Aspek Aksiologi Konsep Akal Dan Wahyu Menurut Ibnu Thufayl - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

pada setiap organ tubuh lenyap secara total, maka akan mengalami kematian. Manusia memperoleh pengetahuan dengan akal aktif yang menyinari jiwanya, meskipun ia hidup dalam keterasingan dan tidak kontak dengan manusia lain. Begitu pula ia dapat mencapai segala hakekat dan merasakannya dengan akalnya itu dengan bantuan unsur luar. Akan tetapi dengan syarat, manusia itu adalah manusia yang telah diberi oleh Yang Maha Kuasa kemampuan filosofis seperti Hayy bin Yaqdzon. Filsafat merupakan pemahaman akal secara murni atas kebenaran konsep-konsep dan imajinasi sesungguhnya tidak dapat dijangkau cara-cara pengungkapan konvensional. Hal seperti itu hanya dapat dimengerti oleh kalangan filosof. Agama diperuntukkan bagi semua orang dengan tidak mengabaikan tingkatan-tingkatan kemampuan akal para penganutnya antara yang awam dan khawas. Filsafat hanya diberikan kepada orang-orang berbakat yang sedikit jumlahnya. Kelebihan mereka harus dipahami secara hati-hati, dalam konteks yang bersamaan dengan agama, karena keduanya membawa “satu” kebenaran sekalipun dengan cara yang berbeda.

C. Aspek Aksiologi

Akal adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia, oleh karena ia sajalah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal merupakan tonggak kehidupan manusia dan dasar kelanjutan wujudnya.Peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar pembinaan budi pekerti mulia yang menjadi dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa. Akal pikiran merupakan suatu nikmat dari Allah yang tiada taranya diberikan kepada manusia.Manusia dengan akalnya berpikir dan memikirkan apa yang terjadi di sekitarnya. Akal pula yang bisa membedakan manusia dari makhluk lainnya yang juga berada di bumi ini.Manusia dengan akalnya membedakan yang baik dan yang buruk, dan membedakan yang membahayakan dan menyenangkan pada dirinya. Manusia dengan akalnya berusaha mengatasi setiap kesulitan- kesulitan yang dihadapinya, membuat perencanaan dalam hidupnya, melakukan pengkajian dan penelitian, yang akhirnya menjadikan manusia sebagai makhluk yang unggul di muka bumi ini. Hal ini dirasakan betapa hebatnya akal yang telah dianugerahkan pada manusia, meskipun akal yang dianugerahkan pada manusia mempunyai batasan-batasan tertentu.Adapun hal-hal yang tidak dijawab oleh akal, yakni tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan alam ghaib seperti kehidupan sesudah mati, hari kiamat, dan lain sebagainya. Besar kecilnya peranan akal sangat menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam.Lemah atau kuatnya kekuatan akal dapat menentukan corak dari sebuah pemikiran khususnya keagamaan.Suatu pemikiran yang memberikan kekuatan yang besar terhadap akal, maka akan bercorak rasional, sebaliknya jika memberikan daya yang kecil terhadap akal maka pemikiran tersebut bersifat tradisional. Wahyu merupakan penolong bagi akal untuk mengetahui alam akhirat dan keadaan hidup manusia nanti. Wahyu juga memberikan kepada akal informasi tentang kesenangan dan kesengsaraan serta bentuk perhitungan yang akan dihadapinya. Sungguhpun semua itu sukar untuk dirasakan secara fisik, akan tetapi akal dapat memahami adanya hal-haltersebut. Wahyu menjadi pemberi informasi kepada akal dalam mengatur masyarakat dalam mendidik manusia agar hidup dengan damai sesamanya dan membukakan rahasia cinta yang menjadi ketentraman hidup dalam bermasyarakat. Wahyu juga membawa syari‟at yang mendorong manusia untuk melaksanakan kewajiban. BAB VI P E N U T U P

A. Kesimpulan