Proklamasi Bukan Paksaan Kemerdekaan Bukan Hadiah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 97 Gambir, Domei, dan berlanjut ke Gedung Kempetai pasca Proklamasi dibacakan nanti. Namun menjelang pukul 18.00 Sukarno mengabarkan bahwa Proklamasi tidak akan dilaksanakan hari itu, karena harus melalui Sidang PPKI yang akan dilangsungkan esok hari. 111 Sedang sore harinya di saat yang hampir bersamaan, Hatta didatangi dua orang pemuda di kediamannya. Dua orang pemuda tersebut adalah Soebadio Sastrosatomo dan Soebianto, 112 mereka mendatangi Hatta guna mendesak Hatta agar kemerdekaan jangan dinyatakan melalui PPKI. Karena PPKI adalah buatan Jepang, mereka mendesak agar Hatta meminta kepada Sukarno agar Kemerdekaan diproklamasikan langsung oleh Sukarno tanpa melalui PPKI. Menanggapi desakan dua pemuda ini, Hatta tetap pada pendiriannya yang menginginkan Kemerdekaan harus melalui PPKI sebagai jalur legal yang diakui. Melihat sikap Hatta yang tidak mau berubah sedikitpun, dua orang pemuda itu kemudian menyebut Hatta sebagai sosok yang sama sekali tidak revolusioner. Mendengar cercaan dari pemuda ini, yang menyatakan dirinya tidak revolusioner Hatta hanya tersenyum dan mengatakan. “ Tindakan yang akan engkau adakan itu bukanlah revolusi, tetapi putsch, seperti yang dahulu dilakukan di Muenchen tahun 1923 oleh Hit ler.” 113 111 Osa Kurniawan Ilham, Proklamasi Sebuah Rekonstruksi...,168 112 Soebianto dan Soebadio Adalah Saudara kandung dari Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, putra dari Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia. Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo dalah ayahanda dari Letjend Purnawirawan Prabowo Subianto 113 Muhammad Hatta, Untuk Negeriku: Menuju Gerbang Kemerdekaan : Sebuah Otobiografi Jilid III. Jakarta: Kompas, 2011, 78 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 98 Dalam Otobiografinya Hatta mengisahkan. Dua orang pemuda tersebut, ketika mendengar kalimat Hatta itu. Mereka malahan lebih marah dan terus pergi dengan mengucapkan perkataan, “Bung Hatta tidak bisa diharapkan untuk Revolusi.” Pada malam harinya para anggota PPKI yang berasal dari berbagai daerah, telah hadir di Jakarta. Mereka menginap di Hotel Des Indes. Hatta sendiri pada malam harinya menyiapkan teks proklamasi di rumahnya. Sedangkan di tempat lain para pemuda seperti Chairul Saleh, Wikana, D.N Aidit, A.M Hanafi, Subadio Sastrosatomo, Yusuf Kunto, Eri Sudewo, dan Abu Bakar Lubis. Berkumpul guna menggelar rapat di belakang Gedung Eykman Institute, dalam pertemuan tersebut diputuskan Wikana ditunjuk sebagai juru bicara untuk mendesak Sukarno sesegera mungkin memproklamasikan kemerdekaan. 114 Pada malam hari tepatnya pukul 22.00, tanggal 15 Agustus 1945 para pemuda sesuai kesepakatan rapat di belakang Gedung Eykman Institute mendatangi rumah Sukarno. Para pemuda hadir di rumah Sukarno untuk mendesak Sukarno agar sesegera mungkin memproklamasikan kemerdekaan. Saat itu sedang berada di rumah bersama beberapa orang. Diantaranya Sayuti Melik dan Istrinya S.K Trimurti selaku Sekretaris Sukarno. Mereka semua sedang sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk rapat PPKI esok hari. Di tengah kesibukannya, Sukarno didatangi beberapa pemuda yang bertujuan mendesaknya untuk sesegera mungkin memproklamasikan Kemerdekaan tanpa melalui PPKI. Sedang di tempat 114 Osa Kurniawan Ilham, Proklamasi Sebuah Rekonstruksi...,172 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 99 lain Hatta yang sedang berada di rumahnya guna menyiapkan teks proklamasi yang akan dibacakan nanti, didatangi Ahmad Subarjo. Subarjo mengajak Hatta agar segera pergi ke Jl. Pegangsaan Timur No.56 di rumah Sukarno. karena disana Sukarno sedang dikerumuni paran pemuda yang mendesaknya segera mengobarkan revolusi. 115 Chairul Saleh yang pertama mendesak Sukarno untuk melaksanakam revolusi besar. “Sekarang, Bung Sekarang Mala mini... Kita punya pasukan PETA, Pemuda, Barisan Pelopor, Pasukan Heiho yang siap mendukung. Dengan perintah Bung, Jakarta akan berkobar-kobar. Beribu-ribu pasukan bersenjata yang besar dimulai dan kekuatan pasukan Jepang akan dilumpuhkan.” 116 Wikana yang sebelumnya pada rapat di belakang Gedung Eykman Institute ditunjuk sebagai juru bicara, menjadi orang yang paling keras mendesak Sukarno saat itu. Menanggapi desakan para pemuda Sukarno masih tenang, dan mencoba memberi penjelasan. “Anggaplah kalian dapat mengobarkan revolusi di Jakarta. Baik, tetapi apa rencana kalian dengan tempat- tempat lain yang jauh dari sini…. Kalian tidak tahukan? Bahkan tidak seorang pun dari kalian yang memikirkan hal ini…” 117 “Aku terlibat dalam soal perjuangan kemerdekaan ini lebih lama daripada kalian, jadi jangan kalian mengira bisa menekanku” 118 Hatta yang hadir bersama Subarjo dalam pertemuan tersebut, juga menegaskan kepada para pemuda. Bahwa dirinya bersama Sukarno tidak bisa dipaksa-paksa untuk membacakan Proklamasi. Kecuali jika para 115 Muhammad Hatta, Untuk Negeriku: Menuju Gerbang Kemerdekaan…,78 116 Adams…,250 117 Ibid…,251 118 Ibid…,252 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 100 pemuda mampu melakukan proklamasi sendiri, maka silahkan saja dilakukan sendiri. Tidak usah menyeret-nyeret Sukarno-Hatta. 119 Melihat sikap Sukarno yang tidak berubah sedikitpun, salah seorang pemuda mengejek Sukarno dengan suara pelan. “Boleh jadi Bung Besar Kita Takut. Boleh jadi dia melihat hantu dalam gelap. Boleh jadi dia tetap menunggu-nunggu perintah dari Tenno Heika ” 120 Wikana sang juru bicara kelompok pemuda dengan suara parau menggertak Sukarno. “Kami tidak ingin mengancammu Bung, Tapi Revolusi sekarang ada di tangan kami dan Bung di bawah kekuasaan kami. Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu…” “Lalu apa..?” Teriak Bung Karno dengan keras menunjukkan amarahnya karena digertak Wikana. Sukarno lalu melompat ke tengah para pemuda, menekuk kepalanya, dan menjulurkan lehernya, membuat gerak untuk memotong tenggorokannya. Dengan nada sangat marah Sukarno berkata. “Ini leherku. Boleh potong…Hayo, boleh penggal kepalaku…kalian bisa membunuhku..tapi aku tidak pernah mengambil risiko untuk melakukan pertumpahan darah yang sia-sia, hanya karena kalian hendak melakukan sesuatu menurut kemauan kalian. ” 121 Melihat reaksi Sukarno yang sedemikian marah tersebut, para pemuda langsung terdiam. Suasana di rumah Sukarno malam itu menjadi mencekam, dan setelah terdiam beberapa lama Sukarno memerintahkan para pemuda membubarkan diri. Jarum jam pada saat itu menunjukkan 119 Walentina Waluyanti De Jonge, Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan...,272 120 Adams…,252 121 Adams..,253 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 101 pukul 12 malam. Mereka semua saat itu langsung pamit, dan membubarkan diri. Meskipun digertak sedemikian rupa, Sukarno tetap pada pendiriannya guna memproklamasikan kemerdekaan melalui PPKI. Karena PPKI adalah badan legal yang tepat untuk mensahkan kemerdekaan RI secara yuridis. Hal yang harus dihadapi saat ini bukanlah Jepang yang sudah kalah dalam Perang Dunia II. Melainkan tentara Belanda yang akan datang dibonceng sekutu, untuk kembali berkuasa di Indonesia. Dengan melalui PPKI,maka kemerdekaan Indonesia mempunyai landasan yang sah untuk diakui. Pasca perdebatan yang melelahkan dengan para pemuda tersebut, Sukarno tak bisa tidur sampai menjelang pagi.Pukul 3 pagi menjelang Subuh Sukarno makan sahur 122 Pasca dari makan sahur tersebut, Sukarni dengan sebilah pisau yang disarungkan di pinggang, yang menurut Sukarno seperti petualang sejati. Datang bersama sekelompok pemuda guna membawa Sukarno bersama istrinya Fatmawati yang membawa Guntur yang masih bayi. Sukarni dan para pemuda lain saat itu beralasan akan terjadi revolusi di Jakarta, dan Sukarno harus diamankan dahulu. Mereka lalu disuruh naik ke mobil yang sudah disiapkan, ditengah perjalanan terdapat kendaraan lain yang berisikan tawanan lain di dalamnya. Hatta turut dibawa dalam penculikan para pemuda ini. Mereka semua kemudian dibawa ke Rengasdengklok, dan diinapkan di rumah seorang Tionghoa bernama Djiauw Kie Song. Sang pemilik rumah sendiri 122 Bulan Agustus 1945 saat itu juga bertepatan dengan bulan Ramadhan 1366 H digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 102 sudah disuruh pindah oleh pasukan PETA Pembela Tanah Air ke rumah anaknya. 123 Selama di Rengasdengklok, Sukarno bersama Istrinya Fatmawati, dan Hatta hanya menganggur seharian. Tidak ada perundingan sama sekali disana, mereka semua hanya bergantian menggendong Guntur yang masih bayi. Saat menggendong Guntur, Hatta mendapat sedikit masalah dimana pantalonnya dikencingi oleh Guntur yang masih bayi. 124 Sedangkan di tempat lain, di Gedung Sanyo Jl. Pejambon 2 Jakarta. Rapat PPKI batal dilaksanakan karena ketiadaan Sukarno-Hatta, Ahmad Subarjo yang ditugasi mengurusi rapat PPKI kemudian mencari Sukarno-Hatta di tempat Laksamana Maeda. Laksamana Maeda ketika mendengar menghilangnya Sukarno-Hatta, kaget dan menyuruh asistennya Nishijima guna mencari Sukarno-Hatta. Setelah seharian mencari, ketika mencari di Asrama Indonesia Merdeka di Jalan Gunung Sahari. Shigetada Nidhijima bertemu dengan Wikana, dari sana Nishijima berhasil mendesak Wikana untuk mengaku dimana Sukarno-Hatta berada. Ketika mengetahui dimana pastinya Sukarno-Hatta berada, Nishijima lalu langsung menemui Ahmad Subarjo guna memberitahukan dimana Sukaeno-Hatta berada. 125 Setelah mengetahui dimana posisi Sukarno-Hatta berada, Ahmad Subarjo langsung bergegas menuju Rengasdengklok guna menjemput Sukarno-Hatta. Mereka semua kemudian sampai kembali di Jakarta pukul 123 Walentina Waluyanti De Jonge, Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan...,339 124 Ibid…,343 125 Osa Kurniawan Ilham, Proklamasi Sebuah Rekonstruksi...,215 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 103 22.00. Sesampainya di Jakarta Sukarno memerintahkan Sukarno agar mengontak Hotel Des Indes, tempat dimana para anggota PPKI menginap. Anggota PPKI secara keseluruhan siap untuk mengadakan rapat malam itu juga, namun masalahnya Hotel Des Indes tidak bisa digunakan sebagai tempat rapat karena sudah melebihi pukul 22.00 malam. Menghadapi kenyataan yang demikian, Subarjo lalu menghubungi Laksamana Maeda guna meminta kesediaannya agar rumahnya dipakai untuk rapat PPKI. Mendengar permintaan Subarjo, Maeda yang memang bersimpati pada Perjuangan Kemerdekaan Indonesia membolehkan rumahnya dijadikan tempat rapat PPKI. Sebelum berangkat menuju rumah Laksamana Maeda, Hatta ditelpon Kepala Somubuco Departemen Urusan Umun Mayjend Nishimura. Nishimura mengundang Sukarno-Hatta agar datang ke kantornya. Ketika sampai di Kantor Nishimura, Sukarno-Hatta mendapat kabar buruk, Nishimura menyatakan Jepang batal memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Karena Jepang telah kalah perang, sehingga harus tunduk pada perintah sekutu untuk mempertahankan Status Quo Indonesia sampai sekutu datang nanti. 126 Menghadapi kenyataan yang sedemikian pahit, Sukarno lalu mendebat Nishimura dan menanyakan tanggung jawabnya sebagai seorang samurai. “Anda seorang samurai Jenderal Terauchi di Dalat telah menyerahkan urusan ini kepada kami. Tunjukkan Jiwa Samurai Tuan” 127 126 Walentina Waluyanti De Jonge, Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan...,360 127 Ibid digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 104 Namun sayangnya desakan dari Sukarno sama sekali tak membuahkan hasil apa pun. Jenderal Nishimura tetap pada pendiriannya, Indonesia dilarang memproklamasikan Kemerdekaan. Karena sejak jam 13.00 siang itu, Jepang harus mempertahankan Status Quo Indonesia. Meski demikian Sukarno-Hatta tak patah arang, dan tak menggubris arahan dari Nishimura. Rencana penyusunan teks proklamasi harus tetap dilaksanakan. Malam itu juga Sukarno-Hatta bersama puluhan anggota PPKI yang lain mengadakan rapat penyusunan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Dalam pertemuan tersebut Sukarno lupa tidak membawa teks Piagam Jakarta. Sedangkan Hatta juga tidak menyelesaikan teks proklamasi yang dibuat di rumahnya sebelumnya, karena keburu dilarikan ke rumah Sukarno. Karena itu Sukarno menyarankan, agar membuat teks proklamasi yang pendek saja, dan menyarankan Hatta saja yang menyusun kalimatnya. “Kalau begitu kita bikin teks yang pendek saja. Bung Hatta kan lebih tahu Bahasa Indonesia ketimbang saya. Karena itu tulislah dan pikirkanlah.” “Bung, kalau memikir dan menulis sekaligus agak berat. Saya yang memikirkan kalimat- kalimatnya, Bung Karno yang menulis.” 128 Demikianlah diskusi diantara dua Bapak Bangsa kita tentang penyusunan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Hatta yang memikirkan kalimatnya, sedangkan Sukarno yang menuliskannya. Sukarno sendiri menuliskan teks Proklamasi di atas selembar kertas bergaris biru seperti kertas buku tulis anak sekolahan. Akhirnya 128 Osa Kurniawan Ilham, Proklamasi Sebuah Rekonstruksi...,248 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 105 disepakatilah bunyi teks proklamasi sebagaimana yang kita dengar sekarang. Proklamasi Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat- singkatnya. Jakarta, 17-8-1945 Atas nama Bangsa Indonesia Sukarno Hatta Kepada Cindy Adams Sukarno mengisahkan penulisan teks Proklamasi ini. “Pernyataan ini tidak dipahatkan diatas perkamen dari emas. Kalimat- kalimat ini hanya digoreskan diatas secarik kertas. Seseorang memberikan buku catatan bergaris-garis biru seperti yang dipakai pada buku tulis anak sekolah. Aku menyobeknya selembar dan dengan tanganku sendiri menuliskan kata-kata proklamasi diatas garis-garis biru itu. Kami juga tidak mencari pena bulu ayam agar sesuai tradisi. Siapa yang sempat memikirkan soal itu? Kami bahkan tidak menyimpan pena bersejarah yang dipakai menuliskan kata- kata yang hidup abadi itu.” 129 Teks Proklamasi ini kemudian diserahkan Sukarno kepada Sukarni agar diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Sayuti Melik kemudian mengetiknya dengan mesin ketik buatan Jerman yang berada di sebuah ruangan dekat dapur, rumah Laksamana Maeda. Selesai mengetik Sayuti Melik lalu menyerahkan hasil ketikannya kepada Sukarni, dan 129 Adams…,264 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 106 Sukarni langsung memberikannya ke Sukarno. Sedangkan bagaimana nasib rumusan teks proklamasi yang ditulis Sukarno diatas selembar kertas. Rumusan teks proklamasi tersebut justru terbuang ke tong sampah. Untunglah, B.M Diah yang menyadari bahwa itu Adalah dokumen bersejarah yang sangat penting akhirnya memungutnya. Tanggal 29 Mei 1992, rancangan tersebut baru diserahkannya ke Pemerintah. 130 Lewat pukul 04.00, naskah proklamasi selesai dirumuskan, diketik dan ditandatangani. Sukarni mengatakan kepada Sukarno bahwa Lapangan Ikada sudah dipersiapkan untuk pembacaan Proklamasi. Mendengar hal ini Sukarno tak setuju, karena terlalu rawan diserang Jepang. Sukarno menyatakan bahwa lebih baik Proklamasi dilaksanakan di rumahnya Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta Jam 10.00 pagi. 131 Namun karena koordinasi para pemuda sebelumnya, kabar Lapangan Ikada yang akan dijadikan tempat pembacaan Proklamasi terlanjur menyebar di sebagian orang. Pasca dari rumah Maeda semua peserta rapat, temasuk Sukarno- Hatta pulang kembali ke rumah masing-masing. Pada pukul 07.00 rumah Sukarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56 sudah dipadati oleh ratusan orang. Mereka membawa berbagai peralatan dan senjata, mulai dari bambu runcing, sekop, palu, cangkul, sekop, parang dan lain lain untuk mengamankan jalannya proklamasi. Pagi itu Sukarno terserang demam. Menurut dr. Soeharto yang memeriksanya saat itu kondisi yang dialami Sukarno ini adalah hal yang 130 Osa Kurniawan Ilham, Proklamasi Sebuah Rekonstruksi...,253-254 131 Ibid…,254 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 107 normal. Ini Adalah efek dari tubuhnya kelelahan sehingga membuat penyakit Malaria Tertiana yang dideritanya kambuh. Atas izin Sukarno, dr. Soeharto member suntikan chinine-urethan intramusculair lalu meminta Sukarno meminum broom chinine dan membiarkan Sukarno tidur kembali. 132 Sampai pada pukul 09.50 Sukarno masih berada di kamarnya, dan Hatta juga belum hadir. Melihat kondisi ini, massa yang hadir di rumah Sukarno menjadi khawatir, jika Proklamasi tidak segera dibacakan Jepang yang bisa datang setiap saat dapat membuat Proklamasi menjadi batal. Dr. Muwardi yang bertanggung jawab terhadap keamanan Proklamasi. Dengan suara keras mendesak Sukarno agar segera mungkin membacakan Proklamasi meskipun Hatta tidak datang. Mendengar desakan dr.Muwardi, Sukarno marah, dan balik membentak. “Silakan membacakan Proklamasi sendiri Saya tidak akan membacanya jika tanpa Hatta.” Dalam ketegangan tersebut, sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Hatta yang dijuluki ‘manusia jam’ karena selalu tepat waktu datang satu menit sebelum jam 10.00. 133 Setelah kedatangan Hatta, Sukarno sebagai pemimpin Revolusi dengan didampingi Hatta kemudian berpidato sejenak dan membacakan Proklamasi sebagaimana yang telah dirumuskan sebelumnya. Saudara-saudara sekalian Saya telah meminta saudara-saudara hadir disini untuk menyaksikan satu perisitwa mahapenting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun, kita Bangsa Indonesia, telah berjuang untuk Kemerdekaan Tanah Air kita, bahkan telah berates-ratus tahun Gelombangnya aksi kita untuk 132 Ibid...,271 133 Walentina Waluyanti De Jonge, Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan...,379 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 108 mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju kea rah cita-cita. Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-henti. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri. Sekarang tiba saatnya kita benar-benar mengambil nasib Bangsa dan nasib Tanah Air di dalam tangan kita sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seiya sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekat itu. Dengarkanlah Proklamasi kami: Proklamasi Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17-8-1945 Atas nama Bangsa Indonesia Sukarno Hatta 134 Demikianlah perjalanan Sukarno, serta perjalanan Bangsa Indonesia dalam perjuangannnya demi memperoleh satu cita-cita mulia yang bernama Kemerdekaan. Sukarno sendiri pasca memproklamasikan kemerdekaan keesokan harinya pada rapat PPKI, didaulat sebagai Presiden dari Republik yang baru saja berdiri dengan didampingi Hatta sebagai Wakil Presiden. Keduanya kini menyandang predikat sebagai Dwitunggal. 134 Ir. Sukarno, Dibawah Bendera Revolusi Jilid II...,4-5 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 109

BAB III Sukarno 1945-1966

Peran Politik Semasa Menjadi Presiden

A. Kebijakan Pertama Sang Presiden Pertama RI

Setelah selama 3,5 abad berada di bawah belenggu penjajahan Belanda, serta 3,5 tahun di bawah kekuasaan Jepang yang menyengsarakan. Perjuangan rakyat Indonesia, serta pahalawan terdahulu yang telah berlangsung sekian puluh tahun. Akhirnya terselesaikan dengan diproklamasikan nya Kemerdekaan Republik Indonesia oleh pasangan “Dwitunggal” Sukarno-Hatta. Sehari pasca Proklamasi keduanya lalu didaulat sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama bgi Republik yang masih terlahir dalam rapat PPKI tertanggal 18 Agustus 1945. Dalam rapat tersebut juga disahkan UUD 1945 sebagai Undang-undang Dasar Negara, serta dibentuknya KNIP sebagai Badan Legislatif yang kelak menjadi embrio DPR RI. Setelah dipilih untuk menjadi pemimpin bagi Republik yang baru berdiri. Sukarno selaku Presiden dan Pemimpin Revolusi tersebut, pulang dengan berjalan kaki ke rumahnya. Di tengah perjalanan Sukarno bertemu dengan seorang Marhaen yang berjualan sate di kaki digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 110 lima dengan tanpa alas kaki. Dari situ kemudian sang Presiden dari Republik yang baru saja berdiri tersebut, mengeluarkan perintahnya yang pertama. “Sate Ayam Lima Puluh Tusuk”. Demikianlah kegiatan pertama Sukarno setelah resmi ditetapkan sebagai seorang Presiden. Dirinya memesan lima puluh tusuk sate dari tukang sate yang ditemuinya di pinggir jalan, lalu menikmati sate yang dipesannya tersebut dengan berjongkok di pinggir tempat sampah dan selokan. 1 Bagi Sukarno sendiri ini merupakan bentuk pesta perayaan dari kehormatan yang baru saja dianugerahkan kepadanya. Pasca diproklamasikannya Kemerdekaan RI, rakyat menjadi terlaurut dalam kegembiraan. Kegembiraan dalam menikmati manisnya Kemerdekaan. Sebuah cita-cita luhur yang telah diperjuangkan selama 3,5 abad, impian untuk keluar dari belenggu penderitaan penjajahan tersebut kini telah tercapai. Pekik suara “Merdeka” berkumandang dimana-mana, kata “Merdeka” menjadi sapaan keakraban rakyat kala bertemu satu sama lain.Guna mendukung serta menambah rasa manis dari euforia kemerdekaan ini. Pemerintah RI dibawah Presiden Sukarno mengeluarkan Kebijakan tertulis berupa Maklumat Pemerintah tertanggal 31 Agustus 1945, yang isinya menetapkan pekik perjuangan “Merdeka” sebagai salam nasional. Maklumat ini mulai berlaku tanggal 1 Sepetember 1945, sejak saat itu pekik perjuangan “Merdeka resmi menjadi salam nasional. Caranya adalah dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan 1 Adams…,270 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 111 menghadap ke muka dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”. Sejak saat itu diantara Rakyat, jika saling bertemu mereka spontan memekikkan salam “Merdeka”. 2 Seorang wartawan Belanda, Alfred van Sprang mempunyai pengalaman tersendiri pada tahun 1945, terkait salam “Merdeka”. Van Sprang mengisahkan bagaimana operator telepon di Hotel Preanger Bandung tidak melayani permintaannya untuk dihubungkan ke sebuah nomor, karena ia tidak membalas salam “Merdeka” dari Sang Operator. Berikut secuplik kisah pengalaman Van Sprang sebagaimana direkam oleh sejarawan De Jonge. 3 “Merdeka” Operator itu memekik di telinga saya. Dengan sopan saya bertanya, “Boleh saya dihubungkan dengan nomor satu-empat-empat- tujuh?” Operator itu masih berseru, “Merdeka” Saya masih cukup bersabar, “Ya, Bu. Boleh saya tersambung dengan satu-empat-empat- tujuh?” “Merdeka” wanita itu berteriak dengan nada galak. Jadi saya mencoba berbahasa Indonesia, “Satu-empat-empat-tujuh?” Jawabannya seakan nyaris meledak. “Merdeka” Saya masih bertahan, “Satu-empat-empat-tujuh?” Kami berdua saling bertahan dengan sengit. Kami saling berteriak satu sama lain. Kami bertingkah seakan-akan kami tak paham satu sama lain. Selama saya tidak mengucapkan kata “Merdeka”, ia tidak mau menyambungkan saya ke nomor yang saya tuju. S elain pekik “Merdeka” yang terus berkumandang, momen Proklamasi Kemerdekaan juga memberikan kesempatan bagi Sang Saka Merah Putih untuk berkibar secara mandiri. Sang Saka Merah Putih yang diresmikan sebagai Bendera Negara dan Bendera Persatuan sejak Kongres 2 Ibid...,271 3 Walentina Waluyanti De Jonge, Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan...,394 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 112 GAPI Gabungan Politik Indonesia 23-25 Desember 1929, kini dapat berkibar dengan gagah seorang diri. Selama masa pemerintahan Kolonial Belanda tidak dibolehkan berkibar sama sekali, sedangkan pada masa penjajahan Jepang Sang Saka Merah Putih harus berkibar berdampingan dengan bendera Negara Jepang Hinomaru. Sang Saka Merah Putih sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 senantiasa terus berkibar selama berhari-hari, berminggu- minggu, dan berbulan-bulan di halaman rumah Presiden Sukarno. Sebelum akhirnya sang Saka diturunkan dan disimpan ketika pusat pemerintahan RI berpindah ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946 karena kondisi darurat.

B. Membubarkan Rapat Raksasa

Sudah hampir satu bulan Indonesia Merdeka, sudah hampir satu bulan pula usia Proklamasi dan Republik yang baru berdiri ini. Tapi sama sekali belum ada tanda-tanda bahwa Jepang akan menyerahkan kekuasaan, kepada Republik yang baru berdiri. Malah Jepang membuat pengumuman yang membuat Rakyat menjadi semakin gelisah dan semakin marah. Pada tanggal 10 September 1945 Jepang manyatakan, Pemerintahan akan diserahkan kepada sekutu, bukan kepada Indonesia. 4 Rakyat yang mendengar pernyataan ini kemudian melakukan perlawanan yang lebih 4 Ibid…,396 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 113 sengit terhadap tentara Jepang. Rakyat berusaha dengan gigih untuk melucuti tentara Jepang, yang mentalnya sudah jatuh karena kalah dalam Perang Dunia II. Jepang sendiri hanya dapat membela diri menghadapi perlawanan rakyat ini. Sebagai pihak yang kalah perang Jepang memang diperintahkan oleh sekutu untuk mengembalikan Indonesia sebagaimana keadaaan semula Status Quo. Sebelum kedatangan sekutu yang bermaksud kembali menguasai Indonesia. Pengumuman Jepang yang bermaksud mempertahankan keadaan Status Quo Indonesia. Membuat rakyat semakin gelisah dan marah, para pemuda pun juga tak sabar terhadap pemerintah yang dinilainya lamban. Pemerintah dituntut melakukan aksi cepat dan nyata guna merebut kekuasaan dari Jepang. Sukarno-Hatta mengatakan kepada para pemuda, bahwa perebutan kekuasaan akan dilakukan melalui jalur Diplomasi. Karena jalur Diplomasi adalah jalur legal guna mendapat pengakuan Internasional akan kemerdekaan Indonesia. Sejak saat itu terjadi pertentangan diantara kelompok yang Pro Perjuangan Diplomasi dan Kontra terhadap Perjuangan Diplomasi. Kelompok utama yang anti terhadap perjuangan Diplomasi ini adalah kelompok Persatuan Perjuangan yang digawangi oleh Tan Malaka. Dengan alasan agar rakyat dapat memperoleh kejelasan langsung dari para pemimpinnya, maka kelompok pemuda dari Komite van Aksi di Menteng 31 berinisiatif menggerakkan rakyat. Seminggu sebelumnya sudah diumumkan agar rakyat meghadiri