Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI DI DESA SEMBAHE BARU KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH : MARULI TUMPAL

060304060

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI DI DESA SEMBAHE BARU KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH : MARULI TUMPAL 060304060/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Prof.Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS) (Rulianda P Wibowo, SP, MEc) NIP: 130 365 300 NIP: 198010212005011004

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

ABSTRAK

MARULI TUMPAL SIHITE : Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS dan Bapak Rulianda Purnomo Wibowo SP, MEc.

Produksi dan penndapatan petani merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Agar pendapatan petani jambu biji dapat meningkat maka diperlukan suatu pengelolaan usahatani agar kegiatan usahatani jambu biji miliknya dapat dilaksanakan seefisien mungkin, sehingga dapat meminimalisir biaya. Pengelolaan usahatani jambu biji harus dilakukan dengan benar agar petani memperoleh keuntungan sehingga usahatani ini layak diusahakan secara finansial.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan dan analisis finansial (NPV, Net B/C dan IRR). Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29.

2. Rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji Per Petani adalah Rp 19.112.884,51 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan petani bersih per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp 20.963.884,51 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 40.826.440,49.

3. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial karena NPV>0, Net B/C > 1 dan IRR > 1.


(4)

RIWAYAT HIDUP

MARULI TUMPAL lahir di Medan pada tanggal 11 Februari 1989. Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Thomson Sihite, MM dan Ibu Jenny Tobing, S.Pd.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah:

1. Sekolah Dasar tahun 1994 – 2000 di SD MARKUS Medan.

2. Sekolah Menengah Pertama tahun 2000 - 2003 di SMP Negeri 7 Medan. 3. Sekolah Menengah Atas tahun 2003 – 2006 di SMA Negeri 4 Medan.

4. Diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006.

5. Melakukan Praktek Kerja Lapangan di Desa Bulu Duri, Kecamatan Lae Parira, Kabupaten Dairi mulai 30 Juni – 29 Juli 2010.

6. Melakukan Penelitian bulan Februari 2011 di Desa Sembahe Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Skripsi ini memuat semua perhitungan biaya produksi usahatani jambu biji, pendapatan petani jambu biji dan tingkat kelayakan usahatani jambu biji di daerah penelitian.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Ir Kelin Tarigan, MS dan Bapak Rulianda P Wibowo SP, Mec selaku komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, dan juga kepada seluruh staff pengajar dan pegawai tata usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepda kedua orangtua penulis Bapak Drs.Thomson Sihite, MM dan Ibu Jenny Tobing, S.Pd, serta abangku Harry R.T Sihite, SE juga kedua adikku Togi Nalom P Sihite dan Arif Dipa P Sihite atas dukungan, doa dan materi yang telah diberikan kepada penulis. Dan juga kepada Rina Gresia Silitonga, SE , teman-teman SEP 2006, teman-teman PP GKPI PHM atas bantuan, kebersamaan dan keakraban selama ini yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga kepada Kepala Desa


(6)

Sembahe Baru, petani jambu biji desa Sembahe Baru dan seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Medan, September 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 13

Hipotesis Penelitian ... 16

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

MetodePengambilan Sampel ... 17

Metode Pengumpulan Data... 18

Metode Analisis Data ... 18

Definisi dan Batasan Operasional Definisi ... 21


(8)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian ... 23 Karakteristik Petani Sampel ... 27 HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji ... 30 Pendapatan Usahatani Jambu Biji ... 37 Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji ... 40 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 40 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 4

2. Luas Tanam, Jumlah Petani Per Desa di Kecamatan Pancur Batu 2010 ... 17

3. Luas Wilayah desa Sembahe Baru menurut penggunaannya ... 24

4. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di desa Sembahe Baru ... 25

5. Sarana dan Prasarana di desa Sembahe Baru ... 26

6. Umur Tanaman Jambu Biji Petani Sampel ... 27

7. Karakteristik Petani Sampel ... 28

8. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji dalam 1 Ha selama 1 Tahun ... 37

9. Rata-rata Penerimaan Petani jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun ... 38

10. Rata-rata Pendapatan Bersih Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun ... 39

11. Rata-rata Pendapatan Keluarga Petani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 tahun ... 39

12. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 15 tahun ... 41

13. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=15% selama 15 tahun ... 42

14. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=18% selama 15 tahun ... 43

15. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 10 tahun ... 44

16. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=15% selama 10 tahun ... 44


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Sampel 2. Biaya Bibit

3. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan Per Petani

4. a. Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Belum Berproduksi Per Petani Per Ha

b. Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Sudah Berproduksi Per Petani dan Per Ha

5. a. Biaya Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Belum Berproduksi Per Petani Per Ha

b. Biaya Curahan Tenaga Kerja (HKP) Tanaman Jambu Biji Yang Sudah Berproduksi Per Petani dan Per Ha

6. Biaya Saprodi Per Petani 7. Biaya PBB per Petani 8. Total Biaya Per Petani

9. Produksi per Ha dalam 1 tahun

10. Penerimaan Usahatani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun 11. Pendapatan Usahatani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun 12. Arus Kas Petani

a. Arus Kas Petani Sampel 1 dalam 1 Hektar b. Arus Kas Petani Sampel 2 dalam 1 Hektar c. Arus Kas Petani Sampel 3 dalam 1 Hektar d. Arus Kas Petani Sampel 4 dalam 1 Hektar e. Arus Kas Petani Sampel 5 dalam 1 Hektar f. Arus Kas Petani Sampel 6 dalam 1 Hektar g. Arus Kas Petani Sampel 7 dalam 1 Hektar h. Arus Kas Petani Sampel 8 dalam 1 Hektar i. Arus Kas Petani Sampel 9 dalam 1 Hektar j. Arus Kas Petani Sampel 10 dalam 1 Hektar k. Arus Kas Petani Sampel 11 dalam 1 Hektar l. Arus Kas Petani Sampel 12 dalam 1 Hektar


(12)

m.Arus Kas Petani Sampel 13 dalam 1 Hektar n. Arus Kas Petani Sampel 14 dalam 1 Hektar o. Arus Kas Petani Sampel 15 dalam 1 Hektar 13. Total Penerimaan per Sampel

14. Total Biaya per Sampel 15. Total Pendapatan per Sampel 16. Net B/C

a. Net B/C Selama 15 Tahun dengan discount factor (i=12%) b. Net B/C Selama 15 Tahun dengan discount factor (i=15%) c. Net B/C Selama 15 Tahun dengan discount factor (i=18%) d. Net B/C Selama 10 Tahun dengan discount factor (i=12%) e. Net B/C Selama 10 Tahun dengan discount factor (i=15%) f. Net B/C Selama 10 Tahun dengan discount factor (i=18%) 17. NPV dan IRR

a. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=12%) Selama 15 Tahun b. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=15%) Selama 15 Tahun c. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=18%) Selama 15 Tahun d. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=12%) Selama 10 Tahun e. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=15%) Selama 10 Tahun f. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=18%) Selama 10 Tahun


(13)

ABSTRAK

MARULI TUMPAL SIHITE : Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS dan Bapak Rulianda Purnomo Wibowo SP, MEc.

Produksi dan penndapatan petani merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Agar pendapatan petani jambu biji dapat meningkat maka diperlukan suatu pengelolaan usahatani agar kegiatan usahatani jambu biji miliknya dapat dilaksanakan seefisien mungkin, sehingga dapat meminimalisir biaya. Pengelolaan usahatani jambu biji harus dilakukan dengan benar agar petani memperoleh keuntungan sehingga usahatani ini layak diusahakan secara finansial.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan dan analisis finansial (NPV, Net B/C dan IRR). Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29.

2. Rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji Per Petani adalah Rp 19.112.884,51 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan petani bersih per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp 20.963.884,51 dalam 1 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 40.826.440,49.

3. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial karena NPV>0, Net B/C > 1 dan IRR > 1.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia yang terletak di daerah tropis basah, memiliki beragam kondisi arkeologis dan keragaman zona iklim mikro. Kuantitas dan kualitas sumber daya lahan yang besar serta keragaman ekologis seperti disebutkan di atas menggambarkan bermacam jenis komoditas hortikultura yang dihasilkan, terutama buah-buahan tropis. Permintaan dalam negeri akan buah-buahan akan terus meningkat, terutama karena peningkatan kesadaran akan pemenuhan konsumsi kandungan vitamin dari sebagian besar masyarakat, dan karena peningkatan pendapatan dan daya beli konsumen. Peningkatan konsumsi ini juga didorong oleh pembangunan sektor industri pengolahan, industri pariwisata seperti hotel dan restoran (Arifin, 2001).

Banyak ragam jenis buah-buahan yang dapat dibudidayakan di Indonesia, salah satu diantaranya adalah jambu biji. Beberapa kelebihan jambu biji sehingga dapat dijadikan komoditas andalan adalah sebagai berikut:

− Dapat beradaptasi luas di lingkungan tropis sperti di Indonesia, mulai dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl).

− Mudah dikembangbiakkan (diperbanyak), baik secara generative (biji) maupun vegetatif (cangkok, okulasi, tunas anakan, enten).


(15)

− Berbunga dan berbuah sepanjang tahun secara terus-menerus sehingga memungkinkan untuk tersedianya buah setiap saat, terutama bagi keluarga pembudidaya.

− Tanggap (respon) terhadap pemeliharaan sekalipun di tanam pada tempat (wadah) terbatas, seperti pot, drum atau wadah bekas lainnya.

− Popularitasnya sudah dikenal masyarakat luas, karena hampir semua orang diperkirakan sudah mengenal jambu biji.

(Rukmana, 1996).

Dewasa ini pengembangan budidaya jambu biji di Indonesia masih terbatas dalam bentuk penanaman di pekarangan dan tidak bersifat komersial. Umumnya tanaman ini hanya difungsikan sebagai tanaman peneduh dan pemeliharaannya juga kurang diperhatikan. Sebagian besar pohon jambu bijiyang ditanam oleh masyarakat Indonesia varietasnya didatangkan dari Thailand. Walaupun pengembangan budidaya jambu biji di Indonesia masih terbatas pada usaha pekarangan, namun penanaman jambu biji telah menyebar luas di 26 provinsi di indonesia. Daerah penyebaran tanaman jambu biji adalah Pulau jawa, Nusa Tenggara barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT),Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Bali. Di Jawa Barat sentra produksi terpenting jambu biji terutama di daerah Cirebon dan Karawang. Di jawa tengah sentra produksi terpenting jambu biji terdapat di Wonogiri dan Cilacap. Di Jawa Timur sentra produksi terpenting jambu biji terdapat di Sidoarjo dan Banyuwangi. Di Yogyakarta sentra produksi terpenting jambu biji terdapat di Sleman dan Bantul. Sedangkan di Bali sentra produksi terpenting jambu biji terdapat di daerah Badung dan Buleleng (Cahyono, 2010).


(16)

Produksi dan pendapatan petani adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Produksi yang tinggi akan meningkatkan pendapatan petani, dan sebaliknya jika produksi rendah maka tingkat pendapatan juga akan rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian mengenai karakteristik sosial ekonomi petani yang mempengaruhi cara mereka berusahatani, dimulai dari penanaman hingga panen. Selain itu perlu juga dipertimbangkan mengenai input-input yang digunakan petani dalam mengusahakan tanaman. Karena input-input ini merupakan biaya , yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan petani. Dalam menggunakan input petani biasanya dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonominya.

Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi tanaman jambu biji. Jika tanaman terkena serangan hama dan penyakit maka produksi tanaman akan rendah yang menyebabkan penerimaan petani akan berkurang dan juga akan menambah biaya dalam perawatan tanaman tersebut. Sehingga perlu diteliti kembali usahatani jambu biji dalam memberikan keuntungan kepada petani dan kelayakannya secara finansial.

Analisis finansial usahatani dilakukan untuk memberikan informasi investasi. Dalam melakukan investasi perlu diperhatikan penerimaan, biaya produksi yang akan dikeluarkan, dan pendapatan yang akan diperoleh petani. Dan juga perlu dilakukan uji kelayakan finansial, terutama untuk usahatani jangka panjang. Apabila keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga bank maka lebih baik melakukan investasi pada usahatani tersebut.


(17)

Salah satu wilayah penghasil jambu biji adalah Kabupaten Deli Serdang. Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan. Pada tabel 1 ditunjukkan produksi (ton) per triwulan tahun 2009 di setiap kecamatan yang terdapat di kabupaten Deli Serdang.

Tabel 1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

No KECAMATAN

PRODUKSI (Ton) Total

Produksi (ton) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

1 Gunung Meriah 5 6 6 5 22

2 STM Hulu - - - - -

3 Sibolangit - 2 10 - 12

4 Kutalimbaru 750 775 650 738 2.913

5 Pancur Batu 2.200 2.200 2.369 1.980 8.749

6 Namorambe 45 40 50 55 190

7 Biru-biru 3 5 5 5 18

8 STM Hilir 4 3 5 5 17

9 Bangun Purba 10 8 8 8 34

10 Galang 77 9 16 12 114

11 Tanjung Morawa 3 3 3 3 12

12 Patumbak - 0,5 0,5 - 1

13 Deli Tua 2 2 2 3 9

14 Sunggal 1.293 1.200 1.200 1.400 5.093

15 Hamparan Perak 1 1 1 1 4

16 Labuhan Deli 6 6 4 4 20

17 Percut Sei Tuan 80 - - 87 167

18 Batang Kuis 65 15 15 37 132

19 Pantai Labu 2 2 1 - 5

20 Beringin 25 13 14 9 61

21 Lubuk Pakam 5 4 5 5 19

22 Pagar Merbau - - - 34 34

Jumlah 4.576 4.295 4.365 4.391 17.630

Sumber : Dinas Pertanian Tk.II Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Pancur Batu merupakan penghasil jambu biji terbesar di Kabupaten Deli Serdang sehingga Kecamatan Pancur Batu memiliki potensi sebagai daerah objek penelitian.


(18)

Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 25 desa, tetapi sekarang hanya 7 desa yang mengusahakan jambu biji. Yakni desa Tiang Layar, D.Simbelang, Sukakarya, Gunung Tinggi, Sembahe Baru, Tanjung Anom, Durian Jangak.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk meneliti mengenai masalah-masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar biaya produksi usaha tani jambu biji di daerah penelitian? 2. Bagaimana tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha tani jambu biji secara finansial di daerah penelitian?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besar biaya produksi usaha tani jambu biji di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah penelitian. 3. Untuk mengidentifikasi tingkat kelayakan usaha tani jambu biji secara finansial

di daerah penelitian.

I.4 Kegunaan Penelitian

1. Bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan usahatani jambu biji.


(19)

2. Bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan khususnya dalam bidang yang berkaitan dengan tanaman jambu biji.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan 1.000-2.000 mm/tahun dan pada suhu 23-280C di siang hari. Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman (pH) 4,5-8,2 dan pada ketinggian 5-1.200 m dpl. Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencakokan dan okulasi, dan dapat juga dengan menanam biji secara lansung. Tanaman dari biji biasanya berbuah 2-3 kali setahun. Tanaman dari okulasi dan cangkok dapat berbuah tiap bulan (Anonimus, 2010).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium


(21)

Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji secara langsung. Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari: buah yang sudah cukup tua, buahnya tidak jatuh sampai pecah,

Pembukaan lahan tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1m dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan

Dalam pemeliharaan tanaman, meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya, tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yang diperhatikan dengan baik akan memberikan imbalan hasil (produksi) yang memuaskan. Tanaman yang diperhatikan keadaan tanah dan cuaca akan menghasilkan mutu yang lebih baik dan produksi buah yang lebih banyak. Sehingga keuntungan yang diperoleh pasti juga akan lebih besar dari yang tidak diperhatikan.


(22)

Pemupukan untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala dengan aturan: Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZK dengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali di sekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan campuran tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun. Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah tanaman berbuah 2 kali. Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250 gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP dan NPK dengan takaran sama. Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas, kalau pertumbuhan tanaman kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasan raning, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanaman memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon (Yusticia, 2009).

Meskipun jambu biji asal kabupaten Deli serdang, Sumatera Utara, mulai eksis di pasar lokal, namun komoditas yang satu ini belum mampu bersaing dengan Thailand yang memiliki kualitas jambu biji yang sangat digemari pasar ekspor. Kualitas jambu biji Sumatera Utara belum dapat bersaing, baik dari segi kemulusan maupun dari segi ukuran atau bobot buah, begitu juga terhadap rasa. Inilah yang harus dibenahi agar jambu biji daerah ini bisa menembus pasar ekspor, seperti Singapura dan Malaysia. Dari segi bobot misalnya, petani Thailand mampu memproduksi jambu biji seberat 600-700 gram per buah. Sementara petani Sumatera Utara rata-rata baru bisa menghasilkan 350 gram per buah.


(23)

Sedangkan pasar ekspor sendiri mengiginkan bobot yang besar seperti yang diproduksi petani Thailand, karena pada umumnya semakin besar buah maka rasanya pun akan semakin manis. (Anonimus, 2003).

II.2 Landasan Teori

Kegiatan analisis finansial dapat dikelompokkan dalam tiga kegiatan utama yaitu: 1) membuat seluruh rekap penerimaan yang dihasilkan dari hasil kajian aspek-aspek usaha, apakah termasuk penerimaan utama maupun penerimaan lain sebagai akibat dari kegiatan usaha; 2) membuat rekap dari semua biaya yang juga sudah dihasilkan atau diputuskan pada saat menganalisis aspek-aspek usaha dalam studi kelayakan usaha; 3) menguji apakah aliran arus kas masuk yang dihasilkan oleh usaha atau proyek ini layak berdasarkan kriteria finansial yang ada (Sofyan, 2004).

Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Barangkali ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil adalah penghasilan bersih usahatani. Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai dalam usahatani (Soekartawi dkk, 1986).

Penyusutan merupakan bagian dari biaya yang harus dihitung untuk memperoleh pendapatan bersih usahatani. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method), yaitu pembagian nilai


(24)

awal setelah dikurangi nilai akhir oleh waktu pemakaian (expected life) (Prawirokusumo, 1990).

Analsis kriteria investasi adalah mengadakan perhitungan mengenai feasible atau tidaknya usaha yang dikembangkan dilihat dari segi investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi, sekurang-kurangnya dilihat dari segi Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkiraan investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, serta perkiraan pendapatan. (Ibrahim, 1997).

Net Present Value (NPV) atau nilai besih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara kedua PV tersebut yang dikenal dengan Net Present Value (NPV). Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu( Kasmir dan Jakfar, 2003).

Analisis NPV ini sangat penting dilakukan terutama untuk usaha yang sifatnya jangka panjang sehingga mempertimbangkan nilai uang oleh waktu. Suatu investasi yang ditanamkan dengan selang waktu tertentu, maka uang yang ditanam itu jumlahnya akan membesar pada saat uang itu diambil pada akhir selang penanaman. Hal ini menunjukkan bahwa waktu dan suku bunga berpengaruh terhadap jumlah yang diterima pada akhir selang waktu dari hasil penanaman awal. Suku bunga diadakan untuk menyesuaikan nilai uang yang ditanamkan pada awal selang waktu tertentu dengan nilai setelah penanaman.


(25)

Dengan demikian, sejumlah uang pada saat ini tidak sama nilainya dengan uang pada jumlah yang sama jika dimiliki pada saat yang akan datang (Khotimah, dkk, 2002).

Internal Rate of Return adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang (present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi usaha. Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Jika biaya modal suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diambil ( Kasmir dan Jakfar, 2003).

Benefit cost ratio lebih besar dari 1 (satu) berarti manfaat (benefit) lebih besar dari biaya (cost) yang digunakan untuk memperoleh benefit itu. Bukan hanya sekedar benefit lebih besar dari biaya, tetapi B/C ratio lebih besar dari satu sehingga benefit dapat menutupi selain dari biaya juga dapat mengembalikan (repayment) investasi. Bukan hanya sekedar dapat menutupi biaya dan pengembalian investasi, tetapi benefit juga harus dapat memberikan keuntungan (profit) bagi perusahaan (Radiks, 1997).

Benefit cost ratio (BCR) adalah perbandingan antara present value manfaat dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan 1 rupiah pengeluaran. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai BCR>1. Apabila BCR=1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR<1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986).


(26)

II.3 Kerangka Pemikiran

Perkebunan jambu biji rakyat di Deli Serdang semakin berkurang dewasa ini. Hal ini disebabkan karena adanya serangan hama dan penyakit dan harga komoditas jambu biji yang rendah. Input-input yang digunakan oleh petani jambu biji harus digunakan secara efektif dan efisien, karena input ini merupakan biaya yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan petani. Dalam menggunakan input, petani biasanya dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonominya.

Faktor ekonomi petani seperti pendapatan diluar usahatani, curahan tenaga kerja, modal dan luas lahan akan mempengaruhi petani dalam hal membuat keputusan mengenai apakah dia bertani sebagai cara hidup atau untuk memperoleh keuntungan. Jika petani jambu biji mengusahakan usahatani jambu bijinya hanya sebagai cara hidup maka dia tidak akan terlalu memikirkan bagaimana mengembangkan usahataninya sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi yang nantinya akan memberikan keuntungan bagi dirinya. Petani ini hanya mengusahakan usahataninya secara sederhana, asalkan dia dapat menutupi kebutuhan hidupnya maka dia tidak akan berusaha untuk mengembangkan usahataninya. Namun, jika petani ingin memperoleh keuntungan maka dia akan berusaha untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas dari usaha tani jambu bijinya.

Petani jambu biji memperoleh pendapatan bersih dari hasil penerimaan penjualan jambu biji dikurangi semua biaya yang dikeluarkan selama berusahatani jambu biji. Dari hasil pendapatan bersih petani ini, akan dianalisis kelayakan usahatani jambu biji miliknya. Setelah analisis dilakukan maka dapat didefinisikan apakah usahatani jambu biji di daerah penelitian layak atau tidak


(27)

diusahakan. Usahatani jambu biji dikatakan layak apabila usahatani ini dapat mencerminkan kesejahteraan hidup petani jambu biji dan keluarganya.

Dalam penilaian kelayakan usaha maka ada beberapa komponen yang harus dilihat yaitu biaya produksi, pendapatan, serta analisis finansial (NPV, IRR, NET B/C). Dengan menganalisa beberapa komponen ini, maka dapat diketahui bahwa secara finansial apakah usaha jambu biji di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.


(28)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Pengaruh Hubungan

II.4 Hipotesis Penelitian

1. Tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah penelitian menguntungkan 2. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak diusahakan dari segi analisis

finansial

Petani Jambu Biji

Usahatani Jambu Biji

Produksi

Penerimaan

Harga Biaya yang dikeluarkan :

• Bibit

• Pupuk

• Obat-obatan

• Tenaga kerja

Pendapatan Biaya Produksi

Analisis Finansial 1. Net B/C


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu teknik penentuan suatu daerah sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pancur Batu, Desa Sembahe Baru. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang memproduksi jambu biji dan Kecamatan ini memiliki tingkat produksi yang paling tinggi, desa Sembahe Baru memiliki jumlah petani yang terbanyak di kecamatan Pancur Batu. III.2 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel di daerah penelitian dilakukan secara sensus yaitu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang membudidayakan jambu biji di desa Sembahe Baru.

Tabel 2. Luas Tanam, Jumlah Petani Per Desa di Kecamatan Pancur Batu Tahun 2010.

NO DESA LUAS TANAM (ha) JUMLAH PETANI

1 Tiang Layar 4 7

2 D.Simbelang 6,5 9

3 Sukakarya 4 8

4 Gunung Tinggi 9 12

5 Sembahe Baru 7.6 15

6 Tanjung Anom 5 4

7 Durian Jangak 8 12

JUMLAH 44,1 67

Sumber: BPP Kecamatan Pancur Batu,2010.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa desa Sembahe Baru memiliki jumlah petani yang terbanyak yaitu 15 orang. Hal ini menunjukkan Desa Sembahe Baru


(30)

memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sebagai daerah penelitian. Petani jambu biji yang menjadi sampel berjumlah 15 orang.

III.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelititan ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, literatur, buku, daan media lain yang sesuai dengan penelitian ini.

III.4 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi dengan sederhana, kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan identifikasi masalah.

Identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunnakan analisis secara sederhana dengan menghitung total biaya dari kegiatan usahatani jambu biji, dapat dihitung dengan rumus:

Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan

Keterangan :

TC = Total Cost (Rp) TFC = Total Fix Cost (Rp) TVC = Total Variable Cost (Rp)

Penyusutan merupakan biaya yang dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

D = HAw – HAk WP


(31)

Dimana, D = Depresiasi HAw = Biaya awal HAk = Nilai Akhir WP = Umur Ekonomis

Identifikasi masalah 2 diuji dengan menggunakan analisis secara sederhana dengan menghitung pendapatan dari kegiatan usahatani jambu biji, dapat dihitung dengan rumus.

Untuk penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

Dimana:

TR = Total Penerimaan (Rp) Y = Jumlah Produksi (Kg) Py = Harga Produk (Rp)

Perhitungan jumlah pendapatan dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp)

Identifikasi masalah 3 kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Adapun kriteria penilaian invastasi adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Y

.

Py


(32)

NPV =

( )

=n +t t i Ct Bt 0 1 Keterangan:

Bt = Penerimaan Total Ct = Biaya Total I = Interest Rate Dengan kriteria:

 Bila NPV Positif, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan  Bila NPV Negatif, maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan

Net B/C =

( )

( )

= = + − + − n t t n t t i Bt Ct i Ct Bt 1 1 1 1 Dengan kriteria:

 Bila Net B/C > 1, usaha tersebut layak untuk dikembangkan.  Bila Net B/C < 1, usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.

IRR= i1 +

2 1 1 NPV NPV NPV

− ( i2 – i1 )

Dengan kriteria:

 Bila IRR > tingkat bunga deposito berlaku maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan

 Bila IRR < tingkat bunga deposito berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan

Untuk melengkapi produksi pada umur-umur tanaman jambu biji yang tidak ada, maka digunakan interpolasi linier. Metode ini digunakan untuk


(33)

(x - x1) + y1

menentukan titik-titik antara dari 2 titik dengan pendekatan garis lurus. Adapun rumus yang digunakan pada interpolasi linier adalah:

y = y2 - y1 x2 - x1

III.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Petani jambu biji adalah orang yang melakukan usahatani jambu biji sebagai mata pencaharian.

2. Usahatani jambu biji adalah penggunaan berbagai faktor produksi (modal, alam, tenaga kerja dan keahlian) dalam kegiatan produksi jambu biji secara efektif dan efisien.

3. Curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam setiap tahap kegiatan usahatani jambu biji (HKP).

4. Luas lahan adalah areal pertanaman jambu biji yang dimiliki oleh petani (Ha). 5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha selama proses

produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan.

6. Penerimaan usaha adalah jumlah produksi dikali dengan harga jual.

7. Pendapatan bersih usaha adalah penerimaan yang diterima pengusaha dikurangi dengan keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan untuk usahatani.

8. Kelayakan usaha adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan yang proporsional dengan membandingkan penerimaan dengan seluruh biaya.


(34)

9. Analisis finansial adalah unit usaha yang dikaji kelayakannya dianggap sebagai unit yang bersifat individual sehingga tidak perlu diperhatikan apakah punya atau efek di dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Sembahe Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2011. 3. Sampel adalah 15 petani jambu biji.


(35)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Geografi Desa

Desa Sembahe baru meupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, yang memiliki luas wilayah 215,5 ha serta terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Sembahe Baru dan Dusun Kreahen Tani. Secara Administratif Desa Sembahe baru berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Desa Tanjung Anom Sebelah selatan : Desa Tuntungan II

Sebelah Timur : Sungai Belawan dan Desa Durian Jangak Sebelah Barat : Desa Tanjung Anom

Desa Sembahe Baru berjarak 4,5 km dari Ibukota kecamatan Pancur Batu (Pancur Batu), 60 km dari Ibukota kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam) dan 19 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan).

Luas Wilayah Menurut jenis Penggunaannya

Luas lahan Desa Sembahe Baru menurut jenis penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut:


(36)

Tabel 3. Luas Wilayah desa Sembahe Baru menurut penggunaannya.

No Penggunaan Wilayah Luas (ha) Persentase (%)

1 Luas Pemukiman 24 11,13

2 Luas Persawahan 21 9,74

3 Luas Perkebunan 166 77,04

4 Luas Kuburan 1 0,46

5 Luas Pekarangan 3 1,39

6 Lain-lain 0,5 0,24

Jumlah 215,5 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Sembahe Baru 2009.

Dari tabel 3 dapat dilihat penggunaan wilayah di Desa Sembahe Baru yang paling luas adalah perkebunan 166 ha (77,04%), pemukiman 24 ha (11,13%), persawahan 21 ha (9,74%), pekarangan 3 ha (1,39%), kuburan 1 ha (0,46%) dan lain-lain 0,5 ha (0,24%).

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

Penduduk desa Sembahe Baru berjumlah 1.788 jiwa, terdiri dari 880 laki-laki dan 908 wanita dengan jumlah KK sebanyak 545 KK. Etnisdominan adalah Batak Karo.

Berdasarkan jenis mata pencahariannya, maka distribusi penduduk Desa Sembahe Baru dapat dilihat pada tabel 4.


(37)

Tabel 4. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di desa Sembahe Baru.

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani 550 45,41

2 Buruh tani 245 20,23

3 Buruh migran perempuan 15 1,23

4 Pegawai Negeri Sipil 45 3,72

5 Pengrajin industri rumah tangga 2 0,16

6 Pedagang keliling 11 0,90

7 Peternak 10 0,83

8 Bidan swasta 5 0,41

9 Perawat swasta 3 0,24

10 Pembantu rumah tangga 5 0,41

11 TNI 5 0,41

12 POLRI 6 0,49

13 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 25 2,08

14 Dukun kampung terlatih 1 0,08

15 Dosen swasta 9 0,74

16 Karyawan perusahaan swasta 59 4,88

17 Karyawan perusahaan pemerintah 8 0,68

18 Buruh 59 4,88

19 Lain-lain / buruh lepas 148 12,22

Jumlah 1.211 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Sembahe Baru 2009.

Tabel 4 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk yang terbanyak di desa Sembahe Baru adalah Petani 550 jiwa (45,41%), buruh tani 245 jiwa (20,23%), lain-lain/buruh lepas 148 jiwa (12,22%).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat, semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju


(38)

pembangunan. Sarana dan prasarana di Desa Sembahe baru dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di desa Sembahe Baru.

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Warung 25 unit

2 Pendidikan

• TK

• SD

• SMP

1 unit 2 unit 1 unit 3 Kesehatan

• Polindes

• Posyandu

1 unit 1 unit 4 Transportasi

• Angkutan Desa 21 unit

5 Sumur 253 unit

6 Jalan Desa

• Jalan aspal

• Jalan batu

• Jalan tanah

9 km 12 km 16 km 7 Lembaga Kemasyarakatan

• Kelompok Tani 1 unit

Sumber: Data Potensi Desa Sembahe Baru 2009.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa terdapat 25 unit warung, sarana pendidikan yaitu 1 unit Taman Kanak-kanak, 2 unit Sekolah Dasar, 1 unit Sekolah Menengah Pertama. Sarana kesehatan yaitu 1 unit Polindes, 1 unit Posyandu. Sarana Transportasi yaitu 21 unit Angkutan desa. Sarana pengairan yaitu 253 unit sumur, Sarana perhubungan yaitu 9 km jalan aspal, 12 km jalan batu, 16 km jalan tanah. Di desa Sembahe terdapat 1 unit kelompok tani yaitu kelompok tani “Keriahen”.


(39)

4.2 Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

Karakter petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi umur tanaman, umur petani sampel, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani dan luas lahan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Umur Tanaman Jambu Biji Petani Sampel.

No Umur Tanaman (tahun) Jumlah Persentase (%)

1 1 1 6.6

2 3 1 6.6

3 4 1 6.6

4 6 1 6.6

5 7 1 6.6

6 8 1 6.6

7 10 1 6.6

8 12 2 15.7

9 13 1 6.6

10 14 2 15.7

11 15 2 15.7

Jumlah 15 100

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 tahun 2011

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa tanaman berumur 12, 14, 15 tahun yang paling banyak dengan persentase masing-masing 15.7%. Hal ini menunjukkan bahwa umur Jambu biji di daerah penelitian tergolong tua. Kondisi ini dikarenakan penanaman jambu biji dikenalkan untuk ditanaman kepada masyarakat di daerah penelitian sekitar 15 tahun yang lalu. Adapun tanaman yang masih muda umumnya merupakan tanaman jambu biji yang ditanam ulang menggantikan tanaman yang sudah tua.


(40)

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel

No Uraian Range Rataan

1 Umur Petani Sampel (Tahun) 37-60 47,47

2 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 9,80

3 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1-5 3,67

4 Pengalaman Bertani (Tahun) 15-42 24,60

5 Luas Lahan (Ha) 0,2-1 0,51

Sumber: Analisis data Primer Lampiran 1 tahun 2011

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar 47,47 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa para petani sampel berada usia produktif mereka. Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian yaitu sebesar 9,80 tahun atau setara dengan kelas 3 SMP (tamat SMP). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian masih rendah. Tingkat pendidkan turut mempengaruhi keputusan petani dalam mengelola usahatani kopi miliknya.

Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel di daerah penelitian sebanyak 3,67 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan petani sampel tidak terlalu besar. Rata-rata pengalaman bertani petani sampel yaitu 24,6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daearah penelitian memiliki pengalaman berusahatani yang cukup lama, sehingga kegiatan berusahatani mereka lebih didasarkan pada pengalaman mereka daripada pendidikan formala yang mereka terima.

Rata-rata luas lahan petani sampel di daearah penelitian adalah 0,51 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian memiliki luas lahan yang rendah. Keadaan ini karena lahan yang dimiliki petani sampel merupakan lahan warisan dari orangtua mereka, sehingga lahan yang tadinya luas


(41)

menjadi lebih sempit karena harus dibagi berdasarkan jumlah saudara dan juga karena petani sampel membagi-bagi luas lahan mereka untuk tanaman lain.


(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Produksi Usahatani jambu Biji

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, baik biaya tetap (penyusutan alat, PBB) maupun biaya variabel seperti biaya pembelian sarana produksi (pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja), biaya investasi (Lahan, peralatan, bibit, tenaga kerja awal). Berikut ini diperlihatkan rata-rata biaya produksi usahatani kopi per hektar.

• Lahan

Semua lahan yang digunakan dalam usahatani jambu biji di daerah penelitian adalah lahan milik sendiri. Lahan merupakan biaya investasi dengan harga lahan sekarang Rp.155.000.000 per hektar.

• Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam usahatani jambu biji adalah cangkul, cangkul penggaruk, parang, tangki semprot, mesin babat, handsprayer, gunting.

 Cangkul

Cangkul dalam usahatani jambu biji digunakan untuk menggali lubang dan penanaman, membersihkan lahan dari lalang. Umur ekonomis cangkul rata-rata adalah 3.27 tahun. Dengan harga rata-rata cangkul Rp. 48.285,71.  Cangkul penggaruk

Cangkul penggaruk dalam usahatani jambu biji digunakan untuk lahan dari lalang ataupun sampah. Umur ekonomis cangkul penggaruk rata-rata adalah 4.29 tahun. Dengan harga rata-rata cangkul penggaruk Rp. 62.250.


(43)

 Parang

Parang merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan tanaman dan pembabatan lalang. Umur ekonomis parang rata-rata adalah 3.67 tahun. Dengan harga rata-rata parang Rp. 25.857,14.

 Tangki Semprot

Tangki semprot merupakan alat yang digunakan untuk menyemprot insektisida pada tanaman. Umur ekonomis tangki semprot rata-rata adalah 8 tahun. Dengan harga rata-rata tangki semprot Rp. 87.500.

 Mesin Babat

Mesin babat merupakan alat yang digunakan untuk membabat lalang. Umur ekonomis mesin babat rata-rata adalah 9.33 tahun. Dengan harga rata-rata mesin babat Rp. 816.666,66.

 Handsprayer

Handsprayer merupakan alat yang digunakan untuk menyemprot insektisida pada tanaman. Umur ekonomis handsprayer rata-rata adalah 3 tahun. Dengan harga rata-rata handsprayer Rp. 28.000.

 Gunting

Gunting merupakan alat yang digunakan dalam pemanenan. Umur ekonomis gunting rata-rata adalah 5.67 tahun. Dengan harga rata-rata gunting Rp. 26.240.

• Bibit

Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit ini tergantung pada jarak tanam dan luas lahan jambu biji petani itu sendiri. Adapun jarak tanam yang digunakan petani sampel adalah 4 x 5 m dengan kebutuhan bibit


(44)

sebanyak 500 bibit, jarak tanam 4,5 x 5 m dengan kebutuhan bibit sebanyak 444 bibit, jarak tanam 5 x 5 m dengan kebutuhan bibit sebanyak 400 bibit, jarak tanam 5 x 6 m dengan kebutuhan bibit sebanyak 333 bibit. Harga bibit jambu biji adalah Rp 2.000/bibit.

• Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan yang diperhitungkan di sini adalah penyusutan semua alat-alat pertanian yang digunakan petani dalam mengusahakan tanaman jambu bijinya. Penyusutan alat-alat pertanian ini dihitung dengan menggunakan rumus straight-line method.

• Biaya PBB

Besarnya biaya PBB tergantung pada luas lahan petani. Biaya PBB yang paling rendah adalah Rp. 14.800 dengan luas lahan sebesar 0,2 hektar dan biaya PBB yang paling tinggi adalah Rp. 74.000 dengan luas lahan sebesar 1 hektar. Biaya PBB pada daerah penelitian adalah sama sebesar Rp 74.000 untuk tiap hektar.

• Biaya Saprodi

Yang termasuk dalam biaya saprodi adalah semua biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli, pupuk, insektisida, koran, plastik.

 Pupuk

Pupuk yang digunakan oleh petani jambu biji adalah pupuk organik yaitu pupuk kandang. Adapun harga pupuk kandang di daerah penelitian adalah Rp 400/kg.

Petani jambu biji di daerah penelitian, pada umumnya membuat lubang angin di lahan jambu bijinya. Adapun kegunaan dari lubang angin ini


(45)

adalah sebagai tempat untuk menampung ranting-ranting dan daun-daun tanaman jambu biji setelah dipangkas, dimana nantinya daun-daun dan ranting-ranting ini akan membusuk dan dapat dijadikan pupuk kompos. Selain pupuk organik, petani sampel juga menggunakan pupuk anorganik (pupuk kimia), namun dalam jumlah yang sedikit. Adapun pupuk anorganik yang mereka gunakan adalah NPK dengan harga Rp 5.000/kg dan TSP dengan harga Rp 7.000/kg. Pupuk anorganik ini mereka gunakan untuk memancing perkembangan bunga (panen).

 Insektisida

Petani sampel menggunakan insektisida untuk melindungi tanaman dan membasmi hama pada lahan jambu biji mereka. Mereka umunya menggunakan insektisida Perfection dengan harga Rp 29.000/liter dengan kebutuhan rata-rata 8 liter untuk tiap hektarnya. Penyemprotan dilakukan tiap bulan.

 Koran

Koran digunakan untuk menutupi buah yang sedang berkembang. Hal ini digunakan untuk mencegah buah menjadi ‘masak matahari’ dimana buah akan terlalu cepat masak dan rontok. Adapun harga koran adalah 1.500/kg. Pada umumnya kebutuhan koran adalah 9 kg / hektar untuk setiap panen.  Plastik

Plastik digunakan untuk menutupi buah sehingga buah terhindar dari hama yang dapat menyebabkan buah menjadi busuk. Adapun harga plastik adalah Rp 17.000/kg dan pada setiap kg plastik terdadapat ± 400 lembar


(46)

plastik. Pada umumnya kebutuhan plastik adalah 17 kg/ hektar untuk setiap panen.

• Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Besarnya upah tenaga kerja luar keluarga yang dibayar petani di daerah penelitian tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing jenis pekerjaan bervariasi.

 Mbesik

Mencabut dan membersihkan lahan dari gulma pada saat pembukaan lahan dengan biaya Rp 1.750.000/Ha,

 Memancang

Merupakan kegiatan mengukur jarak tanam pada lahan dan memberikan tanda yang selanjutnya akan digali Rp 1250/lubang,

 Menggali Lubang

Menggali lubang pada tanah yang sudah diberikan tanda dengan biaya Rp 2500/lubang.

 Penanaman

Menanam tanaman pada lubang yang telah digali dengan biaya Rp. 825.000/ hektar.

 Menyemprot

Menyemprot insektisida pada tanaman dilakukan tiap bulan, dengan tujuan mencegah tanaman terserang hama dan penyakit, umumnya


(47)

dengan upah borongan (TKLK) Rp 80.000/Ha. Rata-rata biaya untuk menyemprot Rp. 372.000/tahun.

 Membabat

Membabat merupakan kegiatan membersihkan lahan dari rumput liar yang dilakukan tiap bulannya dengan menggunakan mesin babat, parang ataupun cangkul, umumnya dengan upah borongan (TKLK) Rp 160.000/Ha. Rata-rata biaya untuk membabat Rp. 554.000/tahun.  Memupuk

Memupuk dilakukan 4 kali dalam 1 tahun dengan jarak waktu pemupukan sekitar tiap 3 bulan. Adapun pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (organik) yang diberikan 2 kali setahun sebanyak 2 ons tiap tanaman. Pupuk kimia yaitu pupuk NPK 1 kali setahun, TSP 1 kali setahun. Tetapi ada juga yang memberikan pupuk NPK 2 kali setahun tanpa memberikan pupuk TSP ataupun memberikan pupuk TSP 2 kali setahun tanpa memberikan pupuk NPK. Pupuk TSP dan NPK diberikan sebanyak 1 ons tiap tanaman. Seluruh kegiatan pemupukan di daerah penelitian dilakukan oleh TKDK dengan rata-rata biaya Rp. 111.000.

 Pemangkasan

Pemangkasan tanaman dilakukukan untuk membersihkan ranting-ranting ataupun daun-daun yang terkena penyakit dan hanya dilakukan oleh beberapa petani, umumnya dilakukan tiap 3 bulan dan dilakukan hanya oleh TKDK dengan rata-rata biaya Rp. 28.928,57 per tahun.


(48)

 Membungkus

Membungkus dilakukan tiap bulannya pada saat buah jambu biji masih mengkal (belum siap panen) dengan cara menutup buah dengan koran dan membungkusnya dengan plastik. Hal ini dilakukan untuk mencegah buah menjadi ‘masak matahari’ dimana buah akan terlalu cepat masak lalu rontok dan untuk mencegah buah terserang hama dan penyakit. Dengan biaya rata-rata Rp 1.885.714,28 per tahun,

 Memanen

Memanen dilakukan tiap bulannya dengan cara menggunting tangkai buah. Hal ini dilakukan supaya tangkai buah tersebut tidak rusak dan dapat berbunga lagi. biaya rata-rata memanen Rp 1.285.714,28 per tahun.

Sedangkan untuk upah tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan sama nilainya dengan upah yang berlaku di daerah penelitian 1 HKP = Rp 60.000. Untuk sampel 1 yang memiliki tanaman jambu biji yang belum berproduksi, perkiraan biaya kedepannya untuk tenaga kerja, koran dan pupuk per 1 hektar untuk tanaman yang sudah berproduksi adalah rata-rata biaya dari sampel 6,7,8 karena memiliki jarak tanam yang sama yaitu 5 x 5m.


(49)

Tabel 8. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji dalam 1 Ha selama 1 Tahun No Jenis Biaya Rp Persentase

1 Biaya Penyusutan 101.527,30 0,62%

2 Biaya Saprodi 6.897.719,56 42,19%

3 Biaya Tenaga Kerja

a. Biaya TKDK Rp. 4.076.500,00 (48,56%) b. Biaya TKLK Rp. 4.318.317,46 (51,44%)

Total Biaya Tenaga Kerja 8.394.817,46 51.35%

4 5

Biaya PBB Biaya Bibit

74.000,00 879.053,97

0,46% 5,38%

Jumlah 16.347.118,29 100%

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 2,3,4,5,6,7 Tahun 2011.

Dari tabel 8. Dapat diketahui bahwa rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29, yang terbesar adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 8.394.817,46 dengan persentase 51,35% yang terdiri dari biaya TKDK Rp 4.076.500 dan biaya TKLK 4.318.317,46 , diikuti biaya Sarana Produksi sebesar Rp 6.897.719,56 dengan persentase sebesar 42,19% , biaya Bibit sebesar Rp 879.053,97 dengan persentase 5,38%, biaya penyusutan Rp. 101.527,30 dengan persentase 0,62% dan biaya PBB sebesar 74.000 dengan persentase 5,38%.

5.2 Pendapatan Usahatani Jambu Biji

Pendapatan Petani jambu biji diperoleh dari usahatani jambu biji saja, dimana yang mempengaruhi pendapatan petani jambu biji adalah besar penerimaan petani jambu biji yang dilihat dari hasil produksi dikali dengan harga jual dikurangi biaya produksi.

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi. Harga jual produksi di daerah penelitian


(50)

cenderung konstan. Petani tidak memiliki hak untuk menentukan harga. Dalam hal ini petani sampel di daerah penelitian merupakan price taker. Di daerah penelitian, petani memperoleh harga jual jambu biji Rp 1.500/kg.

Tabel 9. Rata-rata Penerimaan Petani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun

No Uraian Penerimaan (Rp)

1 Per Petani 27.528.000,00

2 Per Hektar 53.156.190,48

Sumber: Analisa Data Primer Lampiran 10 Tahun 2011

Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan petani jambu biji per petani adalah Rp 27.528.000 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp 2.294.000 per bulan. Sedangkan untuk penerimaan petani jambu biji per hektar adalah Rp 53.156.190,48 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp 4.429.682,54 per bulan.

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji di derah penelitian.

Tabel 10. Rata-rata Pendapatan Bersih Usahatani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun

No Uraian Pendapatan Bersih (Rp)

1 Per Petani 19.112.884,51

2 Per Hektar 36.749.940,49

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 11 Tahun 2011

Dari tabel 10. Dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani jambu biji Per Petani adalah Rp 19.112.884,51 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp


(51)

1.592.740,37 per bulan dan rata-rata pendapatan petani per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun atau setara dengan 3.062.495,04 per bulan.

Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Keluarga Petani Jambu Biji Per Petani dan Per Ha dalam 1 Tahun

No Uraian Pendapatan

Bersih (Rp) TKDK (Rp)

Pendapatan Keluarga (Rp) 1 Per Petani 19.112.884,51 1.851.000 20.963.884,51 2 Per Hektar 36.749.940,49 4.076.500 40.826.440,49 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 5.b dan 11 Tahun 2011Dari data di atas

Pendapatan keluarga petani merupakan pendapatan bersih ditambah dengan biaya tenaga kerja dalam keluarga, dimana pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang sebenarnya petani terima. Dari tabel 11. Dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp 20.963.884,51 dalam 1 tahun setara dengan Rp 1.746.990,37 per bulan dan rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 40.826.440,49 setara dengan Rp.3.402.203,37 per bulan.

Maka dapat dikatakan bahwa usahatani jambu biji di daerah penelitian menguntungkan karena penerimaan petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan untuk berusahatani. Kesimpulan yang sama juga dihasilkan oleh penelitian Fathy (2005) yang menunjukkan bahwa usahatani jambu biji memberikan keuntungan bagi petani yang mengusahakannya, dimana penerimaan yang diterima lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan dalam berusahatani jambu biji.


(52)

5.3 Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji

Penyusunan Jumlah Produksi

Dalam Penyusunan jumlah produksi jambu biji digunakan metode interpolasi linier, metode ini digunakan untuk menentukan titik antara 2 buah titik dengan garis lurus. Alasan penggunaan metode ini adalah untuk melengkapi jumlah produksi pada umur-umur tanaman jambu biji yang tidak ada di daerah penelitian, yaitu umur 2, 5, 9 dan 11 tahun. Adapun nilai yang diperoleh setelah dilakukan interpolasi, yaitu pada tahun ke 2 sebesar 16.200 kg; tahun ke 5 sebesar 55.200 kg; tahun ke 9 sebesar 43.560 kg; tahun ke 11 sebesar 28.350 kg.

Umumnya petani hanya dapat mengingat jumlah produksi panennya 2-4 tahun yang lalu. Sehingga untuk mengisi jumlah produksi panen pada umur-umur tanaman yang tidak lagi diketahui petani digunakan data jumlah produksi panen petani lain yang memiliki umur tanaman yang sama. Adapun jumlah produksi panen petani tiap periode panennya selama 1 tahun dianggap sama.

Nilai NPV, IRR, Net B/C

Setelah menghitung semua penerimaan dan biaya produksi petani jambu biji maka diperoleh pendapatan petani jambu biji. Penerimaan dan biaya ini yang kemudian diinterpolasi sehingga menghasilkan nilai PV. Nilai PV inilah yang kemudian digunakan untuk menghitung NPV, IRR dan Net B/C. Adapun besarnya nilai NPV, IRR dan Net B/C dapat dilihat pada tabel berikut:

Tiap tahun harga input dan outputnya berubah berdasarkan kenaikan inflasi. Inflasi yang digunakan merupakan rata-rata inflasi nasional (Badan Pusat statistik tahun 2006-2010). Pada harga jambu biji digunakan inflasi sebesar 12% yang merupakan rata-rata inflasi bahan makanan. Pada tenaga kerja, insektisida,


(53)

pupuk dan koran digunakan inflasi sebesar 6% yang merupakan rata-rara inflasi indeks umum. Perubahan tersebut disajikan dalam bentuk arus kas per sampel selama 15 tahun dalam lampiran 12. Dalam setahun usahatani jambu biji mencapai 12 periode panen . Tiap tahun jumlah inputnya konstan.

Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 %, 15 % dan 18% karena belum ada ketetapan yang pasti dalam tingkat suku bunga bank yang berlaku di Indonesia dan juga sebagai pertimbangan dan alternatif dalam penentuan NPV. Selain itu juga dibuat juga analisis NPV, IRR dan Net B/C selama 10 tahun saja karena pada tanaman yang umurnya diatas 10 tahun sudah tergolong tua dimana produktivitasnya sudah jauh berkurang.

Tabel 12. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 15 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 381.390.993,35

2 IRR 32,05%

3 Net B/C 2,29

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 381.390.993,35.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 2,29 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 2,29 penerimaan.


(54)

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 32,05% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 32,05%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 13. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=15% selama 15 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 278.205.984,75

2 IRR 32,06%

3 Net B/C 2,02

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 278.205.984.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 2,02 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 2,02 penerimaan.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 32,06% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 32,06%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.


(55)

Tabel 14. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=18% selama 15 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 198.968.711,50

2 IRR 32,07%

3 Net B/C 1,78

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 198.968.711,50.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 1,78 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,78 penerimaan.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 32,07% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 32,07%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 15. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=12% selama 10 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 235.857.895.33

2 IRR 29,98%

3 Net B/C 1,97


(56)

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 235.857.895,33.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 1,97 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,97 penerimaan.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 29,98% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 29,98%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 16. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=15% selama 10 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 187.669.718,58

2 IRR 29,97%

3 Net B/C 1,76

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 187.669.718,58.


(57)

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 1,76 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,76 penerimaan.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 29,97% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 29,97%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 17. Nilai NPV, Net B/C dan IRR dengan i=18% selama 10 tahun

No Uraian Satuan

1 NPV Rp 134.040.004,75

2 IRR 29,97%

3 Net B/C 1,57

Sumber: Analisis Data Lampiran 16 dan 17 tahun 2011.

Berdasarkan nilai ketiga kriteria investasi di atas, dapat dilihat memperoleh NPV > 0 yang artinya usaha ini layak dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usahatani jambu biji pada discount rate yang berlaku. Nilai NPV yang positif artinya bahwa usaha ini memberikan keuntungan Rp 134.040.004,75.

Hasil Net B/C > 0 berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 1,57 yang artinya setiap Pp 1,00 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 1,57 penerimaan.

Tingkat pengembalian internal atau IRR sebesar 29,97% menunjukkan bahwa usaha ini mampu mengembalikan modal pinjaman sampai tingkat bunga maksimum sebesar 29,97%. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank.


(58)

Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut, menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini layak untuk dikembangkan.


(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Usahatani jambu biji di daerah penelitian memiliki Rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29, yang terbesar adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 8.394.817,46 yang terdiri dari biaya TKDK Rp 4.076.500 dan biaya TKLK 4.318.317,46 , diikuti biaya Sarana Produksi sebesar Rp 6.897.719,56, biaya Bibit sebesar Rp 879.053,97 , biaya penyusutan Rp. 101.527,30 dan biaya PBB sebesar 74.000.

2. Usahatani jambu biji di daerah penelitian memiliki pendapatan yang tinggi karena penerimaan lebih besar dari biaya produksi. Adapun rata-rata pendapatan bersih dan pendapatan keluarga petani jambu biji:

a) Rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji Per Petani adalah Rp 19.112.884,51 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp 1.592.740,37 per bulan dan rata-rata pendapatan petani bersih per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun atau setara dengan 3.062.495,04 per bulan. b) Rata-rata pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp 20.963.884,51

dalam 1 tahun setara dengan Rp 1.746.990,37 per bulan dan rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 40.826.440,49 setara dengan Rp.3.402.203,37 per bulan.

3. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

a) Pada i = 12% selama 15 tahun , NPV = 381.390.993,35 , IRR = 32,05% Net B/C = 2,29.


(60)

b) Pada i = 15% selama 15 tahun , NPV = 278.205.984,75 , IRR = 32,06% Net B/C = 2,02.

c) Pada i = 18% selama 15 tahun , NPV = 198.968.711,50 , IRR = 32,07% Net B/C = 1,78.

d) Pada i = 12% selama 10 tahun , NPV = 253.857.895,33 , IRR = 29,98% Net B/C = 1,97.

e) Pada i = 15% selama 10 tahun , NPV = 187.669.718,58 , IRR = 29,97% Net B/C = 1,76.

f) Pada i = 18% selama 10 tahun , NPV = 134.040.004,75 , IRR = 29,97% Net B/C = 1,57.

6.2 Saran

1. Dari aspek peningkatan produksi, petani disarankan lebih memperhatikan tanaman jambu bijinya, terutama dalam hal perawatan seperti kebersihan lahan. Pembungkusan jambu biji dengan plastik sebaiknya dilakukan dengan hati-hati jangan sampai membuat buah tersebut rusak ataupun jatuh. Dalam pemanenan sebaiknya petani jambu biji tidak melakukan pemanenan buah yang belum layak panen karena akan merusak kualitas buah secara keseluruhan.

2. Petani disarankan untuk melakukan pemangkasan dan pembersihan lahan juga dari cara pemanenan jambu biji. Petani seharusnya melakukan pemangkasan pada ranting-ranting atau daun-daun tanaman jambu biji yang telah rusak akibat hama dan penyakit karena jika dibiarkan akan mengurangi kualitas buah dan kuantitas panen dan dapat juga menyebabkan penyebaran hama dan


(61)

penyakit tanaman jambu biji tersebut. Dalam hal pemanenan, supaya petani lebih berhati-hati dan mengawasi pekerjanya dalam pengguntingan buah dan diusahakan tidak merusak tangkai buah karena apabila tangkai buah rusak maka tangkai tersebut tidak dapat berbunga sehingga mengurangi jumlah produksi panen yang berdampak pada menurunnya jumlah penerimaan petani.

3. Dari aspek biaya produksi, biaya yang terbesar adalah biaya curahan tenaga kerja, jadi untuk meminimalisir biaya diharapkan keluarga petani ikut serta bekerja dalam usaha jambu biji mereka.

4. Adanya serangan hama penyakit menyebabkan luas lahan jambu biji di daerah penelitian terus menurun. Hal ini menyebabkan petani jambu biji yang masih mengusahakan usahatani jambu bijinya melakukan penambahan penyemprotan menjadi tiap bulan dengan insektisida rata-rata 8 Liter per hektarnya. Sebenarnya penambahan penyemprotan tidak perlu dilakukan bahkan sampai menggunakan dosis 8 Liter per hektarnya karena tidak sesuai anjuran pemakaian dan akan menambah biaya usahatani.

5. Penyuluh pertanian agar lebih memperhatikan petani di daerah penelitian khusunya kepada pada petani yang menanam jambu biji supaya diberi penjelasan dan pengertian kepada petani tentang tata cara perawatan tanaman jambu biji yang baik. Hal ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang lebih kepada petani sehingga hasil produksi lebih banyak dan kualitas jambu biji petani dapat lebih baik.


(62)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel

Sampel

Umur Tanaman Umur Tingkat Jumlah Pengalaman Luas Lahan Jumlah Jarak (tahun) Sampel Pendidikan Tanggungan Bertani (tahun) (Ha) Tanaman Tanam (m)

1 0 38 9 4 20 0.2 80 5 x 5

2 3 44 9 3 20 0.2 100 4 x 5

3 4 48 9 4 23 0.3 150 4 x 5

4 6 52 9 3 25 0.5 222 4.5 x 5

5 7 48 12 4 18 0.6 300 4 x 5

6 8 42 12 4 21 0.4 160 5 x 5

7 10 60 12 1 40 1 385 5 x 5

8 12 41 12 4 20 0.9 360 5 x 5

9 12 38 12 3 15 0.5 166 6 x 5

10 12 53 9 5 31 0.5 200 5 x 5

Total 36 132 33 12 66 1.9 726 16 x 15

Rata-rata 12 44 11 4 22 0.63 242 5.3 x 5

11 13 61 6 2 40 0.3 133 4,5 x 5

12 14 51 6 4 17 0.5 250 4 x 5

13 14 37 12 4 17 0.7 311 4.5 x 5

Total 28 88 18 8 34 1.2 561 8.5 x 10

Rata-rata 14 44 9 4 17 0.6 280.5 4.25 x 5

14 15 46 12 5 20 0.3 150 4 x 5

15 15 53 12 5 42 0.7 311 4.5 x 5

Total 30 99 24 10 62 1 461 8.5 x 10

Rata-rata 15 49.5 12 5 31 0.5 230.5 4.25 x 5

Over All 145 712 153 55 369 7.6 3278 69 x 75


(63)

Lampiran 2. Biaya Bibit

Sampel

luas lahan (Ha)

Jumlah Bibit

harga Bibit

(Rp) Total

Total per Ha

1 0.2 80 2,000 160,000 800,000

2 0.2 100 2,000 200,000 1,000,000

3 0.3 150 2,000 300,000 1,000,000

4 0.5 222 2,000 444,000 888,000

5 0.6 300 2,000 600,000 1,000,000

6 0.4 160 2,000 320,000 800,000

7 1 385 2,000 770,000 770,000

8 0.9 360 2,000 720,000 800,000

9 0.5 166 2,000 332,000 664,000

10 0.5 200 2,000 400,000 800,000

11 0.3 133 2,000 266,000 886,667

12 0.5 250 2,000 500,000 1,000,000

13 0.7 311 2,000 622,000 888,571

14 0.3 150 2,000 300,000 1,000,000

15 0.7 311 2,000 622,000 888,571

Over all 7.6 3,278 30,000 6,556,000 13,185,810


(64)

Lampiran 3. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan Per Petani

Sampel Cangkul Cangkul Penggaruk Parang

Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp) Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp) Unit Harga (Rp) Umur (tahun) Biaya (Rp) Penyusutan (Rp)

1 2 50,000 3 100,000 33,333.33 2 60,000 5 120,000 24,000 2 25,000 4 50,000 12,500

2 2 45,000 3 90,000 30,000 1 65,000 4 65,000 16,250 1 28,000 3 28,000 9,333.33

3 2 50,000 3 100,000 33,333.33 1 65,000 4 65,000 16,250 1 25,000 4 25,000 6,250

4 2 50,000 4 100,000 25,000 2 65,000 4 130,000 32,500 2 25,000 4 50,000 12,500

5 2 45,000 3 90,000 30,000 2 60,000 4 120,000 30,000 2 25,000 4 50,000 12,500

6 2 50,000 4 100,000 25,000 2 60,000 5 120,000 24,000 1 28,000 3 28,000 9,333.33

7 3 50,000 4 150,000 37,500 1 65,000 4 65,000 16,250 2 28,000 3 56,000 18,666.67

8 2 50,000 2 100,000 50,000 0 0 0 0 0 2 25,000 4 50,000 12,500

9 3 50,000 3 150,000 50,000 1 60,000 4 60,000 15,000 1 25,000 4 25,000 6,250

10 2 45,000 4 90,000 22,500 1 60,000 4 60,000 15,000 1 25,000 4 25,000 6,250

Total 7 145,000 9 340,000 122,500.00 2 120,000 8 120,000 30,000 4 75,000 12 100,000 25,000

Rata-rata 2.33 48,333.33 3.00 113,333.33 40,833.33 0.67 40,000 2.67 40,000 10,000 1 25,000 4 33,333 8,333

11 2 50,000 4 100,000 25,000 2 60,000 5 120,000 24,000 1 28,000 3 28,000 9,333.33

12 3 45,000 3 135,000 45,000 2 65,000 4 130,000 32,500 2 25,000 4 50,000 12,500

13 3 45,000 3 135,000 45,000 1 65,000 4 65,000 16,250 1 25,000 4 25,000 6,250

Total 6 90,000 6 270,000 45,000 3 130,000 8 195,000 48,750 3 50,000 8 75,000 18,750

Rata-rata 3 45,000 3 135,000 45,000 1.5 65,000 4 97,500 24,375 1.5 25,000 4 37,500 9,375

14 3 50,000 3 150,000 50,000 1 60,000 5 60,000 12,000 1 28,000 3 28,000 9,333.33

15 2 50,000 3 100,000 33,333 1 65,000 4 65,000 16,250 1 25,000 4 25,000 6,250

Total 5 100,000 6 250,000 83,333 2 125,000 9 125,000 28,250 2 53,000 7 53,000 15,583.33

Rata-rata 2.5 50,000 3 125,000 41,667 1 62,500 4.5 62,500 14,125 1 26,500 3.5 26,500 7,791.67

Over all 35 725,000 49 1,690,000 535,000 20 875,000 60 1,245,000 290,250 21 390,000 55 543,000 149,750


(1)

Lampiran 16 f. Net B/C selama 10 tahun dengan discount factor (i=18%)

Tahun

Benefit

Cost

DF 18%

Disc Benefit

Disc Cost

0

0 160,672,933

1.00

0

160672933.00

1

0

5,715,110

0.85

0

4843313.56

2

24,540,000

16,390,978

0.72

17624245.91

11771745.19

3

54,252,800

17,367,362

0.61

33019929.01

10570312.69

4

69,945,344

18,402,336

0.52

36077030.30

9491720.19

5

116,103,250

19,499,418

0.44

50749800.61

8523375.32

6

172,961,248

20,662,334

0.37

64070301.31

7653980.19

7

205,348,053

21,895,036

0.31

64463894.36

6873399.90

8

190,197,554

23,201,711

0.27

50599808.01

6172540.59

9

150,945,327

24,586,798

0.23

34031540.35

5543242.87

10

107,284,227

26,055,003

0.19

20498203.64

4978185.26

Total

371,134,753.51 237,094,748.76

Net B/C

1.57


(2)

Lampiran 17. NPV dan IRR

Lampiran 17a. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=12%) selama 15 tahun

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 1 (i=12%) PV1 DF 2 (32%) PV2

0 0 160,672,933 -160,672,933 1.00 -160,672,933.00 1.00 -160,672,933.00

1 0 5,715,110 -5,715,110 0.89 -5,102,776.79 0.76 -4,329,628.79

2 24,540,000 16,390,978 8,149,022 0.80 6,496,350.45 0.57 4,676,895.09 3 54,252,800 17,367,362 36,885,438 0.71 26,254,326.20 0.43 16,037,370.09 4 69,945,344 18,402,336 51,543,008 0.64 32,756,513.40 0.33 16,977,511.57 5 116,103,250 19,499,418 96,603,832 0.57 54,815,608.64 0.25 24,105,974.79 6 172,961,248 20,662,334 152,298,914 0.51 77,159,369.55 0.19 28,790,765.97 7 205,348,053 21,895,036 183,453,017 0.45 82,984,828.29 0.14 26,272,859.30 8 190,197,554 23,201,711 166,995,843 0.40 67,446,820.13 0.11 18,118,165.02 9 150,945,327 24,586,798 126,358,529 0.36 45,566,152.30 0.08 10,385,781.48 10 107,284,227 26,055,003 81,229,224 0.32 26,153,636.16 0.06 5,057,932.07 11 117,291,803 27,611,315 89,680,488 0.29 25,780,997.30 0.05 4,230,432.01 12 128,925,933 29,261,021 99,664,912 0.26 25,581,500.55 0.04 3,561,681.77 13 143,475,230 31,009,725 112,465,505 0.23 25,774,191.03 0.03 3,044,796.22 14 155,726,056 32,863,369 122,862,687 0.20 25,140,139.99 0.02 2,519,909.66 15 173,070,100 34,828,250 138,241,850 0.18 25,256,269.15 0.02 2,147,981.66

NPV 381,390,993.35 925,494.89

IRR = 0.12 + {381,390,993.35/381,390,993.35-925,494.89} x (0.32-0.12) IRR = 0.3205


(3)

Lampiran 17b. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=15%) selama 15 tahun

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 1 (i=15%) PV1 DF 2 (32%) PV2

0 0 160,672,933 -160,672,933 1.00 -160,672,933.00 1.00 -160,672,933.00

1 0 5,715,110 -5,715,110 0.87 -4,969,660.87 0.76 -4,329,628.79

2 24,540,000 16,390,978 8,149,022 0.76 6,161,831.38 0.57 4,676,895.09 3 54,252,800 17,367,362 36,885,438 0.66 24,252,774.23 0.43 16,037,370.09 4 69,945,344 18,402,336 51,543,008 0.57 29,469,882.11 0.33 16,977,511.57 5 116,103,250 19,499,418 96,603,832 0.50 48,029,177.81 0.25 24,105,974.79 6 172,961,248 20,662,334 152,298,914 0.43 65,843,023.35 0.19 28,790,765.97 7 205,348,053 21,895,036 183,453,017 0.38 68,966,784.18 0.14 26,272,859.30 8 190,197,554 23,201,711 166,995,843 0.33 54,591,237.30 0.11 18,118,165.02 9 150,945,327 24,586,798 126,358,529 0.28 35,918,980.24 0.08 10,385,781.48 10 107,284,227 26,055,003 81,229,224 0.25 20,078,621.86 0.06 5,057,932.07 11 117,291,803 27,611,315 89,680,488 0.21 19,276,213.11 0.05 4,230,432.01 12 128,925,933 29,261,021 99,664,912 0.19 18,628,084.68 0.04 3,561,681.77 13 143,475,230 31,009,725 112,465,505 0.16 18,278,788.73 0.03 3,044,796.22 14 155,726,056 32,863,369 122,862,687 0.14 17,364,018.67 0.02 2,519,909.66 15 173,070,100 34,828,250 138,241,850 0.12 16,989,160.99 0.02 2,147,981.66

NPV 278,205,984.75 925,494.89

IRR = 0.15 + {278,205,984.75/278,205,984.75-925,494.89} x (0.32-0.15) IRR = 0.3206

IRR = 32.06%


(4)

Lampiran 17c. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=18%) selama 15 tahun

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 1 (i=18%) PV1 DF 2 (32%) PV2

0 0 160,672,933 -160,672,933 1.00 -160,672,933.00 1.00 -160,672,933.00

1 0 5,715,110 -5,715,110 0.85 -4,843,313.56 0.76 -4,329,628.79

2 24,540,000 16,390,978 8,149,022 0.72 5,852,500.72 0.57 4,676,895.09 3 54,252,800 17,367,362 36,885,438 0.61 22,449,616.32 0.43 16,037,370.09 4 69,945,344 18,402,336 51,543,008 0.52 26,585,310.12 0.33 16,977,511.57 5 116,103,250 19,499,418 96,603,832 0.44 42,226,425.29 0.25 24,105,974.79 6 172,961,248 20,662,334 152,298,914 0.37 56,416,321.13 0.19 28,790,765.97 7 205,348,053 21,895,036 183,453,017 0.31 57,590,494.45 0.14 26,272,859.30 8 190,197,554 23,201,711 166,995,843 0.27 44,427,267.42 0.11 18,118,165.02 9 150,945,327 24,586,798 126,358,529 0.23 28,488,297.48 0.08 10,385,781.48 10 107,284,227 26,055,003 81,229,224 0.19 15,520,018.38 0.06 5,057,932.07 11 117,291,803 27,611,315 89,680,488 0.16 14,520,978.50 0.05 4,230,432.01 12 128,925,933 29,261,021 99,664,912 0.14 13,675,971.91 0.04 3,561,681.77 13 143,475,230 31,009,725 112,465,505 0.12 13,078,358.64 0.03 3,044,796.22 14 155,726,056 32,863,369 122,862,687 0.10 12,107,985.91 0.02 2,519,909.66 15 173,070,100 34,828,250 138,241,850 0.08 11,545,411.79 0.02 2,147,981.66

NPV 198,968,711.50 925,494.89

IRR = 0.18 + {198,968,711.50/198,968,711.50-925,494.89} x (0.32-0.18) IRR = 0.3207


(5)

Lampiran 17d. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=12%) selama 10 tahun

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 1 (i=12%) PV1 DF 2 (30%) PV2

0 0 160,672,933 -160,672,933 1.00 -160,672,933.00 1.00 -160,672,933.00

1 0 5,715,110 -5,715,110 0.89 -5,102,776.79 0.77 -4,396,238.46

2 24,540,000 16,390,978 8,149,022 0.80 6,496,350.45 0.59 4,821,906.51 3 54,252,800 17,367,362 36,885,438 0.71 26,254,326.20 0.46 16,789,002.28 4 69,945,344 18,402,336 51,543,008 0.64 32,756,513.40 0.35 18,046,639.82 5 116,103,250 19,499,418 96,603,832 0.57 54,815,608.64 0.27 26,018,220.65 6 172,961,248 20,662,334 152,298,914 0.51 77,159,369.55 0.21 31,552,711.95 7 205,348,053 21,895,036 183,453,017 0.45 82,984,828.29 0.16 29,236,231.51 8 190,197,554 23,201,711 166,995,843 0.40 67,446,820.13 0.12 20,471,932.55 9 150,945,327 24,586,798 126,358,529 0.36 45,566,152.30 0.09 11,915,558.16 10 107,284,227 26,055,003 81,229,224 0.32 26,153,636.16 0.07 5,892,217.66

NPV 253,857,895.33 -324,750.38

IRR = 0.12 + {253,857,895.33/253,857,895.33-(-324,750.38)} x (0.30-0.12) IRR = 0.2998

IRR = 29.98%

Lampiran 17e. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=15%) selama 10 tahun

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 1 (i=15%) PV1 DF 2 (30%) PV2

0 0 160,672,933 -160,672,933 1.00 -160,672,933.00 1.00 -160,672,933.00

1 0 5,715,110 -5,715,110 0.87 -4,969,660.87 0.77 -4,396,238.46

2 24,540,000 16,390,978 8,149,022 0.76 6,161,831.38 0.59 4,821,906.51 3 54,252,800 17,367,362 36,885,438 0.66 24,252,774.23 0.46 16,789,002.28 4 69,945,344 18,402,336 51,543,008 0.57 29,469,882.11 0.35 18,046,639.82 5 116,103,250 19,499,418 96,603,832 0.50 48,029,177.81 0.27 26,018,220.65 6 172,961,248 20,662,334 152,298,914 0.43 65,843,023.35 0.21 31,552,711.95 7 205,348,053 21,895,036 183,453,017 0.38 68,966,784.18 0.16 29,236,231.51 8 190,197,554 23,201,711 166,995,843 0.33 54,591,237.30 0.12 20,471,932.55 9 150,945,327 24,586,798 126,358,529 0.28 35,918,980.24 0.09 11,915,558.16 10 107,284,227 26,055,003 81,229,224 0.25 20,078,621.86 0.07 5,892,217.66

NPV 187,669,718.58 -324,750.38

IRR = 0.15 + {187,669,718.58/187,669,718.58-(-324,750.38)} x (0.30-0.15) IRR = 0.2997

IRR = 29.97%


(6)

Lampiran 17f. NPV dan IRR dengan discount factor 1 (i=18%) selama 10 tahun

Tahun Benefit Cost Net Benefit DF 1 (i=18%) PV1 DF 2 (30%) PV2

0 0 160,672,933 -160,672,933 1.00 -160,672,933.00 1.00 -160,672,933.00

1 0 5,715,110 -5,715,110 0.85 -4,843,313.56 0.77 -4,396,238.46

2 24,540,000 16,390,978 8,149,022 0.72 5,852,500.72 0.59 4,821,906.51 3 54,252,800 17,367,362 36,885,438 0.61 22,449,616.32 0.46 16,789,002.28 4 69,945,344 18,402,336 51,543,008 0.52 26,585,310.12 0.35 18,046,639.82 5 116,103,250 19,499,418 96,603,832 0.44 42,226,425.29 0.27 26,018,220.65 6 172,961,248 20,662,334 152,298,914 0.37 56,416,321.13 0.21 31,552,711.95 7 205,348,053 21,895,036 183,453,017 0.31 57,590,494.45 0.16 29,236,231.51 8 190,197,554 23,201,711 166,995,843 0.27 44,427,267.42 0.12 20,471,932.55 9 150,945,327 24,586,798 126,358,529 0.23 28,488,297.48 0.09 11,915,558.16 10 107,284,227 26,055,003 81,229,224 0.19 15,520,018.38 0.07 5,892,217.66

NPV 134,040,004.75 -324,750.38

IRR = 0.18 + {134,040,004.75/134,040,004.75-(-324,750.38)} x (0.30-0.18) IRR = 0.2997