pada setiap organ tubuh lenyap secara total, maka akan mengalami kematian.
Manusia memperoleh pengetahuan dengan akal aktif yang menyinari jiwanya, meskipun ia hidup dalam keterasingan dan tidak kontak dengan
manusia lain. Begitu pula ia dapat mencapai segala hakekat dan merasakannya dengan akalnya itu dengan bantuan unsur luar. Akan tetapi
dengan syarat, manusia itu adalah manusia yang telah diberi oleh Yang Maha Kuasa kemampuan filosofis seperti Hayy bin Yaqdzon.
Filsafat merupakan pemahaman akal secara murni atas kebenaran konsep-konsep dan imajinasi sesungguhnya tidak dapat dijangkau cara-cara
pengungkapan konvensional. Hal seperti itu hanya dapat dimengerti oleh kalangan filosof. Agama diperuntukkan bagi semua orang dengan tidak
mengabaikan tingkatan-tingkatan kemampuan akal para penganutnya antara yang awam dan khawas. Filsafat hanya diberikan kepada orang-orang
berbakat yang sedikit jumlahnya. Kelebihan mereka harus dipahami secara hati-hati, dalam konteks yang bersamaan dengan agama, karena keduanya
membawa “satu” kebenaran sekalipun dengan cara yang berbeda.
C. Aspek Aksiologi
Akal adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia, oleh karena ia sajalah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal merupakan
tonggak kehidupan manusia dan dasar kelanjutan wujudnya.Peningkatan
daya akal merupakan salah satu dasar pembinaan budi pekerti mulia yang menjadi dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa.
Akal pikiran merupakan suatu nikmat dari Allah yang tiada taranya diberikan kepada manusia.Manusia dengan akalnya berpikir dan
memikirkan apa yang terjadi di sekitarnya. Akal pula yang bisa membedakan manusia dari makhluk lainnya yang juga berada di bumi
ini.Manusia dengan akalnya membedakan yang baik dan yang buruk, dan membedakan yang membahayakan dan menyenangkan pada dirinya.
Manusia dengan akalnya berusaha mengatasi setiap kesulitan- kesulitan yang dihadapinya, membuat perencanaan dalam hidupnya,
melakukan pengkajian dan penelitian, yang akhirnya menjadikan manusia sebagai makhluk yang unggul di muka bumi ini. Hal ini dirasakan betapa
hebatnya akal yang telah dianugerahkan pada manusia, meskipun akal yang dianugerahkan pada manusia mempunyai batasan-batasan tertentu.Adapun
hal-hal yang tidak dijawab oleh akal, yakni tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan alam ghaib seperti kehidupan sesudah mati, hari kiamat,
dan lain sebagainya. Besar kecilnya peranan akal sangat menentukan dinamis atau tidaknya
pemahaman seseorang tentang ajaran Islam.Lemah atau kuatnya kekuatan akal dapat menentukan corak dari sebuah pemikiran khususnya
keagamaan.Suatu pemikiran yang memberikan kekuatan yang besar terhadap akal, maka akan bercorak rasional, sebaliknya jika memberikan
daya yang kecil terhadap akal maka pemikiran tersebut bersifat tradisional.
Wahyu merupakan penolong bagi akal untuk mengetahui alam akhirat dan keadaan hidup manusia nanti. Wahyu juga memberikan kepada akal
informasi tentang kesenangan dan kesengsaraan serta bentuk perhitungan yang akan dihadapinya. Sungguhpun semua itu sukar untuk dirasakan secara
fisik, akan tetapi akal dapat memahami adanya hal-haltersebut. Wahyu menjadi pemberi informasi kepada akal dalam mengatur
masyarakat dalam mendidik manusia agar hidup dengan damai sesamanya dan membukakan rahasia cinta yang menjadi ketentraman hidup dalam
bermasyarakat. Wahyu juga membawa syari‟at yang mendorong manusia untuk melaksanakan kewajiban.
BAB VI P E N U T U P
A. Kesimpulan