Konfigurasi ini terdiri dari beberapa WS, LAN dan AP. Semua terhubung seri dan saling overlapping. WS pada konfigurasi ini dapat melakukan handoff diantara
AP yang ada. Setiap AP yang berdekatan harus memiliki SSID yang sama untuk bisa melakukan handoff. Bentuk konfigurasinya seperti pada Gambar 2.2.
. Gambar 2.2 Extended service set ESS
2.2 Mekanisme Load Balancing
Load balancing merupakan sebuah mekanisme dalam jaringan WLAN. Load balancing secara umum digunakan untuk efisiensi pemanfaatan sumber daya fisik
dan logik serta untuk peningkatan kinerja sistem terdistribusi dan peningkatan skalabilitas jaringan [22]. Load balancing adalah proses pendistribusian beban
layanan yang terdapat pada sekumpulan server. Ketika banyak permintaan client maka server terbebani karena harus melakukan proses pelayanan terhadap semua
Universitas Sumatera Utara
permintaan tersebut. Solusinya adalah membagi-bagikan beban layanan ke beberapa server sehingga tidak berpusat ke salah satu server tertentu [4]. Mekanisme ini
penting untuk peningkatan kinerja sistem terdistribusi dan dapat mengurangi respon waktu akses, menjadikan sumber daya seimbang dan memadai [16].
Jaminan kualitas layanan menjadi persyaratan utama dalam standar kinerja jaringan WLAN. Parameter yang digunakan untuk spesifikasi kualitas layanan
tersebut yaitu: 1.
Throughput adalah banyaknya bit-bit yang berhasil dikirimkan dalam suatu periode waktu tertentu.
2. Delay adalah perbedaan waktu antara saat kedatangan paket dengan saat
paket berhasil dikirimkan. 3.
Delay Jitter adalah beda maksimum antara delay dua paket. 4.
Packet Loss adalah berkaitan dengan buffer yang sudah meluap melewati ambang batas delay yang ditentukan.
Algoritma umum yang dapat dijalankan pada mekanisme load balancing adalah:
1. Round Robin
Algoritma ini membagi beban secara merata ke setiap perangkat yang ada sehingga beban terbagi secara bergiliran dan berurutan membentuk suatu
alur putaran. 2.
Random
Universitas Sumatera Utara
Algoritma ini merupakan algoritma statis dengan menggunakan pendekatan probabilitas dalam proses membagi beban. Algoritma ini
berlawanan dengan algoritma round robin. 3.
Threshold Ratio Algoritma ini membagi beban berdasarkan angka penetapan ratio beban
untuk setiap perangkat. Algoritma ini merupakan algoritma yang dinamis karena membutuhkan perhitungan terhadap parameter beban untuk setiap
perangkat dan selanjutnya ditentukan kondisinya berdasarkan angka ratio. Kondisinya yaitu kekurangan beban, seimbang dan kelebihan beban.
4.
Least Connections
Algoritma ini membagi beban berdasarkan jumlah koneksi yang paling sedikit. Algoritma ini merupakan algoritma yang dinamis karena
membutuhkan perhitungan jumlah koneksi secara dinamis. Load balancer menambahkan jumlah koneksi ketika ada koneksi yang baru dan
mengurangi jumlah koneksi jika ada koneksi yang selesai. 5.
Fastest Response
Algoritma ini membagi beban berdasarkan pada kecepatan respon dari perangkat tersebut dalam mengambil beban. Perangkat yang mempunyai
beban yang paling sedikit merupakan perangkat yang memiliki respon yang paling cepat.
6. Central Manager
Universitas Sumatera Utara
Algoritma ini membagi beban yang diatur oleh prosesor utama. Prosesor tersebut memilih host yang akan menerima beban yang baru berdasarkan
informasi tentang keadaan beban sistem. Informasi tersebut di-update oleh remote processor.
Algoritma-algoritma tersebut merupakan suatu cara untuk menjalankan mekanisme load balancing. Targetnya adalah meningkatkan index keseimbangan
sistem sebagai parameter keberhasilan load balancing tersebut. Nilai ideal index keseimbangan
β = 1. Index keseimbangan β dihitung dengan Persamaan 2.1 dengan jumlah minimum n=2.
2 2
∑ ∑
=
i i
B n
B β
.........…………………………….2.1
keterangan: β adalah Index Keseimbangan
B
i
adalah besar throughput pada AP
i
n adalah jumlah banyaknya AP pada area yang berdekatan Index keseimbangan
β hanya memberikan gambaran tentang keseimbangan AP pada area yang berdekatan tetapi tidak dapat menetapkan kondisi. Untuk itu,
diukur parameter L untuk menetapkan kondisi dengan Persamaan 2.2.
n B
L
i
∑
= ...............……………………………2.2
Berdasarkan nilai L maka kondisi dapat terbagi menjadi 3 bagian yaitu kelebihan beban, seimbang dan kekurangan beban. Hal ini dapat dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
membuat interval keseimbangan d
1
, d
2
L L
d α
+ =
1
berdasarkan parameter toleransi α yang
besar nilainya 10 dengan Persamaan 2.3 dan 2.4 sebagai berikut: .............…………………………….2.3
L L
d
α
− =
2
.............……………………………2.4 Semua AP diharapkan berada pada zona seimbang dengan mekanisme load
balancing, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Kondisi akses point AP dengan load balancing
2.3 Teknologi Agent