian ini, limbah yang dimaksud adalah limbah industri khususnya industri tempe. Limbah industri tempe berupa whey (air rebusan kedelai) dan kulit ari (kulit kedelai). Limbah yang dikaji pada penelitian ini adalah limbah industri tempe yang berupa Whey (air rebusan kedelai) dengan parameter pH, BOD, dan Total Suspended Solid. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

a) pH

pH merupakan konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu cairan. Dalam penelitian ini

pH dikatakan baik jika berkisar antara 6,0-9,0 dan buruk jika <6,0 dan >9,0.

b) BOD

BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikro organisme untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik buangan dalam air. BOD dikatakan baik jika <75 mg/L, sedang jika 75 mg/L, dan buruk jika >75 mg/L.

c) Total Suspended Solid

Total Suspended Solid dalam penelitian ini tanpa membedakan zat terlarut maupun zat tersuspensi, tetapi Total Suspended Solid dalam penelitian ini digabungkan antara zat terlarut dan zat tersuspensi. Dalam penelitian ini dikatakan baik jika total Suspended solidnya di bawah 50 ppm, total suspended solidnya sama dengan 50 ppm dikatakan sedang, total suspended solidnya melebihi 50 ppm dikatakan buruk.

2) Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah usaha-usaha pengendalian atau pengawasan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan


(22)

hal yang dapat mempengaruhi kesehatan atau yang dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Retno Widyarsih, 2002:2). Kesehatan lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dampak yang ditimbulkan dari industri tempe tehadap lingkungan.

Dalam penelitian ini lingkungan dikatakan sehat bila lingkungan belum tercemar, yang ditandai dengan udara yang dihirup terasa segar dan lingkungannya bersih. Lingkungan dikatakan tidak sehat bila lingkungannya telah tercemar, yang ditandai dengan udara yang dihirup tidak segar dan lingkungannya kotor.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Pabundu Tika, 2005 : 44)

Observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai kondisi atau keadaan di lapangan secara langsung mengenai lokasi penelitian seperti : jumlah industri tempe di Kelurahan di Kelurahan Saawah Brebes, tempat pembuangan limbah industri tempe, pengambilan sampel air limbah industri, dan keadaan lingkungan di sekitar Industri tempe.


(23)

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Pabundu Tika, 2005 : 44). Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data primer dari pengusaha tempe, tokoh masyarakat, dan instansi terkait seperti: dampak yang ditimbulkan dari keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misal catatan harian, sejarah kehidupan (life story), cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2008 : 329).

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dalam rangka menganalisa masalah yang sedang diteliti dalam hal ini beberapa informasi dokumen-dokumen yang berhubungan dengan subyek yang diteliti. Studi dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder berupa data monografi dari kelurahan, peta daerah penelitian, dan foto daerah penelitian.


(24)

4. Uji Laboratorium

Uji laboratorium digunakan untuk menguji sampel air limbah industri tempe. Sampel air diambil dari salah satu industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung pada tanggal 26 juni 2009 dengan menggunakan botol plastik warna hitam yang di masukkan ke dalam termos es agar suhu terjaga dan menghindari penguapan, sampel tesebut kemudian dengan sesegera mungkin dibawa ke laboratorium untuk menghindari kesalahan analisa. Analisa sampel dilakukan oleh petugas laboratorium instrumentasi FMIPA Unila, hasil terlampir. Dari data uji laboratorium tersebut dapat diketahui kandungan dari pH, BOD dan total solved solid. Prosedur kerja untuk mengukur masing-masing parameter akan dijabarkan sebagai berikut.

a. pH

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pH dalam penelitian ini menggunakan

pHmeter. Cara kerjanya sebagai berikut: (1) air yang akan diukur pHnya dimasukan ke wadah yang bersih dan bebas dari kotoran, (2) pH meter dikeluarkan dari tempatnya dan ujung dari pHmeter dibersihkan dengan menggunakan kain yang bersih, (3) ujung pH meter dimasukan ke wadah yang berisi air yang akan diukur pHnya dan didiamkan beberapa detik, (4) hasil akan langsung dapat dilihat dan pH meter akan menunjukkan hasil pengukuran tersebut.


(25)

b. BOD

Pengukuran BOD dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengoksidasi air pada suhu 200C selama 5 hari, kemudian dihitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi.

c. Total Suspended Solid

Pengukuran total suspended solid dalam penelitian ini menggunakan teknik pengeringan dan bahan yang digunakan antara lain: gelas kimia ukuran 300gram, neraca analitis, pemanas listrik, kamar bebas debu, pipet volumetri. Cara kerja sebagai berikut: (1) timbang gelas kimia sampai ketelitian 0,0001g, (2) masukan air yang akan diukur total suspended solidnya ke dalam gelas kimia, (3) panaskan gelas kimia yang berisi air pada suhu 1030C-1050C sampai kering pada kamar bebas debu, (4) hitung berat gelas kimia sebelum dan sesudah pengeringan, selisih yang terjadi antara sebelum dan sesudah menunjukkan jumlah larutan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis persentase. Untuk menghitung persentase dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

100 % 

N f

% Keterangan:

% = Persentase

F = Jumlah Frekuensi N = Jumlah Sampel 100% = Konstanta (Arif Sadiman, 1993)


(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Geografis Kelurahan Sawah Brebes

Gambaran daerah penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu keadaan fisik maupun sosial di daerah penelitian. Dalam penelitian ini keadaan geografis Kelurahan Sawah Brebes dilihat dari: letak, luas, dan batas wilayah, keadaan topografi, keadaan hidrografi dan iklim.

1. Letak, Luas dan Batas Wilayah

Secara Astronomis, Kelurahan Sawah Brebes terletak pada 05024‟04”LS – 05024‟38”LS dan 105015‟08”BT – 105015‟50”BT. Letak astronomis adalah letak suatu tempat berdasarkan garis lintang dan garis bujur yang akan membentuk suatu koordinat, (Katijan Sugianto, 1997:23). Berdasarkan letak astronomisnya, posisi kelurahan Sawah Brebes termasuk ke dalam wilayah lintang rendah. Ini berarti Kelurahan Sawah Brebes berada pada daerah tropis yang terletak pada zona garis lintang antara garis lintang 23030‟LU (Tropic of Cancer) dan zona garis lintang 23030‟LS (Tropic of Capricorn). Oleh karena itu keberadaan letak astronomis di atas telah berperan dalam menentukan iklim wilayah ini.

Pada awalnya Kelurahan Sawah Brebes merupakan suatu pendukuhan dari Desa Sukajawa yang sekarang berada dalam wilayah Kecamatan Tanjung Karang


(27)

Barat. Pada Tahun 1944, karena pendukuhan ini telah memiliki penduduk yang cukup banyak maka dikembangkan menjadi desa tersendiri yang diberi nama Desa Sawah Ketoprak (karena penduduknya banyak yang menggemari kesenian ketoprak). Nama Desa Sawah Ketoprak tidak berlangsung lama, karena penduduknya banyak yang berasal dari Brebes Tegal Jawa Tengah maka pada tahun 1946 nama Desa Sawah Ketoprak diganti menjadi Desa Sawah Brebes dengan luas wilayah termasuk daerah Gunung Sari, karena perkembangan penduduk dan untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan maka pada tahun 1958 sebagian wilayah Desa Sawah Brebes dimekarkan menjadi desa tersendiri yaitu Desa Sawah Lama.

Saat ini Kelurahan Sawah Brebes mempunyai luas 46 Ha. Berdasarkan letak adminstratifnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung. Letak administrasi adalah letak suatu daerah berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan, (Katijan Sugianto, 1997:28). Adapun batas-batas administratif Kelurahan Sawah Brebes adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Jagabaya 1

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sawah lama, Kelurahan Tanjung Agung, dan Kelurahan Gunung Sari

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pasir Gintung

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kedamaian dan Kelurahan Jagabaya II

(Monografi Kelurahan Sawah Brebes Tahun 2008)


(28)

(29)

2. Keadaan Topografi

Topografi menurut Budiyono (2003:12) adalah lahan muka bumi baik bergelombang, miring, lereng gunung, lembah dan lainnya yang sangat berpengaruh pada kegiatan manusia baik untuk pertanian, perindustrian, sumber daya air, pembangkit tenaga listrik jalur lalu lintas, perikanan, yang semua jenis topografi ini akan berpengaruh pada jenis aktivitas manusia di permukaan bumi. Secara umum daerah penelitian merupakan dataran rendah yang terletak pada 96 meter di atas permukaan laut (Monografi Kelurahan Sawah Brebes tahun 2008). 3. Keadaan Hidrografi

Hidrologi menurut Suharyono dan Moch Amien (1994:20) adalah ilmu yang mempelajari air tawar di daratan (baik di permukaan atau di bawah tanah) dalam kaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan akan air untuk kehidupan (kehidupan sehari-hari, irigasi, kebutuhan industri, dan sebagainya).

Pada Kelurahan Sawah Brebes terdapat sebuah aliran sungai yang berhulu di Gunung Betung dan bermuara di Teluk Lampung yaitu Sungai Way Awi. Sungai Way Awi digunakan oleh penduduk sekitar sebagai tempat pembuangan limbah industri tempe sehingga menyebabkan sungai tersebut terlihat kotor, keruh dan berbau. Sehingga Sungai Way Awi tidak digunakan lagi oleh penduduk sekitar untuk kebutuhan air bersih.


(30)

4. Iklim

Menurut Susilo Prawirowardoyo dalam Subarjo (2001:4), iklim adalah keadaan yang mencirikan atmosfir pada suatu daerah dalam jangka waktu yang cukup lama, yaitu kira-kira 30 tahun. Untuk menentukan iklim Kelurahan Sawah Brebes dilakukan dengan membandingkan rata-rata curah hujan bulan kering dan bulan basah. Data curah hujan Kelurahan Sawah Brebes dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1. Data Curah Hujan Kelurahan Sawah Brebes dan Sekitarnya Selama 10 Tahun Terakhir

Bulan Tahun

Jumlah

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 262 149 235 383 128 289 308 233 102 262 2351 Februari 359 256 159 171 200 300 366 333 175 284 2603 Maret 176 169 146 331 297 281 142 150 238 302 2232 April 107 42 74 167 189 157 77 92 180 99 1184 Mei 260 67 142 158 167 140 112 6 104 118 1274 Juni 60 144 91 116 35 63 198 68 81 87 934 Juli 130 141 299 216 22 98 110 161 75 0 1252 Agustus 50 48 73 16 15 152 146 3 36 135 674 September 20 76 81 0 122 116 79 0 0 213 707 Oktober 204 158 139 51 354 56 1171 12 101 121 1367 November 99 156 230 65 163 172 150 47 20 466 1568 Desember 180 111 205 116 237 435 120 192 200 464 2260 Jumlah

Bulan Lembab

2 2 4 1 0 2 2 2 2 2 19

Jumlah Bulan Kering

2 2 0 3 3 1 0 5 3 1 20

Jumlah Bulan Basah

8 8 8 8 9 9 10 5 7 9 81

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Panjang Kota Bandar lampung, 2008.

Untuk menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah, Schmidth-Fergusson menggolongkan kriteria sebagai berikut yaitu:

1. Bulan kering (BK) : bulan dengan curah hujan < 60 mm

2. Bulan lembab (BL): bulan dengan curah hujan antara 60-100 mm 3. Bulan basah (BB): bulan dengan curah hujan > 100 mm


(31)

Rumus iklim menurut Schmidt- Fergusson adalah Q = Rata-rata bulan kering/rata-rata bulan basah X 100 %. Berdasarkan Tabel 11 tersebut dapat dijelaskan bahwa banyaknya bulan kering adalah 20, bulan lembab 19 dan bulan basah 81, sehingga nilai Q dapat dihitung sebagai berikut:

Q = Rata-rata bulan kering/rata-rata bulan basah X 100 % Q = x 100 %

Q = 24,69 %

Untuk menentukan tipe iklim berdasarkan nilai Q tersebut maka dirujuk pada Tabel Tipe Iklim Schmidt-Fergusson sebagai berikut:

Tabel 2. Tipe Iklim Menurut Scmidth-Ferguson Tipe

Iklim

Besarnya Nilai Q Besarnya nilai Q dalam % Kondisi iklim

A 0 ≤ Q < 0,143 0,0-14,3 Sangat basah

B 0,143 ≤ Q< 0,333 14,3 -33,3 Basah

C 0,333 ≤ Q < 0,60 33,3 – 60 Agak basah

D 0,60 ≤ Q< 1,00 60 -100 Sedang

E 1,00 ≤ Q <1,67 100 -167 Agak kering

F 1,67 ≤ Q < 3,00 167 -300 Kering

G 3,00 ≤ Q < 7,00 300 -700 Sangat kering

H 7,00 ≤ Q < - 700 - ke atas Luar biasa kering

Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra (2004 : 21-22)

Berdasarkan Tabel 2 tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa tipe iklim di Kelurahan Sawah Brebes dan sekitarnya berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson adalah bertipe iklim B yaitu basah dengan vegetasi hutan hujan tropis. Untuk mengetahui batas besar nilai Q dari masing-masing tipe curah hujan, maka Schmidt-Fergusson menyajikan gambar sebagai berikut:

2 8,1


(32)

Gambar 4. Batas Besar Nilai Q dari Masing-masing Tipe Curah Hujan Schmidt-Fergusson

Tipe iklim B ini memiliki kondisi iklim basah dengan ciri-ciri vegetasi hutan hujan tropis. Dengan diketahuinya kondisi iklim di Kelurahan Sawah Brebes yaitu basah dengan bulan basah selama 10 tahun yaitu 81 bulan, dan bulan kering 20 bulan serta curah hujan rata-rata tahunan yang dihitung selama 10 tahun yaitu 1.534mm/tahun, maka dapat dikatakan Kelurahan Sawah Brebes mempunyai cadangan air yang cukup. Hal ini dapat dibuktikan dengan kedalaman air Sungai Way Awi di Kelurahan Sawah Brebes berkisar antara 1,5 meter sampai 2 meter pada musim penghujan dan 0,5 meter sampai 1 meter pada musim kemarau. Namun, karena sungai tersebut digunakan untuk pembuangan limbah industri tempe maka pada musim kemarau kondisi air berubah keruh dan kotor bahkan menimbulkan bau sehingga tidak digunakan lagi oleh masyarakat sekitar sebagai sumber air bersih.

G E D J u m la h r a ta -r a ta b u la n k er in g

H 700% 300 % 167% 60% 100% 14% 33% 0% Q F C B A 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah rata-rata bulan basah

Tipe Iklim Kelurahan Sawah Brebes


(33)

6.544 jiwa 0,46 Km2 B. Keadaan penduduk

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kelurahan Sawah Brebes memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.544 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.586 KK yang menenmpati wilayah seluas 46 Ha atau 0,46 Km2 (Monografi Kelurahan Sawah Brebes Tahun 2008).

Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:74) kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah. Kepadatan penduduk dalam penelitian ini akan dihitung menggunakan kepadatan aritmatik. Kepadatan aritmatik adalah banyaknya penduduk per satuan luas (Ida Bagoes Mantra, 2003:74). Kepadatan aritmatik dapat diperoleh dengan rumus:

Kepadatan penduduk =

Keterangan: P = jumlah penduduk suatu wilayah (jiwa) L = luas wilayah (Km2 atau Ha)

Berdasarkan rumus tersebut, maka kepadatan penduduk di Kelurahan Sawah Brebes yaitu:

Kepadatan penduduk =

= 14.226,087 jiwa/ Km2 dibulatkan menjadi 14.226 jiwa/Km2

Menurut Suyono,dkk. (1995:246), indikator kepadatan penduduk yaitu: a) Antara 0-50 jiwa/km2 tergolong tidak padat

b) Antara 51-250 jiwa/km2 tergolong kurang padat c) Antara 251-400 jiwa/km2 tergolong cukup padat d) Antara 401 jiwa/km2 lebih tergolong sangat padat

P L


(34)

Berdasarkan indikator di atas dan hasil penghitungan, maka penduduk di Kelurahan Sawah Brebes tergolong sangat padat yaitu berjumlah 14.226 jiwa/Km2. Padatnya penduduk di Kelurahan Sawah Brebes dikarenakan daerah ini dekat dengan pasar yaitu Pasar Tugu, Pasar Bawah, Pasir Gintung, dan Pasar Koga yang dijadikan sebagai tempat pemasaran tempe.

2. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variabel-variabel tertentu (Ida Bagoes Mantra, 2003:23). Menurut Said Rusli dalam Ida Bagoes Mantra (2003:23), komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari Tabel 4 berikut ini.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2008

No Kelompok Umur

Jenis Kelamin Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa)

0 – 4 217 433 650 9,93

2 5 – 9 289 419 708 10,82

3 10 – 14 492 561 1053 16,09

4 15 – 19 943 981 1924 29,40

5 20 – 24 315 417 732 11,19

6 25 – 29 288 285 573 8,75

7 30 – 34 205 214 419 6,40

8 35 – 39 102 116 218 3,33

9 40 – 44 52 56 108 1,65

10 45 – 49 26 45 61 0,93

11 50 – 54 20 34 54 0,83

12 55 – 59 11 13 24 0,37

13 60 – 64 6 9 15 0,23

14 65+ 3 2 5 0,08

Jumlah 2.969 3575 6544 100 Sumber: Monografi Kelurahan Tahun 2008


(35)

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, dapat dijelaskan jumlah penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 1924 jiwa (29,40%). Kelompok ini merupakan kelompok umur produktif, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelompok umur 65 tahun ke atas yaitu sebanyak 5 jiwa (0,08%) yang merupakan kelompok umur tidak produktif. Menurut jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 5. Diagram Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.


(36)

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Untuk melihat komposisi penduduk berdasarkan mata pencahariannya di Kelurahan Sawah Brebes dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2008.

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase

Karyawan( PNS, Swasta, ABRI, POLRI) 950 17,94

2 Wiraswasta/Dagang 1.354 25,57

3 Tani 24 0,45

4 Pertukangan 263 4,97

5 Buruh 1.575 29,75

6 Pensiunan 382 7,21

7 Nelayan - -

8 Pemulung 15 0,28

9 Jasa 732 13,83

Jumlah 5.295 100%

Sumber: Monografi Kelurahan Tahun 2008.

Berdasarkan Tabel 4 di atas, sebagian besar penduduk di kelurahan Sawah Brebes memiliki mata pencaharian sebagai buruh 29,75% dan wiraswasta/dagang 25,57%. Hal ini mungkin dikarenakan Kelurahan Sawah Brebes dekat dengan pasar sehingga banyak penduduknya yang menjadi buruh dan pedagang di pasar, serta 22 orang dari 25,57% penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta dan pedagang merupakan pengusaha industri tempe.


(37)

4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Penduduk Kelurahan Sawah Brebes dapat digolongkan berdasarkan kriteria pendidikannya. Berdasarkan pendidikan dapat digolongkan pada jenjang pendidikan dasar, menengah yaitu SMP dan SMA, dan jenjang perguruan tinggi. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Sawah Brebes dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2008.

No Jenjang Pendidikan Jumlah (orang) Persentase

Taman Kanak-kanak 419 6,40

2 Sekolah Dasar 2.247 34,34

3 SMP 1.751 26,76

4 SMA 1.642 25,09

5 Akademi (D1-D3) 218 3,33

6 Sarjana (S1-S3) 267 4,08

Jumlah 6.544 100%

Sumber: Monografi Kelurahan Tahun 2008.

Berdasarkan Tabel 5 di atas, kelurahan Sawah Brebes memiliki komposisi pendidikan yang tergolong rendah karena penduduknya paling banyak yaitu 26,76% lulusan SMP.

C. Deskripsi Data Penelitian dan Hasil Pembahasan

1. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe

Limbah industri tempe sebenarnya masih dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan karena masih mengandung protein yang cukup tinggi. Namun di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung limbah industri tempe tidak diolah dan langsung dibuang ke parit atau


(38)

sungai yang ada di lingkungan sekitar. Berikut adalah Tabel tempat pembuangan limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

Tabel 6. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun

2009.

NO Tempat Pembuangan Limbah Jarak dengan sungai

Jumlah pengusaha

Persentase (%)

1. Industri – Sungai 0 m -15 m 14 63,64

2. Industri - Parit + Sungai >15 m - 30 m 4 18,18 3. Industri – Parit >30 m – 45 m 4 18,18

Jumlah 22 100

Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran)

Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat diketahui paling banyak pengusaha tempe di Kelurahan Sawah Brebes membuang limbah industrinya langsung ke sungai yaitu sebanyak 14 orang (63,64%). Hal ini dikarenakan jarak lokasi industri yang dekat dengan sungai. Air limbah yang dibuang ke sungai dapat mempengaruhi kualitas air sungai dan menyebabkan air sungai menjadi tercemar. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Philip Kristanto (2002:167), bahan pencemar keluar bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air, dan tanah yang merupakan komponen alam.

Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa air menjadi tidak bermanfaat lagi dan air menjadi penyebab timbulnya penyakit (Wisnu Arya Wardhana, 2004:135).

Jarak tempat pembuangan limbah industri tempe dengan sungai yang dekat menyebabkan pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke sungai dan


(39)

parit. Hal ini dikarenakan pengusaha tempe dikelurahan tersebut tidak memiliki tempat pembuangan limbah dan merasa lebih praktis karena tidak perlu melakukan pengolahan lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya berikut adalah Tabel tentang alasan pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke sungai atau parit.

Tabel 7. Alasan Pengusaha Tempe Membuang Limbah Industri Tempe ke Sungai atau Parit di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

No.

Alasan Pengusaha Tempe Membuang Limbah Industri Tempe ke Sungai atau Parit

Jumlah pengusaha Persentase (%)

1. Lebih praktis 13 59,09

2. Tidak memiliki tempat

pembuangan 9 40,91

Jumlah 22 100

Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran)

Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa paling banyak pengusaha tempe di kelurahan tersebut beralasan membuang limbah industrinya ke sungai atau parit karena merasa lebih praktis yaitu sebanyak 13 orang (59,09%). Hal ini dikarenakan pengusaha tempe merasa lebih praktis dan tidak perlu melakukan pengolahan lebih lanjut.

Air limbah industri tempe yang langsung dibuang ke sungai atau parit menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan tidak nyaman untuk dihuni. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Wisnu Arya Wardhana (2004:137), air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni.


(40)

Berikut ini adalah gambar limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes yang dibuang ke parit dan sungai :

Gambar 7. Limbah Cair Industri Tempe yang langsung dibuang ke sungai Gambar 6. Limbah Cair Industri Tempe yang dialirkan melalui siring.


(41)

2. Kondisi Air Limbah Industri Tempe

Industri tempe menghasilkan limbah yang berupa Whey (air rebusan kedelai) dan kulit ari (kulit kedelai). Limbah yang dibuang ke parit ataupun langsung dibuang ke sungai dapat menurunkan kualitas air.

Kualitas air menunjukkan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam kehidupan sehari-hari manusia, mulai dari air untuk kebutuhan langsung yaitu sebagai air minum, mandi, mencuci, atau kebutuhan tidak langsung yaitu irigasi, pertanian, peternakan, rekreasi dan transportasi.

Kualitas air mencakup tiga aspek yaitu aspek fisik, kimia, dan biologis. Aspek fisik meliputi; jumlah bahan padat, warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur. Aspek kimia meliputi; pH, alkalinitas, kesadahan, dan kandungan bahan mineral lainnya. Aspek biologi meliputi; kandungan bakteri koli, dan jumlah organisme lainnya di dalam perairan.

Dalam penelitian ini untuk menilai kualitas air limbah industri tempe menggunakan aspek fisik dan kimia. Aspek fisik meliputi; totalsuspended solid, sedangkan aspek kimia meliputi pH dan BOD.

Untuk mengetahui keadaan air limbah industri tempe berikut disajikan Tabel data hasil uji laboratorium yang dibandingkan dengan baku mutu limbah cair di Propinsi Daerah Tingkat I lampung melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor:G/624/B.VII/HK/1995. Sampel diambil kemudian diuji di Laboratorium Instrumen Fakultas MIPA Universitas Lampung untuk mengukur kadar pH, BOD, totalsuspendedsolid.


(42)

Tabel 8. Kondisi Air Limbah Industri Tempe Dengan Parameter pH, TSS

Pada Sungai Way Awi di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung tahun 2009

Sampel Air Parameter Baku Mutu Hasil uji laboratorium Keterangan Limbah industri tempe BOD TSS pH 75 mg/l 50 ppm 6,0 - 9,0

16.400 mg/l 74,3 ppm 3,2 Melewati batas Melewati batas Melewati batas Sumber : Hasil Uji di Lab. Instrumen Fakultas MIPA, Tahun 2009.

Berdasarkan Tabel 8 tersebut, Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan, maka air limbah industri tempe di kelurahan tersebut telah melewati ambang batas baku mutu limbah cair di Propinsi Daerah Tingkat I lampung melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor:G/624/B.VII/HK/1995. Air limbah industri tempe memiliki pH 3,2 yang berarti bersifat asam. Air yang baik mempunyai pH yang berkisar 6,5–7,5. Air limbah dan bahan buangan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat menggangu kehidupan organisme di dalam air seperti berkurangnya jumlah populasi ikan yang ada di Sungai Way Awi. Selain itu, pH yg rendah atau bersifat asam juga dapat mengakibatkan air menjadi berbau.

Air limbah industri tempe memiliki TSS 74,3 ppm. Berarti telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 50 ppm. TSS menunjukkan jumlah zat padat yang tidak terlarut dalam air, secara tidak langsung padatan tersuspensi mempengaruhi parameter lain seperti temperatur dan oksigen terlarut, akibatnya proses fotosintesis tanaman dalam air akan terganggu serta jumlah oksigen terlarut air juga mengalami pengurangan. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan


(43)

dari penyimpangan TSS yakni air akan memberikan rasa yang tidak enak pada lidah dan menimbulkan rasa mual.

Air limbah industri tempe juga memiliki BOD yang telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan, yaitu 16.400 mg/L. BOD yang tinggi menunjukkan kebutuhan oksigen terlarut yang tinggi, hal ini berarti kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme juga tinggi. Semakin tinggi oksigen yang dibutuhkan oleh air maka dapat dikatakan air semakin tercemar, hal ini berakibat pada kehidupan manusia yaitu menimbulkan penyakit mata dan penyakit gatal-gatal bila air ini digunakan.

Limbah industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes memiliki pH, BOD dan TSS

yang telah melewati ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan diantaranya menimbulkan bau yang tidak sedap dan menyebabkan penurunan kualitas Sungai Way Awi. Bau yang tidak sedap ditimbulkan dari air sisa rebusan kedelai yang dialirkan melalui parit atau langsung di buang ke sungai. Penurunan kualitas Sungai Way Awi dapat diketahui dari perubahan warna, bau, dan juga banyaknya sampah yang menumpuk di sungai tersebut. Pengusaha industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung membuang limbah industrinya ke siring ataupun langsung ke sungai karena merasa lebih praktis dan tidak memiliki tempat pembuangan limbah, (Hasil Wawancara dengan Pengusaha Industri Tempe, April 2009).

Dengan demikian, kondisi air limbah industri tempe berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan diantaranya menyebabkan lingkungan menjadi bau dan


(44)

penurunan kualitas Sungai Way Awi. Hal ini disebabkan air rebusan kedelai yang langsung dibuang ke parit dan sungai.

Selain itu, limbah industri tempe yang langsung dibuang ke parit atau sungai berpengaruh juga terhadap kesehatan masyarakat karena air dapat berfungsi sebagai penyebar penyebab penyakit atau sarang insekta penyebar penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Juli Soemirat Slamet, (2002:92) pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, karena air berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit.

3. Dampak Industri Tempe Terhadap Kesehatan Lingkungan

Keberadaan industri memiliki dampak langsung dan tidak langsung. Dampak tak langsung industri pada umumnya berhubungan dengan masalah sosial masyarakat, atau lebih jelasnya diungkapkan sebagai dampak psikososioekonomi. Adapun dampak langsung (yang bersifat negatif) akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah berikut ini: a) pencemaran udara, b) pencemaran air, c) pencemaran daratan.

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat asing. Zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya, (Wisnu Arya Wardhana, 2004:28). Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan menggangu kehidupan manusia, tumbuhan dan binatang. Pencemaran udara berasal dari komposisi gas dari limbah industri, biasanya


(45)

pencemaran udara ditandai dengan asap sisa pembakaran ataupun bau yang tak sedap.

Air tercemar apabila air tersebut tidak menyimpang dari keadaan normalnya (Wisnu Arya Wardhana, 2004:73). Air yang normal adalah air yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Pencemaran air dapat berasal dari limbah industri yang berupa limbah cair, biasanya pencemaran air ditandai dengan pencemaran sungai dan pengeruhan air tanah.

Daratan mengalami pencemaran apabila ada bahan-bahan asing, baik yang bersifat organik maupun bersifat anorganik, berada dipermukaan tanah yang menyebabkan daratan menjadi rusak, tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia, (Wisnu Arya Wardhana, 2004:97). Pencemaran daratan dapat berasal dari limbah industri yang berupa limbah padat, pencemaran daratan biasanya ditandai dengan menurunnya kualitas tanah.

Pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan yang berasal dari limbah industri dapat berdampak terhadap kehidupan manusia. Dampak yang ada dari keberadaan industri antara lain berdampak peada kesehatan lingkungan sekitar seperti menyebabkan lingkungan menjadi bau, penurunan kualitas air dan sampah yang menumpuk.

Industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung telah berdampak kepada kesehatan lingkungan di


(46)

kelurahan tersebut. Dampak industri terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10

Tabel 9. Dampak Keberadaan Industri Terhadap Kesehatan Lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

NO Dampak Keberadaan Industri

Terhadap Lingkungan Jumlah Responden Persentase (%)

1. Bau Tak Sedap 12 60

2. Sungai menjadi Kotor 8 40

Jumlah 20 100

Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran)

Berdasarkan Tabel 9 di atas, paling banyak responden menyatakan dampak industri terhadap kesehatan lingkungan adalah menyebabkan lingkungan menjadi berbau yaitu sebanyak 12 responden (60%). Hal ini disebabkan air rebusan kedelai yang dibuang ke parit menimbulkan bau yang menyengat dan sampah yang menumpuk di sungai membusuk.

Sungai menjadi kotor karena limbah industri tempe yang bersifat padat seperti kulit kacang kedelai, plastik, dan daun pisang langsung dibuang ke sungai. Hal ini dikarenakan pengusaha tempe merasa lebih praktis dan jarak lokasi industri yang tidak terlalu jauh dengan sungai

.

Lingkungan yang berbau dan sungai yang kotor dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Untuk mengetahui dampak industri tempe terhadap kesehatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10 halaman 47.


(47)

Tabel 10. Dampak Keberadaan Industri Terhadap Kesehatan Masyarakat di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009.

NO Dampak Keberadaan Industri

Terhadap Kesehatan Jumlah Responden Persentase (%)

1. Sering Demam 5 25

2. Gangguan Pernapasan 15 75

Jumlah 20 100

Sumber : Tabel Rekapitulasi, Data Primer, (lampiran)

Berdasarkan Tabel 10 tersebut, paling banyak responden menyatakan dampak industri terhadap kesehatan masyarakat adalah mengalami gangguan pernapasan yaitu sebanyak 15 responden (75%). Hal ini dikarenakan lingkungan yang berbau tak sedap.

Sering demam yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh juga dirasakan warga di Kelurahan Sawah Brebes. Demam dapat disebabkan karena terganggunya organ tubuh antara lain infeksi saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.


(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah penelitian dilakukan dengan cara pengambilan sampel air limbah industri tempe dan wawancara dengan penduduk di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung dengan cara purposif sampling, maka penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebanyak 63,64% pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke sungai dengan jarak dari tempat pembuangan industri ke sungai 0 m – 15 m, 18,18% pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke parit dan sungai dengan jarak dari tempat pembuangan industri ke sungai antara 16 m – 30 m dan 18,18% pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke parit dengan jarak dari tempat pembuangan industri ke sungai antara 31 m – 45 m.

2. Kualitas air limbah tempe memiliki pH 3,2 yang berarti bersifat asam, yang dapat mengganggu kehidupan organisme dalam air, selain itu juga menyebabkan air menjadi berbau. TSS 74,3 ppm yang menyebabkan perubahan warna pada air, menimbulkan rasa pahit pada lidah dan menimbulkan rasa mual. BOD 16.400 mg/l yang menyebabkan air menjadi tercemar sehingga menyebabkan penyakit mata dan penyakit gatal-gatal bila air digunakan.


(49)

3. Sebanyak 60% responden menyatakan bahwa dampak industri tempe terhadap kesehatan lingkungan menyebabkan lingkungan menjadi bau dan 40% responden menyatakan sungai menjadi kotor seperti air sungai yang berwana putih susu kekuningan dan juga banyak terdapat sampah. Sebanyak 25% responden) menyatakan sering demam dan 75% responden menyatakan mengalami gangguan pernapasan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat diberikan saran kepada masyarakat dan pengusaha industri tempe di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung guna menyikapi keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan sebagai berikut:

1. Agar pengusaha tempe tidak membuang limbah industrinya langsung ke sungai atau ke parit, melainkan dibuatkan tempat pembuangan limbah atau terlebih dahulu di tampung dan diendapkan sehingga dapat dijadikan pakan ternak karena limbah industri tempe masih mengandung protein yang tinggi. 2. Agar masyarakat di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang

Timur Kota Bandar Lampung dapat melestarikan Sungai Way Awi dengan cara tidak membuang sampah dan limbahnya ke Sungai Way Awi.


(50)

KEBERADAAN INDUSTRI TEMPE TERHADAP

KESEHATAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SAWAH

BREBES KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

KOTA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2009

(Skripsi)

Pembimbing I : Drs. Sudarmi, M.Si. Pembimbing II : Drs. Budiyono, M.S. Pembahas : Drs. Rosana, M.Si

Predi Suhartoyo 0313034038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(51)

ABSTRAK

KEBERADAN INDUSTRI TEMPE TERHADAP

KESEHATAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SAWAH BREBES KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2009

Oleh Predi Suhartoyo

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang keberadaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009. Titik tekan kajian pada keberadaan industri tempe, tempat pembuangan limbah industri tempe, kondisi limbah industri tempe dan dampak keberdaan industri tempe terhadap kesehatan lingkungan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan populasi wilayah. Dalam penelitian ini menggunakan responden sebanyak 42 responden, yang terdiri dari 22 pengusaha tempe dan 20 KK sebagai responden yang dipilih dengan cara

purposif sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara terstruktur, dokumentasi, dan uji laboratorium. Analisis data yang digunakan adalah tabel persentase sebagai dasar interpretasi dan deskripsi dalam mendeskripsikan hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) sebanyak 63,64% pengusaha tempe membuang limbahnya ke Sungai, sebanyak 18,18% pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke parit dan sungai dan sebanyak 18,18% pengusaha tempe membuang limbah industrinya ke parit. 2) Kondisi air limbah industri tempe memiliki pH 3,2, yang berarti bersifat asam, yang dapat mengganggu kehidupan organisme dalam air dan menyebabkan air menjadi berbau. TSS 74,3 ppm yang menyebabkan perubahan temperatur dan oksigen terlarut, menimbulkan rasa pahit pada lidah dan menimbulkan rasa mual. BOD 16.400 mg/l yang menyebabkan air menjadi tercemar. 3) sebanyak 60% responden menyatakan bahwa dampak industri tempe terhadap kesehatan lingkungan menyebabkan lingkungan menjadi bau dan sebanyak 40% responden menyatakan sungai menjadi kotor seperti air sungai yang berwana putih susu kekuningan dan juga banyak terdapat sampah.


(52)

(53)

KEBERADAAN INDUSTRI TEMPE TERHADAP

KESEHATAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SAWEAH BREBES KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2009

Oleh

PREDI SUHARTOYO Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2010


(54)

KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2009 Nama Mahasiswa : PREDI SUHARTOYO

NPM : 0313034038

Program Studi : Pendidikan Geografi

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Drs. Sudarmi, M. Si Drs. Budiyono, M.S. NIP 19591009 198603 1 003 NIP 19521022 198103 1 003

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan IPS Pendidikan Geografi

Drs. Iskandarsyah, M.H. Drs. Rosana, M.Si.


(55)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Sudarmi, M.Si. ...

Sekretaris : Drs. Budiyono, M.S. ...

Penguji Utama : Drs. Rosana, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.S.

NIP 19530528 198103 1 002


(56)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang penegetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2010

Materai 6000 dan tanda tangan


(57)

RIWAYAT HIDUP

Predi Suhartoyo lahir di Bandar Lampung pada tanggal 29 Juli 1985, anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Suhartoyo (Alm) dan Ibu Suwarni.

Pendidikan di SDN I Kampung Sawah Lama diselesaikan pada tahun 1997. SLTPN 5 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2000, SMUN I Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003.

Pada Tahun 2003 penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Geografi melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif pada organisasi kampus diantaranya menjadi anggota di Himpunan Mahasiswa Pendidikan (Himap) Geografii dan Geografi English Club (GEC) pada tahun 2003, Redaktur Pelaksana koran kampus PELITA (2006-2007), Bendahara Umum Geografi Football Club (GFC) (2006-2009). Selain itu juga mengikuti kegiatan diantaranya :

1. Stadium General Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 8 September 2003 dengan tema “Intelektualitas


(58)

2. Seminar Daerah Pada Tanggal 14 April 2007 dengan tema “Pengoptimalan

Pemanfaatan Sumber Daya Alam Menuju Masyarakat yang Madani”

3. Stadium General Geografi pada tanggal 22 Februari 2009 dengan tema

“Kebijakan Pendidikan di Provinsi Lampung dan Pembelajaran Geografi Yang Menarik Serta Efektif di Sekolah” bertempat di Gedung Serba Guna Universitas Lampung.

Penulis melaksanakan Program Orientasi Pendidikan Tinggi (PROPTI) pada tanggal 27-29 Agustus 2003. Melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fisik di Gunung Balau dan Pulau Pasir pada tahun 2005. Melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Manusia di Desa Simbarwaringin dan Desa Gisting Atas pada tahun 2006. Melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu di Surabaya, Bali, dan Yogyakarta pada tahun 2006. Melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 14 Bandar Lampung pada bulan Juli – September 2007.


(59)

MOTTO

Apa yang dianggap orang sebagai bencana sering kali

merupakan keberuntungan yang tersembunyi

( Lao ZI )

Seseorang belum dikatakan gagal sampai ia berhenti mencoba

dan menyerah

( Penulis )

Hidup mengalir seperti air bukan berarti pasrah, tetapi dapat

menghadapi hambatan dan rintangan yang ada


(60)

Persembahan

Bismillahirrohmaanirrohim

Sembah dan Syukur pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, ridho, dan

karuniaNya padaku.

Dengan tidak mengurangi rasa syukur kupersembahkan karyaku ini pada :

Papa tercinta atas inspirasinya, semoga aku dapat mewujudkan

cita-citamu dan menjadi anak seperti yang kau harapkan

Mama dan nenek tercinta yang senantiasa selalu memberikan dukungan

moral dan material serta yang tiada henti-hentinya berdoa untuk

keberhasilanku

Kakakku Indah Prestyani, A.md dan Presnawati, A.md serta adikku

Prima Suhartoyo yang selalu menantikan keberhasilanku

Ponakanku Yolanda yang selalu berbagi keceriaan


(61)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismilahirohmanirrohiim..

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemampuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat Bapak Drs. Sudarmi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I skripsi dan pembimbing akademik, Bapak Drs. Budiyono, M.S selaku Dosen Pembimbing II skripsi, Bapak Drs. Rosana, M.Si selaku Dosen Penguji dan Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, yang telah memberikan dorongan, arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini serta selama penulis mengikuti proses pendidikn di Program Studi Pendidikan Geografi.


(62)

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Para Pembantu Dekan yaitu Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si (Pembantu Dekan I), Bapak Drs. I Nengah Maharta, MSi (Pembntu Dekan II), Bapak Drs. Tontowi Amsia, MSi (Pembantu Dekan III)

3. Bapak Drs. Iskandar, M.H selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan dorongan selama ini

4. Bapak Heri Satria, M.Si selaku Kepala Laboratorium Instrumentasi FMIPA Universitas Lampung

5. Teman-teman senasib dan seperjuangan Program Studi Pendidikan Geografi

Unila angkatan ‟03, ‟04, ‟05, ‟06, „07 atas dukungan, bantuan, dan

kebersamaannya selama ini. Teman-teman GEC, Pelita, GFC, Vollca Band (Aray, Boy, Arya), Drum Bodol Genk (Imam, Chandra, Ramdan) atas keceriaan yang diberikan selama ini. Teman-teman Bt/Bs Medica Lampung atas semangat dan dukungannya.

6. Laptop kentung, Vega ZR BE 7210 YI, My Inspiration and My Spirit.

7. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, April 2010


(63)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masaah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Kegunaan penelitian ... 5

F. Ruang lingkup penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 7 A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Industri Tempe ... 7

2. Dampak Industri ... 10

3. Kesehatan Lingkungan ... 11

4. Lingkungan ... 16

B. Kerangka Pikir ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Metode Penelitian... 19

B. Populasi dan Sampel ... 19

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 20

1. Variabel Penelitian ... 20

2. Devinisi Operasional Variabel ... 20

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ... 22

1. Teknik Observasi ... 22

2. Teknik Wawancara... 23

3. Teknik Dokumentasi ... 23

4. Uji Laboratorium ... 24

E. Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Keadaan Geografis Kelurahan Sawah Brebes... 26

1. Letak, Luas Dan Batas Wilayah ... 26

2. Keadaan Topografi ... 29

3. Keadaan Hidrografi ... 29


(64)

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 36

4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ... 37

C. Deskripsi Data Penelitian Dan Hasil Pembahasan ... 37

1. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe ... 37

2. Kondisi Air Limbah Industri Tempe ... 41

3. Dampak Industri Tempe Terhadap Kesehatan Lingkukngan... 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48

1. Simpulan ... 48

2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masaah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Kegunaan penelitian ... 5

F. Ruang lingkup penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 7 A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Industri Tempe ... 7

2. Dampak Industri ... 10

3. Kesehatan Lingkungan ... 11

4. Lingkungan ... 16

B. Kerangka Pikir ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Metode Penelitian... 19

B. Populasi dan Sampel ... 19

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 20

1. Variabel Penelitian ... 20

2. Devinisi Operasional Variabel ... 20

D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ... 22

1. Teknik Observasi ... 22

2. Teknik Wawancara... 23

3. Teknik Dokumentasi ... 23

4. Uji Laboratorium ... 24

E. Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Keadaan Geografis Kelurahan Sawah Brebes... 26

1. Letak, Luas Dan Batas Wilayah ... 26

2. Keadaan Topografi ... 29

3. Keadaan Hidrografi ... 29


(2)

B. Keadaan Penduduk ... 33

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 33

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 34

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 36

4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ... 37

C. Deskripsi Data Penelitian Dan Hasil Pembahasan ... 37

1. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe ... 37

2. Kondisi Air Limbah Industri Tempe ... 41

3. Dampak Industri Tempe Terhadap Kesehatan Lingkukngan... 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48

1. Simpulan ... 48

2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(3)

DAFTAR TABEL TABEL

Halaman

1. Data Curah Hujan Kelurahan Sawah Brebes dan Sekitarnya Selama

10 Tahun Terakhir ... 30 2. Tipe Iklim Menurut Scmidth-Ferguson ... 31 3. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2008 ... 34 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2008 ... 36 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2008 ... 37 6. Tempat Pembuangan Limbah Industri Tempe di di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung Tahun 2009 ... 38 7. Alasan Pengusaha Tempe Membuang Limbah Industri Tempe ke Sungai atau Parit di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung tahun 2009 ... 39 8. Kondisi Air Limbah Industri Tempe Dengan Parameter pH, TSS

Pada Sungai Way Awi di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung tahun 2009... 42 9 . Dampak Keberadaan Industri Terhadap Kesehatan Lingkungan

di Kelurahan Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur

Kota Bandar Lampung tahun 2009 ... 46 10.Dampak Keberadaan Industri Terhadap Kesehatan di Kelurahan

Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses produksi tempe ... 8 2. Bagan Kerangka pikir ... 18 3. Peta Administrasi... ... 29 4. Batas Besar Nilai Q dari Masing-masing Tipe Curah Hujan

Schmidt-Fergusson ... 32 5. Diagram Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin ... 35 6. Limbah Cair Industri Tempe Yang Dibuang ke Siring ... 40 7. Limbah Cair Industri Tempe Yang Dibuang ke Sungai... 41


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2007. Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung.Bandar Lampung.

Ance Gunarsih Kartasapoetra. 2004. Klimatologi : Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Anonimus. 2006. Monografi Kelurahan Kampung Sawah Brebes Kecamatan Tanjung Karang Timur. Lampung.

Abdullah Muthalib. 1994. Dasar Penetapan Dampak Kualitas Air. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Arif Sadiman. 1993. Metode dan Analisis penelitian mencari hubungan. Erlangga.Jakarta.

Bintarto. 1979. Buku Penuntun Geografi Sosial. U.P. Spring. Jogjakarta.

Budiono. Semua Sungai di Lampung Tercemar. Harian Kompas, Tanggal 22 Juli 2008. Jakarta

Daryanto. 1995. Masalah Pencemaran.Tarsito. Bandung

Eling Purwanto dan Setiji Pitiyo. 2002. Deteksi Pencemaran Air Minum. Aneka Cipta Jakarta.

Ida Bagus Mantra. 2003. Demografi Umum. Pustaka Belajar. Jakarta.

Juli Soemirat Slamet. 2000. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Jakarta

Kartasapoetra. 1987. Pembentukan Perusahaan Industri. PT. Bina Aksara. Jakarta Linsley. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

M. Gempur Adnan. 2006. Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah Tahu Tempe. Kementrian Lingkungan Hidup. Yogyakarta

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.


(6)

Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Philip Kristanto. 2002. Ekologi Industri. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Retno Widyati dan Yuliarsih. 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. Grasindo. Jakarta.

Setiaty Pandia, dkk. Kimia Lingkungan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Subarjo. 2003. Diktat. Meteorologi dan Klimatologi. FKIP. Unila. Lampung. Sugiharto. 2005. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia

Press. Jakarta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta Bandung.

Suharsimi Arikunto. 1993. Metodologi penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suharyono dan Moch Amien. 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Sukarmin. 2007. “Dampak Penambangan Timah Secara Tradisional Terhadap Kualitas Air Sungai Sengkeli Dan Dampak Bagi Masyarakat Sebagai Pengguna Air Sungai Sengkeli Di Desa Sijuk Kecanatan Sijuk Kabupaten

Belitung Tahun 2006”. Tahun 2006. Skripsi. FKIP Geografi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung

Sumadi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Surat Keputusan Gubernur KDH TK.I Lampung No G/624/B.VII/HK/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Propinsi DATI I Lampung.

Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta Totok Sutrisno, dkk. 2002. Tekhnologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta.

Jakarta

Wisnu Arya Wardhana. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERHATIAN IBU “SINGLE PARENT” YANG BEKERJA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN KOTABARU KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG

0 6 19

PENGARUH PERHATIAN IBU “SINGLE PARENT” YANG BEKERJA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KELURAHAN KOTABARU KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG

0 5 19

PELAKSANAAN PERIZINAN PEMBANGUNAN RUMAH IBADAT VIHARA TRI DHARMA KELURAHAN KEDAMAIAN KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG

1 19 46

PENGARUH KOMUNIKASI KELUARGA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM CARA BERPACARAN (Study Kasus pada Remaja Di Kelurahan Sawah Brebes, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung).

0 4 4

PENGARUH KOMUNIKASI KELUARGA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM CARA BERPACARAN (Study Kasus pada Remaja Di Kelurahan Sawah Brebes, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung).

0 9 4

GAYA KEPEMIMPINAN WALI KOTA BANDAR LAMPUNG 2012-2014 DI BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

5 16 60

GAYA KEPEMIMPINAN WALI KOTA BANDAR LAMPUNG 2012-2014 DI BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR

3 34 79

PROFIL PEDAGANG LESEHAN DI JALAN KARTINI KELURAHAN PALAPA KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

1 7 51

Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013

4 42 55

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI LINGKUNGAN PULAU PASARAN KELURAHAN KOTA KARANG KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 5