CLEANLINESS OF MANAGEMENT SERVICE ( A Study of Waste Management in Tanjung Karang Pusat Regional in 2013) MANAJEMEN PELAYANAN KEBERSIHAN (Studi Pengelolaan Sampah di Wilayah Tanjung Karang Pusat Tahun 2013)

(1)

ABSTRACT

CLEANLINESS OF MANAGEMENT SERVICE

( A Study of Waste Management in Tanjung Karang Pusat Regional in 2013) by

CORIE MAHARANI

Cleanliness of management service implementation is a government’s effort to tackle the growing waste problem and diverse, especially in Tanjung Karang Pusat regional. This research was aimed to determine and describe the implementation of cleanliness of management service that carried out by Dinas Kebersihan dan Pertamanan agency as a leading sector that handling waste management. In uncovering this problem, researcher used the theory of management functions by Henry Fayol and several other supporting theories. This research is a descriptive study with a qualitative approach. This research was conducted in Dinas Kebersihan dan Pertamanan agency and Tanjung Karang Pusat region.

Based on the research that has been done, it can be concluded that the implementation of management functions within Dinas Kebersihan dan Pertamanan agency was used the traditional management model, but some aspects of the management function has not run quite optimal, because in each of these functions are still containing problems that needs fixing which led to the implementation of cleanliness service has not optimal. Beside that, found several factors that cause delays in the implementation of the cleanliness of management service is on internal aspects, constraints on the quality of human resources in the cleanliness of management service practices are still minimal, because of the educational background of cleanliness workers are low, so make they are difficult to absorb orders from superiors. In addition, waste management nowadays is still not increased and become inhibitory factor. The next problem is a causative factor in the aspects of external constraints found problems with the culture of the people who lacking awareness in keeping the environment clean.


(2)

ABSTRAK

MANAJEMEN PELAYANAN KEBERSIHAN

(Studi Pengelolaan Sampah di Wilayah Tanjung Karang Pusat Tahun 2013) Oleh

CORIE MAHARANI

Pelaksanaan manajemen pelayanan kebersihan merupakan suatu upaya pemerintah dalam menangani persoalan sampah yang semakin meningkat dan beragam khususnya di wialayah Tanjung Karang Pusat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan manajemen pelayanan kebersihan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku leading sector yang berwenang dalam pengelolaan sampah. Dalam mengungkap permasalahan ini, peneliti menggunakan teori fungsi manajemen milik Henry Fayol dan beberapa teori penunjang lainnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan di wilayah Tanjung Karang Pusat.

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan fungsi manajemen di dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan menggunakan model manajemen tradisional, namun beberapa aspek di dalam fungsi manajemen belum berjalan cukup optimal, sebab di masing-masing fungsi tersebut masih ada permasalahan yang harus diperbaiki yang menyebabkan pelaksanaan pelayanan kebersihan belum berjalan optimal. Selain itu, ditemukan beberapa faktor penyebab terhambatnya pelaksanaan manajemen pelayanan kebersihan yaitu pada aspek kendala internal mutu sumber daya manusia dalam praktik manajemen pelayanan kebersihan yang masih minim dikarenakan latar belakang pendidikan baik pegawai maupun satgas dilapangan masih rendah sehingga sulit menyerap perintah dari atasan. Selain itu, pengelolaan sampah yang masih minim turut menjadi faktor penghambat. Faktor penyebab selanjutnya adalah pada aspek kendala eksternal ditemukan permasalahan pada budaya masyarakat yang masih kurang kesadarannya dalam menjaga kebersihan lingkungan.


(3)

MANAJEMEN PELAYANAN KEBERSIHAN

(Studi Pengelolaan Sampah di Wilayah Tanjung Karang Pusat Tahun 2013)

Oleh

CORIE MAHARANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

MANAJEMEN PELAYANAN KEBERSIHAN

(Studi Pengelolaan Sampah di Wilayah Tanjung Karang Pusat Tahun 2013)

(Skripsi)

Oleh

CORIE MAHARANI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Corie Maharani lahir di Kota Bandar Lampung pada tanggal 04 Maret 1992. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ansori AR, S.E dan Ibu Denty Susanti.

Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak Melati Puspa pada tahun 1996-1997, Sekolah Dasar (SD) Xaverius 3 Bandar Lampung pada tahun 1998-2004, SMPN 19 Bandar Lampung pada tahun 2004-2007, SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswi pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Penulis pada tahun 2010 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (Himagara) sebagai anggota dan pada periode tahun 2012-2013 penulis menjabat sebagai anggota dana usaha (danus). Pada tahun 2012-2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2013 di Desa Karang Anyar, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus.


(9)

MOTO

Dz

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk

mencari ilmu, maka Allah memudahkannya

mendapat jalan ke surga

dz

(H.R Muslim)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan

orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya

mereka dengan keberhasilan saat mereka meyerah

(Thomas Alva Edison)

Kebersihan diri dimulai dari kebersihan hati

kemudian terwujud melalui tingkah laku

terhadap sesama manusia dan lingkungan alam


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT...

Kupersembahakan karya kecil ini untuk :

Allah SWT dengan segala kerendahan hati kupanjatkan

syukur atas karuniaMu kepadaku

Ayah dan Ibu serta Kakakku tercinta yang selalu

Memberikan yang terbaik untukku

Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran,

motivasi,

keikhlasan, dan do’a

yang tiada henti

dalam menanti keberhasilanku.

Keluarga besar yang senantiasa menyemangati dan

memberikan nasihat

Para pendidik dengan ketulusannya selalu memberikan arahan

dan bimbingan kepadaku

Sahabatku, Teman, dan almamater tercinta yang

mendewasakanku dalam berpikir dan bertindak serta


(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Manajemen Pelayanan Kebersihan” (Studi Pengelolaan Sampah di Wilayah Tanjung Karang Pusat Tahun 2013), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

3. BapakNana Mulyana, S.IP., M.Si., selaku dosen pembimbing utama penulis. Terimakasih pak atas bimbingan selama ini, saran, arahan, masukan serta


(12)

skripsi ini.

4. Ibu Dr. Novita Tresiana, S.sos., M.Si., selaku dosen penguji dan juga motivator bagi penulis. Terimakasih ibu, atas masukan-masukan, saran, dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dewie Brima Atika, S.IP., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua penulis. Terimakasih atas segala pelajaran berharga yang diberikan kepada penulis walaupun singkat pelajaran ibu awal dari proses skripsi ini.

6. Bapak Dr. Noverman Duadji, S.sos., M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan tenaga selama proses pendidikan hingga akhir.

7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.

8. Ibu Nur sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

9. Pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan teruntuk Bapak A. Budiman, Bapak Siswanto, Bapak Farid, Bapak Rizky dan Bu Shanti yang telah memberikan izin dan meluangkan waktu kepada penulis untuk diwawancarai memberikan informasi, masukan, kerjasama sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pihak UPT Tanjung Karang Pusat teruntuk Bapak Yusuf Musa yang ditengah kesibukan masih berkeinginan untuk diwawancarai dan pihak-pihak lainnya yang telah membantu.


(13)

berharga serta dukungan kepada ku. Ayah yang tak pernah lelah memberikan masukan dalam proses perbaikan skripsi ini dan yang telah bersusah payah dalam membiayai kuliah hingga bisa menjadi sarjana, terimakasih ayah. Ibu yang menjadi penyemangat dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini yang selalu mengingatkan supaya jangan malas dan nunda untuk mengerjakan skripsi, terimakasih bu atas dorongan semangatnya dan jangan pernah lelah dalam mendoakan anak-anaknya agar menjadi orang yang sukses kelak. Kakakku satu-satunya Lia Anastasia, A.md yang selalu bantu dalam proses menyelesaikan skripsi yang kadang cerewet kalau males-malesan mengerjakan skripsi makasih terimakasih buat kepeduliannya dan yakin saja kalau kita pasti bisa membuat orangtua kita bahagia. Keluarga adalah harta berharga untukku lebih dari apapun dan tak akan pernah terganti selamanya. 11. Terima kasih untuk seluruh keluarga besarku yang selalu nanyain kapan

wisuda dan terima kasih atas dukungannya.

12. Terima kasih untuk sahabat sekaligus saudara-saudaraku 4 tahun lamanya CFC Nuzul Liliana, Nona Veronica, Karina Aprilita R, Mery Asnida dan Shela Rohisti atas ketulusan, motivasi, kejujuran dan semangat buat terus mengejar cita-cita dan impian kita dan untuk pelajaran berharga yang telah kita dapat selama ini, semuanya tidak akan pernah terlupakan sampai kita sudah tua nanti. Terimakasih untuk selama ini dan sudah mau paham, maaf kalau kadang masih suka labil. Untuk semangat CFC persaudaraan, dan persahabatan kita, kita pasti bisa dan bakal terus berlari .

13. Terima kasih untuk sahabat-sahabat SMA, Mbakdi yang selalu kasih motivasi ketika lagi jatuh dan paling mengerti di setiap keadaan kita pasti bisa wisuda


(14)

nanyain terus kapan kelar skripsi dan selalu kasih hiburan kalau lagi pening mengerjakan skripsi.

14. Terima kasih juga buat temen-temen ADUSELON,mbak cahya wulandari partner bimbingan skripsi yang sudah bersedia menjadi teman ngobrol diwaktu bimbingan dan bersedia mau membantu, makasih ya mbak. Pandu Pamungkas, S.AN yang kadang masih suka ngambek, tapi bisa jadi temen curhat yang menyenangkan, cepet dewasa ya ndul :p. Bang Satria, Aden, Hepsa, Loy, Bogel, Uyung, Ali Syamsuddien, Rizal (Begh), Rachmani, Hadi Pw,Woro, Namhar. Terus buat Nurul, Hani, Dewinta, Maritha, Maya, Bunga janati, Eeng, Indah Kiting, Jodi, Fadri, Yogis, Anjas, Ade, Aris, Enggi, Desmon,Dita, Rombongan Batak (Sari, Jeni, Ani, Selly dan Dora), Izal, Gideon, Wayan, Ardiansyah, Daus, Gery, Cita, Erisa, Bunga Mayang, Astria, Oyen, Sari Sukma, Thio, Rofii, yang selalu jadi temen diskusi skripsi dan mewarnai perjalanan penulis selama kuliah.

15. Terima kasih untuk Himagara 2007, 2008, 2009 Mbak Fika, Mbak Aisyah, Bang Ruli, Bang Mamang, Mbak Rivha, Mbak Fanny,Bang Izul, Bang Brow, abang-abang dan mbak-mbak yang tidak bisa ditulis satu persatu.

16. Terima kasih untuk adik-adik Himagara 2011, 2012, dan 2013 Purnama, Pewe, Sherly, Frisca, Dara, Yuli, Rhani, Rio, Menceng yang tidak bisa disebutin satu-satu terimakasih untuk semuanya.

17. Dan terakhir makasih buat temen-temen kkn karang anyar 2013 buat pengalaman kekeluargaan kita selama 40 hari.


(15)

akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, 10 Juni 2014 Penulis


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Manajemen ... 11

1. Definisi manajemen ... 11

2. Fungsi-Fungsi Manajemen ... 12

B. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik ... 21

1. Definisi Pelayanan Publik ... 25

2. Organisasi Penyelenggara Pelayanan Publik ... 27

3. Kualitas Pelayanan Publik ... 30

C. Tinjauan Tentang Manajemen Pelayanan Publik ... 32

1. Definisi Manajemen Pelaynan Publik ... 32

2. Konsep New Public Management ... 34

D. Tinjauan Tentang Kebersihan Lingkungan ... 39

1. Definisi Kebersihan Lingkungan ... 39

2. Definisi Sampah... 40

3. Sumber Sampah ... 41

4. Penggolongan Jenis Sampah... 42

5. Dampak dari Sampah ... 46

6. UU Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah ... 47


(17)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian ... 51

B. Fokus Penelitian ... 51

C. Lokasi Penelitian ... 52

D. Jenis dan Sumber Data ... 53

1. Jenis Data ... 53

2. Sumber Data ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 55

1. Wawancara ... 56

2. Dokumentasi ... 56

3. Observasi ... 57

G. Teknik Analisis Data ... 58

H. Teknik Keabsahan Data ... 60

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 64

1. Deskripsi Wilayah Kota Bandar Lampung ... 64

2. Topografi ... 65

3.Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 66

B. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 68

1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 68

2. Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 69

3. Kondisi Topografi ... 70

4. Demografis ... 71

C. Gambaran Umum Dinas Kebersihan dan Pertamanan ... 74

1. Deskripsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan ... 74

2. Tugas Pokok dan Fungsi ... 76

3. Sumber Daya Manusia ... 77

4. Tujuan dan Sasaran ... 80

5. Unit Pelaksana Teknis (UPT) ... 81

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 85

1. Fokus 1 : Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Kebersihan Oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan ... 86

a. Planning (Perencanaan) ... 86

b. Organizing (Pengorganisasian) ... 94

c. Commanding (Pengarahan) ... 105

d. Coordinating (Pengoordinasian) ... 110


(18)

2. Fokus 2 : Kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas

Kebersihan dan Pertamanan dalam Melaksanakan Manajemen

Pelayanan Kebersihan ... 119

a. Kendala Internal ... 119

b. Kendala Eksternal ... 123

B. Pembahasan ... 126

1. Fokus 1 : Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Kebersihan Oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan ... 127

a. Planning (Perencanaan) ... 128

b. Organizing (Pengorganisasian) ... 131

c. Commanding (Pengarahan) ... 137

d. Coordinating (Pengoordinasian) ... 140

e. Controlling (Pengendalian) ... 145

2. Fokus 2 : Kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam Melaksanakan Manajemen Pelayanan Kebersihan ... 148

a. Kendala Internal ... 148

b. Kendala Eksternal ... 152

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 154

B. Saran ... 156 DAFTAR PUSTAKA


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Volume Timbulan dan Pengangkutan Sampah Pemukiman ... 3

Tabel 3.1 Daftar Informan... 53

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah LK dan RT di Wilayah Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 ... 69

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Tiap Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2010 ... 71

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Tiap Kelurahan di Kec. Tanjung Karang Pusat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2002 ... 72

Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Sesuai Dengan Pangkat/Golongan ... 77

Tabel 4.5 Jumlah Pegawai Sesuai Dengan Pendidikan ... 77

Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Sesuai Dengan Tempat Kerja ... 78

Tabel 4.7 Jumlah Pegawai Sesuai Dengan Bidang Tugas ... 78

Tabel 4.8 Daftar dan Wilayah Kerja UPT Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bandar Lampung ... 82

Tabel 5.1 Renstra Dinas Kebersihan dan Pertamanan 2010-2015 ... 88

Tabel 5.2 Rencana Anggaran Dinas Kebersihan dan Pertamanan 2010-2015 ... 89

Tabel 5.3 Sarana dan Prasarana Operasional Kebersihan ... 92

Tabel 5.4 Jumlah Pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan ... 95

Tabel 5.5 Jumlah Pegawai Sesuai dengan Pendidikan... 102

Tabel 5.6 Jumlah Pegawai Sesuai dengan Pendidikan Terakhir ... 103


(20)

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Pikir ... 50 Bagan 4.1 Struktur Organisasi SKPD Disbertam Bandar Lampung... 84 Bagan 5.1 Garis Koordinasi Pengelolaan Sampah dan Kebersihan

di Kota Bandar Lampung ... 113 Gambar 5.1 Kotak Sampah Organik dan Anorganik ... 93


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan masyarakat. Dalam ruang lingkup ilmu administrasi negara pelayanan publik muncul karena adanya kepentingan publik, pemerintah selaku pemegang amanat pemerintahan diharuskan menyusun suatu organisasi tata pemerintahan yang mengacu pada pola pelayanan publik yang memuaskan masyarakat dengan mengedepankan efisensi dan efektivitas. Definisi pelayanan publik menurut Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004 adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Salah satu bentuk pelayanan publik adalah pelayanan kebersihan. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 11 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk itu. Artinya bahwa setiap masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kebersihan.


(22)

Kebersihan merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat di setiap kota karena kebersihan merupakan cerminan keindahan dari sebuah kota. Oleh sebab itu, pemerintah kota perlu menangani secara serius persoalan kebersihan khususnya penanganan masalah sampah.

Permasalahan sampah tidak pernah ada habisnya dan menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar di Indonesia. Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung dimana Bandar Lampung mempunyai wilayah seluas 192,96 km². Tahun 2013, ada penambahan tiga kecamatan lagi sehingga sekarang terbagi dalam 20 kecamatan, selain itu Bandar Lampung terdiri 126 kelurahan dan 26 wilayah kelurahan di daerah pantai. Berkenaan dengan bertambahnya penduduk dikaitkan dengan tata ruang yang terbatas artinya penduduk kian bertambah namun keadaan ruang tetap. Keadaan ruang yang tetap jelas harus menampung sisa-sisa kegiatan yang dilakukan setiap harinya oleh penduduk yaitu sampah. Dampak yang terjadi dengan pertambahan jumlah penduduk sering menimbulkan permasalahan, seperti bertambahnya jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut. Jadi disini terdapat hubungan, yakni antara jumlah penduduk wilayah yang tetap dan sampah yang diproduksi oleh masyarakat, akibatnya beban lingkungan akan semakin berat. Setiap aktivitas yang dilakukan masyarakat biasanya menyisakan sampah, misalnya mengonsumsi makanan ringan yang menyisakan sampah plastik. Begitu juga aktivitas memasak pada setiap rumah tangga yang dilakukan setiap harinya dan aktivitas industri. Setiap harinya para petugas kebersihan harus ekstra bekerja keras menyisir sampah di setiap tempat dan mengangkutnya hingga ke tempat pembuangan akhir.


(23)

Berdasarkan data volume sampah di TPA Bakung pada tahun 2012, bahwa sampah di Bandar Lampung mencapai total volume 2.258 m³ per hari, dengan asumsi sampah per kapita adalah 2,5 liter/orang/hari. Sementara sampah yang dapat diangkut dengan sarana dan prasarana yang ada saat ini baru terangkut sebanyak 1.176 m³ sehingga masih ada sisa sampah sebesar 1082 m³, jadi + 50% sampah yang tidak terangkut. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Volume Timbulan dan Pengangkutan Sampah Permukiman

No. Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Timbulan Sampah (m³) Jumlah Sampah Terangkut (m³)

1. Teluk Betung Barat 59.812 149.53 71.38 2. Teluk Betung Selatan 92.852 232.13 111.10

3. Panjang 63.857 159.64 93.74

4. Tanjung Karang Timur 92.074 230.19 100.92 5. Teluk Betung Utara 62.825 157.06 77.03 6. Tanjung Karang Pusat 72.819 182.05 4.19 7. Tanjung Karang Barat 65.878 164.70 80.23

8. Kemiling 75.745 189.36 83.96

9. Kedaton 88.667 221.67 188.27

10. Rajabasa 45.329 113.32 79.17

11. Tanjung Seneng 43.826 109.57 82.07 12. Sukarame 73.788 184.47 103.35 13. Sukabumi 65.843 164.61 100.50

Jumlah 903.315 2.258 1.176

Sumber : Data base Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

Berdasarkan tabel diatas, jelas terlihat persoalan sampah yang tertumpuk belum sempat terangkut sehingga menimbulkan masalah kebersihan lingkungan. Permasalahan kebersihan itu sendiri terdiri dari banyak faktor, salah satunya yaitu gaya hidup masyarakat yang masih membuang sampah


(24)

sembarangan dan juga manajemen pelayanan kebersihan yang belum maksimal. Data tersebut menunjukkan bahwa pelayanan kebersihan belum berjalan maksimal. Hal ini terlihat pada volume timbulan sampah yang ada di kecamatan Tanjung Karang Pusat yaitu 182.05 m³ dan hanya terangkut 4.19 m³, jadi sekitar lebih dari 60% timbulan sampah di kecamatan tersebut tidak terangkut yang terdiri dari sampah rumah tangga maupun sampah yang dihasilkan di pasar tradisional, supermarket dan pertokoan. Padahal Tanjung Karang Pusat merupakan wilayah pusat dan icon atau wajah dari Kota Bandar Lampung.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan leading sector yang berwenang dalam menangani persoalan sampah di Bandar Lampung tertuang dalam Peraturan Walikota (Perwali) Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Pada pasal 11 bidang kebersihan mempunyai tugas untuk melaksanakan operasional kebersihan meliputi, pelayanan kebersihan, pemeliharaan peralatan kerja dan penataan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Dinas kebersihan dan pertamanan Bandar Lampung berdasarkan Perwali tersebut, tidak hanya melakukan pengelolaan sampah dan upaya pengurangan sampah, sebagai organisasi inti dalam pengelolaan sampah juga harus melakukan koordinasi antar lembaga. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai instansi yang berwenang mengelola sampah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan berkoordinasi dengan beberapa instansi yaitu :


(25)

1. Dinas Perhubungan

Dinas perhubungan menangani sampah di terminal bis antar kota dan dalam kota serta stasiun kereta api;

2. Dinas Pengelolaan Pasar

Dinas pengelolaan pasar menangani sampah di pasar tradisional;

3. Sampah di pemukiman di kelola oleh kecamatan melalui Sokli atau petugas kebersihan.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bandar lampung sebagai salah satu instansi pemerintah bertugas menyelenggarakan pengelolaan sampah, tata kebersihan dan pertamanan keindahan kota menjadi ujung tombak terdepan dalam mengatasi permasalahan tersebut di atas. Manajerial organisasi yang baik akan melahirkan sumber daya manusia yang profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya, responsivitas atau kepekaan terhadap kebersihan lingkungan sekitar, inovasi pemikiran dan tindakan solusi akan muncul manakala adanya rasa tanggungjawab.

Untuk menangani permasalahan sampah yang ada di kota, pemerintah kota membuat suatu kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 112 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Peraturan tersebut mencakup subyek, obyek dari retribusi pelayanan persampahan/kebersihan serta cara mengukur tingkat penggunaan jasa sebagai wujud upaya pemerintah dalam menciptakan kebersihan di Kota Bandar Lampung dengan cara pelaksanaan pelayanan kebersihan untuk masyarakat.


(26)

Tahun 2013, Walikota Bandar Lampung mengeluarkan kebijakan menaikkan tarif dasar pelayanan kebersihan sebesar 70% dimana dana yang terkumpul dari penarikan retribusi persampahan/kebersihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan sarana dan fasilitas kebersihan kota Bandar Lampung. Kenaikan tarif retribusi sampah ini telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum Pelayanan Persampahan.

Menurut penuturan Bapak Farid Yanuza, MM selaku Kasi Operasional Kebersihan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bandar Lampung, beliau mengatakan bahwa perbandingan manajemen pelayanan dari sebelumnya yaitu dengan dibentuknya satgas kebersihan dan pertamanan. Satgas ini dibentuk dengan tujuan untuk mengoptimalkan kinerja dinas kebersihan dalam melayani kebersihan khususnya di jalan-jalan protocol kota (Sumber : prariset di dinas kebersihan dan pertamanan kota Bandar Lampung, pada tanggal 23 Desember 2013 pukul 13 : 00 WIB).

Namun terdapat permasalahan yang timbul meski tarif pelayanan kebersihan sudah dinaikan. Hal ini dapat terlihat dari masih belum optimalnya pelayanan kebersihan maupun pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung khususnya di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Pada tabel mengenai volume timbulan sampah dan jumlah pengangkutan sampah diatas, Tanjung Karang Pusat merupakan kecamatan yang paling sedikit jumlah sampah yang dapat tertangani, sehingga masih banyak sisa-sia sampah yang tidak terangkut dan jelas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah terjadinya banjir


(27)

di wilayah Kaliawi akibat luapan sampah di sekitaran sungai yang tidak terangkut serta minimnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan (sumber : diakses pada website http:\\Banjir di Bandar Lampung akibat Sampah - Kompas.com.html, pada tanggal 15 Februari 2014 pukul 15:00 WIB).

Padahal tujuan kenaikan retribusi persampahan/kebersihan adalah meningkatkan manajemen pelayanan kebersihan baik dari segi penambahan personil satgas kebersihan yang bekerja dilapangan maupun peningkatan sarana dan prasarana kebersihan sehingga pelayanan kebersihan dapat meningkat. Artinya jika pelayanan kebersihan menjadi lebih baik maka sampah tidak akan lagi menggangu pemandangan lingkungan kehidupan manusia. Namun kondisi ini berbeda jika kita melihat dari adanya timbulan sampah yang tidak diangkut sehingga menyebabkan banjir di beberapa daerah pemukiman penduduk di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Selain itu beberapa warga yang memiliki ruko di jalan Agus Salim mengeluhkan sampahnya hanya diangkut sekali sehari dan bahkan pernah tidak diangkut dalam beberapa hari, padahal mereka rutin membayar retribusi persampahan/kebersihan. Serta kurangnya kesadaran upaya pemkot untuk melakukan inovasi pengelolaan sampah khususnya untuk sampah rumah tangga sehingga dampak pencemaran lingkungan hidup oleh sampah dapat diminimalisir.

Pemerintah Kota dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang mempunyai kewajiban mengelola kebersihan khususnya sampah, seharusnya melakukan inovasi-inovasi serta upaya yang efektif dalam pengelolaan sampah, sesuai


(28)

dengan pasal 6 Undang-undang Nomor 18 Tentang pengelolaan sampah yang bunyinya adalah menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah, melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah. Namun jika melihat kenyataan yang ada sekarang, pengelolaan sampah yang meliputi pelayanan kebersihan untuk masyarakat di Bandar Lampung khususnya di kecamatan Tanjung Karang Pusat belum berjalan secara optimal.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam secara ilmiah mengenai pengelolaan “Manajemen Pelayanan Kebersihan (studi pengelolaan sampah di Wilayah Tanjung Karang Pusat Tahun 2013)”.


(29)

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Manajemen Pelayanan Kebersihan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada tahun 2013 di Wilayah Tanjung Karang Pusat?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam menangani persoalan sampah khususnya di Wilayah Tanjung Karang Pusat ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian ini, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis mengenai manajemen pelayanan kebersihan pada tahun 2013 yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

2. Untuk menganalisis kendala-kendala apa yang dihadapi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam menanggulangi sampah khususnya di Wilayah Kecamatan Tanjung Karang Pusat .


(30)

D.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari laporan penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara dan menjadi referensi bagi penelitian mahasiswa lainnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan manajemen pelayanan kebersihan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bandar Lampung.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan solusi untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen pelayanan kebersihan di Wilayah Tanjung Karang Pusat yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada tahun 2013. Serta dapat dijadikan masukan bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan sampah.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Manajemen 1. Definisi Manajemen

Dalam suatu organisasi diperlukan manajemen untuk mengatur proses penyelenggaraan organisasi hingga tercapainya tujuan dari organisasi tersebut. Pada instansi pemerintah khususnya menyangkut soal pelayanan publik, diperlukan manajemen yang efektif dan efisien dalam proses penyelenggaraan pelayanan agar tercapainya tujuan dari pelayanan itu sendiri yakni kepuasan masyarakat.

Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Selain itu juga, manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu management berasal dari kata manage menurut kamus oxford yang artinya memimpin atau membuat keputusan di dalam suatu organisasi. Istilah manajemen yang diterjemahkan dari kata manage memang biasanya dikaitkan dengan suatu tindakan yang mengatur sekelompok orang di dalam organisasi atau lembaga tertentu demi mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Pada penelitian ini, peneliti mengutip definisi manajemen menurut beberapa ahli. Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1) mendefinisikan manajemen


(32)

sebagai suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penyusunan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

G.R Terry (Hasibuan, 2009 : 2) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan menurut Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian manajemen yang telah dijelaskan diatas, maka dalam penelitian ini dapat dipahami bahwa manajemen merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian serta pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya manusia serta sumber-sumber daya lainnya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)

Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Namun terdapat perbedaan pandangan mengenai fungsi-fungsi manajemen oleh beberapa ahli. Menurut


(33)

George R. Terry (Hasibuan, 2009 : 38) fungsi-fungsi manajemen meliputi Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengarahan (actuating) dan Pengendalian (controlling). Menurut Henry Fayol (Safroni, 2012 : 47), fungsi-fungsi manajemen meliputi Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengarahan (commanding), Pengkoordinasian (coordinating), Pengendalian (controlling). Sedangkan menurut Ricki W. Griffin (Ladzi Safroni, 2012 : 47), fungsi-fungsi manajemen meliputi Perencanaan dan Pengambilan Keputusan (planning and decision making), pengorganisasian (organizing), Pengarahan (leading) serta pengendalian (controlling).

Dari perbandingan beberapa fungsi-fungsi manajemen di atas, dapat dipahami bahwa semua manajemen diawali dengan perencanaan (Planning) karena perencanaan yang akan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Setelah perencanaan adalah pengorganisasian (organizing). Hampir semua ahli menempatkan pengorganisasian diposisi kedua setelah perencanaan. Pengorganisasian merupakan pembagian kerja dan sangat berkaitan erat dengan fungsi perencanaan karena pengorganisasian pun harus direncanakan. Selanjutnya setelah menerapkan fungsi perencanaan dan pengorganisasian adalah menerapkan fungsi pengarahan yang diartikan dalam kata yang berbeda-beda seperti actuating, leading, dan commanding, tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Tetapi juga ada penambahan fungsi pengkoordinasian (coordinating) setelah fungsi pengarahan. Fungsi pengkoordinasian untuk mengatur karyawan agar dapat saling bekerjasama sehingga terhindar dari kekacauan, percekcokan dan kekosongan pekerjaan. Selanjutnya fungsi terakhir


(34)

dalam proses manajemen adalah pengendalian (controlling). Pada fungsi manajemen ini, peneliti lebih cenderung memakai fungsi manajemen menurut Henry Fayol untuk menjawab penelitian mengenai manajemen pelayanan kebersihan.

Adapun penjelasan mengenai fungsi-fungsi manajemen menurut ahli Henry Fayol adalah sebagai berikut :

1) Perencanaan (planning)

Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengendalian pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini dinamis artinya dapat dirubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi pada saat itu. Perencanaan ini ditujukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi dan situasi, sedangkan hasil dari perencanaan akan diketahui pada masa depan. Tentunya setiap organisasi maupun instansi melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan selanjutnya, demikian juga dengan dinas-dinas yang terkait dalam penyelenggaraan pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah di Bandar Lampung. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perencanaan, maka perlu memahami definisi perencanaan menurut beberapa ahli manajemen.

Menurut Henry Fayol (Tanjung, 1999 : 76) perencanaan berupa penentuan langkah awal yang memungkinkan organisasi mampu mencapai suatu tujuan dan juga menyangkut tentang upaya yang dilakukan untuk mengantisispasi kecenderungan di masa-masa yang akan datang dan penentuan sebuah strategi


(35)

atau taktik yang tepat untuk mewujudkan target tujuan suatu organisasi. Definisi perencanaan lainnya yaitu, menurut Louis A. Allen (Hasibuan, 2009 : 92) perencanaan adalah menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan menurut ahli manajemen, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel (Sukarna, 2011 : 11) perencanaan adalah fungsi daripada manajer di dalam pemilihan alternatif-alternatif, tujuan-tujuan kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan program. Menurut Koontz O’ Donnell (Ranupandojo, 1996 : 17) menjelaskan bahwa tipe-tipe perencanaan dapat dibedakan menjadi tujuan, kebijakan, prosedur, peraturan-peraturan, anggaran, program dan strategi. Sedangkan menurut Robert Anthony (Ranupandojo, 1996 : 23), perencanaan dibedakan menjadi tiga macam jenisnya, yaitu :

1) Perencanaan Strategis

Merupakan suatu proses perencanaan dimana keputusan tentang tujuan organisasi akan dicapai melalui pengelolaan sumber-sumber daya dan dana yang dimiliki, didasarkan pada kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2) Perencanaan untuk mengendalikan manajemen

Merupakan suatu proses perencanaan dimana manajer bertanggungjawab bahwa penggunaan sumber-sumber daya dan dana digunakan seefektif mungkin dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan organisasi.

3) Perencanaan operasional

Merupakan suatu proses dimana usaha melaksanakan kegiatan tertentu dijamin seefektif dan seefisien mungkin.


(36)

Dari beberapa definisi mengenai perencanaan, maka peneliti menyimpulkan bahwa perencanaan merupakan proses pemikiran dalam memilih dan menentukan program apa yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2) Pengorganisasian (organizing)

Fungsi pengorganisasian yang dalam bahasa inggrisnya adalah organizing berasal dari kata organize yang berarti menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Penggorganisasian tentu berbeda dengan organisasi. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen dan suatu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokkan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan departemen-departemen (subsistem) dan penentuan hubungan-hubungan. Untuk memahami pengorganisasian secara mendalam, maka perlu mengetahui arti pengorganisasian menurut beberapa ahli. Berdasarkan pengertian pengorganisasian, maka dapat dikatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang dimiliki oleh organisasi yang melakukan fungsi pengorganisasian (Hasibuan, 2009 : 122), yaitu:

1) Manusia, artinya organisasi baru ada jika ada unsure manusia yang bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin.

2) Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada jika ada tempat kedudukannya 3) Tujuan artinya, organisasi baru ada apabila ada tujuan yang hendak dicapai.


(37)

4) Pekerjaan, artinya organisasi itu baru ada jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta ada pembagian pekerjaan.

5) Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungannya dan kerjasama antar manusia yang satu dengan yang lainnya.

6) Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsure teknis.

7) Lingkungan, artinya organisasi itu baru ada jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerjasama sosial.

Menurut George R. Terry (Hasibuan, 2009 : 119) pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisisen dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Henry Fayol (Hasibuan, 2009 : 13) mengemukakan teori pengorganisasian mengenai organisasi lini yaitu terdapat pemusatan wewenang pada tingkat pimpinan organisasi sehingga berbagai fungsi berpusat dalam tangan pimpinan tertentu karena dengan tegas memisahkan bidang kegiatan pimpinan (manajerial sebagai pusat wewenang) dan bidang kegiatan teknis (nonmanajerial). Akibatnya muncul persyaratan tertentu (generalis serba,bisa berpengatahuan luas) bagi jabatan pimpinan yang berbeda dari pekerja teknis/spesialis yang berpengatuahn kejuruan.

Selain itu, definsi pengorganisasian dikemukakan oleh Kontz dan O’Donnel (Malayu Hasibuan, 2009 :119), menurut mereka fungsi pengorganisasian manajer meliputi penentuan penggolongan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk


(38)

tujuan-tujuan perusahaan, pengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam suatu bagian yang dipimpin oleh seorang manajer, serta melimpahkan wewenang untuk melaksanakannya.

Menurut Gordon (Siswanto, 2007 : 90) ada tiga bentuk struktur organisasi yang cukup popular dan selama ini dipeegunakan dalam organisasi publik, yaitu:

a. Lini

Bentuk lini merupakan struktur yang paling sederhana. Lini ditandai dengan garis hubungan yang bersifat vertical antara setiap tingkatan organisasi. Semua anggota organisasi menerima perintah melalui prinsip scalar. Struktur kewenangan dalam bentuk ini sangat jelas dan dikembangkan dalam organisasi yang memiliki ruang lingkup kecil. Sistem pembagian perintah dari pucuk pimpinan kepada bawahan menyangkut seluruh kegiatan operasional dan kegiatan penunjang, sehingga semua struktur di bawah manajer terlibat dalam kegiatan operasional.

b. Lini dan Staf

Bentuk lini dan staf menghasilkan konstruksi struktur yang agak berbeda dengan yang pertama karena adanya tambahan staf. Staf hanya merupakan fasilitator, dan membantu tugas pimpinan seperti memberikan masukan, nasihat, membantu pengawasan. Akan tetapi, staf tidak memiliki otoritas dan hubungan langsung kepada bawahan. Staf diangkat berdasarkan keahlian yang dimiliki.

c. Matrix

Bentuk matrix adalah bentuk organisasi proyek. Bentuk ini merupakan kombinasi sumber daya manusia dan non manusia yang diolah bersama-sama


(39)

dan bersifat sementara, dan dibuat untuk tujuan khusus. Apabila sudah selesai sumber daya manusia yang dikonsentrasikan di sana akan kembali pada unit masing-masing.

Berdasarkan penjelasan mengenai definisi pengorganisasian menurut beberapa ahli, peneliti setuju dengan pendapat para ahli bahwa pengorganisasian pun perlu adanya perencanaan yang dilakukan oleh manajer sebelum menetapkan kegiatan apa yang harus dilakukan, pembagian kerja pada setiap karyawan, serta penggolongan kegiatan-kegiatan agar proses manajemen berjalan efisen, selaras dan tepat sasaran. Dengan demikian, peneliti menarik kesimpulan dari definisi pengorganisasian adalah suatu proses pengelompokkan dan pembagian pekerjaan oleh karyawan, penentuan kegiatan apa yang akan dilakukan guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut Henry Fayol (Syamsi, 1994 : 14 ) adalah pembagian tugas pekerjaan, kesatuan pengarahan, sentralisasi, mata rantai tingkat jenjang organisasi.

3) Pengarahan (commanding)

Fungsi pengarahan (commanding) merupakan fungsi terpenting dan paling dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen dalam merealisasi tujuan dimulai. Namun, penerapan fungsi ini sangat sulit,rumit dan kompleks karena keinginan karyawan tidak dapat dipenuhi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran, perasaan, harga diri, cita-cita dan lain-lainnya. Prinsip-prinsip pengarahan (Syamsi, 1994 : 124) ditujukan pada keterpaduan antara tujuan


(40)

perorangan dan tujuan organisasinya, keterpaduan antara tujuan kelompok dan tujuan organisasinya, kerjasama antar pimpinan, partisispasi dalam pembuatan keputusan, terjalinnya komunikasi yang efektif dan pengawasan yang efektif dan efisien.

Definisi fungsi pengarahan secara sederhana ( Handoko, 2001 : 25) adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan. Menurut Henry Fayol (Tanjung, 1999 : 81) mengemukakan bahwa pengarahan dilakukan untuk memberikan arahan kepada Sumber Daya Manusia sebagai pegawai di dalam suatu organisasi atau perusahaan agar pegawai tersebut mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Menurut George R. Terry (Hasibuan, 2009 :183) pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.

Peneliti menyimpulkan bahwa fungsi pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan di dalam suatu organisasi untuk membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksananakan suatu kegiatan usaha.

4) Pengoordinasian (coordinating)

Setelah dilakukan pendelegasian wewenang dan pembagian pekerjaan kepada para karyawan oleh manajer, langkah selanjutnya adalah pengkoordinasian. Setiap bawahan mengerjakan hanya sebagian dari pekerjaan perusahaan, karena itu


(41)

masing-masing pekerjaan bawahan harus disatukan, diintegrasikan, dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Tanpa koordinasi tugas dan pekerjaan dari setiap individu karyawan maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Koordinasi itu sangat penting di dalam suatu organisasi. Beberapa alasan mengapa organisasi sangat penting, yaitu :

a) Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran atau kekosongan pekerjaan.

b) Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan perusahaan/organisasi.

c) Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

d) Supaya semua unsur manajemen (6M) dan pekerjaan masing-msing individu karyawan harus membantu tercpainya tujuan organisasi.

Supaya semua tegas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan. Menurut Terry (Hasibuan, 2009 : 49) ada beberapa tipe-tipe koordinasi, antara lain :

1) Koordinasi Vertikal

Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah dan tanggungjawabnya.

2) Koordinasi Horizontal

Koordinasi horizontal adalah mengoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan


(42)

penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Koordinasi horizontal dibagi atas interdisciplinary dan interralated. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mweujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya. Interrelated adalah koordinasi antarbadan (instansi) atau unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan atau mempunyai kaitan baik, cara intern maupun ekstern yang levelnya setara.

Pengoordinasian ini merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh seorang manajer dan tugas ini sangat sulit. Untuk lebih jelasanya mengenai pengertian pengkoordinasian, perlu pemahaman lebih mendalam mengenai fungsi pengkoordinasian. Peneliti mengutip beberapa definisi fungsi pengkoordinasian oleh beberapa ahli.

Menurut E.F.L Brech (Hasibuan, 2009 : 85) pengkoordinasian adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya diantara para anggota itu sendiri. Henry Fayol (Tanjung, 1999 : 87) mengatakan bahwa mengoordinasi berarti mengikat bersama menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan yang ada dalam mencapai tujuan organisasi. Koordinasi yang baik dapat dilakukan jika masing-masing individu menyadari dan memahami akan tugas-tugas mereka. Mereka harus mengetahui bahwa sebenarnya tugas mereka sangat membantu pada


(43)

usaha-usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Definsi lain yaitu, menurut T. Hani Handoko (Handoko, 2001 : 195) pengkoordinasian adalah pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Cara-cara mengadakan koordinasi yang baik dapat dilakukan yaitu dengan cara (Hasibuan, 2009 : 88) :

a) Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik. b) Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai

oleh anggota, tidak menurut masing-masing individu anggota dengan tujuannya sendiri-sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama.

c) Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, saran-saran dan sebagainya.

d) Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan penciptaan sasaran.

e) Membina human relation yang baik antar sesame pegawai.

f) Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan. Ringkasnya suatu koordiansi yang baik jika memperoleh partisipasi dari bawahan, dan pihak-pihak yang terkait yang akan melakukan pekerjaan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan supaya mereka antusias dalam melaksanakannya.


(44)

Dari beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengkoordinasian adalah usaha untuk mengatur para karyawan agar bekerja secara teratur, sinkron dan selaras agar pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efektif dan tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai.

5) Pengendalian (controlling)

Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pengendalian ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena :

a) Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan. b) Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana.

c) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan dengan baik. d) Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah

pengendalian atau penilaian dilakukan.

Pemahaman mengenai fungsi pengendalian dikemukakan oleh beberapa ahli. Seperti menurut George R. Terry dalam buku Principles of Management mengemukakan pengendalian dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilaksanakan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bilamana perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Menurut Harold Koontz (Hasibuan, 2009 : 241-242) pengendalian artinya pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar


(45)

rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara. Sedangkan Earl P. Strong (Hasibuan, 2009 : 241) mengatakan bahwa pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dan rencana.

Peneliti menyimpulkan bahwa pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula agar rencana dapat terselenggara dengan baik.

B. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik 1. Definisi Pelayanan Publik

Setiap instansi pemerintah di Indonesia mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan publik agar terwujudnya kesejahteraan rakyat. Widodo (2001:269) mengemukakan bahwa pemerintah pada hakekatnya diadakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi setiap anggota masyarakat untuk mempu mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama.

Pelayanan publik telah diatur di dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Undang-undang tersebut yang menjadi acuan peneliti dalam meneliti persoalan pelayanan publik khususnya yang menyangkut aspek pelayanan kebersihan di Kota Bandar Lampung. Untuk itu, perlu pemahaman


(46)

mengenai definsi pelayanan publik. Peneliti mengutip beberapa definsi pelayanan publik dari beberapa ahli dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009.

Pelayanan publik menurut Sinambela (Pasolong, 2010 : 128) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Sedangkan Agung Kurniawan (Pasolong, 2010 : 128) mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai denngan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik menegaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Berdasarkan pengertian-pengertian pelayanan publik yang telah dijelaskan diatas, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat, baik pelayanan tersebut berupa barang, jasa atau administratif publik, secara langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan prosedur perUndang-undangan yang berlaku demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.


(47)

Selanjutnya didalam pasal 5 Undang-undang No. 25/2009 menyatakan bahwa ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam perUndang-undangan yang meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, dan sektor strategis lainnya.

2. Organisasi Penyelenggara Pelayanan Publik

Dalam melaksanakan pelayanan publik pemerintah membentuk organisasi penyelenggara. Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Penyelenggara dan seluruh bagian organisasi penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan.

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakan, pelayanan publik/pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Pelayanan Publik/Pelayanan Umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat.

2) Pelayanan Publik/Pelayanan Umum yang diselenggarakan oleh organisasi yang dapat dibedakan lagi menjadi 2;

a) bersifat primer, dan b) bersifat sekunder


(48)

Perbedaan di antara beberapa jenis pelayanan publik / pelayanan umum tersebut adalah sebagai berikut :

a) Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh privat

Semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta. Contoh : Bioskop, rumah makan, perusahaan angkutan swasta.

b) Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan bersifat primer Semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang dalam hal ini pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara, sehingga pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya.

Contoh: Pelayanan perijinan, pelayanan di kantor Imigrasi, pelayanan kehakiman.

c) Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan bersifat sekunder

Yaitu, semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan swasta.

Contoh : 1. Program asuransi tenaga kerja, 2. Pelayanan pendidikan

3. Pelayanan kesehatan

Selain itu, organisasi penyelenggaraan pelayanan publik tercantum dalam Pasal 8 Undang-undang No 25 Tahun 2009, sekurang-kurangnya meliputi:

a) Pelaksanaan pelayanan;

b) Pengelolaan pengaduan masyarakat; c) Pengelolaan informasi;


(49)

d) Pengawasan internal;

e) Penyuluhan kepada masyarakat dan; f) Pelayanan konsultasi.

Selanjutnya, penyelenggaran pelayanan publik berdasarkan keputusan MENPAN No 63 Tahun 2003 dikelompokkan menjadi :

a) Bersifat fungsional: ialah pola pelayanan publik oleh penyelenggara pelayanan sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.

b) Bersifat terpusat: pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dan penyelenggaraan pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

c) Terpadu : (a) Terpadu satu atap : diselenggarakan dalam satu tempat meliputi berbagai jenis pelayanan yang ridak mempunyai keterkaitan prses dan dilayani melalui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu disatuatapkan, (b) terpadu satu pintu : diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.

d) Gugus tugas : petugas pelayanan secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberian pelayanan tertentu (Ibrahim, 2010: 38).

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam organisasi penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan unit atau pegawai yang secara khusus menangani fungsi tersebut. Dengan demikian, suatu organisasi penyelenggara


(50)

pelayanan publik setidaknya harus terdiri unit atau pegawai yang bertanggungjawab atas :

a) Pelaksanaan pelayanan;

b) Penanganan pengaduan masyarakat, dan

c) Pengelolaan system informasi, termasuk penyuluhan dan konsultasi kepada masyarakat.

Ditegaskan pula bahwa seluruh bagian organisasi penyelenggara bertanggungjawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan. Dengan demikian, semua pelaksana pelayanan dan para pejabat structural sampai petugasnya bertanggung jawab atas mutu dan cakupan penyelenggaraan pelayanan.

3. Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan merupakan suatu hal yang penting dan harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan publik, karena menjadi faktor yang menentukan dalam menjaga kesinambungan suatu organisasi birokrasi di pemerintahan maupun organisasi. Kualitas pelayanan yang prima dan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa publik sangat penting sebagai upaya mewujudkan kepuasan pengguna jasa publik.

Pelayanan yang berkualitas menurut Osborne dan Gebler (Pasolong, 2010: 133) memiliki ciri-ciri seperti : tidak prosedural (birokratis), terdistribusi dan terdesentralisasi, serta berorientasi kepada pelanggan.


(51)

Menurut Sinambela, dkk (Pasolong, 2010 : 133) mengatakan bahwa kualitas pelayanan prima tercermin dari :

a) tranparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;

b) akuntabilitas, yaitu pelayanan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-undangan;

c) kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prisip efisiensi dan efektivitas;

d) partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;

e) kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, agama, ras golongan dan status sosial; f) keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan

aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Selanjutnya, Fitzsimmons (Sinambela, 2010 : 7) berpendapat bahwa terdapat lima indikator untuk menandai pelayanan publik tersebut sudah baik, yaitu reliability yang ditandai dengan pemberian pelayanan yang tepat dan benar; tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya; responsiveness yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat; assurance yang ditandai dengan tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam meberikan pelayanan, dan empati ditandai dengan tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.


(52)

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelayanan berkualitas memegang peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu organisasi, dengan pelayanan yang berkualitas maka akan terwujudnya kepuasan pelanggan. Pelayanan berkualitas atau pelayanan prima tersebut terwujud apabila sudah berhasil melewati beberapa indikator pelayanan yang berkualitas. Apabila kinerja suatu penyelenggara pelayanan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan, maka citra kinerja organisasi tersebut dinilai tidak bagus sehingga berkurangnya kepercayaan pelanggan terhadap organisasi tersebut.

C. Tinjauan Tentang Manajemen Pelayanan Publik 1. Definisi Manajemen Pelayanan Publik

Seiring dengan pengertian pelayanan publik yang telah dijelaskan diatas, manajemen pelayanan publik (Winarsih dan Ratminto, 2012 : 36 ) dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ilmu dan seni untuk menyusun rencana, mengimplementasikan rencana, mengoordinasikan dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas pelayanan demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan. Atau dengan kata lain, manajemen pelayanan publik berarti suatu proses perencanaan dan pengimplementasiannya serta mengarahkan atau mengkoordinasikan penyelesaian aktivitas-aktivitas pelayanan publik demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan publik yang telah ditetapkan.

Manajemen Pelayanan Publik yaitu suatu upaya mengelola berbagai aspek (manajemen) dalam proses mempersiapkan, menyediakan atau menyerahkan,


(53)

barang dan jasa kepada masyarakat, serta memonitor perkembangannya, dan menindaklanjutinya jika diperlukan. (Sumber: www.slideshare/manajemen-pelayanan-publik.com, diakses pada tanggal 13/10/2013 pukul 19.00 WIB)

Manajemen Pelayanan Publik (Noverman Duadji, 2013 : 33) berkenaan dengan tata-kelola pelayanan yang berpangkal dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi sebagai mekanisme umpan balik menginovasi pelayanan yang dilakukan agen publik dalam memobilasasi sumber (pencapaian tujuan) dan alokasi sumber (adaptasi kepentingan publik) guna menyediakan pelayanan barang/jasa yang sebaik-baiknya kepada masyarakat yang memiliki daya ungkit atau daya dorong terjadinya peningkatan kualitas kehidupan, peningkatan kesejahteraan, kemandirian, harkat dan martabat bangsa sebagai owner negara bangsa.

Selain definisi mengenai manajemen pelayanan publik, yang menjadi ciri-ciri dari manajemen pelayanan publik adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan yang dilakukan pemerintah; b) Pemenuhan kebutuhan dasar;

c) Berbetuk barang dan jasa publik; d) Terkait dengan kepentingan publik

Dari beberapa definisi manajemen pelayanan publik yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pelayanan publik adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengimplementasian, pengkoordinasian, serta pengawasan pelaksanaan pelayanan publik baik di instansi pemerintah maupun


(54)

swasta, demi terwujudnya pelayanan publik yang optimal agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

2. Konsep New Public Management

Dewasa ini organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreatifitas, dan berbagai kritikan lainya.munculnya kritik keras yang ditujukan kepada organisasi-organisasi sektor publik tersebut menimbulkan gerakan untuk melakukan reformasi manajemen sektor publik.salah satu gerakan reformasi sektor publik adalah munculnya konsep New Public Management. Tema pokok dalam New Public Management ini antara lain bagaimana menggunakan mekanisme pasar dan terminology di sektor publik. Bahwa dalam melakukan hubungan antara instansi-intansi pemerintah dengan pelanggannya dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang dilakukan oleh mereka dunia pasar (market place). Di dalam konsep New Public Management semua pimpinan (manager) didorong untuk menemukan cara-cara baru dan inovatif untuk memperoleh hasil yang maksimal atau melakukan privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintahan. Mereka tidak lagi memimpin dengan cara-cara melakukan semuanya sampai jenis pekerjaan yang kecil-kecil. Mereka tidak lagi melakukan “rowing” menyapu bersih semua pekerjaan. Melainkan mereka melakukan “steering” membatasi terhadap pekerjaan atau fungsi mengendalikan, memipin dan mengarahkan yang strategis saja. Dengan demikian, kunci daripada New Public Management adalah sangat menitikberatkan pada mekanisme pasar dalam mengarahkan program-program publik. Pengaturan seperti ini termasuk upaya melakukan kompetisi di


(55)

dalam instansi pemerintah dan unit-unit lintas batas bagi sektor organisasi yang berorientasi profit maupun nonprofit. Konsep New Public Management ini dapat dipandang sebagai suatu konsep baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan konsep seperti inilah maka Christopher Hood dari London School of Economics (1995) mengatakan bahwa New Public Management mengubah cara-cara dan model birokrasi publik yang tradisional ke arah cara-cara dan model bisnis privat dan perkembangan pasar. Cara-cara ligitimasi birokrasi publik untuk menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak lagi dipraktikan oleh New Public Management dalam birokrasi pemerintah. Untuk lebih mewujudkan konsep New Public Management dalam birokrasi pemerintah.

Untuk lebih mewujudkan konsep New Public Management dalam birokrasi publik, maka diupayakan agar para pemimpin birokrasi meningkatkan produktivitas dan menentukan alternatif cara-cara pelayan publik berdasarkan perspektif ekonomi. Mereka didorong untuk memperbaiki dan mewujudkan akuntabilitas publik kepada pelanggan, meningkatkan kinerja, restrukturisasi lembaga birokrasi publik, merumuskan kembali misi organisasi, melakukan streamlining proses dan prosedur birokrasi, dan melakukan desentralisasi proses pengambilan kebijakan (Miftah Thoha, 2008:75).

Tujuh komponen doktrin dalam new public management yang dikemukakan oleh Christopher Hood, yaitu:

1) Pemanfaatan managemen yang professional dalam sektor publik; 2) Penggunaan indikator kinerja;


(56)

3) Penekanan yang lebih besar pada kontrol output; 4) Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil; 5) Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi;

6) Penekanan gaya sektor swasta pada praktek manajemen;

7) Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan sumberdaya.

Donald Kettl (2000) menyebutkan dengan “the global public management

reform” yang memfokuskan pada enam hal sebagai berikut:

1) Bagaimana pemerintah bisa menemukan cara untuk mengubah pelayanan dari hal yang sama dan dari dasar pendapatan yang lebih kecil.

2) Bagaimana pemerintah bisa menggunakan insentif pola pasar untuk memperbaiki insentif pola pasar untuk memperbaiki patologi birokrasi; bagaimana pemerintah bisa menggantikan mekanisme tradisional “komando -komando” yang birokratis dengan strategi pasar yang mampu menguba yang birokratis dengan strategi pasar yang mampu mengubah prilaku birokrat. 3) Bagaimana pemerintah bisa menggunakan mekanisme pasar untuk memilih

bentuk dan macam pelayanan public atau paling sedikit pemerintah bisa mendorong timbulnya keberanian untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada warga.

4) Bagaimana pemerintah bisa membuat program yang lebih responsif. Bagaimana pemerintah bisa melakukan desentralisasi responsibilitas yang lebih besar dengan memberrikan kepada manajer-manajer terdepan insentif untuk memberikan pelayanan.


(57)

5) Bagaimana pemerintah bisa menyempurnakan kemampuan untuk membuat dan merumuskan kebijakan. Bagaimana pemerintah bisa memisahkan perannya sebagai pembeli pelayanan yang sesungguhnya.

6) Bagaimana pemerintah bisa memusatkan perhatiannya pada hasil dan dampaknya (output dan input) ketimbang perhatiannya pada proses dan struktur.

Vigoda dan Keban (Pasolong, 2007:34), mengungkapkan bahwa ada 7 (tujuh) prinsip-prinsip New Public Management , yaitu:

1) Pemanfaatan manajemen professional dalam sektor publik 2) Penggunaan indikator kinerja

3) Penekanan yang lebih besar pada kontrol output 4) Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil 5) Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi

6) Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen

7) Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan sumber daya

New Public Management ini telah mengalami berbagai perubahan orientasi menurut Ferlie, Ashbuerner, Filzgerald dan Pettgrew (Pasolong, 2007:35), yaitu: 1) Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran

kinerja.

2) Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakan penyederhanaan struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas kepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat.


(58)

3) Orientasi In Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optimal dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai yang hendak dicapai organisasi publik, memberikan perhatian yang lebih

besar kepada aspirasi, kebutuhan dan partisipasi “user” dan warga masyarakat,

memberikan otoritas yang lebih tinggi kepada pejabat yang dipilih masyarakat, termasuk wakil-wakil mereka, menekankan “social learning” dalam pemberian pelayanan publik dan penekanan pada evaluasi kinerja secara berkesinambungan, partisipasi masyarakat dan akuntabilitas.

Sama dengan pendapatan Kettl di atas Jonnatan Boston (1991) menyatakan bahwa pusat perhatian dan doktrin New Public Management pada intinya sebagai berikut:

a) Lebih menekankan pada proses pengelolaan (manajement) ketimbang perumusan kebijakan;

b) Perubahan dan penggunaan kontrol masukan (input control) ke penggunakan ukuran-ukuran yang bisa dihitung terhadap output dan kinerja target;

c) Devolusi manajemen kontrol sejalan bersama dengan perkembangan mekanisme sistem pelopor;

d) Monitoring;

e) Akuntabilitas baru;

f) Disagresi struktur birokrasi yang besar menjadi struktu instansi yang kuasai otonom;

g) Secara khusus melakukan pemisahan antara fungsi-fungsi komersial dengan non komersial;


(59)

h) Menggunakan preferensi untuk kegaiatan privat seperti privatisasi;

i) Sistem kontrak sampai dengan penggunaan sistem penggajian dan renumerasi yang efektif dan efisien.

New public management secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk memperbaiki efisiensi, efektivitas, dan kinerja pelayanan publik dan birokrasi modern.

D. Tinjauan Tentang Kebersihan Lingkungan 1. Definisi Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kedisiplinan masyarakat penghuninya. lingkungan yang bersih dan terwujud apabila sikap dan perilaku warga masyarakat terhadap limbah/sampah yang dihasilkan oleh setiap aktivitas mereka telah tepat dan benar.

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga, mengingat kebersihan sendiri akan berdampak langsung bagi kesehatan masyarakat yang mendiami suatu lingkungan tersebut. Kebersihan berasal dari kata bersih yang artinya keadaan bebas dari sampah, kotoran, debu mapun bau. Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan.


(1)

155

dan tata kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Adanya pengembangan organisasi dengan dibentuknya Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebagai upaya untuk mempermudah dalam mengendalikan sampah di tiap kecamatan. Namun masih ada permasalahan yaitu penempatan tugas tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan pegawai, sehingga menyebabkan jalannya manajemen dalam instansi tersbut menajdi tersendat karena bidang yang dijabatnya tidak sesuai dengan kemampuan dan kompeten yang dimiliki pegawainya.

3. Pengarahan yang dilakukan berdasarkan SOP dan dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat atas hingga ke tingkat bawah. Bentuk arahan dilakukan oleh pimpinan seperti pemberian instruksi, perintah maupun tugas kepada setiap pegawai. Namun masih terbentur kendala yakni setiap pegawai berbeda-beda kemampuannya dalam menyerap instruksi dari atasannya. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan setiap individu berbeda.

4. Pengoordinasian yang dilakukan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan dilakukan secara internal dan eksternal. Namun belum terjalinnya kesatuan arahan dalam mengatasi persoalan kebersihan yang ada dilingkungan, hal ini ditandai dengan saling lempar tanggungjawab antar instansi apabila terdapat masalah di lapangan. 5. Fungsi terakhir yaitu pengendalian, pengendalian yang dilakukan masih belum efektif, hal ini ditandai dengan masih rendahnya pengawasan yang dilakukan oleh dinas terhadap satgas yang bekerja di lapangan sehingga masih banyak sampah yang tidak terangkut.

6. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yaitu berupa kendala internal dan eksternal. Kendala internal yaitu masih sulitnya


(2)

156

membina dan mengarahkan satgas di lapangan karena latar belakang pendidikan yang rendah sehingga sulit menyerap perintah dari atasan. Selain itu dari aspek pengelolaan sampah, belum menerapkan pengelolaan sampah yang berlandaskan pada UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah. Kendala eksternal yaitu masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.

B. Saran

Adapun hal-hal yang dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam mengelola manajemen pelayanan kebersihan khususnya di wilayah Tanjung Karang Pusat antara lain :

1. Memperbaiki sistem manajemen yang ada di Dinas Kebersihan dan Pertamanan yaitu dengan menerapkan sistem New Public Management dimana Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat melibatkan investor asing atau pihak swasta dalam mengelola sampah serta dengan pemanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan sehingga persoalan sampah yang kian menumpuk dapat teratasi. 2. Sistem rekruitmen pegawai harus lebih terintegrasi. Rekruitmen pegawai harus

didasarkan dengan riwayat pendidikan terakhir dan kemampuan berorganisasi. Harus ada penambahan kualifikasi yang sesuai dengan jabatan, tugas dan fungsi dari masing-masing pegawai, seperti pendidikan terakhir minimal Strata 1 yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

3. Mengimplementasikan sistem pengelolaan yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah khususnya dalam


(3)

157

meningkatkan inovasi dalam pengelolaan sampah, karena saat ini pengelolaan sampah di TPA Bakung hanya sebatas open dumping dan sanitary landfill atau penimbunan saja.

4. Perlu adanya kerjasama serta koordinasi yang terjalin baik antar instansi yang terkait dalam pelayanan kebersihan. Dalam mewujudannya dapat diadakan rapat rutin yang membahas program-program apa saja yang hendak dilaksanakan di masa yang akan mendatang serta diadakannya evaluasi untuk menilai sejauhmana kinerja yang sudah dilakukan dan melakukan perbaikan apabila terdapat penyimpangan.

5. Menjalin komunikasi yang efektif dengan satgas yang bekerja dilapangan dengan melakukan pendekatan berdasarkan tipe dan karakteristiknya agar mereka memahami apa yang diperintahkan.

6. Pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadarannya dalam menjaga kebersihan serta mengadakan pelatihan dalam pengelolaan sampah sehingga sampah tersebut dapat didaur ulang menjadi barang yang bernilai ekonomis. Untuk mewujudkannya dapat dibentuk forum yang menampung aspirasi dan ide masyarakat dalam mengembangkan gagasannya mengolah sampah, sehingga tingkat volume sampah dapat diminimalisir.

7. Pengadaan jumlah sarana dan prasarana lebih ditingkatkan lagi untuk mengganti beberapa prasarana kebersihan yang sudah rusak dengan yang baru.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :

Agus Dwiyanto.2010. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Anatan, Lina dan Lena Ellitan.2009. Manajemen Inovasi (Transformasi Menuju Organisasi Kelas Dunia). Bandung : CV. Alfabeta

Asropi.2008.Jurnal Ilmu Administrasi Negara Volume V Nomor 3 Tentang Budaya Inovasi dan Reformasi Birokrasi. Jakarta

Duadji, Noverman Drs. 2013. Manajemen Pelayanan Publik. Bandar Lampung : Lembaga Penelitian Universitas Lampung

H.A.S, Moenir. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta; Bumi Aksara

Handoko, Hani T. 2001. Manajemen Jilid 2. Yogyakarta : BPFE

Hasibuan, Malayu. 2009. Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi Akasara

Ibrahim, Amin. 2008.Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta Implementasinya. Bandung : CV Mandar Maju

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaf Edisi Kedua. Yogyakarta : Erlangga

Ikbar, Yanuar. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Panduan Membuat Tugas Akhir/Karya Ilmiah. Bandung : PT Refika Aditama

Kurniawan, Luthfi J. Mokhamad Najih.2008. Paradigma Kebijakan Pelayanan Publik. Malang : Trans Publishing

Manulang.1996. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Musa, Mohammad dan Nurfitri, Titi. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta : Fajar Agung


(5)

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta

Rahmawati, Nina. 2010. Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta : Graha Ilmu Ranupandojo, Heidjrachman.1996. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta : UPP

AMP YKPN

Rasmadi. 2007. Pelayanan Prima. Depok : Departemen Pendidikan Nasional Safroni, Ladzi. 2012. Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik dalam

Konteks Birokrasi Indonesia. Surabaya : Aditya Media Publishing

Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan yang Baik). Bandung : Refika Aditama

Septi Winarsih, Atik & Ratminto. 2012. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Siswanto. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung; Alfabeta

Suyoto, Bagong. 2008. Rumah Tangga Peduli Lingkungan. Jakarta : Prima Media

Tandjung, Djamaludin. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : Rineka Cipta Tunggal, Widjaja Amin.1993.Manajemen Suatu Pengantar.Jakarta : Rineka Cipta Thoha, Miftah.2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta : Kencana Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Referensi Peraturan dan Perundang-undangan :

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dan Penanganannya;

Undang-undang Nomor 28 TAHUN 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum;


(6)

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 112 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan.;

Peraturan Walikota (Perwali) Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kebersihan dan Pertamana

Peraturan Walikota (Perwali) Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Referensi Skripsi

Chusna Nasution, Nurul. 2013. Manajemen Pengelolaan Sampah di Bandar Lampung (Studi pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan [Skripsi]. Bandar Lampung: Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Universitas Lampung.

Referensi Jurnal :

Penanganan Sampah di Perkotaan.pdf Diktat Sampah 2010.pdf

Referensi Website :

http:// lampung.bps.go.id, diakses pada tanggal 14/09/2013 pukul 20.00 WIB http://Yoel Aulia Rahayu STIA DUMAI/Makalah Manajemen Pelayanan

Publik.html, diakses pada tanggal 19/9/2013 pukul 21.00 WIB

http://www.slideshare/manajemen-pelayanan-publik.html, diakses pada tanggal 13/10/2013 pukul 20.00 WIB

http://pengertian kebersihan _ yasa wiguna.html, diakses pada tanggal 20/10/2013 pukul 20.00 WIB

http://tribunnews.com/sampah-menumpuk-dipinggiran-kali-sawah-brebes/tribunlampung.html, diakses pada tanggal 26 Februari 2014 pukul 21.00 WIB

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/04/11/lampung-dan-problem-sampah-355788.html, diakses pada tanggal 15 Maret 2014 pukul 20.00 WIB http://scribd/waste management program in Indonesia.com diakses pada