Keanekaragaman Jenis Burung di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI AREAL PT
INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK.
PABRIK PALIMANAN

JULI SETIAWAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis
Burung di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tulisan ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Nopember 2013
Juli Setiawan
NIM E34070074

ABSTRAK
JULI SETIAWAN. Keanekaragaman Jenis Burung di Areal PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan. Dibimbing oleh JARWADI B. HERNOWO dan
AGUS P. KARTONO.
Keanekaragaman jenis burung di lokasi PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP)
Tbk, dapat menjadi indikator keberhasilan PT ITP dalam pemeliharaan lingkungan.
Penelitian ini dilakukan pada 8 tipe tutupan lahan yang ada di PT ITP. Data burung
dikumpulkan dengan menggunakan metode Point Count dengan jumlah titik pada setiap
lokasi antara empat hingga enam titik, dengan jarak masing-masing titik 150 m dan
radius pengamatan 50 m. Total jenis burung yang dijumpai sebanyak 46 jenis (25
famili). Sebanyak delapan jenis burung di lokasi penelitian masuk dalam daftar
perlindungan menurut PP No. 7 tahun 1999 dan dua jenis burung masuk dalam daftar
Lampiran II CITES. Indeks keanekaragaman burung tertinggi adalah pada lokasi jarak
(H’= 2.98). Indeks kemerataan di semua tipe tutupan lahan hampir tersebar merata.

Hasil uji-t menunjukkan bahwa tutupan lahan sawah, berbeda signifikan dengan tipe
tutupan lahan pepohonan, area pabrik, tanaman jarak pagar, dan semak. Area danau
buatan berbeda signifikan dengan pepohonan, area pabrik, tanaman jarak pagar, dan
semak, Perbedaan signifikan lainnya, yaitu area penyangga berbeda signifikan dengan
area pepohonan. Lokasi dengan indeks kesamaan jenis (IS) tertinggi adalah antara area
pabrik dengan tanaman jarak pagar (IS= 0.77). Tingkat dominansi jenis burung di lokasi
penelitian dipengaruhi oleh tipe tutupan lahan.
Kata kunci: burung, Indocement, keanekaragaman, Palimanan

ABSTRACT
JULI SETIAWAN. Bird Diversity in the Area of PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Plant Palimanan. Supervised by JARWADI B. HERNOWO and AGUS P. KARTONO.
The bird species diversity in the location of PT Indocement Tunggal Prakarsa
(ITP) Tbk, can be indicators of the successfully of the PT ITP in relative maintains of
the environment. The research was conducted on 8 land cover types in the PT ITP. Bird
data was collected using Point Count with the number of points at each location
between four to six points, with the distance of each point with observation radius of
150 m and 50 m. Total bird species found at the sampling area is 46 species (25
families). Eight species of birds in the location in the list of protection according to the
GR No. 7 in 1999 and two bird species included in Appendix II of CITES. Highest bird

diversity index is the location of the Jatropha curcas (H'= 2.98). Evenness index in all
types of land cover almost evenly spread of at the sampling area. T-test results showed
that wetland, is a significantly different land cover types with trees land cover, plant
area, Jatropha curcas, and shrubs. Artificial lake area significantly different with trees
land cover, plant area, Jatropha curcas, and shrubs. Another significantly different is
buffer areas with trees land cover. Locations with similarity index types (IS) is the
highest among plant area with Jatropha curcas (IS= 0.77). The dominance bird species
at sampling area was influence by land cover type.
Keywords: bird, diversity, Indocement, Palimanan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI AREAL PT
INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK.
PABRIK PALIMANAN

JULI SETIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Burung di Areal PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan
Nama
: Juli Setiawan
NIM
: E34070074

Disetujui oleh

Dr Ir Jarwadi B. Hernowo, MScF
Pembimbing I


Dr Ir Agus P. Kartono, MSi.
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini adalah keanekaragaman jenis
burung, dengan judul Keanekaragaman Jenis Burung di Areal PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Jarwadi B. Hernowo, MScF
dan Dr Ir Agus P. Kartono, MSi selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Budi H dan Bapak Rufidi dari PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan, yang sudah memberikan ijin penelitian.

Bapak Misnen dan Bapak Suswanto beserta staf PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Pabrik Palimanan lainnya yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, Teh Encum dan Mas Nanang, serta
keponakan kecil tercinta “kakak hana”, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu,
penulis juga ucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan KSHE 44 “KOAK” atas
kebersamaan, kekompakan, kekeluargaan, dan pengalaman yang pernah kita jalani, dan
rekan-rekan Uni Konservasi Fauna (UKF-IPB) atas kekeluargaan dan perjuangan dalam
menyelamatkan keanekaragaman hayati Indonesia “Selamatkan Fauna Indonesia”.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Nopember 2013
Juli Setiawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR


vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang ......................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 1
Manfaat Penelitian .................................................................................................... 1
METODE

2

Bahan ........................................................................................................................ 2
Alat ........................................................................................................................... 2
Prosedur Penelitian ................................................................................................... 3

Analisa Data ............................................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Hasil.......................................................................................................................... 6
Pembahasan ............................................................................................................ 16
SIMPULAN DAN SARAN

19

Simpulan ................................................................................................................. 19
Saran ....................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

20

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5
6
7

Tipe habitat yang digunakan untuk pengambilan data
Jumlah jenis burung di setiap tipe tutupan lahan
Jenis burung dan jenis pakan burung yang ditemukan di lokasi penelitian
Nilai uji beda (uji-t) indeks keanekaragaman jenis burung (H’) burung pada
delapan tipe tutupan lahan di PT ITP
Indeks kesamaan jenis (IS) burung pada delapan tipe tutupan lahan di PT ITP
Dominansi jenis burung di setiap tipe habitat
Daftar jenis burung berdasarkan status perlindungannya

2
10
11
13
14

15
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Bentuk titik pengamatan dengan menggunakan metode Point Count

Kondisi tutupan lahan pepohonan di luar area pabrik
Kondisi tutupan lahan pepohonan di dalamarea pabrik
Kondisi tutupan lahan di area tanaman jarak pagar
Kondisi tutupan lahan di semak/area terbuka
Kondisi tutupan lahan di area pesawahan
Kondisi tutupan lahan di danau buatan
Kondisi tutupan lahan di area penyangga
Kondisi tutupan lahan di area konservasi (G. Blindis)
Jumlah keanekaragaman jenis burung pada setiap suku
Kelompok burung berdasarkan jenis pakan
Perbandingan nilai indeks keanekaragaman pada tiap tipe habitat
Perbandingan nilai indeks kemerataan disetiap tipe tutupan lahan
Dendogram tingkat kesamaan jenis burung di lokasi penelitian

4
6
7
7
7
8
8
9
9
10
11
12
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Jenis-jenis burung yang dijumpai di lokasi penelitian
Status perlindungan jenis-jenis burung yang dijumpai
Hasil perhitungan uji-t

2
2
4

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) Tbk. merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang ekstraktif kapur atau pertambangan di
Indonesia. PT ITP menjalankan usahanya dengan bisnis inti yaitu memproduksi
berbagai jenis semen yang bermutu tinggi dengan salah satu produk unggulannya
yaitu semen putih. PT ITP menjadi satu-satunya industri yang memproduksi
semen putih di Indonesia dengan dukungan HeidelbergCement Group yang
merupakan pemilik sebagian besar saham di PT ITP. Perusahaan yang
memasarkan produknya dengan merek dagang “Tiga Roda” ini, memiliki dua
belas pabrik yang dioperasionalkan secara terpadu, dengan salah satu lokasi
pabrik berada di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat (Rahmawati 2010).
Sebagai salah satu industri yang menggantungkan kegiatan operasionalnya
kepada sumber daya alam berupa bahan tambang, PT ITP memiliki kesadaran
akan dampak kegiatan operasionalnya tersebut terhadap lingkungan. Oleh karena
itu, dengan mengacu pada konsep triple bottom line, yaitu keseimbangan dalam
menjaga kelestarian lingkungan, memberikan manfaat kepada masyarakat, dan
perusahaan mendapatkan nilai untuk menjaga kelangsungan operasinya, PT ITP
berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari program
pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan
adalah pemantauan fauna darat yang dilakukan secara berkala, termasuk
didalamnya jenis-jenis fauna dari kelompok burung seperti yang tercantum dalam
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) tahun 2003 (Laporan Akhir RPL 2003).
Burung merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang
memiliki peranan sangat penting baik secara ekologis. Menurut Sujatnika et al.
(1995), keberadaan suatu jenis burung dapat dijadikan sebagai indikator
keanekaragaman hayati, karena kelompok burung memiliki sifat-sifat yang
mendukung, yaitu hidup di seluruh habitat, peka terhadap perubahan lingkungan dan
taksonomi serta penyebarannya telah cukup diketahui. Sehingga dengan mengetahui
tingkat keanekaragaman jenis burung yang ada di lokasi PT ITP, akan dapat
membantu untuk mengukur tingkat keberhasilan dari pengelolaan terhadap
lingkungan yang telah dilakukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur keanekaragaman jenis
burung di beberapa tipe tutupan lahan di kawasan pabrik dan luar pabrik PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa data
dan informasi mengenai keanekaragaman jenis burung yang ada di areal PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan sehingga dapat menjadi

2
bahan pertimbangan upaya
pembangunan berkelanjutan.

pengelolaan

pabrik

yang

berasaskan

pada

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2013 di kawasan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan. Lokasi plot penelitian
didasarkan pada tipe tutupan lahan yang ada di PT ITP. Pengamatan dilakukan di
delapan tipe tutupan lahan yaitu pepohonan di area pabrik dan luar pabrik pabrik,
tanaman jarak, semak/area terbuka, pesawahan, danau buatan, area penyangga,
dan area konservasi. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi (pukul 05.30-10.00
WIB) dan sore hari (pukul 14.30-17.00 WIB).

Tabel 1 Tipe habitat yang digunakan untuk pengambilan data
Tipe Tutupan Lahan
Pepohonan
Area Pabrik
Tanaman Jarak
Semak
Sawah
Danau Buatan
Area Penyangga
Area Konservasi

Jumlah Jalur
6
2
2
2
1
2
1
1

Ulangan
3 kali
2 kali
3 kali
3 kali
3 kali
3 kali
2 kali
2 kali

Jumlah Hari
18
4
6
6
3
6
2
2

Bahan
Bahan atau objek yang digunakan adalah semua jenis burung dan komponen
habitat dilokasi perjumpaan burung.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta kawasan PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan, Global Positioning System
(GPS), binokuler, kompas, kamera DSLR Canon EOS 550D, alat pencatat waktu
(jam), dan tallysheet.

3
Prosedur Penelitian
Kegiatan Pendahuluan
Survei pendahuluan atau observasi lapang dilakukan untuk melihat kondisi
lokasi penelitian sebelum menentukan jalur/plot pengamatan pada habitat-habitat
yang akan diamati. Survei pendahuluan penting dilakukan untuk mengetahui
daerah yang digunakan oleh jenis-jenis burung untuk beraktivitas. Kegiatan
pendahuluan yang dimaksud meliputi:
a.
Orientasi (pengenalan) lapang yang dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi mengenai kondisi umum dan penentuan sample plot lokasi yang
akan dijadikan lokasi penelitian.
b.
Studi pustaka, untuk mendapatkan informasi mengenai jenis-jenis burung
beserta habitatnya.

Metode Pengambilan Data
Karakteristik Habitat
Pengamatan habitat dilakukan di daerah yang dijumpai burung. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor habitat yang mempengaruhi keberadaan
satwa tersebut di lokasi penelitian. Penentuan lokasi sesuai dengan ketersediaan
fungsi habitat yaitu sebagai tempat mencari makan, tempat berlindung dan
pemenuhan kebutuhan air bagi burung. Data yang diambil merupakan data
deskriptif berupa parameter-paremeter habitat yang terkait ketersediaan fungsi
habitat tersebut.
Identifikasi Jenis Burung
Identifikasi jenis burung merupakan perhatian terhadap beberapa
kombinasi sifat burung termasuk penampilan tubuh, suara, perilaku, dan tempat
hidup burung. Hal yang penting dalam identifikasi adalah mencatat dengan rinci
dan membuat gambar atau sketsa semua ciri-ciri burung yang dilihat. Selain itu
catatan merupakan sarana penting dalam identifikasi lebih lanjut terutama bagi
jenis burung yang tidak dapat dikenal secara langsung di lapangan (MacKinnon
1998).
Bentuk tubuh dan postur adalah karakteristik penting yang digunakan dalam
mengidentifikasi burung. Perilaku burung dapat digunakan untuk mengidentifikasi
jenis burung melalui cara terbang, berjalan, berenang, dan perilaku lainnya.
Habitat dapat digunakan untuk proses identifikasi karena beberapa spesies burung
hanya dapat hidup pada habitat tertentu. Untuk burung jenis baru atau yang belum
dikenal, akan dibuat sketsa dalam buku catatan. Sketsa tersebut akan
menggambarkan berbagai ciri rinci seperti ukuran, bentuk, panjang paruh, hiasan
pada bagian kepala, warna bulu, panjang sayap dan ekor, warna kulit muka yang
tidak berbulu juga warna paruh, mata dan kaki serta berbagai ciri lain yang tidak
umum. Catatan tambahan tentang suara, tingkah laku, dan lokasi, juga akan
banyak membantu dalam pengenalanselanjutnya (MacKinnon 1998).
Keanekaragaman Burung
Pengumpulan data keanekaragaman jenis burung dilakukan dengan metode
point count. Metode Point Count adalah metode pengamatan burung dengan

4
mengambil sampel dari komunitas burung untuk dihitung dalam waktu dan lokasi
tertentu. Pengamatan dilakukan dengan berdiri pada titik tertentu pada habitat
yang diteliti kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dalam rentang
waktu tertentu (Helvoort 1981).
Pengamatan dilakukan pada titik pengamatan yang diletakkan secara acak
pada habitat yang diteliti. Jumlah titik pada setiap lokasi bervariasi antara empat
hingga enam titik, dengan jarak masing-masing titik 150 m dan radius
pengamatan 50 m (Gambar 1). Metode titik hitung dilakukan dengan berjalan ke
suatu tempat tertentu, memberi tanda, dan selanjutnya mencatat semua burung
yang dijumpai selama jangka waktu yang telah ditentukan (15 menit) sebelum
bergerak ke titik selanjutnya.

200 m

Gambar 1 Bentuk titik pengamatan dengan menggunakan metode Point Count
Pengumpulan data didapatkan baik berupa perjumpaan langsung (direct
encountered) maupun perjumpaan tak langsung (indirect encountered) berupa
suara. Data yang diambil adalah jenis yang dijumpai, jumlah individu, lokasi
perjumpaan, dan perilaku umum yang teramati oleh burung.

Analisa Data
Indeks Keanekaragaman Jenis
Kekayaan jenis burung ditentukan dengan menggunakan
keanekaragaman Shannon-Wiener dengan rumus (Krebs 1978):
Sn

indeks

 n 

i
i
H’ = -   ln. 
i1 N   N 
Keterangan : ni
= Jumlah individu spesies ke-i
N
= Total jumlah individu semua jenis yang ditemukan

Perbandingan Keanekaragaman Jenis Burung Antar Tipe Habitat
Uji-T digunakan untuk mengetahui apakah keanekaragaman jenis burung
antara habitat di lokasi penelitian berbeda pada tingkat kepercayaan 95% dengan
menggunakan keputusan hipotesis:
H0: tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat 1 dan tipe
habitat 2.
H1: ada perbedaan keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat 1 dan tipe
habitat 2.
Jika t hitung < t tabel, maka terima H0

5
Jika t hitung > t tabel, maka tolak H0 dan terima H1
Persamaan yang digunakan berdasarkan Poole (1974) dalam Dewi (2005):
2


 n
2
ln
pi
pi


 pi ln pi 
s 1

 i 1
Var (H’)= i 1

N
2N 2
H '1  H ' 2
thitung=
varH '1   varH ' 2 2
n

df=

varH '1   varH ' 2 2
varH '1 2 / N1  varH ' 2 2 / N 2 

Keterangan:

Var H’ = keragaman dari Indeks Keanekaragaman ShannonWiener
S
= jumlah jenis pada suatu habitat
N
= jumlah total individu pada suatu habitat
H’
= indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Df
= derajat bebas

Indeks Kemerataan
Untuk menentukan proporsi kelimpahan jenis burung yang ada pada
masing-masing tipe tutupan lahan dapat digunakan indeks kemerataan (Magurran
1988), dengan rumus:
E =

H'
lnS

Keterangan : E = indeks kemerataan (nilai antara 0 – 1)
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S = jumlah jenis
Penentuan nilai indeks kemeraataan ini berfungsi untuk mengetahui
kemerataan setiap jenis burung dalam komunitas yang dijumpai. Apabila nilai
indeks kemerataan mendekati 1, maka sebaran individu antar spesies sangat
merata.
Kesamaan Jenis Burung (IS)
Indeks kesamaan jenis (IS) digunakan untuk melihat kesamaan komunitas
jenis burung antar lokasi penelitian. Indeks yang digunakan adalah indeks
kesamaan jenis Jaccard (1901) dalam Krebs (1978), dengan rumus:
c
IS =
abc
Keterangan: a = Jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 1
b = Jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 2
c = Jumlah jenis yang terdapat di lokasi 1 dan 2
Dominansi Jenis Burung
Menentukan jenis burung yang dominan di dalam kawasan pengamatan,
ditentukan dengan menggunakan rumus menurut Helvoort (1981):

6
Di =

ni

 100%

N

Keterangan : Di =
ni =
N =
Kriteria
: Di =
Di =
Di =

Indeks dominasi suatu jenis burung
Jumlah individu suatu jenis burung
Jumlah individu dari seluruh jenis burung
0 – 2 % jenis tidak dominan
2 – 5 % jenis subdominan
> 5 % jenis dominan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Pepohonan di Luar Area Pabrik
Pepohonan di luar area pabrik merupakan lokasi penghijauan yang
digunakan sebagai ruang terbuka hijau. Pohon-pohon yang ditanam antara lain
sengon, akasia, mangga, dan kemiri sunan. Penanaman pohon dilakukan per
lokasi, dengan masing-masing lokasi ditanam satu jenis pohon (seragam) dengan
umur tanam yang sama dengan bentuk area penanaman yang beragam. Setiap
lokasi penanaman dibuat berdampingan dan saling terhubung.

Gambar 2 Kondisi tutupan lahan pepohonan di luar area pabrik
Pepohonan di Dalam Area Pabrik
Pepohonan yang ditanam di dalam area pabrik hampir sama dengan
pepohonan yang ditanam di luar area pabrik, seperti akasia dan sengon.
Penanaman pohon dilakukan per lokasi, dengan masing-masing lokasi ditanam
satu jenis pohon (seragam) dengan umur tanam yang sama. Lokasi penanaman
sendiri dibuat terpisah antar jenis pohon yang ditanam dengan bentuk area
penanaman yang beragam.

7

Gambar 3 Kondisi tutupan lahan pepohonan di dalamarea pabrik
Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak digunakan oleh PT ITP sebagai bahan bakar alternatif untuk
mensubstitusi bahan bakar minyak. Penanaman jarak pagar dibuat terpisah antar
lokasinya dengan pagar pemisah/barrier berupa pohon seperti akasia dan kemiri
sunan. Masing-masing lokasi penanaman dibuat dengan bentuk area tanam yang
beragam.

Gambar 4 Kondisi tutupan lahan di area tanaman jarak pagar
Area Terbuka/Semak
Area terbuka/semak merupakan area bekas penambangan yang rencananya
akan direstorasi kembali sebagai lokasi penghijauan. Sebagian besar vegetasi yang
tumbuh di lokasi tersebut berupa semak dan tumbuhan bawah. Selain itu,
beberapa lokasi sudah dijadikan sebagai lokasi penanaman rumput gajah yang
digunakan sebagai pakan ternak.

Gambar 5 Kondisi tutupan lahan di semak/area terbuka

8
Pesawahan
Area pesawahan berada di luar area pabrik. Letaknya berdekatan dengan
lokasi danau buatan, karena sumber air yang digunakan berasal dari danau buatan
tersebut. Pesawahan tersebut merupakan pesawahan yang digarap oleh masyarakat
yang ada di sekitar lokasi PT ITP, sedangkan lahan yang digunakan merupakan
lahan milik PT ITP.

Gambar 6 Kondisi tutupan lahan di area pesawahan
Danau Buatan
Danau buatan merupakan danau yang dibuat oleh PT ITP sebagai area
penampung air limpasan-terutama saat musim hujan-yang berasal dari area
tambang, Lokasi danau buatan tersebut terletak di timur laut dari lokasi
penambangan. Danau tersebut terdiri atastiga buah danau buatan yang dibuat
berdekatan dan saling terhubung. Di tengah-tengah area danau buatan, terdapat
semacam sempadan yang ditanami beberapa jenis pohon seperti akasia dan
sengon.

Gambar 7 Kondisi tutupan lahan di danau buatan
Area Penyangga
Area penyangga (Buffer Zone) terletak di sisi tenggara tambang. Area
tersebut merupakan area bekas penambangan yang direstorasi kembali (Quarry
Restoration) dengan luasan sekitar 49 ha. Sebagian besar vegetasi penyusun di
area tersebut berupa semak dan tumbuhan bawah. Di lokasi tersebut juga sudah
ditanami jenis-jenis pohon seperti trembesi, jabon, nyamplung, dan kemiri sunan.
Pohon-pohon yang ada di lokasi tersebut masih berada pada tingkat pertumbuhan

9
semai, hal ini karena penanaman di lokasi tersebut baru mulai dilakukan sejak
tahun 2003. Dibeberapa bagian lokasi terutama yang berbatasan langsung dengan
masyarakat, area penyangga banyak ditanami oleh masyarakat sebagai lahan
pertanian seperti kacang tanah dan singkong.

Gambar 8 Kondisi tutupan lahan di area penyangga
Area Konservasi
Area konservasi merupakan sebuah bukit (dikenal sebagai Gunung Blindis)
yang berada di area penambangan (quarry) yang direncanakan akan dijadikan
sebagai kawasan pelestarian flora dan fauna yang ada di area PT ITP. Area
tersebut memiliki luasan sekitar 30 ha. Sebagian besar vegetasi penyusun yang
ada di G. Blindis berupa semak dan tumbuhan bawah seperti harendong bulu. Di
lokasi tersebut juga ditanami pohon berupa jambu air dan trembesi. Tetapi karena
kondisi tanah yang berupa tanah kapur yang keras dan tidak adanya sumber air di
lokasi tersebut, pertumbuhan dari pohon-pohon yang ditanam menjadi terhambat.
Selain itu, lokasi G. Blindis juga dijadikan sebagai kandang ternak kerbau milik
masyarakat, sehingga banyak pohon yang gagal tumbuh karena menjadi pakan
ternak tersebut.

Gambar 9 Kondisi tutupan lahan di area konservasi (G. Blindis)
Kekayaan Jenis Burung Berdasarkan Tipe Tutupan Lahan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap delapan tipe tutupan lahan di PT
ITP, total jenis burung yang dijumpai adalah sebanyak 46 jenis burung dari 25
suku. Tutupan lahan yang memiliki jumlah jenis burung paling banyak adalah
semak, sebanyak 28 jenis dari 17 suku, sedangkan tutupan lahan dengan jumlah

10
jenis burung paling sedikit adalah sawah dengan jumlah jenis sebanyak 14 jenis
dari 9 suku (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah jenis burung di setiap tipe tutupan lahan
Tipe Tutupan Lahan
Semak
Pepohonan
Tanaman Jarak
Area Pabrik
Area Konservasi
Area Penyangga
Danau Buatan
Sawah

Jenis
28
27
27
25
20
18
17
14

Suku
17
17
14
15
12
11
13
9

Suku dengan jumlah jenis burung paling banyak adalah dari suku
Pycnonotidae dan Sylviidae yaitu sebanyak 5 jenis, kemudian Alcedinidae,
Apodidae, Columbidae, dan Cuculidae masing-masing sebanyak 3 jenis (Gambar
2).

6
5 5
5
4
Jumlah Jenis

3 3 3 3
3
2 2 2 2 2
2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
Pycnonotidae
Sylviidae
Alcedinidae
Apodidae
Columbidae
Cuculidae
Ardeidae
Estrildidae
Hirundinidae
Nectariniidae
Timaliidae
Acanthizidae
Accipitridae
Aegithinidae
Caprimulgidae
Corvidae
Dicaeidae
Falconidae
Hemiprocnidae
Laniidae
Phasianidae
Picidae
Ploceidae
Sturnidae
Zosteropidae

0

Suku

Gambar 10 Jumlah keanekaragaman jenis burung pada setiap suku
Jenis Burung dan Struktur Pakan
Burung memanfaatkan jenis pakan yang berbeda-beda untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 12 kelompok burung
berdasarkan jenis pakannya (Gambar 11).

Jumlah Jenis

11
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

18

7
4

4

3

2

2

2

1

1

1

1

Kelompok Pakan

Gambar 11 Kelompok burung berdasarkan jenis pakan
Jenis burung dan jenis pakan burung secara lengkap disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis burung dan jenis pakan burung yang ditemukan di lokasi penelitian
Jenis Pakan

Jenis Burung
Collocalia linchi
Cacomantis merulinus
Collocalia maxima
Cacomantis sonneratii
Hirundo striolata
Centropus bengalensis
Hirundo tahitica
Prinia familiaris
Insektivora
Orthotomus sepium
Prinia inornata
Orthotomus sutorius
Prinia polychroa
Apus nipalensis
Lanius schach
Acridotheres javanicus Hemiprocne longipennis
Gerygone sulphurea
Dryocopus javensis
karnivora
Spilornis cheela
Frugivora
Treron vernans
Lonchura leucogastroidesPasser montanus
Granivora
Lonchura punctulata
Geopelia striata
Nektarivora
Cinnyris jugularis
Anthreptes malacensis
Piscivora
Ardea cinerea
Bubulcus ibis
Karnivora, Insektivora Falco moluccensis
Caprimulgus affinis
Streptopelia chinensis Pnoepyga pusilla
Granivora, Frugivora
Coturnix chinensis
Malacocincla sepiaria
Pycnonotus atriceps
Dicaeum trochileum
Pycnonotus aurigaster Criniger bres
Insektivora, Frugivora
Pycnonotus goiavier
Aegithina tiphia
Pycnonotus simplex
Halcyon chloris
Alcedo coerulescens
Insektivora, Piscivora
Halcyon cyanoventris
Karnivora, Frugivora,
Corvus splendens
Insektivora
Insektivora,
Zosterops palpebrosus
Frugivora, Nektarivor



18

1
1
4
2
2
2
4

7

3
1
1

12
Indeks Keanekaragaman Jenis
Indeks keanekaragaman merupakan nilai yang menunjukkan tinggi
rendahnya keanekaragaman suatu komunitas. Indeks keanekaragaman dapat
menggambarkan kekayaan jenis dan kesamaannya dalam suatu nilai tunggal. Tipe
tutupan lahan tanaman jarak memiliki indeks keanekaragaman jenis burung
tertinggi dilokasi penelitian yaitu 2.98. Nilai indeks keanekaragaman jenis burung
terendah yaitu pada habitat sawah sebesar 2.39 (Gambar 12).

Gambar 12 Perbandingan nilai indeks keanekaragaman pada tiap tipe
tutupan lahan
Perbandingan Keanekaragaman Jenis Burung Antar Tipe Tutupan Lahan
Perhitungan komunitas burung dengan menggunakan uji-t (Magurran 1988)
digunakan untuk mengetahui perbedaan atau persamaan komunitas jenis yang satu
dengan komunitas jenis lainnya. Komunitas jenis burung yang dibandingkan
adalah nilai indeks keanekaragaman (H') pada tiap tipe tutupan lahan yang diteliti.
Berdasarkan hasil perhitungan, tutupan lahan sawah, berbeda nyata dengan tipe
tutupan lahan pepohonan, area pabrik, tanaman jarak, dan semak. Area danau
buatan berbeda nyata dengan pepohonan, area pabrik, tanaman jarak, dan semak,
dan area penyangga berbeda signifikan dengan area pepohonan (Tabel 2).

13
Tabel 4

Nilai uji beda (uji-t) indeks keanekaragaman jenis burung (H’) burung
pada delapan tipe tutupan lahan di PT ITP

Lokasi
Phn
Pbk
Jrk
Smk
Swh
Du
Bu
GnB

Phn
0

Keterangan

:

Pbk
0.780
0

Jrk
0.705
0.927
0

Smk
0.871
0.902
0.826
0

Swh
0.005*
0.011*
0.012*
0.007*
0

Du
0.014*
0.028*
0.032*
0.019*
0.652
0

Bu
0.041*
0.077
0.087
0.055
0.387
0.667
0

GnB
0.107
0.183
0.205
0.140
0.202
0.389
0.665
0

*

= Berbeda Signifikan; Phn= Pepohonan di luar area pabrik; Pbk= Pepohonan di
dalam area pabrik; Jrk= Tanaman Jarak; Smk= Semak/area terbuka; Swh=
Pesawahan; Du= Danau Buatan; Bu= Area Penyangga/Buffer; GnB = G. Blindis.

Indeks Kemerataan
Kemerataan jenis burung dalam suatu habitat dapat ditandai dengan tidak
adanya jenis-jenis yang dominan. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu
yang sama, maka kemeratan jenis pada komunitas tersebut memiliki nilai
maksimum. Sebaliknya apabila jumlah individu pada masing-masing jenis
berbeda jauh maka menyebabkan kemerataan jenis memiliki nilai minimum
(Santosa 1995).

Gambar 13 Perbandingan nilai indeks kemerataan disetiap tipe tutupan lahan
Kesamaan Jenis Burung (IS)
Indeks kesamaan jenis burung digunakan untuk mengetahui tingkat
kesamaan jenis burung yang ditemukan di seluruh tipe tutupan lahan. Hasil
analisis menunjukan bahwa indeks kesamaan jenis burung tertinggi adalah antara
area pabrik dengan tanaman jarak (IS=0.77), dan tipe tutupan lahan yang memiliki

14
indeks kesamaan jenis burung terendah adalah antara sawah dengan area
konservasi (IS=0.15) (Tabel 5).
Tabel 5 Indeks kesamaan jenis (IS) burung pada delapan tipe tutupan lahan di PT
ITP
Lokasi Phn
Pbk
Jrk
Smk
Swh
Du
Bu
GnB
Phn
0
0.49
0.59
0.62
0.37
0.29
0.38
0.28
Pbk
0
0.73
0.77
0.29
0.40
0.54
0.52
Jrk
0
0.67
0.63
0.38
0.45
0.35
Smk
0
0.45
0.41
0.48
0.47
Swh
0
0.22
0.21
0.15
Du
0
0.40
0.33
Bu
0
0.48
GNB
0
Keterangan

: Phn= Pepohonan di luar area pabrik; Pbk= Pepohonan di dalam area pabrik; Jrk=
Tanaman Jarak; Smk= Semak/area terbuka; Swh= Pesawahan; Du= Danau Buatan;
Bu= Area Penyangga/Buffer; GnB = G. Blindis.

Kesamaan jenis burung antar tipe tutupan lahan di lokasi penelitian
membentuk empat komunitas burung. Tingkat kesamaan jenis tertinggi yaitu
antara tutupan lahan berupa semak dengan area pabrik dengan indeks kesamaan
jenis sebesar 77%. Tingkat kesamaan jenis terendah yaitu antara habitat sawah
dengan area konservasi dengan indeks kesamaan jenis sebesar 15%.

Kesamaan komunitas (%)

38,62

59,08

79,54

100,00
p
Pe

o
oh

n
na
A

b
Pa
a_
re

rik

k
ra
Ja

k
ma
Se

w
Sa

ah
u
na
Da

u
_b

an
at
Bu

Z
r_
ffe

e
on

d
in
Bl
_
G

is

Tipe tutupan lahan

Gambar 14 Dendogram tingkat kesamaan jenis burung di lokasi penelitian
Dominansi Jenis Burung
Analisis dominansi burung digunakan untuk melihat bagaimana komposisi
jenis burung yang dominan, sub-dominan, dan tidak dominan dalam komunitas
burung yang diamati. Hasil analisis dominansi terhadap jumlah jenis burung yang
ditemukan pada setiap tipe habitat ditunjukkan pada Tabel 4.

15

Tabel 6 Dominansi jenis burung di setiap tipe habitat
Tipe Tutupan Lahan
Pepohonan
Area Pabrik
Tanaman Jarak
Semak
Sawah
Danau Buatan
Area Penyangga
Area Konservasi

Dominan
7
5
6
5
7
12
9
6

Jenis burung
Sub-dominan
Tidak dominan
9
11
8
12
10
11
10
13
5
2
5
0
5
4
9
4

Jumlah
27
25
27
28
14
17
18
19

Status Perlindungan Jenis Burung
Status perlindungan jenis burung berhubungan dengan berbagai aspek yang
berkaitan dengan kelestarian jenis. Pada penelitian ini, status perlindungan jenis
burung yang digunakan adalah adalah PP No. 7 tahun 1999, IUCN, dan Lampiran
CITES. Berdasarkan hasil penelitian, dijumpai sebanyak delapan jenis burung
yang dilindungi menurut PP No. 7 tahun 1999 dan dua jenis burung masuk dalam
daftar Lampiran II CITES (Tabel 7), sedangkan berdasarkan status konservasi
IUCN, semua jenis burung yang dijumpai di lokasi penelitian tidak termasuk
dalam daftar merah (Red List) IUCN (Lampiran 2).
Tabel 7 Daftar jenis burung berdasarkan status perlindungannya

Phn Jrk
Bubulcus ibis
Spilornis cheela
Falco moluccensis
Halcyon cyanoventris
Halcyon chloris
Alcedo coerulescens
Dryocopus javensis
Anthreptes malacensis
Cinnyris jugularis
Keterangan

:

*

Status
Konservasi
Smk Swh Du Pbk Bu GnB PP IUCN CITES
D LC


√ D LC App II
D LC App II

6 D LC

√ √ √

√ √ √ √
√ D LC
D LC

LC App I*

D LC

√ √ √
√ D LC

Tipe Tutupan Lahan

Nama Ilmiah













= ras richardsi di Korea dan Jepang; Phn= Pepohonan di luar area pabrik; Pbk=
Pepohonan di dalam area pabrik; Jrk= Jarak; Smk= Semak/area terbuka; Swh=
Pesawahan; Du= Danau Buatan; Bu= Area Penyangga/Buffer; GnB = G. Blindis;
D = Dilindungi Pemerintah; LC = Least Concern/Beresiko rendah terhadap
kepunahan; App = Appendix/Lampiran dalam CITES.

16

Pembahasan
Kekayaan Jenis Burung
Kekayaan jenis burung yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu 46 jenis
burung dari 25 suku. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil
pemantauan yang dilakukan oleh Roeder (2012), yaitu sebanyak 58 jenis.
Perbedaan hasil tersebut disebabkan karena fokus lokasi pengambilan data yang
dilakukan. Pemantauan yang dilakukan oleh Roeder (2012) lebih banyak
dilakukan di wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah hutan milik
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang terletak di wilayah barat
dan selatan pabrik,sehingga tingkat kekayaan burung di lokasi tersebut lebih
tinggi karena vegetasi yang ada di lokasi tersebut lebih beragam. Selain itu,
terdapat beberapa jenis burung migrasi yang dijumpai Roeder (2012), seperti
sikep-madu asia dan elang-alap cina.
Kekayaan jenis burung yang ditemukan di lokasi penelitian tergolong
rendah, hal ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah burung yang dijumpai dalam satu
suku, yaitu sebanyak 1.84 jenis per suku. Rendahnya kekayaan burung yang
dijumpai berhubungan dengan kondisi vegetasi. Vegetasi-vegetasi yang ada di
kawasan PT ITP merupakan vegetasi buatan yang seragam, menurut Thiollay
(1995) dalam Dewi (2006) menyebutkan bahwa keanekaragaman, kekayaan, dan
kemerataan jenis burung secara signifikan lebih rendah di setiap lahan
agroforestry dibandingkan dengan hutan primer.
Tutupan lahan yang memiliki jumlah jenis burung paling banyak adalah
semak sebanyak 28 jenis dari 17 suku. Sedangkan tutupan lahan dengan jumlah
jenis burung paling sedikit adalah pesawahan dengan jumlah jenis sebanyak 14
jenis dari 9 suku.Sebagian besar jenis burung yang dijumpai di area semak
merupakan jenis burung pemakan serangga (insektivora) seperti, pelanduk semak,
cucak kutilang, cinenen jawa, dan perenjak coklat. Hal tersebut berkaitan dengan
faktor pendukung habitat untuk burung yang lebih banyak terutama serangga
sebagai pakan. Tipe tutupan lahan pada semak memiliki tingkat keanekaragaman
jenis serangga yang tinggi dibandingkan dengan tipe tutupan lahan yang lain.
Menurut Koneril & Saroyo (2012), habitat semak memiliki kekayaan,
kelimpahan, keanekaragaman, dan kemerataan serangga tertinggi terutama kupukupu karena dipengaruhi oleh vegetasi sebagai pakan dan tanaman inang. Menurut
Sharma & Joshi (2009) dalam Koneril & Saroyo (2012), kompleksitasstruktural
habitat dan keragaman bentuk vegetasiberkorelasi dengan keragaman spesies
serangga. Tipe tutupan lahan pada sawah memiliki tingkat kekayaan jenis burung
yang paling rendah. Jenis-jenis burung yang dijumpai di area pesawahan sebagian
besar merupakan jenis burung pemakan biji, seperti bondol peking, bondol jawa,
gereja eurasia, dan tekukur biasa. Hal tersebut karena pesawahan cenderung lebih
mendukung untuk jenis-jenis burung pemakan biji, terutama pemakan biji kerasseperti padi-dan kurang mendukung untuk jenis-jenis lain.
Indeks Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis burung pada setiap tipe habitat di lokasi penelitian
menunjukkan nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 2.39 hingga 2.98.
Soerianegara (1996) mengatakan bahwa untuk nilai indeks keanekaragaman di

17
Indonesia dapat dikatakan tinggi jika nilainya lebih dari 3.5. Nilai indeks
keanekaragaman yang tinggi dipengaruhi oleh jumlah dan penyebaran jenis
burung yang nilainya ditunjukkan oleh nilai kekayaaan dan kemerataan jenis
burung (Balen 1984).
Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada tutupan lahan tanaman jarak
dan semak, sedangkan indeks keanekaragaman terendah adalah habitat
pesawahan. Hal ini disebabkan karena jumlah jenis burung yang ditemukan di
tutupan lahan tanaman jarak dan semak lebih banyak. Tingginya nilai
keanekaragaman pada tutupan lahan tanaman jarak dan semak diduga memiliki
hubungan dengan keanekaragaman vegetasi di habitat tersebut. Pada habitat
tersebut, selain vegetasi utama berupa tanaman jarak atau semak, disekitar lokasi
banyak dijumpai pohon-pohon seperti mahoni dan sengon yang digunakan
sebagai batas wilayah tanam, sehingga faktor pendukung untuk burung lebih
banyak karena adanya variasi vegetasi yang berpengaruh terhadap variasi cover
dan pakan. Menurut Suripto (2006) dalam Hadinoto et al. (2012), komposisi
vegetasi yang relatif heterogen menciptakan relung ekologi yang lebih bervariasi,
semakin banyak jenis pohon berarti akan tercipta banyak relung ekologi yang
memungkinkan berbagai jenis burung dapat hidup secara bersama.
Perbandingan Keanekaragaman Jenis Burung Antar Tipe Tutupan Lahan
Berdasarkan uji-t dengan membandingkan keanekaragaman jenis burung
antar tipe tutupan lahan, beberapa tutupan lahan menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata.Hal ini dapat diartikan bahwa setiap tipe tutupan lahan yang diamati
memiliki banyak perbedaan keanekaragaman jenis burung. Seperti pada
pesawahan, berbeda signifikan dengan pepohonan, area pabrik, tanaman jarak,
dan semak. Danau buatan berbeda signigikan dengan pepohonan, area pabrik,
tanaman jarak, dan semak, dan area penyangga berbeda signifikan dengan
pepohonan.
Masing-masing tipe tutupan lahan memiliki jenis-jenis burung yang khas
atau hanya menyukai tipe tertentu saja, seperti pada area sawah, jenis burung yang
mendominasi adalah jenis burung pemakan biji. Antar tipe tutupan lahan memiliki
jarak yang dekat atau bersebelahan, tetapi setiap tipe didominasi vegetasi berbeda,
seperti pepohonan yang didominasi oleh pohon sengon, akasia, dan mangga
dibandingkan dengan semak yang didominasi oleh tumbuhan bawah dan rumput
gajah. Pemilihan tipe tutupan lahan tersebut berhubungan dengan pakan, tempat
bermain, dan tempat berlindung bagi burung.
Perbandingan keanekaragaman jenis burung pada area pepohonan di luar
pabrik tidak berbeda signifikan dengan keanekaragaman jenis burung di dalam
area pabrik. Hal tersebut menunjukkan bahwa, aktifitas pabrik PT ITP tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap keanekaragaman jenis burung. Perbedaan
signifikan keanekaragaman jenis burung lebih pada faktor penyusun dari tutupan
lahan yang ada.
Indeks Kemerataan
Kemerataan jenis dalam suatu habitat dapat ditandai dengan tidak adanya
jenis-jenis yang dominan. Indeks kemerataan jenis yang memiliki nilai lebih besar
dari 0.5 menunjukkan jenis-jenis yang ditemukan cukup merata (Darmawan

18
2006). Menurut Santosa (1995), Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu
yang sama, maka kemerataan jenis pada komunitas tersebut memiliki nilai
maksimum, tetapi apabila jumlah individu pada masing-masing jenis berbeda jauh
maka menyebabkan kemerataan jenis memiliki nilai minimum.
Nilai indeks kemerataan jenis burung tertinggi terdapat pada area penyangga
(0.92), tanaman jarak dan semak (0.91), sedangkan nilai indeks kemerataan
terendah terdapat pada danau buatan (0.75). Area penyangga, tanaman jarak, dan
semak memiliki nilai indeks kemerataan tertinggi karena sebaran individu jenis
burung pada komunitas tersebut merata, dimana jumlah individu antar jenis tidak
banyak berbeda atau seimbang. Selain itu, tingginya nilai kemerataan di area
penyangga, tanaman jarak, dan semak diduga karena pada area tersebut,
komposisi struktur pakan burung lebih seragam dibandingkan dengan habitat lain.
Menurut Sayogo (2009), dalam kondisi habitat yang relatif seragam, jumlah
burung pada setiap jenis relatif lebih merata jika dibandingkan dengan habitat
yang memiliki jumlah jenis burung yang tinggi yang memiliki sebaran individu
kurang merata pada setiap jenisnya.
Kesamaan Jenis Burung (IS)
Keanekaragaman jenis burung pada setiap habitat memiliki kesamaan antara
habitat satu dengan habitat yang lain. Berdasarkan matriks kesamaan jenis, jenis
burung di habitat semak dan area pabrik memiliki nilai kesamaan jenis tertinggi,
yaitu sekitar 77%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis burung antara kedua lokasi
tersebut hampir sama. Jenis burung yang ada di kedua lokasi tersebut antara lain
rametuk laut, pelanduk semak, layang-layang batu, cucak kutilang, dan bubut
alang-alang. Jenis-jenis tersebut merupakan jenis burung pemakan serangga.
Tingginya nilai kesamaan jenis burung antara area semak dan area pepohonan di
dalam pabrik diduga karena potensi pakan, berupa serangga di kedua lokasi
tersebut yang hampir sama.
Dominansi Jenis Burung
Setiap tipe habitat penelitian memiliki kelimpahan jenis dan jumlah individu
burung yang berbeda. Menurut Sayogo (2009), kelimpahan jenis burung
berbanding lurus dengan dominasi jenis burung. Semakin melimpah suatu jenis
burung (memiliki nilaikelimpahan tinggi) maka burung tersebut akan semakin
mendominasi pada suatu habitat. Sebaliknya, jika suatu jenis burung dengan
kelimpahannya rendah makaakan termasuk yang tidak dominan.
Pada lahan pepohonan, jenis yang paling mendominansi adalah gereja
eurasia (Passer montanus) dan walet linci (Collocalia linchi). Padaarea pabrik
jenis burung paling dominan adalah cabai jawa (Dicaeum trochileum) dan gereja
eurasia (P. montanus), sedangkan padatanaman jarak jenis burung yang paling
dominan adalah walet linci (C. linchi) dan bondol peking (Lonchura punctulata).
Pada area semak jenis burung yang paling dominan adalah walet linci (C. linchi)
dan bondol peking (L. punctulata). Untuk area pesawahan jenis burung yang
paling dominan adalah walet linci (C. linchi) dan gereja eurasia (P. montanus). Di
area danau buatan jenis burung paling dominan adalah walet linci (C. linchi).
Sedangkan padaarea penyangga jenis burung paling dominan adalah cinenen jawa
(Orthotomus sepium), dan pada area konservasi jenis burung paling dominan

19
adalah burung-madu sriganti (Cinnyris jugularis) dan cinenen jawa (O. sepium).
Hampir di setiap lokasi penelitian, jenis walet linci (C. linchi) merupakan jenis
yang paling dominan, hal ini karena jenis tersebut merupakan jenis burung
pemakan serangga terbang (flying insectivore) sehingga banyak dijumpai di semua
tempat dan paling adaftif.
Status Perlindungan Jenis Burung
Berdasarkan hasil penelitian, dijumpai sebanyak delapan jenis burung yang
dilindungi menurut PP No. 7 tahun 1999, dan dua jenis burung yang masuk dalam
daftar Lampiran II CITES, yaitu elang-ular bido (Spilornis cheela) dan alap-alap
sapi (Falco moluccensis). Hal tersebut karena semua jenis burung pemangsa
merupakan jenis yang paling rentan terhadap kepunahan, karena tingkat
produktivitas yang rendah, sehingga semua jenis burung pemangsa diatur
perdangannya berdasarkan CITES.
Elang-ular bido dijumpai di area Gunung Blindis, sedangkan alap-alap sapi
dijumpai sedang bertengger di dalam area pabrik. Hal ini menunjukkan bahwa di
kedua lokasi tersebut terdapat faktor pendukung habitat yang potensial, terutama
pakan, sehingga dijadikan sebagai wilayah jelajah dari kedua jenis burung
pemangsa tersebut. Adanya jenis burung dilindungi yang dijumpai di lokasi
penelitian mengindifikasikan bahwa PT ITP memiliki peran penting dalam
mendukung kehidupan jenis burung-burung tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ukuran keanekaragaman jenis burung di lokasi PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan bervariasi antara 2.39-2.98. Nilai indeks
keanekaragaman tersebut tergolong sedang. Total jenis burung yang dijumpai
adalah sebanyak 46 jenis burung dari 25 suku. Tutupan lahan yang memiliki
jumlah jenis burung paling banyak adalah semak, sebanyak 28 jenis dari 17 suku.
Sedangkan habitat dengan jumlah jenis burung paling sedikit adalah habitat sawah
dengan jumlah jenis sebanyak 14 jenis dari 9 suku. Suku dengan jumlah jenis
burung paling banyak adalah dari suku Pycnonotidae dan Sylviidae yaitu
sebanyak 5 jenis. Berdasarkan jenis pakan, kelompok burung pemakan serangga
(insektivora) merupakan kelompok burung yang tertinggi, yaitu sebanyak 18
jenis.
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, tutupan lahan sawah, berbeda nyata
dengan tipe tutupan lahan pepohonan, area pabrik, tanaman jarak, dan semak.
Area Danau berbeda nyata denganpepohonan, area pabrik, tanaman jarak, dan
semak, dan area penyangga berbeda signifikan dengan area pepohonan.
Berdasarkan indeks kemerataan, tingkat kemerataan di lokasi penelitian
menunjukkan nilai yang tinggi, dengan nilai indeks tertinggi yaitu 0.92 (area
penyangga) dan terendah yaitu 0.75 (di area danau buatan).
Kesamaan jenis burung antar tipe tutupan lahan di lokasi penelitian
membentuk empat komunitas burung. Tingkat kesamaan jenis tertinggi yaitu

20
antara tutupan lahan berupa semak dengan area pabrik dengan indeks kesamaan
jenis sebesar 77%. Tingkat kesamaan jenis terendah yaitu antara habitat sawah
dengan area konservasi dengan indeks kesamaan jenis sebesar 15%. Berdasarkan
status perlindungannya, dijumpai sebanyak delapan jenis burung yang dilindungi
menurut PP No. 7 tahun 1999 dan dua jenis burung yang masuk dalam daftar
Lampiran II CITES, sedangkan berdasarkan status konservasi IUCN, semua jenis
burung yang dijumpai di lokasi penelitian tidak termasuk dalam daftar merah (Red
List) IUCN.

Saran
Studi mengenai keanekaragaman jenis burung di areal PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Palimanan selanjutnya akan digunakan sebagai data
dasar pendukung dalam pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh PT ITP.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik guna kepentingan pengelolaan,
dibutuhkan suatu studi lanjutan mengenai burung terutama mengenai studi
kelimpahan dan penggunaan lahan, sehingga dapat lebih membantu dalam
penentuan kebijakan dari operasional PT ITP.

DAFTAR PUSTAKA
Balen BV. 1984. Bird Counts and Bird Observation in the Neighborhood of
Bogor. Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningan.
Wageningen, The Netherlands.
Darmawan MP. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat
di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. Skripsi. Bogor: Jurusan
Konsevasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Dewi RS. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di
Taman Nasional Gunung Ciremai. Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumber
Daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Dewi TS. 2005. Kajian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Lanskap
Hutan Tanaman Pinus. Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumber Daya
Hutan Fakulatas Kehutanan IPB.
Hadinoto, Mulyadi A, Siregar YI. 2012. Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan
Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu Lingkungan 6 (1): 25-42.
Helvoort BV. 1981. Bird Populations in The Rural Ecosystem of West Java.
Netherlands: Nature Conservation Department.
Koneril R, Saroyo. 2012. Distribusi dan Keanekaragaman Kupu-Kupu
(Lepidoptera) di Gunung Manado Tua, Kawasan Taman Nasional Laut
Bunaken, Sulawesi Utara. Jurnal Bumi Lestari 12 (2): 357-356.
Krebs CJ. 1978. Ecological Methodology. New York: Harper and Row
Publishers.
Mackinnon J, Phillips K, Balen BV. 1998. Seri Panduan Lapang Burung-burung
di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biologi LIPI.

21
[ITP] PT. Indecement Tunggal Prakarsa Tbk. 2003. Laporan Akhir Rencana
Pengelolaan Lingkungan. Cirebon.
Rahmawati A. 2010. Efektivitas Organisasi dan Implementasi Program Corporate
Social Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Skripsi. Bogor:
Jurusan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi
Manusia IPB.
Roeder J. 2012. Biodiversity Management Cirebon: Biodiversity Survey. Cirebon
Santosa Y. 1995. Teknik Pengukuran Keanekaragaman Satwaliar. Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Bogor. Tidak dipublikasikan.
Sayogo. 2009. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di
Taman Nasional Lore Lindu Prpvinsi Sulawesi Tengah. Skripsi. Bogor:
Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Soerianegara, I. 1996. Ekologisme Dalam konsep Pengelolaan Sumberdaya hutan
Secara Lestari dalam Ekologi, Ekologisme dan Pengelolaan Sumberdaya
Hutan. E. Suhendang; C Kusmana; Istomo dan L. Syaufina (penyunting).
Bogor: Jurusan Manajemen Hutan IPB.
Sujatnika, Jepson P, Soehartono TR, Crosby MJ, Mardiastuti A. 1995.
Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung
Endemik (Conserving Indonesian Biodiversity: The Endemic Bird Area
Approach). Jakarta: Departemen Kehutanan – BirdLife International Indonesia
Programme.
Sukmantoro W, Irham M, Novarino W, Hasudungan F, Kemp N, Muchtar M.
2007. Daftar Burung Indonesia No. 2. Bogor: Indonesian Ornithologists’ Union.

2

2
22

Lampiran 1 Jenis-jenis burung yang dijumpai di lokasi penelitian
Nama Lokal
Cangak abu
Kuntul kerbau
Elang ular-bido
Alap-alap sapi
Puyuh batu
Perkutut jawa
Punai gading
Tekukur biasa
Bubut alang-alang
Wiwik kelabu
Wiwik lurik
Cabak kota
Kapinis rumah
Walet linci
Walet sarang hitam
Tepekong jambul
Cekakak jawa
Cekakak sungai
Raja-udang biru
Pelatuk ayam
Layang-layang batu
Layang-layang loreng
Cipoh kacat
Cucak kuricang

Nama Inggris
Grey Heron
Cattle Egret
Crested Serpent Eagle
Spotted Kestrel
King Quail
Zebra Dove
Pink-necked Green Pigeon
Spotted Dove
Lesser Coucal
Plaintive Cuckoo
Banded Bay Cuckoo
Savanna Nightjar
House Swift
Cave Swiftlet
Black-nest Swiftlet
Grey-rumped Treeswift
Javan Kingfisher
Collare