Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013
ABSTRAK
Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013
Oleh: Iis Kurniati
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dimana saja lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013, (2) mendeskripsikan kemiringan lereng di lokasi terjadinya banjir, (3) mendeskripsikan penggunaan lahan di lokasi terjadinya banjir, (4) mendeskripsikan jenis tanah di lokasi terjadinya banjir, (5) mendeskripsikan penyebab terjadinya banjir.
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan observasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik desktiptif analitik. Kesimpulan penelitian adalah (1) lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 yaitu di Kelurahan Durian Payung, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Kaliawi, Kelurahan Kelapa Tiga dan Kelurahan Gotong Royong, (2) kemiringan lereng lokasi terjadinya banjir yaitu daerah yang terletak pada kategori kemiringan lereng 0-8% (wilayah datar), (3) Penggunaan lahan lokasi terjadinya banjir adalah wilayah yang didominasi oleh kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa, (4) jenis tanah lokasi terjadinya banjir adalah tanah jenis latosol, (5) penyebab utama terjadinya banjir yaitu perubahan tata guna lahan.
(2)
ABSTRACT
Description Of Flood Location In Central Tanjung Karang District Bandar Lampung 2011-2013
By: Iis Kurniati
This research aims at (1) finding out where the location of flood in Central Tanjung Karang Bandar Lampung in 2011-2013, (2) describing the condition of declivity at the location, (3) describing the land usage at the location, (4) describing the type of soil at the location, (5) describing the cause of flood.
The research used descriptive method, with documentation and observation as the data collecting technique. In term of data analyzing technique, the writer used analistic descriptive technique.
The conclusions drawn in the research are (1) the locations of flood in Central Tanjung Karang district in 2011-2013 were Durian Payung, Pasir Gintung, Kaliawi, Kelapa Tiga and Gotong Royong subdistrict, (2) the declivity at the flood locations was the area located in category 0-8% (flat area), (3) the land usage at those locations were dominated by residence, trade, and service, (4) the type of soil at the locations was latosol, (5) the main cause of flood was the change of land usage system.
(3)
DESKRIPSI LOKASI BANJIR DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2011-2013
Oleh IIS KURNIATI
(S k r i p s i)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
IIS KURNIATI dilahirkan di Desa Mada Hilir, pada tanggal 29 Oktober 1991. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Abu Hasan dan Ibu Fatihah.
Telah menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Istiqlal pada tahun 1997, Pendidikan Dasar di SD Al-Kautsar pada tahun 2003, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2006, dan Pendidikan Menegah Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
(8)
i PERSEMBAHAN
Terucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:
Ummiku Tercinta (Fatihah)
sebagai sosok yang ikhlas membimbingku dari kecil hingga saat ini dengan iringan kasih sayang serta doa yang selalu beliau panjatkan tak lain untuk
kesuksesanku
Abiku Tersayang (Abu Hasan)
sebagai figur seseorang yang sangat aku kagumi yang selalu menopangku saat aku lemah dan selalu mendukungku di setiap iringan langkahku dalam menggapai
cita-cita. Adik Adik Terbaik
(Ana Khoiriyanah, M. Jupri Amin, Masdar Farid)
Sebagai sosok periang yang selalu mendoakan dan memberi senyum kecilnya untuk bisa memberi nuansa semangat dalam keberhasilanku.
serta
Almamater Kebanggaanku Universitas Lampung
sebagai tempat dalam menggali ilmu, menjadikanku sosok yang mandiri, serta jati diriku kelak.
(9)
MOTO
Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
There are no secrets to success. It is the result of preparation, hard work, and learning from failure.
(Colin Powell)
Sukses adalah saat ilmu yang dimiliki bermanfaat bagi orang lain. (Iis Kurniati)
(10)
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Kegunaan Penelitian ... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 11
A.Tinjauan Pustaka ... 11
1. Geografi ... 11
1.1. Pengertian dan Pendekatan Geografi... 11
2. Banjir ... 14
2.1. Pengertian Banjir ... 14
2.2. Penyebab Banjir... 15
3. Peta ... 18
3.1. Kemiringan Lereng ... 20
3.2. Penggunaan Lahan... 21
3.3. Jenis Tanah ... 23
4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25
B.Kerangka Pikir ... 26
III. METODE PENELITIAN ... 27
A.Metode Penelitian ... 27
B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
1. Tempat Penelitian ... 27
2. Waktu Penelitian ... 27
C.Bahan dan Alat Penelitian ... 28
1. Bahan Penelitian ... 28
(11)
vi
a. Perangkat Keras (Hardware) ... 28
b. Perangkat Lunak (Software) ... 28
D.Objek Penelitian ... 29
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 29
1. Variabel Penelitian ... 29
2. Definisi Operasional Variabel ... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 32
1. Teknik Dokumentasi ... 32
2. Teknik Observasi ... 33
G.Teknik Analisis Data ... 33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34
1. Sejarah Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 34
2. Keadaan Geografis Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 35
2.1.Letak Astronomis Kecamatan Tanjung Karang Pusat... 36
2.2.Letak Adminidtratif Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 36
3. Keadaan Fisik Daerah Penelitian ... 39
3.1.Iklim ... 39
3.2Hidrologi... 43
3.3.Kemiringan Lereng ... 44
3.4.Jenis Tanah ... 46
3.5.Penggunaan Lahan... 48
4. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ... 52
4.1. Jumlah Penduduk... 53
4.2. Kepadatan Penduduk ... 54
4.3. Rasio Jenis Kelamin (sex ratio) ... 56
B.Peta dan Pembahasan ... 58
1. Peta Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 58
2. Pembahasan ... 61
2.1.Kemiringan Lereng dengan Lokasi Banjir ... 61
2.2.Penggunaan Lahan dengan Lokasi Banjir ... 63
2.3.Jenis Tanah dengan Lokasi Banjir ... 68
2.4.Penyebab Banjir... 71
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A.Kesimpulan ... 73
B.Saran ... 74
(12)
ii SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim,
Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dengan judul “Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013” dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing Akademik, serta selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, perhatian, motivasi dan semangat, serta kritik dan saran kepada penulis baik selama perkuliahan maupun demi terselesaikannya skripsi ini. Ibu Rahma Kurnia SU., S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat. Serta kepada Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembahas yang selalu memberikan masukan serta saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
(13)
iii Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.
4. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Kedua orang tua tercinta, serta ketiga adik yang tak henti menyayangi, memberikan
do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2009 S1 Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Lampung atas kebersamaannya dalam menuntut ilmu dan menggapai impian.
(14)
iv 9. Kakak-kakak dan adik-adik seperjuangan di program studi S1 Pendidikan Geografi Universitas Lampung atas kebersamaannya dalam menuntut ilmu dan menggapai impian.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,
(15)
vii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Lokasi Kejadian atau Rawan Bencana di Kota Bandar Lampung ... 6
2. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng ... 21
3. Penelitian yang Relevan ... 25
4. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng ... 30
5. Penyebab Terjadinya Banjir ... 32
6. Luas Kecamatan Tanjung Karang Pusat Menurut Kelurahan ... 37
7. Data Curah Hujan Kota Bandar Lampung Tahun 2001-2010 ... 41
8. Penggolongan Tipe Iklim Menurut Sistem Schmidt-Ferguson... 42
9. Kemiringan Lereng di Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 44
10. Penggunaan Lahan Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 50
11. Daftar Nama Pasar Tradisional di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 ... 51
12. Daftar Nama Pasar Swalayan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 ... 51
13. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 ... 53
14. Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012... 55
15. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Karang Pusat Menurut Kelurahan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012... 56
16. Lokasi Kejadian Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2011-2013 ... 58
(16)
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta Administrasi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 38 2. Batas Besar Nilai Q dan Masing-Masing Tipe Curah Hujan Schmidt-
Ferguson ... 43 3. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Tanjung Karang Pusat
Tahun 2014 ... 45 4. Peta Jenis Tanah Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 47 5. Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun
2014 ... 49 6. Kejadian Banjir di Jl. Ratu Dipuncak (depan Mall Central Plaza)
Kelurahan Durian Payung Tahun 2013 ... 59 7. Peta Lokasi Banjir Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 .... 60 8. Lokasi Kejadian Banjir Genangan di (a) Kelurahan Gotong Royong,
(b) Kelurahan Kaliawi, (c) Kelurahan Kelapa Tiga, dan
(d) Kelurahan Durian Payung ... 61 9. Peta Kemiringan Lereng dengan Lokasi Banjir Kecamatan
Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 62 10. Pemukiman Penduduk di Kelurahan Kaliawi Tahun (a) 2011,
dan (b) 2013 ... 64 11. Peta Penggunaan Lahan dengan Lokasi Banjir Kecamatan
Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 65 12. Peta Jenis Tanah dengan Lokasi Banjir Kecamatan
Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 69 13. Lokasi Banjir di Jl. Flamboyan Kelurahan Gotong Royong ... 70
(17)
ix 14. Sistem Drainase yang Ada di Kelurahan (a) Kelapa Tiga, dan
(18)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banjir merupakan salah satu contoh bencana yang paling sering terjadi. Banjir dapat dikategorikan sebagai bencana yang paling banyak menimpa negara maju maupun negara berkembang. Total kerugian dan korban jiwa yang diakibatkan oleh bencana banjir juga tidaklah sedikit. Guha-Sapir dalam Rohman (2012:2) menyatakan bahwa bencana banjir yang terjadi pada tahun 2010 di Pakistan dipastikan telah menelan korban jiwa hampir 1985 orang dan tercatat sebagai kejadian bencana yang banyak menimbulkan kematian setelah bencana gempa bumi di Haiti dan China. Sementara untuk kerugian ekonomi, banjir yang menerpa Negara China dan Pakistan pada pertengahan tahun 2010 menempati urutan kedua setelah gempa bumi yang menghantam wilayah Chili dan menyebabkan kerugian sebesar 27,5 miliar dollar Amerika.
Sedangkan untuk kejadian bencana di Indonesia, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di hampir semua wilayah Indonesia. Berdasarkan data sebaran kejadian bencana dan korban meninggal yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir menempati urutan pertama berdasarkan kategori kejadian bencana dan tercatat 4.024 kejadian sejak tahun 1815 sampai 2012. Frekuensi kejadian banjir tercatat yang paling banyak dengan prosentase 39%
(19)
2
dan setelahnya adalah kejadian bencana angin puting beliung dan tanah longsor. Dalam kurun waktu yang sama, kejadian bencana banjir yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan korban meninggal sebanyak 18.569 orang.
Banjir selalu mengancam beberapa kota yang ada di Indonesia jika musim penghujan tiba, termasuk Provinsi Lampung khususnya Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang mengalami banjir di setiap tahunnya. Walaupun banjir yang terjadi hanya berupa genangan dengan tinggi maksimal dua meter dan tidak separah yang terjadi di kota besar lainnya seperti Jakarta.
Banjir sangat menghambat aktivitas masyarakat, banyak sarana dan prasarana yang tidak dapat digunakan, dapat menimbulkan berbagai penyakit pasca banjir, menimbulkan kerugian harta benda bahkan dapat menelan korban jiwa. Secara tidak langsung, banjir juga dapat menghambat kegiatan perekonomian di suatu wilayah.
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI (Departemen Kimpraswil, 2001), banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering.
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005:17) banjir ada dua peristiwa, pertama peristiwa banjir atau genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit air banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada.
(20)
3
Kodoatie dan Sugiyanto (2002:12) mengatakan bahwa:
Di Indonesia, walaupun waktu terjadinya banjir bervariasi hampir semua daerah menghadapi bahaya banjir yang signifikan. Kerugian dan kerusakan akibat banjir adalah sebesar dua pertiga dari semua bencana alam yang terjadi (Dep. Sosial 1987 & 1989 dalam Direktorat Sungai 1994). Setiap tahun hampir 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha merugikan sekitar satu juta orang.
Berdasarkan pengertian banjir menurut Kodoatie dan Sugiyanto tersebut, kejadian banjir yang sering terjadi di Kota Bandar Lampung merupakan banjir berupa genangan dilihat dari waktu tergenangnya banjir yang biasanya hanya beberapa jam hingga akhirnya air kembali surut saat hujan tidak lagi terjadi serta banjir genangan banyak dijumpai di wilayah yang topografi atau reliefnya relatif datar. Berbeda dengan banjir yang terjadi di kota-kota besar lainnya seperti misalnya yang sering melanda Ibukota Jakarta, banjir yang terjadi dapat berlangsung hingga berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada kejadian banjir berupa banjir genangan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat.
Banjir besar yang tercatat pernah melanda kota Bandar Lampung yaitu pada tanggal 18 Desember 2008, serta terjadi pada awal tahun 2013 dengan intensitas banjir yang cukup tinggi dan diperkirakan lebih besar dari banjir yang terjadi pada tahun 2008 lalu. Tidak hanya kerugian materi, banjir tersebut juga menelan korban jiwa sebanyak tiga orang, dua anak-anak di kelurahan Talang dan satu orang di jalan kawasan Gunung Mas di Teluk Betung Bandar Lampung (Lampost, 27 Januari 2013). Seperti yang termuat pada harian Kompas tanggal 29 Januari 2013, kerugian akibat dampak banjir di Bandar Lampung beberapa waktu lalu diperkirakan mencapai 60 miliar rupiah. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung Eddy Heryanto, Selasa
(21)
4
(29/1/2013). Ia mengatakan, banjir besar yang terjadi pada Kamis (24/1/2013) dan Jumat (25/1/2013) lalu telah mengakibatkan sekitar 6.000 rumah rusak, mulai dari berat, sedang dan ringan. Banjir juga merusak infrastruktur macam tanggul, siring, dan jalan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir di Kota Bandar Lampung. Selain karena faktor alam seperti curah hujan yang cukup tinggi serta kondisi fisik dari wilayah itu sendiri, juga disebabkan karena kelalaian manusia sendiri seperti seringnya membuang sampah di sungai atau aliran air sehingga saat musim penghujan tiba saluran drainase tidak dapat berfungsi dengan baik. Serta sudah semakin berkurangnya daerah saluran air atau resapan air dikarenakan pesatnya pembangunan yang tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Hal ini dikarenakan letak Provinsi Lampung yang sangat strategis sebagai gerbang utama menuju Pulau Sumatera dan Kota Bandar Lampung sebagai ibukota provinsi maka tidak mengherankan bahwa mobilitas penduduk yang terjadi di kota Bandar Lampung cukup tinggi, sehingga jumlah penduduk yang ada juga terbilang tinggi. Oleh karena itu, pertumbuhan kawasan pemukiman semakin padat yang menjadikan berkurangnya daerah-daerah resapan, lahan kosong sudah semakin berkurang dan berubah menjadi bangunan, adanya betonisasi di atas permukaan tanah dan jaringan jalan yang diperkeras dengan aspal.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung ada beberapa daerah yang potensi kerawanan banjirnya lebih tinggi saat hujan turun lebat, walaupun turun tidak terlalu lama. Seperti di Kecamatan Teluk Betung Barat, daerah rawan banjir terdapat di Kelurahan Negeri Olok Gading, Kuripan, dan
(22)
5
Kelurahan Bakung. Selanjutnya di Kecamatan Teluk Betung Timur terdapat di Kelurahan Sukamaju, Kotakarang Raya, dan Kelurahan Perwata.
Kecamatan yang potensi rawan banjir di hampir seluruh kelurahannya terjadi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Seperti di Kelurahan Kelapatiga, Kaliawi, Palapa, dan Kelurahan Tanjung Karang. Sedangkan di Kecamatan Rajabasa, yang menjadi langganan banjir ada di Kelurahan Gedongmeneng, Rajabasa, Rajabasa Raya. Sementara di Kecamatan Sukabumi ada di Kelurahan Sukabumi, Sukabumi Indah, Campang Raya. Sedangkan untuk di Kecamatan Way Halim, lokasi rawan banjir ada di Kelurahan Jagabaya II dan Jagabaya III. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 yang ada di halaman 6.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung yang disajikan pada Tabel 1 di halaman 6 tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada kejadian banjir genangan yang terjadi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
Kecamatan Tanjung Karang Pusat merupakan salah satu dari dua puluh kecamatan yang ada di Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 4,05 km2 yang terdiri dari tujuh kelurahan, 26 lingkungan, dan 257 RT. Beribukota di Palapa dengan ketinggian 100 mdpl. Penduduknya berjumlah 74.586 jiwa dengan kepadatan penduduk 11.168 jiwa per km2. Kecamatan Tanjung Karang Pusat juga merupakan wilayah pusat perekonomian sehingga hal tersebut juga menjadi faktor penyebab pesatnya pertumbuhan kawasan pemukiman maupun kawasan perdagangan dan jasa.
(23)
6
Berikut adalah tabel lokasi kejadian atau rawan bencana di Kota Bandar Lampung menurut Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD):
Tabel 1. Lokasi Kejadian atau Rawan Bencana di Kota Bandar Lampung.
No Bencana Kecamatan Kelurahan
1. Banjir Rajabasa Rajabasa Raya, Rajabasa
Tanjung Senang Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Way Kandis, Perumnas Way Kandis
Teluk Betung Utara Kupang Teba, Kupang Raya, Gunung Mas, Gulak Galik, Sumur Putri, Batu Putu
Teluk Betung Selatan Bumiwaras, Pesawahan, Pecoh Jaya, Kangkung, Sukaraja Teluk Betung Barat Kuripan, Bakung, Perwata,
Sukamaju, Kota Karang,
Keteguhan, Negeri Olok Gading Panjang Karang Maritim, Way Gubak,
Way Laga, Panjang Selatan, Pidada, Panjang Utara, Srengsem Kemiling Kemiling Permai, Beringin Raya Tanjung Karang Pusat Kaliawi, Gotong Royong, Pasir
Gintung, Palapa, Kelapa Tiga, Penengahan, Tanjung Karang, Durian Payung
Tanjung Karang Timur Campang Raya, Kedamaian Tanjung Karang Barat Segalamider, Sukajawa,
Susunanbaru, Sukadanaham
Kedaton Perum Way Halim
Sukarame Sukarame
Sukabumi T.Baru
2. Abrasi Panjang Serengsem
Teluk Betung Barat Sukamaju 3. Angin
Kencang
Tanjung Senang Way Kandis 4. Tanah
Longsor
Panjang Pidada
Sumber: Dokumen Rencana Strategis dan Rencana Aksi Daerah Mitigasi Bencana Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2013.
(24)
7
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai banjir genangan yang sering melanda, maka dibutuhkan sebuah informasi yang jelas yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Tidak hanya penyajian berupa peta persebaran lokasi banjir, tetapi juga dengan memberikan deskripsi dari kejadian banjir. Sehingga masyarakat dapat benar-benar mengerti seperti apa keadaan atau kondisi yang menyebabkan terjadinya banjir pada lokasi-lokasi tersebut. Jika masyarakat sudah mengerti, diharapkan masyarakat sadar bahwa kejadian banjir masih mengintai dan dapat terjadi sewaktu-waktu saat musim penghujan tiba.
Bahkan tidak menutup kemungkinan jika beberapa tahun terakhir banjir yang melanda berupa genangan apabila tidak secepatnya diatasi banjir yang terjadi akan menjadi lebih besar seperti yang sering melanda kota Jakarta. Oleh karena itu, masyarakat juga diharapkan mampu mengantisipasi kejadian serupa agar tidak terulang kembali ataupun menjadi lebih besar dari banjir yang pernah melanda sebelumnya.
Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut, maka diperlukan sebuah informasi yang dapat dimengerti masyarakat mengenai lokasi banjir yang sering melanda sehingga perlu dilakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013”.
(25)
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Dimana saja lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?
2. Apa kemiringan lereng di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?
3. Apa penggunaan lahan di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?
4. Apa jenis tanah di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?
5. Apa penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu untuk:
1. Mengetahui dimana saja lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.
2. Mendeskripsikan kemiringan lereng di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.
3. Mendeskripsikan penggunaan lahan di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.
(26)
9
4. Mendeskripsikan jenis tanah di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.
5. Mendeskripsikan penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai masalah banjir.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di SMA kelas XI program IPS semester 2 pada pokok bahasan Pelestarian Lingkungan Hidup.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi pihak yang terkait usaha penanggulangan banjir.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ruang lingkup objek penelitian adalah lokasi banjir.
(27)
10
2. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
3. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada tahun 2014. 4. Ruang lingkup ilmu adalah Geografi.
Istilah geografi pertama kali dikemukakan oleh Eratosthenes, dalam bahasa Yunani yaitu Geographica. Geo artinya bumi dan graphien artinya tulisan, uraian, lukisan atau deskripsi. Jadi berdasarkan arti katanya geografi adalah pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi (Sumaatmadja, 1988:30).
R. Bintarto dalam Sumadi (2003:4) mengemukakan “definisi geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan”.
Oleh karena itu, geografi digunakan sebagai ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gejala yang terjadi di muka bumi berdasarkan pengertian tersebut. Seperti yang dikemukakan Hartshorne dalam Bintarto dan Hadisumarno (1979:9), “geografi berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan dan rasional
tentang sifat variabel dari permukaan bumi”. Gejala yang dimaksud dalam hal
ini yaitu lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
(28)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Dalam rangka mendukung penelitian yang dilakukan, maka dikemukakan beberapa teori menurut para ahli yang berkaitan dengan penelitian yaitu:
1. Geografi
Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu Geo yang berarti bumi dan Graphy (yang dalam bahasa Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi. Jadi dalam arti katanya geografi adalah pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi (Sumaatmadja, 1988:30).
1.1 Pengertian dan Pendekatan Geografi
Pengetahuan geografi sejak zaman Romawi Kuno hingga sekarang terus mengalami perkembangan. Perkembangan pengetahuan geografi tersebut tercermin dari banyaknya ahli-ahli atau pakar geografi yang menafsirkan pengertian geografi. Hal ini sesuai dengan arah dan tujuan perkembangan dari ilmu geografi itu sendiri.
R. Bintarto dalam Sumadi (2003:4) mengemukakan “definisi geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di
(29)
12
muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan”.
Di Indonesia, Ikatan Geografi Indonesia (IGI) pada Seminar dan Lokakarya Geografi di Semarang Tahun 1988 sepakat merumuskan definisi “geografi yaitu ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan” (Sumadi, 2003:4).
Menurut Hartshorne dalam Bintarto dan Hadisumarno (1979:9), “geografi berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan dan rasional tentang sifat variabel dari permukaan bumi”. Ilmu geografi terdiri atas dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek sosial, aspek fisik berkenaan dengan alam sekitar dan aspek sosial berkenaan dengan manusia. Kedua aspek tersebut saling berhubungan, dalam hal ini interaksi manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya.
Sumaatmadja (1988:52-53), mengemukakan cabang-cabang georafi adalah: Secara garis besar, geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang, yaitu geografi fisik, geografi manusia, dan geografi regional. Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Kerangka kerja geografi fisik ditunjang oleh geologi, geomorfologi, ilmu tanah, meteorologi, klimatologi dan oseanografi. Geografi manusia adalah cabang geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala di permukaan bumi, yang mengambil manusia sebagai objek pokok. Yang termasuk geografi manusia yaitu: geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi pemukiman dan geografi sosial. Sedangkan geografi regional adalah studi suatu bagian atau semua bagian yang didasarkan atas aspek keseluruhan suatu wilayah.
(30)
13
Studi geografi pada dasarnya memiliki tiga pendekatan seperti yang dikemukakan Bintarto dan Hadisumarno (1979:12) bahwa “geografi terpadu (integrated geography) untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi digunakan berbagai macam pendekatan atau hampiran (approach) yaitu pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis)”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa objek kajian geografi adalah geosfer yang terdiri atas litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer. Sudut pandang atau cara mempelajari geografi adalah dengan pendekatan keruangan, kelingkungan, atau kewilayahan. Maka geografi dapat ditafsirkan sebagai ilmu mengenai bumi dan segala sesuatu yang berada di dalamnya, baik yang bersifat fisik dan non-fisik dimana manusia sangat berpengaruh dengan keadaan alam di permukaan bumi, manusia akan terus beradaptasi dengan alam terutama dalam memilih tempat tinggal, selama manusia tersebut masih mampu dan menjangkaunya demi memenuhi kesejahteraan hidup.
Pada penelitian ini digunakan pendekatan keruangan, karena penelitian ini hanya mendeskripsikan tentang lokasi banjir yang terdapat di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung. Berkaitan dengan pendekatan keruangan Bintarto dan Hadisumarno (1979:12), mengatakan bahwa “Pendekatan keruangan merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam mengkaji sebuah gejala alam atau fenomena. Pendekatan keruangan melihat sebuah objek atau fenomena di permukaan bumi dari sudut pandang lokasi”.
(31)
14
2. Banjir
Banjir merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, dan hampir semua daerah menghadapi bahaya banjir yang signifikan. Kejadian banjir dapat terjadi di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Walaupun tidak sebesar bencana gempa bumi atau tsunami, dampak banjir kadangkala menimbulkan korban jiwa hingga merenggut nyawa manusia, kerugian materi, kerusakan lingkungan serta menimbulkan wabah penyakit.
2.1 Pengertian Banjir
Secara umum banjir dapat didefinisikan sebagai jumlah air berlebih yang melewati permukaan tanah, kejadian saat air menggenangi daerah dalam kurun waktu tertentu, dimana daerah yang tergenangi tersebut yang dalam keadaan normal tidak biasa tergenangi. Banjir terjadi apabila volume air yang ada dalam tampungan sungai, danau, rawa, drainase maupun saluran air lainnya melebihi kapasitas yang dimiliki dan meluap ke daerah yang lebih rendah disekitarnya.
Menurut peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang sungai, “banjir secara umum dapat diartikan sebagai peristiwa meluapnya air sungai yang melebihi palung sungai”.
Sedangkan menurut Kodoatie dan Sjarief (2005: 17) berpendapat bahwa:
Banjir ada dua peristiwa, pertama peristiwa banjir/genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit air banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada.
(32)
15
Banjir memiliki beberapa jenis dilihat dari daerah yang tergenang air dan karakteristik banjir itu sendiri. Menurut Pribadi dkk, dalam Rohman, (2012:28), banjir dapat dibagi menjadi empat yaitu banjir sungai, banjir pantai, banjir bandang, dan banjir kota. Banjir yang terjadi dalam Kecamatan Tanjung Karang Pusat merupakan banjir kota yaitu banjir yang terjadi di wilayah perkotaan akibat berkurangnya lahan kosong yang berfungsi sebagai daerah penyerap air hujan. Lahan kosong di daerah perkotaan sudah banyak beralih fungsi menjadi rumah, gedung, jalan, tempat parkir, tempat industri, dan lain lain sehingga daerah serapan air semakin berkurang. Selain akibat berkurangnya daerah resapan, banjir kota bisa disebabkan tidak berfungsinya saluran air hujan secara baik akibat tertutupnya saluran air hujan oleh sampah seperti yang sering melanda kota Jakarta.
2.2 Penyebab Banjir
Banjir yang sering melanda khususnya di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, dan yang paling berperan adalah manusia itu sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Kodoatie dan Sugiyanto (2002:78), banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah:
Curah hujan
Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua musim yaitu musim hujan umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret, dan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai bulan September. Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.
(33)
16
Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan lain lain. merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
Erosi & Sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungai-sungai di Indonesia.
Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.
Kapasitas drainase yang tidak memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan.
Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh terjadi di Kota Semarang dan Jakarta. Genangan ini terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau.
Yang termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah: Perubahan kondisi DPS
Perubahan DPS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.
Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
Sampah
Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di kota-kota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran. Drainase lahan
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampang debit air yang tinggi.
(34)
17
Bendung dan bangunan air
Bendung dan bangunan air seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).
Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
Perencana sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.
Berdasarkan penjelasan tersebut Kodoatie dan Sjarief (2005:72), mengatakan bahwa perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan penyebab yang lainnya.
Yulaelawati dan Syihab (2008:8-9), berpendapat bahwa penyebab timbulnya banjir yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, seperti:
a. Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan industri. b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada tanah dan
meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai yang kemudian mengganggu jalannya air.
c. Permukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang alur sungai diurug untuk dijadikan pemukiman. Kondisi demikian banyak terjadi di perkotaan di Indonesia. Akibatnya adalah aliran sungai saat musim hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir. d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air,
terutama di perumahan-perumahan. Sedangkan Noor (2006:73) berpendapat bahwa:
Bencana banjir baru akan timbul apabila di wilayah tersebut terdapat areal pemukiman yang dihuni manusia sehingga luapan air yang menggenangi wilayah tersebut berdampak pada kerugian dan kerusakan harta benda dan jiwa manusia. Peran dan kontribusi manusia terhadap terjadinya bencana banjir sangatlah besar, hal ini dapat kita lihat dari berbagai kasus bencana banjir yang melanda di berbagai kota di Indonesia.
(35)
18
3. Peta
Suatu objek atau fenomena dapat digambarkan pada sebuah bidang datar yang disebut peta. Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimensional. Melalui sebuah peta kita akan mudah melakukan pengamatan terhadap permukaan bumi yang luas, terutama dalam hal waktu dan biaya (Miswar, 2012:2).
ICA dalam Miswar (2012:2), mengemukakan peta merupakan suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil dengan atau diskalakan.
Dari pengertian peta di atas dapat dikatakan bahwa peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang digambarkan dalam bidang datar dan diperkecil dengan skala. Sebagai gambaran fenomena geografikal peta memiliki kegunaan yang luas. Miswar (2012:5) menyebutkan bahwa:
Kegunaan peta antara lain untuk pelaporan (recording), peragaan (displaying), analisis (analysing), dan pemahaman dalam interaksi (interelationship). Beberapa contoh kegunaan atau fungsi peta antara lain sebagai alat yang diperlukan dalam proses perencanaan wilayah, pada proses perencanaan wilayah peta sangat diperlukan sebagai survey lapangan, sebagai alat penentu desain perencanaan, dan sebagai alat untuk melakukan analisis keruangan.
Selain itu peta juga diperlukan dalam kegiatan penelitian, terutama untuk penelitian yang berorientasi pada wilayah atau ruang tertentu di muka bumi, seperti yang dikemukakan Miswar (2012:5):
(36)
19
Peta diperlukan sebagai petunjuk lokasi wilayah, alat penentu lokasi pengambilan sampel di lapangan, sebagai alat analisis untuk mencari suatu output dari beberapa input peta (tema peta berbeda) dengan cara tumpang susun beberapa peta (overlay), dan sebagai sarana untuk menampilkan berbagai fenomena hasil penelitian seperti peta kepadatan penduduk, peta daerah bahaya longsor, peta daerah genangan, peta ketersediaan air, peta kesesuaian lahan, peta kemampuan lahan, dan sebagainya.
Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi,
b. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi,
c. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, dan sungai,
d. Membantu peneliti sebelum melakukan survey untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti,
e. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah, f. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan,
g. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan, dan
h. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.
Peta dapat digolongkan atau diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai dengan tujuan pembuatan peta itu sendiri, sehingga pengguna dapat memilih peta yang sesuai dengan kebutuhan. Penggolongan ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan kegunaan dari peta itu serta memudahkan pengguna dalam memilih dan mencari peta yang dibutuhkan dengan cepat. Peta yang digunakan dalam penelitian ini ialah
(37)
20
peta tematik. Peta tematik merupakan peta yang memiliki tema khusus sehingga informasi yang ditampilkan merupakan data-data yang terkait dengan temanya.
Seperti yang telah dijelaskan maka penelitian ini menggunakan alat bantu berupa peta untuk melihat persebaran lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, serta sebagai pendukung dalam mendeskripsikan lokasi banjir yang ditinjau dari kemiringan lereng, penggunaan lahan dan jenis tanah.
3.1. Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng merupakan beda tinggi antara dua tempat yang dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Dapat juga diartikan sebagai ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat.
Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi kecepatan aliran air maupun besarnya erosi dan aliran permukaan. Dalam Rachim dan Arifin (2011: 142), mengatakan bahwa:
Lereng adalah bagian integral dari permukaan lahan. Lereng memengaruhi drainase, run-off, erosi, pemunculan ke permukaan, dan kemudahan pengelolaan. Kelas lereng disini adalah menunjukkan lereng wilayah asosiasi tanah (FAO-UNESCO, 1974). Kelas lereng tersebut dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu:
1. Datar sampai berombak: lereng 0-8 persen.
2. Bergelombang sampai berbukit: lereng 8-30 persen. 3. Terjal tertoreh sampai bergunung: lereng > 30 persen.
Sedangkan berdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Tahun 1986 kelas kemiringan lereng dan skor kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 2 pada halaman 21 berikut:
(38)
21
Tabel 2. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng.
Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi
I 0-8 Datar
II >8-15 Landai
III >15-25 Agak Curam
IV >25-45 Curam
V >45 Sangat Curam
Sumber: Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Tahun 1986.
Kemiringan lereng dapat berpengaruh terhadap banjir, karena semakin curam letak suatu wilayah maka akan semakin cepat gerakan aliran air yang melewatinya sehingga tidak akan terjadi penggenangan dan semakin kecil kemungkinan wilayah tersebut mengalami banjir, begitu pula sebaliknya.
3.2. Penggunaan Lahan
Menurut Sitanala dalam Sugiyanta (2003:8), lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya, sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang. Lahan memiliki sifat atau karakteristik yang spesifik. Lahan juga memiliki unsur-unsur yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, serta jenis vegetasinya. Dalam lahan terbayang apa yang terkandung di dalamnya dan bagaimana keadaan tanahnya, serta menggambarkan bagaimana daya dukung dari lingkungan fisis dan biotik terhadap kehidupan manusia.
(39)
22
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan material dasar yang merupakan bagian dari suatu lingkungan dan memiliki karakteristik baik dari keadaan tanah, iklim, distribusi hujan serta vegetasinya yang dapat digunakan oleh manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Penggunaan lahan kota dalam Prasetyo (2009:34) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Pemukiman
Pemukiman dibagi menjadi empat klas keteraturan, yaitu:
a. Pemukiman teratur, dicirikan dengan pola jaringan jalan teratur, bentuk dan ukuran rumah seragam, letak rumah teratur, jarak antar rumah sedang, dan masing masing mempunyai jalan terhubung ke jalan yang langsung terletak di depan setiap rumah, dengan kata lain semua rumah menghadap ke jalan.
b. Pemukiman sedang atau agak teratur, pola jaringan jalan tidak teratur, tata letak rumah agak teratur, bentuk dan ukuran rumah tidak seragam, arah dan jarak rumah tidak teratur, tidak semua rumah menghadap ke jalan. c. Pemukiman tidak teratur, pola jaringan jalan tidak teratur, jalan
penghubung ke tiap rumah tidak memadai (jumlah dan lebarnya), tata letak rumah tidak teratur, bentuk, ukuran dan arah rumah tidak teratur/seragam, tidak semua rumah menghadap ke jalan, bahan atap beraneka (ada atap genteng atau seng), cukup padat.
d. Pemukiman khusus, dalam kategori dapat dimasukkan sebagai rumah mukim khusus yang dipandang penting, misalnya rumah bangsawan, asrama, rumah penampungan kelompok penduduk tertentu, pola jaringan jalan teratur, bentuk umumnya persegi panjang untuk beberapa rumah. Beberapa pemukiman khusus biasanya terletak di sekitar perkantoran, daerah industri atau kantor khusus, ada fasilitas tersendiri misalnya masjid, gereja, lapangan olahraga atau sekolah.
2) Perdagangan
Perdagangan dapat dibedakan menjadi pasar, pusat perbelanjaan, pertokoan, rumah makan, atau apotik.
3) Pertanian
Pertanian dapat dibedakan menjadi sawah, tegal, kebun dan sebagainya yang secara administratif termasuk kota.
4) Industri
Dibedakan menjadi pabrik, pembangkit tenaga listrik. 5) Transportasi
Dibedakan menjadi jalan raya, rel kereta api, stasiun kereta api, lapangan tebang, ataupun terminal.
(40)
23
6) Jasa
Meliputi perkantoran, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan fasilitas peribadatan.
7) Rekreasi
Meliputi lapangan olahraga, gedung olahraga, stadion, kebun binatang, kolam renang, dan gedung pertunjukkan.
8) Lain lain
Meliputi kuburan, lahan kosong, maupun lahan sedang dibangun.
Penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap kejadian banjir, karena jika suatu wilayah sudah semakin padat dan lahan kosong semakin berkurang maka peluang terjadinya banjir cukup besar karena sudah tidak adanya lahan sebagai daerah resapan, dan begitupun sebaliknya. Seperti yang dikemukakan Kodoatie dan Sjarief (2005:72), penggunaan lahan merupakan penyebab banjir yang paling berpengaruh karena air yang meresap ke dalam tanah menjadi sedikit, sehingga mengakibatkan aliran air permukaan (run-off) menjadi besar.
3.3. Jenis Tanah
Pada hakekatnya tanah secara geologi merupakan hasil pelapukan batuan yang ada di permukaan bumi. Oleh karena itu jenis-jenis tanah yang ada di permukaan bumi sangat erat kaitannya dengan komposisi kimia-mineral batuan dasarnya. Berbagai macam jenis tanah seperti laterit, andosol, latosol, alluvial, podsolik adalah jenis-jenis tanah hasil pelapukan dari jenis-jenis-jenis-jenis batuan tertentu. Sehingga potensi suatu lahan terhadap peruntukannya sangat ditentukan oleh jenis tanah yang menempati lahan tersebut (Noor, 2006:101).
Sifat-sifat tanah yang memiliki peranan penting dalam menentukan proses infiltrasi yaitu tekstur tanah, struktur tanah, serta permeabilitas tanah (Asdak, 2010:354). Dijabarkan sebagai berikut:
(41)
24
1) Tekstur Tanah
Tekstur tanah biasanya berkaitan dengan ukuran dan porsi partikel-partikel tanah dan akan membentuk tipe tanah tertentu. Tiga unsur utama tanah adalah pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Tanah yang ada di permukaan bumi terbentuk oleh kombinasi ketiga unsur tersebut.
2) Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan partikel-partikel tanah yang membentuk agregat. Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap air tanah. Misalnya, struktur tanah granuler dan lepas mempunyai kemampuan besar dalam meloloskan air sehingga menurunkan laju air dan memacu pertumbuhan tanaman. 3) Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur tanah serta unsur organik lainnya ikut menentukan permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi.
Oleh karena itu jenis tanah dapat mempengaruhi terjadinya banjir. Jika suatu jenis tanah memiliki tekstur, struktur, dan permeabilitas yang baik maka kemungkinan wilayah tersebut mengalami banjir sangat kecil dan begitu pula sebaliknya.
(42)
11 25
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini disajikan tabel penelitian-penelitian sejenis yang relevan, dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Penelitian yang Relevan.
No. Peneliti dan Judul Penelitian
Tujuan Penelitian Metode Hasil
1. Khadiyanto “Pengaruh
Perluasan Area Terbangun dan Jumlah Penduduk Terhadap Banjir Genangan di Sebagian Wilayah
Kota Semarang”.
1. Mengetahui
perimbangan luas daerah terbangun dengan peningkatan jumlah penduduk. 2. Mengetahui besar
banjir yang
ditimbulkan oleh perubahan pada daerah banjir.
Deskriptif 1. Kecenderungan arah perluasan banjir menuju Timur Laut. 2. Kecenderungan arah pemekaran area pemukiman menuju
Barat Daya.
3. Adanya pengaruh positif pertambahan penduduk terhadap peningkatan banjir.
4. Tambahan satu penduduk meningkatkan tambahan luas terbangun sekitar 50 meter persegi.
2. Agustinus Budi Prasetyo
“Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Banjir di Kota Surakarta Tahun
2007”.
1. Mengetahui
persebaran lokasi rawan banjir.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab banjir.
3. Mengetahui besarnya risiko banjir.
Deskriptif/ kualitatif
1. Kerawanan banjir dibagi menjadi 5 klas yaitu klas sangat rawan dengan luas 0,5 km2 (1,14%), klas rawan sedang 3,5 km2 (7,59%), klas kurang rawan 1,36 km2 (3,68%) dan klas tidak rawan 34,64 km2 (78,66%).
2. Saluran drainase, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan sangat berperan dalam terjadinya banjir.
3. Risiko banjir dibagi menjadi 3 yaitu risiko tinggi dengan luas 0,7 km2, risiko sedang 3,5 km2, dan risiko rendah 5,5 km2.
(43)
11 26
B.Kerangka Pikir
Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah yang sering mengalami banjir. Hampir setiap tahunnya bencana banjir melanda Kota Bandar Lampung. Walaupun banjir yang sering melanda hanya berupa genangan akan tetapi kejadian tersebut cukup menghambat aktivitas warga masyarakat setempat. Tidak hanya kerugian materi yang ditimbulkan, kejadian ini juga dapat merenggut korban jiwa.
Data lokasi banjir masih berupa data dalam bentuk tabel yang belum dipetakan. Data tersebut dalam penyajiannya memang cukup mudah dibaca akan tetapi memiliki kelemahan yaitu data tersebut tidak dapat memberikan gambaran mengenai distribusi spasialnya. Maka dibutuhkan pengolahan data lebih lanjut ke dalam bentuk peta yang nantinya akan lebih memudahkan pembaca dalam memahami persebaran lokasi banjir yang pernah terjadi.
Penelitian ini tidak difokuskan pada proses pembuatan peta melainkan deskripsi dari peta yang akan disajikan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan lokasi terjadinya banjir dengan variabel yang digunakan yaitu kemiringan lereng dengan kriteria kemiringan lereng ditentukan berdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Tahun 1986 yang terdiri atas lima kelas kemiringan lereng, penggunaan lahan, serta jenis tanah, serta apa penyebab terjadinya banjir.
Hasil dari penelitian ini akan berupa deskripsi dari lokasi terjadinya banjir yang ditinjau dari kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, serta penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
(44)
27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Oleh Arikunto ditegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi
hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan
(dalam Prastowo, 2011:186).
Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan analisis data-data sekunder yang ada.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
2. Waktu Penelitian
(45)
28
C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data spasial berupa peta administratif Kecamatan Tanjung Karang Pusat, peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan dan peta jenis tanah.
b. Data atribut berupa data penggunaan lahan, data kejadian banjir dan data curah hujan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
2. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Perangkat Keras (Hardware)
1) Seperangkat Komputer
Merupakan satu set komputer yang terdiri dari CPU, hardisk, monitor, printer, serta mouse yang digunakan untuk membuat peta.
2) Scanner
Scanner digunakan untuk men-scan atau menjiplak data berupa peta analog untuk dijadikan data digital (image) agar dapat diolah lebih lanjut pada komputer dengan sehingga diperoleh informasi yang diperlukan.
3) Kamera
Pada penelitian ini kamera digunakan untuk mengambil foto atau gambar dari objek penelitian di lapangan yang sesuai dengan sasaran penelitian.
b. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang digunakan adalah perangkat lunak berbasis SIG yaitu software ArcView untuk proses pembuatan peta.
(46)
29
D. Objek Penelitian
Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Menurut Nyoman Kutha Ratna dalam Prastowo (2011:199), Objek adalah keseluruhan gejala yang ada disekitar kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya objek dalam penelitian kualitatif menurut Sparadley disebut sosial situation atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Berdasarkan pengertian tersebut objek penelitian dalam penelitian ini yaitu Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung dalam rentang waktu yaitu tahun 2011-2013.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:161). Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung yang ditinjau dari kondisi geografisnya berdasarkan tingkat kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah serta penyebabnya.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional menurut Nazir (2003:126) adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
(47)
30
menspesifikkan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung yang ditinjau dari kondisi kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah dan penyebab banjir.
2.1. Kemiringan Lereng
Kriteria kemiringan lereng ditentukan berdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Tahun 1986 yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng.
Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi
I 0-8 Datar
II >8-15 Landai
III >15-25 Agak Curam
IV >25-45 Curam
V >45 Sangat Curam
Sumber: Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986.
Kemiringan lereng berpengaruh terhadap banjir. Pada daerah yang datar aliran air akan semakin lambat, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penggenangan, sedangkan pada daerah yang curam aliran air akan semakin cepat sehingga tidak akan atau jarang terjadi penggenangan.
(48)
31
2.2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan dapat berpengaruh terhadap terjadinya banjir, karena semakin sedikitnya lahan di suatu wilayah maka akan sedikit pula tempat penyerapan air yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir. Penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi:
1. Pemukiman
2. Perdagangan dan jasa 3. Perkantoran
4. Pelayanan umum 5. Lahan kosong (Prasetyo, 2009:34)
2.3. Jenis Tanah
Jenis tanah merupakan faktor alami yang juga berpengaruh terhadap banjir. Jenis tanah pada suatu wilayah berpengaruh terhadap daya serap air. Jadi jenis tanah yang dapat mengakibatkan banjir yaitu jenis tanah dengan tingkat penyerapan yang rendah, sehingga saat terjadi hujan air yang turun tidak dapat langsung kembali ke tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya genangan.
2.4. Penyebab Banjir
Menurut Kodoatie dan Sugiyanto, penyebab terjadinya banjir dibagi menjadi dua kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 di halaman 32 berikut:
(49)
32
Tabel 5. Penyebab Terjadinya Banjir.
No. Penyebab Banjir
Sebab Alami Tindakan Manusia
1. Curah hujan Perubahan kondisi DPS 2. Pengaruh fisiografi Kawasan kumuh dan sampah 3. Erosi dan sedimentasi Perubahan tata guna lahan 4. Kapasitas sungai Drainase lahan
5. Kapasitas drainase yang tidak memadai
Kerusakan bangunan pengendali banjir 6. Pengaruh air pasang Perencana sistem pengendalian banjir
tidak tepat Sumber: Kodoatie dan Sugiyanto (2002: 78).
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam suatu penelitian, karena suatu penelitian tidak akan berjalan tanpa adanya data. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005:174).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta ijazah, rapor, peraturan perundang-undangan, buku harian, surat surat pribadi, catatan biografi, dan lain lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu (dalam Prastowo, 2011:226).
Menurut Arikunto (2010:274), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
(50)
33
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa kondisi umum daerah penelitian, keadaan dan penggunaan lahan yang ada, peta daerah penelitian serta data data pendukung lainnya yang didapat dari instansi terkait mengenai permasalahan banjir.
2. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mendukung teknik dokumentasi yang telah dilakukan dengan melakukan pengambilan foto pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
G. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010:244) berpendapat bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analitik yang bertujuan untuk menjabarkan atau mendeskripsikan lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung yang ditinjau berdasarkan tingkat kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah serta penyebab banjir.
(51)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai kejadian banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 yaitu di Kelurahan Durian Payung, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Kaliawi, Kelurahan Kelapa Tiga dan Kelurahan Gotong Royong.
2. Kemiringan lereng pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah daerah yang terletak pada kategori kemiringan lereng 0-8% (wilayah datar).
3. Penggunaan lahan pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah wilayah yang didominasi oleh kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa.
4. Jenis tanah pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah tanah jenis latosol. 5. Penyebab utama terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota
(52)
74
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan d mengenai kejadian banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, saran yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Pemerintah Kota Bandar Lampung hendaknya memperhatikan penataan kota yang sesuai dengan karakteristik suatu wilayah. Selanjutnya dapat melakukan upaya upaya seperti tidak sembarangan memberi ijin untuk membangun bangunan, khususnya di wilayah yang sudah sangat jarang ditemui lahan kosong agar titik banjir tidak meluas menyebar ke daerah-daerah lain yang belum pernah mengalami banjir.
2. Masyarakat seharusnya mengikuti peraturan yang berlaku serta menjaga lingkungan masing-masing dalam keadaan baik sehingga banjir tidak akan terjadi pada saat hujan turun.
3. Pembangunan bangunan seharusnya memperhatikan aspek-aspek lingkungan dengan menyediakan sedikit lahan terbuka sebagai tempat resapan air atau dengan membuat lubang-lubang biopori untuk wilayah sempit untuk membantu mempercepat proses penyerapan air kedalam tanah sehingga air hujan yang turun tidak akan menimbulkan genangan banjir.
(53)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kota Bandar Lampung. (Online). http://id.wikipedia.org/. Diakses Selasa, 2 April 2013. Pukul 15.20 WIB.
---. 2013. Banjir, Pemkot Bantu Beras dan Sembako. Dimuat dalam Lampung Post, 27 Januari 2013.
---. 2013. Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2013. Bandar Lampung: BPS Kota Bandar Lampung.
---. 2013. Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011 – 2030. Bandar Lampung: BAPPEDA Kota Bandar Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bintarto R dan Hadisumarno, Surastopo. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.
Brad21. 2011. Perkampungan di Kaliawi Bandar Lampung-Jan. 2011. (Online). http://www.panoramio.com/photo/47721251. Diakses Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.20 WIB.
Harjono, Yulvianus. 2013. Kerugian Banjir di Bandar Lampung Capai Rp 60 Miliar. Dimuat dalam Kompas, 29 Januari 2013.
Kodoatie, Robert J. dan Sjarief, Roestam. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi Offset.
---. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi Offset.
Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto. 2002. BANJIR Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(54)
76
Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Marta, Budhi. 2013. Foto Udara Warna Warni Kaliawi. (Online). http://twicsy.com/i/R6cUbd. Diakses Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.20 WIB. Miswar, Dedy. 2012. Kartografi Tematik. Bandar Lampung: Aura.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prasetyo, Agustinus Budi. 2009. Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana Banjir di Kota Surakarta Tahun 2007. (Skripsi). Solo: Program Studi Pendidikan Geografi. Universitas Negeri Surakarta.
Prastowo, Andi. 2011. Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Purnama, Asep. 2008. Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai Cisadane Menggunakan Sistem Informasi Geografi. (Skripsi). Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor.
Rachim, Djunaedi A dan Arifin, mahfud. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Bandung: Penerbit Pustaka Reka Cipta.
Rohman, Ahmad Abdul. 2012. Kesiapsiagaan Tingkat Rumah Tangga dalam Mengantisipasi Bencana Banjir (Studi Kasus Kali Lamong Kabupaten Gresik). (Tesis). Bandung: Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut Teknologi Bandung.
Rosana.2003. Bahan Ajar Kartografi. (Bahan Ajar) Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Subarjo, M. 2006. Meteorologi dan Klimatologi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Sugiyanta, I Gede. 2003. Geomorfologi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, Rudi. 2015. Hujan Lebat, Bandar Lampung Banjir. (Online) http://bandarlampungku.com/. Diakses Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.20 WIB.
(55)
77
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Alumni: Bandung.
Sumadi. 2003. Filsafat Geografi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Yulaelawati, Ella dan Syahid, Usman. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta: Grasindo.
(1)
33
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa kondisi umum daerah penelitian, keadaan dan penggunaan lahan yang ada, peta daerah penelitian serta data data pendukung lainnya yang didapat dari instansi terkait mengenai permasalahan banjir.
2. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mendukung teknik dokumentasi yang telah dilakukan dengan melakukan pengambilan foto pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
G. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010:244) berpendapat bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analitik yang bertujuan untuk menjabarkan atau mendeskripsikan lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung yang ditinjau berdasarkan tingkat kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah serta penyebab banjir.
(2)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai kejadian banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 yaitu di Kelurahan Durian Payung, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Kaliawi, Kelurahan Kelapa Tiga dan Kelurahan Gotong Royong.
2. Kemiringan lereng pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah daerah yang terletak pada kategori kemiringan lereng 0-8% (wilayah datar).
3. Penggunaan lahan pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah wilayah yang didominasi oleh kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa.
4. Jenis tanah pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah tanah jenis latosol. 5. Penyebab utama terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota
(3)
74
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan d mengenai kejadian banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, saran yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Pemerintah Kota Bandar Lampung hendaknya memperhatikan penataan kota yang sesuai dengan karakteristik suatu wilayah. Selanjutnya dapat melakukan upaya upaya seperti tidak sembarangan memberi ijin untuk membangun bangunan, khususnya di wilayah yang sudah sangat jarang ditemui lahan kosong agar titik banjir tidak meluas menyebar ke daerah-daerah lain yang belum pernah mengalami banjir.
2. Masyarakat seharusnya mengikuti peraturan yang berlaku serta menjaga lingkungan masing-masing dalam keadaan baik sehingga banjir tidak akan terjadi pada saat hujan turun.
3. Pembangunan bangunan seharusnya memperhatikan aspek-aspek lingkungan dengan menyediakan sedikit lahan terbuka sebagai tempat resapan air atau dengan membuat lubang-lubang biopori untuk wilayah sempit untuk membantu mempercepat proses penyerapan air kedalam tanah sehingga air hujan yang turun tidak akan menimbulkan genangan banjir.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kota Bandar Lampung. (Online). http://id.wikipedia.org/. Diakses Selasa, 2 April 2013. Pukul 15.20 WIB.
---. 2013. Banjir, Pemkot Bantu Beras dan Sembako. Dimuat dalam Lampung Post, 27 Januari 2013.
---. 2013. Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2013. Bandar Lampung: BPS Kota Bandar Lampung.
---. 2013. Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011 – 2030. Bandar Lampung: BAPPEDA Kota Bandar Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bintarto R dan Hadisumarno, Surastopo. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.
Brad21. 2011. Perkampungan di Kaliawi Bandar Lampung-Jan. 2011. (Online). http://www.panoramio.com/photo/47721251. Diakses Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.20 WIB.
Harjono, Yulvianus. 2013. Kerugian Banjir di Bandar Lampung Capai Rp 60 Miliar. Dimuat dalam Kompas, 29 Januari 2013.
Kodoatie, Robert J. dan Sjarief, Roestam. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi Offset.
---. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi Offset.
Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto. 2002. BANJIR Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(5)
76
Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Marta, Budhi. 2013. Foto Udara Warna Warni Kaliawi. (Online). http://twicsy.com/i/R6cUbd. Diakses Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.20 WIB. Miswar, Dedy. 2012. Kartografi Tematik. Bandar Lampung: Aura.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prasetyo, Agustinus Budi. 2009. Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana Banjir di Kota Surakarta Tahun 2007. (Skripsi). Solo: Program Studi Pendidikan Geografi. Universitas Negeri Surakarta.
Prastowo, Andi. 2011. Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Purnama, Asep. 2008. Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai Cisadane Menggunakan Sistem Informasi Geografi. (Skripsi). Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor.
Rachim, Djunaedi A dan Arifin, mahfud. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Bandung: Penerbit Pustaka Reka Cipta.
Rohman, Ahmad Abdul. 2012. Kesiapsiagaan Tingkat Rumah Tangga dalam Mengantisipasi Bencana Banjir (Studi Kasus Kali Lamong Kabupaten Gresik). (Tesis). Bandung: Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut Teknologi Bandung.
Rosana.2003. Bahan Ajar Kartografi. (Bahan Ajar) Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Subarjo, M. 2006. Meteorologi dan Klimatologi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Sugiyanta, I Gede. 2003. Geomorfologi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, Rudi. 2015. Hujan Lebat, Bandar Lampung Banjir. (Online) http://bandarlampungku.com/. Diakses Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.20 WIB.
(6)
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Alumni: Bandung.
Sumadi. 2003. Filsafat Geografi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Yulaelawati, Ella dan Syahid, Usman. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta: Grasindo.