Adapun  aturan- aturan  ta‟wil  menurut  Ibnu  Rusyd,  Pertama,  setiap
orang harus
menerima dasar-dasar
prinsip- prinsip  Syara‟  dan
mengikutinya,  serta  menginsyafi  bahwa  Syara‟  melarang  untuk memperkatakan  hal-hal  yang  tidak  disinggung-singgung  olehnya.  Kedua,
golongan  yang  berhak  mengadaka n  ta‟wil  hanya  golongan  filosof  semata-
mata,  bahkan  filosof-filosof  tertentu  saja,  yaitu  mereka  yang  mendalami ilmunya.  Ketiga,  hasil  penakwilan  hanya  bisa  dikemukakan  kepada
golongan  pemakai  qiyas  burhani,  jelasnya  filosof-filosof,  bukan  kepada orang  awam,  karena  bagian  orang  awam  hanya  lahir  nash  ahlud-dhahir,
sedang  arti  ta‟wil  ialah  membatalkan  lahirnya  nash.  Keempat,  kaum muslimin sudah sepakat pendapatnya, bahwa dalam Syara‟ ada tiga bagian,
yaitu: 1 bagian yang harus diartikan menurut lahirnya; 2 bagian yang harus dita‟wilkan; 3 bagian yang masih diperselisihkan.
70
D. Risalah Hayy bin Yaqdzon
Roman  ini  diawali  dengan  kisah  seorang  bayi  yang  dihanyutkan ibunya  dalam  versi  lain,  ia  terlahir  secara  spontan  karena  keseimbangan
unsur-unsur tanah dan diasuh olehseekor rusa betina di sebuah pulau yang tidak berpenghuni.
71
Namun  para  salafus  saleh-Radliallohu  anhu  berbeda  pendapat mengenai  asal-usul  Hayy  bin  Yaqdzon.  Benarkah  ia  adalah  manusia  yang
terlahir langsung dari dalam tanah tanpa melalui perantaraan ayah ibu? Atau
70
Ibid., h. 64
71
Ahmad  Zainul  Hamdi,  Tujuh  Filsuf  Muslim:  Pembuka  Pintu  Gerbang  Filsafat  Barat Modern, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004, h. 168
ia  tetaplah  seorang  anak  yang  tercipta  dengan  perantaan  ayah  ibu.  Para salafus  shaleh  ada  yang  berpendapat  bahwa  Hayy  bin  Yaqdzon  adalah
manusia  yang tercipta langsung dari tanah liat  yang menggumpal di  dalam pulau  tersebut.  Tanpa  perantaraan  ayah  ibu.  Namun  diantara  mereka  ada
yang  sependapat  dengan  pendapat  tersebut,  lalu  meriwayatkan  satu  kisah mengenai asal-usul hadirnya Hayy bin Yaqdzon di muka bumi.
72
Ada sebuah pulau yang besar dengan tanah-tanah luas yang ditumbuhi bermacam-macam  buah-buahan.  Pulau  tersebut  ramai  dihuni  manusia.
Seorang  raja  yang  takabur  dan  sangat  angkuh  telah  memerintah  daerah tersebut.  Raja  tersebut  memiliki  saudara  perempuan  yang  sangat  rupawan
dan  cantik  jelita.  Sang  raja  melarang  saudaranya  menikah  kecuali  dengan laki-laki yang sepadan dengannya.
73
Sang  raja  memiliki  sahabat  bernama  Yaqdzon.  Yaqdzon  menikahi saudara raja secara sembunyi-sembunyi namun sah menurut madzhab yang
berlaku  pada  masa  itu.  Tak  lama  berselang  istrinya  hamil  dan  melahirkan seorang  bayi  laki-laki  yang  tampan  rupawan.  Rasa  takut  dan  kekhawatiran
yang  mendera  jiwa  memaksa  sang  ibu  untuk  meletakkan  bayi  tersebut  di dalam peti setelah puas menyusuinya. Bayi itu ia susui hingga kenyang dan
tertidur pulas.
74
Malam  harinya,  bersama  dengan  para  pembantu  dan  orang-orang kepercayaan,  ia  keluar  menuju  tepi  pantai.  Jiwanya  terasa  tak  menentu.
72
Ibnu  Thufail,  Hayy  bin  Yaqdzon:  Manusia  dalam  Asuhan  Rusa,  terj.  Nurhidayah, Yogyakarta: Navila, 2010, h. 135
73
Ibnu Thufail, Hayy bin Yaqdzon: Manusia dalam Asuhan Rusa, h. 136
74
Ibid.
Hatinya bedebar-debar keras. Perasaan cinta dan  takut kehilangan menyatu dan  sangat  menyiksa  jiwa.  Namun  rasa  takut  akan  kekejaman  saudaranya,
sang  raja  memaksanya  untuk  melaksanakan  rencananya.  Ketika  hendak menghanyutkan  peti  itu  ia  sempat  bermunajat  kepada  Tuhannya  dan
berkata,  “Ya  Allah.  Engkaulah  yang  menjadikan  anak  ini  di  waktu  dia belum ada.  Ia adalah karunia  yang Engkau anugerahkan untuk  kami dalam
kepekatan  derita.  Engkau  telah  memeliharanya  semasa  ia  berada  dalam kandunganku.  Engkaupun  telah  memeliharanya  dari  lahir  hingga  saat  ini.
Karena rasa takutku akan kelaliman raja ini, kukembalikan lagi  karunia ini pada kerahiman-Mu. Aku memohon kepada-Mu wahai Tuhanku. Berikanlah
karunia-Mu untuknya. Lindungilah karunia-Mu ini. Jangan pernah Kau sia- siakan atau Kau tinggalkan dia, wahai Tuhan yang Mahapengasih.”
Usai  bermunajat,  ia  hanyutkan  peti  itu  ke  dalam  lautan.  Air  pasang yang  hanya  datang  satu  tahun  sekali  segera  menyambutnya.  Peti  itu
disambut  air  laut  yang  sedang  pasang  dengansuka  cita.  Ombak  lautan mendekapnya dalam pekat malam selama beberapa waktu hingga sampai ke
tepi  pantai  sebuah  pulau  yang  tak  dihuni  manusia.  Peti  tersebut  telah tertutup  ranting  dan  daun  kayu.  Terlindung  dari  hujan  dan  panas  matahari.
Setelah  pasang  mulai  turun,  peti  tersebut  terdampar  di  sebuah  pulau  yang tak  dihuni  manusia  setelah  terhempas  beberapa  kali.  Karena  dipermainkan
ombak laut, pecahlah kunci peti, dan terengganglah kayu-kayu yang berada di sekeliling peti.
Beberapa  saat  lamanya,  peti  itu  tetap  berada  di  tempatnya  semula. Angin  yang  menyusup  kedalam  kelebatan  hutan  menerbangkan  pasir  yang
ada  di  sekililing  hingga  menutupi  peti  tersebut.  Paku-paku  yang  menancap di  peti  telah  terlepas.  Sementara  papan-papan  yang  menyangga  telah
terbelah ketika air melemparkannya ke dalam hutan.
75
Setelah  beberapa  waktu  lamanya,  ketika  bayi  itu  tak  lagi  mampu menahan  rasa  lapar,  ia  menangis  dan  bergerak-gerak.  Berharap  ada  yang
mau menolongnya. Suara tangis itu menyusup hingga sampai ke telinga rusa yang  tengah  kehilangan  anak.  Seekor  rusa  yang  sedang  berjalan  karena
derita  dan  rasa  rindunya  yang  tiada  tertahan  kepada  anak  yang  terpisah darinya.  Ketika  telinganya  menangkap  tangis  bayi,  ia  mengira  bahwa
tangisan  itu adalah suara anaknya yang hilang. Ia hampiri suara tangis itu. Ia  berkhayal  bahwa  suara  itu  adalah  suara  anaknya  yang  hilang.  Ketika
sampai, ia periksa peti itu dengan kuku kakinya yang terbelah. Ia singkirkan dedaunan,  ranting-ranting  serta  pasir  yang  menutupi  peti  itu.  Ketika
matanya  menyaksikan  wajah  bayi  manusia,  terbit  rasa  cinta  dan  kasih sayang di dalam lubuk hatinya. Begitupun sebaliknya. Ketika bayi tersebut
melihat  induk  rusa  yang  berada  di  dekatnya,  timbul  rasa  sayang  dalam jiwanya.  Rusa  tersebut  segera  menyusui  bayi  tersebut  sampai  kenyang  dan
puas. Ia pelihara bayi tersebut dan menjaganya dari semua derita.
75
Ibid., h. 137
Ini adalah pendapat salafus saleh yang tidak percaya bahwa  Hayy bin Yaqdzon  tercipta  dari  tanah  liat  dan  terlahir  secara  langsung  dari  dalam
tanah.
76
Sementara salafus saleh yang yakin bahwa Hayy lahir secara langsung dari  perut  bumi  berkata  bahwa  jauh  di  tengah  bumi  pulau  Wak-wak,  ada
segumpal tanah liat  yang selama bertahun-tahun mengendap di perut bumi. Karena  terlalu  lama  mengendap,  beberapa  unsur  seperti  panas  dan  dingin,
kering  dan  basah  menyatu  di  gumpalan  tanah  tersebut.  Unsur-unsur  yang saling bertentangan itu menyatu dan bercampur dan seimbang.
77
Tanah  yang  mengendap  di  dasar  bumi  pulau  tersebut  sangat  banyak. Namun unsur-unsur  yang  ada di  dalam tanah  yang mengendap itu tidaklah
sama. Sebagian unsur lebih mendominasi dibanding unsur lain untuk sebuah adonan.  Hanya  endapan  tanah  yang  berada  tepat  di  tengah  bumi  saja  yang
memiliki  kandungan  unsur-unsur  yang  lebih  seimbang  dan  sempurna. Sehingga  unsur-unsur  yang  terdapat  dalam  adonan  tersebut  serupa  dengan
unsur-unsur  yang  tedapat  di  dalam  raga  seorang  anak  manusia.  Secara perlahan-lahan  gumpalan  tanah  yang  kandungan  unsurnya  menyerupai
manusia  tersebut  bergerak-gerak.  Dalam  endapan  tanah  tersebut  tercipta sesuatu  yang  menyerupai  gelembung.  Gelembung-gelembung  itu  seakan
mendidih  karena  lekat.  Tercipta  kelengketan  di  tengah-tengah  gelembung. Terdapat  gelembung  lain  yang  lebih  kecil  di  atas  kelengketan.  Gelembung
kecil tersebut terbagi menjadi dua bagian. Ada pembatas diantara keduanya,
76
Ibid., h. 138
77
Ibid.
seperti  selaput  tipis  yang  dipenuhi  dengan  benda  sangat  lembut  dan berbentuk  udara  yang  sangat  seimbang.  Saat  itulah  Ruh  yang  merupakan
urusan Allah masuk kedalamnya. Ruh itu melekat erat di dalam gelembung kecil tersebut hingga tak mudah untuk dilepaskan. Baik dengan indera atau
dilihat dari sudut logika. Karena Ruh adalah sesuatu yang berasal dari Allah. Kedudukan  Ruh  sama  dengan  kedudukan  cahaya  mentari  yang  menyinari
bumi.
78
Mereka berpendapat, pada saat Ruh tersebut masuk ke dalam endapan tanah  yang  memiliki  unsur-unsur  yang  serupa  dengan  unsur  dalam  tubuh
manusia,  maka  pada  saat  yang  bersamaan,  semua  kekuatan  yang  ada  di dalam  endapan  ini  akan  tunduk  dan  patuh  kepada  ruh  tersebut  dengan  izin
Allah.  Mereka  tunduk  kepada  kesempurnaan  ruh  yang  ada  dalam gelembung  tersebut.  Hingga  Ruh  lah  yang  berfungsi  mengatur  endapan
tanah  tersebut.  Pada  saat  itu,  di  dalam  endapan  tanah  tersebut  ada gelembung  lain  yang  terbagi  menjadi  tiga  bagian.  Masing-masing  bagian
dibatasi  selaput  lembut  dan  lubang-lubang  kecil  yang  bisa  ditembus  Ruh. Gelembung itu sarat dengan benda berbentuk udara yang terdapat di dalam
endapan tanah pertama. Namun udara yang memenuhinya lebih lembut dari udara yang memenuhi endapan tanah pertama.
79
Dalam  ketiga  gelembung  yang  berasal  dari  satu  endapan  ini  dari gelembung  pertama  hingga  gelembung  ketiga  terdapat  satu  kekuatan  yang
tunduk dan patuh kepada Ruh. Kekuatan ini memiliki fungsi untuk menjaga
78
Ibid., h. 139
79
Ibid., h.141
dan bekerja untuk Ruh. Semua yang ada di dalam gelembung tersebut, dari yang  paling  detail  hingga  yang  paling  besar  kembali  ke  Ruh  yang
berhubungan dengan endapan pertama.
80
Tercipta  gelembung  ketiga  yang  berisi  benda  berbentuk  udara  di sekitar  endapan  ini,  di  depan  endapan  kedua.  Benda  yang  memenuhi
gelembung ketiga ini lebih tebal dari dua benda yang berbentuk udara yang ada di  gelembung  pertama dan  gelembung  kedua sebelumnya. Benda  yang
ada di  dalam endapan ini adalah bagian dari kekuatan  yang tunduk  kepada Ruh  dan  memiliki  fungsi  untuk  melindungi  dan  melaksanakan  semua
perintah  Ruh.  Endapan  pertama,  endapan  kedua  dan  endapan  ketiga  ini adalah  benda  yang  pertama  kali  dicipta  dari  tanah  liat  yang  mengendap
dalam urutan yang telah kita sebutkan sebelumnya.
81
Masing-masing  endapan  saling  membutuhkan  endapan  lain.  Endapan pertama sangat  membutuhkan endapan kedua dan ketiga. Kebutuhan untuk
dilayani  dan  menguasai.  Sementara  dua  endapan  lain  membutuhkan endapan  pertama  seperti  sesuatu  yang  dipimpin  membutuhkan  pemimpin.
Kebutuhan sesuatu  yang diatur kepada  yang mengatur. Endapan kedua dan endapan  ketiga  jika  menciptakan  anggota  baru,  maka  keduanya  adalah
pemimpin  bagi  anggota-anggota  yang  ia  ciptakan.Namun  kepemimpinan endapan  kedua  lebih  sempurna  disbandingendapan  ketiga.  Endapan  kedua,
ketika  berhubungan  dengan  Ruh,  dan  menyalakan  panas  Ruh,  akan berbentuk api As-Shonubury sanubari. Ia juga berbentuk benda tebal yang
80
Ibid., h. 142
81
Ibid.
mengililingi api As- Shonubury sanubari dan berbentuk serupa dengannya. Endapan  tersebut  akan  berubah  menjadi  daging  yang  melekat.  Daging
tersebut  bagi  selubung  yang  menutupinya  untuk  menjaga  dan melindunginya.
82
Secara  keseluruhan  anggota  badan  ini  bernama  jantung.Jantung tersebut  membutuhkan  sesuatu  yang  bisa  sampai  ke  tempatnya  dan
memberinya  makanan.  Karena  jantung  membutuhkan  panas  yang  berasal dari  makanan  yang  dicerna.  Jantung  selalu  bergantung  kepada  makanan
yang  dicerna  tubuh.  Karena  jika  tidak  bergantung  kepada  makanan  yang dicerna, ia takkan mampu bertahan lama.  Selain  membutuhkan panas  yang
berasal  dari  makanan  yang  dicerna  tubuh,  jantung  juga  butuh  merasakan sesuatu  yang  sesuai  untuknya,  untuk  ia  tarik,  dan  merasakan  sesuatu  yang
bertentangan dengannya untuk ia tolak. Jantung memiliki dua anggota yang memiliki  kekuatan  yang  berasal  darinya  untuk  memenuhi  kebutuhan-
kebutuhan  jantung.  Anggota  yang  memenuhi  kebutuhan  rasa  jantung bernama  Dimagh  otak.  Sementara  anggota  yang  menanggung  kebutuhan
makannya  bernama  Kibdah  hati.  Kedua  anggota  tersebut  membutuhkan jantung.  Karena  jantunglah  yang  memberi  keduanya  panas  yang  ada
didalam rongga badannya dengan kekuatan khusus mereka yang sebenarnya berasal  dari  jantung.  Karena  itulah  Ruh  memenuhi  jalan  dan  celah-celah
yang  ada  di  antara  mereka  berdua.  Jalan-jalan  atau  lorong-lorong  yang berhubungan dengan jantung. Sebagian jalanan atau lorong-lorong tersebut
82
Ibid., h. 143
lebih  luas  dibanding  sebagian  lain.  Sesuai  dengan  kebutuhan  masing- masing.  Jalan-jalan  dan  lorong-lorong  tersebut  bernama  urat  nadi  dan  urat
pembuluh darah.
83
Setelah penciptaan jantung dan anggota-anggotanya, maka penciptaan gelembung  tersebut  hingga  menjadi  manusia  seperti  pendapat  ilmuwan.
Hingga sempurna dan lengkap anggota badannya. Lalu pada saat yang tepat, bayi  tersebut  keluar  dari  rahim  seorang  ibu.  Dalam  menyempurnakan  bayi
Hayy  tersebut,  ia  dibantu  tanah  endapan  yang  ada  disekitarnya.  Tanah endapan yang unsur-unsurnya tidak sama dengan unsur-unsur yang terdapat
dalam  tubuh  manusia.  Ketika  telah  sempurna  masanya,  dengan  dibantu tanah  liat  yang  mengendap  disekitarnya,  endapan  yang  telah  berubah  itu
secara  perlahan-lahan  mulai  bergerak.  Selaput  yang  menutupi  badannya mulai  merekah.  Selaput  itu  robek.  Bagai  koyaknya  selaput  yang
membungkus  bayi  yang  di  dalam  rahim  ketika  hendak  keluar  dari  rahim manusia.  Tanah  yang  ada  di  sekitarnya  pun  membelah  karena  kering  dan
keras.
84
Bayi  tersebut  pada  saat  keluar  dari  dalam  tanah  yang  membelah karena  kering  dan  panas,  ia  menangis  sebagaimana  tangisan  bayi  yang
terlahir dari rahim manusia. Bersamaan dengan itu, seekor induk rusa yang tengah mencari anaknya yang hilang melintas didekatnya.
85
Pulau  tersebut  adalah  pulau  yang  aman.  Tiada  binatang  buas  yang menghuni pulau itu. Hingga induk rusa itu dapat mendidik dan memelihara
83
Ibid.
84
Ibid., h. 144
85
Ibid., h. 145
Hayy  bayi  dengan  tenang.  Bayi  itu  pun  tumbuh  dan  berkembang  dengan baik. Ia meminum air susu rusa selama dua tahun penuh. Perlahan-lahan ia
mulai  belajar  berjalan.  Gigi-giginya  pun  mulai  tumbuh.  Ia  selalu membuntuti  rusa  itu  kemanapun  induk  itu  pergi.  Begitu  pula  sebaliknya.
Rusa  itu  sangat  menyayangi  Hayy.  Ia  selalu  menjaga  dan  menggendong Hayy  ke  tempat-tempat  yang  ditumbuhi  pohon  dengan  buah-buahan  yang
lezat.  Ia  akan  menyuapi  Hayy  dengan  buah-buahan  yang  sudah  matang. Buah  yang  berserakan  dan  terjatuh  dari  pohonnya.  Buah-buahan  yang  ia
temukan  keras,  sebelum  menyuapkannya  ke  mulut  Hayy,  ia  akan memecahkan  buah  tersebut  dengan  gigi  gerahamnya.  Setiap  kali  Hayy
menginginkan  air  susu,  ia  akan  memuaskannya.  Setiapkali  Hayy  merasa haus  dan  menginginkan  air  minum,  ia  akan  mendudukkan  Hayy  di  atas
punggungnya  dan  membawanya  ke  danau  atau  sungai  yang  tak  jauh  dari tempat  mereka.  Jika  Hayy  kepanasan  karena  terik  matahari,  ia  akan
memayungi dengan
tubuhnya. Jika
Hayy kedinginan,
ia akan
menghangatkan  dengan  memeluk  tubuhnya.  Setiap  malam  menjelang,  ia akan  membawa  Hayy  ke  tempat  mereka  dan  menyelimuti  tubuh  kecil  itu
dengan bulu-bulu yang memenuhi peti. Kebiasaan mereka berdua pergi dan datang kembali ke tempat itu diikuti sekawanan rusa yang lepas dan tinggal
di sekitar mereka berdua.
86
Mereka berdua selalu melakukan kegiatan datang dan pergi bersama- sama  selama  beberapa  waktu.  Hayy  belajar  menirukan  suara  nyanyian
86
Ibid., 146
induknya hingga suara mereka berdua tak dapat dibedakan. Ia juga berusaha mengenali suara-suara burung, dan suara binatang-binatang lain. Ia mampu
dengan  kekuatan  jiwanya,  menirukan  suara-suara  tersebut  hingga  nyaris serupa. Suara-suara tersebut hingga nyaris serupa. Namun suara yang paling
banyak  ia  tirukan  adalah  suara  sang  induk  yang  selalu  mendampinginya kemanapun  ia  pergi.  Terutama  ketika  berteriak  meminta  bantuan,  mencari
dan  memanggil  teman-temannya  dan  ketika  marah.  Karena  suara  masing- masing  hewan  dalam  beberapa  kesempatan  berbeda  dengan  kesempatan
lain.  Ia  ikuti  suara-suara  itu.  Hingga  hewan-hewan  liar  itu  bisa  mengenali dirinya,  dan  ia  mengenali  hewan-hewan  liar  itu.  Mereka  tidak
mengganggunya, dan ia pun tidak mengganggu mereka.
87
Apa yang ia saksikan, ia amati secara mendalam. Ia perhatikan hewan- hewan  yang  hidup  di  hutan  itu.  Ia  lihat  hewan-hewan  itu  memiliki  sengat,
bulu  dan  ekor  yang  bermacam-macam.  Ada  hewan  buas  diantara  mereka yang  memiliki  kekuatan  dalam  menyerang.  Ada  hewan  yang  memiliki
senjata untuk mempertahankan diri. Seperti tanduk, taring, tapak kaki kuda, tanduk  dan  kuku  yang  tajam.  Setelah  itu,  ia  amati  tubuhnya  sendiri.
Tubuhnya  yang  telanjang,  tanpa  bulu  dan  ekor.  Ia  juga  tidak  memiliki senjata,  atau  kekuatan  dalam  menyerang.  Tubuhnya  sangat  lemah.
Setiapkali makanannya di rampas binatang liar, atau ketika mereka berbuat
87
Ibid., h. 147
sewenang-wenang  kepada  hewan  lemah,  ia  tak  mampu  membela  diri  atau menghindari semua itu.
88
Saat  itu  usianya  memasuki  angka  tujuh  tahun.  Ia  merasa  putus  asa menanti  tubuhnya  menjadi  sempurna  seperti  hewan-hewan  lain.  Sementara
kekurangan  tubuhnya  membuat  dirinya  terjebak  dalam  lubang  bahaya.  Ia kumpulkan  dedaunan  pohon  yang  lebar.  Daun-daun  itu  ia  rangkai  dengan
menggunakan  daun  pohon  kurma  dan  cabang  pohon  alfa  yang  ia  gunakan seperti  tali  untuk  mengikat  dedaunan  itu.  Sebagian  rangkaian  dedaunan  itu
ia  letakkan  di  bagian  belakang  tubuhnya,  sementara  sebagian  lagi  ia letakkan  di  bagian  depan.  Setelah  dedaunan  itu  menjadi  rangkaian,  ia
kenakan dedaunan itu. Ia takpernah melepas rangkaian dedaunan tersebut. Ia biarkan  dedaunan  itu  lekat  di  tubuhnya  hingga  layu,  kering  dan  berjatuhan
sendiri.  Setiapkali  dedaunan  itu  layu,  kering  dan  rapuh,  ia  ganti  dengan dedaunan  baru  yang  masih  basah  dan  segar.  Ikatannya  agak  ia  kendorkan.
Mungkin  dengan  mengendorkan  ikatannya,  dedaunan  itu  akan  mampu bertahan  lebih  lama  dan  tak  mudah  kering.  Namun  dedaunan  itu  tetap  saja
mudah  kering  dan  jatuh  berguguran,  meski  ikatannya  telah  ia  kendorkan. Dedaunan  itu  tetap  saja  tak  mampu  bertahan  lama,  sama  seperti  ketika
dedaunan itu ia ikat dengan kuat.
89
Ia ambil sebatang kayu. Ia gunakan kayu tersebut sebagai tongkat.  Ia ratakan ujung batang kayu itu. Ia luruskan. Ia hilangkan apa yang melekat di
batang  kayu  itu  hingga  menjadi  tongkat.  Tongkat  itu  ia  gunakan  untuk
88
Ibid.
89
Ibid., h. 149
mengusir semua hewan liar  yang menyerangnya.  Ia lindungi  hewan-hewan yang lemah dengan tongkat itu. Ia juga melawan hewan yang kuat diantara
mereka.  Ia  halau  hewan-hewan  itu  dengan  menggunakan  tongkat  yang  ia gerakkan denga sedikit kekuatan dan kecerdasan yang ia miliki.
90
Semakin  lama,  ia  merasa  kalau  tangannya  lebih  berguna  dibanding tangan  hewan-hewan  lain.  Hayy  mampu  menutupi  auratnya  dan
menggenggam  tongkat  dengan  kedua  tangannya.  Karena  kedua  tangannya pula ia tak lagi merasa membutuhkan ekor dan senjata yang lekat di tubuh.
91
Dalam menyempurnakan kekurangan fisik, tubuhnya semakin tumbuh dan berkembang. Saat itu ia telah berada dibawah asuhan induk rusa selama
tujuh  tahun.  Seiring  waktu  tubuhnya  semakin  tumbuh  dan  berkembang  ia mulai  menemukan  kesulitan  dalam  memperbaharuhi  dedaunan  yang  ia
gunakan untuk menutupi auratnya.
92
Jiwanya  mendorongnya  untuk  mengambil  kulit  dan  ekor  hewan  liar yang mati untuk ia letakkan di tubuh. Tapi ia menemukan kesulitan karena
hewan-hewan  liar  yang  masih  hidup  akan  selalu  menjaga  dan  menunggui disekitar  mayat  hewan  liar  yang  mati.  Hewan-hewan  liar  itu  membuatnya
takut mendekati hewan liar yang telah mati. Ia tak berani mendekati hewan liar yang telah mati.
Namun  beberapa  hari  kemudian  ia  menyaksikan  bangkai  hewan  liar yang  telah  mati.  Kulit  hewan  tersebut  telah  terkelupas.  Mayat  hewan  liar
itupun  tidak  ditunggui.  Kulit  itu  mendorong  dirinya  untuk  mewujudkan
90
Ibid.
91
Ibid., h. 150
92
Ibid., h. 151
angannya. Ketika ia tak melihat kawanan hewan liar yang ada di sekeliling bangkai,  ia  hampiri  hewan  tersebut.  Ia  potong  sayap  dan  ekornya
sebagaimana  asalnya.  Ia  kelupas  kulitnya.  Ia  potong  kulit  tersebut  menjadi dua bagian. Sebagian potongan ia ikatkan ke punggung. Sementara sebagian
lagi  ia  ikat  dari  perut  ke  bawah.  Setelah  itu  ia  ikat  ekornya  dibelakang tubuhnya.  Ia  ikat  sayap  yang  ia  potong  di  kedua  lengannya.  Ia  mampu
menutupi dan menghangatkan badannya dengan kulit hewan itu. Ia juga bisa membuat  hewan-hewan  liar  lain  yang  melihatnya  menjadi  ketakutan.
Hingga mereka tak lagi mengganggu dan menyerangnya.
93
Setelah  mengenakan  kulit  tersebut,  tidak  ada  binatang  yang  berani mendekatinya  selain  induk  rusa  yang  telah  memelihara  dan  mendidiknya
sekian lama. Ia tak pernah berpisah dengan induk rusa itu. Rusa itu pun tak pernah  meninggalkannya  hingga  tua  dan  lemah.  Hayy  meloncat-loncat
dengan  tetap  mengenakan  kulit  itu  di  padang-padang  yang  subur  dan memetik buah-buahan yang lezat lalu memakannya.
94
Sementara  induk  rusa  yang  selama  ini  mengasuhnya,  semakin  lama semakin  kurus  dan  bertambah  lemah.  Kelemahan  mulai  mengalahkan  dan
menguasai  tubuhnya.  Ketika  maut  menjelang,  semua  gerakan  yang  selama ini  lekat  dengan  tubuhnya  terhenti  total.  Semua  perbuatan  yang  lekat
dengannya menjadi rusak dan tiada tersisa.
95
Hayy  bin  Yaqzon  merasa  sedih  dan  gelisah  serta  penasarandengan kematian  ibunya  ini  lalu  mencari  sebab-sebab  kematiannya.  Dia  pun
93
Ibid.
94
Ibid., h. 152
95
Ibid.
membedah  tubuh  rusa  itu  dengan  batu  tajam  dan  mengamati  organ- organnya,  bagian  demi  bagian,  namun  dia  tidak  menemukan  suatu  bagian
pun dari organ-organ itu yang rusak atau hilang. Tapi Hayy bin Yaqzon terus mengamati sambil berpikir. Akhirnya dia berkesimpulan bahwa pada tubuh
itu  sebenarnya  ada  bagian  yang  tak  terlihat  oleh  mata,  yang  bersifat immateri.  Bagian  inilah  yang  hilang  dari  tubuhnya  sang  rusa  dan
menyebabkan  kematiannya.  Kejadian  ini  membuat  Hayy  bin  Yaqzon  mulai mengetahui  adanya  roh  yang  menyebabkan  adanya  kehidupan.  Hilangnya
roh tersebut akan menyebabkan terjadinya kematian.
96
Sesudah  itu,  ia  mempelajari  bahan-bahan  logam,  tumbuh-tumbuhan, dan  hewan-hewan  yang  terdapat  di  pulau  kediamannya,  mempelajari
suaranya  yang  bermacam-macam  dan  menirunya  pula.  Ia  memperhatikan gejala-gejala  di  angkasa,  dan  karena  tertarik  oleh  keaneka-ragaman  yang
terdapat pada alam, maka ia berusaha untuk menemukan keseragaman pada kesemuanya.
97
Ia  akhirnya  memastikan  bahwa  di  balik  keaneka-ragaman  tentu  ada keseragaman  kesatuan  dan  kekuatan  yang  tersembunyi  dan  yang  ganjil,
suci  dan  tidak  terlihat.  Ia  menyebutnya “Sebab  Pertama”  atau  “Pencipta
Dunia”.  Ia  kemudian  merenungkan  dirinya  sendiri  dan  alat  yang  dipakai untuk  memperoleh  pengetahuan.  Arah  penyelidikannya  kemudian  berubah
menjadi  perenungan  terhadap  dirinya  sendiri.  Ia  akhirnya  menemukan
96
Maftukhin, Filsafat Islam, h. 182
97
Hasan Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h. 162
unsur-unsur  pertama  atau  substansi  pertama,  susunannya,  benda,  bentuk, dan akhirnya jiwa dan keabadiannya.
98
Hayy  memperhatikan  aliran  air  dan  menyusuri  sumbernya  sampai kepada  suatu  sumber  air  yang  memancar  dan  melimpah  sebagai  sungai,
maka  ia  terbimbing  untuk  mengatakan  bahwa  manusia  juga  pasti mempunyai satu sumber bersama.
99
Selanjutnya  Hayy  bin  Yaqdzon  merenungkan  tentang  langit,  gerakan bintang-bintang,  peredaran  bulan  dan  pengaruhnya  atas  bumi.  Ia  kemudian
menentukan garis pemikirannya sendiri, dan menjahui pembunuhan hewan- hewan,  kemudian  ia  sudah  puas  dengan  makan  buah-buahan  yang  masak
dan tumbuh-tumbuhan dan hanya dalam keadaan terpaksa saja ia memakan daging hewan.
100
Akhirnya muncul suatu gagasan dalam dirinya tentang adanya  Wujud Utama  yang  wajib  al-wujud  dan  bersifat  immateri,  yaitu  Tuhan.Hayy  bin
Yaqzon  kemudian  selalu  berusaha  untuk  dekat  dengan  Tuhan,  karena disanalah letak kebahagiaan dan kebebasan dari kesengsaraan. Demikianlah
seterusnya  Hayy  bin  Yaqzon  merenung  dan  bertafakur  tentang  Tuhan  dan makhluk-Nya.
101
Semua itu  Hayy jalani  hingga ia berusia limapuluh  tahun. Saat  itulah ia  berjumpa  dengan  Isal  yang  datang  dari  pulau  seberang  pulau  Wak-wak.
98
Ibid.
99
Ibid.
100
Ibid., h. 163
101
Maftukhin, Filsafat Islam, h. 183
Isal sengaja datang ke pulau Wak-wak untuk ber-uzlah mengasingkan diri untuk mempelajari hakekat ajaran agama yang ia anut.
102
Ketika  Isal  sampai  di  pulau  Wak-wak,  Hayy  tengah  berada  di  dalam gua  dan  tenggelam  dalam  musyahadah.  Saat  Hayy  keluar  dari  dalam  gua
untuk mencari makanan, ia berjumpa dengan Isal. Isal  mengajari  Hayy  bahasa  manusia,  membaca  dan  menulis.  Setelah
memahami  bahasa  manusia,  membaca  dan  menulis,  Hayy  mulai menceritakan kisah hidupnya.
Ia  jelaskan  kepada  Isal  dari  awal  ia  memperoleh  pengetahuan inderawi,  percobaan  dan  kekuatan  berpikir.  Bagaimana  hingga  ia  sampai
kepada  hakikat  kauniyah  penciptaan.  Illat  penyebab  alam  semesta,  nafs jiwa  yang  bersifat  ruhani  dan  kekal.  Serta  kesesuaian  pengetahuan-
pengetahuan tersebut dengan inti ajaran agama. Sementara  Isal  bercerita  tentang  dirinya.  Ia  adalah  sahabat  Raja  di
seberang  pulau  Wak-wak.  Salaman  menjadi  Raja  di  pulau  tersebut.  Sang Raja menganut agama yang haq. Mereka mengambil ajaran agama tersebut
dari  nabi-nabi  terdahulu.  Salaman,  lebih  cenderung  untuk  menggunakan dhohir  yang  tersurat  ayat-ayat  ajaran  agama  tersebut  dan  menolak
ta‟wil memindahkan  arti  teks  dari  satu  arti  ke  arti  lain.  Sementara  dirinya  lebih
cenderung  untuk  menganut  ajaran  tasawuf  dan  berpikir.  Perbedaan  itulah yang mendorong Isal untuk meninggalkan sahabatnya, Salaman.
103
102
Ibnu Thufail, Hayy bin Yaqdzon: Manusia dalam Asuhan Rusa, h. 7
103
Ibid., h. 8
Hayy dan Isal pada dasarnya memiliki kesamaan pendapat. Perbedaan keduanya  hanya  cara  mendapatkan  pengetahuan  dan  ilmu  saja.  Namun
natijah hasil pengetahuan yang mereka miliki adalah satu.
104
Ketika  mendengar  penjelasan  Isal,  ia  meminta  Isal  untuk  pergi  agar dapat  membagi  apa  yang  telah  ia  dapatkan.  Ia  ingin  mengenalkan  hakekat
kubro  hakekat  metafisika  yang  tidak  dapat  dijangkau  secara  sederhana serta mengenal cinta Allah, agar mereka dapat meleburkan diri dengan-Nya.
Isal pun menyetujui permintaan tersebut. Hal  yang  mendorong  Hayy  untuk  menyampaikan  apa  yang  ia
dapatkan adalah keyakinannya bahwa manusia memiliki nurani yang sangat luar biasa, akal yang sangat cerdas dan jiwa yang sangat teguh.
Namun  seringkali  harapan  tak  sesuai  dengan  kenyataan.  Mereka  tak mampu  memahami  apa  yang  ia  sampaikan.  Bahkan  lebih  dari  itu,  mereka
membenci  Hayy  dan  apa  yang  ia  sampaikan.  Meski  kebencian  itu  tak mereka  tunjukkan  dan  hanya  mereka  simpan  dalam  hati.  Namun  mereka
menentang apa yang disampaikan oleh Hayy. Namun  semua  itu  tidak  membuat  kasih  sayangnya  hilang.  Ia  tetap
lembut  kepada  mereka  siang  malam.  Ia  tetap  berusaha  untuk  menjelaskan kebenaran kepada mereka. Baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan.  Tapi  mereka  tetap  mengingkari  apa  yang  disampaikan  Hayy. Meskipun pada dasarnya mereka sangat mencintai kebaikan dan kebenaran.
Namun  karena  nurani  mereka  tidak  lagi  murni,  mereka  tidak  berusaha
104
Ibid.
memahami  kebenaran  yang  ia  sampaikan.  Mereka  tidak  mau  mengambil keyakinan yang ia dapatkan.
105
Ia  mulai  putus  asa  dan  tidak  lagi  berharap  dapat  membuat  mereka lebih  baik.  Ia  bagi  manusia  ke  dalam  beberapa  golongan.  Menurutnya  tiap
golongan  memiliki  kebahagiaan  tersendiri.  Mereka  jadikan  hawa  nafsu mereka sebagai Tuhan. Mereka menyembah syahwat mereka.
Ketika Hayy dan Isal mulai melihat bahwa mereka tak mungkin dapat memperoleh  kebahagiaan  hakiki,  Hayy  dan  Isal  memutuskan  diri  untuk
tidak lagi mengusik mereka dan kembali ke pulau Wak-wak. Mereka kembali ke pulau Wak-wak dan menenggelamkan diri hingga
memperoleh keyakinan tertinggi seorang hamba Tuhan.
E. Ibnu Thufayl dan Neoplatonisme