Menentukan nilai vote pada data uji Memberikan bobot Menjumlahkan nilai setiap instances Menentukan kelas prediksi

5 VFI 5 Survei Konsultasi dengan dokter Data Data latih Data uji Pelatihan Akurasi klasifikasi Menentukan nilai vote Memberikan bobot =1 pada setiap fitur Menjumlahkan nilai setiap instances berdasarkan fiturnya Memberikan bobot 1 pada setiap fitur Menjumlahkan nilai setiap instances berdasarkan fiturnya Akurasi Proses wawancara Selang setiap fitur Menentukan kelas prediksi Menentukan kelas prediksi Data latih dan data uji Data yang telah dikonversi menjadi angka nominal akan dibagi menjadi data latih dan data uji, untuk pembagian data latih dan data uji ini akan dilakukan dengan menggunakan metode acak. Seluruh data akan dibagi menjadi 2 : 1, dimana 2 untuk banyaknya data latih dan 1 untuk banyaknya data uji. Pelatihan Proses pelatihan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan algoritme VFI5, dimana data latih yang telah ditentukan digunakan sebagai input dari algoritme VFI5 dalam proses pelatihan. Gejala umum penyakit Tb Paru dan Bronkitis sebagai fitur dari setiap data pasien, sedangkan Tb Paru dan Bronkitis merupakan kelas dari data pasien tersebut. Selang setiap fitur Selang setiap fitur didapat dari proses pelatihan. Untuk menentukan selang-selang ini terlebih dahulu dilakukan proses normalisasi yang dilakukan pada proses pelatihan. Selang- selang ini berisikan nilai vote untuk setiap kelas pada setiap gejala. Klasifikasi Tahapan dari klasifikasi terdiri atas 4 tahap dimana tahap menentukan nilai vote pada data uji, tahap menjumlahkan setiap instances dan tahap menentukan kelas prediksi mempunyai langkah yang sama untuk kedua percobaan, tahapan tersebut adalah:

1. Menentukan nilai vote pada data uji

Pada proses klasifikasi, terdapat tahap menentukan nilai vote untuk instance baru. Nilai vote ini ditentukan dengan cara nilai fitur dari instance baru akan diperiksa dan dilihat letak selang nilai fitur tersebut, kemudian nilai vote setiap instance pada data latih yang terletak pada selang yang sama dengan instance yang baru akan disimpan sebagai vote dari instance baru tersebut.

2. Memberikan bobot

Untuk pemberian bobot ini dilakukan dua kali percobaan yaitu dengan bobot seragam dan bobot tidak seragam. Berikut akan dijelaskan kedua percobaan pemberian bobot.

a. Seragam

Tahap selanjutnya pada metodologi ini adalah memberikan bobot = 1 pada setiap fitur. Nilai 1 diberikan karena nilai ini merupakan default nilai yang diberikan oleh algoritme VFI5. Fitur vote dari instances baru akan dikalikan dengan bobot yang diberikan.

b. Tidak seragam

Pada tahap ini bobot yang diberikan 1 untuk setiap fitur yang penting yaitu pada fitur batuk berdarah, demam, nafsu makan berkurang, berat badan turun, lemah lesu dan keringat malam. Setelah nilai vote dikalikan dengan bobotnya per masing- masing fitur maka dilakukan kembali tahap normalisasi agar nilai vote akhir yang dihasilkan tidak lebih dari 1.

3. Menjumlahkan nilai setiap instances

Nilai Vote yang telah dihasilkan dari tahap klasifikasi ke-1 dan telah dikalikan dengan bobot pada tahap klasifikasi ke-2 akan dijumlahkan pada setiap instance-nya.

4. Menentukan kelas prediksi

Hasil penjumlahan vote dari setiap instance akan dibandingkan, kelas dengan total vote yang tertinggi akan menjadi kelas prediksi pada instance baru tersebut. Hasil dari proses ini merupakan hasil prediksi penyakit Tb Paru atau Bronkitis pada data uji. 6 Akurasi Tahap akhir dari metode penelitian ini adalah menghitung nilai akurasi dari hasil yang diperoleh pada tahap pengolahan data menggunakan algoritme VFI5. Akurasi dapat dihitung dengan : x 100. Spesifikasi aplikasi Aplikasi ini akan dikembangkan berbasis desktop, dengan implementasi perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut : Perangkat keras yang digunakan berupa komputer notebook dengan spesifikasi:  Processor Intel Pentium Dual Core 2,0 GHz  RAM 1GB  HDD 250GB Perangkat lunak yang digunakan :  Sistem Operasi : Microsoft Windows XP SP2  Microsoft Visual Basic 6.0 HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data hasil wawancara pasien baru di poli paru RSUD Pasar Rebo. Berikut ini disajikan contoh tabel form wawancara yang telah diisi dan tabel form wawancara yang belum diisi pada Lampiran 1. Tabel 1 Form wawancara yang telah diisi FORM WAWANCARA Pasien : 2 No. Rekam Medik : Diagnosa Awal : Bronkitis Gejala Yang Dirasakan Batuk : 1. Tidak 2. Iya Lamanya batuk 12 hari Batuk Berdarah : 1. Tidak 2. Iya Demam : 1. Tidak 2. Iya Sakit Dada : 1. Tidak 2. Iya Dahak : 1.Tidak 2. Iya Nafsu Makan Berkurang : 1. Tidak 2. Iya Sesak Nafas : 1. Tidak 2. Iya Berat Badan Turun : 1. Tidak 2. Iya Lemah Lesu : 1. Tidak 2. Iya Berkeringat Malam : 1. Tidak 2. Iya Proses wawancara ini dilakukan selama 1 bulan 1 Agustus – 30 Agustus. Data yang didapat dari hasil wawancara sebanyak 52 data dengan diagnosis yang berbeda-beda dari berbagai jenis penyakit paru, sehingga dari 52 data diurutkan dan diambil 2 diagnosis paling banyak kasusnya yaitu Bronkitis dan Tb Paru dengan jumlah data sebanyak 40 selain itu Tb Paru dan Bronkitis mempunyai gejala penyakit yang sangat mirip. Dari 40 data Tb Paru dan Bronkitis dikonversi menjadi angka nominal untuk memudahkan perhitungan algoritme. Gejala yang mempunyai selang nilai yang berbeda- beda hanya berada di gejala batuk, untuk gejala yang lainnya seperti batuk berdarah, hilang nafsu makan, dan lainnya hanya diberi nilai 0 untuk nilai tidak dan 1 untuk nilai iya ada. Pada Tabel 2 disajikan konversi data gejala batuk. Tabel 2 Konversi data gejala batuk Setelah dikonversi dilakukan proses perhitungan menggunakan algoritme VFI5 dengan membagi antara data latih dan data uji 2 : 1, 2 untuk data latih dan 1 untuk data uji. Untuk pembagian data menjadi data latih dan data uji digunakan proses acak dengan memperhitungkan banyaknya jumlah setiap angka nominal pada setiap gejala agar pada setiap data latih yang digunakan mendapatkan semua nilai nominal pada setiap gejala. Dilakukan 2 kali percobaan pada penelitian untuk mengoptimasikan data yang ada. Pada percobaan pertama proses yang dilakukan adalah melakukan klasifikasi data menggunakan algoritme VFI5 dengan bobot seragam, sedangkan pada percobaan kedua proses yang dilakukan adalah menggunakan bobot tidak seragam untuk mendapatkan hasil yang optimal. Berikut ini diberikan penjelasan secara rinci pembahasan pada 2 percobaan tersebut: Gejala Nilai Tidak Batuk 1Minggu – 1Bulan 1 1Bulan – 3Bulan 2 3Bulan 3 7 Percobaan pertama dengan bobot seragam Pada percobaan pertama data yang digunakan sebagai data latih berjumlah 27, dan data uji berjumlah 13. Banyaknya jumlah instances per kelas pada data latih dan data uji disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah instances data latih dan uji Kelas Data Latih Data Uji Bronkitis 13 instances 7 instances Tb Paru 14 instances 6 instances Data tersebut kemudian diolah menggunakan algoritme VFI5. Diawali dengan proses pelatihan, dimana setiap gejala atau fitur dicari nilai end point-nya sampai didapatkan nilai vote dari setiap fitur dan nilai vote tersebut dikalikan dengan bobot seragam yaitu 1 pada setiap fitur. Akurasi yang didapat pada percobaan ini adalah 85 dari 13 data uji. Hasil klasifikasi pada percobaan pertama disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil klasifikasi percobaan pertama Kelas Bronkitis Tb Paru Bronkitis 6 1 Tb Paru 1 5 Pada Tabel 4 terlihat bahwa data yang salah sebanyak 2 pasien yaitu pasien Bronkitis ke-12 yang diprediksi sebagai Tb Paru dan pasien Tb Paru ke-1 yang diprediksi sebagai Bronkitis. Pada Tabel 5 disajikan nilai vote pasien Bronkitis ke-12 dan untuk nilai vote pasien Tb Paru ke-1 disajikan pada Lampiran 2. Tabel 5 Nilai vote pasien Bronkitis ke-12 Gejala Nilai vote Kelas Bronkitis Kelas Tb Paru Batuk 0,463 0,537 Batuk berdarah 0,568 0,432 Sakit dada 0,633 0,367 Dahak 0,660 0,340 Demam 0,456 0,544 Sesak nafas 0,324 0,676 Nafsu makan berkurang 0,447 0,553 Berat badan turun 0,418 0,582 Lemah lesu 0,489 0,511 Keringat malam 0,519 0,481 Total 4,975 5,025 Normalisasi Akhir 0,498 0,502 Pada percobaan ini kesalahan prediksi terdapat di setiap kelas, oleh karena itu kesalahan yang dihasilkan untuk setiap pasien berbeda. Pasien Bronkitis yang diprediksi sebagai pasien Tb Paru mempunyai nilai vote dari fitur atau gejala dengan nilai lebih besar pada kelas Tb Paru sehingga pasien Bronkitis ini diprediksi oleh algoritme VFI 5 sebagai kelas Tb Paru dan juga sebaliknya untuk pasien Tb Paru yang diprediksi sebagai pasien Bronkitis. Pada Tabel 5 dapat dilihat nilai vote pasien Bronkitis dan fitur dengan nilai lebih besar pada kelas Tb Paru adalah batuk, demam, sesak nafas, nafsu makan berkurang, berat badan turun, dan lemah lesu. Untuk pasien Tb Paru yang diprediksi sebagai kelas Bronkitis mempunyai kesalahan pada nilai fitur yang lebih besar di batuk berdarah, dahak, sesak nafas, dan keringat malam. Pada Tabel 6 disajikan normalisasi akhir dari percobaan ini, hasil dari normalisasi tersebut terlihat bahwa nilai seluruh normalisai mempunyai perbedaan nilai pada kelas Bronkitis dan Tb Paru yang tidak terlalu berbeda. Tabel 6 Normalisasi akhir percobaan pertama No. Pasien Normalisasi kelas Bronkitis Normalisasi kelas Tb Paru Bronkitis 1 0,5163 0,4837 Bronkitis 2 0,5080 0,4920 Bronkitis 3 0,5398 0,4602 Bronkitis 4 0,5016 0,4984 Bronkitis 6 0,5137 0,4863 Bronkitis 11 0,5632 0,4368 Bronkitis 12 0,4975 0,5025 Tb Paru 1 0,5053 0,4947 Tb Paru 2 0,4802 0,5198 Tb Paru 3 0,4976 0,5024 Tb Paru 4 0,4835 0,5165 Tb Paru 5 0,4413 0,5587 Tb Paru 7 0,4511 0,5489 Percobaan Kedua dengan bobot tidak seragam Pada percobaan kedua ini bobot pada fitur- fitur yang paling penting ditambahkan. Percobaan ini dilakukan pada kombinasi data latih dan uji yang sama pada percobaan pertama. Fitur-fitur yang ditambahkan bobotnya adalah batuk berdarah, demam, nafsu makan berkurang, berat badan turun, lemah lesu, dan keringat malam. Pemberian bobot ini dilakukan berulang kali sebanyak bobot yang ditambahkan, bobot nilai yang digunakan adalah 2, 1.1, 1.08, 1.06, 1.05, 1.04, 1.055. 8 berikut ini akan diuraikan hasil dan pembahasan dari masing-masing bobot yang digunakan.

1. Pemberian bobot nilai = 2