Analisis karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di kota Bogor

(1)

ANALI

SIS KAR

PEDAGA

FAKUL

IN

RAKTERI

ANG MA

DI

WI

DEPART

LTAS EK

NSTITUT

ISTIK DA

ARTABAK

I KOTA B

SKRIP

IDODO HA H34086

TEMEN A

KONOMI

T PERTA

BOGO

2011

AN PERIL

K MANIS

BOGOR

PSI

ARDIAN 098

AGRIBIS

DAN MA

ANIAN BO

OR

1

LAKU W

S KAKI L

SNIS

ANAJEM

OGOR

WIRAUSA

LIMA

MEN


(2)

RINGKASAN

WIDODO HARDIAN. Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha

Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan BURHANUDDIN).

Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibu kota Negara, letaknya yang strategis menjadikan Kota Bogor sebagai wilayah transit dan tujuan wisata, sehingga dari aspek inilah Kota Bogor memiliki peluang untuk menumbuh kembangkan beberapa sektor, diantaranya sektor perdagangan. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Bogor memiliki potensi yang baik sesuai dengan perkembangan jumlah UKM yang ada di Kota Bogor. Kewirausahaan mempunyai dampak yang positif dalam menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja baru mengurangi angka pangangguran. Salah satu bisnis kecil atau usaha yang sudah lama ada dan tumbuh serta berkembang pesat dengan perkembangan Kota Bogor, yaitu pedagang kaki lima. Salah satu makanan yang berkembang di Kota Bogor adalah martabak manis. Martabak manis merupakan makanan cemilan yang mengenyangkan dan juga sebagai oleh-oleh praktis. Pedagang martabak manis tentunya memiliki perilaku tertentu dalam berwirausaha yang menarik untuk dikaji.

Tujuan Penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan karakteristik individu dan usaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor (2) Menganalisis perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik pedagang martabak manis dengan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner kepada pedagang martabak manis kaki lima. Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang diperoleh dari studi literatur yang terkait seperti Dinas Perdagangan, penelitian terdahulu, LSI Bogor, dan bahan pustaka lain yang relevan. Responden penelitian berjumlah 106 oarang dengan metode sensus. Alat analisis yang digunakan adalah analisis statistika deskriptif untuk mendiskripsikan karakteristik individu dan usaha, serta analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square untuk menganalisis hubungan antara karakteristik pedagang dengan perilaku wirausahanya. Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa software Microsoft Exsel 2007 dan SPSS 16.00 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik individu pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor, sebagian besar umur dibawah 33 tahun, berasal dari luar Jawa Barat, tingkat pendidikan formal tamat SMP, dan jumlah tanggungan keluarga antara satu sampai tiga orang. Karakteristik usaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor sebagian besar pemilikan usaha sendiri, pengalaman berdagang antara 1 sampai 157 bulan, lama berdagang per hari antara 6 sampai 8,5 jam, pasokan tepung terigu per hari antara 2 sampai 11 kg, dan penerimaan usaha antara Rp 0 sampai Rp1.833.000,00. Pengetahuan sebagian besar pedagang masih berada dalam kategori sangat tinggi, sedangkan sikap


(3)

berada pada kategori tinggi, keterampilan berada dalam kategori rendah, dan perilaku wirausaha berada dalam kategori tinggi. Unsur-unsur perilaku wirausaha yang dominan terhadap perilaku wirausaha pedagang adalah pengetahuan dan sikap wirausaha pedagang martabak itu sendiri. Karakteristik pedagang yang mempengaruhi perilaku wirausaha pedagang martabak manis adalah jumlah tanggungan keluarga, dan lama berdagang.


(4)

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU WIRAUSAHA

PEDAGANG MARTABAK MANIS KAKI LIMA

DI KOTA BOGOR

WIDODO HARDIAN H34086098

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor.

Nama : Widodo Hardian

NIM : H34086098

Disetujui, Pembimbing

Ir. Burhanuddin, MM NIP. 19680215 199903 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Widodo Hardian H34086098


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Koto Agung, Dharmasraya, Sumatra Barat pada tanggal 07 Maret 1987. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sardi dan Ibu Hartati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 33 Koto Agung, lulus pada tahun 1999, dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP N 1 Dharmasraya/SLTP N 1 Sitiung. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA N 1 Dharmasraya, diselesaikan pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur PMDK pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan selesai pada tahun 2008, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan kuliahnya pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Selama masa perkuliahan, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, antara lain IPMM (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang Bogor), FAMILI (Forum Mahasiswa Minang Diploma IPB), HIMASWISS (Himpunan Mahasiswa Sawahlunto, Sijunjung, dan Dharmasraya), IKADAMAS (Ikatan Pemuda Dharmasraya), EDU (Entrepreneurship Development Unit), KAMUS (Keluarga Muslim Ekstensi IPB).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor, menganalisis faktor-faktor perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011 Widodo Hardian


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran, serta pelajaran berharga selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen evaluator dalam kolokium yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Rr. Heny Kuswanti Suwarsinah, M.Ec selaku dosen penguji utama yang telah memberi masukan demi perbaikan skripsi.

4. Arif Karyadi Uswandi, MM selaku dosen penguji wakil Departemen. Terima kasih telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Papa dan Mama tersayang atas segala dukungan, kasih sayang dan doa yang selalu diberikan kepada penulis dengan tulus serta penuh kesabaran. Semoga ini bisa menjadi salah satu hadiah terindah buat papa dan mama. 6. Adik-adikku tersayang yaitu Nanda Hardian dan Merry Dona Wati

Hardianty, atas kecerian dalam keluarga yang selalu membuat rindu pada rumah.

7. Seluruh pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor. Terimakasih atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

8. Fitri Yunita selaku pembahas seminar. Terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan kepada penulis.

9. Semua keluarga Besar Mbak Lento dan Nenek Ande atas semangatnya. 10.Teman satu bimbingan dan satu perjuangan Dwi Arini Sari dan Fitri

Yunita atas semangat, pengingat, dan motivasi untuk menjadi lebih baik. 11.Teman-teman The Narsiez, Anggie, Chintya, Dini, Heru, Lilla, Al, Aris

dan Kiki terimakasih atas kebersamaannya, semangatnya, dan motivasinya. Jaga terus kekompakan sampai kakek nenek.


(10)

12.Lia, Kak Diky, Danis, Teguh, Qibil, Iwan atas pinjaman Laptop dan komputernya.

13.Duo Pakuan 2F, Fadli dan Fery atas kebersamaan dan semangatnya.

14.Lia, Lya, Mbak Heny, Mbak Sari, Si Kembar (mbak Asti dan mbak Danti), Intan, Nova, Ika, Nur, Cha, Tika, Uda Rian, Dian, Widi, Eka, Apri, Fenny, Angga, Babe, Mami, Lek Topo, Lek Parino, Lek Neng, Lek Giarni, Lek Agus, Lek Nating, Lek Marjono, Lek Maryono, Lek Wanto, Mama Sp, Amak Sei Langkok, Dais, Da Riki, Dewi, Rio, Leksi, Ivan, Irma, Vero, Cici , Oci, Randy, Abang Galih, Uda, Uni atas semangatnya dan motivasinya.

15.Lima Sekawan in Bogor, Ired, Iil, Hasha, Dian, dan Dodo.

16.Semua kakak-kakak, adik-adik, teman-teman SMA N 1 Dharmasraya/ SMA N Sitiung/ SMA N 1 Wonotiung atas semangatnya.

17.Semua Uda-uda, Uni-uni, Kawan-kawan dan Adik-adik di IPMM,

FAMILI, HIMASWISS, IKADAMAS, dan IMAMIKA 18.Teman-teman EDU dan KAMUS IPB.

19.Warga Taman Sari, Dharmasraya atas semangatnya.

20.Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan V atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Juli 2011 Widodo Hardian


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... .. xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan ... 5

1.4. Manfaat ... 6

1.5. Ruang Lingkup ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... . 7

2.1. Karakteristik Individu ... . 7

2.1. Karakteristik Usaha ... . 7

2.3. Perilaku Wirausaha ... 8

III KERANGKA PEMIKIRAN ... . 10

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 10

3.1.1. Wirausaha ... 10

3.1.2. Martabak Manis ... 15

3.1.3. Wirausaha Martabak Manis ... 15

3.1.4. Perilaku Wirausaha ... 16

3.1.4.1. Pengetahuan Wirausaha ... 17

3.1.4.2. Sikap Wirausaha ... 17

3.1.4.3. Keterampilan Wirausaha ... 18

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 18

IV METODE PENELITIAN ... 21

4.1. Lokasi dan Waktu ... 21

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 21

4.3. Desain Penelitian ... 21

4.4. Data ... 22

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 22

4.6. Metode Pengolahan Data ... 22

4.6.1.Analisis Deskriptif ……… 22

4.6.2.Analisis Korelasi Rank Spearman dan Chi Square ... 23

4.7. Definisi Operasional ... 24

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 27

5.1. Keadaan Geografis ... 27

5.2. Demografi ... 27

5.3. Ekonomi ... 28


(12)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

6.1. Karakteristik Individu ... 30

6.1.1. Umur ... 31

6.1.2. Asal Daerah ... 31

6.1.3. Tingkat Pendidikan Formal ... 32

6.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 33

6.1.5. Pemilikan Usaha ... 34

6.1.6. Pengalaman Berdagang ... 35

6.1.7. Lamanya Berdagang ... 35

6.1.8. Pasokan Tepung Terigu ... 36

6.1.9. Penerimaan Usaha ... 37

6.2. Perilaku Wirausaha ... 38

6.3. Hubungan antara Karakteristik dengan Perilaku Wirausaha ... 39

6.3.1. Hubungan antara Umur dengan Perilaku Wirausaha ... 40

6.3.2. Hubungan antara Asal Daerah dengan Perilaku Wirausaha .. 40

6.3.3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Perilaku Wirausaha ... 41

6.3.4. Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perilaku Wirausaha ... 42

6.3.5. Hubungan antara Pemilikan Usaha dengan Perilaku Wirausaha ... 42

6.3.6. Hubungan antara Pengalaman Berdagang dengan Perilaku Wirausaha ... 43

6.3.7. Hubungan antara Lama Berdagang dengan Perilaku Wirausaha ... 43

6.3.8. Hubungan antara Pasokan Tepung Terigu dengan Perilaku Wirausaha ... 44

6.3.9. Hubungan antara Penerimaan Usaha dengan Perilaku Wirausaha ... 44

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

7.1. Kesimpulan ... 46

7.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) dan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2004 - 2008 ... 1

2. Jumlah Pengangguran di Kota Bogor Definisi Operasional dari Bulan Januari - Desember pada Tahun 2010 ... 2

3. Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima Kota Bogor Tahun 2010 ... 3

4. Sebaran Pedagang Martabak Manis di Kota Bogor Desember 2010 sampai Febuari 2011 ... 21

5. Penilaian Skor Kuesioner ... 23

6. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan di Kota Bogor Tahun 2008 ... 28

7. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan di Kota Bogor Tahun 2008 ... 29

8. Distribusi Pedagang Berdasarkan Kelompok Umur ... 30

9. Distribusi Pedagang Berdasarkan Asal Daerah ... 31

10.Distribusi Pedagang Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan Formal ... 32

11.Distribusi Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 33

12.Distribusi Pedagang Berdasarkan Pemilikan Usaha ... 34

13.Distribusi Pedagang Berdasarkan Pengalaman Berdagang ... 34

14.Distribusi Pedagang Berdasarkan Lamanya Berdagang ... 35

15.Distribusi Pedagang Berdasarkan Pasokan Tepung Terigu ... 36

16.Distribusi Pedagang Berdasarkan Penerimaan Usaha ... 36

17.Rataan Hitung Skor Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima Kota Bogor Tahun 2011 ... 37

18.Sebaran Pedagang Berdasarkan Perilaku Wirausaha ... 38

19.Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima Tahun 2011 ... 39


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Perubahan Perilaku Manusia ... 17 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 20


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kuisioner Penelitian ... 51 2. Data Karakteristik Individu Pedagang Martabak Manis Kaki

Lima di Kota Bogor ... 56 3. Data Karakteristik Usaha Pedagang Martabak Manis Kaki

Lima di Kota Bogor ... 59 4. Skor Responden Terhadap Perilaku Wirausaha dan Unsur-

unsurnya ... 62 5. Hasil Kriteria Penilaian Skor Kuisioner Perilaku Wirausaha

Pedagang Manis Kaki Lima di Kota Bogor, Desember 2010 –

Febuari 2011 ... 65 6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman dan Chi-Square

Karakteristik Pedagang dengan Unsur-unsur Perilaku

Wirausaha Pedagang ... 68

7. Foto-foto Bersama Pedagang Martabak Manis Kaki


(16)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 

Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibu kota Negara. Letaknya yang strategis menjadikan Kota Bogor sebagai wilayah transit dan tujuan wisata. Sehingga dari aspek inilah Kota Bogor memiliki peluang untuk menumbuh kembangkan beberapa sektor, diantaranya sektor perdagangan. Kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak dan Cianjur juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan kondisi yang stategis itu maka banyak pendatang dari daerah-daerah lainnya untuk membuka usaha ataupun berkerja di Kota Bogor.

Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Bogor memiliki potensi yang baik sesuai dengan perkembangan jumlah UKM yang ada di Kota Bogor (Tabel 1). Tabel 1 menunjukkan bahwa UKM di Kota Bogor dari tahun 2004 sampai 2008 mengalami peningkatan jumlahnya. Rata-rata pertumbuhan unit UKM sebesar 0,10268 dan tenaga kerja sebesar 0,0499972. Dengan bertambahnya UKM, maka bertambah pula jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Berarti ada hubungan yang positif antara bertambahnya jumlah UKM dan jumlah tenaga kerja yang terserap.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2004-2008

Jumlah Tahun Rata-rata

Perumbuhan

2004 2005 2006 2007 2008

Unit UKM 22.304 24.534 31.831 32.147 32.256 0,10268

Tenaga Kerja - - 51.798 54.388 57.107 0,0499972

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, 2009

Pengangguran juga merupakan masalah bagi pemerintah Kota Bogor dan perlu solusi untuk menyelesaikannya. Data jumlah pengangguran di kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah pengangguran Kota Bogor pada tahun 2010 mencapai 42.475 orang yang terdiri dari 24.970 orang laki-laki dan 17.505 orang perempuan. Pengangguran terbanyak merupakan lulusan SLTA yaitu 15.882 orang. Dengan kondisi seperti itu perlu adanya


(17)

wirausaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga angka pengangguran akan semakin berkurang serta mampu berusaha secara mandiri, khususnya di Kota Bogor.

Tabel 2. Jumlah Pengangguran di Kota Bogor dari Bulan Januari- Desember pada Tahun 2010

No. Kecamatan Jumlah Jenis kelamin SD SLTP SLTA S1-S3

L P

1 Bogor Utara 8.477 4.943 3.534 1.671 2.316 5.599 196

2 Bogor Selatan 8.365 4.916 3.449 3.462 2.418 1.700 494

3 Bogor Timur 4.039 2.358 1.681 1.585 753 845 361

4 Bogor Barat 10.286 5.614 4.672 3.591 2.712 3.078 466

5 Bogor Tengah 2.682 1.846 836 770 673 1.081 160

6 Bogor Sareal 8.626 5.293 3.333 2.059 1.510 3.579 1.476

Jumlah 42.475 24.970 17.505 13.138 10.382 15.882 3.153

Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Sosial, dan Transmigrasi Kota Bogor, Jawa Barat, 2010 Salah satu bisnis kecil atau usaha yang sudah lama ada dan tumbuh serta berkembang pesat dengan perkembangan Kota Bogor, yaitu pedagang kaki lima. Keberadaan PKL di Kota Bogor didukung oleh Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2005 tentang penataan pedagang kaki lima. Dalam Perda bahwa keberadaan pedagang kaki lima di Kota Bogor pada dasarnya adalah hak masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan pedagang kaki lima merupakan usaha ekonomi kerakyatan yang perlu pembinaan dan penataan dalam melaksanakan usahanya. Pihak pemerintah Kota Bogor ternyata mendukung usaha pedagang kaki lima.

Di Kota Bogor terdapat 51 titik pedagang kaki lima dengan jumlah keseluruhan 9.720. Pola sebaran pedagang kaki lima dititik-titik tidak merata, dimana terdapat 6 titik konsentrasi pedagang kaki lima terbanyak, yaitu: Jl. Dewi Sartika (depan Sartika Plaza), Jl. MA. Salmun, Jl. Suryakencana, Jl. Lawang Sekateng, Jl. Jambu Dua (Pasar), dan Jl. Jambu Dua (Jl. Pejajaran ujung utara). Hal ini menunjukkan bahwa wilayah pusat perekonomian berada di Kota Bogor.

Pedagang kaki lima Kota Bogor sebagian besar jenis barang dagangan berupa: makanan, minuman, jajanan dan oleh-oleh yaitu sebesar 43 persen. Salah satu jenis makanan yang berkembang di Kota Bogor adalah martabak manis.


(18)

Martabak manis merupakan makanan cemilan yang mengenyangkan dan dapat dijadikan sebagai buah tangan (oleh-oleh) yang praktis. Martabak manis masuk ke dalam jenis barang dagangan di 43 persen. Hal ini sesuai dengan trend yang berkembang, yang menyatakan Kota Bogor adalah Kota Kuliner. Jenis barang yang di jual pedagang kaki lima Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima Kota Bogor Tahun 2010

No. Jenis barang dagangan Persen (%)

1 Makanan, minuman, jajanan, dan oleh-oleh 43,00

2 Hasil pertanian 38,00

3 Industri dan kerajinan 9,00

4 Jasa (tambal ban & servis) 2,00

5 Bekas pakai 1,00

6 Lainnya 11,00

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan koperasi Kota Bogor 2010

Pedagang martabak manis tentunya memiliki perilaku tertentu dalam berwirausaha yang menarik untuk dikaji. Perilaku tersebut menarik untuk dikaji karena motivasi berwirausaha pedagang martabak manis kaki lima dapat dikatakan memiliki motivasi yang sangat besar untuk berwirausaha. Ini terlihat dari waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat mereka gunakan untuk mencari uang. Pedagang martabak manis melakukan usaha dari sore jam tiga sampai malam jam 11, bahkan ada yang sampai jam tiga pagi. Serta sebagian besar pedagang masih relatif muda, usia belasan sampai dua puluhan. Fisik yang muda yang membuat motivasi pedagang yang besar. Oleh karena itu, perlu adanya kajian tentang karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam menjalankan usaha pasti ada masalah dalam menjalankannya. Begitu juga dengan usaha martabak manis. Masalah yang ada pada usaha martabak manis Kota Bogor antara lain: pertama, tingkat persaingan yang semakin ketat. Hasil prasurvey pedagang martabak manis di Jembatan Merah


(19)

ditemukan adanya tingkat persaingan yang semakin ketat. Hal ini terlihat dari tempat jualan pedagang yang saling berdekatan. Sehingga membuat pembeli mempunyai banyak pilihan untuk membeli martabak manis dari pedagang yang mana saja yang ingin dibelinya.

Kedua, perkembangan usaha yang tetap dan tidak ada kemajuan setelah menjalankan usaha selama 5 tahun. Hasil wawancara dengan pedagang mengatakan jumlah kebutuhan pasokan tepung terigu pedagang yang tidak mengalami penambahan dari hari ke hari. Hanya pada malam Minggu saja mengalami perubahan itupun juga tidak berbeda jauh jumlahnya. Tingkat persaingan yang tinggi, sehingga pedagang perlu keuletan, kerja keras dan sungguh-sungguh dalam berusaha.

Ketiga, inovasi yang kurang dari pedagang. Ini terlihat dari varian rasa martabak manis yang hampir sama antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lain seperti: keju, kacang, coklat. Hal ini akan menyebabkan pembeli akan mudah bosan dan dapat berpindah ke pedagang lain yang memiliki varian rasa yang bermacam-macam seperti topping buah (nangka, pisang).

Keempat, tidak adanya pencatatan pembukuan keuangan, sehingga pedagang tidak mengetahui keuntungan yang didapat dan perkembangan bisnis usahanya. Pedagang hanya memperkirakan saja keuntungan yang diperolehnya. Pedagang beranggapan tidak perlu melakukan pencatatan keuangan dikarenakan usahanya adalah milik sendiri.

Kelima, mudah keluar masuknya dalam menjalankan bisnis martabak manis dikarenakan cara membuat martabak manis yang mudah dan modal yang tidak terlalu besar, sehingga akan mudah pula untuk memulai usaha martabak. Namun mudah pula untuk berhenti jika tidak ada suatu inovasi dengan pedagang martabak manis yang lain. Kondisi tersebut mengharuskan pedagang melakukan berbagai upaya inovasi agar mampu bersaing dengan pedagang martabak manis sejenis dan dapat mempertahankan usahanya serta mampu untuk mengembangkan usahanya ke arah yang lebih baik.

Karakteristik pedagang merupakan ciri atau sifat pedagang yang berhubungan dengan aspek lingkungan kehidupan bisnis. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam diri pedagang, yang pada akhirnya


(20)

memunculkan tingkat persaingan pedagang. Karakteristik pedagang ini secara tidak langsung berlahan-lahan membentuk persaingan pedagang.

Pedagang martabak manis merupakan pihak utama yang berperan langsung dalam masalah tersebut. Peranan utama yang harus dimiliki oleh pedagang adalah kemampuan akan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga pedagang mampu menguasai usaha martabak manis dari proses pembelian bahan baku sampai pemasaran serta mempertahankan pelanggan yang telah dimiliki.

Karakteristik individu dan karakteristik usaha diduga mempengaruhi perilaku wirausaha pedagang martabak manis sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga pedagang martabak manis. Oleh karena itu, perlu diketahui karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik individu dan usaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor?

2. Bagaimana perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik pedagang martabak manis dengan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor? 1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan karakteristik individu dan usaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor.

2. Menganalisis perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik pedagang martabak manis dengan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor.


(21)

1.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pedagang martabak manis kaki lima

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan bagi pedagang dalam rangka mengembangkan usahanya.

2. Bagi Pemerintah Kota Bogor

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan bagi pemerintah Kota Bogor dalam menentukan strategi pembinaan usaha kecil, khususnya pedagang martabak manis kaki lima.

3. Bagi kalangan akademisi

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi bagi yang ingin mengenal dan mempelajari kondisi pedagang martabak manis kaki lima, sekaligus sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

4. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat melatih kemampuan analisis penulis serta menerapkan konsep-konsep ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam kehidupan bermasyarakat.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini mengenai analisis karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor. Karakteristik individu yang diteliti meliputi umur, asal daerah, tingkat pendidikan formal, dan jumlah tanggungan keluarga.

Karakteristik usaha yang diteliti meliputi pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan tepung terigu, dan penerimaan usaha, sedangkan perilaku wirausaha yang dianalisis meliputi pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha. Lokasi penelitian di Kota Bogor. Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Statistika Deskriptif, Analisis Korelasi Rank Spearman, dan Analisis Korelasi Chi Square.


(22)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Individu

Saputro (2009) melakukan penelitian mengenai peternak. Karakteristik individu peternak meliputi: umur, pendidikan, dan pengalaman beternak. Karakteristik individu sebagian besar wanita peternak meliputi umur, pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga. (Ramanti, 2006).

Berbeda pada karakteristik individu pedagang yang berpengaruh meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan formal, asal daerah, jumlah tanggungan keluarga, pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan ayam, dan penerimaan usaha. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. (Hijriyah, 2004). Karakteristik individu pedagang meliputi: jenis kelamin, pendidikan, umur, asal daerah, jumlah tanggungan keluarga. (Setiawan, 2003)

Berbeda juga dengan karakteristik individu sebagian besar mahasiswa Karakteristik individu yang diteliti yaitu jenis kelamin, fakultas, minor, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), uang saku per bulan, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, suku daerah, bidang usaha UKMK, bidang usaha PPKM, keikutsertaan dalam PKMK sebelum tahun 2009, dan pengambilan mata kuliah kewirausahaan. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman dan Chi Square (Azzahra, 2009).

Berdasarkan penelitian terdahulu dan penyesuaian dengan kondisi responden pedagang martabak manis kaki lima yang akan diteliti karakteristik individu yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi Umur, Asal Daerah, Tingkat Pendidikan, dan Jumlah Tanggungan Keluarga.

2.2. Karakteristik Usaha

Hijriyah (2004) dalam penelitiannya karakteristik usaha meliputi pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan ayam, dan penerimaan usaha. Umur semua pedagang termasuk kedalam kategori umur produktif. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. Karakteristik usaha pedagang meliputi modal usaha, besarnya modal usaha, pengalaman usaha, cara belajar membuat, pencatatan pemasukan dan pengeluaran


(23)

usaha, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, produk yang dijual, curahan waktu kerja, biaya-biaya yang digunakan dalam usaha. (Setiawan, 2003).

Berbeda dengan karakteristik usaha pada peternak meliputi pendapatan. (Ramanti, 2006). Karakteristik usaha peternakan meliputi tahun berdiri, bentuk hukum, lokasi, investasi, populasi, produksi, pemasaran dan tenaga kerja. (Saputro, 2009).

Berdasarkan penelitian terdahulu dan penyesuaian dengan kondisi responden pedagang martabak manis kaki lima yang akan diteliti karakteristik usaha yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi Pemilikan Usaha, Pengalaman Berdagang, Lama Berdagang, Pasokan Tepung Terigu, dan Penerimaan Usaha.

2.3. Perilaku Wirausaha

Perilaku menunjukkan pola tindakan yang diperlihatkan seseorang dan merupakan hasil kombinasi pangetahuan, sikap, dan keterampilannya. Perubahan perilaku dipengaruhi oleh internal seseorang dan faktor lingkungan dimana seseorang berinteraksi sosial (Dirlanudin, 2010).

Perilaku kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi dan bisnis yang polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu inovasi, kepemimpinan, akumulasi modal, manajerial dan keberanian menanggung risiko. Pendidikan, pengalaman usaha, motivasi dan lokasi usaha berpengaruh terhadap perilaku wirausaha (Yuliadini, 2000).

Perilaku wirausaha pada pedagang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan pedagang. Pengetahuan sebagian besar pedagang mengenai usaha masih berada kategori kurang, sedangkan sikap mental berada pada kategori sedang dan keterampilan wirausaha pedagang sudah berada pada kategori baik. Faktor-faktor perilaku wirausaha yang sangat dominan terhadap perilaku wirausaha pedagang adalah sikap dan keterampilan wirausaha pedagang itu sendiri. (Hijriyah, 2004).

Perilaku wirausaha merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi dalam diri yang ditunjukkan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melakukan usaha dengan inovatif, inisiatif, berani mengambil risiko dan berdaya saing. Perilaku wirausaha merupakan sikap mental, gaya hidup dan pola tindak yang


(24)

didasarkan atas pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan kebutuhannya dalam upaya mengkaji peluang dan pertumbuhan bisnis serta tindakannya berusaha mencari kreatifitas, menunjukkan keuletan, bersikap mandiri, dan berani mengambil risiko dengan perhitungan yang matang (Dirlanudin, 2010).

Dengan adanya perilaku wirausaha dalam mencari dan menerapkan informasi usahaternak maka diharapkan pendapatan keluarga mengalami peningkatan. Sebagian besar perilaku wirausaha dalam mencari dan menerapkan informasi usahaternak (pengetahuan, sikap, dan keterampilan wirausaha) berada dalam kategori sedang (Ramanti, 2006).

Perilaku wirausaha pedagang adalah pengetahuan. Pengetahuan pedagang yang baik menyebabkan usaha yang dilakukannya dapat berjalan dengan baik (Setiawan, 2003). Dan perilaku wirausaha peternak yang meliputi pengetahuan beternak umumnya sudah berada dalam kategori sedang, kecuali kelompok Pemula yang masih mempunyai pengetahuan wirausaha kategori kurang. Sikap mental wirausaha anggota kelompok menunjukkan kategori sedang, sedangkan keterampilan wirausaha masih terbilang kurang pada kelompok Pemula, kelompok lainnya dapat dikategorikan berketerampilan sedang (Rahadian, 2002).


(25)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Wirausaha

Wirausaha dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumberdaya seperti finansial, bahan mentah dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang baru, usaha baru, serta proses usaha baru. Kata wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur. Kata tersebut berasal dari bahasa Perancis entreprendre yang berarti “bertanggung jawab”. Kata entrepreneur dan entrepreneurship dalam bahasa Inggris, menurut Holt dalam Azzahra (2009) berasal dari bahasa Prancis.

Entrepreneur adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan bertindak tepat untuk memastikan sukses. Para wirausaha merupakan pengambil risiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari risiko rendah karena tidak ada tantangannya dan menjauhi stuasi risiko tinggi, kerena mereka ingin berhasil. Wirausaha adalah individu yang berorientasi pada tindakan dan bermotivasi tinggi, serta berani mengambil resiko dalam mengejar tujuannya. Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Harta terbesar untuk mempertahankan kemampuan wirausaha adalah sikap positif (Meredith, 1996).

Selanjutnya terdapat beberapa karakteritik dari wirausahawan yang berhasil memiliki sifat-sifat yang terkenal dengan 10 D dari Bygrave (Pambudy 2003) :

1. Dream (mimpi): memiliki visi masa depan dan kemampuan mencapai visi tersebut.

2. Decisineness (ketegasan): tidak menangguhkan waktu dan membuat keputusan dengan cepat.


(26)

4. Deternination (ketetapan hati): komitmen total, pantang menyerah. 5. Dedication (dedikasi): berdedikasi total, tak kenal lelah.

6. Devotion (kesetiaan): mencintai apa yang dikerjakan. 7. Details (terperinci): menguasai rician yang bersifat kritis. 8. Destiny (nasib) : bertanggung jawab atas nasib sendiri.

9. Dollars (uang): kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai ukuran kesuksesan.

10. Distrubute (distribusi): mendistribusikan kepemilikan usahanya kepada karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan usahanya.

Wirausahawan atau entrepreneur adalah suatu sikap yang berani menanggung resiko, berpikiran maju, berani berdiri di atas kaki sendiri. Sikap ini yang akan membawa seseorang pengusaha yang terus berkembang terus-menerus dalam waktu yang lama (Sutanto, 2002).

Selanjutnya terdapat ciri-ciri atau kiat menjadi wirausaha yang tangguh dan berhasil dari Douglas (Pambudy 2003):

1. Tujuan yang berkelanjutan: seorang wirausaha tidak hanya puas terhadap pencapaian tujuan, melainkan senantiasa membuat tujuan baru untuk menantang diri mereka.

2. Ketekunan: ketabahan dalam mencapai tujuan.

3. Pengetahuan tentang bisnis: seorang wirausaha harus mengerti prinsip-prinsip dasar tentang bagaimana suatu bisnis dapat bertahan dan berhasil.

4. Mengatasi kegagalan: kegagalan adalah hambatan-hambatan sementara terhadap pencapaian tujuan.

5. Upaya diri: percaya bahwa dirinya mengontrol kesuksesan atau kegagalan sehingga upaya yang serius sangat diperlukan untuk mencapai tujuan.

6. Mengambil risiko adalah biasa: kemampuan untuk menilai risiko dan menimbang bahaya, lebih menyukai risiko yang besar namun realistik untuk mencapai tujuan.

7. Memecahkan masalah: kemampuan untuk memecahkan masalah secara efektif dengan banyak akal.

8. Inisiatif: wirausaha adalah individu yang aktif yang ingin melakukan ide mereka sesegera mungkin sehingga mereka dapat segera melihat hasilnya.


(27)

9. Energik: stamina yang tinggi diperlukan untuk memenuhi kemampuan menjalankan bisnis,

10. Kemampuan untuk berkonsultasi dengan para ahli: keinginan untuk mencari bantuan orang lain diperlukan untuk mencapai tujuan.

11. Kesehatan fisik: kesehatan sangat penting untuk mengimbangi tuntunan dan tekanan yang ditimbulkan dari bisnisnya, terutama pada tahun-tahun awal. 12. Kesehatan mental dan emosi: jam kerja yang panjang dan tekanan bisnis

menuntut kestabilan emosinya.

13. Tolerasi terhadap ketidakpastian: ketidakpastian harus diterima sebagai bagian penting dari bisnis.

14. Memanfaatkan masukan: keahlian untuk mencari dan memanfaatkan masukan atas penampilan diri dan tujuan bisnis.

15. Bersaing dengan standar buatan sendiri: kecenderungan untuk membuat standar penampilan yang realistik dan berupaya memenuhi standar tersebut. 16. Mencari tanggung jawab pribadi.

17. Percaya diri: percaya diri yang realistik terhadap dirinya dan kemampuan untuk mencapai tujuan bisnis atau tujuan pribadi.

18. Kepandaian: mempu mengatasi banyak hal atau tugas secara efektif pada saat yang bersamaan.

19. Keinginan untuk tidak tergantung: wirausaha yang berhasil biasanya terlahir bukanlah seorang yang dapat bekerja sama.

20. Memanfaatkan imajinasi positif: kemampuan berimajinasi tentang tujuan adalah ciri khusus dari wirausaha yang sukses.

21. Pencapaian tujuan: perasaan adanya suatu misi, memotivasi para wirausaha memulai bisnis.

22. Obyektif: kemampuan untuk berlaku obyektif sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang realistik.

23. Berorientasi pada tujuan: keinginan untuk menghadapi tantangan dan mencoba batas kemampuan.

24. Fleksibel: mau menerima perubahan, mampu menyesuaikan persepsi terhadap tujuan dan kegiatan berdasarkan informasi baru.


(28)

26. Keterlibatan jangka panjang: kesepakatan terhadap proyek jangka panjang dan tujuannya membutuhkan pengorbanan pribadi.

27. Komitmen: dedikasi terhadap tujuan tanpa diganggu atau dihalangi modifikasi terhadap tujuan dapat terjadi, tetapi tujuan utama masih dipertahankan.

28. Inovasi: kemampuan dan keinginan untuk menemukan hal-hal yang baru. 29. Gambaran jangka panjang: pemahaman akan tujuan jangka panjang sehingga

setiap langkah dalam rencana bisnis dapat dilihat dalam konteks. 30. Pandangan positif.

31. Pengetahuan teknis dan industri: pengetian menyeluruh tentang industri dan produk atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis, akses untuk menghubungi ahli dalam bidang tersebut.

32. Hubungan antar manusia: kemampuan untuk mengerti dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

33. Akses pada sumber keuangan: kemampuan untuk memperoleh dana jika diperlukan.

34. Hasrat terhadap uang: bagaimana menggunakan uang dengan sebaik-baiknya dan bijaksana.

35. Kemampuan berpikir: seorang wirausaha harus mempunyai sifat ingin tahu dan berusaha berpikir secara efektif.

36. Kemampuan menjual: kemampuan untuk meyakinkan orang terhadap nilai produk atau jasa yang ditawarkan.

37. Kemampuan untuk berkomunikasi: kemampuan untuk menggunakan kata-kata yang efektif, mudah dimengerti dan dipahami.

38. Keberanian: kemauan untuk bertindak atas pendirian sendiri untuk mengatasi masalah dan hambatan.

39. Umur: tidak ada umur ideal untuk memulai bisnis, meskipun penting untuk memiliki cukup pengalaman hidup, mawas diri dan kepercayaan diri.

40. Latar belakang keluarga: wirausaha yang sukses sering mempunyai pasangan, orang tua, atau keluarga dekat yang menjalankan bisnisnya dan memberikan dorongan.


(29)

41. Latar belakang suku: suku yang suks berimigrasi mempunyai dorongan yang lebih kuat untuk menjadi wirausaha sukses.

42. Latar belakang pekerjaan: kecenderungan kesulitan bekerja sama dengan orang lain dalam jangka waktu tertentu karena kepribadian yang kreatif, frustasi mendapat perintah dari pihak lain, kebosanan.

43. Latar belakang pendidikan: pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang mempunyai wirausaha yang baik.

Seorang harus memiliki karakteristik dalam menjalankan usahanya Scarborough dan Zimmerer (1993 ) mengemungkakan delapan karakteristik yang meliputi : (1) Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya, (2) Lebih memilih risiko yang moderat, (3) Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil, (4) Selalu menghendaki umpan balik yang segera, (5) Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan, (6) Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik, (7) Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah, (8) Selalu menilai prestasi dengan uang.

Seorang wirausahawan memasuki dunia bisnis sendiri dengan alasan (Wijandi dalam Syukron, 2009) :

1. Terdesak akan beban hidup atau daripada menganggur.

2. Ingin mandiri, yaitu mampu memperoleh penghasilan sendiri dan lepas dari ketergantungan orang tua atau orang lain.

3. Ingin lepas dari ketergantungan pada orang lain.

4. Ingin hidup kreatif, bebas, tidak terikat atau diperintah, jenuh mengikuti rutinitas, merasa seperti robot, ingin menjadi majikan atau memiliki bisnis sendiri.

5. Ingin menikmati jerih payah dari bisnis sendiri.

6. Kesetaraan gender, bahwa perempuan juga dapat berbisnis dan menghasilkan uang.

7. Ingin beramal sholeh untuk orang lain (memberi lapangan kerja), dan sebagainya.

Scarborough dan Zimmerer dalam Pambudy (1999) berpendapat bahwa lebih dari 50 persen memulai wirausaha pada umur 25 antara 40 tahun. Wirausaha


(30)

adalah aktivitas berusaha sendiri untuk mengelola sebuah bisnis dengan tujuan memperoleh keuntungan dengan cara membuat produk/jasa yang diyakini dibutuhkan oleh masyarakat konsumen dengan telah mempertimbangkan kemungkinan risiko yang akan dihadapi serta berusaha menerapkan inovasi yang terus-menerus dengan selalu menyesuaikan perkembangan di masyarakat.

3.1.2. Martabak Manis

Martabak manis merupakan salah satu jenis jajanan makanan yang mengenyangkan. Martabak manis dibuat dengan berbahan dasar adonan tepung terigu, gula, telur, dan lain-lain. Adonan dicetak dengan menggunakan piring seng. Ukuran cetakan kurang lebih 20 cm, ada yang ukuran 24 cm, ada pula yang ukuran 30 cm dan dipasang tangkai pipa besi. Dipanggang dan digoyangkan diatas bara api, arang kayu, atau kompor minyak. Topping atau isi yang terdapat dalam martabak manis adalah olesan mentega/margarine, susu, selai, coklat, keju, kacang, durian, dan lain-lain.

Martabak menurut Dean (2005) adalah sejenis makanan khas dari negeri India yang sudah dikenal dari dulu sampai sekarang. Martabak terang bulan atau martabak manis disebut terang bulan, karena bentuknya bulat seperti bulan purnama.

3.1.3. Wirausaha Martabak Manis

Wirausaha Martabak Manis adalah orang yang melakukan usaha martabak manis yang berada di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak. Mereka berjualan dari sore hari sampai malam hari dan kebanyakan orang-orang menyebutnya pedagang kaki lima.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 23/MPP/Kep/1/1998 pasal 4 tentang lembaga-lembaga usaha perdagangan terdiri dari: (1) Termasuk perdagangan informal adalah pedagang kaki lima, pedagang keliling, pedagang kelontong, pedagang asongan, bakul gendong, kedai, warung, depot, los pasar, jasa reparasi, jasa pertukangan, dan jasa-jasa informal lainnya, dan (2) Pedagang informal harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: memiliki modal usaha diluar tanah dan bangunan tempat usaha tidak lebih dari lima juta rupiah, dikerjakan sendiri oleh


(31)

beberapa orang, jenis usaha yang dijalankan umumnya tidak tetap (Setiawan, 2003)

Menurut hasil penelitian Fakultas Hukum Unpar dalam Alma (2003), yang dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah orang yang berdagang kebutuhan sehari-hari makanan atau jasa, modal kecil, berasal dari golongan ekonomi lemah, baik berjualan terlarang atau tidak. Istilah kaki lima diambil dari pengertian tempat di tepi jalan yang selebar lima kaki (5 feet).

Di dalam ketentuan umum Bab I Pasal I Peraturan Daerah No 13 Tahun 2005 arti dari pedagang kaki lima adalah penjual barang dan atau jasa yang secara perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan ekonomi yang tergolong dalam skala usaha kecil yang menggunakan fasilitas umum dan bersifat sementara/tidak menetap dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak bergerak maupun tidak bergerak dan atau menggunakan sarana berdagang yang mudah dipindahkan dan dibongkar pasang.

3.1.4. Perilaku Wirausaha

Perilaku wirausaha yaitu pengetahuan, sikap mental dan keterampilan serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang (Wijandi dalam Setiawan, 2003). Pada dasarnya perilaku berorientasi tujuan ataupun dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu (Hersey dan Blachartd dalam Hijriyah, 2004).

Lebih lanjut Lunardi dalam Hijriyah (2004) menyatakan bahwa perilaku seseorang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilki serta dalam hal tertentu oleh material yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Penelitian Yuliadini (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor seperti pendidikan, pengalaman usaha, motivasi, dan lokasi usaha berpengaruh terhadap perilaku wirausaha.


(32)

Gambar 1. Perubahan Perilaku Manusia

3.1.4.1. Pengetahuan Wirausaha

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam berpikir. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berkembang seiring dengan majunya jaman, sebagai pelaku usaha maka pengetahuan yang terkini harus didapat dan diikuti agar usahanya maju (Atmakusuma dalam Setiawan, 2003).

Pambudy (2003) menjelaskan untuk menjadi seorang wirausaha tidak hanya sekedar memiliki pengetahuan praktis, tetapi juga pada gaya hidup dan prinsip-prinsip tertentu yang akan berpengaruh pada bisnis yang dijalankan. Walaupun secara tak langsung tidak ada hubungan antara pendidikan dengan semangat kewirausahaan, tetapi dalam menjalankan usahanya seorang wirausahawan perlu memiliki pengetahuan dasar yang memadai agar usahanya berhasil.

3.1.4.2. Sikap Wirausaha

Sikap mental yang diperlukan seorang wirausahawan adalah unsur mencirikan respon, tanggapan atau tingkah laku seseorang ketika dihadapkan pada situasi. Sikap mental berbeda dengan kepribadian. Kepribadian menunjukkan watak seseorang atau sikap mental yang relatif mantap dan tetap (Wijandi dalam Setiawan, 2003).

Selanjutnya Pambudy (1999) menjelaskan sikap dasar seorang wirausahawan adalah kemauan, kemampuan dan memiliki kesempatan untuk selalu memperhatikan usahanya. Soesarsono (2002) mengemukan ada enam sikap yang harus dimiliki penjual: (1) Kepercayaan diri, (2) Kemauan, semangat dan

Perilaku


(33)

kegairahan, (3) Gigih dan ulet, (4) Kepribadian menarik, (5) Kesedian memberi pelayanan terbaik, (6) Ada keyakinan dan kebanggaan.

3.1.4.3. Keterampilan Wirausaha

Keterampilan adalah kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang ada pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam mengembangkan usahanya tersebut. Keterampilan berhubungan dengan kerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk berkerja (Pambudy, 1999).

Soesarsono (2002) mengemukakan bahwa keterampilan pedagang merupakan tindakan atau kegiatan pedagang dalam mengelola usahanya. Seorang pedagang dalam menjalankan usahanya harus mempunyai berbagai kemampuan. Adapun kemampuan yang harus dimiliki oleh pedagang diantaranya adalah: (1) Kemampuan melakukan observasi dan diidentifikasi terhadap kebutuhan masyarakat, pasar, saingan dan pembeli, (2) Kemampuan mempengaruhi orang lain, menanam, dan memelihara kepercayaan orang lain, (3) Kemampuan menentukan harga yang tepat dan baik, (4) Kemampuan mengenal kondisi fisik dan psikologis pembeli, (5) Kemampuan membuat suasana yang menyenangkan, (6) Kemampuan mencari dan memperoleh informasi yang tepat dan (7) Kemampuan membuat rencana dan evaluasi penjualan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor dihadapkan berbagai masalah. Permasalahan yang terjadi adalah persaingan yang semakin ketat, hal ini dikarenakan pedagang martabak yang berjualan saling berdekatan seperti di Jembatan Merah. Selain itu persaingan juga mengakibatkan jumlah pelanggan yang tetap dan perkembangan usaha yang tidak ada peningkatan, serta mudah keluar masuknya dalam menjalankan bisnis martabak manis dan juga tidak adanya pencatatan pembukuan keuangan.

Dalam menganalisis hubungan karakteristik dan perilaku wirausaha harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik individu dan karakteristik usaha. Dengan melakukan identifikasi terhadap karakteristik individu dan usaha maka akan diketahui karakteristik masing-masing pedagang martabak manis. Karakteristik


(34)

individu yaitu: umur, asal daerah, tingkat pendidikan formal, dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik usaha yaitu: pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan tepung terigu, dan penerimaan usaha. Kemudian dari karakteristik individu dengan karakteritik usaha dihubungkan dengan perilaku wirausaha.

Karakteristik wirausaha merupakan bagian penting dalam kewirausahaan. Karakteristik wirausaha akan menentukan keberhasilan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha. Setiap pedagang martabak manis di Kota Bogor memiliki karakteristik sendiri sehingga perlu kajian mengenai karakteristik dan perilaku wirausaha dalam menjalankan bisnisnya. Kegiatan operasional yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.


(35)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor

Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor

Karakteristik Individu 1. Umur

2. Asal daerah

3. Tingkat pendidikan

4. Jumlah tanggungan keluarga

Karakteristik Usaha 1. Pemilikan usaha 2. Pengalaman berdagang 3. Lama berdagang 4. Pasokan tepung terigu 5. Penerimaan usaha Permasalahan yang dihadapi

1. Persaingan yang ketat yaitu tempat jualan yang saling berdekatan.

2. Jumlah pelanggan yang tetap

3. Bisnis martabak manis yang tidak berkembang. 4. Mudah keluar masuknya bisnis martabak manis

Hubungan antara Karakteristik dengan Perilaku Wirausaha

Perilaku Wirausaha 1. Pengetahuan wirausaha 2. Sikap wirausaha


(36)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kota Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor merupakan salah satu kota tujuan wisata. Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Desember 2010 antara Febuari 2011.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang martabak manis di Kota Bogor. Pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu semua anggota populasi. Sampel berjumlah 106 orang pedagang yang tersebar di enam kecamatan di Kota Bogor. Sebaran pedagang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Pedagang Martabak Manis di Kota Bogor Desember 2010 sampai Febuari 2011

No. Kecamatan Jumlah Pedagang

1. Kota Bogor Barat 26

2. Kota Bogor Tengah 20

3. Tanah Serial 7

4. Kota Bogor Utara 23

5. Kota Bogor Timur 15

6. Kota Bogor Selatan 15

Jumlah 106 Sumber: Survey Lapangan, Desember 2010- Febuari 2011

4.3. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian yang dilakukan adalah metode survey. Metode survey adalah prosedur dan teknik pengumpulan data untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual baik tentang sosial, ekonomi, politik dari suatu kelompok masyarakat atau suatu daerah.


(37)

4.4. Data

Data yang dikumpulkan adalah Data Primer dan data Sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan observasi langsung, menggunakan kuisioner terhadap responden. Data Sekunder adalah data yang telah terdokumentasi sebelumnya, baik berupa data BPS, dinas-dinas, lembaga-lembaga penelitian atau publikasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Data harus relevan, dan dapat dipercaya.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara langsung, dan observasi. Wawancara dilakukan kepada pedagang martabak manis di Kota Bogor yaitu pada saat pedagang berjualan martabak manis dari sore sampai malam hari.

Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka dan tertutup diberikan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik individu responden. Pertanyaan untuk unsur pengetahuan wirausaha diberikan dalam bentuk pertanyaan tertutup Benar/Salah. Pertanyaan untuk unsur sikap wirausaha diberikan dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban kategori sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat setuju dan pertanyaan untuk unsur keterampilan wirausaha berupa pertanyaan tidak pernah, jarang, sering, selalu. Kuisioner penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.6. Metode Pengolahan Data

Ada tiga jenis analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Analisis Statistik Deskriptif, Analisis Korelasi Rank Spearman, dan Analisis Korelasi Khi Kuadrat (Chi Square).

4.6.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk memberi gambaran secara kualitatif mengenai karakteristik pedagang, karakteristik wirausaha yang dimilki oleh pedagang martabak manis di kota Bogor. Metode statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data kuantitatif dan merumuskan karakteristik


(38)

wirausaha mengguna Da dengan n wirausaha Skor peril skor peril penilaian s Tabel 5. K

No. Ra Pe 1. 2. 3. 4. 5.

4.6.2. An An variabel a Square un lain atau populasi d diinginkan An mengetahu perilaku w Excel 200 Ru

a utama p akan softwa alam peneli ilai terting a dan ketera laku wiraus laku wiraus skor secara Kriteria Pen ange Skor engetahuan 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 nalisis Kore nalisis kore adalah dalam ntuk menguj tidak, atau didistribusik n. nalisis kore ui hubungan wirausahany 07 dan SPPS umus korela

pedagang m re Microsof itian ini, pe gi 100 dan ampilan wir aha merupa saha terting rinci dijela nilaian Skor Range Skor Sika 20-3 37-5 53-6 69-8 85-10

elasi Rank S

elasi Rank m bentuk s uji apakah b u dengan p kan dalam b

elasi Rank n antara kar ya. Analisis S 16.00 for asi Rank Spe

martabak ft Office Ex emberian sk n terendah ausaha nila akan penjum ggi adalah

skan pada T r Kuesioner ap Range Keteram 36 52 68 84 00

Spearman d

Spearman kala ordina beberapa uk perkataan l bentuk sama Spearman rakteristik in ini dilakuk Windows. earman yan

manis. Pe xcel 2007.

kor pengeta 0 sedangk ai tertinggi 1 mlahan dari 300 dan te Tabel 5.

e Skor mpilan R 20-36 37-52 53-68 69-84 85-100

dan Chi Squ

digunakan al (Nazir, 2 kuran nomin

ain apakah a dan sehub

n dan Chi ndividu dan kan dengan ng digunaka ngolahan ahuan wira kan pembe 100 dan tere

i skor unsur erendah ada

Range Skor Perilaku 40-92 93-144 145-196 197-248 249-300 uare jika penga 005). Anali nal, berhubu h dua atau bungan deng

Square d n karakterist

alat bantu b

an adalah se

data kuan

ausaha dilak erian skor

endah adala r-unsur seh alah 40. Kr

Kriteri Sangat Ren Rendah Sedang Tinggi Sangat Tin amatan dar isis korelas ungan satu lebih distr gan kriteria

digunakan u tik usaha de berupa Micr ebagai berik ntitatif kukan sikap ah 20. ingga riteria a ndah h g i nggi i dua si Chi

sama ribusi yang untuk engan rosoft kut:


(39)

Keterangan : rs = Koofisien Korelasi Rank Spearman n = Jumlah Sampel

di = Beda antara 2 pengamatan berpasangan Rumus Chi Square yang digunakan adalah sebagai berikut :

X² = Σ (fo – fe)² fe Keterangan: X² = Nilai chi-kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi fe = Frekuensi yang diharapkan.

4.7. Definisi Operasional

Berikut ini didefinisikan beberapa peubah yang digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian, yaitu:

1. Umur adalah tingkat umur pedagang martabak manis pada saat penelitian dilaksanakan, dengan pembulatan ke arah hari ulang tahun terdekat. Kondisi yang menggambarkan berapa lama orang telah menjalani kehidupan. Kondisi ini dapat diketahui dari tahun kelahiran seseorang. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Diketegorikan berdasarkan sebaran normal responden sampel, yaitu: Muda (<34 tahun), Dewasa (34-51 tahun), dan Tua (>51 tahun).

2. Asal daerah adalah asal mula pedagang martabak manis yang diukur berdasarkan skala nominal. Diketegorikan berdasarkan responden sampel, yaitu: Kota Bogor, Luar Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat), dan Luar Provinsi Jawa Barat

3. Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah dijalani atau diikuti pedagang secara formal (dalam tahun). Dikategorikan berdasarkan responden sampel, yaitu: Tidak Tamat SD, Tamat SD, Tamat SMP, Tamat SMA, dan Diploma.

4. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih dalam tanggungan pedagang, baik yang berada atau tinggal satu rumah maupun tidak tinggal satu rumah termasuk dirinya sendiri. Diukur dengan skala ordinal. Diketegorikan berdasarkan sebaran normal responden sampel, yaitu: <4, 4-6, dan >4.


(40)

5. Pemilikan usaha adalah pemilik usaha martabak, yang mempunyai modal dan digunakan usaha martabak manis. Diketegorikan berdasarkan responden sampel, yaitu: sendiri, keluarga, dan bos.

6. Pengalaman berdagang adalah lamanya pedagang menjalankan usaha martabak manis di ukur dalam satuan bulan. Diukur dengan skala ordinal. Diketegorikan berdasarkan sebaran normal responden sampel, yaitu: <158, 158-312 dan >312.

7. Lamanya berdagang adalah lamanya waktu yang dicurahkan pedagang dalam menjalankan usaha martabak manis setiap hari mulai dari datang ke lokasi berdagang sampai meninggalkan lokasi dagang yang diukur dalam satuan jam. Diukur dengan skala ordinal. Diketegorikan berdasarkan sebaran normal responden sampel, yaitu: <6,5, 6,5-9, dan >9.

8. Pasokan tepung terigu per hari adalah banyaknya persedian tepung terigu yang digunakan setiap hari sebagai bahan baku mentah dalam menjalankan usaha martabak manis yang diukur dalam satuan kilogram. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan sebaran normal responden sampel, yaitu: <12, 12-21, dan >21.

9. Pendapatan usaha adalah penerimaan yang diperoleh oleh pedagang martabak manis yang telah dikurangi biaya produksi yang dilakukan saat penelitian selama satu bulan yang diukur dalam satuan rupiah. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan sebaran normal responden sampel, yaitu: <1.833.334, 1.833.334-3.666.667, dan >3.666.667. 10.Perilaku wirausaha adalah pengetahuan, sikap mental dan keterampilan serta

sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang. Kegiatan-kegiatan ekonomi dan bisnis yang polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu: pengetahuan, sikap dan keterampilan. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan interval skor, yaitu: 40-92 (sangat rendah), 93-144 (rendah), 145-196 (sedang) , 197-248 (tinggi), dan 249-300 (sangat tinggi).

11.Pengetahuan wirausaha adalah Pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam berpikir. Pengetahuan wirausaha dapat berkaitan dengan Benar dan


(41)

Salah. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan interval skor, yaitu: 0-20 (sangat rendah), 21-40 (rendah), 41-60 (sedang), 61-80 (tinggi), dan 81-100 (sangat tinggi).

12.Sikap wirausaha adalah unsur mencirikan respon, tanggapan atau tingkah laku seseorang ketika dihadapkan pada situasi. Sikap pedagang atau respon seseorang dalam menyikapi masalah-masalah yang terjadi didalam wirausaha. Sikap wirausaha dapat berkaitan dengan sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju, perasaan pedagang dan tanggapan suatu kejadian. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan interval skor, yaitu: 20-36 (sangat rendah), 37-52 (rendah), 53-68 (sedang) , 69-84 (tinggi), dan 85-100 (sangat tinggi).

13. Keterampilan wirausaha adalah suatu kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang ada pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam mengembangkan usahanya tersebut. Keterampilan berhubungan dengan kerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk berkerja. Keterampilan pedagang martabak manis dalam mengatur kegiatan usahanya, seperti : pembukuan keuangan, membuat strategi pemasaran, rencana pengembangan usaha. Keterampilan wirausaha dapat berkaitan dengan tidak pernah, jarang, sering, dan selalu. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dikategorikan berdasarkan interval skor, yaitu: 20-36 (sangat rendah), 37-52 (rendah), 53-68 (sedang) , 69-84 (tinggi), dan 85-100 (sangat tinggi).


(42)

V. KEADAAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Keadaan Geografis

Secara geografis kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43’30’’BT, 106 derajat 51’00 dan 30’30”LS-6 derajat 41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter. Jarak dari ibukota kurang lebih 60 kilometer.

Sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat, Kota Bogor merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki asset Wisata Ilmiah yang bersifat Internasional (Kebun Raya). Pusat Kota Bogor terletak 100 km disebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu kala merupakan pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan Pajajaran yang pusatnya sekitar Batu Tulis di Selatan Kota Bogor. Bogor dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.500 antara 4.000 milimeter pertahunnya.

Kota Bogor mempunyai luas wilayah 11.850 Ha atau 0,27% dari luas propinsi Jawa Barat dan mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh dari pemukiman, yaitu Sungai Ciliwung. Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Kota Bogor terdiri dari enam wilayah kecamatan, 31 kelurahan, 37 desa dan 210 dusun. Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kota Bogor Barat, Kecamatan Kota Bogor Utara, Kecamatan Kota Bogor Selatan, Kecamatan Kota Bogor Timur, Kecamatan Kota Bogor Tengah, dan Kecamatan Tanah Sareal.

5.2. Demografi

Hasil akhir tahun 2008 menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 942.204 jiwa, terdiri dari 476.476 jiwa laki-laki dan 465.728 jiwa perempuan, terdapat kenaikan sebesar 4,09 persen dibanding tahun 2007 yaitu 905.132 jiwa. Kenaikan tersebut diduga karena faktor penarik dari Kota Bogor sendiri mengingat semakin banyaknya fasilitas sosial yang mudah diperoleh. Selain itu juga kota Bogor merupakan kota penyangga ibu kota Negara, sehingga menarik para pendatang untuk tinggal dan mendirikan usahanya di Kota Bogor.


(43)

Penduduk kota Bogor apabila dilihat dari struktur umur penduduknya, menunjukan jumlah terbesar pada umur 20 antara 24 tahun sebanyak 108.207 jiwa, dan yang terkecil pada umur 60 antara 64 dengan jumlah 20.257 jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan di Kota Bogor Tahun 2008

No. Kecamatan Rumah

Tangga Penduduk

Luas Wilayah (km2) Kepadatan Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal 39.050 18.594 35.187 24.456 45.646 35.517 179.494 94.329 166.245 111.952 205.123 185.061 30,81 10,15 17,72 8,13 32,85 18,84 5.826 9.293 9.382 13.770 6.244 9.823

Kota Bogor 198.250 942.204 188,50 7.951

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Kota Bogor dalam angka 2009

5.3. Ekonomi

Secara umum keadaan ekonomi Kota Bogor sudah relatif stabil dengan pertumbuhannya yang cukup baik, namun tentunya masih memerlukan perhatian yang lebih dikarenakan struktur ekonomi Kota Bogor yang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 29,53 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 28,18 persen dimana ini sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya beli masyarakat. Jumlah perusahaan perdagangan berdasarkan penerbitan SIUP dan TDUP tahun 2002/2003 – 2008/2009 di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.


(44)

Tabel 7. Jumlah Perusahaan Perdagangan Berdasarkan Penerbitan SIUP dan TDUP Tahun 2002/2003 – 2008/2009 di Kota Bogor

No. Tahun Perdagangan

Besar

Perdagangan Menengah

Perdagangan

Kecil Jumlah

1. 2002-2003 178 885 4.766 5.829

2. 2003-2004 188 912 5.114 6.214

3. 2004-2005 222 1.067 6.419 7.708

4. 2005-2006 233 1.101 6.683 8.017

5. 2006-2007 249 1.144 6.952 8.345

6. 2007-2008 284 1.216 7.467 8.967

7. 2008-2009 311 1.275 7.874 9.460

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota bogor, 2009

5.4. Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pertumbuhan PKL di kota Bogor semakin berkembang setelah terjadinya krisis ekonomi mulai pertengahan tahun 1997. Hasil pendataan oleh Pemerintah Derah, pada tahun 1996 tercatat pedagang kaki lima dititik-titik pusat keramaian berjumlah 2.140 pedagang, kemudian pada akhir tahun 1999 berdasarkan hasil survei Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) Kota Bogor jumlahnya hampir tiga kali lipat menjadi 6.340 pedagang.

Pada akhir tahun 2002 berdasarkan hasil pendataan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor jumlah PKL meningkat lagi menjadi 10.350 Pedagang, yang tersebar di 51 titik PKL, dimana 82 persen dari para pedagang tersebut berasal dari luar Kota Bogor. Tahun 2004 terdapat 50 lokasi PKL dengan jumlah pedagang sekitar 12.000 PKL.

Konsentrasi pedagang martabak manis kaki lima berada pada kawasan yang strategis di Wilayah Kota Bogor yaitu di kawasan pusat perdagangan, daerah pemukiman, daerah pendidikan, stasiun dan terminal. Kawasan yang ramai yang dijadikan lokasi berjualan diantaranya adalah Jembatan merah, Tajur, Terminal Beranangsiang, Bantar jati, Jalan Baru, Warung Jambu, Air mancur, Sindang Barang, Kedung Halang, Mawar, Merdeka.


(45)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Karakteristik Individu dan Usaha

Karakteristik pedagang martabak manis kaki lima terdiri dari dua yaitu: karakteristik individu pedagang dan karakteristik usaha pedagang martabak manis. Karakteristik individu pedagang yang diamati meliputi : umur, asal daerah, tingkat pendidikan formal dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteritik usaha pedagang martabak manis Kota Bogor, terdiri dari: pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan tepung terigu, dan penerimaan usaha.

Pedagang dalam penelitian ini adalah pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor. Total pedagang dalam penelitian ini adalah 106 orang. Dari data karakteristik individu dan karakteristik usaha pedagang, akan dilihat hubungannya dengan perilaku wirausaha pedagang.

6.1.1. Umur

Umur pedagang martabak manis bervariasi mulai dari umur 15 sampai 69 tahun, dengan rata-rata umur 30 tahun. Pada penelitian ini, pedagang dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar pedagang martabak manis 66,98 persen berada pada kisaran umur kurang dari 33 tahun, kemudian sekitar 28,30 persen masuk kedalam kisaran umur antara 33 sampai 51 tahun dan sisanya 4,72 persen berada pada kisaran umur lebih dari 51 tahun. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok umur bisa dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Pedagang Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1. < 34 tahun 71 66,98

2. 34-51 tahun 30 28,30

3. > 51 tahun 5 4,72

Jumlah 106 100,00

Bagi pedagang yang usia muda dalam menjalankan usaha merupakan potensi awal untuk mengembangkan usaha dan bagi pedagang yang usia semakin


(46)

tua semakin banyak pula pengalaman yang telah didapat. Pedagang martabak manis lebih dari 50 persen merupakan umur yang masih muda. Ini juga dikarenakan anak muda lebih semangat dan tenaga yang masih kuat serta kondisi kesehatan yang lebih bagus. Diharapkan anak muda sebagai pengerak perekonomian bangsa. Scarborough dan Zimmerer dalam Pambudy (1999) berpendapat bahwa lebih dari 50 persen memulai wirausaha pada umur 25 sampai 40 tahun.

6.1.2. Asal Daerah

Asal daerah diduga mempengaruhi cara kerja seseorang dalam berusaha, dan biasanya penduduk pendatang akan lebih tinggi motivasinya dibandingkan penduduk asli. Hasil penelitian menunjukkan dari 106 orang pedagang martabak manis yang diwawancarai asal daerahnya bermacam-macam.

Pedagang yang berasal dari Luar provinsi Jawa Barat (Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Barat) merupakan yang terbanyak 76 orang 71,69 persen, yang berasal dari Luar Kota Bogor (masih Provinsi Jawa Barat) 17 orang pedagang 16,04 persen dan yang penduduk asli Bogor 13 orang 12,27 persen. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok asal daerah dilihat pada Tabel 9.

Pedagang yang berasal dari luar provinsi Jawa Barat lebih dari 50 persen. Banyaknya pedagang dari luar Jawa Barat karena pedagang tersebut ingin merantau untuk memperbaiki kesejahteraan hidupnya. Dengan merantau mereka akan lebih gigih dalam berusaha.

Tabel 9. Distribusi Pedagang Berdasarkan Asal Daerah

No. Asal Daerah Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

1. Kota Bogor 13 12,27

2. Luar Kota Bogor ( Provinsi Jawa Barat) 17 16,04

3. Luar Provinsi Jawa Barat 76 71,69

Jumlah 106 100,00

6.1.3. Tingkat Pendidikan Formal


(47)

menunjukkan bahwa jumlah terbanyak yaitu tamatan SMP 40,57 persen, dan tersedikit Diploma 0,94 persen hanya satu orang. Hal ini berarti pedagang martabak manis tingkat pendidikan formalnya berada di SMP kebawah. Alasan mereka tidak melanjutkan pendidikan dikarenakan keterbatasan ekonomi dan lebih memilih untuk membantu orang tua.

Dengan pendidikan formal yang kurang maka mereka memilih buka usaha, karena untuk melamar pekerjaan diperusahaan mereka tidak memiliki Ijazah dari pendidikan formal yang lebih tinggi. Walaupun pendidikan formal mereka masih rendah diharapkan motivasi mereka dalam berwirausaha tinggi yang dikerenakan keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk lebih sejahtera. Tingkat pendidikan formal yang rendah tidak menjadikan suatu halangan bagi pedagang untuk mendirikan usaha.

Pengusaha kecil tidak menyadari adanya peluang peningkatan kemampuan dalam mengelola usaha yang dikarenakan keterbatasan pendidikan formal. (Sjaifudian dalam Setiawan, 2003). Distribusi pedagang berdasarkan kelompok tingkat pendidikan formal bisa dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Pedagang Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendidikan

Formal

No. Tingkat Pendidikan Formal Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. Tidak Tamat SD 5 4,72

2. Tamat SD 37 34,90

3. Tamat SMP 43 40,57

4. Tamat SMA 20 18,87

5. Diploma 1 0,94

Jumlah 106 100,00

6.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pedagang dari satu orang samapai sembilan orang. Satu orang berarti hanya buat diri sendiri (belum menikah). Jumlah pedagang yang hanya mencari uang untuk diri sendiri berjumlah 30 orang. Jumlah tanggungan keluarga terbanyak yaitu antara satu sampai tiga orang 75,47 persen, dan yang tersedikit yaitu antara tujuh sampai sembilan orang 1,89 persen.


(48)

Anggota keluarga yang ditanggung oleh pedagang martabak manis adalah anak, istri, saudara atau kerabat. Jumlah tanggungan keluarga pedagang satu sampai tiga orang di atas 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mereka terdiri dari pedagang, istri dan satu anak. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pedagang martabak manis bahwa keluarga salah satu alasan utama mereka untuk bersungguh-sungguh berusaha karena rasa tanggung jawab dalam menghidupi anggota keluarganya. Diharapkan dengan tanggung jawab tersebut maka semangat dalam berwirausaha juga tinggi. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok jumlah tanggungan keluarga bisa dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

No. Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. < 4 80 75,47

2. 4-6 24 22,64

3. > 6 2 1,89

Jumlah 106 100,00

6.1.5. Pemilikan Usaha

Pemilikan usaha pedagang martabak manis kaki lima pada penelitian ini dikelompokan menjadi tiga yaitu usaha sendiri, usaha keluarga, dan usaha bos. Pemilikan usaha sebahagian besar adalah usaha sendiri sebanyak 70 orang 66,04 persen, milik bos sebanyak 21,69 persen, dan milik keluarga sebanyak 13 orang 12,27 persen.

Usaha milik sendiri berarti semua modal dari peralatan, sewa tempat, gerobak, penyedian bahan baku. Sebagian besar pedagang hanya berkerja sendiri tanpa dibantu dengan karyawan dan ada yang dibantu karyawan. Alasan mereka untuk tidak dibantu sama karyawan karena kerjanya tidak terlalu sulit dan juga buat penghematan biaya untuk karyawan. Dengan mereka buka usaha sendiri dan milik sendiri berarti mereka tidak mau tergantung sama orang lain bahkan sudah membuka lapangan pekerjaan dengan memperkerjakan karyawan. Diharapkan jiwa wirausaha mereka akan terus tumbuh dan berkembang. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok pemilikan usaha bisa dilihat pada Tabel 12.


(49)

Tabel 12. Distribusi Pedagang Berdasarkan Pemilikan Usaha

No. Pemilikan Usaha Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. Sendiri 70 66,04

2. Keluarga 13 12,27

3. Bos 23 21,69

Jumlah 106 100,00

6.1.6. Pengalaman Berdagang

Dalam menjalankan usaha, pengalaman dagang merupakan sesuatu yang diperlukan. Pengalaman merupakan prasyarat untuk kelancaran bisnis mandiri (Soesarsono, 2002).

Hasi penelitian menunjukkan pengalaman pedagang martabak manis yang paling lama adalah Bapak Bani Ahcyar selama 468 bulan (39 tahun) yang berjualan di Mayor Oking dan yang paling baru buka (baru satu bulan) berjumlah 4 orang pedagang. Mereka berada di Tegallega, Kebun Pedes, Kedung Halang, dan Kedung Badak.

Pengalaman pedagang kebanyakan di bawah 157 bulan/ 13,08 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa para pedagang dalam menekuni usaha ini tergolong relatif baru. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok pengalaman berdagang bisa dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Pedagang Berdasarkan Pengalaman Berdagang

No. Pengalaman Berdagang (bulan) Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. < 158 80 75,47

2. 158-312 23 21,7

3. > 312 3 2,83

Jumlah 106 100,00

Pangalaman dan ilmu berdagang berasal dari pedagang yang telah menjalankan usaha martabak manis. Pengalaman ini sangat berharga untuk diterapkan dalam usaha.


(50)

6.1.7. Lamanya Berdagang

Lamanya waktu yang diberikan berdagang dari waktu persiapan membuka tempat jualan, persiapan bahan sampai penjualan martabak manis. Lamanya berdagang yang paling banyak yaitu selama 6 sampai 8,5 jam/hari sebanyak 76 orang pedagang 71,7 persen, sedangkan yang paling sebentar antara 3,5 sampai 6 jam/hari sebanyak 4 orang 3,77 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa pedagang martabak manis mayoritas berkerja standar normal manusia yaitu delapan jam per hari. Para pedagang martabak manis semuanya akan memulai jualan pada sore hari sampai malam hari bahkan ada beberapa sampai dini hari. Kondisi ini disesuaikan dengan pembeli yang sebagian besar membeli martabak manis pada sore hari, yaitu sehabis pulang bekerja. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok lamanya berdagang per hari bisa dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Distribusi Pedagang Berdasarkan Lamanya Berdagang

No. Lamanya Berdagang Tiap Hari Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. < 6,5 4 3,77

2. 6,5-9 76 71,7

3. > 9 26 24,53

Jumlah 106 100,00

6.1.8. Pasokan Tepung Terigu

Kebutuhan tepung terigu untuk masing-masing pedagang bermacam-macam. Jumlah pedagang yang membutuhkan pasokan tepung terigu 2 sampai 11 kg sebanyak 101 orang pedagang 95,29 persen, kemudian yang 30 kg/hari sebanyak satu orang, dan sisanya 11 sampai 21 kg/hari sebanyak 4 orang 3,77 persen. Rata-rata kebutuhan pedagang akan tepung terigu sebanyak 5,65 kg/hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pedagang martabak manis pasokan tepungnya masih sedikit.

Semakin besar pasokan tepung terigu per hari maka diduga akan semakin besar pula motivasi dalam menekuni usaha, dikarenakan keuntungan yang akan


(51)

mereka dapat juga banyak. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok pasokan tepung terigu per hari bisa dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Distribusi Pedagang Berdasarkan Pasokan Tepung Terigu No. Pasokan Tepung Terigu

Per Hari (kg) Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. < 12 101 95,29

2. 12-21 4 3,77

3. > 21 1 0,98

Jumlah 106 100,00

6.1.9. Penerimaan Usaha

Pedagang martabak manis yang mendapatkan penerimaan dibawah Rp 1.833.334,00 sebanyak 66 orang, penerimaan diantara Rp 1.833.334,00- 3.666.667,00 berjumlah 37 orang 34,91 persen dan penerimaan diatas Rp 3.666.667,00 berjumlah 3 orang. Rata-rata penerimaan usaha pedagang martabak manis Rp 1.934.434,00/bulan. Distribusi pedagang berdasarkan kelompok penerimaan usaha per bulan bisa dilihat pada Tabel 16.

Adanya perbedaan dalam penerimaan usaha yang diperoleh pedagang disebabkan adanya perbedaan penetapan harga tiap-tiap produk dan perbedaan kualitas produk yang dihasilkan, selain itu juga disebabkan oleh lokasi berdagang yang strategis atau tidak. Besarnya penerimaan usaha yang diperoleh pedagang diharapkan menjadi motivasi bagi para pedagang selaku seorang wirausahawan untuk sungguh-sungguh dalam menekuni usaha. Usaha martabak manis merupakan mata pencarian utama untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Tabel 16. Distribusi Pedagang Berdasarkan Penerimaan Usaha

No. Penerimaan usaha(Rp/bulan) Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. < 1.833.334 41 38,68

2. 1.833.334- 3.666.667 61 57,55

3. > 3.666.667 4 3,77


(52)

6.2. Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima

Rataan hitung dari skor perilaku wirausaha pedagang martabak manis adalah 215,58 yang berarti berada dalam kategori tinggi. Pedagang yang masuk ke dalam kategori tinggi dan sedang. Kategori perilaku wirausaha sangat rendah, rendah dan sangat tinggi tidak dimiliki oleh satu orang pedagang. Perilaku wirausaha tinggi sebanyak 105 orang persen 99,06 dan sedang sebanyak satu orang 0,94 persen (Tabel 18).

Tabel 17. Rataan Hitung Skor Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima Kota Bogor Tahun 2011

No. Keterangan Rataan Skor Kategori

1. Pengetahuan Wirausaha 87,78 Sangat Tinggi

2. Sikap Wirausaha 79,56 Tinggi

3. Keterampilan Wirausaha 48,23 Rendah

4. Perilaku Wirausaha 215,58 Tinggi

Sumber: Kuisioner Penelitian diolah (2011)

Pedagang martabak manis kaki lima memiliki perilaku wirausaha yang sangat tinggi dikarenakan mereka termotivasi ingin mengubah kesejahteraan hidupnya dan keluarganya. Salah satu faktor yang mendukung tingginya perilaku wirausaha pedagang martabak manis adalah usaha martabak manis merupakan satu-satunya mata pencarian mereka.

Pengetahuan wirausaha merupakan salah satu komponen dari perilaku wirausaha yang sangat penting. Pengetahuan wirausaha yang tinggi dapat menjadikan seseorang sukses dalam berwirausaha, sedangkan pengetahuan wirausaha yang rendah maka akan mengalami kegagalan dalam mengelola usahanya. Pengetahuan wirausaha dapat diperoleh dari buku bacaan, dan pengalaman berdagang. Tabel 17 menunjukkan bahwa pengetahuan wirausaha pedagang rata-rata sangat tinggi dengan nilai rataan hitung sebesar 87,78 persen. Pedagang yang memiliki pengetahuan wirausaha sangat tinggi sebesar 98,11 persen sedangkan 1,89 persen memiliki pengetahuan wirausaha dengan kategori tinggi. Pedagang martabak manis memiliki pengetahuan wirausaha yang sangat tinggi dikarenakan sebagian besar pedagang pernah menjalankan usaha lain


(53)

Tabel 18. Sebaran Pedagang Berdasarkan Perilaku Wirausaha

Kategori

Unsur-unsur Perilaku Wirausaha Perilaku

Wirausaha Pengetahuan Sikap Keterampilan

% % % %

Rendah 0 0 92,46 0

Sedang 0 0 7,54 0,94

Tinggi 1,89 100 0 99,06

Sangat Tinggi 98,11 0 0 0

Jumlah 100 100 100 100

Sumber: Kuisioner Penelitian diolah (2011)

Sikap wirausaha adalah unsur mencirikan respon, tanggapan atau tingkah laku seseorang ketika dihadapkan pada situasi. Sikap pedagang atau respon seseorang dalam menyikapi masalah-masalah yang terjadi didalam wirausaha. Sikap wirausaha dapat berkaitan dengan sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju, perasaan pedagang dan tanggapan suatu kejadian. Tabel 17 menunjukkan bahwa rataan hitung skor sikap wirausaha pedagang adalah 79,56 persen termasuk dalam kategori tinggi. Pedagang yang memiliki sikap wirausaha yang tinggi sebesar 100 persen atau semua pedagang memiliki sikap wirausaha tinggi.

Keterampilan berhubungan dengan kerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk berkerja. Keterampilan pedagang martabak manis dalam mengatur kegiatan usahanya, seperti: pembukuan keuangan, membuat strategi pemasaran, rencana pengembangan usaha. semua berarti keterampilan pedagang martabak manis rendah dalam mengelola, mengatur usahanya, seperti pembukuan keuangan yang jarang bahkan tidak pernah. Keterampilan wirausaha pedagang 48,23 persen, tergolong rendah. Distribusi pedagang berdasarkan keterampilan dapat dilihat pada Tabel 17.

6.3. Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Wirausaha

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman dan Chi Square bahwa sebagian besar karakteristik tidak memiliki hubungan dengan unsur-unsur perilaku wirausaha. Tabel menunjukkan bahwa hanya terdapat hubungan nyata (α


(1)

Pasokan Correlation

Coefficient ,037 ,020 ,089 ,001 1,000 Sig.

(2-tailed) ,710 ,840 ,364 ,989 . N 106 106 106 106 106 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Perilaku

Pengeta

huan Sikap

Keterampil an Penerima an Spearman's rho

Perilaku Correlation

Coefficient 1,000 ,817(**) ,353(**) ,356(**) ,033 Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,000 ,736 N 106 106 106 106 106 Pengetah

uan

Correlation

Coefficient ,817(**) 1,000 ,058 -,068 ,001 Sig. (2-tailed) ,000 . ,553 ,489 ,991 N 106 106 106 106 106 Sikap Correlation

Coefficient ,353(**) ,058 1,000 ,083 ,121 Sig. (2-tailed) ,000 ,553 . ,398 ,217 N 106 106 106 106 106 Keteram

pilan

Correlation

Coefficient ,356(**) -,068 ,083 1,000 -,001 Sig. (2-tailed) ,000 ,489 ,398 . ,993 N 106 106 106 106 106 Penerim

aan

Correlation

Coefficient ,033 ,001 ,121 -,001 1,000 Sig. (2-tailed) ,736 ,991 ,217 ,993 . N 106 106 106 106 106 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Asal Daerah dengan Pengetahuan

Chi-Square

Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

8,821(a)

12

,718

Likelihood Ratio

9,192

12

,686

N of Valid Cases

106

a 15 cells (71,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,25.

Asal Daerah dengan Sikap

Chi-Square

Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

8,131(a)

12

,775

Likelihood Ratio

11,423

12

,493

N of Valid Cases

106


(2)

Asal Daerah dengan Keterampilan

Chi-Square

Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

15,621(a)

24

,901

Likelihood Ratio

16,749

24

,859

N of Valid Cases

106

a 34 cells (87,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,12.

Asal Daerah dengan Perilaku

Chi-Square

Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

49,128(a)

54

,662

Likelihood Ratio

48,551

54

,684

N of Valid Cases

106

a 81 cells (96,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,12.

Pemilikan dengan Pengetahuan

Chi-Square

Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

10,667(a)

12

,558

Likelihood Ratio

12,202

12

,430

N of Valid Cases

106

a 14 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,25.

Pemilikan dengan Sikap

Chi-Square

Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

15,520(a)

12

,214

Likelihood Ratio

17,092

12

,146

N of Valid Cases

106


(3)

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

29,265(a)

24

,210

Likelihood Ratio

31,415

24

,142

N of Valid Cases

106

a 34 cells (87,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,12.

Pemilikan dengan Perilaku

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

46,732(a)

54

,748

Likelihood Ratio

53,677

54

,487

N of Valid Cases

106

a 81 cells (96,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,12.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(4)

(5)

(6)