Hubungan karakteristik wirausaha dengan kinerja industri Tempe di Kabupaten Bogor

HUBUNGAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DENGAN
KINERJA INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR

MAYANG NURHASANAH PRATIWI RAHAYU

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Hubungan
Karakteristik Wirausaha dengan Kinerja Industri Tempe di Kabupaten Bogor”
adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014

Mayang Nurhasanah PR
H34124026

ABSTRAK
MAYANG NURHASANAH PRATIWI RAHAYU. Hubungan Karakteristik
Wirausaha dengan Kinerja Industri Tempe di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
DWI RACHMINA.
Industri mikro dan kecil mengalami peningkatan kinerja usaha yang relatif
lebih cepat dibandingkan dengan industri menengah dan besar. Namun tidak
semua industri mikro dan kecil mengalami peningkatan kinerja usaha, seperti
industri tempe yang mengalami penurunan kinerja karena masih menghadapi
kendala dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi apakah
kinerja usaha industri tempe mengalami penurunan akibat pengusaha tempe
memiliki karateristik wirausaha yang rendah. Karakteristik wirausaha diduga
berhubungan kuat dan positif dengan kinerja usaha. Tujuan dari penelitian untuk
mengukur hubungan karakteristik wirausaha dengan kinerja usaha industri tempe.
Karakteristik wirausaha yang digunakan dalam penelitian ini meliputi percaya diri,

berorientasi hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi
masa depan. Kinerja usaha industri tempe yang diukur antara lain produksi, omzet
dan keuntungan. Alat analisis yang digunakan korelasi Rank Spearman. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif antara berorientasi hasil dan
keorisinilan dengan produksi dan omzet, sedangkan terdapat korelasi positif
antara karakteristik wirausaha, kecuali percaya diri dan kepemimpinan dengan
keuntungan.
Kata kunci: karakteristik wirausaha, kinerja usaha, industri tempe

ABSTRACT
MAYANG
NURHASANAH
PRATIWI
RAHAYU.
Entrepreneurial
Characteristic Relationships with Tempeh Industry Performance in Bogor District.
Supervised by DWI RACHMINA.
Micro and small industries have increased in business performance
relatively faster compared to medium and large industries. However, not all micro
and small industries increased business performance, such as tempeh industry

experience performance degradation due to still face obstacles in running their
business. Therefore, it is necessary to identify whether the performance of
industrial enterprises decreased due to tempeh entrepreneurs have low
entrepreneurial characteristics. Characteristics of entrepreneurs allegedly
associated with strong and positive business performance. The purpose of this
study to measure the characteristics of an entrepreneurial relationship with
business performance tempeh industry. Entrepreneurial characteristics used in this
study include self-confidence, result oriented, risk taker, leadership, originality
and future-oriented. Tempeh industry business performance measured include
production, turnover and profit. Analyzer used Spearman Rank correlation. The
results showed a positive correlation between results-oriented and originality to
the production and turnover, while there is a positive correlation between
entrepreneurial characteristics, except confidence and leadership with a profit.
Keyword: characteristics of entrepreneurs, business performance, tempeh industry

HUBUNGAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DENGAN
KINERJA INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR

MAYANG NURHASANAH PRATIWI RAHAYU


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulai Mei 2014 dengan topik mengenai
kewirausahaan, yaitu berjudul Hubungan Karakteristik Wirausaha dengan Kinerja
Industri Tempe di Kabupaten Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku
pembimbing, Dr Ir Burhanuddin, MM selaku evaluator dan penguji utama, dan Dr

Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku penguji komisi akademik, yang telah memberi
banyak saran. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh
responden di Desa Citeureup dan Parung atas kesediaan waktu dan memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, serta penghargaan disampaikan
kepada KOPTI Kabupaten Bogor yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi
tentang gambaran umum pengusaha tempe di Kabupaten Bogor. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan temanteman, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

Mayang Nurhasanah PR

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR


xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
5
6
7
7


TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Wirausaha
Pengukuran Kinerja Usaha
Hubungan Karakteristik Wirausaha dan Kinerja

7
7
8
9

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirausaha dan Kewirausahaan
Karakteristik Wirausaha
Indikator Karakteristik Wirausaha
Pengertian dan Pengukuran Kinerja
Indikator kinerja usaha
Kerangka Pemikiran Operasional

10

10
10
11
12
14
14
16

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Data dan Sumber Data
Metode Penentuan Sampel
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Analisis Deskriptif
Kriteria penilaian dan penentuan Skor Karakteristik Wirausaha
Analisis Korelasi Rank Spearman

17
17

18
18
19
19
19
20
31

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi Geografis
Kependudukan
Karakteristik Responden
Usia
Tingkat Pendidikan
Lama Usaha
Skala Produksi
Peralatan Produksi
Proses Produksi

Pemasaran Produk Tempe

32
32
32
33
34
34
35
36
36
37
38
42

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Wirausaha
Kinerja Usaha
Produksi
Omzet

Keuntungan Usaha
Hubungan Karakteristik Wirausaha dan Kinerja Usaha

43
43
51
51
51
52
54

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

60
60
60

DAFTAR PUSTAKA

61

LAMPIRAN

63

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Jumlah industri, tenaga kerja, nilai input dan nilai output industri mikro,
kecil, menengah dan besar tahun 2011-2013
Penerimaan dan keuntungan sebelum dan setelah kenaikan harga
kedelai berdasarkan skala produksi industri tempe di Desa Citeureup
per 100 kg tahun 2012
Karakteristik wirausaha dan indikator karakteristik wirausaha
Penentuan bobot kriteria karakteristik wirausaha percaya diri
Penentuan bobot kriteria karakteristik wirausaha berorientasi hasil
Penentuan bobot kriteria karakteristik wirausaha pengambil risiko
Penentuan bobot kriteria karakteristik wirausaha kepemimpinan
Penentuan bobot kriteria karakteristik wirausaha keorisinilan
Penentuan bobot kriteria karakteristik wirausaha berorientasi masa
depan
Penentuan kategori jumlah skor berdasarkan persentase kategori
jawaban responden
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Desa Citeureup dan
Parung tahun 2014
Sebaran responden berdasarkan usia di Kabupaten Bogor tahun 2014
Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Bogor
tahun 2014
Sebaran responden berdasarkan lama usaha di Kabupaten Bogor tahun
2014
Sebaran responden berdasarkan skala produksi tempe per hari di
Kabupaten Bogor tahun 2014
Kriteria penilaian dan jumlah skor karakteristik wirausaha percaya diri
Kriteria penilaian dan jumlah skor karakteristik wirausaha berorientasi
hasil
Kriteria penilaian dan jumlah skor karakteristik wirausaha pengambil
risiko
Kriteria penilaian dan jumlah skor karakteristik wirausaha
kepemimpinan
Kriteria penilaian dan jumlah skor karakteristik wirausaha keorisinilan
Kriteria penilaian dan jumlah skor karakteristik wirausaha berorientasi
masa depan
Urutan hasil persentase skor karakteristik wirausaha pengusaha tempe
Jumlah produksi industri tempe di Kabupaten Bogor per 100 kg tahun
2014
Omzet industri tempe rata-rata per 100 kg di Kabupaten Bogor tahun
2014
Komponen biaya operasional rata-rata industri tempe di Kabupaten
Bogor per 100 kg per hari tahun 2014
Keuntungan rata-rata industri tempe di Kabupaten Bogor per 100 kg
tahun 2014
Hasil hubungan antara karakteristik wirausaha dengan kinerja industri
tempe di Kabupaten Bogor

2

6
11
20
22
24
26
28
29
31
33
34
35
36
37
44
44
45
46
47
47
48
51
52
53
54
55

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka pemikiran operasional
Ragi biang dan ragi batangan
Perebusan menggunakan kayu bakar dan gas
Proses perendaman kacang kedelai
Penggilingan kacang kedelai
Proses pengayakan kedelai
Proses pencucian dan penirisan kedelai
Pengemasan tempe
Pengeraman atau fermentasi tempe

17
39
40
40
41
41
41
42
42

DAFTAR LAMPIRAN
1 Contoh perhitungan biaya penyusutan

63

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada awal abad ke-20, entrepreneurship atau kewirausahaan menjadi suatu
kajian menarik karena perannya yang penting dalam pembangunan ekonomi.
Kewirausahaan merupakan bagian penting dalam petumbuhan ekonomi.
Schumpeter (1934) dalam Priyanto (2009) menyatakan bahwa jika suatu negara
memiliki banyak entrepreneur maka pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan
tinggi dan akan melahirkan pembangunan ekonomi yang tinggi juga. Hal ini
didukung dengan pernyataan Burhanuddin (2011) yang mengartikan wirausaha
(entrepreneur) sebagai seorang inovator dan penggerak pembangunan. Oleh
karena itu, keberadaan kewirausahaan mulai dari level individu, organisasi sampai
masyarakat sangat terkait erat dengan kesejahteraan suatu masyarakat.
Kewirausahaan yang tinggi akan membuat angka pengangguran dan
kemiskinan rendah. Semakin bertambahnya wirausahawan maka lapangan
pekerjaan yang tersedia pun semakin variatif. Kewirausahaan sangat berperan
dalam perkembangan industri mikro, kecil dan menengah dalam pembukaan
lapangan pekerjaan maupun penyerapan tenaga kerja sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Priyanto (2009) jika seseorang
memiliki sikap kewirausahaan, maka akan memiliki karakteristik motivasi yang
tinggi, berani mencoba, inovatif dan independence. Sikap ini akan membantu
dalam melihat peluang dan kesempatan baru yang akan mendorong untuk
melakukan perubahan, menghasilkan sesuatu yang baru, menjalin relasi baru,
akumulasi modal, yang pada akhirnya akan menghasilkan perbaikan usaha yang
sudah ada serta menghasilkan usaha baru. Pada ilmu ekonomi, hal ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi akan memacu
pembangunan.
Menurut Schumpeter dalam Burhanuddin (2011) terdapat lima alasan yang
melatarbelakangi peningkatan jumlah wirausaha menyebabkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertama, wirausaha mengenalkan produk
baru dan kualitas baru suatu produk. Kedua, wirausaha yang mengenalkan metode
baru produksi yang lebih komersial, baik berdasarkan pengalaman maupun hasil
kajian ilmiah dari suatu penelitian. Ketiga, wirausaha yang membuka pasar baru.
Keempat, wirausaha yang menggali sumber pasokan bahan baku baru bagi
industri setengah jadi atau industri akhir. Kelima, wirausaha melakukan
reorganisasi atau mengembangkan industri baru.
Kewirausahaan dapat muncul dalam bentuk perusahaan kecil maupun besar.
Wirausahawan tidak harus memulai usahanya langsung dalam skala besar,
wirausaha dapat memulai dari usaha mikro dan kecil yang kemudian dapat
dikembangkan secara bertahap menjadi usaha menengah dan besar. Adanya
pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peran penting dalam menjaga
ketahanan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada saat Indonesia
mengalami krisis ekonomi tahun 1997, UKM mampu bertahan dan bahkan
cenderung meningkat. UKM menjadi tiang perekonomian Indonesia karena dapat
membuka lapangan pekerjaan dan mengatasi kemiskinan ketika banyak usaha
besar yang gulung tikar. Adapun alasan-alasan UKM dapat bertahan dan

2
cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis yaitu: (1) sebagian besar UKM
memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan
terhadap pendapatan yang rendah, sehingga tingkat pendapatan rata-rata
masyarakat tidak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan, (2)
sebagian besar UKM menggunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari
bank, implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor perbankan dan naiknya
suku bunga tidak berpengaruh terhadap UKM, (3) UKM mempunyai modal yang
terbatas dan pasar yang bersaing, dampaknya UKM memiliki spesialisasi produksi
yang ketat, sehingga memungkinkan UKM untuk pindah dari usaha satu ke usaha
lainnya, (4) dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan
sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya, sehingga para penganggur
tersebut memasuki sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha yang
berskala kecil, akibatnya jumlah UKM meningkat (Partomo 2004).
Tabel 1 Jumlah industri, tenaga kerja, nilai input dan nilai output industri mikro,
kecil, menengah dan besar tahun 2011-2013
Skala usaha

Jumlah
industri (unit)

Jumlah tenaga
kerja (orang)

Nilai output
(juta rupiah)

Nilai input (juta
rupiah)

2011

2 554 787

4 791 144

28 227 450

15 250 641

2012

2 812 747

5 607 782

143 461 238

84 130 215

2013
Laju
pertumbuhan (%)

2 887 015

5 408 857

162 791 677

98 518 733

6.37

6.75

210.85

234.38

2011

424 284

3 483 491

54 867 729

36 239 474

2012

405 296

3 523 506

174 510 200

101 937 549

2013

531 351

4 325 254

327 106 654

201 018 097

13.31

11.95

152.75

139.24

2011

23 370

4 629 369

2 618 050 000

1 599 860 000

2012

23 592

4 928 839

2 867 422 000

1 716 324 000

2013*
23 941
Laju
1.21
pertumbuhan (%)
Keterangan : *angka sementara
Sumber
: BPS 2014a

4 382 908

2 997 617 000

1 829 395 000

-2.30

7.03

6.93

Mikro

Kecil

Laju
pertumbuhan (%)
Menengah
dan besar

Pemberdayaan UKM penting adanya karena memiliki peranan yang sangat
strategis dalam pemulihan ekonomi dan dalam menghadapi masalah
pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Berdarkan data BPS 2014 (Tabel 1)
jumlah industri mikro pada tahun 2013 mencapai 2 887 015 unit industri dengan
rata-rata laju pertumbuhan 6.37 persen dan jumlah industri kecil mencapai 531
351 unit usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan 13.31 persen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa jumlah industri skala mikro dan kecil cukup banyak dan
berada pada setiap sektor ekonomi. Berbeda dengan industri menengah dan besar
yang berjumlah 23 941 unit industri dengan rata-rata laju pertumbuhan hanya 1.21
persen. UKM juga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, karena
kesempatan bekerja di UKM lebih besar dibandingkan kesempatan kerja di usaha
besar. Jumlah tenaga kerja yang diserap industri mikro sebesar 5 408 857 orang

3
dengan rata-rata laju pertumbuhan 6.75 persen dan industri kecil sebesar 4 325
254 orang dengan rata-rata laju pertumbuhan 11.95 persen. Berbeda dengan
jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri menengah dan besar yang
mengalami penurunan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2.3 persen, meskipun
jumlah tenaga kerjanya mencapai 4 382 908 orang. Di sisi lain industri mikro dan
kecil memiliki jumlah unit yang besar dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah
banyak, tetapi industri mikro dan kecil ini memiliki nilai output dan nilai input
yang rendah dibandingkan dengan usaha menengah dan besar karena skala usaha
yang berbeda. Namun jika dilihat dari laju pertumbuhan nilai output dan nilai
input industri mikro dan kecil lebih tinggi dibanding usaha menengah dan besar.
Rata-rata laju pertumbuhan nilai output dan nilai input industri mikro masingmasing 210.85 persen dan 234.38 persen serta industri kecil masing-masing 152.5
persen dan 139.24 persen. Bebeda dengan rata-rata laju pertumbuhan nilai output
dan nilai input yang dimiliki industri menengah dan besar yang masing-masing
hanya sebesar 7.03 persen dan 6.93 persen. Hal ini menunjukkan perkembangan
kinerja industri mikro dan kecil relatif lebih cepat dalam memberikan sumbangan
terhadap laju pertumbuhan ekomomi dibanding dengan usaha menengah dan besar.
Data pada Tabel 1 menunjukkan kinerja industri mikro dan kecil sudah
cukup baik dan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan
perekonomian Indonesia karena mampu menyerap tenaga kerja dan menciptakan
nilai tambah pada produknya. Sudah seharusnya UKM mendapat perhatian khusus
dari para pengambil kebijakan terlebih lagi isu akan adanya ASEAN Economic
Comunity (AEC) atau lebih dikenal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
akan dilaksanakan pada tahun 2015. UKM akan menghadapi persaingan yang
sangat ketat. Pasar di dalam negeri yang terbuka akan menjadi ancaman bagi
UKM karena semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar akibat
dampak dari globalisasi.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong
pertumbuhan dan pemberdayaan UKM melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun
1998 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008. Pelaku UKM diberikan
kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan usaha seluasluasnya sebagai wujud keberpihakkan yang tegas kepada usaha ekonomi rakyat.
Sasaran umum pembinaan dan pengembangan ini adalah terwujudnya usaha
mikro dan kecil dengan gerakan ekonomi rakyat yang tangguh, mandiri dan
memiliki daya saing tinggi serta dapat berkembang menjadi usaha menengah dan
besar. Pembinaan dan pengembangan dari pemerintah ini berupa program
pemberian modal, pelatihan, pemasaran maupun pengembangan kemitraan atau
kelembagaan.
Secara kualitatif wirausaha melalui usaha kecil memiliki beberapa peranan
yaitu (1) usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai
keterkaitan usaha seperti fungsi pemasok, produksi, penyalur dan pemasaran bagi
hasil produk-produk industri besar. Menurut Drucker (1997) diacu dalam Suryana
(2006) usaha kecil berfungsi sebagai transformasi antar sektor yang mempunyai
kaitan ke depan maupun ke belakang. (2) Usaha kecil dapat meningkatkan
efisiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap sumberdaya yang ada. Usaha kecil
sangat fleksibel karena dapat menyerap tenaga kerja dan sumberdaya lokal serta
meningkatkan sumberdaya agar dapat menjadi wirausaha yang tangguh. (3) Usaha
kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat

4
pemerataan usaha dan pendapatan karena jumlahnya yang tersebar di perkotaan
maupun pedesaan.
Perkembangan UKM menuntut setiap pelaku UKM untuk memiliki sikap
karakteristik wirausaha. Karakteristik wirausaha yang dimiliki setiap pelaku UKM
akan menunjukkan kinerja usaha yang baik. Kewirausahaan merupakan suatu
sikap yang diperlukan untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha. Seorang
wirausahawan akan memiliki cara berpikir yang berbeda dengan pengusaha pada
umumnya dengan menunjukan sikap dan perilaku sebagai manusia yang unggul.
Kewirausahaan bisa berhubungan langsung dengan dengan kinerja usha.
Kinerja usaha industri mikro dan kecil yang meningkat pada Tabel 1
kemungkinan karena pelaku usaha indutri mikro dan kecil memiliki karakteristik
seorang wirausaha. Menurut Tarigan (2011) karakteristik wirausaha mempunyai
hubungan yang kuat dan linear positif terhadap kinerja usaha. Menumbuhkan
sikap kewirausahaan di masyarakat terutama bagi para pelaku usaha sangat
diperlukan karena dapat meningkatkan kualitas SDM dan mendorong tumbuhnya
wirausaha baru serta wirausaha yang berdaya saing. Dilihat dari ruang lingkupnya
wirausaha memiliki dua fungsi yaitu fungsi makro dan mikro. Secara makro
wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali dan pemacu perekonomian
suatu bangsa. Secara mikro, peran wirausaha adalah menanggung risiko dan
ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan
berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Namun menurut
Astamoen (2005) kinerja UKM tidak sebaik usaha besar dalam berbagai aspek,
diantaranya daya saing produk, produktivitas maupun pendataan. Salah satu
kendala internal kinerja UKM dari sistem teknologi, antara lain rendahnya
kualitas sumberdaya manusia, rendahnya penguasaan teknologi, rendahnya
kemampuan akses sumberdaya ekonomi, serta manajerial skill, yang termasuk
didalamnya kurangnya jiwa kewirausahaan.
Salah satu langkah strategis untuk mempertahankan UKM dari ancaman dan
krisis global dengan melakukan penguatan multi-aspek. Salah satu aspek yang
dapat berperan adalah aspek kewirausahaan. Kewirausahaan dapat
mendayagunakan segala sumber yang dimiliki dengan proses yang lebih kreatif,
inovatif serta berani mengambil risiko dapat menjadikan UKM siap menghadapi
tantangan global. Memiliki karakteristik wirausaha akan menumbuhkan sikap
kemandirian dan mendorong peningkatan kinerja dari segi kualitas dan kuantitas
produknya. Hal didukung dengan penelitian Mujib (2010) yang menyatakan nilai
kewirausahaan mempunyai pengaruh secara langsung dan positif terhadap kinerja
usaha.
Sudah saatnya para pelaku UKM mengembangkan jiwa kewirausahaan serta
meningkatkan kualitas produknya agar dapat berdaya saing secara global dan
lebih kompetitif. Kepemilikan jiwa kewirausahaan dalam menjalankan UKM
memiliki peranan penting karena akan mencerminkan terhadap kinerja usaha yang
dijalankan. Terdapat kemungkinan bahwa seseorang dengan jiwa kewirausahaan
yang tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam mengelola usahanya dengan
baik. Akan tetapi tidak semua pengusaha UKM memiliki jiwa kewirausahaan.
Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan analisis hubungan karakteristik
wirausaha dengan kinerja UKM.

5
Perumusan Masalah
Salah satu industri mikro dan kecil yang ada di Indonesia adalah industri
tempe. Industri tempe adalah industri yang yang memiliki peranan besar dalam
pemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan peningkatan pendapatan
(Harvita 2007). Industri tempe ini umumnya dikelola dalam skala industri mikro
dan kecil.
Tempe merupakan makanan asli Indonesia, ini terbukti dengan
ditemukannya Manuskrip Serat Centhini. Makanan ini telah diproduksi dan
dikonsumsi secara turun-temurun khususnya di daerah Jawa Tengah dan
sekitarnya. Tempe memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu makanan
terkenal di pasar dunia, karena produk tempe berkembang cukup pesat dan sudah
dikenal ke luar negeri, seperti di Amerika dan Eropa yang mengkonsumsi tempe.
Negara tersebut memanfaatkan tempe baik sebagai menu makanan bagi vegetarian
maupun makanan alternatif bagi yang alergi terhadap protein hewani. Sementara
itu masyarakat Jepang, Malaysia dan Singapura mengkonsumsi tempe sebagai
makanan diet. Peminat produk tempe yang telah menjangkau ke beberapa negara
dan tingginya nilai kandungan zat gizi tempe yang tinggi (mengandung energi,
protein, kalsium, fosfor, vitamin B1 dan zat gizi lainnya) menunjukkan industri
tempe cukup potensial, karena produk ini dibutuhkan oleh masyarakat luas hingga
ke mancanegara. Sudah saatnya tempe yang merupakan produk asli olahan
Indonesia dapat mendunia.
Pemerintah melalui Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah membuat
standarisasi produk tempe, agar produk tempe yang dibuat terstandar dan
memiliki daya saing yang lebih tinggi. Kementerian Negara Koperasi
(Kemennegkop) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bekerjasama dengan Badan
Standarisasi Nasional (BSN) Indonesia berencana akan memberikan sertifikasi
gratis terhadap para pelaku UKM dalam upaya meningkatkan daya saing UKM
Indonesia di pasar global1. Hal ini menjadi kesempatan emas sekaligus tantangan
Indonesia khususnya para pengusaha tempe untuk membuat tempe “go
international”.
Perkembangan industri tempe di Indonesia tidak hanya dilihat dari
bertambahnya jumlah industri secara keseluruhan, tetapi juga dari ditinjau dari
kinerja dan skala produksinya. Desa Citeureup dan Parung merupakan salah satu
sentra wilayah yang memproduksi tempe di Kabupaten Bogor. Kinerja industri
tempe yang telah dijalankan pengusaha tempe di Bogor kurang mengalami
kemajuan dan bahkan mengalami penurunan. Nursiah (2013) melakukan
penelitian analisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja industri
tempe di Desa Citeureup yang disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan penelitian Nursiah (2013) kenaikan harga kedelai
menyebabkan penurunan kinerja industri tempe. Kenaikan harga kedelai
berpengaruh besar terhadap penurunan keuntungan industri tempe, karena lebih
dari 60 persen biaya pada industri tempe dikeluarkan untuk pembelian bahan baku
kedelai. Selain peningkatan harga, sebagai industri kecil masih terdapat kendala
lain yang dihadapai pengrajin tempe ini. Menurut Murhardjani (2004) masalah
1

Sertifikasi Produk UKM Gratis,
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1441:sertifikasiproduk-UKM-gratis&catid=54:bind-berita-kemen terian&Itemid=98 (diakses 23 April 2014)

6
yang dihadapi pengrajin tempe yaitu (1) kurangnya fasilitas permodalan, (2)
keterbatasan jejaring pemasaran, (3) rendahnya tingkat produktivitas, (4) kualitas
sumberdaya pengrajin yang rendah, dan (5) peran kelembagaan kurang optimal.
Tabel 2 Penerimaan dan keuntungan sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai
berdasarkan skala produksi industri tempe di Desa Citeureup per 100 kg
tahun 2012
Uraian
Penerimaan
rata-rata
Total biaya

Sebelum kenaikan harga
Skala I
Skala II
Skala III
(Rp)
(Rp)
(Rp)

Setelah kenaikan harga
Skala I
Skala II
Skala III
(Rp)
(Rp)
(Rp)

1 111 301

1 034 886

1 036 905

1 225 234

1 156 495

1 178 690

985 306

901 021

868 414

1 143 195

1 048 879

1 022 224

R/C rasio
1.13
Keuntungan
126 366
rata-rata
Sumber : Nursiah 2013

1.15

1.20

1.07

1.10

1.15

133 866

168 491

82 039

107 616

156 467

Meskipun kinerja industri tempe mengalami penurunan, tetapi pelaku usaha
tetap dapat bertahan. Kemungkinan ada faktor lain yang membuat pengusaha
tempe tetap bertahan, yang pada penelitian ini akan mengkaji dari sisi
karakteristik wirausaha yang dimiliki pengusaha tempe. Oleh karena itu perlu
diidentifikasi apakah penurunan kinerja industri tempe karena pengusaha tempe
memiliki karakteristik seorang wirausaha yang rendah. Kondisi ini menarik untuk
diteliti dalam hubungannya antara kepemilikan karakteristik wirausaha dengan
kinerja usaha tempe yang dihasilkan. Karakteristik wirausaha diduga berhubungan
positif dalam meningkatkan kinerja usaha. Indikator karakteristik wirausaha yang
digunakan meliputi percaya diri, berorientasi hasil, pengambil risiko,
kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Indikator kinerja
usaha yang diukur yaitu produksi, omzet, dan keuntungan usaha. Berdasarkan
uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana karakteristik wirausaha yang dimiliki industri tempe di Kabupaten
Bogor?
2. Bagaimana kinerja (produksi, omzet, dan keuntungan) industri tempe di
Kabupaten Bogor?
3. Bagaimana hubungan karakteristik wirausaha terhadap ketiga ukuran kinerja
industri tempe di Kabupaten Bogor?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan karakteristik wirausaha industri tempe di Kabupaten Bogor
2. Mendeskripsikan kinerja industri tempe di Kabupaten Bogor
3. Menganalisis hubungan karakteristik wirausaha terhadap kinerja industri tempe
di Kabupaten Bogor

7
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi pelaku usaha penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui
sejauh mana karakteristik wirausaha berhubungan dengan kinerja usaha,
khususnya pengusaha tempe.
2. Bagi kalangan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi akademik dan bahan kajian atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis penelitian ini dapat melatih kemampuan analisis penulis serta
mengaplikasikan konsep-konsep ilmu pengetahuan yang diterima selama
kuliah dengan mengamati gejala praktis yang terjadi di lapangan.

Ruang Lingkup Penelitian
Karakteristik wirausaha pada penelitian ini mengacu pada pendapat
Meredith et al. (1989). Karakteristik ini meliputi percaya diri, berorientasi hasil,
pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan.
Karakteristik ini dipilih karena merupakan sumber referensi yang relevan untuk
menggambarkan karakteristik seorang wirausaha. Penilaian kinerja usaha pada
penelitian ini menggunakan tiga ukuran, yaitu produksi, omzet, dan keuntungan
usaha.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Wirausaha
Karateristik merupakan dasar seorang wirausaha untuk menjalankan
usahanya sendiri. Karakteristik wirausaha yang dikaji Nurhayati et al. (2011)
merupakan karakteristik psikologis kewirausahaan (yang mencerminkan watak
dan sikap wirausaha) yang paling banyak dikaji pada berbagai penelitian. Begitu
pun penelitian Suyatini (2004) dalam menganalisis pengaruh karateristik
wirausaha, karakteristik psikologi yang diukur adalah kemampuan berinovasi,
rasa percaya diri, kemampuan mengambil risiko, dan kebutuhan akan keberhasilan.
Suyatini memaparkan bahwa indikator karateristik wirausaha kepercayaan diri
merupakan kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah dengan tetap optimis
terhadap kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah tersebut. Kemudian
indikator keberanian mengambil risiko berkaitan dengan keberanian seseorang
untuk mempertaruhkan apa yang dimilikinya untuk membangun suatu usaha
dengan harapan memperoleh manfaat yang lebih besar dari apa yang telah mereka
pertaruhkan. Individu yang memiliki kemampuan berinovasi dinamakan seorang
inovator dengan imajinasinya yang kreatif. Mereka secara efektif dapat
menyeimbangkan ide-ide dan kenyataan menjadi ide-ide kerja yang baru.
Selanjutnya individu dengan tingkat kebutuhan akan keberhasilan yang tinggi
akan senang bersaing dengan standar keunggulan dan memilih untuk
bertanggungjawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan kepadanya.
Nurhayati et al. (2011) menambahkan karakteristik psikologis tersebut meliputi

8
ketekunan/ kerja keras (hard working), Semangat (enthusiasm), toleransi terhadap
ketidakpastian (tolerance for ambiguity). Indikator ketekunan dapat mendukung
daya berpikir seseorang untuk berpikir secara inovatif dan kreatif. Sikap toleransi
terhadap ketidakpastian dapat mendorong sikap tolerasi terhadap ketidakpastian
dan menjadikannya sebagai tantangan.
Penelitian lainnya mengenai karaterstik kewirausahaan telah dilakukan oleh
Neneh (2011), indikator yang digunakan lebih kompleks, yaitu menggunakan
percaya diri, inovasi, pengambilan risiko, kebutuhan akan prestasi, locus of
control, kepemimpinan, komitmen dan tekad, kreatif dan terbuka terhadap
teknologi baru, dapat membaca peluang dan motivasi. Karakteristik
kewirausahaan yang telah disebutkan tersebut idealnya dimiliki oleh setiap pelaku
wirausaha agar dapat membentuk karakteristik personal atau psikologis seorang
wirausaha yang positif, karena karakter personal seseorang yang dimiliki dapat
mencerminkan keunikan nilai, sikap dan kebutuhan serta keinginan individu
tersebut. Artinya, jika seseorang memiliki karakteristik yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha maka seseorang tersebut berpotensi untuk menjadi
wirausahawan yang baik.
Hasil penelitian terdahulu menekankan pada beberapa indikator karateristik
wirausaha yaitu kepercayaan diri, keberanian mengambil risiko, dan inovasi.
Karakteristik wirausaha yang digunakan pada penelitian ini akan dibatasi pada
percaya diri, berorientasi hasil, berani mengambil risiko, kepemimpinan,
keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.

Pengukuran Kinerja Usaha
Kinerja usaha merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai
dan mencerminkan keberhasilan suatu usaha dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Terdapat berbagai macam pengukuran kinerja, karena kinerja
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa hasil penelitian mengenai kinerja
usaha dibidang agrbisnis salah satunya adalah Puspitasari (2013), yang
mengemukakan bahwa indikator kinerja usaha anggrek yang digunakan adalah
meningkatnya pendapatan, perluasan wilayah pemasaran dan keunggulan bersaing.
Sumantri (2013) mengukur kinerja usaha wanita berdasarkan pendapatan, volume
penjualan dan wilayah pemasaran. Penelitian Muharastri (2013) mengukur
produktivitas sapi perah laktasi, kepemilikan sapi perah laktasi dan pendapatan
usaha ternak sapi perah untuk mengukur kinerja usaha.
Berkaitan dengan objek penelitian yang akan dilaksanakan yaitu industri
tempe, penelitian Yosa (2009) menggunakan omzet dan mutu tempe sebagai alat
untuk mengukur kinerja. Berbeda dengan penelitian Nurhayati et al. (2011)
berpendapat bahwa kinerja usaha agroindustri dapat diukur dengan mengukur
profit, akses pengetahuan, akses pasar dan pengakuan dari pihak lain.
Berdasarkan penelitian terdahulu secara garis besar kinerja dapat diukur
melalui pendapatan, volume penjualan atau omzet, produktivitas dan akses pasar.
Pengukuran kinerja usaha yang digambarkan diatas merupakan ukuran tangible
dan intangible. Pengukuran kinerja yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah produksi, omzet, dan keuntungan usaha. Pemilihan indikator kinerja usaha
karena lebih mudah diukur (tangible). Produksi mengukur skala produksi atau

9
kemampuan produksi dalam sehari. Pengukuran omzet (penerimaan penjualan)
menjadi ukuran untuk menggambarkan pertumbuhan volume penjualan.
Keuntungan digunakan untuk mengukur omzet yang dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan perusahaan.

Hubungan Karakteristik Wirausaha dan Kinerja
Selama ini belum banyak studi pustaka yang menganalisis hubungan
karakteristik wirausaha dengan kinerja usaha. Terdapat beberapa penelitian yang
telah menganalisis keterkaitan antara karakteristik wirausaha dengan kinerja usaha.
Hasil penelitian Muharastri (2013) menyatakan jiwa kewirausahaan berpengaruh
negatif dan kurang signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini dikarenakan
meskipun memiliki sikap motivasi dan inovasi dalam menjalankan usahanya,
belum tentu dikatakan berhasil jika tidak diikuti dengan pengetahuan yang cukup.
Penelitian Yosa (2009) menggunakan tiga peubah untuk melihat hubungan
kompetensi dengan kinerja industri tempe. Ketiga peubah yang digunakan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki pengrajin tempe. Berdasarkan
hasil penelitian, industri tempe termasuk kategori berkompeten dan berhubungan
nyata dengan kinerja industri tempe.
Selanjutnya pada penelitian Nuhayati et al. (2011) dalam menganalisis
pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja wirausaha dari sebagian
besar responden belum cukup optimal. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
berbagai faktor antara lain sikap/ watak (karakteristik) kewirausahaan dan
kompetensi wirausaha yang belum optimal dikembangkan. Pengaruh karakteristik
kewirausahaan dan kompetensi wirausaha terhadap kinerja wirausaha
menunjukkan bahwa karakteristik (psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara
nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja usaha. Hal
tersebut menunjukkan pentingnya membangun karakteristik kewirausahaan
karena karakteristik tersebut sangat menentukan keberhasilan usaha dan
mempermudah untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Pada penelitian
Sumantri (2013) karakteristik wirausaha dengan kinerja tidak memiliki hubungan
nyata yang menunjukkan bahwa karekteristik wirausaha tidak berkorelasi dengan
kinerja usaha peternak sapi perah. Karakteristik wirausaha tidak berkorelasi nyata
positif dengan kinerja karena tingkat karakteristik wirausaha tinggi tidak didukung
dengan insentif berupa harga jual susu yang naik. Berbeda dengan Puspitasari
(2013), hasil penelitiannya perilaku kewirausahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja usaha anggrek. Hal ini menunjukan bahwa perilaku
kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan kinerja usaha, sehingga
dengan ketekunan, ketanggapan terhadap peluang, inovatif, keberanian
mengambil risiko dan kemandirian pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja usaha.

10

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirausaha dan Kewirausahaan
Wirausaha merupakan orang yang berbakat dalam melihat peluang produk
baru, membuat proses produksi baru, mengatur permodalan usahanya serta
memasarkannya. Meredith et al. (1989) menyatakan wirausaha adalah orangorang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan
dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Para
wirausaha ini merupakan individu-individu yang berorientasi kepada tindakan dan
bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Menurut
Schumpeter dalam Alma (2009), wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem
ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Menurut
Longnecker et al. (2001) menyatakan wirausaha adalah seorang pembuat
keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas.
Sebagian besar wirausaha berperan sebagai pendorong perubahan, inovasi dan
kemajuan perekonomian, karena merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha dapat dikatakan sebagai
wirausahawan. Menurut Widodo (2005) wirausahawan adalah seorang yang
memahami akan adanya peluang bisnis, kemudian mengorganisasikan usaha
untuk mewujudkan peluang tersebut sebagai kegiatan usahanya yang nyata.
Kasmir (2006) mengatakan kewirausahaan adalah orang yang berjiwa berani
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa
berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha,
tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang
wirausahawan akan berusaha mencari, memanfaatkan serta menciptakan peluang
usaha yang dapat memberikan keuntungan.
Kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan untuk
mengkoordinir faktor input produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Senada
dengan Suryana (2006) kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari
peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan menurut Drucker dalam Suryana
(2006) adalah kemampuan untuk menciptakan suatu barang baru dan berbeda
melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.
Sementara itu, Zimmerer dalam Kasmir (2006) mengartikan kewirausahaan
sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Jadi
inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda melalui berpikir kreatif dan inovatif. Seseorang yang memiliki
kreativitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk mencari atau menciptakan
sesuatu yang baru, lebih baik dan berbeda dari sebelumnya.

11
Karakteristik Wirausaha
Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang
berbeda-beda. Salah satunya teori wirausaha telah dikembangkan oleh Meredith et
al. (1989). Meredith mengemukakan ciri dan watak kewirausahaan pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik wirausaha dan indikator karakteristik wirausaha
Karakteristik wirausaha
Indikator karakteristik wirausaha
Percaya diri
Memiliki keyakinan yang kuat, ketidaktergantungan,
individualis, optimisme.
Berorientasi
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan,
Hasil
tekad kerja keras, mempunyai dorongan yang kuat,
energik dan inisiatif.
Pengambilan risiko
Kemampuan mengambil risiko yang wajar, suka
tantangan.
Kepemimpinan
Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan
orang lain, terbuka terhadap saran dan kritik.
Keorisinilan
Inovatif, kreatif, fleksible, memiliki banyak sumber,
serba bisa dan pengetahuannya luas.
Berorientasi ke masa Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.
depan
Sumber : Meredith et al. 1989

Ahli lain seperti Scarborough dan Zimmerer (1993) dalam Suryana (2006)
mengemukakan 8 karakteristik kewirausahaan sebagai berikut:
1. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usahausaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab
akan selalu mawas diri.
2. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat,
artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun yang
terlalu tinggi.
3. Confidence in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk
memperoleh kesuksesan.
4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik
dengan segera.
5. High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk
mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6. Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan
jauh kedepan.
7. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
sumberdaya untuk menciptakan nilai tambah.
8. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi dari pada
uang.
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu
dalam sikap berkreasi dan inovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang berbeda atau memiliki kemampuan kreatif dan
inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam

12
kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha, mengerjakan suatu yang baru,
kemauan dan mencari peluang, kemampuan dan keberanian menanggung risiko,
dan kemampuan untuk mengembangkan ide serta memanfaatkan sumber daya.
Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
1. Menghasilkan produk dan jasa baru
2. Menghasilkan nilai tambah baru
3. Merintis usaha baru
4. Melakukan proses atau teknik baru
5. Mengembangkan organisasi baru
Indikator Karakteristik Wirausaha
Pengertian dari karakteristik wirausaha yang digunakan dijelaskan
berdasarkan beberapa sumber berbeda-beda, yang diuraikan sebagai berikut:
1. Percaya diri
Seorang wirausaha harus memiliki sikap percaya diri. Kepercayaan diri
adalah sikap dan keyakinan seseorang dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas-tugasnya (Suryana 2006). Sikap percaya diri merupakan
sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri
yang tinggi relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah
sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain. Kepercayaan diri berpengaruh
terhadap gagasan, karsa, inisiatif, kreatifitas, keberanian, ketekunan,
semangat kerja keras dan kegairahan berkarya. Sikap percaya diri ini dapat
mendorong seorang wirausaha untuk terus maju agar mampu mencapai yang
mereka inginkan. Selain itu percaya diri membuat seseorang tidak mudah
terpengaruh oleh pendapat atau saran orang lain, tetapi bukan berarti tidak
menerima saran. Oleh sebab itu, wirausaha yang sukses adalah wirausaha
yang mandiri.
Longnecdeker et al. (2001) menambahkan orang yang memiliki
keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat menjawab tantangan yang ada di
depan mereka. Mereka mempunyai pemahaman atas segala jenis masalah
yang mungkin muncul. Penelitian menunjukkan bahwa banyak wirausaha
yang sukses adalah orang yang percaya pada dirinya sendiri, yang mengakui
adanya masalah di dalam mendirikan usaha baru, tapi mempercayai
kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu menurut
meredith et al. (1989) seorang wirausaha harus kreatif, terutama dalam
pengambilan keputusan. Seorang pengusaha harus mempunyai kepercayaan
diri yang teguh dan yakin bahwa mampu membuat keputusan-keputusan yang
tepat. Kemampuan membuat keputusan inilah yang membedakan seorang
wirausaha dari yang lain.
2. Berorientasi Hasil
Berorientasi hasil merupakan cara seorang pengusaha dalam
menetapkan dan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Seseorang yang
selalu mengutamakan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nialinilai motif berprestasi, berorientasi laba, ketekunan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif (Suryana 2006). Inisiatif
artinya selalu ingin mencari dan memulai usaha baru. Seseorang yang

13
memiliki orientasi ini akan mengutamakan hasil yang ingin dicapai. Setelah
prestasinya di dapat, baru kemudian prestisenya akan naik.
3. Pengambil risiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah
satu nilai utama dalam kewirausahaan. Menurut Meredith et al. (1989) para
wirausaha merupakan pengambil risiko yang sudah diperhitungkan dan siap
menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi risiko rendah karena
tidak ada tantangannya dan dan menjauhi risiko tinggi karena mereka ingin
berhasil. Para wirausaha menyukai tantangan yang dapat dicapai.
Seorang wirausahawan adalah penentu risiko dan bukan penanggung
risiko. Drucker dalam Alma (2009) menyatakan seorang wirausaha ketika
menetapkan sebuah keputusan, telah memahami secara sadar risiko yang
dihadapi, dalam arti risiko tersebut sudah dibatasi dan terukur. Agar
kemungkinan munculnya risiko dapat diperkecil. Risiko dalam
kewirausahaan ini seperti persaingan, fluktuasi harga, barang tidak laku dan
risiko lainnya.
4. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor kunci bagi seorang wirausaha.
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, keteladanan, dan tampil beda (Suryana 2006). Menggunakan
kemampuan kreativitas dan inovasi membuat seorang wirausaha selalu
menampilkan barang dan jasa baru dan berbeda yang dihasilkan dengan cepat,
lebih dulu berada di pasar sehingga menjadi pelopor dalam produk maupun
pemasaran. Oleh karena itu perbedaan bagi seorang pengusaha yang memiliki
jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai.
Efektivitas sebagai pemimpin ditentukan oleh hasil-hasil yang dicapai
(Meredith et al. 1989). Memiliki keunggulan di bidang kepemimpinan, maka
seorang wirausaha akan memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan
kerja atau personal, dan efektivitas. Pemimpin yang berorientasi pada tiga
faktor diatas senantiasa tampil hangat, mendorong perkembangan karir
stafnya, disenangi bawahan, dan selalu ingat pada sasaran yang hendak
dicapai.
5. Keorisinilan: kreatif dan inovatif
Menurut Alma (2009) yang dimaksud orisnil adalah tidak hanya
mengekor orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide orisinil, dan
ada kemauan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama
sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau
reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan
suatu yang baru yang menyebabkan berdayagunanya sumber ekonomi yang
lebih produktif. Bobot kreativitas orisinil suatu produk akan tampak dan
sejauh mana produk tersebut berbeda dari yang sudah ada sebelumnya.
Levitt dalam Suryana (2006) mengemukakan kreativitas adalah
kemampuan menciptakan gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat
permasalahan dan peluang yang ada. Inovasi adalah kemampuan
mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang
ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masayarakat. Oleh karena itu
kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir
sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Meredith et al. (1989)

14
inovasi dalam bisnis menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas lebih
tinggi yang merupakan hasil dari tindakan para wirausaha, yang bersedia
menerima tantangan-tantangan lebih besar dan memikul risiko yang sudah
diperhitungkan. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah
barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi.
6. Berorientasi ke masa depan
Seorang wirausaha haruslah memiliki perspektif visi ke depan, selalu
mencari peluang dan tidak cepat puas dengan keberhasilan serta
berpandangan jauh kedepan (Suryana 2006). Memiliki perspektif dan
pandangan ke masa akan membuat seorang pengusaha selalu berusaha untuk
berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan suatu yang baru
dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Visi pada hakikatnya merupakan
cerminan antara komitmen, kompetensi dan konsistensi. Oleh sebab itu,
faktor kontinyuitas harus dijaga dengan selalu berfikir ke depan. Seorang
wirausaha akan menyusun perencanaan strategis yang matang, agar jelas
langkah-langkah yang akan dilaksanakan. Meredith et al. (1989) menyatakan
maksud utama perencanaan adalah agar mendapat informasi yang tepat dan
pada waktu yang tepat, sehingga anda dapat mengambil keputusan yang tepat.
Pengertian dan Pengukuran Kinerja
Kinerja merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi yang dapat dicapai
oleh suatu usaha. Prestasi total sebuah bisnis ditentukan oleh sikap dan tindakan
dari seorang wirausaha (Meredith et al. 1989). Smith dalam Sedarmayanti (2009)
menyatakan bahwa performance atau kinerja adalah: “... output drive from
processes,human or otherwise”, jadi dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil
atau keluaran dari suatu proses. Menurut Muis (2013) kinerja perusahaan adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba (profit). Sebuah organisasi
disebut produktif bila mencapai tujuannya dengan cara mentransfer input menjadi
output pada biaya terendah. Jadi pengukuran kinerja yang digunakan pada
penelitian ini adalah produksi, omzet, dan keuntungan. Penggunaan ukuran
produksi digunakan untuk melihat kemampuan produksi industri tempe untuk satu
kali produksi. Pengukuran omzet dan keuntungan digunakan untuk melihat
penerimaan dan pendapatan industri tempe. Pengertian produksi, omzet, dan
keuntungan yang digunakan berdasarkan beberapa sumber berbeda-beda. Teori
produksi dijelaskan oleh Putong (2010), omzet usaha dijelaskan oleh Manurung
(2006) dengan pendekatan teori penerimaan, dan teori keuntungan dijelaskan oleh
Manurung (2006), Longnecdeker et al.(2001) dan Kasmir