Risalah Hayy bin Yaqdzon

Adapun aturan- aturan ta‟wil menurut Ibnu Rusyd, Pertama, setiap orang harus menerima dasar-dasar prinsip- prinsip Syara‟ dan mengikutinya, serta menginsyafi bahwa Syara‟ melarang untuk memperkatakan hal-hal yang tidak disinggung-singgung olehnya. Kedua, golongan yang berhak mengadaka n ta‟wil hanya golongan filosof semata- mata, bahkan filosof-filosof tertentu saja, yaitu mereka yang mendalami ilmunya. Ketiga, hasil penakwilan hanya bisa dikemukakan kepada golongan pemakai qiyas burhani, jelasnya filosof-filosof, bukan kepada orang awam, karena bagian orang awam hanya lahir nash ahlud-dhahir, sedang arti ta‟wil ialah membatalkan lahirnya nash. Keempat, kaum muslimin sudah sepakat pendapatnya, bahwa dalam Syara‟ ada tiga bagian, yaitu: 1 bagian yang harus diartikan menurut lahirnya; 2 bagian yang harus dita‟wilkan; 3 bagian yang masih diperselisihkan. 70

D. Risalah Hayy bin Yaqdzon

Roman ini diawali dengan kisah seorang bayi yang dihanyutkan ibunya dalam versi lain, ia terlahir secara spontan karena keseimbangan unsur-unsur tanah dan diasuh olehseekor rusa betina di sebuah pulau yang tidak berpenghuni. 71 Namun para salafus saleh-Radliallohu anhu berbeda pendapat mengenai asal-usul Hayy bin Yaqdzon. Benarkah ia adalah manusia yang terlahir langsung dari dalam tanah tanpa melalui perantaraan ayah ibu? Atau 70 Ibid., h. 64 71 Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim: Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat Modern, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004, h. 168 ia tetaplah seorang anak yang tercipta dengan perantaan ayah ibu. Para salafus shaleh ada yang berpendapat bahwa Hayy bin Yaqdzon adalah manusia yang tercipta langsung dari tanah liat yang menggumpal di dalam pulau tersebut. Tanpa perantaraan ayah ibu. Namun diantara mereka ada yang sependapat dengan pendapat tersebut, lalu meriwayatkan satu kisah mengenai asal-usul hadirnya Hayy bin Yaqdzon di muka bumi. 72 Ada sebuah pulau yang besar dengan tanah-tanah luas yang ditumbuhi bermacam-macam buah-buahan. Pulau tersebut ramai dihuni manusia. Seorang raja yang takabur dan sangat angkuh telah memerintah daerah tersebut. Raja tersebut memiliki saudara perempuan yang sangat rupawan dan cantik jelita. Sang raja melarang saudaranya menikah kecuali dengan laki-laki yang sepadan dengannya. 73 Sang raja memiliki sahabat bernama Yaqdzon. Yaqdzon menikahi saudara raja secara sembunyi-sembunyi namun sah menurut madzhab yang berlaku pada masa itu. Tak lama berselang istrinya hamil dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan rupawan. Rasa takut dan kekhawatiran yang mendera jiwa memaksa sang ibu untuk meletakkan bayi tersebut di dalam peti setelah puas menyusuinya. Bayi itu ia susui hingga kenyang dan tertidur pulas. 74 Malam harinya, bersama dengan para pembantu dan orang-orang kepercayaan, ia keluar menuju tepi pantai. Jiwanya terasa tak menentu. 72 Ibnu Thufail, Hayy bin Yaqdzon: Manusia dalam Asuhan Rusa, terj. Nurhidayah, Yogyakarta: Navila, 2010, h. 135 73 Ibnu Thufail, Hayy bin Yaqdzon: Manusia dalam Asuhan Rusa, h. 136 74 Ibid. Hatinya bedebar-debar keras. Perasaan cinta dan takut kehilangan menyatu dan sangat menyiksa jiwa. Namun rasa takut akan kekejaman saudaranya, sang raja memaksanya untuk melaksanakan rencananya. Ketika hendak menghanyutkan peti itu ia sempat bermunajat kepada Tuhannya dan berkata, “Ya Allah. Engkaulah yang menjadikan anak ini di waktu dia belum ada. Ia adalah karunia yang Engkau anugerahkan untuk kami dalam kepekatan derita. Engkau telah memeliharanya semasa ia berada dalam kandunganku. Engkaupun telah memeliharanya dari lahir hingga saat ini. Karena rasa takutku akan kelaliman raja ini, kukembalikan lagi karunia ini pada kerahiman-Mu. Aku memohon kepada-Mu wahai Tuhanku. Berikanlah karunia-Mu untuknya. Lindungilah karunia-Mu ini. Jangan pernah Kau sia- siakan atau Kau tinggalkan dia, wahai Tuhan yang Mahapengasih.” Usai bermunajat, ia hanyutkan peti itu ke dalam lautan. Air pasang yang hanya datang satu tahun sekali segera menyambutnya. Peti itu disambut air laut yang sedang pasang dengansuka cita. Ombak lautan mendekapnya dalam pekat malam selama beberapa waktu hingga sampai ke tepi pantai sebuah pulau yang tak dihuni manusia. Peti tersebut telah tertutup ranting dan daun kayu. Terlindung dari hujan dan panas matahari. Setelah pasang mulai turun, peti tersebut terdampar di sebuah pulau yang tak dihuni manusia setelah terhempas beberapa kali. Karena dipermainkan ombak laut, pecahlah kunci peti, dan terengganglah kayu-kayu yang berada di sekeliling peti. Beberapa saat lamanya, peti itu tetap berada di tempatnya semula. Angin yang menyusup kedalam kelebatan hutan menerbangkan pasir yang ada di sekililing hingga menutupi peti tersebut. Paku-paku yang menancap di peti telah terlepas. Sementara papan-papan yang menyangga telah terbelah ketika air melemparkannya ke dalam hutan. 75 Setelah beberapa waktu lamanya, ketika bayi itu tak lagi mampu menahan rasa lapar, ia menangis dan bergerak-gerak. Berharap ada yang mau menolongnya. Suara tangis itu menyusup hingga sampai ke telinga rusa yang tengah kehilangan anak. Seekor rusa yang sedang berjalan karena derita dan rasa rindunya yang tiada tertahan kepada anak yang terpisah darinya. Ketika telinganya menangkap tangis bayi, ia mengira bahwa tangisan itu adalah suara anaknya yang hilang. Ia hampiri suara tangis itu. Ia berkhayal bahwa suara itu adalah suara anaknya yang hilang. Ketika sampai, ia periksa peti itu dengan kuku kakinya yang terbelah. Ia singkirkan dedaunan, ranting-ranting serta pasir yang menutupi peti itu. Ketika matanya menyaksikan wajah bayi manusia, terbit rasa cinta dan kasih sayang di dalam lubuk hatinya. Begitupun sebaliknya. Ketika bayi tersebut melihat induk rusa yang berada di dekatnya, timbul rasa sayang dalam jiwanya. Rusa tersebut segera menyusui bayi tersebut sampai kenyang dan puas. Ia pelihara bayi tersebut dan menjaganya dari semua derita. 75 Ibid., h. 137 Ini adalah pendapat salafus saleh yang tidak percaya bahwa Hayy bin Yaqdzon tercipta dari tanah liat dan terlahir secara langsung dari dalam tanah. 76 Sementara salafus saleh yang yakin bahwa Hayy lahir secara langsung dari perut bumi berkata bahwa jauh di tengah bumi pulau Wak-wak, ada segumpal tanah liat yang selama bertahun-tahun mengendap di perut bumi. Karena terlalu lama mengendap, beberapa unsur seperti panas dan dingin, kering dan basah menyatu di gumpalan tanah tersebut. Unsur-unsur yang saling bertentangan itu menyatu dan bercampur dan seimbang. 77 Tanah yang mengendap di dasar bumi pulau tersebut sangat banyak. Namun unsur-unsur yang ada di dalam tanah yang mengendap itu tidaklah sama. Sebagian unsur lebih mendominasi dibanding unsur lain untuk sebuah adonan. Hanya endapan tanah yang berada tepat di tengah bumi saja yang memiliki kandungan unsur-unsur yang lebih seimbang dan sempurna. Sehingga unsur-unsur yang terdapat dalam adonan tersebut serupa dengan unsur-unsur yang tedapat di dalam raga seorang anak manusia. Secara perlahan-lahan gumpalan tanah yang kandungan unsurnya menyerupai manusia tersebut bergerak-gerak. Dalam endapan tanah tersebut tercipta sesuatu yang menyerupai gelembung. Gelembung-gelembung itu seakan mendidih karena lekat. Tercipta kelengketan di tengah-tengah gelembung. Terdapat gelembung lain yang lebih kecil di atas kelengketan. Gelembung kecil tersebut terbagi menjadi dua bagian. Ada pembatas diantara keduanya, 76 Ibid., h. 138 77 Ibid. seperti selaput tipis yang dipenuhi dengan benda sangat lembut dan berbentuk udara yang sangat seimbang. Saat itulah Ruh yang merupakan urusan Allah masuk kedalamnya. Ruh itu melekat erat di dalam gelembung kecil tersebut hingga tak mudah untuk dilepaskan. Baik dengan indera atau dilihat dari sudut logika. Karena Ruh adalah sesuatu yang berasal dari Allah. Kedudukan Ruh sama dengan kedudukan cahaya mentari yang menyinari bumi. 78 Mereka berpendapat, pada saat Ruh tersebut masuk ke dalam endapan tanah yang memiliki unsur-unsur yang serupa dengan unsur dalam tubuh manusia, maka pada saat yang bersamaan, semua kekuatan yang ada di dalam endapan ini akan tunduk dan patuh kepada ruh tersebut dengan izin Allah. Mereka tunduk kepada kesempurnaan ruh yang ada dalam gelembung tersebut. Hingga Ruh lah yang berfungsi mengatur endapan tanah tersebut. Pada saat itu, di dalam endapan tanah tersebut ada gelembung lain yang terbagi menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian dibatasi selaput lembut dan lubang-lubang kecil yang bisa ditembus Ruh. Gelembung itu sarat dengan benda berbentuk udara yang terdapat di dalam endapan tanah pertama. Namun udara yang memenuhinya lebih lembut dari udara yang memenuhi endapan tanah pertama. 79 Dalam ketiga gelembung yang berasal dari satu endapan ini dari gelembung pertama hingga gelembung ketiga terdapat satu kekuatan yang tunduk dan patuh kepada Ruh. Kekuatan ini memiliki fungsi untuk menjaga 78 Ibid., h. 139 79 Ibid., h.141 dan bekerja untuk Ruh. Semua yang ada di dalam gelembung tersebut, dari yang paling detail hingga yang paling besar kembali ke Ruh yang berhubungan dengan endapan pertama. 80 Tercipta gelembung ketiga yang berisi benda berbentuk udara di sekitar endapan ini, di depan endapan kedua. Benda yang memenuhi gelembung ketiga ini lebih tebal dari dua benda yang berbentuk udara yang ada di gelembung pertama dan gelembung kedua sebelumnya. Benda yang ada di dalam endapan ini adalah bagian dari kekuatan yang tunduk kepada Ruh dan memiliki fungsi untuk melindungi dan melaksanakan semua perintah Ruh. Endapan pertama, endapan kedua dan endapan ketiga ini adalah benda yang pertama kali dicipta dari tanah liat yang mengendap dalam urutan yang telah kita sebutkan sebelumnya. 81 Masing-masing endapan saling membutuhkan endapan lain. Endapan pertama sangat membutuhkan endapan kedua dan ketiga. Kebutuhan untuk dilayani dan menguasai. Sementara dua endapan lain membutuhkan endapan pertama seperti sesuatu yang dipimpin membutuhkan pemimpin. Kebutuhan sesuatu yang diatur kepada yang mengatur. Endapan kedua dan endapan ketiga jika menciptakan anggota baru, maka keduanya adalah pemimpin bagi anggota-anggota yang ia ciptakan.Namun kepemimpinan endapan kedua lebih sempurna disbandingendapan ketiga. Endapan kedua, ketika berhubungan dengan Ruh, dan menyalakan panas Ruh, akan berbentuk api As-Shonubury sanubari. Ia juga berbentuk benda tebal yang 80 Ibid., h. 142 81 Ibid. mengililingi api As- Shonubury sanubari dan berbentuk serupa dengannya. Endapan tersebut akan berubah menjadi daging yang melekat. Daging tersebut bagi selubung yang menutupinya untuk menjaga dan melindunginya. 82 Secara keseluruhan anggota badan ini bernama jantung.Jantung tersebut membutuhkan sesuatu yang bisa sampai ke tempatnya dan memberinya makanan. Karena jantung membutuhkan panas yang berasal dari makanan yang dicerna. Jantung selalu bergantung kepada makanan yang dicerna tubuh. Karena jika tidak bergantung kepada makanan yang dicerna, ia takkan mampu bertahan lama. Selain membutuhkan panas yang berasal dari makanan yang dicerna tubuh, jantung juga butuh merasakan sesuatu yang sesuai untuknya, untuk ia tarik, dan merasakan sesuatu yang bertentangan dengannya untuk ia tolak. Jantung memiliki dua anggota yang memiliki kekuatan yang berasal darinya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan jantung. Anggota yang memenuhi kebutuhan rasa jantung bernama Dimagh otak. Sementara anggota yang menanggung kebutuhan makannya bernama Kibdah hati. Kedua anggota tersebut membutuhkan jantung. Karena jantunglah yang memberi keduanya panas yang ada didalam rongga badannya dengan kekuatan khusus mereka yang sebenarnya berasal dari jantung. Karena itulah Ruh memenuhi jalan dan celah-celah yang ada di antara mereka berdua. Jalan-jalan atau lorong-lorong yang berhubungan dengan jantung. Sebagian jalanan atau lorong-lorong tersebut 82 Ibid., h. 143 lebih luas dibanding sebagian lain. Sesuai dengan kebutuhan masing- masing. Jalan-jalan dan lorong-lorong tersebut bernama urat nadi dan urat pembuluh darah. 83 Setelah penciptaan jantung dan anggota-anggotanya, maka penciptaan gelembung tersebut hingga menjadi manusia seperti pendapat ilmuwan. Hingga sempurna dan lengkap anggota badannya. Lalu pada saat yang tepat, bayi tersebut keluar dari rahim seorang ibu. Dalam menyempurnakan bayi Hayy tersebut, ia dibantu tanah endapan yang ada disekitarnya. Tanah endapan yang unsur-unsurnya tidak sama dengan unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh manusia. Ketika telah sempurna masanya, dengan dibantu tanah liat yang mengendap disekitarnya, endapan yang telah berubah itu secara perlahan-lahan mulai bergerak. Selaput yang menutupi badannya mulai merekah. Selaput itu robek. Bagai koyaknya selaput yang membungkus bayi yang di dalam rahim ketika hendak keluar dari rahim manusia. Tanah yang ada di sekitarnya pun membelah karena kering dan keras. 84 Bayi tersebut pada saat keluar dari dalam tanah yang membelah karena kering dan panas, ia menangis sebagaimana tangisan bayi yang terlahir dari rahim manusia. Bersamaan dengan itu, seekor induk rusa yang tengah mencari anaknya yang hilang melintas didekatnya. 85 Pulau tersebut adalah pulau yang aman. Tiada binatang buas yang menghuni pulau itu. Hingga induk rusa itu dapat mendidik dan memelihara 83 Ibid. 84 Ibid., h. 144 85 Ibid., h. 145 Hayy bayi dengan tenang. Bayi itu pun tumbuh dan berkembang dengan baik. Ia meminum air susu rusa selama dua tahun penuh. Perlahan-lahan ia mulai belajar berjalan. Gigi-giginya pun mulai tumbuh. Ia selalu membuntuti rusa itu kemanapun induk itu pergi. Begitu pula sebaliknya. Rusa itu sangat menyayangi Hayy. Ia selalu menjaga dan menggendong Hayy ke tempat-tempat yang ditumbuhi pohon dengan buah-buahan yang lezat. Ia akan menyuapi Hayy dengan buah-buahan yang sudah matang. Buah yang berserakan dan terjatuh dari pohonnya. Buah-buahan yang ia temukan keras, sebelum menyuapkannya ke mulut Hayy, ia akan memecahkan buah tersebut dengan gigi gerahamnya. Setiap kali Hayy menginginkan air susu, ia akan memuaskannya. Setiapkali Hayy merasa haus dan menginginkan air minum, ia akan mendudukkan Hayy di atas punggungnya dan membawanya ke danau atau sungai yang tak jauh dari tempat mereka. Jika Hayy kepanasan karena terik matahari, ia akan memayungi dengan tubuhnya. Jika Hayy kedinginan, ia akan menghangatkan dengan memeluk tubuhnya. Setiap malam menjelang, ia akan membawa Hayy ke tempat mereka dan menyelimuti tubuh kecil itu dengan bulu-bulu yang memenuhi peti. Kebiasaan mereka berdua pergi dan datang kembali ke tempat itu diikuti sekawanan rusa yang lepas dan tinggal di sekitar mereka berdua. 86 Mereka berdua selalu melakukan kegiatan datang dan pergi bersama- sama selama beberapa waktu. Hayy belajar menirukan suara nyanyian 86 Ibid., 146 induknya hingga suara mereka berdua tak dapat dibedakan. Ia juga berusaha mengenali suara-suara burung, dan suara binatang-binatang lain. Ia mampu dengan kekuatan jiwanya, menirukan suara-suara tersebut hingga nyaris serupa. Suara-suara tersebut hingga nyaris serupa. Namun suara yang paling banyak ia tirukan adalah suara sang induk yang selalu mendampinginya kemanapun ia pergi. Terutama ketika berteriak meminta bantuan, mencari dan memanggil teman-temannya dan ketika marah. Karena suara masing- masing hewan dalam beberapa kesempatan berbeda dengan kesempatan lain. Ia ikuti suara-suara itu. Hingga hewan-hewan liar itu bisa mengenali dirinya, dan ia mengenali hewan-hewan liar itu. Mereka tidak mengganggunya, dan ia pun tidak mengganggu mereka. 87 Apa yang ia saksikan, ia amati secara mendalam. Ia perhatikan hewan- hewan yang hidup di hutan itu. Ia lihat hewan-hewan itu memiliki sengat, bulu dan ekor yang bermacam-macam. Ada hewan buas diantara mereka yang memiliki kekuatan dalam menyerang. Ada hewan yang memiliki senjata untuk mempertahankan diri. Seperti tanduk, taring, tapak kaki kuda, tanduk dan kuku yang tajam. Setelah itu, ia amati tubuhnya sendiri. Tubuhnya yang telanjang, tanpa bulu dan ekor. Ia juga tidak memiliki senjata, atau kekuatan dalam menyerang. Tubuhnya sangat lemah. Setiapkali makanannya di rampas binatang liar, atau ketika mereka berbuat 87 Ibid., h. 147 sewenang-wenang kepada hewan lemah, ia tak mampu membela diri atau menghindari semua itu. 88 Saat itu usianya memasuki angka tujuh tahun. Ia merasa putus asa menanti tubuhnya menjadi sempurna seperti hewan-hewan lain. Sementara kekurangan tubuhnya membuat dirinya terjebak dalam lubang bahaya. Ia kumpulkan dedaunan pohon yang lebar. Daun-daun itu ia rangkai dengan menggunakan daun pohon kurma dan cabang pohon alfa yang ia gunakan seperti tali untuk mengikat dedaunan itu. Sebagian rangkaian dedaunan itu ia letakkan di bagian belakang tubuhnya, sementara sebagian lagi ia letakkan di bagian depan. Setelah dedaunan itu menjadi rangkaian, ia kenakan dedaunan itu. Ia takpernah melepas rangkaian dedaunan tersebut. Ia biarkan dedaunan itu lekat di tubuhnya hingga layu, kering dan berjatuhan sendiri. Setiapkali dedaunan itu layu, kering dan rapuh, ia ganti dengan dedaunan baru yang masih basah dan segar. Ikatannya agak ia kendorkan. Mungkin dengan mengendorkan ikatannya, dedaunan itu akan mampu bertahan lebih lama dan tak mudah kering. Namun dedaunan itu tetap saja mudah kering dan jatuh berguguran, meski ikatannya telah ia kendorkan. Dedaunan itu tetap saja tak mampu bertahan lama, sama seperti ketika dedaunan itu ia ikat dengan kuat. 89 Ia ambil sebatang kayu. Ia gunakan kayu tersebut sebagai tongkat. Ia ratakan ujung batang kayu itu. Ia luruskan. Ia hilangkan apa yang melekat di batang kayu itu hingga menjadi tongkat. Tongkat itu ia gunakan untuk 88 Ibid. 89 Ibid., h. 149 mengusir semua hewan liar yang menyerangnya. Ia lindungi hewan-hewan yang lemah dengan tongkat itu. Ia juga melawan hewan yang kuat diantara mereka. Ia halau hewan-hewan itu dengan menggunakan tongkat yang ia gerakkan denga sedikit kekuatan dan kecerdasan yang ia miliki. 90 Semakin lama, ia merasa kalau tangannya lebih berguna dibanding tangan hewan-hewan lain. Hayy mampu menutupi auratnya dan menggenggam tongkat dengan kedua tangannya. Karena kedua tangannya pula ia tak lagi merasa membutuhkan ekor dan senjata yang lekat di tubuh. 91 Dalam menyempurnakan kekurangan fisik, tubuhnya semakin tumbuh dan berkembang. Saat itu ia telah berada dibawah asuhan induk rusa selama tujuh tahun. Seiring waktu tubuhnya semakin tumbuh dan berkembang ia mulai menemukan kesulitan dalam memperbaharuhi dedaunan yang ia gunakan untuk menutupi auratnya. 92 Jiwanya mendorongnya untuk mengambil kulit dan ekor hewan liar yang mati untuk ia letakkan di tubuh. Tapi ia menemukan kesulitan karena hewan-hewan liar yang masih hidup akan selalu menjaga dan menunggui disekitar mayat hewan liar yang mati. Hewan-hewan liar itu membuatnya takut mendekati hewan liar yang telah mati. Ia tak berani mendekati hewan liar yang telah mati. Namun beberapa hari kemudian ia menyaksikan bangkai hewan liar yang telah mati. Kulit hewan tersebut telah terkelupas. Mayat hewan liar itupun tidak ditunggui. Kulit itu mendorong dirinya untuk mewujudkan 90 Ibid. 91 Ibid., h. 150 92 Ibid., h. 151 angannya. Ketika ia tak melihat kawanan hewan liar yang ada di sekeliling bangkai, ia hampiri hewan tersebut. Ia potong sayap dan ekornya sebagaimana asalnya. Ia kelupas kulitnya. Ia potong kulit tersebut menjadi dua bagian. Sebagian potongan ia ikatkan ke punggung. Sementara sebagian lagi ia ikat dari perut ke bawah. Setelah itu ia ikat ekornya dibelakang tubuhnya. Ia ikat sayap yang ia potong di kedua lengannya. Ia mampu menutupi dan menghangatkan badannya dengan kulit hewan itu. Ia juga bisa membuat hewan-hewan liar lain yang melihatnya menjadi ketakutan. Hingga mereka tak lagi mengganggu dan menyerangnya. 93 Setelah mengenakan kulit tersebut, tidak ada binatang yang berani mendekatinya selain induk rusa yang telah memelihara dan mendidiknya sekian lama. Ia tak pernah berpisah dengan induk rusa itu. Rusa itu pun tak pernah meninggalkannya hingga tua dan lemah. Hayy meloncat-loncat dengan tetap mengenakan kulit itu di padang-padang yang subur dan memetik buah-buahan yang lezat lalu memakannya. 94 Sementara induk rusa yang selama ini mengasuhnya, semakin lama semakin kurus dan bertambah lemah. Kelemahan mulai mengalahkan dan menguasai tubuhnya. Ketika maut menjelang, semua gerakan yang selama ini lekat dengan tubuhnya terhenti total. Semua perbuatan yang lekat dengannya menjadi rusak dan tiada tersisa. 95 Hayy bin Yaqzon merasa sedih dan gelisah serta penasarandengan kematian ibunya ini lalu mencari sebab-sebab kematiannya. Dia pun 93 Ibid. 94 Ibid., h. 152 95 Ibid. membedah tubuh rusa itu dengan batu tajam dan mengamati organ- organnya, bagian demi bagian, namun dia tidak menemukan suatu bagian pun dari organ-organ itu yang rusak atau hilang. Tapi Hayy bin Yaqzon terus mengamati sambil berpikir. Akhirnya dia berkesimpulan bahwa pada tubuh itu sebenarnya ada bagian yang tak terlihat oleh mata, yang bersifat immateri. Bagian inilah yang hilang dari tubuhnya sang rusa dan menyebabkan kematiannya. Kejadian ini membuat Hayy bin Yaqzon mulai mengetahui adanya roh yang menyebabkan adanya kehidupan. Hilangnya roh tersebut akan menyebabkan terjadinya kematian. 96 Sesudah itu, ia mempelajari bahan-bahan logam, tumbuh-tumbuhan, dan hewan-hewan yang terdapat di pulau kediamannya, mempelajari suaranya yang bermacam-macam dan menirunya pula. Ia memperhatikan gejala-gejala di angkasa, dan karena tertarik oleh keaneka-ragaman yang terdapat pada alam, maka ia berusaha untuk menemukan keseragaman pada kesemuanya. 97 Ia akhirnya memastikan bahwa di balik keaneka-ragaman tentu ada keseragaman kesatuan dan kekuatan yang tersembunyi dan yang ganjil, suci dan tidak terlihat. Ia menyebutnya “Sebab Pertama” atau “Pencipta Dunia”. Ia kemudian merenungkan dirinya sendiri dan alat yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan. Arah penyelidikannya kemudian berubah menjadi perenungan terhadap dirinya sendiri. Ia akhirnya menemukan 96 Maftukhin, Filsafat Islam, h. 182 97 Hasan Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h. 162 unsur-unsur pertama atau substansi pertama, susunannya, benda, bentuk, dan akhirnya jiwa dan keabadiannya. 98 Hayy memperhatikan aliran air dan menyusuri sumbernya sampai kepada suatu sumber air yang memancar dan melimpah sebagai sungai, maka ia terbimbing untuk mengatakan bahwa manusia juga pasti mempunyai satu sumber bersama. 99 Selanjutnya Hayy bin Yaqdzon merenungkan tentang langit, gerakan bintang-bintang, peredaran bulan dan pengaruhnya atas bumi. Ia kemudian menentukan garis pemikirannya sendiri, dan menjahui pembunuhan hewan- hewan, kemudian ia sudah puas dengan makan buah-buahan yang masak dan tumbuh-tumbuhan dan hanya dalam keadaan terpaksa saja ia memakan daging hewan. 100 Akhirnya muncul suatu gagasan dalam dirinya tentang adanya Wujud Utama yang wajib al-wujud dan bersifat immateri, yaitu Tuhan.Hayy bin Yaqzon kemudian selalu berusaha untuk dekat dengan Tuhan, karena disanalah letak kebahagiaan dan kebebasan dari kesengsaraan. Demikianlah seterusnya Hayy bin Yaqzon merenung dan bertafakur tentang Tuhan dan makhluk-Nya. 101 Semua itu Hayy jalani hingga ia berusia limapuluh tahun. Saat itulah ia berjumpa dengan Isal yang datang dari pulau seberang pulau Wak-wak. 98 Ibid. 99 Ibid. 100 Ibid., h. 163 101 Maftukhin, Filsafat Islam, h. 183 Isal sengaja datang ke pulau Wak-wak untuk ber-uzlah mengasingkan diri untuk mempelajari hakekat ajaran agama yang ia anut. 102 Ketika Isal sampai di pulau Wak-wak, Hayy tengah berada di dalam gua dan tenggelam dalam musyahadah. Saat Hayy keluar dari dalam gua untuk mencari makanan, ia berjumpa dengan Isal. Isal mengajari Hayy bahasa manusia, membaca dan menulis. Setelah memahami bahasa manusia, membaca dan menulis, Hayy mulai menceritakan kisah hidupnya. Ia jelaskan kepada Isal dari awal ia memperoleh pengetahuan inderawi, percobaan dan kekuatan berpikir. Bagaimana hingga ia sampai kepada hakikat kauniyah penciptaan. Illat penyebab alam semesta, nafs jiwa yang bersifat ruhani dan kekal. Serta kesesuaian pengetahuan- pengetahuan tersebut dengan inti ajaran agama. Sementara Isal bercerita tentang dirinya. Ia adalah sahabat Raja di seberang pulau Wak-wak. Salaman menjadi Raja di pulau tersebut. Sang Raja menganut agama yang haq. Mereka mengambil ajaran agama tersebut dari nabi-nabi terdahulu. Salaman, lebih cenderung untuk menggunakan dhohir yang tersurat ayat-ayat ajaran agama tersebut dan menolak ta‟wil memindahkan arti teks dari satu arti ke arti lain. Sementara dirinya lebih cenderung untuk menganut ajaran tasawuf dan berpikir. Perbedaan itulah yang mendorong Isal untuk meninggalkan sahabatnya, Salaman. 103 102 Ibnu Thufail, Hayy bin Yaqdzon: Manusia dalam Asuhan Rusa, h. 7 103 Ibid., h. 8 Hayy dan Isal pada dasarnya memiliki kesamaan pendapat. Perbedaan keduanya hanya cara mendapatkan pengetahuan dan ilmu saja. Namun natijah hasil pengetahuan yang mereka miliki adalah satu. 104 Ketika mendengar penjelasan Isal, ia meminta Isal untuk pergi agar dapat membagi apa yang telah ia dapatkan. Ia ingin mengenalkan hakekat kubro hakekat metafisika yang tidak dapat dijangkau secara sederhana serta mengenal cinta Allah, agar mereka dapat meleburkan diri dengan-Nya. Isal pun menyetujui permintaan tersebut. Hal yang mendorong Hayy untuk menyampaikan apa yang ia dapatkan adalah keyakinannya bahwa manusia memiliki nurani yang sangat luar biasa, akal yang sangat cerdas dan jiwa yang sangat teguh. Namun seringkali harapan tak sesuai dengan kenyataan. Mereka tak mampu memahami apa yang ia sampaikan. Bahkan lebih dari itu, mereka membenci Hayy dan apa yang ia sampaikan. Meski kebencian itu tak mereka tunjukkan dan hanya mereka simpan dalam hati. Namun mereka menentang apa yang disampaikan oleh Hayy. Namun semua itu tidak membuat kasih sayangnya hilang. Ia tetap lembut kepada mereka siang malam. Ia tetap berusaha untuk menjelaskan kebenaran kepada mereka. Baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang- terangan. Tapi mereka tetap mengingkari apa yang disampaikan Hayy. Meskipun pada dasarnya mereka sangat mencintai kebaikan dan kebenaran. Namun karena nurani mereka tidak lagi murni, mereka tidak berusaha 104 Ibid. memahami kebenaran yang ia sampaikan. Mereka tidak mau mengambil keyakinan yang ia dapatkan. 105 Ia mulai putus asa dan tidak lagi berharap dapat membuat mereka lebih baik. Ia bagi manusia ke dalam beberapa golongan. Menurutnya tiap golongan memiliki kebahagiaan tersendiri. Mereka jadikan hawa nafsu mereka sebagai Tuhan. Mereka menyembah syahwat mereka. Ketika Hayy dan Isal mulai melihat bahwa mereka tak mungkin dapat memperoleh kebahagiaan hakiki, Hayy dan Isal memutuskan diri untuk tidak lagi mengusik mereka dan kembali ke pulau Wak-wak. Mereka kembali ke pulau Wak-wak dan menenggelamkan diri hingga memperoleh keyakinan tertinggi seorang hamba Tuhan.

E. Ibnu Thufayl dan Neoplatonisme