Simulasi Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, dan Stabil) pada Jambu Biji di Kebun Percobaan PKHT, Pasir Kuda, Bogor

SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, DAN
STABIL) PADA JAMBU BIJI DI KEBUN PERCOBAAN PKHT,
PASIR KUDA, BOGOR

ISNAENI YUNITA SUSANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Simulasi Uji BUSS
(Baru, Unik, Seragam, dan Stabil) pada Jambu Biji di Kebun Percobaan PKHT,
Pasir Kuda, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Isnaeni Yunita Susanti
NIM A24090139

ABSTRAK
ISNAENI YUNITA SUSANTI. Simulasi Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, dan
Stabil) pada Jambu Biji di Kebun Percobaan PKHT, Pasir Kuda, Bogor.
Dibimbing oleh SOBIR.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebaruan, keunikan,
keseragaman, dan kestabilan (BUSS) dari varietas jambu biji, sehingga data yang
dihasilkan dapat digunakan untuk verifikasi Panduan Pelaksanaan Uji (PPU)
dalam pengujian BUSS. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan PKHT, Pasir
Kuda, Bogor. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, satu faktor
dengan ulangan tidak lengkap, dengan mengacu pada panduan UPOV. Faktor
tersebut adalah varietas yang terdiri atas varietas Sukun Putih, Variegata, Mutiara,
Getas Merah, Kristal, Bangkok, Seedless, Super Red, dan Sukun Merah. Hasil
simulasi uji BUSS menunjukkan bahwa 35 dari 40 karakteristik terdapat 35
karakteristik yang berbeda dari 40 karakteristik, yang terdiri dari yang terdiri dari

3 karakteristik bagian pohon, 12 karakteristik bagian daun, 3 karakteristik bagian
bunga, 15 karakteristik bagian buah, dan 2 karakteristik rekomendasi, sehingga
varietas kandidat tersebut dapat disebut unik. Hasil juga menunjukkan tidak
adanya varietas yang memiliki tipe simpang (offtype), sehingga dapat disebut
seragam, dan stabil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa PPU pengujian BUSS dapat
digunakan sesuai dengan kondisi di Indonesia, dengan beberapa penambahan
karakter baru yang belum ada pada panduan UPOV. Hasil penelitian ini juga
dapat digunakan untuk menentukan varietas-varietas contoh.
Kata kunci: karakter, uji BUSS, jambu biji, verifikasi, PPU

ABSTRACT
ISNAENI YUNITA SUSANTI. Simulation of DUS (novelty, Distinctness,
Uniform, and, Stability) test of Guava at Experimental Field PKHT, Pasir Kuda,
Bogor. Supervised by SOBIR.
This experiment was conducted to study the Distinctness, Uniformness,
and Stability (DUS) of guava varieties, so that the data can be used to verify the
Test Implementation Guidelines (PPU) in the DUS test. The experiment was
conducted at PKHT experiment station, Pasir Kuda, Bogor. This experiment was
conducted using a Complete Randomized Design, one factor with incomplete
replications, based on UPOV guidelines. The guava varieties evaluated were

Sukun Putih, Variegata, Mutiara, Getas Merah, Kristal, Bangkok, Seedless, Super
Red and Sukun Merah. The DUS test simulation results showed that 35 of 40
characteristics were different, it consisting of 3 tree characteristic, 12 leaf
characteristic, 3 flower characteristic, 15 fruit characteristic, and 2 recommended
characteristic, so can be called as distinctness. The result also showed that no
varieties with offtype, so can called as uniform and stabile. We conclude that the
verification for the PPU of DUS test is appropriate and can be used for condition
in Indonesia, with a few addition of new characters that not written in UPOV
guidelines. The results of this research can also be useful to determine the variety
of the samples.
Key words: character, DUS test, guavas, verification, PPU

SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, DAN STABIL)
PADA JAMBU BIJI DI KEBUN PERCOBAAN PKHT, PASIR
KUDA, BOGOR

ISNAENI YUNITA SUSANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Simulasi Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, dan Stabil) pada Jambu
Biji di Kebun Percobaan PKHT, Pasir Kuda, Bogor
Nama
: Isnaeni Yunita Susanti
NIM
: A24090139

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si.

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

ludul Skripsi: Simulasi Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, dan Stabil) pada lambu
Biji di Kebun Percobaan PKHT, Pasir Kuda, Bogor
: Isnaeni Yunita Susanti
Nama
: A24090139
NIM

Disetujui oleh

セ@
Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si.

Pembimbing

Tanggal Lulus:

o 3 SEP

2013

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah memberikan kekuatan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini
berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 ini ialah uji BUSS, dengan judul Simulasi
Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, dan Stabil) pada Jambu Biji di Kebun Percobaan
PKBT, Pasir Kuda, Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang
telah memberikan pendanaan, Prof. Dr. Ir. Sobir, Msi. selaku pembimbing serta
Bapak Endang Gunawan yang telah memberikan saran. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Dr. Ir. Rahmad Suhartanto, M.Si., kedua orang tua,
keluarga penulis, serta teman-teman Agronomi dan Hortikultura IPB atas nasehat

dan doanya. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
maupun di bidang keilmuan.

Bogor, Juli 2013
Isnaeni Yunita Susanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Perumusan Masalah
METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan

Prosedur Analisis Data
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Jambu Biji
Idiotype Ideal Jambu Biji
Sistem Pemuliaan Jambu Biji
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pohon
Karakteristik Daun
Karakteristik Bunga
Karakteristik Buah
Analisis Baru, Unik, Seragam, dan Stabil
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi

vi
vi
1
1
2
2
3
3
3
3
4
5
5
5
5
7
7
7
8
8

10
11
15
20
24
24
24
24
27
29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian pohon jambu biji

Karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian daun jambu biji
Karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian bunga jambu biji
Karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian buah jambu biji
Nilai Padatan Terlarut Total (PTT) dan Total Asam Tertitrasi (TAT)
rataan dan koefisien keragamannya
Varietas-varietas contoh jambu biji dengan karakter tertentu

12
12
14
17
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2

Karakteristik warna batang muda
Karakteristik warna batang tua

9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Anova internode cabang
Anova panjang daun
Anova lebar daun
Anova rasio panjang/lebar daun
Anova diameter bunga
Anova panjang buah
Anova diameter buah
Anova lokul buah

27
27
27
27
27
27
28
28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah tropika yang
dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia. Hal ini karena Indonesia memiliki
agroklimat yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jambu biji.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2011) produksi jambu biji nasional dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir produksi jambu biji meningkat dari angka
137,598 ton (2001) hingga 211,836 ton (2011), dan angka produksi tertinggi
dicapai pada tahun 2003 yaitu sebanyak 239,107 ton.
Tanaman jambu biji atau yang biasa disebut lambo guava atau guava
bukan merupakan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari Brasilia,
Amerika Tengah, kemudian menyebar ke Thailand dan negara-negara Asia
lainnya, seperti Indonesia (BPPT 2000). Jambu biji berasal dari famili Myrtaceae
dan genus Psidium. Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava L. (van
Steenis et al. 1981; USDI 1999). Seluruh bagian tanaman jambu biji seperti buah,
daun, batang, dan akar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Jambu biji
mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%,
mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol, serta
daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tradisional (BPPT 2000).
Kulit pohon jambu biji dapat digunakan sebagai penyerap Khrom pada limbah
cair penyamakan kulit (Handoyo dan Wijoyo 2010). Ekstrak daun jambu biji yang
muda juga mempunyai manfaat sebagai penghasil antioxidant, melalui metode
ultrasonication (Nantitanon et al. 2010). Tanaman jambu biji juga dimanfaatkan
sebagai tanaman hias (BPPT 2000). Hal ini yang menyebabkan tanaman jambu
biji telah dibudidayakan secara luas baik di negara tropis maupun subtropis di
seluruh dunia (BPPT 2000).
Jambu biji memiliki ciri dan keunggulan pada masing-masing varietas.
Namun, kualitas varietas jambu biji di Indonesia masih harus ditingkatkan agar
mampu bersaing dengan pasar nasional maupun internasional. Para pemulia
meningkatkan varietas jambu biji dengan berbagai teknik ilmu pemuliaan untuk
menghasilkan varietas-varietas unggul dan berdaya saing. Varietas-varietas
unggul yang telah dihasilkan oleh para pemulia diperlukan adanya suatu
perlindungan khusus untuk menjaga dari adanya pencurian varietas secara ilegal
dan memberikan motivasi serta penghargaan pada para pemulia, yang disebut
dengan hak Perlindungan Varietas Tanaman (Hak PVT).
Menurut UU No. 29 Tahun 2000, Tentang Perlindungan Varietas,
menyebutkan bahwa varietas yang dapat diberi PVT meliputi varietas dari jenis
atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama. Suatu
varietas jambu biji dapat dilindungi jika dapat didefinisikan dengan jelas. Hanya
varietas jambu biji yang sudah didefinisikan dengan jelas yang dapat diproses
untuk memperoleh Hak PVT. Salah satu metode dalam membedakan karakter
antar varietas satu dengan yang lainnya, dilakukan pengamatan karakter kualitatif
maupun kuantitatif pada masa vegetatif dan generatifnya, yang disebut dengan uji
Baru, Unik, Seragam, dan Stabil (BUSS).

2
Definisi dari baru, unik seragam dan stabil dijelaskan pada Pasal 2 ayat 1
s.d 5 UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Suatu
varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, bahan
perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan
di Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah
diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman
semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan. Suatu varietas dianggap unik
apabila varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang
keberadaannya sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan permohonan
hak PVT. Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting
pada varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari
cara tanam dan lingkungan yang berbeda-beda. Suatu varietas dianggap stabil
apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang,
atau untuk yang diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami
perubahan pada setiap akhir siklus tersebut.
Namun, PVT merupakan hal yang baru di Indonesia, dan belum adanya
Panduan Pelaksanaan Uji (PPU) untuk melakukan kegiatan uji sifat kebaruan,
keunikan keseragaman dan kestabilan (BUSS) yang dapat ditetapkan di Indonesia.
Hal ini menjadikan pentingnya verifikasi PPU yang sesuai dengan kondisi dan
keragaman di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan simulasi uji coba
pemeriksaan bUSS terhadap berbagai jenis tanaman sebagai verifikasi PPU, yang
berbasis panduan dari luar negeri yaitu dengan mengacu dari panduan
International Union for The Protection of New Varieties of Plants (UPOV)
Tahun 2012.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter kuantitatif dan kualitatif dari
jambu biji sebagai verifikasi Panduan Pelaksanaan Uji (PPU) dalam pengujian
BUSS, serta untuk menentukan varietas-varietas contoh.
Perumusan Masalah
Perlindungan Varietas Tanaman merupakan suatu hal yang penting bagi
pemulia agar lebih leluasa dan terjamin atas varietas yang telah diciptakannya.
Perlindungan varietas tanaman dilaksanakan melalui pengujian Baru, Unik,
Seragam, dan Stabil (BUSS), dengan berbasis panduan dari luar negeri seperti test
guidelines (TG) UPOV atau Panduan Pelaksanaan Uji (PPU). Panduan ini perlu
diuji simulasi agar semua karakter-karakter yang sesuai dengan keragaman dan
agroklimat di Indonesia dapat teramati, sehingga PPU tersebut dapat digunakan
untuk pengujian BUSS.

3

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan PKHT IPB Pasir Kuda, Desa
Pasir Mas, Bogor, dan Laboratorium Pascapanen Agronomi dan Hortikultura IPB,
selama 8 bulan mulai bulan Oktober 2012 hingga Mei 2013.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan terdiri dari 9 varietas jambu biji, yang
terdiri dari 1 varietas referensi dan 8 varietas kandidat, dengan total populasi yaitu
60 tanaman. Varietas referensi yang digunakan yaitu varietas Getas Merah (GM),
sedangkan varietas kandidat yang digunakan antara lain, Sukun Putih (SP),
Variegata (VGT), Mutiara (MTR), Kristal (KSL), Bangkok (BGK), Seedless
(SDL), Super Red (SR), dan Sukun Merah (SM). Pupuk yang digunakan yaitu
pupuk NPK (12:24:81) dengan dosis 250 ons/pohon dan NPK (15:15:15) dosis
250 ons/pohon. Bahan kimia yang digunakan yaitu larutan NaOH 0.01% dan
fenolftalien. Peralatan yang digunakan yaitu kain abu-abu dengan ukuran 1 m2,
penggaris kayu 30 cm, indikator warna RBGY, Color Chart RHS (Royal
Horticultural Society), kamera digital, timbangan, jangka sorong, buret, mortar,
dan hand refractometer.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor dengan 9 varietas jambu biji sebagai perlakuan, dengan ulangan
yang tidak lengkap sehingga secara keseluruhan terdapat 60 satuan pengamatan.
Jumlah ulangan dapat dinyatakan dalam sebagai berikut berikut.
 4
1. Internode : SP
 4
VGT
 4
SDL
 4
MTR
 4
SR
 4
SM
 12
GM
 12
BGK
 12
KSL
2. Daun

: SP
VGT
SDL
MTR
SR
SM
GM
BGK
KSL











4
4
4
4
4
4
12
12
12

4
3. Bunga

: SP
VGT
SDL
MTR
SR
SM
GM
BGK
KSL











3
4
4
4
3
1
11
12
12

4. Buah

: VGT
MTR
SR
GM
BGK
KSL








4
4
4
11
11
12

Model matematika yang digunakan adalah:
Yij = µ + Vi + Gij
Yij : Nilai hasil pengamatan pada varietas ke-i ulangan ke-j
µ : Rataan umum
Vj : Pengaruh varietas ke-i
Gij : Galat percobaan pada varietas ke-i, ulangan ke-j
Pelaksanaan Penelitian
Bibit yang digunakan dipilih bibit berukuran sedang dan sehat hasil dari
cangkokan atau okulasi. Lahan yang akan digunakan kemudian digemburkan atau
dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm. Selanjutnya diberi pupuk kandang
dengan dosis 40 kg/m2, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran lebar 1.20
m dan panjangnya menyesuaikan. Pemupukan dasar dilakukan setelah jangka
waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang ditentukan.
Pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m, ukuran 1 m x 1 m x 0.8
m dan jarak antar lubang (7-10) m. Pupuk diberikan pada bulan ke-1 diberikan
pupuk NPK dengan dosis 12:24:81 250 g/pohon, bulan ke-2 dilakukan
pemupukan yang sama dengan bulan ke-1, pada bulan ke-3 diberi NPK dengan
dosis 15:15:15 250 g/pohon, dan bulan ke-4 sampai tanaman berbuah.
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penjarangan dan penyulaman, penyiangan,
pembubunan setiap 1 bulan sekali, perempalan atau pemangkasan. Menurut
Susanto dan Pribadi (2004), pemangkasan cabang dapat meningkatkan bobot buah
layak jual mencapai 94% dibandingkan tanaman tanpa pemangkasan yang hanya
83% buah yang layak jual. Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari (pagi
dan sore), sedangkan penyungkupan dilakukan pada buah yang telah berbentuk
pentil sekitar umur 1-2 minggu, dan penyemprotan pestisida. Menurut Sobir dan
Amalya (2013), pemanenan jambu hasil cangkok atau stek berbuah lebih cepat
yaitu sekitar 6 bulan setelah transplanting. Panen jambu biji dapat dilakukan
sekitar 110-120 hari setelah bunga mekar. Ciri-ciri jambu biji yang matang yaitu
kulit mengkilap dan berubah warna dari hijau tua menjadi hijau muda atau hijau

5
menjadi putih kekuningan, ujung buah membuka atau merekah, dan aroma mulai
tercium. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk
mempertahankan kualitas buah yang dipanen dengan menyisakan tangkainya
sekitar 0.5-1 cm dari pangkal. Penelitian ini dilakukan pengamatan karakter
kuantitatif maupun kualitatif pada fase vegetatif, generatif, dan panen serta
pascapanen. Hasil pengamatan karakter dibandingkan perbedaannya antara
varietas referensi dan varietas kandidat, sehingga akan dianalisis untuk memenuhi
sifat Baru, Unik, Seragam, dan Stabil (BUSS).
Pengamatan
Pengamatan karakter-karakter yang diamati mengacu pada panduan
International Union for the Protection of New Varieties of Plants (UPOV)
dengan kode TG/ACCA (proj. 1) 18-06-2012. Karakter pengamatan tersebut
adalah: (1) pola percabangan, (2) vigor pohon, (3) panjang internode cabang, (4)
panjang daun, (5) lebar daun, (6) rasio panjang/lebar, (7) bentuk daun, (8) posisi
bagian terlebar daun, (9) bentuk ujung daun, (10) bentuk pangkal, (11) profil
melintang daun, (12) perputaran longitudinal daun, (13) warna utama sisi atas
daun, (14) belang pada sisi atas daun, (15) warna daun sisi bawah, (16) diameter
bunga, (17) warna petal sisi atas bunga (dengan RHS Color Chart), (18) jumlah
stamen, (19) bobot buah, (20) panjang buah, (21) diameter buah, (22) rasio
panjang/diameter, (23) bentuk buah, (24) simetris longitudinal, (25) kemiringan
tangkai buah, (26) letak titik tangkai buah, (27) bentuk titik tumbuh tangkai, (28)
kemiringan tangkai, (29) pemisahan calyx, (30) warna kulit buah, (31) tekstur
kulit buah, (32) perkembangan longitudinal buah, (33) warna perikap luar, (34)
lebar lokul ke buah, (35) warna lokul, (36) penampang pusat biji, (37) waktu
mulai panen, (38) tipe penyerbukan. Selain itu terdapat pengamatan tambahan
yaitu Padatan Terlarut Total (PTT) dan Titrasi Asam Terlarut (TAT).
Prosedur Analisis Data
Data kuantitatif dari varietas kandidat dan referensi masing-masing diolah
dengan software Microsoft Excel dan SAS 9.0, serta diuji lanjut dengan DMRT
taraf 5% apabila varietas berbeda nyata. Kemudian, hasil olahan data kuantitatif
dianalisis dalam karakter tertentu dan dibandingkan perbedaan karakter antara
varietas kandidat maupun referensi. Data kualitatif dari varietas kandidat dan
referensi yang diperoleh dianalisis perbedaan karakternya.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Jambu Biji
Jambu biji (Psidium guajava L.), spesies dengan kultivar terluas dari famili
Myrtaceae, merupakan tanaman penting di daerah tropis dan subtropis (Paull dan
Bittenbender 2008). Famili Myrtaceae terdiri dari 300 genus dan 3000 spesies
pohon dan perdu, yang tersebar umumnya di daerah tropis dan subtropis (Watson
dan Dallwitz 1992). Buah ini termasuk dalam kategori klimaterik (Kays dan Paull

6
2004). Tanaman ini dapat tumbuh dengan intensitas curah hujan sekitar 20003000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun, serta kelembapan yang cenderung
rendah. Tanaman jambu biji dapat tumbuh baik di daerah tropis, terutama pada
ketinggian 5-1200 mdpl, mulai pinggir pantai hingga daerah pegunungan dengan
kemiringan 0-30o, dan suhu optimal 20-30oC (Sobir dan Amalya 2013).
Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau tanaman
menjadi kurang sempurna atau kerdil. Lahan untuk tempat tumbuh tanaman ini
yaitu lahan yang subur, gembur, banyak mengandung unsur nitrogen, bahan
organik atau keadaan liat dan sedikit pasir (BPPT 2000), serta pH sekitar 4.5-8.2,
dan toleran terhadap kekeringan dan salinitas (Purseglove 1968, Jaiswal dan Amin
1992).
Tanaman jambu biji merupakan perdu atau pohon yang tingginya 3-10
meter dengan kulit tipis licin (van Steenis et al. 1981) dan halus, berwarna
kehijauan, cokelat, cokelat kemerahan, cokelat keabuan yang mudah mengelupas
sebagai pergantian atau peremajaan kulit (Purseglove 1968, Cahyono 2010).
Batang jambu biji memiliki ciri khusus, diantaranya berkayu keras, liat, tidak
mudah patah, kuat, dan padat (Cahyono 2010). Umumnya tanaman ini berumur
hingga 30-40 tahun. Sistem perakaran jambu biji adalah berakar tunggang, dengan
perakaran lateral, dan berserabut cukup banyak (BPPT 2000). Daun jambu biji
sederhana, berlawanan, panjang 10-15 cm, berbentuk oval sampai oblong-elips,
halus dan granular (Purseglove 1968), serta bulat panjang atau memanjang (van
Steenis et al. 1981). Lebar daun berkisar dan lebar 3-6 cm dan panjang tangkai
sekitar 3-7 mm. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua,
dan hijau berbelang kuning (BPPT 2000). Bunga terletak di ketiak daun,
bertangkai 1-4 cm, anak payung berbunga 1-3, dan tabung kelopak berbentuk
lonceng atau corong panjangnya 0.5 cm (van Steenis et al. 1981). Bunga terdiri
dari 4-5 petal, berwarna putih, obovate, cekung, cepat rontok, panjangnya 1-2 cm,
dan stamen berjumlah banyak (Purseglove 1968). Benang sari terletak pada
tonjolan dasar bunga berbulu, putih, pipih, dan lebar seperti halnya putik berwarna
serupa mentega (van Steenis et al. 1981). Eksokarp buah berwarna hijau sampai
kuning terang dan mesokarpnya lunak, ketebalannya bervariasi, berwarna putih,
kuning, merah, atau merah muda dengan sel batu, serta berbiiji banyak berwarna
kekuningan (Purseglove 1968). Bobot buah 100-450 g, berdiameter 4-10 cm
(Purseglove 1968), panjangnya 5-8.5 cm, daging buah berwarna kekuningan atau
merah muda, berbentuk bulat telur, atau bundar (van Steenis 1981).
Jambu biji merupakan tanaman yang cukup banyak rentan terhadapa hama
dan penyakit. Hama pada jambu biji yaitu ulat daun (Trabala pallida), ulat keket
(Ploneta diducta), semut, tikus, kalong, bajing, ulat putih, ulat penggerek batang
(Indrabela sp), dan ulat jengkal (Berta chrysolineate). Pengendalian hama dapat
dilakukan dengan menggunakan nogos, sevin, karbofuran seperti furadan, dan
musuh alami seperti ulat putih. Sedangkan penyakit pada jambu biji yaitu
penyakit karena ganggang (Cihephaleusos vieccons), jamur (Ceroospora psidil),
jamur karat (Poccinia psidil), jamur (Rigidoporus lignosus), dan jamur (Allola
psidil). Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan fungisida, seperti Disene
200 MX (BPPT, 2000).

7
Idiotype Ideal Jambu Biji
Sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang
digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif
lebih tinggi diantaranya jambu sukun, jambu bangkok, jambu merah, jambu pasar
minggu, jambu sari, jambu apel, jambu palembang, dan jambu getas merah (BPPT,
2000). Secara umum konsumen atau masyarakat di pasaran menginginkan jambu
biji yang mempunyai ukuran besar, berbiji sedikit, aroma wangi, dan rasa asammanis yang seimbang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa standar seleksi
kultivar untuk dikembangkan sebagai kualitas buah yaitu diameter buah (minimal
7.5 cm), kapasitas diameter buah (tidak lebih dari 3.75 cm), bobot segar 200-300 g,
kandungan biji (1-2%), warna merah muda tua, kepadatan (9-12%), mengandung
vitamin C, lunak dengan sedikit sel batu dan berkarakteristik aroma jambu
(Soetopo 1992), serta memiliki daging yang tebal dan manis (Rahmat 2007).
Sistem Pemuliaan Jambu Biji
Menurut UU No. 29 Tahun 2000, tentang Perlindungan Varietas Tanaman,
pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau
kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku
untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih varietas
yang dihasilkan. Sistem pemuliaan jambu biji dapat melalui perbanyakan
generatif maupun vegetatif. Perbanyakan dengan cara generatif atau dengan biji
tidak disukai karena tumbuhannya lama menjadi dewasa dan juga akan berubah
sifat dari induknya. Perbanyakan yang sekarang dilakukan adalah secara vegetatif,
khususnya dengan cara pencangkokan, penempelan, dan penyambungan agar
lebih cepat berbuah (Distan Majalengka 2012). Tanaman yang berasal dari biji
relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi. Namun,
tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek (dwarfing) dan
bercabang lebih banyak sehingga memudahkan perawatan tanaman. Tanaman ini
sudah mampu berbuah saat berumur sekitar dua sampai tiga bulan meskipun
ditanam dari biji (BPPT 2000). Pohon dari hasil biji mulai berbunga 4-5 tahun,
sedangkan pohon hasil perbanyakan vegetatif mulai berbunga 2-3 tahun setelah
pengadaan (Yadava 1996). Musim berbunga pada waktu musim kemarau yaitu
sekitar bulan Juli sampai September, sedangkan musim buahnya terjadi bulan
Nopember sampai Februari bersamaan musim penghujan (BPPT 2000). Jambu
biji terjadi penyerbukan sendiri dan silang dan secara alami penyerbukan silang
telah terlihat sekitar 35% menggunakan mesokarp merah dominan sebagai
penanda (Purseglove 1968).
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
Perlindungan terhadap varietas tanaman dirasa sangat penting, apalagi
varietas tersebut merupakan hasil pemuliaan tanaman (Deptan 2007). Uji Baru,
Unik, Seragam, dan Stabil (BUSS) merupakan suatu pengujian yang digunakan
untuk melindungi tanaman yang akan dilepas agar tidak dicuri atau dipatenkan
oleh pihak lain yang bukan pemiliknya. Pengujian ini berdasarkan pada UU
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Menurut

8
UU No. 29 Tahun 2000, yang disahkan tanggal 20 Desember 2000, menyebutkan
bahwa Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah perlindungan khusus yang
diberikan negara, yang diwakili oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan
oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang
dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Hak PVT
adalah hak khusus yang diberikan negara kepada pemulia dan atau pemegang hak
PVT untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi
persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama
waktu tertentu. Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies
yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji,
dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat
membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat
yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Varietas
yang dapat diberi PVT meliputi varietas dari jenis atau spesies tanaman yang Baru,
Unik, Seragam, Stabil, dan diberi nama. Pengujian sifat-sifat tersebut dilakukan
dengan pendekatan penetapan karakter varietas yang diuji harus memiliki sifat
Baru, Unik, Seragam, dan Stabil, atau dikenal dengan uji BUSS.
Pendekatan yang dilakukan untuk pengujian BUSS yaitu dengan pendekatan
karakterisasi kuantitatif maupun kualitatif pada tanaman yang akan diuji.
Tanaman yang diuji akan ditanam pada suatu tempat yang sama untuk
menghindari adanya faktor eksternal atau lingkungan yang tinggi. Menurut
Lengkong (2008), analisis keragaman genetika perlu dilakukan untuk mengetahui
potensi keragaman plasma nutfah. Menurut Simmonds dan Shepherd (1995)
menyatakan bahwa karakterisasi berdasarkan penanda morfologi kualitatif
merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah duplikasi
plasma nutfah. Namun, pengujian BUSS ini memerlukan adanya Panduan
Pelaksanaan Uji (PPU) yang diverifikasi sesuai dengan kondisi agroklimat dan
keragaman di Indonesia, sehingga perlu dilakukan simulasi uji BUSS. Simulasi uji
BUSS ini berbasis luar negeri dengan panduan dari UPOV.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil simulasi uji BUSS menunjukkan bahwa dari 8 varietas kandidat dan
1 varietas referensi, terdapat 35 dari 40 karakteristik berbeda. Karakteristik
tersebut terdiri dari 3 karakteristik bagian pohon, 12 karakteristik bagian daun, 3
karakteristik bagian bunga, 15 karakteristik bagian buah, dan 2 karakeristik
tambahan. Hasil pengamatan dinyatakan dalam beberapa tabel di bawah ini.
Karakteristik Pohon
Hasil analisis karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian pohon (Tabel 1)
antara varietas kandidat dan varietas referensi, terdapat 3 perbedaan yaitu pada
karakteristik pola percabangan, vigor, dan panjang internode. Karakteristik pola
percabangan (Tabel 1) pada varietas Bangkok dan Sukun Merah mempunyai
karakter pola percabangan tegak. Varietas Mutiara, Kristal, dan Seedless
mempunyai karakter pola percabangan menyebar, sedangkan varietas Variegata

9
dan Super Red mempunyai karakter pola percabangan tidak beraturan. Jambu biji
mempunyai tingkat vigor (Tabel 1) dengan rata-rata kuat, namun pada varietas
Variegata dan Sukun Merah mempunyai vigor yang sedang. Perbedaan
karakteristik panjang internode (Tabel 1) terlihat pada varietas Sukun Putih dan
Seedless dengan karakter yang sangat pendek yaitu panjang rataannya 4.98 cm
dan 4.58 cm. Varietas Variegata, Mutiara, Kristal dan Super Red mempunyai
karakter internode yang sedang dengan rataan 5.38 cm, 5.38 cm, 5.24 cm dan 5.37
cm. Varietas Sukun Merah mempunyai karakter internode yang panjang dengan
rataannya 5.53 cm. Karakter internode pada varietas Sukun Merah terlihat lebih
panjang dibandingkan dengan varietas lainnya. Nilai koefisien keragaman (KK)
sebesar 4.67% (Lampiran 1). Selain ketiga karakteristik tersebut terdapat terdapat
perbedaan warna batang ketika masih muda dan tua, yang bisa menjadi saran
untuk karakteristik baru. Warna batang muda (Gambar 1) pada varietas Bangkok,
Sukun Merah, dan Variegata terlihat hijau kekuningan, sedangkan pada varietas
Getas Merah, Kristal, Mutiara, Seedless, dan Sukun Putih berwarna hijau, serta
varietas Super Red berwarna merah. Warna batang ketika tua (Gambar 2) terlihat
berbeda dibandingkan ketika masih muda, yaitu pada varietas Bangkok terlihat
warna batangnya cokelat tua kekuningan dengan sangat sedikit corak hijau,
varietas Getas Merah dan Sukun Merah berwarna cokelat sangat muda dengan
corak sedikit hijau keabuan, varietas Kristal, Mutiara, Seedless, dan Sukun Putih
berwarna cokelat tua keabuan, varietas Super Red berwarna cokelat muda
keabuan, serta varietas Variegata berwarna cokelat muda kekuningan.
Gambar

Gambar 1 Karakteristik warna batang muda

Gambar 2 Karakteristik warna batang bawah

10
Karakteristik Daun
Perbedaan karakteristik bagian daun terdapat 12 perbedaan yaitu terlihat
pada karakteristik panjang, lebar, rasio panjang/lebar, bentuk, bagian terlebar,
bentuk ujung, bentuk pangkal, profil melintang, perputaran longitudinal, warna
utama sisi atas, belang pada sisi atas, dan warna sisi bawah daun. Karakteristik
panjang daun (Tabel 2) terlihat perbedaan karakternya seperti pada varietas Sukun
Putih, Variegata, Mutiara, Kristal, Seedless, Super Red, dan Sukun Merah
mempunyai karakter panjang daun yang sedang dengan rataan antara lain, 13.63
cm, 13.50 cm, 13.22 cm, 13.33 cm, 14.10 cm, 13.73 cm, dan 12.33 cm. Varietas
Bangkok mempunyai karakter panjang daun yang sangat panjang dibandingkan
varietas lain, dengan rataan 16.69 cm dan nilai KK sebesar 13.74% (Lampiran 2).
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa daun jambu biji berkarakter sederhana,
berlawanan, panjang 10-15 cm (Purseglove 1968). Karakter lebar daun (Tabel 2)
yang berbeda terlihat pada varietas Variegata, Kristal, dan Super Red mempunyai
karakter lebar daun yang sangat sempit dengan rataan 5.98 cm, 5.90 cm dan 5.88
cm. Selain itu, terdapat juga varietas Seedless dan Sukun Merah mempunyai
karakter lebar daun yang lebar dengan rataannya 7.25 cm dan 7.30 cm. Nilai KK
lebar daun sebesar 13.95% (Lampiran 3). Karakter lebar daun (Tabel 2) pada
varietas Sukun Merah terlihat lebih lebar dibandingkan dengan varietas lainnya.
Lebar daun berkisar dan lebar 3-6 cm dan panjang tangkai sekitar 3-7 mm. Rasio
panjang/lebar daun (Tabel 2) varietas Sukun Merah mempunyai karakter rasio
daun yang membulat dengan rataan 1.69. Varietas Sukun Putih, Mutiara, dan
Seedless mempunyai karakter rasio daun yang agak memanjang dengan rataan
1.98, 2.03, dan 1.95. Varietas Super Red mempunyai karakter rasio daun yang
memanjang kuat dengan rataan 2.36. Varietas Bangkok mempunyai karakter rasio
daun yang memanjang sangat kuat dengan rataan 2.46. Nilai KK rasio daun
sebesar 5.73% (Lampiran 4).
Karakteristik bentuk daun (Tabel 2) terlihat perbedaan pada varietas
Variegata dan Super Red dengan karakter yang elips, sedangkan pada varietas
Bangkok mempunyai karakter bentuk daun oblong. Karakteristik bagian terlebar
daun (Tabel 2) terlihat perbedaannya yaitu pada varietas Variegata, Bangkok, dan
Super Red dengan karakter bagian terlebar daun terletak di bagian tengah daun.
Karakteristik bentuk ujung daun (Tabel 2) terlihat berbeda pada varietas Sukun
Putih, Seedless, dan Sukun Merah dengan bentuk ujung daun membulat. Hal ini
berbeda halnya dengan ekplorasi Rahmat (2007), menyebutkan bahwa morfologi
bentuk ujung daun yaitu acute (meruncing), acuminate (melancip), dan obtuse
(menumpul). Bentuk pangkal daun (Tabel 2) pada varietas Kristal, Seedless, dan
Super Red terlihat berbeda yaitu dengan karakter obtuse. Karakteristik profil
melintang daun (Tabel 2) pada varietas Sukun Putih, Mutiara, Kristal, dan
Seedless mempunyai karakter yang berbeda dengan karakter datar. Perbedaan
karakteristik perputaran longitudinal (Tabel 2) terlihat pada varietas Sukun Putih,
Mutiara, Kristal, Bangkok, Seedless, Super Red, dan Sukun Merah yaitu tidak
mempunyai karakter perputaran longitudinal. Warna sisi atas daun (Tabel 2)
terlihat berbeda pada varietas Sukun Putih, Mutiara, Kristal, Seedless, dan Sukun
Merah mempunyai sisi daun atas berwarna hijau sedang, sedangkan pada varietas
Bangkok berwarna hijau gelap. Selain itu terdapat karakter warna baru yaitu hijau
kemerahan pada varietas Super Red. Karakteristik belang pada sisi atas (Tabel 2)

11
hanya terlihat pada varietas Variegata, yang menjadi ciri pembeda diantara
varietas lainnya. Karakteristik warna sisi bawah daun (Tabel 2) terlihat berbeda
hanya pada varietas Super Red yang mempunyai karakter baru yaitu berwarna
kemerahan.
Karakteristik Bunga
Perbedaan antar varietas juga terlihat pada tiga karakteristik bunga, yaitu
diameter, warna petal, dan jumlah stamen. Karakteristik diameter (Tabel 3) pada
varietas Sukun Putih dan Seedless dengan karakter diameter yang kecil,
menunjukkan perbedaan. Varietas Bangkok, Super Red, dan Sukun Merah (Tabel
3) juga menunjukkan perbedaan yaitu dengan karakter diameter yang sedang.
Nilai KK pada diameter bunga sebesar 7.94% (Lampiran 5). Karakteristik warna
petal pada sisi atas (Tabel 3) varietas Sukun Putih, Variegata, dan Sukun Merah
menunjukkan perbedaan yaitu berwarna putih (NN 155 C), sedangkan varietas
Seedlees berwarna putih (NN 155 A). Selain itu, terdapat satu rekomendasi
penambahan karakter warna petal pada varietas Super Red yaitu warna merah
muda. Karakteristik jumlah stamen (Tabel 3) pada varietas Sukun Putih dan
Seedless menunjukkan perbedaan yaitu memiliki jumlah stamen yang sedikit,
sedangkan pada varietas Mutiara, Bangkok, dan Super Red memiliki jumlah
stamen yang banyak. Secara umum karakteristik bunga dapat dijelaskan bahwa
bunga terletak di ketiak daun, bertangkai 1-4 cm, anak payung berbunga 1-3, dan
tabung kelopak berbentuk lonceng atau corong panjangnya 0.5 cm (van Steenis et
al. 1981). Bunga terdiri dari 4-5 petal, berwarna putih, obovate, cekung, cepat
rontok, panjangnya 1-2 cm, dan stamen berjumlah banyak (Purseglove 1968).

12

Tabel 1 Karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian pohon jambu biji
No. Kode
1 (*)(+)
(VG)(PQ)

Karakteristik
Pohon: pola
percabangan

SP
2) agak
tegak

VGT
4) tidak
beraturan

MTR
3)
menyebar

GM
2) agak
tegak

KSL
3)
menyebar

BGK
1) tegak

SDL
3)
menyebar

SR
4) tidak
beraturan

SM
1) tegak

2 (+)
(VG)(QN)
3 (*)(+)
(VG)(QN)

Pohon: vigor

7) kuat

5) sedang

7) kuat

7) kuat

7) kuat

7) kuat

7) kuat

7) kuat

5) sedang

Sisi cabang:
panjang internode
cabang

4.98c
1) sangat
pendek

5.38ab
5) sedang

5.38ab
5) sedang

5.15bc
3) pendek

5.24abc
5) sedang

5.06bc
3) pendek

4.58d
1) sangat
pendek

5.37ab
5) sedang

5.53a
7) panjang

Cetak tebal menunjukkan ciri khas varietas, (*): karakteristik penting, (+): penjelasan karakteristik individual, VG: satu pengamatan visual dari suatu grup tanaman, PQ:
karakteristik pseudo-kualitatif, QN: karakteristik kuantitatif.

Tabel 2 Karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian daun jambu biji
No. kode
4 (*)(a)
(VG/MS)
(QN)
5 (*)(a)
(VG/MS)
(QN)
6 (*)(+)(a)
(VG/MS)
(QN)

Karakteristik
Daun: panjang

SP
13.63b
5) sedang

VGT
13.50b
5) sedang

MTR
13.22b
5) sedang

GM
14.91ab
7) panjang

KSL
13.33b
5) sedang

Daun: lebar

6.35abc
5) sedang

6.50abc
5) sedang

6.82abc
5) sedang

Daun: rasio
panjang/lebar

1.98c
2) agak
memanjang

5.98bc
1) sangat
sempit
2.25b
3)
memanjang
sedang

2.03c
2) agak
memanjang

2.20b
3)
memanjang
sedang

5.90c
1) sangat
sempit
2.25b
3)
memanjan
g sedang

BGK
16.69a
9) sangat
panjang
6.78abc
5) sedang

SDL
14.10b
5) sedang

SR
13.73b
5) sedang

SM
12.33b
5) sedang

7.25ab
7) lebar

7.30a
7) lebar

2.46a
5)
memanjang
sangat kuat

1.95c
2) agak
memanjang

5.88c
1) sangat
sempit
2.36ab
4)
memanjang
kuat

1.69d
1)
membulat

2

No. Kode
7 (+)(a)
(VG)(PQ)

Karakteristik
Daun: bentuk

SP
4) obovate

VGT
2) elips

MTR
4) obovate

GM
4) obovate

KSL
4) obovate

BGK
3) oblong

SDL
4) obovate

SR
2) elips

SM
4) obovate

8 (*)(+)(a)
(VG)(QN)
9 (+)(a)
(VG)(PQ)

Daun: bagian
terlebar
Daun: bentuk
ujung

3) mendekati
ujung
3) membulat

2) di tengah

3) mendekati
ujung
2) obtuse

3) mendekati
ujung
2) obtuse

2) di tengah
2) obtuse

3) mendekati
ujung
3) membulat

2) di tengah

2) obtuse

3) mendekati
ujung
2) obtuse

2) obtuse

3) mendekati
ujung
3) membulat

10 (+)(a)
(VG)(PQ)

Daun: bentuk
pangkal

4) membulat

4) membulat

4) membulat

4) membulat

3) obtuse

4) membulat

3) obtuse

3) obtuse

4) membulat

11 (+)(a)
(VG)(QN)
12 (a)
(VG)(QL)

2) datar

1) cekung

2) datar

1) cekung

2) datar

1) cekung

2) datar

1) cekung

1) cekung

1) tidak ada

9) ada

1) tidak ada

9) ada

1) tidak ada

1) tidak ada

1) tidak ada

1) tidak ada

1) tidak ada

13 (*)(+)
(a)(VG)

Daun: profil
melintang
Daun:
perputaran
longitudinal
Daun: warna
sisi atas

2) hijau
sedang

1) hijau
muda

2) hijau
sedang

1) hijau
muda

2) hijau
sedang

3) hijau
gelap

2) hijau
sedang

5) hijau
kemerahan

2) hijau
sedang

14 (*)(a)
(VG)(QL)

Daun: belang
pada sisi atas

1) tidak ada

9) ada

1) tidak ada

1) tidak ada

1) tidak ada

1) tidak ada

1) tidak ada

1) tidak ada

1) tidak ada

13

3
14

No. kode
15 (+)(a)
(VG)(PQ)

Karakteristik
Daun: warna
sisi bawah

SP
2) hijau

VGT
2) hijau

MTR
2) hijau

GM
2) hijau

KSL
2) hijau

BGK
2) hijau

SDL
2) hijau

SR
4)
kemerahan

SM
2) hijau

Cetak tebal menunjukkan ciri khas varietas, (*): karakteristik penting, (+): penjelasan karakteristik individual, (a): semua pengamatan daun dilakukan pada bagian tengah
cabang ketiga pada pohon umur setahun, MS: pengukuran dari masing-masing individu tanaman, VG: satu pengamatan visual dari suatu grup tanaman, PQ: karakteristik
pseudo-kualitatif, QN: karakteristik kuantitatif, QL: karakteristik kualitatif.

Tabel 3. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian bunga jambu biji
No. Kode
16
(b)(VG/
MS)(QN)
17 (*)(+)
(b)(MG)
(PQ)

Karakteristik
Bunga: diameter

SP
1.47c
1) kecil

VGT
4.00a
3) lebar

MTR
4.05a
3) lebar

GM
4.15a
3) lebar

KSL
4.29a
3) lebar

BGK
3.55b
2) sedang

SDL
1.60c
1) kecil

SR
3.41b
2) sedang

SM
3.50b
2) sedang

Bunga: warna
petal sisi atas

putih
(NN 155 C)

putih
(NN 155 C)

putih
(NN 155 B)

putih
(NN 155 B)

putih
(NN 155 B)

putih
(NN 155 B)

Putih
(NN 155 A)

*) merah
muda

Putih
(NN 155 C)

18 (+)(b)
(VG/MG)
(QN)

Bunga: jumlah
stamen

1) sedikit

2) sedang

3) banyak

2) sedang

3) banyak

2) sedang

1) sedikit

3) banyak

2) sedang

Cetak tebal menunjukkan ciri khas varietas, (*): karakteristik penting, (+): penjelasan karakteristik individual, (b): semua pengamatan bunga dilakukan pada saat 50% bunga
telah mekar pada pohon tersebut, MG: satu pengukuran dari suatu grup tanaman, MG: satu pengukuran dari suatu grup tanaman, MS: pengukuran dari masing-masing individu
tanaman, VG: satu pengamatan visual dari suatu grup tanaman, PQ: karakteristik pseudo-kualitatif, QN: karakteristik kuantitatif.

15
Karakteristik Buah
Perbedaan karakteristik jambu biji bagian buah terlihat pada 15
karakteristik antara lain pada panjang, diameter, rasio panjang/diameter, bentuk,
kemiringan tangkai, letak titik tangkai, kemiringan sepal, pemisahan calyx, warna
kulit, perkembangan longitudinal, warna perikap luar, lebar lokul relatif, warna
lokul, penampang pusat buah, dan waktu panen. Panjang buah (Tabel 4) dengan
KK sebesar 7.70% (Lampiran 6), terlihat berbeda pada varietas Kristal yang
berkarakter sangat pendek dengan rataan 7.50 cm, sedangkan varietas Mutiara
berkarakter pendek dengan rataan 7.75 cm. Selain itu, terdapat perbedaan juga
pada varietas Variegata dengan karakter panjang buah sedang yaitu rataan 8.29
cm, sedangkan varietas Bangkok berkarakter sangat panjang dengan rataan 9.02
cm. Diameter buah (Tabel 4) dengan KK sebesar 8.55% (Lampiran 7)
menunjukkan perbedaan hanya pada varietas Super Red dengan karakter kecil
yaitu rataan 7.02 cm. Nilai dari panjang dan diameter buah, secara tidak langsung
akan mempengaruhi rasio buah yang dihasilkan. Rasio buah (Tabel 4) terlihat
berbeda hanya pada varietas Super Red dengan karakter yang memanjang sedang
yaitu rataan 1.20.
Perbedaan karakter bentuk buah (Tabel 4) terlihat pada varietas Mutiara
dan Kristal dengan karakter melingkar, serta pada varietas Sukun Putih
mempunyai karakter oblong. Morfologi buah hasil eksplorasi di Manokwari
ditemukan 4 bentuk buah yaitu rounded (membulat), ellipsoid (menjorong),
piriform (pear), dan elongate (melanset) (Rahmat 2007). Karakteristik kemiringan
tangkai buah (Tabel 4) hanya terlihat berbeda pada varietas Variegata dan Super
Red dengan karakter yang sedang. Karakter letak titik tangkai (Tabel 4)
menunjukkan perbedaan hanya pada varietas Mutiara dan Kristal dengan karakter
yang menekan. Kemiringan sepal (Tabel 4) pada varietas Variegata dan Super
Red terlihat berbeda yaitu dengan karakter agak tegak. Varietas Bangkok dan
Super Red mempunyai karakter pemisahan calyx (Tabel 4) sedang, yang
menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan juga terlihat pada varietas Mutiara
dengan karakter pemisahan calyx yang lemah, sedangkan varietas Kristal
berkarakter tidak ada atau lemah.
Karakteristik warna kulit (Tabel 4) berbeda antara lain pada varietas
Mutiara dan Kristal dengan karakter hijau muda, serta pada varietas Super Red
dengan karakter warna baru yaitu merah kecoklatan. Karakteristik perkembangan
longitudinal (Tabel 4) berbeda hanya terlihat varietas Kristal dengan karakter
sedang. Karakteristik warna perikap luar buah (Tabel 4) varietas Mutiara dan
Kristal terlihat berbeda yaitu berwarna putih. Selain itu, perbedaan warna perikap
luar juga terdapat rekomendasi karakter baru yaitu pada varietas Variegata, dan
Bangkok dengan karakter merah, serta varietas Super Red dengan karakter merah
ungu. Karakteristik lebar lokul (Tabel 4) dengan KK sebesar 14.26% (Lampiran
8) yang berbeda hanya terlihat pada varietas Mutiara dan Kristal dengan karakter
kecil yaitu rataan 3.05 cm dan 3.12 cm, serta pada varietas Super Red dengan
karakter sedang. Perbedaan warna lokul (Tabel 4) hanya terlihat pada varietas
Mutiara dan Kristal dengan karakter putih. Karakter penampang pusat buah (Tabel
4) pada varietas Mutiara, Kristal, dan Super Red terlihat berbeda dengan karakter
yang padat. Waktu mulai panen jambu biji (Tabel 4) menunjukkan perbedaan

2 16
hanya pada varietas Mutiara, Kristal, dan Super Red dengan karakter panen yang
sangat genjah.
Selama proses kematangan, buah jambu akan melalui tahap-tahap dari
perubahan warna, tekstur, dan aroma, yang menjadi indikator perubahan
komposisi kandungannya (Bashir et al. 2003). Perubahan kualitatif pada jambu
biji disebabkan oleh penyebaran etilen yang mempercepat kematangan dari buah
klimaterik (Reyes dan Paull 1995). Buah yang matang akan menjadi lembut,
manis, tidak asam, beraroma kuat, sehingga lebih diminati manusia untuk
dikonsumsi. PTT dan total kadar gula meningkat selama buah jambu tersebut
mengalami proses kematangan. Kadar TAT pada buah jambu biji juga meningkat
sampai titik kematangan, namun setelah itu mengalami penurunan (Bashir et al.
2003). Buah klimaterik, sebagian, akan memperlihatkan perubahan kandungan
gula selama proses kematangan buah (Hulme 1970). Strach dan sukrosa
mengubah menjadi glukosa selama buah matang (Wills et al. 1981). Glukosa,
fruktosa, dan sukrosa merupaka gula utama dalam buah jambu putih dan merah.
Tingkat fruktosa meningkat selama buah jambu biji matang dan akan menurun
ketika buah lewat matang (Mowlah dan Itoo 1982).
Karakter PTT dan TAT terlihat nyata lebih besar nilainya pada varietas
Getas Merah dibandingkan dengan varietas lainnya (Tabel 5). Nilai PTT yang
semakin tinggi menunjukkan bahwa buah tersebut semakin manis, seperti ada
varietas Getas Merah dengan nilai rataannya 8.32o Brix. Nilai TAT yang semakin
tinggi menunjukkan bahwa kandungan asam terlarut pada buah tersebut semakin
tinggi, seperti pada varietas Getas Merah yaitu sekitar 21.01 mg/100 g. Jambu biji
mengandung vitamin C yang paling tinggi dan cukup mengandung vitamin A,
dibanding buah-buahan lainnya seperti jeruk manis yang mempunyai kandungan
vitamin C 49 mg/100 g bahan, sedangkan kandungan vitamin C jambu biji dua
kali lipatnya (Rismunandar 1989). Jambu biji juga mempunyai beberapa manfaat
antara lain, mengandung vitamin C dengan konsentrasi yang cukup tinggi yaitu
52.0636 mg/100g (Zakaria et al. 2000), mengandung zat antioxidan (Meydani et
al. 1995) dan menurunkan resiko kanker (Mangels 1993), dapat meningkatkan
kemampuan sel limfosit B dan T untuk berproliferasi dan aktivitas sitotoksik sel
NK atau meningkatkan sistem imun tubuh (Zakaria et al. 2000), mempunyai
fungsi kesehatan (menurunkan kadar kolesterol darah, mengobati infeksi, menjaga
dan mengobati sariawan, memperlancar peredaran darah, melancarkan saluran
pencernaan, dan mencegah konstipasi (Distan Majalengka 2102). Kandungan
pada jambu biji terdiri dari (0.97+0.04)% lemak, (4.22+0.11)% protein, kalsium
sebesar (29.8+2.0) µg/ bobot segar, vitamin C sebesar (1200+46) µg/ bobot segar
(McCook-Russell et al. 2012).
Komponen variasi genetik yang tinggi dari buah berkualitas dapat
diindikasi bahwa genetik tersebut melalui persilangan dan seleksi yang layak.
Semua kandungan buah berkualitas sangat dipengaruhi oleh variasi musim,
sehingga evaluasi harus dilakukan pada beberapa musim untuk mengestimasi
parameter genetik tersebut. Perubahan berat buah yang terjadi pada musim-musim
utama menyebabkan perubahan berat kapasistas biji tanpa mengubah ketebalan
daging buah. Variasi rendah antar pohon dan variasi tinggi antar buah
mengindikasi bahwa meningkatkan jumlah contoh buah lebih efektif untuk
meminimalkan variasi lingkungan daripada meningkatkan jumlah pohon per
genotipe untuk evaluasi genetik (Thaipong dan Boonprakob 2005).

Tabel 4 Karakteristik kuantitatif dan kualitatif bagian buah jambu biji
No. kode
19(*)(+)
(c)(VG)
(QN)
20(*)(+)
(c)(VG)
(QN)
21(*)(+)
(c)(VG)
(QN)
22 (*)(+)
(c)(VG)
(QN)

Karakteristik
Buah: berat

SP
-

VGT
289.35a
5) sedang

MTR
328.92a
5) sedang

GM
318.46a
5) sedang

KSL
246.75a
5) sedang

BGK
336.13a
5) sedang

SDL
-

SR
300.69a
5) sedang

SM
-

Buah: panjang

-

8.29abc
5) sedang

7.75bc
3) pendek

8.54ab
7) panjang

8.33ab
7) panjang

-

-

7.99a
5) sedang

8.20a
5) sedang

8.37a
5) sedang

9.02a
9) sangat
panjang
8.62a
5) sedang

-

Buah: diameter

7.50c
1) sangat
pendek
8.07a
5) sedang

-

7.02b
3) kecil

-

Buah: rasio
panjang/ diameter

-

1.05b
3) agak
memanjang

0.96b
3) agak
memanjang

1.03b
3) agak
memanjang

0.93b
3) agak
memanjang

1.05b
3) agak
memanjang

-

23(*)(+)
(c)(VG)
(QN)

Buah: bentuk

6) obovate

2) melingkar

6) obovate

2) melingkar

6) obovate

-

1.20a
5)
memanjang
sedang
6) obovate

24
(c)(VG)
(QN)
25 (*)(+)
(c)(VG)
(QN)

Buah: simetris
longitudinal

-

1) simetris atau
agak asimetris

-

2) sedang

1) simetris
atau agak
asimetris
1) lemah

1) simetris
atau agak
asimetris
1) lemah

1) simetris
atau agak
asimetris
1) lemah

-

Buah: kemiringan
tangkai pangkal

1) simetris
atau agak
asimetris
1) lemah

26 (*)(c)
(VG)(QN)
27 (+)(c)
(VG)(PQ)

Buah: letak titik
tangkai
Buah: bentuk titik
tumbuh tangkai

-

2) datar

1) menekan

2) datar

1) menekan

-

3) lingkaran

3) lingkaran

3) lingkaran

3) lingkaran

4) oblong
(diamati
saat
pentil)

-

-

-

-

1) simetris
atau agak
asimetris
2) sedang

2) datar

-

2) datar

-

3) lingkaran

-

3) lingkaran

-

-

17

2
18

No. Kode
28 (*)(c)
(VG)(QN)
29 (*)(c)
(VG)(QN)

Karakteristik
Buah: kemiringan
sepal
Buah: pemisahan
calyx

SP
-

VGT
2) agak tegak

MTR
1) tegak

GM
1) tegak

KSL
1) tegak

BGK
1) tegak

SDL
-

-

7) kuat

3) lemah

7) kuat

1) tidak ada
atau lemah

5) sedang

-

30 (*)(c)
(VG)(PQ)
31 (*)(c)
(VG)(QN)

Buah: warna kulit

-

1) hijau muda

-

Buah:
perkembangan
longitudinal
Buah: warna
perikap luar

-

1) halus atau
sangat agak
kasar
1) tidak ada atau
lemah

1) hijau
muda
1) halus atau
sangat agak
kasar
1) tidak ada
atau lemah

2) hijau
sedang
1) halus atau
sangat agak
kasar
2) sedang

1) hijau
muda
1) halus atau
sangat agak
kasar
1) tidak ada
atau lemah

-

Buah: tekstur kulit

2) hijau
sedang
1) halus atau
sangat agak
kasar
1) tidak ada
atau lemah

32 (+)(c)
(VG)(QN)

-

4) merah

1) putih

5) orange
merah

1) putih

4) merah

34 (*)(+)
(d)(VG)
(QN)
35 (*)(d)
(VG)(PQ)

Buah: lebar lokul
relatif ke buah

-

5.34a
7) lebar

3.05c
3) kecil

5.16a
7) lebar

3.12c
3) kecil

Buah: warna lokul

-

3)
kemerahmudaan

1) keputihan

1) keputihan

36 (*)(d)
(VG)(QN)

Buah: penam