Seleksi Kekeringan pada Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk secara In vitro

SELEKSI KEKERINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS
BATANG BAWAH JERUK SECARA IN VITRO

DIAH RAHMI ADIYANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Seleksi Kekeringan
pada Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk secara In vitro adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Diah Rahmi Adiyanti
NIM A24080186

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
DIAH RAHMI ADIYANTI. Seleksi Kekeringan pada Beberapa Varietas Batang
Bawah Jeruk secara In vitro. Dibimbing oleh MEGAYANI SRI RAHAYU dan
ASEP SETIAWAN.
Cekaman kekeringan dapat disimulasi dengan menurunkan potensial air
dalam media melalui penambahan polietilen glikol (PEG). Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan beberapa
varietas batang bawah jeruk secara in vitro. Penelitian menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama yaitu perlakuan
penambahan PEG dalam media MS+2 mg l-1 NAA, terdiri atas 4 taraf: 0 g l-1

setara 0% (0 bar) , 20 g l-1 setara 2% (-0.12 bar), 40 g l-1 setara 4% (-0.32 bar),
dan 60 g l-1 setara 6% (-0.59 bar). Faktor kedua yaitu varietas batang bawah jeruk
yang terdiri dari 3 taraf : Rough Lemon (RL), Kunci-10, dan Nipis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, penambahan PEG memberi pengaruh nyata
terhadap penurunan rataan tinggi, rataan jumlah daun, rataan jumlah akar, dan
rataan panjang akar pada ketiga varietas yang diuji. Ketiga varietas yang
digunakan dalam penelitian ini menunjukkan respon pertumbuhan yang sama
pada akhir pengamatan minggu ke-8. Varietas Kunci-10 dan Nipis cenderung
lebih stabil dalam kondisi cekaman kekeringan dibandingkan varietas Rough
Lemon.

Kata kunci: cekaman, Kunci-10, Nipis, PEG, Rough Lemon

ABSTRACT
DIAH RAHMI ADIYANTI. In Vitro Drought Selection in Some Citrus Rootstock
Varieties. Supervised by MEGAYANI SRI RAHAYU and ASEP SETIAWAN.
Drought stress could be simulated by decreasing the water potensial media
through polyethylene glycol (PEG) addition. The objective of this experiment was
to explain the effect of drought stress to some citrus rootstocks growth under in
vitro conditions. The experiment used a factorial completely randomized design

(CRD). The first factor was PEG addition which consist of four level: 0 g l-1 PEG
is equivalent to 0% (0 bar), 20 g l-1 PEG is equivalent to 2% (-0.12 bar), 40 g l-1
PEG is equivalent to 4% (-0.32 bar), 60 PEG g l-1 is equivalent to 6% (-0.59 bar).
The second factor was citrus rootstock varieties, which consist of Rough Lemon,
Kunci-10, and Nipis. The result showed that all of the parameters decreased with
the increasing of osmotic stress by PEG. Three varieties showed same response
toward PEG addition on the last week of observation. Kunci-10 and Nipis have
more stability under drought stress simulation rather than Rough Lemon.
Keywords: Kunci-10, Nipis, PEG, Rough Lemon, stress

SELEKSI KEKERINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS
BATANG BAWAH JERUK SECARA IN VITRO

DIAH RAHMI ADIYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Seleksi Kekeringan pada Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk
secara In vitro
Nama
: Diah Rahmi Adiyanti
NIM
: A24080186

Disetujui oleh

Dr Ir Asep Setiawan, MS
Pembimbing II

Ir Megayani Sri Rahayu, MS

Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan, kesabaran, dan hidayah sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul Seleksi Kekeringan terhadap Beberapa Varietas Batang Bawah Jeruk
secara In Vitro ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad shallalhu ‘alaihi wassalam serta kepada
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun
berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi
Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Agronomi Hortikultura IPB, Darmaga
Bogor mulai bulan Februari 2012 hingga Januari 2013.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap pihak yang telah

berperan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bapak Basuki Jokosudarmanto, Ibu Satukah, Haryo Adiono Dharmawan serta
keluarga besar Sudiman Padmowiardjo yang telah memberikan doa, kasih
sayang, motivasi, dan semangat.
2. Ir. Megayani Sri Rahayu, MS sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus
dosen pembimbing pertama, serta Dr. Ir. Asep Setiawan, MS sebagai dosen
pembimbing kedua, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi
selama kegiatan penelitian dan penyelesaian skripsi.
3. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS sebagai dosen penguji yang telah memberi
saran dan masukan untuk penulisan skripsi.
4. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO).
5. Rekan-rekan Laboratorium Kultur Jaringan yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan teknis selama berjalannya penelitian.
6. Teman-teman Indigenous 45, Hasrat, Galuh, Indra, Bunga, Tri, Izza. Keluarga
besar OMDA Malang Raya, BEM FAPERTA 2010 “Kabinet Bersinar”, BEM
KM IPB 2011 “Kabinet IPB Bersahabat”, BEM KM IPB 2012 “Kabinet
Berkarya” atas kebersamaan, keceriaan, dan kontribusi bagi alamamater IPB.
7. Kontingen PEKSIMIDA IPB 2012, Tim Pameran PIMNAS Yogyakarta 2012
dan segenap official PKM IPB 2012-2013 serta dosen pendamping atas
pengalaman dan prestasi yang telah diukir bersama.

8. Sahabat serta adik-adik IPB Farmers Student Club dan IPB Student Agripark
Crew atas kerja sama dan semangatnya.
Semoga penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi pertanian Indonesia
dan semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2013

Diah Rahmi Adiyanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

iii


PENDAHULUAN

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Tanaman Jeruk

2

Syarat Tumbuh

4

Varietas Batang Bawah Jeruk

4


Cekaman Kekeringan dengan PEG

5

METODE PENELITIAN

7

Tempat dan Waktu Penelitian

7

Bahan Penelitian

7

Peralatan Penelitian

7


Metode Penelitian

7

Prosedur Percobaan

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Kondisi Umum

10

Tinggi Tanaman

12


Jumlah Daun

14

Jumlah Akar

17

KESIMPULAN DAN SARAN

24

Kesimpulan

24

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1 Perbedaan visual kecambah vegetatif dan kecambah generatif
2 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap
rataan pertambahan tinggi tanaman jeruk
3 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan tinggi
tanaman jeruk
4 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan
pertambahan tinggi (cm)
5 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas
terhadap rataan pertambahan daun tanaman jeruk
6 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan daun
tanaman jeruk (helai)
7 Pengaruh varietas terhadap rataan pertambahan daun tanaman jeruk
(helai)
8 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan
pertambahan daun (helai)
9 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap
rataan jumlah akar tanaman jeruk
10 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk
(buah)
11 Pengaruh varietas terhadap rataan jumlah akar tanaman jeruk (buah)
12 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan
jumlah akar (buah)
13 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap
rataan panjang akar tanaman jeruk (cm)
14 Pengaruh media terhadap rataan panjang akar tanaman jeruk (cm)
15 Pengaruh varietas terhadap rataan panjang akar tanaman jeruk (cm)
16 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan
panjang akar (cm)

3
12
12
13
14
15
16
16
18
18
19
20
22
22
23
24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Varietas jeruk batang bawah yang digunakan dalam penelitian
Tahapan penyediaan bahan tanam dalam penelitian
Kontaminasi eksplan
Eksplan tidak membentuk akar
Pertumbuhan eksplan pada 8 MSK

10
11
11
17
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Komposisi media Murashige dan Skoog
Hasil sidik ragam rataan pertambahan tinggi
Hasil sidik ragam rataan pertambahan daun
Hasil sidik ragam rataan pertambahan jumlah akar
Hasil sidik ragam rataan pertambahan panjang akar

29
32
33
34
35

1

PENDAHULUAN
Jeruk merupakan tanaman buah yang berasal dari wilayah subtropis Asia,
tetapi dapat tumbuh dan berbuah di negara tropis, salah satunya Indonesia.
Tanaman jeruk banyak dijumpai baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, dan
umumnya menjadi komoditas unggulan daerah tersebut. Tanaman jeruk telah lama
dikembangkan di Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Buah yang dihasilkan
memiliki cita rasa yang khas dan menyegarkan sehingga banyak diminati
masyarakat luas. Buah jeruk tidak hanya dikonsumsi sebagai buah segar tetapi juga
sebagai produk pangan olahan dan bahan baku industri. Buah jeruk mengandung
banyak vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan serta harganya sangat
terjangkau.
Permintaan buah jeruk meliputi konsumsi untuk obat, buah segar, produk
pangan olahan, maupun produk turunan lainnya. Pemerintah telah mencanangkan
program pengembangan usaha tani jeruk untuk dapat mencukupi konsumsi dalam
negeri, pemenuhan bahan baku industri, substitusi impor, dan mengisi peluang
ekspor (Supriyanto et al. 2007). Agroindustri berbasis jeruk seperti olahan minyak
atsiri dari kulit jeruk, gula tetes, alkohol, dan pektin dari buah jeruk sudah mulai
dikembangkan di beberapa negara Amerika dan Eropa (Rukmana 2003).
Komoditas jeruk sangat menjanjikan keuntungan bagi petani lokal karena
permintaannya yang diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang.
Data Badan Pusat Statistika (2011) menunjukkan tanaman jeruk yang
banyak dikembangkan di Indonesia antara lain jeruk Siam (60.6%), jeruk Keprok
(36.7%), jeruk Pamelo (1.7%), dan jeruk Manis (1.0%). Data BPS (2011) juga
menunjukkan produksi jeruk nasional sebesar 1 818 949 ton, turun 11.14% dari
produksi tahun 2010 serta nilai impor mencapai 85 352 866 US$ pada Januari Maret. Luas areal pertanaman jeruk mencapai 80 000 Ha, tersebar di wilayah
sentra produksi seperti Garut, Tawangmangu, Batu, Bali, Selayar, Pontianak dan
Medan.
Tanaman jeruk yang dibudidayakan di Indonesia hampir seluruhnya berasal
dari bibit okulasi. Okulasi merupakan metode perbanyakan vegetatif dengan
menggabungkan dua jenis tanaman jeruk yang berbeda karakter yaitu batang atas
dan batang bawah. Batang atas merupakan tanaman jeruk varietas komersial,
sementara batang bawah merupakan varietas yang memiliki pertumbuhan vegetatif
yang vigor. Batang bawah memiliki peranan penting karena mempengaruhi vigor
tanaman, produksi, kualitas, serta ketahanan terhadap penyakit dan lingkungan
tertentu. Pemilihan batang bawah sebagai materi okulasi tentu berdasarkan kriteria
khusus. Umumnya batang bawah yang bagus adalah yang memiliki pertumbuhan
akar yang kuat, kokoh, ekstensif, dan adaptasi baik di lingkungan suboptimum.
Karakter tersebut akan sangat menentukan kemampuan batang bawah dalam
mendukung kehidupan tanaman jeruk budidaya dalam penyediaan hara dan air
selama pertumbuhan dan produksi.
Jenis batang bawah jeruk sangat beragam, pemilihannya berdasarkan sifat
yang dikehendaki. Sifat tersebut diantaranya toleransi terhadap mokroorganisme
(bakteri, nematoda, virus), vigor (bentuk tajuk, tinggi pohon), respon terhadap
cekaman lingkungan abiotik (suhu, Aluminium, Kalsium, dan kekeringan).
Varietas batang bawah yang umum digunakan dan tersebar di hampir seluruh

2

sentra produksi jeruk di Indonesia adalah Japansche Citroen (JC) dan Rough
Lemon (RL).
Upaya peningkatan produksi jeruk nasional dapat dilakukan melalui
penambahan areal tanam (ekstensifikasi). Menurut Kajian Puslitbang Tanah dan
Agroklimat (2005), dari segi kesesuaian lahan pengembangan pertanaman jeruk
dapat dilakukan di 10 propinsi dengan luas mencapai 5 651 388 Ha. Program ini
dilakukan pada lahan-lahan kering dan pasang surut di sentra produksi utama
seperti Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, serta di beberapa wilayah kabupaten Timor
Tengah Selatan - Nusa Tenggara Timur.
Rencana ekstensifikasi perlu didukung informasi mengenai potensi dan
sifat varietas batang bawah, baik yang sudah maupun belum banyak digunakan.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji batang bawah jeruk yang diharapkan
memiliki sifat adaptasi dan ketahanan di lingkungan kering.
Menurut Sirait (2004), seleksi secara in vitro untuk sifat ketahanan terhadap
cekaman kekeringan dengan menggunakan polietilen glikol (PEG) mempunyai
keunggulan, antara lain waktu seleksi lebih singkat, tidak membutuhkan ruang
yang luas, mudah dikontrol dan tidak dibatasi oleh musim. Keunggulan PEG
lainnya yaitu tidak menyebabkan perubahan genetik pada tanaman, karena PEG
merupakan senyawa osmotikum (penurun potensial kimia air). Tanah dalam
kondisi kapasitas lapang mempunyai potensial osmotik 0,33 bar. Penggunaan
larutan PEG 6000 konsentrasi 5–20% diharapkan dapat menciptakan potensial
osmotik yang setara dengan kondisi tanah kapasitas lapang dan titik kelembaban
kritis (Rahayu et al. 2005)
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh cekaman kekeringan
pada pertumbuhan beberapa varietas batang bawah jeruk secara in vitro. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenai potensi varietas batang
bawah jeruk yang tahan terhadap cekaman kekeringan. Hipotesis penelitian ini
yaitu terdapat varietas batang bawah jeruk yang diuji paling tahan terhadap
cekaman kekeringan.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jeruk
Tanaman jeruk (Citrus sp.) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari
Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan
tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau
dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan Belanda
yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
Jeruk (Citrus sp.) banyak dibudidayakan di daerah tropik dan sub tropik.
Terdapat banyak seleksi kultivar jeruk yang berasal dari berbagai cara hibridisasi,
mutasi dan poliploidi yang terjadi dalam species Citrus. Asal-usul jeruk yang
terseleksi tersebut tidak jelas, sehingga sulit untuk melakukan pengelompokkan
dan klasifikasi kultivar jeruk yang ada. Tanaman jeruk (true citrus)
diklasifikasikan sebagai berikut (BPPT 2000) :

3

Famili
Subfamili
Suku
Sub suku
Grup
Genus
Spesies

: Rutaceae
: Aurantioideae
: Citriae (‘Citrus dan Citroid’)
: Citrinae (‘Citrus’)
: Jeruk (‘True Citrus’)
: Citrus
: Citrus sp.

Batang bawah jeruk diperbanyak secara komersial dengan biji. Biji
tanaman jeruk mempunyai sifat poliembrioni, artinya dari satu buah benih jeruk
yang ditanam dapat tumbuh menjadi lebih dari satu varietas kecambah jeruk.
Kecambah generatif berasal dari pertemuan sel jantan dan betina yang membentuk
zigot.
Kecambah vegetatif atau disebut juga semaian nuselar berasal dari embrio
yang terbentuk dari sebuah atau sekelompok sel pada nusellus maupun integument.
Jumlah kecambah generatif dalam satu benih hanya ada satu, sementara kecambah
vegetatif dapat lebih dari satu. Kecambah vegetatif mempunyai sifat yang sama
dengan induk, sehingga baik untuk digunakan sebagai bibit, perbedaan fisik
kecambah vegetatif dan generatif diuraikan pada Tabel 1. Produktivitas pohon
hasil okulasi batang bawah yang berasal dari kecambah vegetatif dapat meningkat,
sementara yang berasal dari kecambah generatif dapat berkurang hingga 11% dari
potensi hasil.
Tabel 1. Perbedaan fisik kecambah vegetatif dan generatif pada poliembrioni jeruk
batang bawah
Uraian
Kecambah vegetatif
Kecambah generatif
No.
Tidak/sedikit bercabang
Bentuk
Selalu bercabang
1
dan tumbuh lurus
Kedudukan
Jarak antar daun dekat, terlihat Jarak antar daun agak
2
daun
bertumpuk-tumpuk
sama
Umumnya majemuk trifoliate, Tunggal, memanjang,
Helaian
Bentuk sering berlainan, pucuk Pucuk dan kaki daun
3
Daun
daun beragam (tumpul, lancip) meruncing, bentuk rata
Tangkai
Bersayap lebar/ tidak sama
Bersayap sempit
4
daun
sekali
5
6
7
8

Tepi daun

Bergerigi/ berombak

Sedikit berombak

Warna daun

Hijau tua, pucuk kekuningan

Daun agak tua berwarna
hijau kekuningan

Duri
Tinggi
tanaman

Umumnya tidak berduri/
sedikit berduri, warna duri
merah
Lebih tinggi atau lebih pendek
dari populasi

Umumnya berduri, warna
duri hijau
Sama dengan rata-rata
populasi

Sumber: Setiono dan Supriyanto (2005)

4

Syarat Tumbuh
Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jeruk adalah
iklim, varietas tanah, serta ketinggian dari permukaan laut. Jeruk memerlukan 9
bulan basah (musim hujan), dengan curah hujan 1000 – 3000 mm/th (Masyarakat
Jeruk Indonesia 2004). Bulan basah diperlukan untuk proses perkembangan bunga
dan buah. Jeruk sangat memerlukaan air yang cukup terutama pada bulan JuliAgustus.
Tanaman jeruk memerlukan temperatur optimal tumbuh antara 25-30ºC,
namun dapat tumbuh normal hingga 38ºC. Tanaman jeruk tumbuh optimal tanpa
naungan, dengan kelembaban optimum untuk pertumbuhan sekitar 70-80%. Tanah
Andosol dan Latosol sangat sesuai untuk budidaya jeruk, dengan derajat
keasamaan tanah 5.5-6.5. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
memiliki kemiringan sekitar 30ºC. Jeruk dapat tumbuh dengan baik di wilayah
dataran sedang hingga tinggi (± 500 mdpl), pada tanah yang berdrainase baik,
solum tanah minimum 50 cm, serta kaya bahan organik dengan tekstur yang tidak
terlalu liat (Djaenudin et al. 2005).
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman jeruk dipengaruhi juga oleh
kualitas lahan antara lain salinitas, alkalinitas, dan toksisitas unsur hara
(alumunium dan pyrit), oleh karena itu kesesuaian lahan menjadi sangat penting.
Varietas Batang Bawah Jeruk
Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush.)
Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush.) merupakan varietas batang bawah
unggul yang telah dilepas Menteri Pertanian melalui SK Keputusan Menteri
No.2533/Kpts/SR.120/5/2011 (Menteri Pertanian 2011). Rough Lemon merupakan
hasil persilangan antara Citrus medica var.lemon dengan Citrus aurantium
subsp.sinensis. Varietas Rough Lemon dipilih sebagai batang bawah karena
memiliki produktivitas tinggi, kompatibel dengan berbagai jenis batang atas,
ukuran buah besar, tanaman vigor, mampu beradaptasi dengan baik pada tanah
berpasir, pertumbuhannya cepat, sistem perakarannya ekstensif sehingga dapat
beradaptasi pada kondisi kekeringan. Rough Lemon beradaptasi baik pada dataran
medium dengan ketinggian 400 - 800 mdpl.
Rough lemon juga toleran terhadap alkalinitas dan salinitas tanah. Rough
Lemon sensitif terhadap Phytophtora dan Nematoda. Pohon jeruk dengan batang
bawah Rough lemon menghasilkan pohon-pohon yang kokoh dengan sistem
perakaran yang baik. Produksi jeruk dapat meningkat di tahun-tahun awal. Pohon
dengan umur lebih dari 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan
produksi. Pada umur 20 tahun tanaman akan menunjukkan penurunan hasil yang
signifikan. Pada kondisi lingkungan yang optimum pohon dapat bertahan hingga
40 tahun dengan laju penurunan hasil yang lambat.
Rough lemon merupakan varietas batang bawah yang memiliki karakter
pertumbuhan paling cepat diantara varietas batang bawah lainnya. Rough lemon
dapat mempercepat batang atas berbuah meskipun produksi buah tidak terlalu
tinggi. Karakter buah jeruk yang dihasilkan memiliki kandungan asam terlarut
yang rendah, umumnya buah kurang berair, dari tampilan fisik kulit buah tebal dan
keras. Rough lemon memiliki tingkat kompatibilitas tinggi bila disambung.

5

Kunci-10
Varietas Kunci-10 berasal dari Muaro Sijunjung , Koleksi Balitbu Solok.
Dalam rangka usaha meningkatkan produksi jeruk, batang bawah varietas unggul
memiliki peranan penting. Varietas ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian RI
melalui SK Keputusan Menteri No.120/Kpts/TP.240/2/2001 (Menteri Pertanian
2001). Kunci-10 merupakan varietas batang bawah potensial, namun demikian
belum dikenal luas oleh petani jeruk lokal.
Kunci-10 memiliki karakter fisik yang baik, sebagai batang bawah varietas
ini memiliki pengaruh terhadap batang atas khususnya pada Keprok Siem.
Tanaman hasil okulasi menunjukkan penampilan arsitektur tanaman berbetuk
payung, kokoh, dan cebol (dwarf). Bibit hasil okulasi Kunci-10 sangat sesuai untuk
tanaman bah dalam pot dan pertanian periurban.
Pohon hasil sambungan dengan varietas Kunci-10 memiliki bentuk
percabangan sedikit dan menyebar. Tinggi tanaman dapat mencapai 3 meter,
dengan diameter batang 10 cm. Aroma buah tidak terlalu kuat, kadar asam sitrat
cukup tinggi mencapai 15.5% dengan kadar air lebih dari 90%. Kandungan
vitamin C lebih rendah dibanding JC ataupun RL, yaitu 35.90 mg/100g (RL 41.4
mg/ 100g, JC 43.3 mg/100g). Jumlah biji per buah varietas Kunci-10 lebih banyak
±8 biji/ buah, hal ini mempermudah dalam pengadaan seedling batang bawah.
Umur produksi jeruk dengan batang bawah Kunci-10 dapat mencapai
6 tahun. Ketahanan terhadap kondisi kekeringan toleransi sedang. Kunci-10
mampu beradaptasi sedang pada tanah asam dan tanah lempung, dari segi
ketahanan terhadap hama penyakit varietas ini cukup toleran terhadap Phythoptora
sp., virus Tristeza. Saat ini Kunci-10 masih tersebar di beberapa daerah yaitu
Sawah Lunto dan Solok.
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.)
Pohon jeruk nipis berukuran relatif kecil, berkayu dan bercabang banyak,
serta dapat mencapai tinggi 1.5 – 3.5 meter. Sistem perakarannya menyebar ke
semua arah dan cukup dalam. Percabangan akar relatif banyak, namun kurang
memiliki akar rambut, sehingga untuk pertumbuhan optimal jeruk nipis
menghendaki keadaan tanah (media) subur, kaya bahan organik dan cukup air.
Jeruk nipis memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik. Pada
prinsipnya hampir semua varietas tanah cocok untuk penanaman jeruk nipis.
Namun paling baik adalah tanah pasir yang mengandung liat dalam keadaan cukup
subur, gembur, aerasi dan drainasenya baik dengan pH antara 5.5-6.0.
Jeruk Nipis merupakan varietas asli Indonesia. Nipis umumnya dikenal
masyarakat sebagai tanaman jeruk yang hanya menghasilkan buah yang
konsumsinya hanya sebatas manfaat sebagai obat tradisional saja. Nipis merupakan
varietas yang cenderung cepat berbuah, mudah dibudidayakan, banyak dan sangat
mudah dijumpai di sekitar kita, namun demikian belum dilakukan penelitian
mengenai potensinya sebagai batang bawah. [komunikasi singkat dengan pihak
Balitjestro].
Cekaman Kekeringan dengan PEG
Pengaruh cekaman kekeringan tidak saja menekan pertumbuhan dan hasil
bahkan menjadi penyebab kematian tanaman. Saat terjadi kekeringan, sebagian

6

stomata daun menutup akibat penurunan turgiditas sel penjaga sehingga terjadi
hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis.
Tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan memiliki mekanisme
mempertahankan turgor agar tetap di atas nol sehingga potensial air jaringan tetap
rendah dibandingkan potensial air eksternal sehingga tidak terjadi plasmolisis
(Jones dan Turner 1980). Salah satu mekanisme ketahanan terhadap cekaman
kekeringan lainnya yaitu kemampuan mengontrol transpirasi. (Pitono et al. 2008).
PEG merupakan agen penyeleksi yang bersifat osmotikum (menurunkan
potensial air). Potensial air (Ψ) adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau
bagian sistem yang dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan
potensial kimia air murni (pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama), potensial
kimia air murni bernilai nol (Salisbury dan Ross 1995). Jika potensial kimia air
tertentu kurang dari potensial kimia air murni, maka potensial airnya akan bernilai
negatif. Cekaman air pada tanaman terjadi saat potensial air bernilai negatif. Air
dapat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pertumbuhan sel merupakan respon awal ditunjukkan terhadap cekaman air.
Penggunaan polietilen glikol (PEG) untuk menginduksi cekaman
kekeringan pada tanaman sudah banyak diterapkan. PEG dengan berat molekul
6000 paling tepat digunakan untuk menginduksi cekaman kekeringan pada
tanaman karena mampu mengurangi potensial air pada larutan nutrisi tanpa
menyebabkan keracunan (Rahayu 2007). Senyawa polietilen glikol (PEG)
merupakan senyawa yang dapat menurunkan potensial osmotik larutan melalui
aktivitas matriks sub-unit etilena oksida yang mampu mengikat molekul air dengan
ikatan hidrogen (Rahayu et al. 2005).
Penambahan PEG ke dalam media kultur diharapkan dapat menciptakan
kondisi cekaman karena ketersediaan air bagi tanaman menjadi berkurang.
Menurut Short et al. (1987) menyatakan bahwa kultur in vitro PEG dapat
menginduksi cekaman kekeringan dan berkorelasi positif dengan yang terjadi di
lapang atau rumah kaca. Konsentrasi PEG 10, 20 dan 30% merupakan konsentrasi
yang biasa digunakan untuk simulasi cekaman kekeringan dilapang (Salisbury dan
Ross 1995).
Penggunaan PEG sebagai senyawa penyeleksi in vitro telah banyak
digunakan untuk penapisan kekeringan pada tanaman semusim antara lain: pada
kedelai (Widoretno 2002), dan pada kacang tanah (Rahayu 2005,2007). Hasil
penelitian Kurkani dan Deshpande (2007) penggunaan 4 konsentrasi PEG 0, 20, 40,
60 g/l mampu menapis tanaman tomat terhadap kekeringan berkisar 60 g/l.
Kelompok tanaman tahunan penelitian serupa pernah dilakukan pada
tanaman andalas (Ahmad et al. 2007). Konsentrasi PEG yang umum dipakai untuk
tumbuhan berkayu seperti Mulbery-Morus sp. (Tewary et al. 2000) adalah kisaran
1-10% dengan konsentrasi rata-rata yang dapat ditolelir oleh tanaman berkisar
antara 4-5%. Pengujian simulasi kekeringan pada tanaman tahunan telah dilakukan
pada tanaman andalas. Induksi pembentukan dan pertumbuhan akar terhambat
akibat adanya 1-4% PEG pada media, dimana semakin tinggi konsentrasi PEG
semakin sedikit akar yang dihasilkan dan pertumbuhan tunas terganggu. Namun
demikian penelitian serupa belum pernah dilakukan pada tanaman hortikultura
tahunan seperti jeruk.

7

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 hingga Januari 2013,
bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan Penelitian
Bahan tanaman jeruk yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Kota Batu, Jawa Timur. Batang
bawah yang digunakan yaitu Rough Lemon, Kunci 10, dan Nipis. Eksplan yang
digunakan merupakan stek yang berasal dari tunas kecambah vegetatif biji jeruk
yang disemai dalam media in vitro.
Bahan lain yang digunakan dalam penelitian yaitu media Murashige-Skoog
(MS), sukrosa, agar-agar, HCL, KOH, polietilen glikol (PEG), NAA, dan air steril.
Bahan penyeteril (sterilan) antara lain bakterisida, fungisida, sodium hiploklorit,
Alkohol 70% dan 96%, serta klorox. Media perlakuan merupakan modifikasi MS
penuh (MS0) yang ditambahkan dengan NAA dan PEG sebagai senyawa
penyeleksi.
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC),
autoklaf, timbangan analitik, cawan petri, gelas ukur, mikropipet, alat tanam
(pinset, gunting, dan skalpel), pH meter, botol kultur, peralatan gelas, bunsen dan
sprayer.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan terdiri dari dua
faktor.
Faktor pertama yaitu konsentrasi PEG yang terdiri dari 4 taraf :
P1 : MS + 2 mg/l NAA + 0 g/l PEG setara dengan 0% (0 bar)
P2 : MS + 2 mg/l NAA + 20 g/l PEG setara dengan 2% (-0.12 bar)
P3 : MS + 2 mg/l NAA + 40 g/l PEG setara dengan 4% (-0.32 bar)
P4 : MS + 2 mg/l NAA + 60 g/l PEG setara dengan 6% (-0.59 bar)
Faktor kedua yaitu varietas batang bawah jeruk, terdiri dari 3 taraf :
V1 : Rough Lemon
V2 : Kunci-10
V3 : Nipis
Model matematika untuk rancangan yang digunakan adalah :
Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + εij

8

Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan varietas media ke-i, varietas ke-j
µ
= rataan umum
αj
= pengaruh konsentrasi atau penambahan PEG taraf ke-i
βk = pengaruh perlakuan varietas taraf ke-j
(αβ)ij = Interaksi antara penambahan PEG taraf ke-i dengan varietas taraf ke-j
εij = Pengaruh galat perlakuan media ke-i, varietas ke-j
Penelitian terdiri atas 12 kombinasi perlakuan dengan 14 ulangan. Masingmasing ulangan terdiri atas satu satuan percobaan yang terdiri dari satu botol
dengan satu eksplan di dalamnya. Data pengamatan diuji menggunakan uji F pada
taraf nyata (α) 5%. Perlakuan yang menunjukkan pengaruh berbeda nyata akan
diuji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

Prosedur Percobaan
Sterilisasi Alat
Sterilisasi dilakukan terhadap peralatan tanam dan botol kultur. Semua
alat tanam (gunting, pisau, pinset), cawan petri, botol kultur direndam dalam
larutan desinfektan selama 30 menit, dicuci bersih dengan air mengalir, dan
dikeringkan. Kemudian peralatan tersebut disetrilisasi dalam autoklaf dengan suhu
121°C, tekanan 0.1 bar selama 60 menit. Sebelum alat digunakan alat dipanaskan
dalam oven selama 24 jam.
Sterilisasi Bahan Tanam
Buah jeruk diekstraksi untuk memisahkan biji jeruk dari daging buah.
Sterilisasi biji dilakukan dua kali, di luar dan dalam laminar air flow cabinet
(LAFC). Sterilisasi pertama dengan merendam biji selama 10 menit dalam larutan
sabun, lalu direndam dengan larutan desinfektan selama 15 menit. Biji dibilas
dengan air mengalir kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan.
Sterilisasi kedua dilakukan dalam LAFC. Tahap ini diawali dengan
merendam biji dalam Klorox 30% selama 30 menit, bilas dalam aquades steril,
dilanjutkan dengan merendam biji dalam Klorox 20% selama 20 menit, kemudian
bilas dalam aquades steril, dan terakhir merendam biji selama 10 menit dalam
Klorox 10%, setelah itu bilas dalam air steril sebanyak 3 kali.
Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga varietas
berdasarkan tujuan pengunaannya, yaitu media prekondisi, media pemeliharaan,
dan media perlakuan. Media prekondisi merupakan media pengecambahan yang
digunakan dalam penelitian ini. Media prekondisi yang digunakan yaitu media
Hyponex. Media ini digunakan karena mengandung beberapa unsur hara yang
dapat mendukung pertumbuhan biji pada awal pengecambahan. Media Hyponex
berupa serbuk berwarna hijau yang sudah mengandung hara kompleks. Serbuk
Hyponex sebanyak 2 g ditimbang dan dilarutkan bersama dengan vitamin 10 ml/l
dan myo-inositol 10 ml/l ke dalam 1 liter aquades. Kemudian larutan
dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer, setelah homogen 7 g agar sebagai

9

pemadat ditambahkan ke dalam larutan media dan dimasak hingga mendidih, lalu
dituang ke dalam botol kultur steril. Botol yang telah berisi media dimasukkan ke
dalam autoklaf selama 30 menit dengan tekanan 17.5 psi. Media yang telah steril
disimpan dalam ruang kultur.
Media MS0 merupakan media pemeliharaan. Pembuatan media MS0
diawali dengan menyiapkan larutan stok A, B, C, D, E, F seperti dalam Lampiran
1. Pembuatan larutan stok bertujuan untuk mempermudah proses pembuatan media
dalam jumlah banyak. Stok A, B, C, D, E, F, myo inositol dan vitamin dipipet dan
dimasukkan dalam gelas. Larutan ditera hingga mencapai volume 1 liter dengan
aquades. Larutan MS0 dihomogenkan dengan magnetic stirer dan diukur hingga
pH mencapai 5.8. Pengukuran pH dilakukan dengan meggunakan kertas lakmus
indikator, dan dengan bantuan buffer basa (NaOH) jika pH terlalu asam, buffer
asam (HCl) jika pH terlalu basa. Sebanyak 30 g/l gula, dan 7g/l agar ditambahkan
dalam media, lalu larutan MS0 dimasak hingga mendidih dan dituang dalam botol
kultur yang telah steril. Selanjutnya media dimasukkan dalam autoklaf selama 30
menit dengan tekanan 17.5 psi. Media yang telah steril disimpan dalam ruang
kultur.
Media perlakuan yang digunakan yaitu media dasar MS0 yang ditambah
dengan 2 mg/l NAA dan polietilen glikol (PEG 6000) sesuai taraf perlakuan,
dengan penambahan agar 7-10.5 g/l. NAA adalah zat pengatur tumbuh sintetik dari
golongan auksin yang berfungsi merangsang pembentukan akar. PEG adalah
senyawa yang bersifat osmotikum yang memiliki kemampuan menurunkan
potensial air dalam media. Media yang telah masak dimasukkan ke dalam botol
kultur steril dan disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰ C dan tekanan
17.5 psi selama 30 menit.
Pengecambahan dan Pemeliharaan Tunas
Biji steril yang telah dikupas kulit kerasnya (testa) ditanam dalam media
prekondisi. Media prekondisi digunakan untuk mengetahui tingkat kesterilan bahan
tanam sebelum dijadikan eksplan penelitian. Setiap botol ditanami empat sampai
lima biji jeruk. Kultur selanjutnya disimpan dalam ruang gelap untuk memperceat
proses pengecambahan. Biji jeruk mulai berkecambah pada minggu ke-4.
Penanaman Eksplan
Pekerjaan menanam berlangsung dalam LAFC yang telah disterilkan.
Sterilisasi dilakukan dengan menyemprot LAFC dengan alkohol 70% disekeliling
sisi laminar. Penanaman dilakukan dengan tangan yang bersih dan steril. Eksplan
yang disubkultur dalam media perlakuan merupakan stek dengan satu sampai dua
daun. Stek disubkultur ke dalam media MS0 untuk pembesaran, hingga jumlah
buku bertambah sampai pada jumlah kebutuhan eksplan. Eksplan merupakan stek
yang memiliki kurang lebih satu hingga dua mata tunas aksilar. Eksplan ditanam
dengan posisi vertikal, setiap botol terdiri atas satu eksplan.
Pemeliharaan
Biji jeruk yang telah ditanam dalam botol disimpan dalam ruang kultur.
Suhu dalam ruangan diatur konstan 25°C, setiap rak kultur dilengkapi dengan
lampu yang bertujuan sebagai pengganti sinar matahari. Rak kultur disemprot
menggunakan alkohol 70% dan dikeringkan menggunakan tisu setiap minggu saat

10

pengamatan. Karet penutup yang kendor selalu diganti agar botol tetap tertutup
rapat dan menghindari peluang kontaminasi. Tanaman yang terkontaminasi
diturunkan dan dikeluarkan dari ruang kultur agar tidak menjadi sumber
kontaminan.
Pengamatan
Peubah diamati mulai 0-8 minggu setelah kultur (MSK), peubah tersebut
yaitu:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris mulai permukaan media hingga
ujung pucuk tanaman (titik tumbuh). Data yang diolah merupakan nilai
pertambahan tinggi eksplan setiap minggu (Δt minggu ke-n)
2. Jumlah daun
Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Data yang
diolah merupakan jumlah pertambahan daun.
3. Jumlah akar
Setiap akar yang muncul dihitung jumlah total untuk setiap eksplan. Data yang
diolah adalah data jumlah akar setiap minggu.
4. Panjang akar
Panjang akar dihitung menggunakan penggaris. Akar yang yang telah diukur
dibubuhi tanda. Akar tesebut yang selalu diukur panjangnya hingga 8 MSK,
satu akar untuk setiap eksplan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian yang telah dilaksanakan bertujuan untuk menjelaskan pengaruh
cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan beberapa varietas batang bawah jeruk
secara in vitro. Penelitian ini memanfaatkan senyawa penyeleksi yaitu polietilen
glikol (PEG) sebagai pengatur cekaman kekeringan. Senyawa PEG merupakan
senyawa osmotikum, yaitu senyawa yang dapat mengakibatkan penurunan
potensial air. PEG merupakan polimer yang bersifat stabil, non ionik, dan larut
dalam air. Varietas batang bawah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rough Lemon (Gambar 1A), Kunci-10 (Gambar 1B), dan Nipis (Gambar 1C).

A

B

Gambar 1 Varietas batang bawah yang digunakan dalam penelitian :
A. Rough Lemon, B. Kunci-10, dan C. Nipis

C

11

Eksplan yang digunakan merupakan stek yang berasal dari kecambah biji
jeruk yang disemai dalam media in vitro seperti pada Gambar 2A. Biji jeruk
bersifat poliembrioni, menghasilkan kecambah vegetatif dan kecambah zigotik
(Gambar 2B). Eksplan dalam penelitian ini merupakan stek tunas tanpa pucuk
yang memiliki 1-2 helai daun seperti ditunjukkan pada Gambar 2C.

A

C

B

Gambar 2 Tahapan penyediaan bahan tanam dalam penelitian
A. Pengecambahan biji jeruk in vitro B. Kecambah jeruk in vitro
C. Eksplan stek jeruk
Gambar 3 menunjukkan kondisi ekspan selama penelitian, pada minggu
kedua pengamatan (2 MSK) dijumpai beberapa tanaman yang mengalami
kontaminasi. Kontaminasi dapat terjadi karena beberapa faktor, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal berasal dari bahan tanam yang kurang steril,
sementara faktor eksternal antara lain alat, lingkungan tanam. Kontaminasi tidak
hanya dijumpai pada minggu awal saja, tetapi dijumpai hingga 8 MSK.
Kontaminan tersebut diantaranya berasal dari golongan cendawan dan bakteri,
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3B dan 3C. Cendawan dan bakteri yang
banyak dijumpai umumnya muncul dari pinggir dinding botol, kemudian menyebar
ke permukaan media.
Kontaminasi diduga terjadi akibat mikroorganisme seedborne dalam
jaringan tanaman. Dugaan lain yaitu suhu ruang kultur yang tidak stabil, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang optimum selama pemeliharaan. Botol dan alat
tanam harus dipastikan berada tepat di depan bunsen yang menyala saat menanam
eksplan, hal ini dimaksudkan agar mikroorganisme dapat mati akibat uap panas
yang berasal dari bunsen.

A

B

Gambar 3 Kontaminasi eksplan
A. Eksplan steril B. Eksplan terkontaminasi cendawan
B. C. Eksplan terkontaminasi bakteri

C

12

Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan salah satu peubah dalam penelitian ini. Tinggi
tanaman dihitung dari permukaan media hingga ujung
pucuk tanaman.
Pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali. Data yang diolah merupakan ratarata pertambahan tinggi tanaman jeruk, bukan tinggi yang sesungguhnya.
Pengamatan peubah tinggi tanaman dilakukan sejak 1 hingga 8 MSK. Tabel
2 menunjukkan bahwa penambahan PEG berpengaruh nyata terhadap pertambahan
tinggi tanaman pada 1, 4, dan 6 MSK. Perbedaan varietas batang bawah jeruk tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jeruk pada 1-8 MSK. Interaksi antara
penambahan PEG dan perbedaan varietas terhadap pertambahan tinggi tanaman
jeruk berpengaruh nyata pada 3 dan 6 MSK.
Penambahan PEG memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman jeruk, diduga karena sifat PEG sebagai senyawa osmotikum yang
mengakibatkan penurunan potensial air sehingga menghambat penyerapan hara
oleh tanaman.
Tabel 2 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap
rataan pertambahan tinggi tanaman jeruk
Sumber keragaman
PEG
Varietas
Interaksi media dan varietas
KK( %)

Pengamatan (MSK)
1
*
tn
tn
8.34

2
tn
tn
tn
8.26

3
tn
tn
*
6.9

4
*
tn
tn
6.48

5
tn
tn
tn
4.93

6
*
tn
*
9.05

7
tn
tn
tn
10.53

8
tn
tn
tn
12.63

Keterangan : **) berpengaruh sangat nyata p≤0.01 ; *) berpengaruh nyata p≤0.05 ; tn=tidak nyata;
KK= Koefisien keragaman; data di transformasi (x+0.5)1/2 sebelum diolah
menggunakan SAS

Tabel 3 menunjukkan rataan pertambahan tinggi tanaman jeruk pada media
tanpa PEG (P1) memiliki nilai rataan tertinggi yaitu 0.12 cm. Rataan tinggi
tersebut secara statistik berbeda nyata dengan perlakuan penambahan PEG 2%, 4%,
dan 6%. Rataan tinggi tanaman jeruk cenderung mengalami penurunan seiring
peningkatan konsentrasi PEG. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi PEG
dalam media nyata menghambat pertumbuhan tinggi tanaman sejak konsentrasi
PEG terendah yaitu 2%. Kondisi penurunan terus berlangsung hingga akhir
pengamatan (8 MSK).
Tabel 3 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan tinggi tanaman
jeruk (cm)
Media
perlakuan
PEG 0% (P1)
PEG 2% (P2)
PEG 4% (P3)
PEG 6% (P4)

1
0.12a
0.06b
0.06b
0.06b

2
0.08
0.05
0.07
0.06

3
0.05
0.03
0.05
0.05

Pengamatan (MSK)
4
5
6
0.08a
0.05
0.11a
0.05b
0.02
0.02b
0.03b
0.04
0.06ab
0.03b
0.02
0.04b

7
0.11
0.03
0.05
0.05

8
0.12
0.08
0.09
0.06

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
DMRT 5% P1 : 0 g/l PEG setara 0% (0 bar) P2 : 20 g/l PEG setara 2% (-0.12 bar) P3 :
40 g/l PEG setara 4% (-0.32 bar) P4 : 60 g/l PEG setara 6% (-0.59 bar)

13

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwirmen (2011) yang
menyatakan bahwa penambahan PEG 2-3% sebagai senyawa pengatur cekaman
kekeringan menyebabkan tunas aksilar sangat sulit untuk terinisisasi
pembentukannya, hal tersebut diduga karena penurunan potensial air
mengakibatkan terhambatnya sintesis sitokinin dalam tanaman. Sitokinin banyak
dijumpai pada jaringan tanaman yang sedang aktif membelah khususnya bagian
ujung akar, jika proses pembelahan sel akar terhambat maka akan terhambat pula
biosintesis sitokinin dalam tanaman.
Interaksi antara varietas dan konsentrasi PEG tersaji dalam Tabel 4. Data
dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa pada minggu ke-3 peningkatan konsentrasi
PEG tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rataan tinggi
tanaman. Rough Lemon cenderung mengalami peningkatan rataan tinggi seiring
peningkatan konsentrasi PEG meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan
kontrol (0%). Kunci-10 mengalami penurunan rataan tinggi seiring peningkatan
konsentrasi PEG, namun secara statistik perlakuan kontrol 0% PEG berbeda nyata
dengan 6% PEG. Penurunan rataan tinggi yang terjadi pada Kunci-10 di minggu
ke-3 sangat nyata jika dibandingkan dengan dua varietas lainnya. Sementara itu
varietas Nipis menunjukkan respon pertumbuhan yang stabil terhadap kondisi
cekaman hingga akhir pengamatan.
Konsentrasi PEG dan perbedaan varietas tidak menunjkkan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap rataan pertambahan tinggi tanaman pada minggu ke-6
(Tabel 4). Ketiga varietas cenderung menunjukkan respon negatif terhadap
konsentrasi PEG pada akhir pengamatan (8 MSK). Rataan pertambahan tinggi
menurun seiring meningkatnya konsentrasi PEG, meskipun secara statistika angka
tersebut tidak berbeda nyata. Varietas Nipis cenderung menunjukkan respon
pertumbuhan yang stabil, dilanjutkan dengan Rough Lemon dan Kunci-10 pada
kondisi cekaman yang disimulasi melalui penambahan PEG.
Tabel 4 Interaksi PEG dan varietas tanaman jeruk batang bawah terhadap rataan
pertambahan tinggi (cm)
Varietas

Rough
Lemon

Kunci10

Nipis

Media
perlakuan
PEG 0% (P1)
PEG 2% (P2)
PEG 4% (P3)
PEG 6% (P4)
PEG 0% (P1)
PEG 2% (P2)
PEG 4% (P3)
PEG 6% (P4)
PEG 0% (P1)
PEG 2% (P2)
PEG 4% (P3)
PEG 6% (P4)

3
0.02bc
0.01c
0.05abc
0.08ab
0.10a
0.04abc
0.05abc
0.01c
0.04abc
0.04abc
0.06abc
0.04abc

4
0.08
0.05
0.03
0.04
0.07
0.0
0.03
0.03
0.09
0.04
0.03
0.01

Pengamatan (MSK)
5
6
0.03
0.04b
0.01
0.03b
0.05
0.10b
0.02
0.04b
0.05
0.08b
0.01
0.04b
0.02
0.00b
0.02
0.03b
0.06
0.20b
0.02
0.00b
0.04
0.08a
0.01
0.05b

7
0.07
0.06
0.06
0.06
0.11
0.02
0.03
0.05
0.15
0.02
0.04
0.05

8
0.10
0.12
0.05
0.11
0.17
0.06
0.08
0.05
0.10
0.07
0.14
0.01

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
DMRT 5% ; P1 : 0 g/l PEG setara 0% (0 bar) P2 : 20 g/l PEG setara 2% (-0.12 bar)
P3 : 40 g/l PEG setara 4% (-0.32 bar) P4 : 60 g/l PEG setara 6% (-0.59 bar)

2

14

Penambahan PEG diduga mengganggu proses penyerapan air dan garam
mineral oleh sel-sel yang berinteraksi langsung dengan media tanam. Menurut
penelitian El Rahman (2007) penambahan PEG pada media pembentukan tunas
mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tunas pucuk dan penurunan bahkan
terhambatnya pembentukan tunas baru secara progresif. Hal tersebut juga
dikemukakan Haghighatnia et al. (2011), bahwa peningkatan cekaman kekeringan
nyata menurunkan tinggi dan diameter batang tanaman jeruk.
Varietas Rough Lemon cenderung mengalami peningkatan rataan
pertambahan tinggi seiring dengan meningkatnya konsentrasi PEG meskipun tidak
berbeda nyata. Kondisi tersebut diduga karena Rough Lemon memiliki
kemampuan adaptasi yang lebih cepat dibanding varietas lainnya. Dugaan tersebut
didasarkan atas penelitian Bhusal et al. (2002) yang mengemukakan bahwa
varietas Rough Lemon cenderung mampu tumbuh dengan baik pada lingkungan
cekaman kekerigan.
Jumlah Daun
Jumlah daun merupakan salah satu peubah yang diamati dalam penelitian
pada 0-8 MSK. Eksplan yang digunakan memiliki jumlah daun yang tidak
seragam. Jumlah daun pada saat 0 MSK merupakan data awal sebelum
pengamatan dimulai. Tunas pada tanaman adalah tunas lateral yang berkembang
menjadi daun baru. Daun baru yang dihitung adalah daun yang telah membuka
sempurna. Data yang diolah merupakan pertambahan jumlah daun tanaman jeruk.
Pengamatan dan pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali.
Analisis ragam pada Tabel 5 menjukkan bahwa secara keseluruhan baik
perlakuan penambahan PEG maupun perbedaan varietas tidak memberikan
pengaruh yang nyata pada peubah pertambahan jumlah daun tanaman jeruk.
Tanaman hanya menunjukkan respon akibat perlakuan pada minggu-mingu
tertentu saja, demikian juga dengan interaksi yang terjadi. Penambahan PEG tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman jeruk
sejak 1-7 MSK. Penambahan PEG berpengaruh sangat nyata pada 8 MSK.
Perbedaan varietas tanaman jeruk batang bawah tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap pertambahan jumlah daun hingga 8 MSK. Pengaruh varietas terhadap
jumlah daun hanya ditunjukkan pada 1 MSK. Interaksi yang nyata antar kedua
faktor terhadap peubah hanya ditemukan pada 7 MSK.
Tabel 5 Hasil analisis ragam pengaruh penambahan PEG dan varietas terhadap
rataan pertambahan jumlah daun tanaman jeruk
Sumber keragaman

Pengamatan (MSK)
1

2

3

4

5

6

7

8

Varietas

tn
**

tn
tn

tn
tn

tn
tn

tn
tn

tn
tn

tn
tn

**
tn

Interaksi media dan varietas

tn

tn

tn

tn

tn

tn

*

tn

KK( %)

7.3

7.49

7.91

5.95

6.66

8.17

6.01

6.13

PEG

Keterangan : **) berpengaruh sangat nyata p≤0.01 ; *) berpengaruh nyata p≤0.05 ; tn=tidak nyata;
KK= Koefisien keragaman; data ditransformasi (x+2)1/2 sebelum diolah
menggunakan SAS

15

Tabel 6 menunjukkan bahwa penambahan PEG berkorelasi negatif
terhadap pertambahan daun. Rataan pertambahan jumlah daun tertinggi yaitu
sebesar 0.21 helai daun terdapat pada perlakuan tanpa penambahan PEG (P1)
minggu ke-8 pengamatan. Nilai pada P1 (0% PEG) secara statistik tidak berbeda
nyata dengan perlakuan penambahan 2% PEG (P2), namun demikian pada taraf
konsentrasi terendah (2% PEG) rataan pertambahan jumlah daun mulai mengalami
penurunan. Perlakuan 4% PEG (P3) secara statistik tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 6% PEG (P4) pada peubah jumlah daun yang diamati pada 8 MSK.
Namun demikian pada 8 MSK rataan pertambahan jumlah daun menunjukkan
angka nol yang berarti pada minggu tersebut tidak terjadi pertambahan jumlah
daun.
Tabel 6 Pengaruh penambahan PEG terhadap rataan pertambahan daun tanaman
jeruk (helai)
Media
perlakuan
PEG 0% (P1)
PEG 2% (P2)
PEG 4% (P3)
PEG 6% (P4)

1
0.08
0.07
0.14
0.07

2
0.05
0.19
0.12
0.14

3
0.05
0.15
0.10
0.19

Pengamatan (MSK)
4
5
0.05
0.05
0.10
0.10
0.03
0.08
0.12
0.07

6
0.13
0.20
0.15
0.12

7
8
0.00 0.21a
0.05 0.10ab
0.13 0.05b
0.07 0.00b

Keterangan : Rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
DMRT 5% P1 : 0 g/l PEG setara 0% (0 bar) P2 : 20 g/l PEG setara 2% (-0.12 bar) P3 :
40 g/l PEG setara 4% (-0.32 bar) P4 : 60 g/l PEG setara 6% (-0.59 bar)

Semakin tinggi konsentrasi PEG yang ditambahkan dalam media,
pembentukan daun baru semakin terhambat. Idris dan Mansyurdin (2011)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa cekaman kekeringan yang dialami oleh
tanaman mengakibatkan penurunan jumlah sel yang menyusun organ daun akibat
terhentinya aktivitas pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal senada
dikemukakan oleh Rahayu et al. (2005) bahwa dampak negatif cekaman osmotik
adalah penurunan sintesis dinding sel, sintesis protein, pembentukan protoklorofil
dan pembelahan sel yang mengakibatkan terhambatnya pertambahan jumlah daun.
Selain itu, menurut penelitian Widiastoety dan Nurmalinda (2010) dalam jaringan
daun yang mengalami tekanan osmotik terdapat akumulasi asam absisat (ABA)
dalam jaringan tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Perbedaan varietas memberikan pengaruh terhadap rataan pertambahan
jumlah daun pada 1 MSK seperti tersaji dalam Tabel 7. Rataan pertambahan
jumlah daun varietas Rough Lemon berbeda nyata dengan varietas Kunci-10 dan
Nipis. Rataan pertambahan jumlah daun tertinggi pada 1 MSK terdapat pada
varietas Rough Lemon yaitu sebesar 0.23 helai daun, sedangkan varietas Kunci-10
memiliki rataan pertambahan jumlah daun yang tidak berbeda nyata dengan
varietas Nipis yaitu sebesar 0.02 helai daun.
Nilai rataan yang ditunjukkan pada pertambahan jumlah daun tanaman
jeruk secara statistik sangat kecil, yaitu kurang dari satu (n