Sukarno Berjalannya Post Behavioralisme

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 176 menjadi pemimpin revolusi. Membuatnya layak menduduki posisi ujung tombak revolusi Indonesia. Dengan ditambah kefasihan lidah, nasionalisme yang menggelegak, patriotism yang bergelora, serta kharisma yang luar biasa. Membuat dirinya menjadi satu-satunya sosok yang paling tempat menjadi ujung tombak revolusi Indonesia. Namun sayangnya, teori hukum revolusi yang diperkenalkannya sendiri pada tahun 1964 tersebut. Telah gagal dijalankannya, pasca sepuluh tahun menikmati kemenangan revolusi dengan diproklamsikannya kemerdekaan RI tahun 1945. Tepatnya pasca pemilu 1955, dengan dukungan militer, serta frustasinya akan jatuh bangunnya kabinet, dan perdebatan panjang perumusan dasar Negara di konstituante. Sukarno “terjebak” untuk melenceng dari rel dan hukum revolusi yang diperkenalkan dan digandrunginya sendiri. Sukarno hanya sukses menjalankan separuh revolusi yang digandrunginya. Yakni mengalunkan simfoni destruktif revolusi, dengan mengusir Imperialisme dari Ibu Pertiwi. Namun dirinya miskin konsepsi untuk mengalunkan simfoni konstruktif revolusi yang digandrunginya. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 177

BAB V Penutup

A. Kesimpulan

Satu hal penting dan yang utama membuat Sukarno ditahbiskan oleh sejarah sebagai ujung tombak revolusi Indonesia adalah, kemampuannya yang luar biasa dalam menyatukan dan menggerakkan massa. Sukarno menyebutnya dengan machtsvorming penyusunan kekuatan masa dan machtsaanwending penggunaan kekuatan masa. Sebuah hal mendasar yang paling menentukan jalannya sejarah yang membuat Sukarno menjadi ujung tombak revolusi Indonesia. Sebuah keisitimewaan yang sama sekali tidak dimiliki tokoh lain ketika itu. Tan Malaka adalah seorang intelektual dan pemikir dirinya lebih cocok sebagai seorang pencipta konsepsi, Tan kharismanya terlalu garing untuk dapat menarik massa. Hatta pun juga demikian dia dalam perjalanan sejarah memang lebih tepat untuk ditempatkan sebagai pendamping sekaligus pengerem jiwa nasionalisme yang menggelegak dari Sukarno. Sedangkan M. Natsir lebih tepat disebut sebagai seorang cendekiawan dan ulama. Apa yang ditampilkan Sukarno jika dilihat dengan kacamata politik adalah sebuah fakta berjalannya pendekatan Post Behavioralisme dimana seorang aktor politik mempengaruhi sebuah proses politik yang ada. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 178

B. Rekomendasi Saran

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini. Diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas pandangan, tentang peran bapak bangsa yakni Sukarno selama masa pergerakan nasional untuk mengusir Imperialisme. Sukarno memanglah mempunyai kontroversi tersendiri, tetapi terlalu munafik bagi siapa pun jika menutup mata akan jasanya yang luar biasa untuk bangsa ini. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memicu kajian yang lebih dalam tentang peran para bapak bangsa selama masa pergerakan nasional. Agar kita semua lebih mengerti sejarah bangsa kita, dan tidak melupakan peran para bapak bangsa dalam perjuangannya mencapai cita-cita luhur melahirkan Indonesia Merdeka.