Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta Hubunganya terhadap Kesuksesan Agribisnis (Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi)

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DAN PRAKTEK MANAJEMEN
BERPERSPEKTIF ISLAM SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP
KESUKSESAN AGRIBISNIS
(Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi)

TAUFIK HIDAYAT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Karakteristik
Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta
Hubungannya terhadap Kesuksesan Agribisnis (Kasus Tiga Wirausaha di
Kabupaten Bogor dan Sukabumi)” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Taufik Hidayat
NIM H34090027

ABSTRAK
TAUFIK HIDAYAT. Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif
Islam serta Hubungannya terhadap Kesuksesan Agribisnis (Kasus Tiga Wirausaha di
Kabupaten Bogor dan Sukabumi). Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA
Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia dengan jumlah penduduk muslim
mencapai angka 205 juta. PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu
membangun perekonomiannya apabila memiliki wirausaha sebanyak dua persen dari
jumlah penduduknya. Namun, Indonesia masih belum mencapai target jumlah wirausaha
tersebut. Di sisi lain, sektor agribisnis Indonesia memiliki potensi yang besar dan
berperan penting dalam pengembangan perekonomian nasional. Namun, sektor ini masih
belum banyak berkembang. Masalah ini mungkin disebabkan banyaknya wirausaha yang

melakukan aktivitas dalam kegiatan agribisnis yang tidak halal dan termasuk tindakan
kriminalitas yang tidak diberkahi Allah SWT. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis karakteristik wirausaha dan praktek manajemen berperspektif Islam serta
hubungannya pada kesuksesan agribisnis. Fenomenologis mencoba memotret aktivitas
wirausaha muslim dan praktek manajemen agribisnis yang dijalankannya. Ada tiga
wirausaha yang dipilih untuk kasus penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga
wirausaha tersebut memiliki karakteristik Islam yaitu siddiq, amanah, fatanah dan tabligh
serta menerapkan praktek manajemen agribinis yang islami dalam berwirausaha. Ketiga
wirausaha juga mengalami kesukesan usaha agribisnis yang didasarkan pada nilai Islam
dan perkembangan usaha. Terdapat hubungan positif antara karakteristik wirausaha dan
praktek manajemen berperspektif Islam terhadap kesuksesan usaha agribisnis.
Kata kunci: fenomenologis, karakteristik wirausaha, perspektif Islam, praktek manajemen

ABSTRACT
TAUFIK HIDAYAT. The Entrepreneur’s Characteristics and Management Practices in
Islamic Perspective also its Relationships to Success of Agribusiness (Case Stduy of
Three Entrepreneurs in Bogor and Sukabumi Regency). Supervised by WAHYU BUDI
PRIATNA
Indonesia is the country with the largest Moslems population in the world with 205
million of Moslems. United Nation said that the country will be able to build its economy

if it has the amount of entrepreneurs as much as 2% of the population. But, unfortunately
Indonesia still has not reached the number. On the other hand, the agribusiness sector in
Indonesia has a great potential and plays an important role in the development of the
national economy. However, this sector still has not been much developed. This problem
may be caused by many entrepreneurs who do activities in agribusiness is not halal, might
include criminality and not blessed by Allah SWT. The objectives of this research are to
analyze the entrepreneur’s characteristic and management practice in Islamic perspective
also its relationships to success of agribusiness. Phenomenology is a method which tries
to capture the Muslim entrepreneur activities and their management practice. There were
three entrepreneurs selected for the case studies. The results of the study showed that they
have Islamic characteristics, such as siddiq, amanah, fatanah and talbligh. They have
implemented Islamic management of agribusiness in their enterprises. They also have got
success of agribusiness based on Islamic value and agribusiness development. There are
positive relationships between Islamic entrepreneur characteristics and management
practices and their success of agribusiness.
Keywords: Entrepreneur’s Characteristics, Islamic Perspective, Management Practices,
Phenomenology

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DAN PRAKTEK MANAJEMEN
BERPERSPEKTIF ISLAM SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP

KESUKSESAN AGRIBISNIS
(Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi)

TAUFIK HIDAYAT

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif
Islam serta Hubunganya terhadap Kesuksesan Agribisnis
(Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi)

Nama
: Taufik Hidayat
NIM
: H34090027

Disetujui oleh

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul

Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta
Hubungannya terhadap Kesuksesan Agribisnis (Kasus Tiga Wirausaha di
Kabupaten Bogor dan Sukabumi). Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi
umat manusia
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku
dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Burhanuddin, MM
selaku dosen penguji utama dan Anita Primaswari Widhiani, SP MSi selaku dosen
penguji dari Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis. Di samping itu, terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Rachmalia Ramadhannissa yang telah
bersedia menjadi pembahas pada seminar hasil penelitian ini. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Afnaan Wasom, Bapak Mukhlis
Yusuf dan Bapak Mulyadi yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Ir Harmini, MSi selaku wali
akademik selama menjalani perkuliahan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala dukungan dari
rekan-rekan Agribisnis 46 IPB, SES-C FEM IPB, PSM IPB Agriaswara, FORCES
IPB, dan Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat.


Bogor, Juli 2013

Taufik Hidayat

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Wirausaha Berperspektif Islam
Praktek Manajemen Berperspektif Islam
Kesuksesan Usaha Berperspektif Islam
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penentuan Responden
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA MUSLIM BERPERSPEKTIF
ISLAM
Keragaan Responden Wirausaha Muslim
Karakteristik Wirausaha Muslim Berperspetif Islam
Perbandingan Penilaian Karakteristik Wirausaha Berperspektif Islam
ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN BERPERSPEKTIF ISLAM
Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Peternakan Mitra Tani
Farm
Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Kehutanan Tiga Dara
Group
Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Pertanian Amal Mulia
Sejahtera
Perbandingan Praktek Manajemen Berperspektif Islam
ANALISIS KESUKSESAN USAHA AGRIBISNIS

HUBUNGAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DAN PRAKTEK
MANAJEMEN BERPERSPEKTIF ISLAM TERHADAP KESUKSESAN
USAHA AGRIBISNIS
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
x
x
x
1
1
3
3
4
4

4
5
6
6
13
15
15
15
15
16
17
20
20
25
29
30
30
40
50
57

57

59
61
61
61
61
64
67

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Rekapitulasi sasaran unit usaha UMKM baru tahun 2006-2009
Jumlah sampel pekerja dan pelanggan
Indikator variabel karakteristik siddiq
Indikator variabel karakteristik amanah
Indikator variabel karakteristik tabligh
Indikator variabel karakteristik fatanah
Keragaan responden wirausaha muslim agribisnis
Penilaian terhadap nilai-nilai siddiq pada wirausaha
Penilaian terhadap nilai-nilai amanah pada wirausaha
Penilaian terhadap nilai-nilai tabligh pada wirausaha
Penilaian terhadap nilai-nilai fatanah pada wirausaha
Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik
wirausaha MTF
Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik
wirausaha TDG
Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik
wirausaha AMS
Perbandingan penilaian karakteristik wirausaha berperpektif Islam
Perbandingan praktek manajemen berperspektif Islam
Kesuksesan tiga usaha agribisnis
Karakteristik wirausaha, praktek manajemen dan kesuksesan usaha tiga
wirausaha

1
16
18
19
19
19
24
25
25
26
26
27
28
29
29
57
59
60 

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kerangka pemikiran operasional
Struktur organisasi Mitra Tani Farm
Struktur organisasi Tiga Dara Group
Struktur organisasi Amal Mulia Sejahtera
Distribusi responden terhadap karakteristik wirausaha berperspektif Islam
Makan gratis dalam rangka launching Warung Makan Karasa

14
21
22
24
27
32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Matriks perkembangan usaha agribisnis peternakan MTF 2002 – 2013
2 Matriks perkembangan usaha agribisnis kehutanan TDG 2005 – 2013
3 Matriks perkembangan usaha agribisnis pertanian AMS 2007 – 2013

64
65
66 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mengacu pada data Pew Forum on Religion and Public (2010)
perkembangan jumlah penduduk muslim di dunia saat ini mencapai angka 1.6
milyar (23.4 persen). Bahkan semakin meningkat keberadaannya di negara-negara
barat. Ada sekitar 7.5 juta muslim tinggal di US, 4 juta di Jerman, 6 juta di
Perancis, 3 juta Canada, dan 1.8 juta di UK (Hassan and Crruthers dalam Ghoul
2011). Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai angka 205 juta (88 persen dari
jumlah penduduknya). Indonesia merupakan negara tempat tinggal dari 13 persen
muslim dunia.
Suatu pernyataan dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu
membangun perekonomiannya apabila memiliki wirausaha sebanyak dua persen
dari jumlah penduduknya. Menurut data Badan Pusat Statistik (2012),
perkembangan wirausaha di Indonesia saat ini (per Januari 2012) mencapai angka
1.56 persen (3707205 orang) dari jumlah penduduk. Hal ini berarti terjadi
peningkatan yang cukup tajam dari tahun 2009, yaitu sebesar 0.24 persen
Rekapitulasi unit usaha UMKM baru yang mengintepretasikan jumlah wirausaha
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi sasaran unit usaha UMKM baru tahun 2006-2009a
Tahun
2006
2007
2008
2009
Jumlah
Target Nasional
Selisih Target
a

Unit Usaha UMKM Baru
1.348.772
1.294.147
1.251.689
1.192.468
5.200.760
6.000.000b
(799.240)

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2010); bBreakdown target nasional

Berdasarkan informasi sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa
wirausaha-wirausaha di Indonesia beragama Islam atau wirausha muslim. Di sisi
lain, target yang harus dicapai oleh Indonesia untuk tahun 2013 adalah mencapai
titik ideal minimal untuk jumlah wirausaha sejumlah 6,12 juta orang. Indonesia
berarti memerlukan lebih kurang tiga juta wirausaha. Hal ini menjadi peluang
pengembangan wirausaha muslim di Indonesia untuk dapat memenuhi target
tersebut.
Di sisi lain, sektor agribisnis Indonesia memiliki potensi yang luar biasa.
Sektor ini merupakan sektor yang berperan penting dalam pengembangan
perekonomian nasional. Hal ini disebabkan (1) sektor agribisnis sebagai penyedia
pangan dan bahan baku industri. Indonesia sebagai negara tropis memiliki banyak
varietas yang potensial untuk dibudidayakan.
Sektor agribisnis menghasilkan bermacam-macam komoditi pangan dan
hortikultura sampai peternakan yang menjadi pangan manusia dan bahan baku
untuk industri; (2) sektor agribisnis sebagai penyumbang devisa. Beberapa

2
komoditi agribisnis unggulan merupakan komoditi ekspor terbesar di dunia,
seperti kelapa sawit, kakao, dan kopi yang menyumbang devisa besar untuk
Indonesia; (3) sektor agribisnis sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sektor ini
menyerap lebih kurang 74 persen dari total tenaga kerja di Indonesia baik dalam
subsistem hulu, budidaya, hilir maupun penunjang dalam sistem agribisnis.
Namun, sayangnya sektor agribisnis Indonesia masih belum banyak
berkembang. Dari sisi sumber daya alam, varietas spesies yang beragam baik
tanaman maupun ternak masih belum dapat dikelola secara optimal. Beberapa
komoditi yang semestinya dapat dipenuhi dalam negeri terpaksa diimpor seperti
kedelai, beras dan lain-lain. Dari sisi sumber daya manusia, masih banyak petani
yang memiliki pendapatan di bawah Upah Minimum Regional (UMR) dengan
nilai tukar petani yang rendah. Dari sumber daya modal dan teknologi, sebagian
besar ekspor Indonesia masih berupa bahan mentah tanpa banyak nilai tambah dan
tersentuh oleh teknologi. Selain itu, banyaknya sumber daya alam kita yang
dikelola oleh modal asing sehingga tidak memakmurkan bangsa sendiri.
Masalah ini mungkin disebabkan banyaknya aktivitas dalam kegiatan
agribisnis yang tidak halal dan efisien, bahkan termasuk ke dalam tindakan
kriminalitas yang tidak diberkahi Tuhan. Para pengusaha terkadang menyiapkan
sejumlah uang untuk memuluskan proposal bisnisnya. Belum lagi sejumlah
pejabat negara yang memakan uang rakyat (korupsi) dan menyalahgunakan
wewenangnya untuk kepentingan pribadi.
Tidak hanya menjadi fenomena kalangan atas, tidak jarang ditemukan kasus
pedagang kecil yang mencampurkan barang dagangannya dengan kualitas rendah
bahkan senyawa-senyawa berbahaya untuk dikonsumsi manusia seperti formalin,
borak, pewarna tekstil dan lain-lain. Sedangkan seperti yang telah diketahui,
wirausaha-wirausaha Indonesia sebagian besar adalah seorang muslim. Hal ini
diduga ada syariat agama yang dilanggar yang mungkin menyebabkan sistem
agribisnis ini tidak dapat terintegrasi dan berjalan dengan baik. Selain itu,
mungkin rendahnya jumlah wirausaha di Indonesia khususnya wirausaha muslim
yang konsisten dalam menjalankan praktek manajemen yang sesuai syariat.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan wirausaha-wirausaha berbasis syariat
Islam yang dapat mencegah dan mengatasi permasalahan-permasalahan agribisnis
yang ada. Dibutuhkan seorang wirausaha muslim yang berbisnis secara halal dan
sesuai syariat Islam. Bagaimana karakteristik wirausaha berperspektif Islam yang
dapat mempengaruhi kesuksesan usaha agribisnis? Selanjutnya, bagaimana
praktek manajemen yang dilakukan wirausaha ini, sehingga mampu
mensukseskan usaha di bidang agribisnis yang dijalankan.
Mengingat pentingnya masalah tersebut, dan untuk mengetahui peran
wirausaha muslim dalam pengembangan agribisnis, maka dilakukan penelitian
yang berkaitan dengan “Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen
Berperspektif Islam serta Hubungannya terhadap Kesuksesan Agribisnis Kasus
Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi”.

3
Rumusan Masalah
Berwirausaha atau berdagang termasuk ke dalam sistem agribisnis.
Masyarakat Indonesia dalam berwirausaha, kerap kali hanya mementingkan atau
mencari laba yang besar. Hal ini mengakibatkan para pedagang sering kali
menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan laba yang besar.
Dalam hal ini, para pedagang sering melakukan perbuatan negatif yang
terkadang mengarah ke arah perbuatan illegal atau kriminal. Beberapa perilaku
tidak baik atau haram yang dilakukan diantaranya, mengurangi dan menambah
barang yang sudah disepakati, mencampurkan barang kualitas rendah dengan
barang kualitas tinggi, menyembunyikan cacat barang, memberikan senyawa
berbahaya kepada barang agar lebih awet atau menarik, dan sebagainya. Perilaku
demikian sangat ditentang dalam ajaran Islam.
Beberapa praktek yang melanggar syariat Islam seperti disampaikan pada
berita (5 Februari 2013) yang diambil dari website resmi MUI, diantaranya
penambahan kuota impor daging dengan cara ‘kongkalikong’ merupakan upayaupaya tidak sah atau haram walaupun dibeli dengan sah. Selain itu, masalah
terkait pengangkutan, penampungan, pemingsanan, hingga proses penyembelihan
atau pemotongan hewan yang halal secara benar. Seringkali menjadi tidak halal
karena titik kritis keharamannya yang cukup tinggi. Sebab produk daging dapat
menjadi tidak halal, akibat pemotongan hewan yang tidak sesuai syariat Islam
serta kontaminasi zat tidak halal dalam proses produksi (31 Mei 2011). Sebagai
contoh juga, dari sekian ribu produsen makanan dan minuman di NTB, baru
sekitar 10 persen yang sudah mengurus sertifikat halal.
Hal-hal tersebut yang pada akhirnya akan mengakibatkan konsumen tidak
percaya dan khawatir dalam mengkonsumsi produk buatan dalam negeri. Mereka
akan berkencenderungan mengkonsumsi produk impor yang mereka temukan di
supermarket-supermarket. Produsen atau petani Indonesia akan kekurangan
permintaannya jika dibandingkan dengan penawaran yang jauh lebih besar.
Kemudian lama kelamaan produksi komoditi agribisnis nasional kita akan
melemah dan tidak berkembang.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, perumusan masalah yang akan
diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik wirausaha berperspektif Islam pada sektor agribisnis?
2. Bagaimana praktek manajemen berperspektif Islam pada sektor agribisnis?
3. Bagaimana kesuksesan usaha agribisnis berdasarkan nilai Islam dan
perkembangan usaha?
4. Bagaimana hubungan dari karakteristik wirausaha dan praktek manajemen
berperspektif Islam terhadap kesuksesan usaha agribisnis?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dilakukan penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis karakteristik wirausaha berperpektif Islam.
2. Menganalisis praktek manajemen berperspektif Islam.
3. Menganalisis kesuksesan usaha agribisnis berdasarkan nilai Islam dan
perkembangan usaha.

4
4. Menganalisis hubungan karakteristik wirausaha dan praktek manajemen
berperspektif Islam terhadap kesuksesan usaha agribisnis.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Wirausaha Berperspektif Islam
Keberhasilan seorang wirausaha dipengarui oleh beberapa faktor. Salah satu
faktor dalam keberhasilan seorang wirausaha adalah mempunyai kepribadian yang
baik. Kata keperibadian berasal dari Bahasa Latin ‘persona’ yang berarti
karakteristik seseorang termasuk cara mereka berpikir, bertingkah laku dan emosi
(Abu-Bakar diacu dalam Yaacob and Azmi 2012). Kepribadian seseorang yang
berbeda satu dengan yang lain disebabkan oleh banyak faktor seperti, psikologi,
lingkungan, pendidikan, budaya dan latar belakang keluarga (Yacoob and Azmi
2012). Kepribadian ini terwujud oleh beberapa karakter yang dimiliki oleh
seorang wirausaha.
Ada beberapa pendapat atau penelitian yang menyebutkan tentang
karakteristik wirausaha. Misalnya karakteristik religius wirausaha muslim dalam
penelitian Yacob and Azmi (2012) didasarkan kepada taqwa (takut dan cinta
kepada Allah) dan memiliki kemampuan memimpin secara Islam. Dalam
penelitiannya, indikator taqwa berdasarkan Hidayah Abdul Karim (2004)
diantaranya sholat lima waktu, sholat malam, puasa, sholat dhuha, menepati janji,
selalu sabar, selalu sadar dengan dosa dan segera bertobat, bertawakal, pemaaf
dan ramah. Menurut Sheikh Abdul Munir bin Sheikh Abdul Rahim (2008),
seorang wirausaha muslim harus kemampuan memimpin untuk membangun rasa
percaya diri, memiliki martabat, tanggung jawab, kejujuran, berpengetahuan, dan
bijaksana dan tahu bagaimana caranya bersyukur.
Hasil pembahasan yang didapatkan dari penelitian mereka adalah terdapat
hubungan positif tapi lemah diantara karakteristik taqwa dan prestasi dari
wirausaha muslim yang sukses. Sedangkan untuk karakteristik kepemimpinan
secara Islam dan prestasi dari wirausaha muslim yang sukses memiliki hubungan
yang lemah tetapi positif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan signifikan diantara taqwa dan kemampuan memimpin dengan prestasi
dalam berwirausaha.
Praktek Manajemen Berperspektif Islam
Spiritualitas manajemen (manajemen usaha dalam Islam) yang dilakukan
pada usaha wirausaha ikut mempengaruhi keberhasilan suatu usaha. Konsep
spritualitas menjadi menarik dan populer dalam literatur manajemen sejak dekade
yang lalu, tidak hanya berhenti sebagai sebuah paradigma tetapi telah bergeser
menjadi disaksikan dalam ilmu keorganisasian, teori dan praktek manajemen
(Fornaciari and Dean 2004; Karakas 2010; Adamu et al 2011).
Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Kazemian and
Ghamgosar (2011) yang menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara
dimensi manajemen dalam Islam (keikhlasan, kesalehan, kerendahan hati,

5
kesabaran dan keadilan) dengan keorganisasian kewirausahaan, dengan variabel
yang paling signifikan adalah kesabaran diikuti oleh variabel kerendahan hati.
Penelitian yang dilakukan Adamu et al (2011) berjudul Spirituality in
Entrepreneurship from Islamic Perspectives: A Conceptual Analysis on the Effects
on Entrepreneurial Motivation and Social Responsibility mencoba mengeksplor
manfaat dari spiritual dalam Islam pada hasil sebuah kewirausahaan. Kesimpulan
yang diperoleh peneliti, menduga spiritual Islam dapat berpengaruh positif
terhadap sikap wirausaha dan memberikan motivasi untuk bisnis dan memberikan
sebuah katalisator untuk energi positif, peningkatan penampilan dan komitmen
untuk tanggung jawab sosial. Oleh karena manfaat potensialnya, wirausaha
muslim seharusnya menciptakan lingkungan kondusif untuk nilai rohani Islam dan
pelatihan untuk kemajuan di tempat kerja mereka dengan membawa spiritual
mereka untuk hidup di budaya organisasi mereka lewat aksi mereka.
Kesuksesan Usaha Berperspektif Islam
Menurut Wardoyo (dalam Ermawati 2006) karena berwirausaha termasuk
sebagai salah satu ibadah, ada beberapa sifat dan patokan yang harus dimiliki
seorang wirausahawan muslim ketika melakukan kegiatan wirausahanya,
diantaranya: 1) menyadari adanya sesuatu aturan yang bersifat tetap da nada yang
berubah. Aturan yang bersifat tetap adalah dalam masalah aqidah dan yang selalu
mengalami perubahan adalah dalam hal bermuamalah yang berhubungan dengan
peningkatan kualitas hidup manusia, 2) inovatif, 3) bersungguh-sungguh dalam
bekerja dan berusaha agar dapat bermanfaat bagi orang lain, dan 4) usahanya
berkelanjutan. Selanjutnya menurut Ermawati (2006), dalam Islam seorang
wirausaha dikatakan sukses sebagai pemimpin dalam menjalankan usahanya,
apabila memiliki kriteria sebagai berikut: 1) ketika pemimpin perusahaan dicintai
karyawannya, 2) pemimpin yang mampu menampung aspirasi karyawannya, 3)
pemimpin yang selalu bermusyawarah dan 4) memiliki sikap yang tegas.
Apabila karakteristik dan manajemen berperspektif Islam dapat dipadukan
maka pengembangan agribisnis akan mungkin diwujudkan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Antonio et al (2010) menyebutkan bahwa kunci
keberhasilan usaha Nabi Muhammad terkait dengan dua prinsip, (1) keberhasilan
beliau dalam membangun kepercayaan, sehingga beliau sangat dipercaya (alAmin). Orang-orang senang bertransaksi dengan beliau dan tidak segan-segan
menginvestasikan hartanya kepada beliau. Hal ini menunjukan bahwa beliau
memiliki kredibilitas berkat karakter beliau; (2) kompetensi dan kemampuan
teknis. Beliau mengetahui benar cara berinteraksi dengan (calon) pembeli atau
mitra bisnis. Beliau mengenal pasar dan seluk-beluk aktivitas perdagangan dan
perekonomian. Hal ini merupakan bentuk manajemen usaha yang baik yang
dilakukan beliau.

6

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirausaha dan Kewirausahaan
Wirausaha atau entrepreneur saat ini sudah tidak asing lagi di telinga kita.
Istilah ini telah lama muncul dalam sejarah keilmuan ekonomi sejak tahun 1755.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Holt (dalam Winardi 2003:1).
“…Seorang perancis yang bernama Richard Cantillon, ahli ekonomi
Perancis keturunan Irlandia dianggap sebagai orang pertama yang
menggunakan istilah entrepreneur dan entrepreneurship. Dalam karya
akbarnya yang berjudul: Essai Sur la nature Du Commerce en General,
Cantillon
memberikan
peranan
utama
kepada
konsep
“Entrepreneurship” dalam ilmu ekonomi. Dalam karya tersebut,
Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang
membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian
dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil
membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan
memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima risiko berusaha
(The Risk of Entreprise)...”
Terdapat banyak pandangan mengenai istilah entrepreneur ini. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh ekonom, diantaranya, pada tahun 1776, Adam
Smith, dalam karya akbarnya yang berjudul: An Inquiry into The Nature and The
Wealth of Nations, menggambarkan seorang entrepreneur sebagai seorang
individu yang menciptakan sebuah organisasi untuk tujuan-tujuan komersil yang
mampu mentransformasikan permintaan menjadi penawaran. Selain itu, Jean
Baptise Say, pada tahun 1803 menulis sebuah karya yang berjudul: Traite D’
econmomie Politique (dalam bahasa inggris: A Treatise on political economy)
yang melukiskan entrepreneur sebagai individu ‘unik’ yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh masyarakat untuk menghasilkan produk inovatif (Holt dalam
Winardi 2003:4).
Sedangkan Esthirahayu et al (2012:4) menyatakan bahwa:
“… Entrepreneurship atau kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada dalam diri anda untuk
dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga
bisa...”.
Dari konsep tersebut, Suryana dalam Esthirahayu et al (2012) menyebutkan
enam hakekat penting kewirausahaan, sebagai berikut:
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan
hasil bisnis.
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda.
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan.

7
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
dan perkembangan usaha.
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan
sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru
untuk memberikan kepuasan baru kepada konsumen.
Seorang bernama Clarence Danhof, dalam buku Economic Development,
dengan editor H.F. Williamson dan J.A. Buttrick dalam Winardi (2003:21)
menyajikan klasifikasi Entrepreneurship sebagai berikut:
1. Innovating Entrepreneurship
Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap entrepreneur yang pada
umumnya bereksperimentasi secara agresif, analisis dan terampil dalam
mengkombinasikan dan mentransfomasi kemungkinan-kemungkinan atraktif.
2. Imitative Entreprenurship
Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap entrepreneur yang
menerapkan inovasi-inovasi yang berhasil diciptakan oleh kelompok
innovating entrepreneur.
3. Fabian Entrepreneurship
Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap entrepreneur yang teramat
hati-hati dalam sikap skeptikal (yang mungkin sekedar sikap inersia) tetapi
yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, untuk
mempertahankan posisi relatif di dalam industri.
4. Drone Entrepreneurship
Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap entrepreneur yang menolak
untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk perubahan rumus produksi,
walaupun dengan demikian mereka dapat merugi.
Wirausaha dan Kewirausahaan Berperspektif Islam
Bagi orang muslim, kegiatan berdagang atau berwirausaha sebenarnya lebih
tinggi derajatnya, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Kewirausahaan ini juga salah satu dari banyak aspek kehidupan yang didiskusikan
dalam Al-Qur’an. Terdapat bukti-bukti dalam Al-Qur’an yang menyampaikan
pentingnya memperoleh kekayaan melalui kewirausahaan, seperti pada surat AlA’raf ayat 10 dan Al-Qasas ayat73 (Yaqob and Azmi 2012). Hal ini juga diperkuat
oleh ajaran Rasulullah kepada umatnya untuk mengoptimalkan potensi jasmani
dan rohani dalam berkerja atau berbisnis, tidak malas, dan senantiasa berikhtiar
mencari yang halal karena itu adalah ibadah (Antonio et al 2010).
Sama halnya dalam mengamalkan rukun dalam Islam, mencari rezeki yang
halal merupakan perintah Allah dan Rasulullah yang harus disikapi dengan
sungguh-sungguh dalam mengamalkannya. Landasan bersungguh-sungguh dalam
bekerja atau berbisnis adalah keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan
demikian, keimanan merupakan prinsip dalam berkerja atau berbisnis. Islam

8
menganggap aktivitas bisnis yang tidak didasari keimanan adalah kedzaliman
(Antonio et al 2010).
Maqsood dalam Antonio et al (2010) memahami bisnis/usaha atau
perkerjaan dalam tinjauan ibadah dan jihad, berkenaan dengan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai, yang meliputi:
1. Berbisnis atau berwirausaha sebagai bagian dari kewajiban yang diperintahkan
Allah.
2. Bekerja sangat menentukan martabat seorang manusia.
3. Bisnis atau usaha yang halal merupakan sumber penghasilan yang baik.
4. Bekerja atau berbisnis/berwirausaha merupakan sarana untuk melayani
kebutuhan sehari-hari masyarakat.
5. Bekerja tidak hanya ikhtiar demi memajukan standar ekonomi dan sosial
seseorang, tetapi juga bertujuan untuk memajukan seluruh masyarakat.
Karakter Wirausaha Berperspektif Islam
Karakteristik wirausaha dalam perspektif Islam tentunya dibutuhkan dalam
melakukan kegiatan usaha agribisnis secara profesional. Profesionalisme Nabi
dalam berwirausaha merupakan teladan yang dapat kita ambil dari karakteristik
yang ada pada diri beliau. Karakteristik ini mencakup dalam sifat-sifat Nabi yang
mulia yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh. Dalam konteks bisnis, sifat-sifat
tersebut menjadi dasar dalam setiap aktivitas bisnis beliau yang kemudian menjadi
sikap dasar manusiawi yang mendukung keberhasilan suatu usaha (Antonio et al
2010). Antonio et al (2010) menjabarkan sifat-sifat mulia tersebut sebagai berikut:
1. Siddiq
Siddiq berarti “jujur” atau “benar”. Dalam menjalankan bisnisnya, Nabi
Muhammad SAW selalu menunjukan kejujuran. Beliau meyakini betul bahwa
membohongi para pelanggan sama dengan mengkhianati mereka. Mereka
akan kecewa, tertipu, berhenti bertransaksi bisnis lagi dan akhirnya lambat
laun bisnis pun akan hancur. Beberapa kejujuran Nabi sebagai pebisnis,
diantaranya, (1) tidak mengingkari janji yang telah disepakati, (2) tidak
menyembunyikan cacat atas seseuatu yang ditransaksikan, dan (3) tidak
mengelabui harga pasar (asymmetric information).
2. Amanah
Amanah artinya “dapat dipercaya”. Dalam konteks ini, amanah adalah tidak
mengurangi dan menambah sesuatu dari yang seharusnya atau dari yang telah
disepakati diantara penjual dan pembeli. Seperti yang yang dicontohkan Nabi
Muhammad SAW selalu memberikan hak pembeli dan orang-orangnya yang
mempercayakan modalnya kepada beliau.
3. Fatanah
Fatanah berarti “cakap” atau “cerdas”. Wirausaha yang cerdas mempu
memahami peran dan tanggungjawab bisnisnya dengan baik. Dia juga mampu
menunjukan kreativitas dan inovasi guna mendukung dan mempercepat
keberhasilan. Seiring itu, wirausaha yang cerdas mampu memberikan sentuhan
nilai yang efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan pemasaran. Beberapa
cerminan sifat fatanah diantaranya, (1) mengadministrasi dokumen transaksi;
2) menjaga profesionalisme kualitas pelayanan, (3) kreatif dan inovatif, (4)
mengantisipasi perubahan yang terjadi di pasar, baik yang berhubungan
dengan produk, teknologi, harga maupun persaingan.

9
4. Tabligh
Secara bahasa tabligh bisa dimaknai dengan “menyampaikan”. Dalam kontek
berwirausaha, pemahaman tabligh bisa mencakup argumentasi dan
komunikasi. Penjual hendaknya mampu mengkomunikasikan produknya
dengan strategi yang tepat dalam memilih media promosi, mampu
menyampaikan keunggulan produk dengan menarik dan tepat sasaran tanpa
meninggalkan kejujuran dan kebenaran, mampu memberikan pemahaman
perihal bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Manajemen
Manajemen adalah hal yang tidak dapat terlepas dari sebuah bisnis atau
usaha. Seperti yang dikemukaan oleh Marry Parker Follet (dalam Sule dan
Saefulah 2005), manajemen adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui
orang lain. Penerapan manajemen pada sebuah usaha dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dari alokasi sumberdaya-sumberdaya yang ada sehingga
mencapai hasil yang maksimal. Agar manajemen yang dilakukan dapat mengarah
dan sesuai dengan kegiatan bisnis, maka manajemen perlu dijelaskan berdasarkan
fungsi-fungsinya atau yang dikenal dengan sebagai fungsi-fungsi manajemen
(managerial functions).
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan
dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti tahapantahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen terdiri atas
empat fungsi meliputi, perencanaan, pengorganisasian, aktualisasi dan
pengendalian. Berdasarkan operasionalnya, manajemen organisasi bisnis secara
garis besar dapat dibedakan menjadi fungsi-fungsi, diantaranya manajemen
keuangan, manajemen produksi, manajemen pemasaran dan manajemen sumber
daya manusia (Marry Parker Follet dalam Sule dan Saefulah 2005).
1. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis, yaitu berdasarkan
profit.
2. Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya
untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang diterapkan
berdasarkan keinginan konsumen dengan teknik produksi yang seefisien
mungkin.
3. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya
yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya
dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara pemenuhannya dapat
diwujudkan.
4. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah penetapan manajemen berdasarkan
fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis
yang kita jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang terbaik tersebut
dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerjaan
yang senantiasa konstan ataupun bertambah. Proses manajemen SDM meliputi

10
upaya untuk merekrut, mengembangkan, memotivasi, serta mengevaluasi
keseluruhan sumber daya manusia yang diperlukan perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
Manajemen Berperspektif Islam
Manajemen berperspektif Islam menerapkan praktek manajemen yang
berlandaskan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Beberapa ayat, menyebutkan
bahwa amal pekerjaan termasuk ke dalam amal keagamaan, yakni melaksanakan
syariah dan amalan lainnya.
Dari perspektif Islam, Al-Qur’an mengingatkan kejujuran dan keadilan
dalam perdagangan dan menyeru untuk adil dalam distribusi kekayaan kepada
masyarakat begitu juga dalam manajemen Islam (Asnawi et al 2010). Menurut
Kazemian and Gham gosar (2011) di dalam manajemen islami, terdapat beberapa
karakteristik, diantaranya (1) ketulusan atau keikhlasan, (2) kesalehan, (3)
kerendahan hati, (4) kesabaran dan (5) keadilan.
Dalam penerapan manajemen usaha berbasiskan Islam dapat pula dibedakan
sesuai teori ekonomi konvesional atau berdasarkan dengan operasionalnya, seperti
berikut:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia Berperspektif Islam
Penerapan manajemen sumber daya manusia merupakan fungsi vital dalam
keberhasilan sebuah wirausaha. Banyak pendekatan dari barat dalam
mengelola (manajemen) pekerja dimana masih lazim digunakan saat ini, dan
kebanyakan dari budaya perusahaan non-muslim memberikan dan
menggabungkan banyak nilai etika Islam seperti kebaikan, kejujuran, dan
kerja keras (Hashim 2009). Hal ini menunjukan bahwa Islam sendiri
mengajarkan manajemen sumberdaya manusia dengan berbasiskan Al-Qur’an
dan Al-Hadits.
Penerapan manajemen sumber daya manusia berdasarkan Islam sering kali
dikaitkan dengan kejujuran dan keadilan. Al-Qur’an sering menyebutkan
kejujuran dan keadilan dalam perdagangan, dan berulang kali menyeru untuk
adil dalam distribusi kekayaan alam dalam masyarakat (Asnawi et all 2011).
Allah senantiasa menyuruh manusia untuk menegakan keadilan dalam
kehidupan sehari-hari seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman. Jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun kepada dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu.” (Q.S. An-Nisa (4):135).
Studi terdahulu telah menguji peran Islam yang diterapkan pada
manajemen sumber daya manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Asnawi et
all (2011) misalnya, menyimpulkan bahwa praktek manajemen sumberdaya
manusia berdasarkan Al-Qur’an di perbankan syariah Malang dilakukan
secara baik dan adil, yaitu lebih dari 70 persen responden menyatakan praktek
ini dilaksanakan secara baik dan adil.

11
2. Manajemen Pemasaran Berperspektif Islam
Praktek usaha khususnya bidang pemasaran tengah mengalami pergesaran dan
mengalami transformasi dari level intelektual (rasional), ke emosional, dan
akhirnya spiritual. Spiritual marketing ini adalah puncak dari marketing itu
sendiri, spiritual marketing merupakan jiwa dari bisnis (al-Arif 2010).
Praktek pemasaran syariah atau syariah marketing menurut definisi adalah
penerapan suatu disiplin bisnis strategis yang sesuai dengan nilai dan prinsip
syariah dan prinsip syariah. Menurut al-Arif (2010) terdapat empat
karakteristik yang terdapat pada syariah marketing: 1) ketuhanan (rabbaniyah)
2) etis (akhlaqiyyah) 3) realitas (al-waqi’yyah) dan 4) humanistis (insaniyyah).
Paradigma syariah marketing terdiri atas: 1) syariah marketing strategy untuk
memenangkan mind-share. 2) syariah marketing tactic untuk memenangkan
market share, dan 3) syariah marketing value untuk memenangkan heart
share (Hermawan dan Sula dalam Alma dan Priansa 2009).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa (4): 29)
3. Manajemen Produksi Berperspektif Islam
“…Perkembangan ekonomi di setiap negara mengandalkan apa yang
disebut dengan manajemen produksi. Pada dasarnya manajemen produksi ini
berhubungan dengan perencanaan produksi, pengawasan, pemeliharaan,
pengembangan produk dan pengendalian kualitas. Tujuan utama dari
manajemen produksi itu sendiri adalah untuk mengambil target produksi
berdasarkan kemampuan mesin, dan input lainnya untuk memproduksi produk
berkualitas secara ekonomis dan tepat pada waktunya. Dari mulai awal
peradaban, perkembangan ekonomi tergantung atas keberhasilan atau
kegagalan manajemen produksi. Konsep manajemen produksi yang khususnya
berhutang kepada pengelolaan alam Allah SWT…” (Mohiuddin 2012:1).
Allah SWT telah memberikan sumber daya alam dan sumber daya lain yang
melimpah. Manajemen produksi ini dapat diarahkan untuk memanfaatkan
secara efektif, sehingga semua diberkahi Allah SWT.
4. Manajemen Keuangan Berperspektif Islam
Manajemen keuangan merupakan salah satu bagian yang terpenting dimana
berkaitan dengan uang hasil keuntungan usaha. Kegiatan yang termasuk di
dalamnya adalah transaksi, seperti pembelian, penjualan, pembiayaan, dan
lain-lain. Seperti halnya wirausaha lain, wirausaha muslim juga melakukan
kegiatan manajemen keuangan, tetapi dengan pedoman berwirausaha yang
Allah SWT berikan. Hukum jual beli, misalnya, adalah mubah
(diperbolehkan) sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW (Antonio,
et al 2009). Bahkan, dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan kehalalan transaksi
ini selama tidak mengandung unsur yang dilarang, seperti riba.
“Dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengaharamkan riba”
(Q.S. Al-Baqarah (2):275)

12
Menurut akal sehat, manusia dilarang memiliki atau menggunakan sesuatu
yang sudah menjadi hak orang lain, kecuali melalui transaksi muamalah (jual
beli, sewa-menyewa, gadai-menggadai, pinjam-meminjam) yang didasari oleh
cara-cara yang legal dan halal (Antonio et al 2010). Nabi Muhammad SAW
telah menggaris bawahi beberapa transaksi yang baik sesuai tuntunan ajaran
Islam. Hal ini tentunya dapat diaplikasikan oleh wirausaha muslim dalam
menjalankan usahanya. Beberapa transaksi utama bisnis yang diperkenaankan
oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu: mudarabah, musyarakah, murabahah,
ijarah dan sebagainya.
Kemudian Allah dan Rasul-Nya juga sudah menentukan aturan yang tegas
untuk menjaga kemubahan atau kehalalan transaksi bisnis dan muamalah.
Pasalnya dalam setiap transaksi terdapat berbagai kemungkinan adanya unsurunsur yang menjadikan suatu transaksi menjadi haram. Beragam bentuk
transaksi dengan segala macam praktek yang mengakibat haram diantaranya
adanya unsur-unsur penipuan, riba, judi, ketidakpastian, keraguan, eksploitasi,
pengambilan untung yang berlebihan, dan pasar gelap.
Sebaliknya dalam manajemen keuangan islami, penyaluran dana sosial
diwajibkan dan diperkenankan. Dana sosial sebagaimana dimaksudkan adalah
uang yang diperuntukan sebagai bantual sosial, baik diterimakan langsung
oleh perorangan yang membutuhkannya atau melalui suatu badan sebagai
pengelola sosial atau organisasi yang bergerak di bidang sosial
kemasyarakatan yang didistribusikan kepada masyarakat banyak. Status dana
sosial seperti itu, dalam agama Islam dikatakan haqqullah atau hak umat. Jenis
dana tersebut meliputi: dana yang diperoleh dari zakat, infak, sedekah, dan
wakaf, seperlima (khumus) dari harta ghanimah rampasan perang dan fae
(harta yang ditinggalkan orang-orang kafir yang diperoleh kaum muslimin
tidak melalui perang) (Hafidhuddin et al 2004).
Konsep Kesuksesan Usaha
Kesuksesan sebuah usaha merupakan tujuan dari aktivitas usaha yang
dijalankan seorang wirausaha. Secara umum, kesuksesan dapat dilihat dari adanya
perkembangan ke arah yang lebih baik. Untuk mengetahui kesuksesan sebuah
usaha diperlukan indikator-indikator yang membuktikan kesuksesan usaha
tersebut.
Menurut Noor (dalam Ermawati 2006) indikator kesuksesan usaha adalah 1)
laba (profitability), 2) produktivitas dan efisiensi (productivity and efficient), 3)
daya saing (competitiveness), 4) kompetensi dan etika usaha (competence and
ethics). Sedangkan Suryana (dalam Ermawati 2006) menyebutkan indikator
kesuksesan sebagai berikut: 1) Inovasi dalam teknologi yang lebih mudah terjadi
dalam pengembangan produk; 2) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja
yang cukup banyak atau penyerapan terhadap tenaga kerja; 3) Fleksibilitas dan
kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat
dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis; 4)
Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
Menurut Andriany dan Rusli (2008) menyebutkan bahwa kesuksesan terlihat
dari perkembangan usaha yang dilihat dari perkembangan modal, bahan baku,
produksi, karyawan, dan keuntungan. Di sisi lain, Rodrigues (2012), kesuksesan
ini tidak dapat dihasilkan sekejap. Artinya, calon wirausaha tidak bisa memulai

13
bisnis hari ini, dan berharap mendapatkan profit esok harinya. Tahapan indikator
kesuksesan menurutnya, adalah:
1. Indikator pertama: mencapai break even point
Pencapaian break even point setiap bulannya adalah indikasi pertama dimana
bisnis wirausaha visible. Pada poin ini pemilik masih belum mendapatkan
income. Break even berarti pengeluaran sama dengan revenue, profit masih
nol.
2. Indikator kedua: menghasilkan biaya hidup
Pada titik ini, wirausaha telah melakukannya dengan baik seperti mereka
bekerja untuk orang lain pada level yang sama. Namun, bisnis belum
menunjukan kemampuan return on investment. Kebanyakan usaha hanya
mencapai tahap ini, hanya memberikan penghasilan yang layak bagi pemilik
3. Indikator ketiga: mencapai real profit
Pada tahap ini, bisnis tidak hanya memberikan upah atas waktu yang telah
dikeluarkan, tapi juga mengembalikan semua yang telah wirausaha
investasikan. Diluar pembayaran hutang atau pajak pendapatan. Pada level ini
sebuah usaha menjadi lebih berharga daripada nilai asetnya, karena
memberikan return on investment dan alur kas yang positif.
Kerangka Pemikiran Operasional
Berwirausaha termasuk ke dalam sebuah ibadah. Seseorang harus berikhtiar
sekuat tenaga (jihad) mencari yang halal karena itu adalah ibadah. Sehingga
seorang wirausaha dalam berbisnis harus senantiasa sesuai (istiqomah) dengan
aturan yang sudah digariskan Allah SWT.
Potensi sumber daya yang luar biasa pada agribisnis Indonesia seharusnya
dapat menjadi peluang untuk mensejahterakan masyarakat. Konsumsi komoditas
pertanian yang masih besar dan sangat beragam dapat menyerap penawaran dari
dalam negeri. Jumlah penduduk Indonesia yang besar menjamin tenaga kerja yang
cukup untuk beroperasinya perusahaan agribisnis.
Namun, permasalahan yang kini dihadapi adalah belum berkembangnya
agribisnis di Indonesia. Sedikitnya wirausaha yang mendukung potensi agribisnis
Indonesia dan masih banyak ditemukan kelemahan dan ketidakhalalan pada
agribisnis di Indonesia.
Dari sekian banyak penduduk Indonesia yang sedang berusaha, terdapat
wirausaha muslim yang telah menuai kesuksesan. Penelitian ini akan menganalisa
bagaimana karakter wirausaha muslim sukses tersebut dan praktek manajemen
agribisnis serta pengaruhnya terhadap keberhasilan usaha agribisnis mereka.
Operasional penelitian dilakukan dengan menganalisis karakteristik
wirausaha muslim secara kuantitatif, dengan skala likert yang dijelaskan melalui
statistik deskriptif. Praktek manajemen agribisnis dianalisa secara kualitatif
dengan metode analisis fenomenologis dengan pola teorisasi deduktif. Proses
selanjutnya adalah menganalisis kesuksesan agribisnis tersebut dengan analisis
perkembangan usahanya dari sisi pendapatan, aset usaha, pekerja dan
kebermanfaatan secara sosial-ekonomi serta kesukesan yang diyakini sesuai
dengan nilai-nilai Islam.

14

 Pengembangan ekonomi dan bisnis islami di Indonesia
 Sektor agribisnis di Indonesia sangat prospektif
 Penduduk muslim terbesar di dunia berada di Indonesia
 Agribisnis Indonesia belum berkembang
 Banyak wirausaha muslim melanggar etika bisnis Islam
Analisis Karakteristik dan Praktek Manajemen Agribisnis
Wirausaha Muslim Sukses Berperspektif Islam

Karakteristik Wirausaha
Muslim Berperspektif
Islam
 Sidiq (jujur atau benar)
 Amanah (dapat dipercaya)
 Fathanah (cakap dan
cerdas)
 Tabligh (menyampaikan)

Praktek Manajemen
Agribisnis Berperspektif
Islam
 Manajemen Keuangan
 Manajemen Produksi
 Manajemen Pemasaran
 Manajemen Sumber Daya
Manusia

Analisis Kuantitatif
Statistik Deskriptif

Analisis Kualitatif
Fenomenologis

Karakteristik Wirausaha
Muslim Berperspektif
Islam

Praktek Manajemen
Agribisnis Berperspektif
Islam

Analisis Kesuksesan Usaha Agribisnis
Kualitatif : Kebermanfaatan praktek sosial-ekonomi dan nilai islami
Kuantitatif : Pendapatan, aset dan pekerja

Wirausaha Muslim Agribisnis Sukses

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

15

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di usaha agribisnis yang menerapkan nilai-nilai
Islam yang ada di Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi tersebut
dipilih secara sengaja (purposive sampling) dan mempertimbangkan wakil-wakil
dari daerah geografis yang ada dengan alasan Jawa Barat merupakan salah satu
sentra perekonomian di Indonesia dan letaknya yang dekat dengan Ibukota. Selain
itu, Jawa Barat merupakan daerah yang sangat potensial untuk usaha agribisnis
sehingga dapat banyak ditemukan wirausaha agribisnis berbasis islami.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
melalui observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan pengisian
kuisioner yang diajukan kepada responden. Observasi dilakukan secara langsung
di lapangan untuk melihat keadaan usaha agribisnis dan manajemen dalam
perspektif Islam yang diterapkan pada usaha agribisnis tersebut. Wawancara
dilakukan secara mendalam kepada wirausaha muslim dan sedikit dilakukan
kepada pihak-pihak lain yang terkait pada usaha agribisnis tersebut, seperti
pelanggan dan pekerja. Sedangkan kuisioner akan diberikan kepada responden,
yaitu pekerja dan pelanggan wirausaha yang akan menilai karakteristik
wirausahanya tersebut.
Data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti AlQur’an, Al-Hadits, buku, jurnal, internet, Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi
lainnya yang dapat membantu ketersedian data. Selain itu studi dokumentasi
untuk mendapatkan data profile wirausaha yang lebih lengkap.
Metode Penentuan Responden
Responden pada penelitian tediri atas dua pihak. Pertama adalah wirausaha
yang akan diwawancara terkait praktek manajemen agribisnis yang dijalankan
dalam perspektif Islam. Kedua adalah pekerja dan pelanggan dari wirausaha
muslim yang akan menilai karakteristik wirausahanya.
Penentuan responden pertama secara sengaja (purposive sampling), yaitu
teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika me