Lung Disease Prediction Using Voting Feature Intervals 5 With Feature Weighting Non Uniform
PREDIKSI PENYAKIT PARU MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING
FEATURE INTERVALS 5 DENGAN BOBOT FITUR TIDAK SERAGAM
DISTY TATA CERIA
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
(2)
ABSTRAK
DISTY TATA CERIA. Prediksi Penyakit Paru Menggunakan Algoritme Voting Feature Intervals 5 dengan Bobot Fitur Tidak Seragam. Dibimbing oleh AZIZ KUSTIYO dan TRI NOVIATI. Penyakit paru mempunyai gejala yang sangat mirip misalnya pada Bronkitis dan Tuberkulosis Paru, gejala tersebut adalah batuk, batuk darah, sesak nafas, sakit dada, badan lemah, nafsu makan berkurang, berat badan turun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan. Pada penelitian ini algoritme VFI5 melakukan klasifikasi dua jenis penyakit paru yaitu Bronkitis dan Tb Paru. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara pada pasien baru di poli paru Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. Pertanyaan yang diberikan berupa gejala umum penyakit paru yang telah dikonsultasikan dengan dr. Tri Novianti, MARS dan dilakukan proses pelatihan dan pengujian menggunakan algoritme Voting Feature Intervals 5. Penggunaan algoritme VFI 5 dalam mengklasifikasi Bronkitis dan Tb Paru cukup memberikan hasil yang baik dan miripnya gejala pada kedua penyakit ini dapat dibuktikan setelah dilihat dari selang-selang yang dihasilkan oleh setiap gejala pada pelatihan dan pada normalisasi akhir seluruh percobaan.
(3)
ABSTRACT
DISTY TATA CERIA. Lung Disease Prediction Using Voting Feature Intervals 5 With Feature Weighting Non Uniform. Supervised by AZIZ KUSTIYO and TRI NOVIATI. Bronchitis and pulmonary tuberculosis have symptoms that are very similar. The symptoms are coughing, coughing up blood, shortness of breath, chest pain, body weakness, decreased appetite, weight loss, night sweats without activity. In this study Voting Feature Intervals 5 classification algorithm perform two types of lung disease which are bronchitis and pulmonary tuberculosis. Data collected through the interview process on new patients in the lung poly District General Hospital Pasar Rebo. The question is given in the form of common symptoms of lung disease that has consulted with dr. Tri Novianti, MARS and conducted training and testing process using Voting Feature Intervals 5 algorithms. The use of algorithms Voting Feature Intervals 5 in bronchitis and pulmonary tuberculosis classifies good results, and similar symptoms in both diseases can be proved after the visits of the intervals generated by each symptom in the training and the final
normalization of the entire experiment.
Keywords: Prediction of lung disease, Voting Feature Intervals 5, the weight is non uniform features.
(4)
Penguji :
(5)
PREDIKSI PENYAKIT PARU MENGGUNAKAN ALGORITME
VOTING
FEATURE INTERVALS 5 DENGAN BOBOT FITUR TIDAK SERAGAM
DISTY TATA CERIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada
Program Studi Ilmu Komputer
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
(6)
Judul : Prediksi Penyakit Paru Menggunakan Algoritme Voting Feature Intervals 5 Dengan Bobot Fitur Tidak Seragam
Nama : Disty Tata Ceria
NRP : G64076014
Menyetujui, Pembimbing I
Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom Nip. 197007191998021001
Pembimbing II
dr. Tri Noviati, MARS Nip. 140240244
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc Nip. 196011261986012001
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1987. Anak pertama dari 2 bersaudara, dari pasangan Bapak Sukotjo dan Ibu Suharti Hidayat.
Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Daar El-Qolam Tangerang, kemudian melanjutkan pendidikan Diploma III pada Program Studi Elektronika dan Teknologi Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Lulus Diploma pada Tahun 2007 penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor Departemen Ilmu Komputer (ekstensi) untuk memperoleh gelar sarjana.
Selama menjalani perkuliahan penulis sempat menjadi pengajar private pada beberapa orang anak Sekolah Dasar di Bogor pada tahun 2008 sampai tahun 2009.
(8)
PRAKATA
Bismillahirrohmanirrohim,Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-NYA yang telah diberikan, semoga sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Tema karya ilmiah ini yaitu klasifikasi penyakit paru yang dilaksanakan sejak Juli 2009 dengan judul Prediksi Penyakit Paru Menggunakan Algoritme Voting Feature Intervals 5 dengan Bobot Fitur Tidak Seragam.
Penelitian ini tidak luput dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu saya ingin sampaikan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan
2. Bapak Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom dan Ibu dr. Tri Noviati selaku pembimbing dalam menjalankan proses pembuatan karya ilmiah ini
3. Bapak dr. Muhammad Syafi’i, M.Si dan Bapak dr. Syafrizal, Spc.Paru yang telah bersedia dalam membagi ilmunya tentang penyakit paru dan data.
4. Bagian Poliklinik Paru RSUD Pasar Rebo yang telah bersedia dijadikan tempat pengambilan data penelitian.
5. Seluruh dosen pengajar dan civitas akademika Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB.
6. Suami yang selalu memberikan semangat untuk mengerjakan laporan ini.
7. Lidia Widianti Annisa yang sama-sama berjuang dalam mengambil data penelitian. 8. Ka Abdul yang telah banyak membantu dan menerangkan mengenai algoritme VFI 5. 9. Adik saya yang selalu memberikan dukungannya.
10. Ervina, anis, ziah dan teman-teman seangkatan (Ilkom ext2) yang telah bersedia memberikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi selama proses penelitian. 11. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan di atas.
Akhirnya penulis berharap semoga pernulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin.
Bogor, Juni 2011
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 1
Ruang Lingkup ... 1
Manfaat ... 1
TINJAUAN PUSTAKA ... 1
Tuberkulosis... 1
Penyebab penyakit Tb ... 1
Cara penularan penyakit Tb ... 2
Gejala umum penyakit Tb Paru ... 2
Bronkitis ... 2
Penyebab penyakit Bronkitis ... 2
Gejala umum penyakit Bronkitis ... 2
Voting Feature Intervals 5 (VFI5) ... 2
METODE PENELITIAN ... 4
Survei... 4
Konsultasi dengan dokter ... 4
Proses wawancara ... 4
Data ... 4
Data latih dan data uji ... 5
Pelatihan ... 5
Selang setiap fitur ... 5
Klasifikasi ... 5
1. Menentukan nilai vote pada data uji ... 5
2. Memberikan bobot ... 5
a.Seragam ... 5
b.Tidak seragam ... 5
3. Menjumlahkan nilai setiap instances... 5
4. Menentukan kelas prediksi ... 5
Akurasi ... 6
Spesifikasi aplikasi ... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6
Percobaan pertama (dengan bobot seragam) ... 7
Percobaan Kedua (dengan bobot tidak seragam) ... 7
1. Pemberian bobot nilai = 2 ... 8
2. Pemberian bobot nilai = 1.1 ... 8
3. Pemberian bobot nilai = 1.05 ... 8
4. Pemberian bobot nilai = 1.08 ... 9
5. Pemberian bobot nilai = 1.06 ... 9
6. Pemberian bobot nilai = 1.04 ... 9
7. Pemberian bobot nilai = 1.055 ... 10
KESIMPULAN DAN SARAN ... 11
Kesimpulan ... 11
Saran ... 11
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Form wawancara yang telah diisi... 6
2 Konversi data gejala batuk ... 6
3 Jumlah instances data latih dan uji ... 7
4 Hasil klasifikasi percobaan pertama ... 7
5 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 ... 7
6 Normalisasi akhir percobaan pertama ... 7
7 Prediksi data yang salah dan benar (bobot = 2) ... 8
8 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 ... 8
9 Prediksi data benar dan salah (bobot =1.1) ... 8
10 Prediksi data benar dan salah (bobot =1.1)... 8
11 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 ... 9
12 Prediksi data benar dan salah (bobot = 1.08) ... 9
13 Nilai vote pasien Bronkitis ke- 4 ... 9
14 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 ... 9
15 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 ... 10
16 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 ... 10
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Penyebaran bakteri TBC. ... 22 Pseudocode algoritme pelatihan VFI5. ... 3
3 Pseudocode algoritme klasifikasi VFI5... 4
4 Kerangka pikir studi. ... 4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Form wawancara yang digunakan... 122 Nilai vote pasien salah prediksi pada percobaan pertama ... 12
3 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 2) ... 13
4 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1,1) ... 14
5 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1,08) ... 14
6 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1.04) ... 15
7 Selang-selang hasil proses pelatihan ... 16
(11)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Paru merupakan bagian organ paling vital bagi kehidupan manusia, bila organ ini terganggu oleh suatu penyakit, maka organ ini tidak akan berfungsi dengan optimal. Pada organ paru terdapat beberapa penyakit yang dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit paru spesifik (Tuberkulosis Paru) dan penyakit paru nonspesifik seperti Bronkitis, pneunomia bronkiectasis, asma bronkiole, tumor paru, dan lain-lain. Di antara penyakit yang disebutkan, penyakit yang paling menular dan berbahaya adalah Tuberkulosis Paru (Tb Paru).
Menurut buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (DEPKES RI 2005) dan diperkuat oleh pakar, pada umumnya penyakit paru mempunyai gejala penyakit yang mirip di antaranya batuk, sesak nafas, sakit dada, dan lain-lain. Tb Paru dan Bronkitis merupakan dua penyakit paru yang mempunyai gejala sangat mirip dibandingkan penyakit paru yang lain, oleh karena itu untuk keakuratan yang pasti perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium membutuhkan biaya yang besar dan tidak semua balai pengobatan mempunyai fasilitas lab uji terutama bagi balai pengobatan yang berada di daerah terpencil dan hanya mempunyai fasilitas komputer.
Diagnosis penyakit paru (Tb Paru dan non Tb Paru) telah dilakukan oleh Rosyid (2009) dengan menggunakan algoritme Voting Fitur Intervals 5 (VFI5). Akurasi yang didapat pada penelitian ini mencapai 83%. Namun, penelitian yang dilakukan hanya sebatas diagnosis Tb Paru dan non Tb Paru, data yang digunakan merupakan data rekam medis yang relevan pada pasien rawat inap tanpa uji mikroskopis dan foto thoraks.
Algoritme VFI5, dipilih karena algoritme ini merupakan algoritme klasifikasi dan kokoh terhadap fitur yang tidak relevan sehingga mampu memberikan hasil yang baik. Penelitian sebelumnya yang menggunakan VFI5 adalah Iqbal (2006) dalam Klasifikasi Pasien Suspect Parvo dan Distemper Pada Data Rekam Medik Rumah Sakit Hewan IPB Menggunakan Algoritme Voting Feature Intervals dengan akurasi yang mencapai 90%.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan algoritme klasifikasi VFI 5 pada pasien paru di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo dan mencari bobot nilai yang paling baik untuk digunakan pada algoritme VFI5
dengan gejala-gejala umum penyakit paru sebagai fiturnya.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada:
Jenis penyakit paru yang diteliti hanya Tb Paru dan Bronkitis.
Data yang digunakan adalah data hasil wawancara dengan pasien paru rawat jalan dewasa tahun 2009 yang berada di poli paru RSUD Pasar Rebo. Data yang digunakan merupakan
gejala penyakit umum Tb Paru dan Bronkitis tanpa menggunakan proses uji mikroskopis, foto thoraks atau rontgen.
Prediksi penyakit Tb Paru dan Bronkitis ini merupakan diagnosis sementara.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan membantu semua pihak paramedis dalam melakukan diagnosis penyakit paru tanpa melakukan uji mikroskopis, foto thoraks atau rontgen sehingga dapat digunakan bagi balai pengobatan di daerah terpencil yang tidak terdapat laboratorium klinis dan rontgen tetapi mempunyai komputer.
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tb (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar dari kuman Tb menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti tulang, kelenjar getah bening, otak, kulit, dan lain-lain (DEPKES RI 2005).
Penyakit Tb dapat menyerang siapa saja, namun sebagian besar menyerang kelompok usia kerja atau usia produktif (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien Tb dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan (DEPKES RI 2005).
Penyebab penyakit Tb
Penyebab penyakit Tb Paru berupa kuman atau bakteri. Kuman Tuberkulosis ini berbentuk batang/basil dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu dapat disebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium Tuberculosis ini pertama kali ditemukan oleh
(12)
ilmuwan jerman Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882.
Cara penularan penyakit Tb
Sumber penularan penyakit Tb adalah penderita Tb dengan BTA (Basil Tahan Asam) positif. Biasanya kuman disebarkan melalui udara yang tercemar oleh penderita Tb pada saat batuk dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang terhirup ke dalam saluran pernapasan dapat terinfeksi. Setelah kuman Tb masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya antara lain melalui sistem peredaran darah dan sistem saluran limfe. Oleh sebab itu, infeksi Tb dapat menginfeksi hampir sebagian dari organ tubuh yaitu otak, kulit, kelenjar getah bening, ginjal, dan lain-lain (DEPKES RI 2005).
Sumber : Depkes 2007
Gambar 1 Penyebaran bakteri TBC.
Gejala umum penyakit Tb Paru
Gejala utama pada Tb Paru adalah :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
Gejala tambahan, yang sering dijumpai : Dahak bercampur darah
Batuk darah
Sesak napas dan rasa nyeri dada Badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan turun, rasa kurang enak badan(malaise), berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Bronkitis
Bronkitis merupakan penyakit pernapasan dimana selaput lendir pada saluran bronchial paru meradang. Bronkitis sebagai penyakit gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejalanya yang utama. Bronkitis terbagi menjadi dua yaitu akut dan kronis. Bronkitis kronis adalah Bronkitis yang serius dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang sehingga dibutuhkan perawatan medis yang teratur. Bronkitis akut pada umumnya terjadi pada dewasa dan anak-anak, dapat dirawat secara efektif tanpa bantuan medis dokter (Kristanti 2009).
Penyebab penyakit Bronkitis
Penyebab spesifik Bronkitis adalah infeksi kronis saluran pernapasan bagian atas, infeksi ini berarti bertambahnya kontak dengan virus atau jamur. Penyebab nonspesifik dari Bronkitis adalah asap rokok, polusi udara, patofisiologi, dan virus.
Gejala umum penyakit Bronkitis
Gejala umum penyakit Bronkitis pada umumnya sama dengan gejala yang dijumpai pada penyakit Tb Paru, yaitu batuk terus menerus dan berdahak sampai berlendir, demam, sesak nafas, dan kemampuan aktifitas fisik terganggu. Namun, pada Bronkitis tidak dijumpai batuk yang disertai dengan darah (Kristanti 2009).
Voting Feature Intervals 5 (VFI5)
Salah satu dari metode klasifikasi adalah algoritme VFI5. Algoritme ini dikembangkan oleh Gülşen Demiröz dan Halil Altay Güvenir
pada tahun 1997. Dikemukakan bahwa algoritme VFI ini termasuk dalam algoritme yang supervised, yang berarti memiliki target dalam berupa kelas-kelas data dan bersifat non -incremental yang berarti bahwa semua data pelatihan diproses secara bersamaan (Demiröz
dan Güvenir 1997). Algoritme VFI5 merupakan
versi terakhir dari algoritme VFI yang secara umum mengembangkan selang antar fitur. Proses klasifikasi instance baru didasari pada featurevote. Semua fitur yang ada memberikan nilainya pada voting di antara kelas-kelas. Kelas yang menerima vote tertinggi akan ditentukan sebagai kelas yang diramalkan.
(13)
Selang setiap fitur dihasilkan algoritme VFI5 dari data latih. Sebuah selang dapat mewakilkan objek-objek (instances) dari himpunan beberapa kelas dari sebuah kelas tunggal. Selang yang dihasilkan dari data latih dapat berupa rangeinterval dan pointinterval. Sebuah range interval didefinisikan sebagai sebuah himpunan nilai-nilai yang berurutan dari fitur yang diberikan. Sebuah point interval didefinisikan untuk sebuah nilai fitur tunggal dimana hanya sebuah nilai tunggal yang digunakan untuk mendefinisikan selang tersebut.
Keunggulan dari algortime VFI5 adalah algoritme ini cukup kokoh (robust) terhadap fitur yang tidak relevan namun mampu memberikan hasil yang baik pada real-world datasets yang ada. VFI5 mampu menghilangkan pengaruh yang kurang menguntungkan dari fitur yang tidak relevan tersebut dengan mekanisme voting-nya, dimana vote dari sebuah fitur yang tidak relevan sama untuk semua kelas sehingga hal ini tidak berpengaruh terhadap hasil keluarannya (Güvenir dan Emeksiz 2000).
Terdapat dua proses pada algoritme VFI5, yaitu proses pelatihan (training) dan proses klasifikasi.
1. Pelatihan
Proses pelatihan ini bertujuan untuk menemukan model yang akan digunakan dalam proses klasifikasi. Selang setiap fitur akan dihasilkan pada proses ini. Sebuah selang
mewakili himpunan nilai-nilai dari fitur yang diberikan.
End point atau batas-batas pada selang perlu diketahui untuk menghasilkan selang fitur tertentu. Proses dalam menemukan end point berbeda antara fitur linear dan fitur nominal. Fitur linear yaitu dimana nilai-nilainya memiliki urutan dan dapat dibandingkan tingkatannya. Untuk menentukan end point pada fitur ini dengan cara mencari nilai maksimum dan minimum pada fitur tersebut untuk setiap kelas. Lain halnya dengan fitur nominal dimana nilai-nilai dari fitur tersebut tidak memiliki urutan dan tidak dapat dibandingkan tingkatannya, untuk menentukan end point pada fitur ini dengan cara mencatat semua nilai yang berada pada fitur tersebut.
Pada fitur linear selang yang dihasilkan dapat berupa point interval dan range interval serta jumlah maksimum end point, sedangkan fitur nominal selang yang dihasilkan hanya berupa pointinterval. Untuk setiap selang i dari sebuah fitur f dihitung jumlah instance pelatihan setiap kelas c yang jatuh pada selang i dan hasilnya disimpan sebagai interval_class_count[f,i,c]. Hasil dari proses ini merupakan vote kelas c pada selang i. jumlah instance untuk setiap kelas c dapat berbeda-beda, sehingga dilakukan normalisasi pada vote kelas c untuk fitur f dan selang i, untuk menghilangkan efek perbedaan distribusi setiap kelas. Normalisasi dilakukan dengan cara membagi jumlah instance pelatihan setiap kelas c yang berada pada selang i sebuah Gambar 2 Pseudocode algoritme pelatihan VFI5.
train(TrainingSet): begin
for each feature f if f is linear
for each class c
EndPoints[f] = EndPoints[f] U find_end_points(TrainingSet,f,c); sort(EndPoints[f]);
for each end point p in EndPoints[f] form a point interval from end point p
form a range interval between p and next EndPoints ≠ p else /* f is nominal */
form a point interval for each value of f for each interval i on feature dimension f
for each class c
interval_class_count[f,i,c] = count_instances(f, i, c); for each interval i on feature dimension f
for each class c
interval_class_vote[f,i,c] = interval_class_count[f,i,c] / class_count[c] normalize interval_class_vote[f,i,c];
/*such that ∑c interval_class_count[f,i,c]=1*/ end.
(14)
fitur f dengan jumlah instance pada setiap kelas c, dan hasilnya disimpan sebagai interval_ class_vote[f,i,c]. kemudian nilai-nilai pada interval_class_vote[f,i,c] dinormalisasi kembali sehingga jumlah vote setiap kelas c pada selang i untuk sebuah fitur f sama dengan 1. Pseudocode algoritme pelatihan VFI5 pada Gambar 2.
2. Klasifikasi
Pada setiap kelas c, vote diberi nilai awal 0 karena semua fitur pada awalnya belum memberikan vote, kemudian dicari selang i dimana instance pengujian jatuh pada selang tersebut untuk setiap fitur f. Jika terdapat nilai suatu fitur dari instance pengujian yang hilang atau tidak diketahui, maka fitur tersebut diasumsikan tidak memberikan vote sehingga nilai vote untuk fitur tersebut sama dengan 0. Setelah instance pengujian jatuh pada salah satu selang i, maka semua vote setiap kelas c pada selang tersebut disimpan dalam sebuah vektor <feature_vote[f,Ci], …., feature_vote[f,Cj], …,
feature_vote[f,Ck]>, dimana feature_vote[f,Cj]
merupakan fitur untuk kelas Cj dan k adalah
jumlah kelas. Kemudian nilai-nilai vote dari setiap fitur pada selang i dimana instance pengujian jatuh dijumlahkan setelah masing-masing dikalikan dengan bobot fitur yang bersesuaian dan hasilnya disimpan dalam sebuah vektor vote <vote[Ci],…,vote[Ck]>.
Kelas dengan jumlah vote terbesar diramalkan sebagai kelas prediksi. Pseudocode algoritme klasifikasi VFI5 pada Gambar 3.
Gambar 3 Pseudocode algoritme klasifikasi VFI5.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan melalui beberapa tahapan proses untuk mengetahui akurasi yang diperoleh dari algoritme VFI5 dengan pembobotan AHP dalam mendiagnosis penyakit di poli paru. Tahapan-tahapan proses tersebut terdapat pada Gambar 4. Berikut merupakan rincian dari tahapan-tahapan diagram alur penelitian.Survei
Pada penelitian ini survei data yang dilakukan adalah mendatangi instansi yang bersedia dijadikan sebagai tempat penelitian. Pada penelitian ini instansi yang akan dijadikan sebagai tempat pengambilan data adalah Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
Konsultasi dengan dokter
Tahap selanjutnya adalah konsultasi dengan dokter yang berhubungan dengan penyakit di poli paru. Konsultasi dengan dokter dilakukan untuk membantu dalam mendapatkan informasi data variabel dari gejala-gejala penyakit pada poli paru yang relevan untuk bahan penelitian dan menentukan bobot matriks perbandingan pada metode AHP.
Pada penelitian ini konsultasi yang akan dilakukan dengan beberapa dokter, di antaranya:
1. dr. Tri Noviati, MARS (Rumah Sakit Pasar Rebo)
2. dr. Muhammad Syafi’i, M.Si (Rumah Sakit Pasar Rebo)
Gambar 4 Diagram alur penelitian.
Proses wawancara
Proses wawancara dilakukan secara langsung dengan pasien baru rawat jalan Poli Paru RSUD Pasar Rebo. Pertanyaan yang diberikan pada saat wawancara merupakan gejala umum dari penyakit paru yaitu batuk, batuk berdarah, demam, sesak nafas, lemah lesu, dahak, sakit dada, nafsu makan berkurang, berat badan turun, dan berkeringat malam.
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari hasil proses wawancara. Data yang didapat masih berupa pernyataan ya, tidak dan lamanya hari (untuk gejala batuk), data tersebut kemudian dikonversi menjadi angka nominal, misal 0 untuk tidak dan 1 untuk ya.
classify(e):
/*e is example to be classified*/ begin
for each class c
vote[c]=0 */sum of vote of class c*/ for each feature f
for each class c feature_vote[f,c]=0
/*vote of feature f for class c*/ if f value is known
i= find_interval(f, ef)
feature_vote[f, c]=interval_class_vote[f,i,c] for each class c
vote[c]= vote[c] + (feature_vote[f, c] * w(f)); return class c with highest vote[c];
(15)
VFI 5
Survei
Konsultasi dengan dokter
Data
Data latih Data uji
Pelatihan
Akurasi
klasifikasi Menentukan nilai vote
Memberikan bobot =1 pada setiap fitur
Menjumlahkan nilai setiap instances berdasarkan fiturnya
Memberikan bobot >1 pada setiap fitur
Menjumlahkan nilai setiap instances berdasarkan fiturnya Akurasi Proses wawancara Selang setiap fitur Menentukan kelas prediksi Menentukan kelas prediksi
Data latih dan data uji
Data yang telah dikonversi menjadi angka nominal akan dibagi menjadi data latih dan data uji, untuk pembagian data latih dan data uji ini akan dilakukan dengan menggunakan metode acak. Seluruh data akan dibagi menjadi 2 : 1, dimana 2 untuk banyaknya data latih dan 1 untuk banyaknya data uji.
Pelatihan
Proses pelatihan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan algoritme VFI5, dimana data latih yang telah ditentukan digunakan sebagai input dari algoritme VFI5 dalam proses pelatihan. Gejala umum penyakit Tb Paru dan Bronkitis sebagai fitur dari setiap data pasien, sedangkan Tb Paru dan Bronkitis merupakan kelas dari data pasien tersebut.
Selang setiap fitur
Selang setiap fitur didapat dari proses pelatihan. Untuk menentukan selang-selang ini terlebih dahulu dilakukan proses normalisasi yang dilakukan pada proses pelatihan. Selang-selang ini berisikan nilai vote untuk setiap kelas pada setiap gejala.
Klasifikasi
Tahapan dari klasifikasi terdiri atas 4 tahap dimana tahap menentukan nilai vote pada data uji, tahap menjumlahkan setiap instances dan tahap menentukan kelas prediksi mempunyai langkah yang sama untuk kedua percobaan, tahapan tersebut adalah:
1. Menentukan nilai vote pada data uji
Pada proses klasifikasi, terdapat tahap menentukan nilai vote untuk instance baru. Nilai vote ini ditentukan dengan cara nilai fitur dari instance baru akan diperiksa dan dilihat letak selang nilai fitur tersebut, kemudian nilai vote setiap instance pada data latih yang terletak pada selang yang sama dengan instance yang baru akan disimpan sebagai vote dari instance baru tersebut.
2. Memberikan bobot
Untuk pemberian bobot ini dilakukan dua kali percobaan yaitu dengan bobot seragam dan bobot tidak seragam. Berikut akan dijelaskan kedua percobaan pemberian bobot.
a. Seragam
Tahap selanjutnya pada metodologi ini adalah memberikan bobot = 1 pada setiap fitur. Nilai 1 diberikan karena nilai ini merupakan default nilai yang diberikan oleh algoritme VFI5. Fitur vote dari instances baru akan dikalikan dengan bobot yang diberikan.
b. Tidak seragam
Pada tahap ini bobot yang diberikan > 1 untuk setiap fitur yang penting yaitu pada fitur batuk berdarah, demam, nafsu makan berkurang, berat badan turun, lemah lesu dan keringat malam. Setelah nilai vote dikalikan dengan bobotnya per masing-masing fitur maka dilakukan kembali tahap normalisasi agar nilai vote akhir yang dihasilkan tidak lebih dari 1.
3. Menjumlahkan nilai setiap instances Nilai Vote yang telah dihasilkan dari tahap klasifikasi ke-1 dan telah dikalikan dengan bobot pada tahap klasifikasi ke-2 akan dijumlahkan pada setiap instance-nya.
4.Menentukan kelas prediksi
Hasil penjumlahan vote dari setiap instance akan dibandingkan, kelas dengan total vote yang tertinggi akan menjadi kelas prediksi pada instance baru tersebut. Hasil dari proses ini merupakan hasil prediksi penyakit Tb Paru atau Bronkitis pada data uji.
(16)
Akurasi
Tahap akhir dari metode penelitian ini adalah menghitung nilai akurasi dari hasil yang diperoleh pada tahap pengolahan data menggunakan algoritme VFI5. Akurasi dapat dihitung dengan :
x 100%.
Spesifikasi aplikasi
Aplikasi ini akan dikembangkan berbasis desktop, dengan implementasi perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut :
Perangkat keras yang digunakan berupa komputer notebook dengan spesifikasi:
Processor Intel Pentium Dual Core 2,0 GHz
RAM 1GB
HDD 250GB
Perangkat lunak yang digunakan :
Sistem Operasi : Microsoft Windows XP SP2
Microsoft Visual Basic 6.0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data hasil wawancara pasien baru di poli paru RSUD Pasar Rebo. Berikut ini disajikan contoh tabel form wawancara yang telah diisi dan tabel form wawancara yang belum diisi pada Lampiran 1.Tabel 1 Form wawancara yang telah diisi FORM WAWANCARA Pasien : 2
No. Rekam Medik : Diagnosa Awal : Bronkitis
Gejala Yang Dirasakan Batuk : 1. Tidak
2. Iya (Lamanya batuk 12 hari) Batuk
Berdarah :
1. Tidak 2. Iya Demam : 1. Tidak
2. Iya Sakit Dada : 1. Tidak
2. Iya Dahak : 1.Tidak
2. Iya
Berat Badan Turun :
1. Tidak 2. Iya Lemah Lesu : 1. Tidak
2. Iya Berkeringat
Malam :
1. Tidak 2. Iya
Proses wawancara ini dilakukan selama 1 bulan (1 Agustus – 30 Agustus). Data yang didapat dari hasil wawancara sebanyak 52 data dengan diagnosis yang berbeda-beda dari berbagai jenis penyakit paru, sehingga dari 52 data diurutkan dan diambil 2 diagnosis paling banyak kasusnya yaitu Bronkitis dan Tb Paru dengan jumlah data sebanyak 40 selain itu Tb Paru dan Bronkitis mempunyai gejala penyakit yang sangat mirip.
Dari 40 data Tb Paru dan Bronkitis dikonversi menjadi angka nominal untuk memudahkan perhitungan algoritme. Gejala yang mempunyai selang nilai yang berbeda-beda hanya berada di gejala batuk, untuk gejala yang lainnya seperti batuk berdarah, hilang nafsu makan, dan lainnya hanya diberi nilai 0 untuk nilai tidak dan 1 untuk nilai iya (ada). Pada Tabel 2 disajikan konversi data gejala batuk.
Tabel 2 Konversi data gejala batuk
Setelah dikonversi dilakukan proses perhitungan menggunakan algoritme VFI5 dengan membagi antara data latih dan data uji 2 : 1, 2 untuk data latih dan 1 untuk data uji. Untuk pembagian data menjadi data latih dan data uji digunakan proses acak dengan memperhitungkan banyaknya jumlah setiap angka nominal pada setiap gejala agar pada setiap data latih yang digunakan mendapatkan semua nilai nominal pada setiap gejala.
Dilakukan 2 kali percobaan pada penelitian untuk mengoptimasikan data yang ada. Pada percobaan pertama proses yang dilakukan adalah melakukan klasifikasi data menggunakan algoritme VFI5 dengan bobot seragam, sedangkan pada percobaan kedua proses yang
Gejala Nilai
Tidak Batuk 0
1Minggu – 1Bulan 1
1Bulan – 3Bulan 2
(17)
Percobaan pertama (dengan bobot seragam)
Pada percobaan pertama data yang digunakan sebagai data latih berjumlah 27, dan data uji berjumlah 13. Banyaknya jumlah instances per kelas pada data latih dan data uji disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah instances data latih dan uji Kelas Data Latih Data Uji Bronkitis 13 instances 7 instances Tb Paru 14 instances 6 instances
Data tersebut kemudian diolah menggunakan algoritme VFI5. Diawali dengan proses pelatihan, dimana setiap gejala atau fitur dicari nilai end point-nya sampai didapatkan nilai vote dari setiap fitur dan nilai vote tersebut dikalikan dengan bobot seragam yaitu 1 pada setiap fitur. Akurasi yang didapat pada percobaan ini adalah 85% dari 13 data uji. Hasil klasifikasi pada percobaan pertama disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil klasifikasi percobaan pertama
Kelas Bronkitis Tb Paru
Bronkitis 6 1
Tb Paru 1 5
Pada Tabel 4 terlihat bahwa data yang salah sebanyak 2 pasien yaitu pasien Bronkitis ke-12 yang diprediksi sebagai Tb Paru dan pasien Tb Paru ke-1 yang diprediksi sebagai Bronkitis. Pada Tabel 5 disajikan nilai vote pasien Bronkitis ke-12 dan untuk nilai vote pasien Tb Paru ke-1 disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 5 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 Gejala
Nilai vote Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340
Demam 0,456 0,544
Sesak nafas 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,447 0,553
Berat badan turun 0,418 0,582
Lemah lesu 0,489 0,511
Keringat malam 0,519 0,481
Total 4,975 5,025
Normalisasi Akhir 0,498 0,502
Pada percobaan ini kesalahan prediksi terdapat di setiap kelas, oleh karena itu kesalahan yang dihasilkan untuk setiap pasien berbeda. Pasien Bronkitis yang diprediksi sebagai pasien Tb Paru mempunyai nilai vote dari fitur atau gejala dengan nilai lebih besar pada kelas Tb Paru sehingga pasien Bronkitis ini diprediksi oleh algoritme VFI 5 sebagai kelas Tb Paru dan juga sebaliknya untuk pasien Tb Paru yang diprediksi sebagai pasien Bronkitis. Pada Tabel 5 dapat dilihat nilai vote pasien Bronkitis dan fitur dengan nilai lebih besar pada kelas Tb Paru adalah batuk, demam, sesak nafas, nafsu makan berkurang, berat badan turun, dan lemah lesu. Untuk pasien Tb Paru yang diprediksi sebagai kelas Bronkitis mempunyai kesalahan pada nilai fitur yang lebih besar di batuk berdarah, dahak, sesak nafas, dan keringat malam.
Pada Tabel 6 disajikan normalisasi akhir dari percobaan ini, hasil dari normalisasi tersebut terlihat bahwa nilai seluruh normalisai mempunyai perbedaan nilai pada kelas Bronkitis dan Tb Paru yang tidak terlalu berbeda.
Tabel 6 Normalisasi akhir percobaan pertama No. Pasien Normalisasi kelas Bronkitis Normalisasi kelas Tb Paru
Bronkitis 1 0,5163 0,4837
Bronkitis 2 0,5080 0,4920
Bronkitis 3 0,5398 0,4602
Bronkitis 4 0,5016 0,4984
Bronkitis 6 0,5137 0,4863
Bronkitis 11 0,5632 0,4368 Bronkitis 12 0,4975 0,5025
Tb Paru 1 0,5053 0,4947
Tb Paru 2 0,4802 0,5198
Tb Paru 3 0,4976 0,5024
Tb Paru 4 0,4835 0,5165
Tb Paru 5 0,4413 0,5587
Tb Paru 7 0,4511 0,5489
Percobaan Kedua (dengan bobot tidak seragam)
Pada percobaan kedua ini bobot pada fitur-fitur yang paling penting ditambahkan. Percobaan ini dilakukan pada kombinasi data latih dan uji yang sama pada percobaan pertama.
Fitur-fitur yang ditambahkan bobotnya adalah batuk berdarah, demam, nafsu makan berkurang, berat badan turun, lemah lesu, dan keringat malam. Pemberian bobot ini dilakukan berulang kali sebanyak bobot yang ditambahkan, bobot nilai yang digunakan adalah 2, 1.1, 1.08, 1.06, 1.05, 1.04, 1.055.
(18)
berikut ini akan diuraikan hasil dan pembahasan dari masing-masing bobot yang digunakan.
1. Pemberian bobot nilai = 2
Pembobotan awal ini diberikan nilai 2, nilai 2 diberikan untuk melihat seberapa besar pengaruh nilai 2 terhadap fitur yang digunakan. Pemberian bobot dengan nilai 2 menghasilkan akurasi sebesar 62%. Hasil dari pemberian bobot dengan nilai 2 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Prediksi data yang salah dan benar
(bobot = 2)
Kelas Bronkitis Tb Paru
Bronkitis 2 5
Tb Paru 0 6
Kelima pasien Bronkitis yang diprediksi sebagai Tb Paru adalah pasien ke-2, 3, 4, 6 dan 12. Pada Tabel 8 berikut ini merupakan nilai vote dari pasien ke-12, untuk nilai vote pasien yang salah selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.
Tabel 8 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 Gejala
Nilai vote Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340
Demam 0,295 0,705
Sesak nafas 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,288 0,712
Berat badan turun 0,264 0,736
Lemah lesu 0,324 0,676
Keringat malam 0,350 0,650
Total 4,168 5,832
Normalisasi Akhir 0,491 0,509 Hasil yang didapat dari bobot nilai yang diberikan sama dengan 2 menghasilkan akurasi yang kurang baik dibandingkan percobaan pertama. Hal ini dapat dilihat bahwa pasien pada percobaan pertama diprediksi benar maka pada percobaan kedua dengan pemberian bobot nilai 2 diprediksi salah. Bobot yang diberikan kemungkinan terlalu besar sehingga mempengaruhi nilai pada kelas Bronkitis.
Kesalahan nilai vote pada percobaan dengan bobot nilai 2 berada pada gejala batuk, demam,
pada kelas Tb Paru yang sebelumnya ada pasien yang disalah prediksikan dengan penggunaan bobot seragam, maka pada percobaan ini pasien tersebut diprediksi benar pada kelas Tb Paru. Dari hasil tersebut percobaan dilakukan kembali dengan menurunkan bobot nilai yang digunakan antara 1 < 2.
2. Pemberian bobot nilai = 1.1
Percobaan dilakukan kembali dengan pemberian bobot dengan nilai yang berbeda dengan nilai sebelumnya, bobot yang diberikan adalah 1.1. Hasil akurasi yang diperoleh dari bobot dengan nilai 1.1 adalah 85% dengan 2 kesalahan prediksi dari 13 data uji. Hasil prediksi data benar dan salah disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Prediksi data benar dan salah (bobot =1.1) Kelas Bronkitis Tb Paru
Bronkitis 5 2
Tb Paru 0 6
Kedua pasien Bronkitis yang diprediksi sebagai pasien Tb Paru merupakan pasien yang sama pada percobaan yang menggunakan bobot nilai 2, yaitu pasien ke-4 dan 12. Nilai vote pada kedua pasien dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pada percobaan bobot 1.1 umumnya kesalahan yang ada pada gejala batuk, sakit dada, demam, sesak nafas, nafsu makan berkurang, berat badan turun, lemah lesu, dan keringat malam. Nilai vote yang dihasilkan dari gejala-gejala tersebut lebih besar pada kelas Tb Paru.
3. Pemberian bobot nilai = 1.05
Pemberian bobot yang dilakukan diberikan dengan nilai lebih kecil dari 1.1 karena jika diambil nilai di atas 1.1 hasil yang didapatkan tidak maksimum (akurasi yang didapatkan semakin kecil), sehingga diberikan nilai 1.05 yang merupakan titik tengah antara 1 dan 1.1. Bobot yang diberikan dengan nilai 1.05 menghasilkan akurasi 92% dari banyaknya data uji 13 instances. Hasil prediksi data benar dan salah disajikan pada Tabel 10 dan Nilai vote pada pasien Bronkitis ke-12 disajikan pada Tabel 11.
Tabel 10 Prediksi data benar dan salah (bobot =1.1)
Kelas Bronkitis Tb Paru
(19)
Tabel 11Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 Gejala
Nilai vote Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340
Demam 0,444 0,556
Sesak nafas 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,435 0,565
Berat badan turun 0,406 0,594
Lemah lesu 0,477 0,523
Keringat malam 0,506 0,494
Total 4,915 5,085
Normalisasi Akhir 0,492 0,508 Kesalahan yang ada pada percobaan ini adalah nilai vote yang lebih besar pada gejala batuk, demam, sesak nafas, nafsu makan berkurang, berat badan turun, dan lemah lesu pada kelas Tb Paru. Gejala-gejala tersebut sama dengan kesalahan gejala pada percobaan-percobaan sebelumnya, dimana kesalahan prediksi selalu terjadi pada pasien Bronkitis yang diprediksi sebagai Tb Paru.
4. Pemberian bobot nilai = 1.08
Pemberian bobot yang keempat ini diberikan dengan nilai bobot 1.08. Pemilihan bobot ini untuk mengetahui hasil yang didapatkan dengan bobot nilai > 1.05 lebih baik atau tidak. Hasil akurasi yang diperoleh dari bobot 1.08 adalah 85% dengan prediksi data yang benar dan salah pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12 Prediksi data benar dan salah (bobot = 1.08)
Kelas Bronkitis Tb Paru
Bronkitis 5 2
Tb Paru 0 6
Kesalahan yang diperoleh dari hasil klasifikasi dengan bobot 1.08 sama dengan pasien salah prediksi pada percobaan dengan bobot 1.1 yaitu pasien ke-4 dan 12 pada pasien Bronkitis. Kesalahan nilai vote yang dihasilkan pada percobaan ini sama dengan kesalahan yang dihasilkan pada percobaan sebelumnya dengan bobot 2. Nilai vote untuk pasien Bronkitis ke-4 dapat dilihat pada Tabel 12 dan pasien Bronkitis ke-13 pada Lampiran 5.
Tabel 13 Nilai vote pasien Bronkitis ke- 4 Gejala
Nilai vote Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340
Demam 0,437 0,563
Sesak nafas 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,428 0,572
Berat badan turun 0,399 0,601
Lemah lesu 0,470 0,530
Keringat malam 0,499 0,501
Total 4,880 5,120
Normalisasi Akhir 0,488 0,512
5. Pemberian bobot nilai = 1.06
Nilai 1.06 diberikan karena hasil akurasi yang diperoleh dari bobot nilai 1.08 tidak lebih baik, maka nilai diturunkan kembali antara 1.08 dan 1.05. Hasil akurasi yang diperoleh dari percobaan ini adalah 92% dengan kesalahan prediksi yang sama dengan percobaan dengan bobot nilai 1.1 dan kesalahan nilai vote yang dihasilkan pun sama. Pada Tabel 14 disajikan nilai vote dari pasien yang salah prediksi atau pasien Bronkitis ke-12.
Tabel 14Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 Gejala
Nilai vote Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340
Demam 0,441 0,559
Sesak nafas 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,432 0,568
Berat badan turun 0,404 0,596
Lemah lesu 0,475 0,525
Keringat malam 0,504 0,496
Total 4,903 5,097
Normalisasi Akhir 0,490 0,510
6. Pemberian bobot nilai = 1.04
Bobot yang digunakan antara 1.05 < 1.1 telah didapatkan hasil yang rata-rata mempunyai kesalahan yang sama yaitu pada pasien Bronkitis ke-12, kemudian dicobakan kembali dengan bobot antara 1 < 1.05. akurasi yang dihasilkan dari bobot 1.04 adalah 85% dengan kesalahan prediksi pada pasien yang
(20)
sama pada percobaan pertama (dengan bobot seragam) yaitu pasien Bronkitis ke-12 dan pasien Tb Paru ke-1. Berikut ini disajikan Tabel vote pasien Bronkitis ke-12 dengan bobot 1.04 dan untuk nilai vote pasien Tb Paru ke-1 disajikan pada Lampiran 6.
Seperti pada percobaan pertama kesalahan yang dihasilkan pada percobaan ini sama, dimana pasien Tb Paru diprediksi sebagai Bronkitis dan pasien Bronkitis diprediksi sebagai Tb Paru. Untuk kesalahan nilai vote yang dihasilkan pada pasien Tb Paru sama seperti pada percobaan pertama, sedangkan untuk pasien Bronkitis kesalahan nilai vote yang dihasilkan pada percobaan ini sama dengan kesalahan pada percobaan dengan bobot nilai 1.1.
Tabel 15Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 Gejala
Nilai vote Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340
Demam 0,446 0,554
Sesak nafas 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,437 0,563
Berat badan turun 0,408 0,592
Lemah lesu 0,479 0,521
Keringat malam 0,509 0,491
Total 4,927 5,073
Normalisasi Akhir 0,493 0,507
7. Pemberian bobot nilai = 1.055
Pembobotan dengan nilai 1.055 diujikan untuk melihat kembali apakah nilai ini berpengaruh pada hasil klasifikasi karena bobot dengan nilai 1.05<1.1 menghasilkan akurasi yang sama dengan percobaan pertama, maka nilai dikecilkan kembali menjadi 1.055. Bobot ini menghasilkan akurasi yang sama pada percobaan dengan bobot 1.06, 1.05 yaitu 92% dan kesalahan prediksi (pada pasien Bronkitis ke-12) dan vote yang sama pada setiap percobaan yang dilakukan. Pada Tabel 16 disajikan nilai vote pasien salah prediksi dengan bobot 1.055.
Tabel 16Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 Gejala
Nilai vote Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340
Demam 0,443 0,557
Sesak nafas 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,434 0,566
Berat badan turun 0,405 0,595
Lemah lesu 0,476 0,524
Keringat malam 0,505 0,495
Total 4,909 5,091
Normalisasi Akhir 0,491 0,509 Hasil normalisasi akhir pada percobaan kedua disajikan pada Lampiran 8. Normalisasi akhir pada percobaan kedua sama seperti percobaan pertama, dimana nilai yang dihasilkan antara kelas Bronkitis dan Tb Paru tidak mempunyai perbedaan yang terlalu berbeda. Hal ini dapat dikatakan bahwa kedua penyakit ini memang mempunyai gejala yang sangat mirip sekali, sehingga didapat nilai akhir yang tidak terlalu berbeda.
Dari seluruh percobaan di atas kesalahan prediksi selalu terjadi pada pasien Bronkitis ke-12, jika dilihat dari nilai vote yang dihasilkan dari setiap pengujian terdapat kesalahan vote pada gejala batuk, demam, sesak nafas, nafsu makan berkurang, berat badan turun, dan lemah lesu. Nilai vote yang dihasilkan pada gejala-gejala tersebut lebih besar pada kelas Tb Paru, sedangkan kesalahan prediksi yang ditemui pada pasien Tb Paru ada pada gejala batuk berdarah, dahak, sesak nafas, dan keringat malam. Percobaan menggunakan pembobotan tidak seragam dapat dilihat bahwa bobot yang lebih baik yaitu dengan nilai bobot 1,05, hal ini terlihat pada hasil yang diperoleh pada percobaan tersebut dengan 1 kesalahan prediksi dan selisih nilai paling kecil dibandingkan 1.06 dan 1.055.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Rosyid 2009) Diagnosa Penyakit Tuberkulosis Paru Menggunakan Algoritme VFI5 dengan akurasi 83%, pada penelitian ini data yang digunakan merupakan data rekam medik pasien
(21)
digunakan pada penelitian ini menggunakan bobot = 1 (default).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada penelitian ini algoritme voting feature interval digunakan untuk klasifikasi data. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data hasil wawancara pasien baru di poli paru Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. Jumlah data yang digunakan sebanyak 40 data untuk masing-masing data pada setiap kelasnya adalah 20.
Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan 2 cara, percobaan pertama menggunakan bobot seragam dan percobaan kedua dengan menggunakan bobot tidak seragam. Pada percobaan pertama terdapat 2 kesalahan prediksi. Pada percobaan kedua didapatkan kesalahan prediksi paling sedikit yaitu 1 kesalahan prediksi. Selang-selang yang dihasilkan pada proses pelatihan dan nilai normalisasi akhir pada setiap percobaan membuktikan bahwa kedua penyakit ini mempunyai gejala yang sangat mirip.
Akurasi yang dihasilkan pada percobaan pertama didapatkan akurasi sebesar 85%, sedangkan pada percobaan kedua menghasilkan akurasi paling tinggi sebesar 92%. Dari ketujuh bobot yang digunakan pada percobaan kedua didapatkan bobot yang paling baik yaitu 1.05.
Saran
Pada penelitian selanjutnya data yang digunakan dapat ditambah agar data yang dihasilkan lebih representatif dan bobot untuk setiap fiturnya dapat diolah kembali dengan menggunakan algoritme genetika.
Jenis data ordinal dapat ditambahkan pada penelitian ini, seperti pada gejala demam dengan memperhitungkan suhu badan pada saat demam.
DAFTAR PUSTAKA
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Demiröz G, Güvenir HA, 1997. Classification
by Voting Feature Intervals.
http://www.cs.ucf.edu/~ecl/papers/miros97c lassification.pdf.
Güvenir HA, Emeksiz N. 2000. An expert
system for the differential diagnosis of erythemato-squamous diseases, Vol.18, No.1, (2000), hlm 43-49.
Kristanti H. 2009. Waspada 11 Penyakit Berbahaya. Yogya : Citra Pustaka.
Rosyid A. 2009. Diagnosa penyakit tuberkulosis paru menggunakan algoritme VFI5 [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
(22)
(23)
Lampiran 1 Form wawancara yang digunakan
FORM WAWANCARA Pasien :
No. Rekam Medik : Diagnosa Awal :
Gejala Yang Dirasakan
Batuk : 1. Tidak
2. Iya
(Lamanya batuk …….. hari) Batuk Berdarah : 1. Tidak
2. Iya
Demam : 1. Tidak
2. Iya
Sakit Dada : 1. Tidak
2. Iya
Demam : 1.Tidak
2. Iya Nafsu Makan Berkurang : 1. Tidak
2. Iya
Sesak Nafas : 1. Tidak
2. Iya Berat Badan Turun : 1. Tidak
2. Iya
Lemah Lesu : 1. Tidak
2. Iya Berkeringat Malam : 1. Tidak
2. Iya
Lampiran 2 Nilai vote pasien salah prediksi pada percobaan pertama
Gejala
Pasien Bronkitis ke-12 Pasien Tb Paru ke-1
Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367 0,374 0,626
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,456 0,544 0,456 0,544
Sesak nafas 0,324 0,676 0,660 0,340
Nafsu makan berkurang 0,447 0,553 0,447 0,553
Berat badan turun 0,418 0,582 0,418 0,582
Lemah lesu 0,489 0,511 0,489 0,511
Keringat malam 0,519 0,481 0,519 0,481
Total 4,975 5,025 5,053 4,947
(24)
Lampiran 3 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 2)
Gejala
Pasien Bronkitis ke-2 Pasien Bronkitis ke-3 Pasien Bronkitis ke-4
Nilai vote Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,473 0,527 0,473 0,527 0,473 0,527
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367 0,633 0,367 0,374 0,626
Dahak 0,324 0,676 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,564 0,436 0,295 0,705 0,295 0,705
Sesak nafas 0,324 0,676 0,660 0,340 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,557 0,443 0,557 0,443 0,557 0,443
Berat badan turun 0,601 0,399 0,264 0,736 0,601 0,399
Lemah lesu 0,519 0,481 0,324 0,676 0,519 0,481
Keringat malam 0,350 0,650 0,485 0,515 0,485 0,515
Total 4,912 5,088 4,918 5,082 4,856 5,144 Normalisasi Akhir 0,4912 0,5088 0,4918 0,5082 0,4856 0,5144
Gejala
Pasien Bronkitis ke-6 Pasien Bronkitis ke-12 Nilai vote Nilai vote Kelas
Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,589 0,411 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,177 0,823 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,295 0,705 0,295 0,705
Sesak nafas 0,660 0,340 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,288 0,712 0,288 0,712
Berat badan turun 0,264 0,736 0,264 0,736
Lemah lesu 0,324 0,676 0,324 0,676
Keringat malam 0,485 0,515 0,350 0,650
(25)
Lampiran 4 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1,1)
Gejala
Pasien Bronkitis ke-4 Pasien Bronkitis ke-12
Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,473 0,527 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,374 0,626 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,432 0,568 0,432 0,568
Sesak nafas 0,324 0,676 0,324 0,676
Nafsu makan berkurang 0,557 0,443 0,423 0,577
Berat badan turun 0,601 0,399 0,395 0,605
Lemah lesu 0,519 0,481 0,465 0,535
Keringat malam 0,485 0,515 0,495 0,505
Total 4,993 5,007 4,858 5,142
Normalisasi Akhir 0,499 0,501 0,486 0,514
Lampiran 5 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1,08)
Gejala
Pasien Bronkitis ke-4 Pasien Bronkitis ke-12
Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,473 0,527 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,374 0,626 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,437 0,563 0,437 0,563
Sesak nafas 0,324 0,676 0,324 0,676
Nafsu makan berkurang 0,557 0,443 0,428 0,572
Berat badan turun 0,601 0,399 0,399 0,601
Lemah lesu 0,519 0,481 0,470 0,530
Keringat malam 0,485 0,515 0,499 0,501
Total 4,997 5,003 4,880 5,120
Normalisasi Akhir 0,500 0,500 0,488 0,512
(26)
Lampiran 6 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1.04)
Gejala
Pasien Bronkitis ke-12 Pasien Tb Paru ke-1
Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367 0,374 0,626
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,446 0,554 0,446 0,554
Sesak nafas 0,324 0,676 0,660 0,340
Nafsu makan berkurang 0,437 0,563 0,437 0,563
Berat badan turun 0,408 0,592 0,408 0,592
Lemah lesu 0,479 0,521 0,479 0,521
Keringat malam 0,509 0,491 0,509 0,491
Total 4,927 5,073 5,004 4,996
Normalisasi Akhir 0,493 0,507 0,500 0,500
(27)
Lampiran 7 Selang-selang hasil proses pelatihan Batuk
Batuk berdarah Sakit dada
Dahak Demam
Sesak nafas Nafsu makan berkurang
Berat badan turun Lemah lesu
Berkeringat malam
Keterangan: B = Bronkitis T = Tb Paru
B : 0 T : 0
B : 0,473 T : 0,527
B : 0,589 T : 0,411
B : 0,463 T : 0,537
0 1 2 3
B : 0,568 T : 0,432
B : 0,301 T : 0,699
0 1
B : 0,374 T : 0,626
B : 0,633 T : 0,367
0 1
B : 0,660 T : 0,340
B : 0,324 T : 0,676
0 1
B : 0,564 T : 0,436
B : 0,456 T : 0,544
0 1
B : 0,324 T : 0,676
B : 0,660 T : 0,340
0 1
B : 0,557 T : 0,443
B : 0,447 T : 0,553
0 1
B : 0,601 T : 0,399
B : 0,418 T : 0,582
0 1
B : 0,519 T : 0,481
B : 0,489 T : 0,511
0 1
B : 0,485 T : 0,515
B : 0,519 T : 0,481
(28)
Lampiran 8 Normalisasi akhir percobaan 2
No. Pasien
bobot = 2 bobot = 1,1 bobot = 1,05
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Bronkitis 1 0,5163 0,4837 0,5163 0,4837 0,5163 0,4837
Bronkitis 2 0,4912 0,5088 0,5056 0,4944 0,5068 0,4932
Bronkitis 3 0,4918 0,5082 0,5328 0,4672 0,5362 0,4638
Bronkitis 4 0,4856 0,5144 0,4993 0,5007 0,5004 0,4996
Bronkitis 6 0,4375 0,5625 0,5024 0,4976 0,5079 0,4921
Bronkitis 11 0,5304 0,4696 0,5585 0,4415 0,5608 0,4392
Bronkitis 12 0,4168 0,5832 0,4858 0,5142 0,4915 0,5085
Tb Paru 1 0,4245 0,5755 0,4935 0,5065 0,4993 0,5007
Tb Paru 2 0,4323 0,5677 0,4731 0,5269 0,4766 0,5234
Tb Paru 3 0,4528 0,5472 0,4909 0,5091 0,4942 0,5058
Tb Paru 4 0,3904 0,6096 0,4698 0,5302 0,4764 0,5236
Tb Paru 5 0,4129 0,5871 0,4370 0,5630 0,4391 0,5609
Tb Paru 7 0,4387 0,5613 0,4491 0,5509 0,4501 0,5499
No. Pasien
bobot = 1,08 bobot = 1,06 bobot = 1,04
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Bronkitis 1 0,5163 0,4837 0,5163 0,4837 0,5163 0,4837
Bronkitis 2 0,5061 0,4939 0,5066 0,4934 0,5070 0,4930
Bronkitis 3 0,5341 0,4659 0,5355 0,4645 0,5369 0,4631
Bronkitis 4 0,4997 0,5003 0,5002 0,4998 0,5007 0,4993
Bronkitis 6 0,5046 0,4954 0,5076 0,4924 0,5091 0,4909
Bronkitis 11 0,5594 0,4406 0,5603 0,4397 0,5613 0,4387
Bronkitis 12 0,4880 0,5120 0,4903 0,5097 0,4927 0,5073
Tb Paru 1 0,4958 0,5042 0,4981 0,5019 0,5004 0,4996
Tb Paru 2 0,4745 0,5255 0,4759 0,5241 0,4773 0,5227
Tb Paru 3 0,4922 0,5078 0,4943 0,5057 0,4949 0,5051
Tb Paru 4 0,4724 0,5276 0,4758 0,5242 0,4778 0,5222
(29)
Lampiran 8 Lanjutan
No. Pasien
bobot = 1,055 Normalisasi
kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb Paru
Bronkitis 1 0,5163 0,4837
Bronkitis 2 0,5067 0,4933
Bronkitis 3 0,5359 0,4641
Bronkitis 4 0,5003 0,4997
Bronkitis 6 0,5074 0,4926
Bronkitis 11 0,5605 0,4395
Bronkitis 12 0,4909 0,5091
Tb Paru 1 0,4987 0,5013
Tb Paru 2 0,4762 0,5238
Tb Paru 3 0,4939 0,5061
Tb Paru 4 0,4758 0,5242
Tb Paru 5 0,4389 0,5611
(1)
Lampiran 3 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 2)
Gejala
Pasien Bronkitis ke-2 Pasien Bronkitis ke-3 Pasien Bronkitis ke-4
Nilai vote Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,473 0,527 0,473 0,527 0,473 0,527
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367 0,633 0,367 0,374 0,626
Dahak 0,324 0,676 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,564 0,436 0,295 0,705 0,295 0,705
Sesak nafas 0,324 0,676 0,660 0,340 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,557 0,443 0,557 0,443 0,557 0,443
Berat badan turun 0,601 0,399 0,264 0,736 0,601 0,399
Lemah lesu 0,519 0,481 0,324 0,676 0,519 0,481
Keringat malam 0,350 0,650 0,485 0,515 0,485 0,515
Total 4,912 5,088 4,918 5,082 4,856 5,144
Normalisasi Akhir 0,4912 0,5088 0,4918 0,5082 0,4856 0,5144
Gejala
Pasien Bronkitis ke-6 Pasien Bronkitis ke-12 Nilai vote Nilai vote Kelas
Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,589 0,411 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,177 0,823 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,295 0,705 0,295 0,705
Sesak nafas 0,660 0,340 0,324 0,676
Nafsu makan
berkurang 0,288 0,712 0,288 0,712
Berat badan turun 0,264 0,736 0,264 0,736
Lemah lesu 0,324 0,676 0,324 0,676
Keringat malam 0,485 0,515 0,350 0,650
Total 4,375 5,625 4,168 5,832
(2)
Lampiran 4 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1,1)
Gejala
Pasien Bronkitis ke-4 Pasien Bronkitis ke-12
Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,473 0,527 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,374 0,626 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,432 0,568 0,432 0,568
Sesak nafas 0,324 0,676 0,324 0,676
Nafsu makan berkurang 0,557 0,443 0,423 0,577
Berat badan turun 0,601 0,399 0,395 0,605
Lemah lesu 0,519 0,481 0,465 0,535
Keringat malam 0,485 0,515 0,495 0,505
Total 4,993 5,007 4,858 5,142
Normalisasi Akhir 0,499 0,501 0,486 0,514
Lampiran 5 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1,08)
Gejala
Pasien Bronkitis ke-4 Pasien Bronkitis ke-12
Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,473 0,527 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,374 0,626 0,633 0,367
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,437 0,563 0,437 0,563
Sesak nafas 0,324 0,676 0,324 0,676
Nafsu makan berkurang 0,557 0,443 0,428 0,572
Berat badan turun 0,601 0,399 0,399 0,601
Lemah lesu 0,519 0,481 0,470 0,530
Keringat malam 0,485 0,515 0,499 0,501
Total 4,997 5,003 4,880 5,120
(3)
Lampiran 6 Nilai vote pasien salah prediksi (bobot = 1.04)
Gejala
Pasien Bronkitis ke-12 Pasien Tb Paru ke-1
Nilai vote Nilai vote
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Kelas Bronkitis
Kelas Tb Paru
Batuk 0,463 0,537 0,463 0,537
Batuk berdarah 0,568 0,432 0,568 0,432
Sakit dada 0,633 0,367 0,374 0,626
Dahak 0,660 0,340 0,660 0,340
Demam 0,446 0,554 0,446 0,554
Sesak nafas 0,324 0,676 0,660 0,340
Nafsu makan berkurang 0,437 0,563 0,437 0,563
Berat badan turun 0,408 0,592 0,408 0,592
Lemah lesu 0,479 0,521 0,479 0,521
Keringat malam 0,509 0,491 0,509 0,491
Total 4,927 5,073 5,004 4,996
Normalisasi Akhir 0,493 0,507 0,500 0,500
(4)
Lampiran 7 Selang-selang hasil proses pelatihan Batuk
Batuk berdarah Sakit dada
Dahak Demam
Sesak nafas Nafsu makan berkurang
Berat badan turun Lemah lesu
Berkeringat malam
Keterangan: B = Bronkitis T = Tb Paru
B : 0 T : 0
B : 0,473 T : 0,527
B : 0,589 T : 0,411
B : 0,463 T : 0,537
0 1 2 3
B : 0,568 T : 0,432
B : 0,301 T : 0,699
0 1
B : 0,374 T : 0,626
B : 0,633 T : 0,367
0 1
B : 0,660 T : 0,340
B : 0,324 T : 0,676
0 1
B : 0,564 T : 0,436
B : 0,456 T : 0,544
0 1
B : 0,324 T : 0,676
B : 0,660 T : 0,340
0 1
B : 0,557 T : 0,443
B : 0,447 T : 0,553
0 1
B : 0,601 T : 0,399
B : 0,418 T : 0,582
0 1
B : 0,519 T : 0,481
B : 0,489 T : 0,511
0 1
B : 0,485 T : 0,515
B : 0,519 T : 0,481
(5)
Lampiran 8 Normalisasi akhir percobaan 2
No. Pasien
bobot = 2 bobot = 1,1 bobot = 1,05
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Bronkitis 1 0,5163 0,4837 0,5163 0,4837 0,5163 0,4837
Bronkitis 2 0,4912 0,5088 0,5056 0,4944 0,5068 0,4932
Bronkitis 3 0,4918 0,5082 0,5328 0,4672 0,5362 0,4638
Bronkitis 4 0,4856 0,5144 0,4993 0,5007 0,5004 0,4996
Bronkitis 6 0,4375 0,5625 0,5024 0,4976 0,5079 0,4921
Bronkitis 11 0,5304 0,4696 0,5585 0,4415 0,5608 0,4392
Bronkitis 12 0,4168 0,5832 0,4858 0,5142 0,4915 0,5085
Tb Paru 1 0,4245 0,5755 0,4935 0,5065 0,4993 0,5007
Tb Paru 2 0,4323 0,5677 0,4731 0,5269 0,4766 0,5234
Tb Paru 3 0,4528 0,5472 0,4909 0,5091 0,4942 0,5058
Tb Paru 4 0,3904 0,6096 0,4698 0,5302 0,4764 0,5236
Tb Paru 5 0,4129 0,5871 0,4370 0,5630 0,4391 0,5609
Tb Paru 7 0,4387 0,5613 0,4491 0,5509 0,4501 0,5499
No. Pasien
bobot = 1,08 bobot = 1,06 bobot = 1,04
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Normalisasi kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb
Paru
Bronkitis 1 0,5163 0,4837 0,5163 0,4837 0,5163 0,4837
Bronkitis 2 0,5061 0,4939 0,5066 0,4934 0,5070 0,4930
Bronkitis 3 0,5341 0,4659 0,5355 0,4645 0,5369 0,4631
Bronkitis 4 0,4997 0,5003 0,5002 0,4998 0,5007 0,4993
Bronkitis 6 0,5046 0,4954 0,5076 0,4924 0,5091 0,4909
Bronkitis 11 0,5594 0,4406 0,5603 0,4397 0,5613 0,4387
Bronkitis 12 0,4880 0,5120 0,4903 0,5097 0,4927 0,5073
Tb Paru 1 0,4958 0,5042 0,4981 0,5019 0,5004 0,4996
Tb Paru 2 0,4745 0,5255 0,4759 0,5241 0,4773 0,5227
Tb Paru 3 0,4922 0,5078 0,4943 0,5057 0,4949 0,5051
Tb Paru 4 0,4724 0,5276 0,4758 0,5242 0,4778 0,5222
Tb Paru 5 0,4378 0,5622 0,4394 0,5606 0,4395 0,5605
(6)
Lampiran 8 Lanjutan
No. Pasien
bobot = 1,055 Normalisasi
kelas Bronkitis
Normalisasi kelas Tb Paru
Bronkitis 1 0,5163 0,4837
Bronkitis 2 0,5067 0,4933
Bronkitis 3 0,5359 0,4641
Bronkitis 4 0,5003 0,4997
Bronkitis 6 0,5074 0,4926
Bronkitis 11 0,5605 0,4395
Bronkitis 12 0,4909 0,5091
Tb Paru 1 0,4987 0,5013
Tb Paru 2 0,4762 0,5238
Tb Paru 3 0,4939 0,5061
Tb Paru 4 0,4758 0,5242
Tb Paru 5 0,4389 0,5611