Kekuatan Otot Lengan Distribu Tungkai
61
tinggi kekuatan otot lengan dan kekuatan tungkai yang dimiliki pekerja maka produktivitas kerja juga akan semakin tinggi.
Kekuatan otot tungkai sangat diperlukan oleh seorang pekerja buis beton. Pada saat proses mengaduk campuran bahan posisi pekerja akan
sedikit membungkuk, selain itu posisi pekerja pada saat mencetak buis beton pekerja akan berdiri. Pada tahap inilah kekuatan otot tungkai diperlukan oleh
pekerja. Sedangkan otot lengan diperlukan pada saat proses pemadatan campuran didalam cetakan. Pemadatan campuran dalam cetakan dilakukan
dengan cara ditumbuk menggunakan besi. Pekerja yang memiliki kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkaiyang baik maka tidak akan mudah lelah
saat bekerja. Kekuatan dapat ditingkatkan dengan cara latihan yang teratur. Hal ini sejalan dengan Matthew G, 2003 yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang positif antara latihan yang teratur dengan produktivitas kerja. Hasil analisis korelasi menggunakan product moment pearson
corelation antara kelentukan dengan produktivitas kerja menunjukan hasil
korelasi sebesar p 0,05 dengan arah positif + yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kelentukan dengan produktivitas kerja.
Korelasi ini menggambarkan bahwa semakin baik kelentukan yang dimiliki pekerja maka produktivitas kerja juga akan semakin tinggi. Pada proses
pembuatan buis beton kelentukan dibutuhkan pada saat pekerja mengambil adonan lalu memasukan adonan kedalam cetakan. Posisi tubuh pada saat
mengambil adonan dengan membungkuk, kemudian posisi pada saat
62
memasukkan adonan kedalam cetakan harus berdiri. Jika pekerja memiliki kelentukan yang baik maka pekerja tidak akan mudah cedera.
Hasil Analisis korelasi menggunakan product moment pearson corelation
antara persentase lemak dengan produktivitas kerja menunjukan hasil korelasi p 0,05 dengan arah negatif yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara persentase lemak dengan produktivitaskerja. Korelasi ini menggambarkan semakin tinggi persetase lemak yang dimiliki pekerja
maka produktivitas kerja akan semakin menurun. Persentase lemak yang terlalu banyak didalam tubuh akan
menyebabkan seseorang obesitas. Seseorang yang obesitas akan terbatas atau mengalami kesusahan dalam melakukan aktivitas atau gerak. Hal ini sesuai
dengan penjelasan Sitorus 2008 yang menyatakan bahwa obesitas adalah keadaan menumpuk lemak yang berlebihan secara menyuluruh dibawah kulit
dan jaringan lainnya dalam tubuh yang disebabkan karena ketidak seimbangan antara makanan yang masuk dan yang digunakan, sehingga
terjadi kelebihan kalori. Hal ini akan mempengaruhi produktivitas seorang pekerja.
Dari analisis korelasi menggunakan product moment pearson corelation
pada status kebugaran jasmani yang diukur melalui komponen- komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan
menunjukan bahwa semua kompnen-komponen kebugaran berhubungan dengan tingkat produktivitas kerja. Status kebugaran pekerja diukur melalui
63
kompnen-komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan karena seorang pekerja pembuat buis beton dalam proses pembuatan
memerlukan daya tahan jantung-paru, kekuatan otot lengan dan otot tungkai, kelentukan dan persentase lemak.
Keempat komponen kebugaran tersebut akan berpengaruh kepada produktivitas kerja seseorang. Semua komponen-komponen tersebut saling
berkaitan. Sejalan dengan pendapat Eko Haris A2010 yang menyatakan bahwa keseluruhan organ bekerja dalam satu keterkaitan yang komplek dan
utuh, seperti misalnya sitem pembuluh darah, sistempernafasan, dan sistem metabolisme. Tingkat kebugaran dapat dirubah dengan cara melakukan
olahraga yang teratur. Hasil analisis korelasi menggunakan product moment pearson
corelation menunjukan hasil korelasi antara IMT dengan produktivitas kerja
p 0,05 dengan arah positif yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan produktivitas kerja. Korelasi ini menggambarkan bahwa
semakin baik IMT yang dimiliki pekerja maka produktivitas kerja juga akan semakin tinggi.
Seseorang yang tercukupi asupan makanannya, baik kualitas maupun kuantitasnya akan memiliki kondisi yang baik. Hal tersebut membuat
seseorang memiliki kecukupan energi dalam melakukan aktivitasnya sehingga dapat memaksimalkan produtivitas kerjanya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Budiono 2003 yang menyatakan gizi merupakan suatu segi bagi