Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Palimanan Cirebon Jawa Barat

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI AREAL
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK
PLANT PALIMANAN CIREBON JAWA BARAT

FAMI RIDHO PERDANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Palimanan
Cirebon Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Fami Ridho Perdana
NIM E34090006

ii

ABSTRAK
FAMI RIDHO PERDANA. Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant Palimanan, Cirebon, Jawa Barat.
Dibimbing oleh MIRZA DIKARI KUSRINI dan AGUS PRIYONO KARTONO.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Palimanan Cirebon merupakan salah
satu pusat kegiatan produksi semen di Jawa. Adanya kegiatan pertambangan
mempengaruhi kondisi habitat di lokasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji komposisi dan tingkat keanekaragaman jenis herpetofauna.

Pengambilan data dilakukan di 6 lokasi pengamatan pada bulan Juli 2013
menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey) – time search. Ditemukan
22 jenis dengan 161 individu herpetofauna yang terdiri dari 9 jenis amfibi dan 13
jenis reptil. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener tertinggi terdapat pada
lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan
Hutan Alam Gunung Blindis, sedangkan nilai terendah terdapat pada lokasi
pengamatan Curug Hanjuang. Terdapat tiga lokasi pengamatan yang menjadi
prioritas utama dalam upaya konservasi herpetofauna, antara lain tegakan samping
gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya dan Curug Hanjuang.
Kata kunci: herpetofauna, keanekaragaman, habitat

ABSTRACT
FAMI RIDHO PERDANA. Herpetofauna Diversity In The Area PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk Palimanan, Cirebon Plant, West Java. Supervised by
MIRZA DIKARI KUSRINI and AGUS PRIYONO KARTONO.
PT. Indocement Tbk Cirebon is one of the centre of cement production in
Java. The mining activities will affect on the condition of habitats in this area. The
purpose of this study is to assess herpetofauna composition and diversity. Data
was collected on July 2013 in six sampling locations using VES (Visual
Encounter Survey) – time search. There are 22 species with total 161 individuals

herpetofauna consisting of 9 species of amphibians and 13 species of reptiles. The
highest number of diversity index (Shannon Wiener index) found in Tegakan
samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam and Hutan Alam Gunung Blindis,
while the lowest number found in Curug Hanjuang. Three sampling points
should be prioritize for conservation which are Tegakan samping gudang batu
bara, Hulu Sungai Kali Jaya and Curug Hanjuang.
Keywords: herpetofauna, diversity, habitat

iii

.

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI AREAL
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK
PLANT PALIMANAN CIREBON JAWA BARAT

FAMI RIDHO PERDANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

v
Judul Skripsi : Keanekaragaman Herpetofauna di Areal PT Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk Plant Palimanan Cirebon Jawa Barat
Nama
: Fami Ridho Perdana
NIM
: E34090006


Disetujui oleh

Dr Ir Mirza Dikari Kusrini, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama bulan Juli 2013 ini adalah
keanekaragaman herpetofauna dengan judul Keanekaragaman Herpetofauna di
Areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Palimanan Cirebon Jawa
Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Mirza Dikari Kusrini, MSi
dan Bapak Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan ilmu, nasehat, saran dan arahan serta bimbingan dengan
penuh kesabaran selama penelitian berlangsung dan dalam penulisan skripsi ini.
Penghargaan penulis sampaikan kepada PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Plant Cirebon Jawa Barat, khususnya kepada Bapak Rufidi, Mas Suswanto, Mas
Eko, Mas Misnen, pegawai serta staf yang telah banyak membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih yang setulusnya saya sampaikan
kepada bapak, ibu, adik-adikku atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Arief Tajalli, Fatwa Nirza Susanti dan Mila
Rahmania yang telah memberikan saran dalam penulisan. Ucapan terimakasih
diucapkan juga kepada Luthfia Nuraini, Meutia, Inggar U. Ul-Hasanah, Afroh
Manshur, KPH 46 (Irvan, Gde, Catur, Aria, Luna), Romi Prasetyo, Helmi
Kurniawan, keluarga besar Anggrek Hitam 46, keluarga besar Himakova, anak –
anak Wisma Ruwet (Candra, Aan, Ikang, Ndes, Putra) dan anak – anak Pakuwojo
serta pihak lain yang telah membantu memberikan dukungan dan semangat dalam

penyelesaian studi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Fami Ridho Perdana

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2


Metode Pengumpulan Data

5

Pengolahan dan Prosedur Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

7
7
13
19

Simpulan


19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

22

viii

DAFTAR TABEL
1 Jenis Herpetofauna Tiap Lokasi Pengamatan dan Status Konservasinya
2 Perbandingan penemuan herpetofauna di berbagai lokasi penelitian di

Jawa Barat

8
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Lokasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon, Jawa Barat
Tegakan samping gudang batu bara
Hutan Alam Gunung Blindis
Hutan Alam Gunung Hanjuang
Kolam Goa Dalam
Hulu Sungai Kali Jaya
Curug Hanjuang
Grafik perbandingan jumlah jenis dan individu amfibi tiap famili
Grafik perbandingan jumlah jenis dan individu reptil tiap famili
Kurva Akumulasi Penambahan Jenis Herpetofauna
Grafik Perbandingan Nilai Keanekaragaman Jenis (H‟)
Grafik Perbandingan Nilai Jumlah Jenis (S)
Grafik Perbandingan Nilai kemerataan jenis (E)
Dendogram Kesamaan Komunitas Reptil
Dendogram Kesamaan Komunitas Amfibi

2
3
3
4
4
4
5
7
10
10
11
11
12
13
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Iklim (Suhu Udara, Kelembaban dan Cuaca) di Lokasi Penelitian
2 Daftar famili, jenis dan jumlah individu pada tiap lokasi pengamatan
3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk Plant Cirebon, Jawa Barat

22
23
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Jawa dengan luas areal 13.404.500 hektar merupakan wilayah
terpadat di Indonesia. Berbagai aktivitas manusia di Pulau Jawa telah membuat
habitat alami yang ada semakin berkurang. Pemanfaatan habitat alami salah
satunya dilakukan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon (PT ITP) yang
berdiri pada tanggal 27 November 1991 dengan luas area sebesar 558,8 ha.
Perusahaan tersebut memiliki kelas tutupan lahan yang bervariasi, diantaranya
hutan, lahan terbangun, semak belukar, alang-alang dan perairan (sungai dan
kolam buatan. Tutupan lahan merupakan penutup lahan yang dapat diamati di
permukaan bumi (Di Gregorio dan Jansen 1998).
Adanya kegiatan manusia berupa aktivitas pertambangan akan
mempengaruhi kondisi habitat yang ada. Sebagian besar PT ITP Cirebon
merupakan kawasan terganggu karena terdapat penggunaan lahan untuk
pemanfaatan produksi semen. Kawasan vegetasi seperti Hutan Alam Gunung
Blindis, Gunung Hanjuang serta tegakan yang terdapat di perusahaan tersebut
merupakan kawasan dengan aktivitas pertambangan lebih sedikit. Lokasi berupa
daerah perairan juga terdapat pada perusahaan tersebut seperti Kolam Goa dalam,
Curug Hanjuang dan Hulu Sungai Kali Jaya. Lokasi tersebut memiliki potensi
keanekaragaman hayati yang perlu dikaji lebih dalam.
Setiap spesies memiliki tingkat adaptasi dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Hal ini menyebabkan tidak semua spesies dapat hidup pada kondisi dan tutupan
lahan yang sama begitu juga pada herpetofauna. Habitat yang disukai oleh
herpetofauna (reptil dan amfibi) sebagai habitatnya sangat bervariasi baik di
habitat terestrial (semak belukar dan tanah), akuatik (rawa, sungai, danau, laut),
semi akuatik dan arboreal (di atas pohon) (Jenkins 2002). Amfibi selalu
berasosiasi dengan air, sehingga amfibi hidup mulai dari perairan tergenang, di
lumpur dan kolam (Ommaney 1974, Iskandar 1998).
Keberadaan habitat yang terdapat pada PT ITP Cirebon termasuk beragam
dengan adanya beberapa tipe tutupan vegetasi dan daerah perairan. Lokasi
tersebut berpotensi memiliki tingkat keanekaragaman herpetofauna, oleh sebab itu
perlu adanya data mengenai keanekaragaman herpetofauna dalam mendukung
pengelolaan kawasan yang lestari.
Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengkaji komposisi dan tingkat keanekaragaman jenis herpetofauna untuk
pengelolaan habitat di areal PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Cirebon.
Mengukur kesamaan komunitas herpetofauna di areal PT Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk Cirebon.

2

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant
Palimanan, Cirebon Jawa Barat pada bulan Juli 2013. Lokasi penelitian seperti
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon, Jawa Barat

3
Penelitian ini dilakukan pada beberapa lokasi pengamatan yaitu Tegakan
samping gudang batu bara (TSGBB-T1), Hutan alam Gunung Blindis (HAGB-T2),
Hutan alam Gunung Hanjuang (HAGH-T3), yang merupakan habitat terestrial.
Pengamatan pada habitat akuatik dilakukan pada lokasi pengamatan Kolam Goa
dalam (KGD-A1), Hulu Sungai Kali Jaya (HSKJ-A2) dan Curug Hanjuang (CH-A3).

Gambar 2 Tegakan samping gudang batu bara
Jalur terestrial (Gambar 2) memiliki karakteristik berupa tegakan dengan
tutupan kanopi yang tidak rapat, banyak alang-alang dan semak yang terletak di
samping gudang batu bara (P9). Tumbuhan dominan yang berada pada lokasi ini
adalah rumput teki (Cyperus melanospermus), reba (Lantana camara), lamtoro
gunung (Leucaena leucochepala) dan akasia (Acacia auriculiformis). Suhu udara
rata-rata 26.10C dan pH air 8.

Gambar 3 Hutan Alam Gunung Blindis
Jalur terestrial (Gambar 3) memiliki karakteristik berupa hutan alam yang
memiliki topografi yang terjal. Memiliki tutupan kanopi yang tidak rapat, banyak
alang-alang dan semak. Tumbuhan dominan yang berada pada lokasi ini adalah
putri malu (Mimosa pudica), harendong (Melastoma candidum), sonokeling
(Dalbergia latifolia) dan sonokeling (Dalbergia latifolia). Suhu udara rata-rata
25.8 0C dan pH air 8.

4

Gambar 4 Hutan Alam Gunung Hanjuang
Jalur terestrial (Gambar 4) memiliki karakteristik berupa hutan alam yang
memiliki topografi yang terjal. Memiliki tutupan kanopi yang tidak rapat, banyak
alang-alang dan semak. Tumbuhan dominan yang berada pada lokasi ini adalah
tempuyung (Sonchus arvensis), bandotan (Ageratum conyzoides), lamtoro gunung
(Leucaena leucocephala) dan sonokeling (Dalbergia latifolia). Suhu udara ratarata 24.4 0C dan pH air 8.

Gambar 5 Kolam Goa Dalam
Jalur akuatik (Gambar 5) memiliki karakteristik berupa kolam pengendapan.
Lokasi ini memiliki aliran air yang tenang, memiliki tutupan kanopi yang tidak
rapat, banyak alang-alang dan semak. Tumbuhan yang dominan di lokasi ini
adalah bandotan (Ageratum conyzoides). Suhu udara rata-rata 25 0C dan pH air 8.
Substrat dasar kolam berupa endapan lumpur.

Gambar 6 Hulu Sungai Kali Jaya

5
Jalur akuatik (Gambar 6) memiliki karakteristik berupa sungai yang mengalir
sepanjang tahun dengan tutupan kanopi yang tidak rapat. Lokasi ini memiliki aliran
air yang tenang. Sekeliling sungai ini terdapat semak dan alang-alang serta sawah
warga di sebelah kiri sungai. Suhu udara rata-rata 25.3 0C dan pH air 8.

Gambar 7 Curug Hanjuang
Jalur akuatik (Gambar 7) memiliki karakteristik berupa sungai yang mengalir
sepanjang tahun dengan tutupan kanopi yang rapat. Lokasi ini memiliki aliran air
yang agak deras dan terdapat bebatuan yang besar dan terjal. Suhu udara rata-rata
25.4 0C dan pH air 8.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Visual Encounter
Survey (VES) yaitu pengambilan jenis satwa berdasarkan perjumpaan langsung
pada jalur baik di daerah terestrial maupun akuatik (Heyer et al. 1994). Pada
metode VES, pengamatan dilakukan dengan berjalan menyusuri transek secara
perlahan untuk mencari herpetofauna selama dua jam. Metode VES yang
digunakan merupakan modifikasi, yaitu: Visual Encounter Survey-Time Search.
Usaha pencarian dilakukan oleh dua orang untuk setiap pengamatan yang terdiri
dari pengamat dan pendamping dari pihak PT ITP. Pada metode VES-time search,
pengamatan yang dilakukan selama dua jam pada habitat terestrial maupun
akuatik dan memperoleh total usaha pencarian sebesar 48 jam (4 jam x 6 lokasi x
2 ulangan). Pengulangan dilakukan satu kali untuk tiap titik pengamatan. Semua
spesimen ditangkap dengan menggunakan tangan atau dengan bantuan tongkat
ular.
Pengamatan malam dilakukan pada pukul 19.00-21.00 WIB dengan
menggunakan penerangan berupa cahaya senter yang diarahkan pada lokasi-lokasi
berpotensi ditemukannya herpetofauna seperti batang pohon, lubang, kayu lapuk
dan semak. Jenis yang ditangkap lalu dimasukkan dalam plastik transparan,
sedangkan khusus untuk ular dimasukkan dalam kantong ular. Individu yang
ditemukan di luar jalur juga diambil dan dicatat datanya untuk keperluan
pelengkapan daftar jenis.
Pembuatan dokumentasi berupa gambar diambil dengan kamera digital baik
saat ditemukan ataupun setelah dipreservasi. Preservasi menggunakan alkohol
70% hanya dilakukan pada reptil dan amfibi yang tidak dapat diidentifikasi, unik,

6
memiliki kelainan atau reptil berbahaya yang sulit diidentifikasi dalam keadaan
hidup.
Data yang dicatat saat identifikasi adalah nama jenis, berat, lokasi dan
informasi lain yang menunjang. Beerat diukur menggunakan neraca pegas.
Identifikasi amfibi menggunakan buku Panduan lapang Amfibi Jawa dan Bali
(Iskandar 1998), sedangkan untuk penamaan jenis dilakukan berdasarkan Frost
et.al (2013) untuk amfibi. Identifikasi jenis reptil menggunakan buku panduan
lapang A Guide to the amphibians and reptiles of Singapore (Lim & Lim 1992).
Pengolahan dan Prosedur Analisis Data
Data mengenai keanekaragaman herpetofauna dianalisis menggunakan
beberapa indeks antara lain Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener,
Kemerataan Jenis dan Kesamaan Jenis. Keanekaragaman spesies herpetofauna
dihitung dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener (H‟) dengan persamaan
sebagai berikut Magurran (2004):
H′ = −

P� �� P�

Pi =

ni
N

Keterangan : H‟ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu suatu spesies
N = Jumlah individu seluruh spesies
Untuk mengetahui derajat kemerataan jenis pada suatu lokasi digunakan
Indeks Kemerataan Jenis. Persamaan yang digunakan untuk menghitung Indeks
Kemerataan Jenis adalah :
E=

H′
ln S

Keterangan: H‟ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah jenis yang ditemukan
E = Indeks kemerataan jenis (evenness)
Indeks kesamaan adalah indeks yang digunakan untuk membandingkan
antara dua komunitas pada suatu lokasi penelitian (Odum 1993). Kesamaan
komunitas dianalisis dengan menggunakan Ward’s Linkage Clustering dalam
program Minitab 16. Menurut Sorenson (1948) dalam Odum (1996), apabila nilai
indeks kesamaan komunitas (IS) semakin besar, maka kesamaan jenis kedua
komunitas yang dibandingkan semakin seragam komposisi jenisnya.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komposisi dan Keanekaragaman Reptil dan Amfibi
Jumlah keseluruhan herpetofauna yang ditemukan pada lokasi penelitian
sebanyak 10 famili dan 22 jenis yang terdiri dari 9 jenis amfibi dan 13 jenis reptil
(Tabel 1 dan lampiran 2). Amfibi terdiri dari 5 famili yaitu Rhacoporidae (1 jenis),
Ranidae (1 jenis), Microhylidae (1 jenis), Dicroglossidae (4 jenis) dan Bufonidae
(2 jenis). Reptil terdiri dari 5 famili yaitu Scincidae (1 jenis), Geckonidae
(4 jenis), Crotalidae (1 jenis), Agamidae (3 jenis) dan Colubridae (4 jenis).
Lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam dan Hulu Sungai Kali Jaya memiliki
kekayaan jenis tertinggi sementara lokasi pengamatan Curug Hanjuang memiliki
kekayaan jenis terendah. Jenis herpetofauna yang ditemukan diseluruh lokasi
pengamatan adalah Polypedates leucomystax. Terdapat 4 jenis herpetofauna yang
ditemukan di 5 lokasi pengamatan, yaitu Bronchocela jubata, Cyrtodactylus
marmoratus, Duttaphrynus melanostictus dan Fejervarya limnocharis.
Jumlah individu dari seluruh jenis yang ditemukan adalah 161 individu yang
merupakan akumulasi penemuan jenis di dalam jalur (154 individu) dan di luar
jalur (7 individu). Jumlah individu tertinggi dijumpai pada lokasi pengamatan
Hulu Sungai Kali Jaya sebanyak 42 individu dengan jumlah jenis sebanyak 10
(Lampiran 2). Jumlah individu paling sedikit ditemukan pada lokasi pengamatan
Hutan Alam Gunung Blindis dengan komposisi 9 jenis. Perolehan jumlah jenis
dan jumlah individu di luar jalur sebanyak 7 jenis dan 7 individu. Herpetofauna
yang ditemukan di luar jalur pengamatan berjumlah 7 jenis yang terdiri dari 2
jenis amfibi dan 5 jenis reptil (Lampiran 2).

60
50
Jumlah

40
30
20
10
0
Bufonidae Dicroglossidae Microhylidae

Individu

Ranidae

Rhacoporidae

Jenis

Famili

Gambar 8 Grafik perbandingan jumlah jenis dan individu amfibi tiap famili

8

Tabel 1 Jenis Herpetofauna Tiap Lokasi Pengamatan dan Status Konservasinya

Spesies
Bufonidae
Duttaphrynus melanostictus
Ingerophrynus biporcatus
Dicroglossidae
Limnonectes kuhlii
Fejervarya limnocharis
Fejervarya cancrivora
Occidozyga lima
Microhylidae
Kaloula baleata
Ranidae
Hylarana chalconota
Rhacoporidae
Polypedates leucomystax
Agamidae
Calotes versicolor
Bronchocela jubata
Bronchocela cristatella
Colubridae
Oligodon purpurascens
Ahaetulla prasina

Lokasi Pengamatan
Status Konservasi
T1 T2 T3 A1 A2 A3 DJ CITES Appendiks 2 Daftar Merah IUCN (Ver 3.1) Dilindungi UU

-


-


-


-


-




-

Tidak
Tidak

LC
LC

Tidak
Tidak



-


-






-








-

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

LC
LC
LC
LC

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak



-

-

-

-

-

-

Tidak

LC

Tidak

-

-



-





-

Tidak

LC

Tidak













-

Tidak

LC

Tidak



-



-


-



-





-


-

Tidak
Tidak
Tidak

NE
LC
NE

Tidak
Tidak
Tidak



-

-


-


-

-

-

Tidak
Tidak

LC
LC

Tidak
Tidak

Spesies

Tabel 2 Jenis Herpetofauna Tiap Lokasi Pengamatan dan Status Konservasinya (Lanjutan)
Lokasi Pengamatan
Status Konservasi
T1 T2 T3 A1 A2 A3 DJ CITES Appendiks 2 Daftar Merah IUCN (Ver 3.1) Dilindungi UU

- Tidak
LC
Tidak

- Tidak
LC
Tidak

Pareas carinatus
Lycodon capucinus
Crotalidae
Cryptelytrops albolabris
Geckonidae
Gecko gecko
Cyrtodactylus marmoratus
Hemidactylus frenatus
Cosymbotes platyurus
Scincidae
Eutrophis multifasciata

-





-

-

-

-

Tidak

LC

Tidak



-



-


-



-

-


-





Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

NE
NE
LC
NE

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

-

-

-

-



-



Tidak

NE

Tidak

Keterangan: T1: Terestrial 1= Tegakan samping gudang batu bara, A1: Akuatik 1 = Kolam Goa Dalam, T2: Terestrial 2 = Hutan alam Gunung Blindis, A2:
Akuatik 2 = Hulu Sungai Kali Jaya, T3: Terestrial 3 = Hutan alam Gunung Hanjuang, A3: Akuatik 3 = Curug Hanjuang., DJ = Diluar jalur., √ :
ada, - : tidak ada, LC : Least Concern, NE : Not Evaluated.

9

10
30

Jumlah

25
20
15
10
5
0
Agamidae Colubridae Crotalidae Gekkonidae Scincidae
Individu

Jenis

Famili

Gambar 9 Grafik perbandingan jumlah jenis dan individu reptil tiap famili
Kelas famili dari amfibi yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah
famili Dicroglossidae sebanyak 48 individu yang terdiri dari 4 jenis dan terendah
adalah famili Microhylidae sebanyak 1 individu yang terdiri dari 1 jenis
(Gambar 8). Kelas dari famili dari reptil yang memiliki jumlah individu terbanyak
adalah famili Geckonidae sebanyak 27 individu yang terdiri dari 2 jenis dan
terendah adalah famili Scincidae sebanyak 1 individu yang terdiri dari 1 jenis
(Gambar 9). Jumlah individu terbanyak dari amfibi (39 individu) adalah
Fejervarya limnocharis dan jumlah individu terbanyak dari reptil (21 individu)
adalah Cyrtodactylus marmoratus.
Dapat dilihat pada gambar 10 yang menunjukkan akumulasi jenis dalam
12 hari pengamatan, bahwa terus adanya peningkatan jumlah jenis yang
ditemukan. Hari pertama pengamatan diperoleh 7 jenis hingga hari terakhir
diperoleh 22 jenis, namun pada hari ke 7 hingga hari ke 9 tidak ditemukan
penambahan jenis. Hal ini dikarenakan pengamatan pada hari tersebut merupakan
pengamatan ulangan pada lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam, Hutan Alam
Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung Hanjuang dan jenis yang ditemukan
merupakan jenis yang sama.
25
Jumlah Jenis

20
15
10
5
0

Waktu Pengamatan

Gambar 10 Kurva Akumulasi Penambahan Jenis Herpetofauna

11

2.5

Nilai Indeks

2.0
1.5
1.0

2.1

2.1

1.8

2.1

1.8
1.3

0.5
0.0
T1

T2

T3
A1
Lokasi Pengamatan

A2

A3

Gambar 11 Grafik Perbandingan Nilai Keanekaragaman Jenis (H‟)
Keterangan: T1: Terestrial 1= Tegakan samping gudang batu bara, A1: Akuatik 1 = Kolam Goa
Dalam, T2: Terestrial 2 = Hutan alam Gunung Blindis, A2: Akuatik 2 = Hulu
Sungai Kali Jaya, T3: Terestrial 3 = Hutan alam Gunung Hanjuang, A3: Akuatik 3 =
Curug Hanjuang.

Nilai keanekaragaman jenis paling tinggi terdapat pada lokasi pengamatan
tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung
Blindis, kemudian Hulu Sungai Kali Jaya dan Hutan Alam Gunung Hanjuang
dengan nilai 1.8 dan terendah pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang dengan
nilai 1.3. Jumlah jenis paling tinggi ditemukan pada lokasi pengamatan Kolam
Goa Dalam dan Hulu Sungai Kali Jaya sebanyak 10 jenis dan terendah pada lokasi
pengamatan Curug Hanjuang sebanyak 6 jenis (Gambar 12).
12

Jumlah Jenis

10
8
6
4
2
0
T1

T2

T3
A1
Lokasi Pengamatan

A2

A3

Gambar 12 Grafik Perbandingan Nilai Jumlah Jenis (S)

12
Kemerataan Jenis
1.2

Nilai Indeks

1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
T1

T2

T3
A1
Lokasi Pengamatan

A2

A3

Gambar 13 Grafik Perbandingan nilai kemerataan jenis (E)
Keterangan: T1: Terestrial 1= Tegakan samping gudang batu bara, A1: Akuatik 1 = Kolam Goa
Dalam, T2: Terestrial 2 = Hutan alam Gunung, A2: Akuatik 2 = Hulu Sungai Kali
Jaya, Blindis, T3: Terestrial 3 = Hutan alam Gunung Hanjuang, A3: Akuatik 3 =
Curug Hanjuang

Nilai kemerataan jenis paling tinggi terdapat pada lokasi pengamatan Kolam
Goa Dalam dengan nilai 1.0, kemudian lokasi pengamatan tegakan samping
gudang batu bara, Hutan Alam Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung
Hanjuang dengan nilai sebesar 0.9 dan terendah pada lokasi pengamatan Curug
Hanjuang dengan nilai 0.7.
Kesamaan Komunitas
Berdasarkan hasil analisis kesamaan komunitas menunjukkan bahwa
terdapat pengelompokan kesamaan komunitas yang berbeda antara reptil dan
amfibi. Hasil pengelompokan jenis reptil menunjukkan bahwa nilai persentase
kesamaan jenis lebih dekat pada lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu
bara dan Kolam Goa Dalam dengan nilai sebesar 90.7 %. Lokasi pengamatan
Curug Hanjuang dan Hutan Alam Gunung Blindis bernilai 82.5 % dan kemudian
bergabung dengan nilai sebesar 81.5 %. Lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung
Hanjuang dengan nilai sebesar 77.2 %. Lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya
bernilai 61.2 % (Gambar 14).

13

Kesamaan Komunitas (% )

61.21

74.14

87.07

100.00
T1

A1

A3
T2
Lokasi Pengamatan

T3

A2

Gambar 14 Dendogram kesamaan komunitas reptil
Hasil analisis kesamaan komunitas amfibi juga terdapat 2 kelompok. Lokasi
pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis dan Kolam Goa Dalam bernilai 97.3 %.
Lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya dan Hutan ALam Gunung Hanjuang
bernilai 96.3 %, kemudian bergabung dengan nilai sebesar 91.3%. Lokasi
pengamatan tegakan samping gudang batu bara bernilai 85.2 % dan lokasi
pengamatan Curug Hanjuang bernilai sebesar 68.4 % (Gambar 15).

Kesamaan Komunitas (% )

68.43

78.95

89.48

100.00
T1

A2

T3
T2
Lokasi Pengamatan

A1

A3

Gambar 15 Dendogram kesamaan komunitas amfibi
Keterangan: T1: Terestrial 1= Tegakan samping gudang batu bara, A1: Akuatik 1 = Kolam Goa
Dalam, T2: Terestrial 2 = Hutan alam Gunung Blindis, A2: Akuatik 2 = Hulu
Sungai Kali Jaya, T3: Terestrial 3 = Hutan alam Gunung Hanjuang, A3: Akuatik 3 =
Curug Hanjuang.

Pembahasan
Komposisi dan Keanekaragaman Reptil dan Amfibi
Di Pulau Jawa tercatat 39 jenis amfibi yang tergolong dalam dua ordo
yaitu Gymnophiona 3 jenis dan Anura 36 jenis (Iskandar 1998, Kampen 1923)
dan penelitian ini hanya memperoleh 23.1 % dari jenis amfibi yang ada di Pulau
Jawa. Hasil 23.1 % diperoleh dari keseluruhan jumlah jenis amfibi yang
ditemukan di lokasi penelitian, yang kemudian dibagi dengan keseluruhan jumlah
jenis amfibi di Pulau Jawa dan dikalikan 100 %. Jumlah jenis amfibi di Jawa
Barat tercatat 30 jenis amfibi (Kusrini 2013) dan penelitian ini memperoleh 30 %

14
dari jenis amfibi yang ada di Jawa Barat. Hasil 30 % diperoleh dari keseluruhan
jumlah jenis amfibi yang ditemukan di lokasi penelitian, yang kemudian dibagi
dengan keseluruhan jumlah jenis amfibi di Jawa Barat dan dikalikan 100 %. Jenis
reptil yang pernah dilaporkan di pulau Jawa tercatat sebanyak 167 jenis (De Rooij
1915; 1917) dan penelitian ini hanya memperoleh 7.8 % dari jenis reptil yang ada
di pulau Jawa. Hasil 7.8 % diperoleh dari keseluruhan jumlah jenis reptil yang
ditemukan di lokasi penelitian, yang kemudian dibagi dengan keseluruhan jumlah
jenis reptil di Pulau Jawa dan dikalikan 100 %.
Kegiatan inventarisasi herpetofauna belum pernah dilakukan oleh PT ITP
sebelumnya. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan di pulau Jawa
sebelumnya, data tersebut dapat dijadikan pembanding mengenai keanekaragaman
herpetofauna dari beberapa lokasi (tabel 2). Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat
dilihat bahwa terdapat kesamaan jenis herpetofauna yang ditemukan di PT ITP
dengan 5 lokasi lainnya. Jenis tersebut merupakan jenis yang ditemukan di daerah
yang habitatnya sudah terganggu atau yang berdekatan dengan hunian penduduk.
Jenis yang ditemukan seperti Fejervarya limnocharis, Hylarana chalconota dan
Polypedates leucomystax yang merupakan jenis yang umum dijumpai (jenis
generalis) pada habitat terganggu (Iskandar 1998,Yanuarefa et.al 2012). Bila
dibandingkan dengan penelitian herpetofauna di Pulau Jawa, jumlah jenis yang
terdapat di PT ITP lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
Nasir et.al 2003 dan Fitri et.al 2003.
Berdasarkan daftar merah IUCN (International Union for the Conservation
of Nature) sebagian besar jenis herpetofauna yang ditemukakan tergolong dalam
kategori LC (Least Concern) dan terdapat 6 jenis herpetofauna yang tergolong NE
(Not Evaluated), yaitu Calotes versicolor, Bronchocela cristatella, Gecko gecko,
Cyrtodactylus marmoratus, Cosymbotes platyurus dan Eutrophis multifasciata.
Penggolongan herpetofauna kedalam kategori LC (Least Concern) dikarenakan
jenis herpetofauna yang ditemukan tidak memenuhi kriteria Critically
Endangered (CR), Endangered (EN), Vulnerable (VU) atau Near Thereatened
(NT), sedangkan penggolongan kedalam kategori NE (Not Evaluated)
dikarenakan takson yang diidentifikasi status konservasinya belum dilakukan
evaluasi berdasarkan terpenuhinya kriteria – kriteria status konservasi yang
berlaku menurut pedoman daftar merah IUCN (IUCN 2012). Berdasarkan UU
semua jenis herpetofauna yang ditemukan tergolong tidak dilindungi dan tidak
masuk kedalam kategori appendiks menurut CITES. Tidak ditemukan jenis-jenis
yang khas hutan ataupun jenis yang memiliki status konservasi penting.
Jenis katak Fejervarya limnocharis merupakan jenis yang paling banyak
ditemukan di lokasi penelitian. Jenis ini merupakan jenis katak yang ditemukan di
daerah yang habitatnya sudah terganggu atau yang berdekatan dengan hunian
penduduk seperti persawahan dan aliran sungai (Mumpuni 2001, Iskandar 1998).
Jenis Cyrtodactylus marmoratus merupakan jenis yang paling banyak ditemukan
untuk kelas reptil, jenis ini merupakan jenis dominan yang ditemukan pada titik
pengamatan A3 yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh bebatuan besar.
Komponen abiotik yang menyusun lokasi ini didominasi oleh bebatuan besar yang
menjadi mikrohabitat cicak batu (Cyrtodactylus marmoratus). Penelitian yang
dilakukan Eprilurahman (2012) juga menyimpulkan bahwa cicak batu ini
memiliki habitat berbatu atau tebing.

15

Tabel 2 Perbandingan penemuan herpetofauna di berbagai lokasi penelitian di
Jawa Barat
Lokasi
Famili
Jenis
SCL* IPB* KRB* TNGHS KBKB*
Bufonidae
Duttaphrynus





melanostictus
Ingerophrynus



biporcatus
Dicroglossidae Limnonectes


kuhlii
Fejervarya





limnocharis
Fejervarya


cancrivora
Occidozyga lima



Microhylidae
Kaloula baleata
Ranidae
Hylarana





chalconota
Rhacoporidae Polypedates




leucomystax
Agamidae
Calotes versicolor
Bronchocela

jubata
Bronchocela
cristatella
Colubridae
Oligodon
purpurascens
Ahaetulla prasina

Pareas carinatus
Lycodon
capucinus
Crotalidae
Cryptelytrops
albolabris
Geckonidae
Gecko gecko
Cyrtodactylus

marmoratus
Hemidactylus

frenatus
Cosymbotes
platyurus
Scincidae
Eutrofis

multifasciata
Keterangan: SCL= Sungai Ciapus Leutik (Nasir et.al 2003), IPB = Institut Pertanian Bogor (Yuliana
2000), KRB = Kebun Raya Bogor (Fitri et.al 2003), TNGHS= Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (Mumpuni 2001) , KBKB = Kota Bogor dan Kabupaten Bogor (Kurnia
2012), √ = Dijumpai, * = hanya dilakukan penelitian amfibi.

16
Lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya memiliki jumlah jenis dan
jumlah individu tertinggi (10 jenis dan 42 individu) dibanding lokasi pengamatan
lainnya. Hal ini dikarenakan topografinya datar dan aliran airnya tenang. Pada
lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya jumlah individu yang mendominasi
adalah Fejervarya limnocharis. Jumlah individu herpetofauna paling sedikit
ditemukan pada lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis dengan jumlah
14 individu dengan komposisi 10 jenis (Lampiran 2). Hal ini dikarenakan
topografi pada lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis lebih
bergelombang dan terjal. Jenis amfibi yang ditemukan pada lokasi pengamatan
Hutan Alam Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung Hanjuang kebanyakan
ditemukan pada tempat yang dekat dengan kubangan, kubangan tersebut
merupakan kubangan sementara yang sumber airnya berasal dari air hujan.
Famili dengan perolehan individu terbanyak yaitu Dicroglossidae,
Gekkonidae dan Rhacoporidae. Famili yang tersebar pada 6 lokasi pengamatan
adalah famili Dicroglossidae, Bufonidae dan Rhacoporidae. Jenis yang ditemukan
diseluruh lokasi pengamatan berasal dari famili Rhacoporidae yaitu Polypedates
leucomystax. Menurut Iskandar (1998) Polypedates leucomystax sering ditemukan
di antara tetumbuhan atau di sekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder.
Jenis ini sering mendekati hunian manusia, karena tertarik oleh serangga di
sekeliling lampu. Jenis Polypedates leucomystax merupakan jenis katak yang bisa
hidup di habitat terganggu, dapat juga ditemukan di dalam rumah, tetapi jarang
ditemukan di hutan primer (Inger dan Stuebing 1997), oleh sebab itu jenis
Polypedates leucomystax ditemukan diseluruh titik pengamatan. Terdapat 4 jenis
dari herpetofauna yang ditemukan di 5 lokasi pengamatan, yaitu Bronchocela
jubata, Cyrtodactylus marmoratus, Duttaphrynus melanostictus dan Fejervarya
limnocharis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap lokasi pengamatan
memiliki karakteristik habitat serta daya dukung habitat terhadap herpetofauna
seperti pakan, tempat bernaung dan tempat berlindung, khususnya bagi jenis-jenis
yang telah disebutkan sebelumnya. Keberadaan satwa akan dipengaruhi pakan,
tempat bernaung dan tempat berlindung (Alikodra 1990).
Pada kurva akumulasi penambahan jenis berdasarkan waktu pengamatan di
PT ITP menunjukkan bahwa kurva akumulasi penambahan jenis herpetofauna
terus mengalami peningkatan jumlah jenis di setiap harinya (Gambar 10). Kurva
penambahan jenis juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah waktu yang
digunakan dalam survei sudah mendapatkan jumlah jenis yang memadai
(Kusrini 2009). Kondisi kurva akumulasi penambahan jenis herpetofauna ini
menunjukkan terdapatnya potensi untuk penambahan jenis herpetofauna pada PT
ITP jika dilakukan penambahan jumlah hari dan jumlah pengamat dalam
pengambilan data.
Keanekaragaman jenis didefinisikan sebagai jumlah jenis yang ditemukan
pada suatu komunitas (Primack et al. 1998). Nilai indeks Shannon Wiener pada ke
6 lokasi pengamatan digolongkan dalam tingkat sedang karena nilai indeks dari ke
6 lokasi pengamatan lebih dari 1 dan kurang dari 3 dengan penyebaran yang
hampir merata karena nilai kemerataan yang mendekati atau sama dengan satu.
Nilai keanekaragaman pada tiap lokasi pengamatan antara rentang 1.3 - 2.1
dengan nilai paling tinggi terdapat pada lokasi pengamatan Tegakan samping
gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis dan
terendah adalah Curug hanjuang. Hal ini dikarenakan lokasi pengamatan tegakan

17
samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis
memiliki area yang luas, terdapat kesamaan jenis yang ditemukan antara ketiga
lokasi pengamatan dan jenis-jenis yang ditemukan pada lokasi pengamatan
tegakan pepohonan samping gudang batu bara merupakan jenis generalis. Lokasi
pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam dan Hutan
Alam Gunung Blindis juga memiliki tutupan kanopi lebih terbuka dan lebih
banyak cahaya matahari yang masuk, sehingga intensitas cahaya matahari yang
masuk dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban suatu habitat serta keberadaan
herpetofauna. Hasil yang diperoleh Jeffries (1997) juga menunjukkan bahwa suhu
dan cahaya bertindak sebagai pembatas yang paling berpengaruh terhadap
penyebaran herpetofauna. Lokasi pengamatan Curug Hanjuang memiliki topografi
yang terdiri dari bebatuan yang terjal dan luasan jalur yang sempit sehingga
memiliki nilai keanekaragaman terendah dibandingkan lokasi pengamatan
lainnya. Lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Hutan Alam
Gunung Blindis yang merupakan tipe habitat terestrial memiliki nilai indeks
keanekaragaman lebih tinggi daripada tipe habitat akuatik. Hal ini disebabkan
karena pada lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara dan Hutan
Alam Gunung Blindis (terestrial) memiliki mikrohabitat yang lebih beragam
daripada tipe habitat akuatik. Mikrohabitat yang terdapat pada tipe habitat
terestrial seperti keberadaan serasah, semak, kubangan/kolam, pohon, batang,
daun, batuan dan tanah. Kondisi mikrohabitat mempengaruhi keberadaan jenis di
suatu lokasi. Semakin tinggi substrat yang ada pada suatu lokasi, akan
meningkatkan jumlah jenis di lokasi tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya
pemilihan substrat tertentu oleh masing-masing jenis sebagai mikrohabitatnya.
Ketersediaan air juga mempengaruhi pemilihan mikrohabitat bagi beberapa jenis
herpetofauna. Pada habitat terestrial, air merupakan faktor pembatas bagi hewan
darat yang tidak mampu memperoleh air dengan mudah seperti hewan air
(Odum 1971). Lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam dan Hulu Sungai Kali Jaya
memiliki jumlah jenis tertinggi sebanyak 10 jenis, sedangkan jumlah jenis
terendah terdapat pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang sebanyak 6 jenis.
Kemerataan jenis (evenness) merupakan suatu konsep yang menunjukkan
derajat kemerataaan kelimpahan individu antara setiap jenis (Santosa 1995). Nilai
kemerataaan pada semua lokasi pengamatan mendekati satu, yaitu 0.7-1.0 dengan
nilai paling tinggi terdapat pada lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam dan
terendah adalah Curug Hanjuang, hal ini menunjukkan bahwa terdapat jenis yang
mendominasi penyebaran herpetofauna pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang.
Hal ini disebabkan karena lokasi pengamatan Curug Hanjuang memiliki luasan
jalur yang sempit dan habitat yang berbatu atau tebing, yang merupakan habitat
bagi jenis Cyrtocdactylus marmoratus (Eprilurahman 2012), sehingga jenis ini
ditemukan dengan jumlah individu yang lebih banyak daripada jenis lain yang
ditemukan, yaitu berjumlah 14 individu, sedangkan jenis lainnya yang ditemukan
di titik pengamatan A3 antara 1-4 individu, sehingga terdapat satu jenis yang
mendominasi yang menyebabkan nilai kemerataan bernilai lebih kecil dibanding
lokasi pengamatan lainnya. Nilai indeks kemerataan yang mendekati satu
menunjukkan bahwa suatu komunitas semakin merata, sementara apabila semakin
mendekati nol, maka semakin tidak merata. Berdasarkan nilai kemerataan yang
didapat, terlihat bahwa sebaran individu masing-masing spesies cenderung merata

18
yang berarti tidak ada jenis yang terlalu mendominasi dalam komunitas
(Krebs 1978), kecuali pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang.
Indeks kesamaan komunitas menggambarkan tingkat kesamaan komposisi
jenis dari lokasi yang dibandingkan. Nilai indeks kesamaan berkisar 0-100%,
di mana semakin tinggi nilai indeks kesamaan komunitas menunjukkan semakin
tinggi pula tingkat kemiripan jenis antara dua komunitas yang dibandingkan
(Odum 1996). Dapat juga diartikan bahwa semakin tinggi nilai indeks kesamaan
komunitas, maka komposisi jenis yang berlainan semakin sedikit dan sebaliknya
semakin rendah indeks kesamaan komunitas, maka komposisi jenis yang
berlainan semakin banyak. Dendogram kesamaan komunitas reptil (Gambar 14)
didapatkan hasil dua kelompok kesamaan komunitas reptil, dimana lokasi
pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa Dalam, Curug
Hanjuang, Hutan Alam Gunung Blindis dan Hutan Alam Gunung Hanjuang
termasuk dalam satu kelompok, lalu lokasi pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya
tergolong satu kelompok. lokasi pengamatan Hutan Alam Gunung Blindis dan
Curug Hanjuang yang memiliki nilai indeks kesamaan komunitas yang sama
memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Bronchocela jubata, Calotes
versicolor, Cyrtodactylus marmoratus dan Gecko gecko. Lokasi pengamatan
tegakan samping gudang batu bara dan Kolam Goa Dalam yang memiliki nilai
indeks kesamaan komunitas yang sama memiliki kesamaan jenis yang ditemukan,
yaitu Cyrtodactylus marmoratus dan lokasi pengamatan tegakan samping gudang
batu bara, Kolam Goa Dalam, Curug Hanjuang, Hutan Alam Gunung Blindis dan
Hutan Alam Gunung Hanjuang yang termasuk dalam satu kelompok memiliki
kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Cyrtodactylus marmoratus.
Hasil analisis kesamaan komunitas amfibi (Gambar 15), juga terdapat hasil
dua kelompok kesamaan komunitas amfibi. Hasil ini menunjukkan bahwa lokasi
pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya, Hutan Alam Gunung Hanjuang, Hutan Alam
Gunung Blindis, Kolam Goa Dalam dan tegakan samping gudang batu bara
tergolong dalam satu kelompok, sedangkan lokasi pengamatan Curug Hanjuang
tergolong dalam satu kelompok sendiri. Lokasi pengamatan Kolam Goa Dalam
dan Hutan Alam Gunung Blindis yang memiliki nilai indeks kesamaan komunitas
yang sama memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu Duttaphrynus
melanostictus, Fejervarya limnocharis dan Polypedates leucomystax. Lokasi
pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya dan Hutan Alam Gunung Hanjuang yang
memiliki nilai indeks kesamaan komunitas yang sama memiliki kesamaan jenis
yang ditemukan, yaitu Duttaphrynus melanostictus, Fejervarya limnocharis,
Occidozyga lima, Hylarana chalconota dan Polypedates leucomystax dan lokasi
pengamatan Hulu Sungai Kali Jaya, Hutan Alam Gunung Hanjuang, Hutan Alam
Gunung Blindis, Kolam Goa Dalam dan tegakan samping gudang batu bara yang
tergolong dalam satu kelompok memiliki kesamaan jenis yang ditemukan, yaitu
Duttaphrynus melanostictus, Fejervarya limnocharis dan Polypedates
leucomystax. Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan antara kesamaan
komunitas reptil dan amfibi, dimana untuk reptil lokasi pengamatan Hulu Sugai
Kali Jaya membentuk kelompok sendiri dan untuk amfibi lokasi pengamatan
Curug Hanjuang membentuk kelompok sendiri. Hal ini berkaitan dengan jenis
yang ditemukan pada masing-masing lokasi pengamatan.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan 3 lokasi pengamatan yang menjadi
prioritas utama dalam upaya konservasi herpetofauna. Ketiga lokasi pengamatan

19
tersebut antara lain Curug Hanjuang, Hulu Sungai Kali Jaya dan tegakan samping
gudang batu bara, namun jika dipisahkan terdapat dua lokasi pengamatan prioritas
untuk reptil dan amfibi, yaitu lokasi pengamatan Curug Hanjuang dan tegakan
samping gudang batu bara untuk prioritas amfibi dan lokasi pengamatan Hulu
Sungai Kali Jaya dan tegakan samping gudang batu bara untuk prioritas reptil.
Penilaian ini didasarkan pada perhitungan nilai kesamaan komunitas dari masingmasing lokasi pengamatan dan dibandingkan dengan nilai keanekaragaman
herpetofauna di masing-masing lokasi pengamatan tersebut. Upaya konservasi
herpetofauna yang dapat dilakukan ialah tetap menjaga keberadaan sumber air
baik secara kuantitas maupun kualitas di masing-masing titik pengamatan
prioritas. Untuk habitat terestrial dapat membuat kolam amfibi dan
mempertahankan kualitas sumber air yang sudah terdapat disana untuk tempat
perkembangbiakan amfibi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Terdapat 22 jenis herpetofauna dari 10 famili yang terdiri dari 9 jenis amfibi
dan 13 jenis reptil dengan 161 individu. Nilai indeks keanekaragaman paling
tinggi pada lokasi pengamatan tegakan samping gudang batu bara, Kolam Goa
Dalam dan Hutan Alam Gunung Blindis, sedangkan nilai indeks
keanekaragaman terendah terdapat pada lokasi pengamatan Curug Hanjuang.
Kemerataan jenis pada semua lokasi pengamatan tersebar merata, kecuali pada
lokasi pengamatan Curug Hanjuang.
2. Dendogram kesamaan komunitas reptil dan amfibi mendapatkan hasil dua
kelompok kesamaan komunitas reptil dan dua kelompok kesamaan komunitas
amfibi. Hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan 3 lokasi pengamatan
yang menjadi prioritas utama dalam upaya konservasi herpetofauna, antara
lain tegakan samping gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya dan Curug
Hanjuang.
Saran
Perlu dilakukan perlindungan kawasan pada lokasi pengamatan prioritas
(tegakan samping gudang batu bara, Hulu Sungai Kali Jaya dan Curug Hanjuang)
karena lokasi pengamatan ini memiliki tingkat keanekaragaman yang cukup tinggi
dan memungkinkan menjadi habitat ideal bagi herpetofauna.

20

DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Gregorio AD, Jansen LJM. 1998. Land Cover Classsification System (LCCS):
Classification Concepts and User Manual. Rome (IT): FAO.
Rooij ND. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago I. Lacertilia,
Chelonia, Emydosauria. Leiden (NL): EJ.Brill.
Rooij ND. 1917. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago II. Ophidi.
Leiden (NL): EJ.Brill.
Eprilurahman R. 2012. Cicak dan Tokek di Daerah Istimewa Yogyakarta. Fauna
Indonesia. 11 (2) : 23-27.
Fitri A, Kusrini MD, Priyono A. 2003. Keanekaragaman Jenis Amfibi (Ordo
Anura) di Kebun Raya Bogor. Di dalam: Kusrini MD, Mardiatuti A,
Harvey T, editor. Konservasi Amfibi dan Reptil di Indonesia. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan;
2003 Mei 8; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm
13-26.
Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid RW, Hayek LC, Foster MS. 1994.
Measuring and Monitoring Biological Diversity : Standard Methods for
Amphibians. Washington (US): Smithsonian Institution Press.
Inger RF, Stuebing RB. 1997. A Field Guide to The Frogs of Borneo. Sabah
(MS): Natural History Publications.
Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri panduan lapangan. Bogor (ID):
Puslitbang-LIPI. Bogor.
Iskandar DT, Erdelen WR. 2006. Conservation of amphibians and reptiles in
Indonesia: Issues and problems. Amphibian and Reptile Conservation.
4(1): 60-93.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2013. IUCN Red List of
Threatened Species. Version 2013.2. [Internet]. [diunduh 2014 April 9].
Tersedia pada: www.iucnredlist.org.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2012. IUCN Red List
Categories and Criteria Version 3.1 Second Edition. Switzerland (CH):
IUCN, Gland, Switzerland.
Jeffries MJ. 1997. Biodiversity and Conservation. New York (US): Routledge.
Jenkins B. 2002. Learning Reptilia through Latest Portfolio of Theory & Practice.
New Delhi (IN): Dominant Publishers and Distributors.
Krebs CJ. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. New York (US): Harper & Row Publishing.
Kurnia I. 2012. Keanekaragaman Spesies Burung dan Amfibi Pada Lanskap
Didominasi Manusia di Wilayah Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Krebs CJ. 1978. Ecological Methodology. New York (US): Harper dan Row
Publisher.
Kusrini MD. 2009. Pedoman Penelitian dan Survey Amfibi di Alam. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.

21
Kusrini MD. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Bogor
(ID): Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman
Hayati, Kementrian Kehutanan.
Lim KKP, Lim FLK. 1992. A Guide to the amphibians & reptiles of Singapore.
Singapore (SG): Singapore Science Centre.
Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Oxford (GB): Blackwell
Publishing.
Mumpuni. 2001. Keanekaragaman Hepetofauna di Taman Nasional Gunung
Halimun, Jawa Barat. Berita Biologi. 5: 711-720.
Nasir MD, Priyono A, Kusrini MD. 2003. Keanekaragaman Amfibi (Ordo Anura)
Di Sungai Ciapus Leutik, Bogor, Jawa Barat. Di dalam: Kusrini MD,
Mardiastuti A, Harvey T, editor. Konservasi Amfibi dan Reptil di
Indonesia. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan; 2003 Mei 8; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor. hlm 65-83.
Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia (US): WB Saunders
Company.
Odum EP. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Samingan T, penerjemah. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press.
Ommaney FD.1974. Frog, Toads and Newts. New York San Fransisco (US):
McGraw-Hill Book Company.
Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi.
Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.
Santosa Y. 1995. Teknik Pengukuran Keanekaragaman Satwaliar. Bogor (ID):
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Van Kampen ON. 1923. The Amphibians of the Indo-Australian Archipelago.
Leiden (NL): EJ.Brill.
Yanuarefa MF Hariyanto G, Utami J. 2012. Panduan Lapang Herpetofauna
(Amfibi dan Reptil). Jawa Timur (ID): Taman Nasional Alas Purwo.
Yuliana S. 2000. Keanekaragaman Jenis Amfibi (Ordo Anura) di Kampus IPB
Dramaga, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tegakan samping gudang batu bara, HAGB = Hutan Alam Gunung Blindis, HSKJ = Hulu sungai Kali Jaya, HAGH = Hutan ALam Gunung
Hanjuang, CH = Curug Hanjuang

22

Lampiran 1 Data Iklim (Suhu Udara, Kelembaban dan Cuaca) di Lokasi Penelitian
Dry (%)
Wet (%)
Kelembaban (%)
pH
Tanggal Tipe
Cuaca
LP
SR
KR
Air
Awal Akhir Mean Awal Akhir Mean Awal Akhir Mean
16.8.2013 Ak
8 Cerah
26
24.5 25.25
25
23.5 24.25
91
90
90.5 KGD
25 89.25
22.8.2013 Ak
8 Cerah
25
24.5 24.75
24
23
23.5
90
86
88
17.8.2013 Te
8 Cerah
27
25
26
25
23
24
83
82
82.5 TSGBB 26.1 72.5
25.8.2013 Te
8 Gerimis
27
25.5 26.25
24
18
21
75
50
62.5
18.8.2013 Te
8 Cerah
26
24
25
24
22
23
82
82
82 HAGB 25.8 84.5
23.8.2013 Te
8 Cerah
27
26
26.5
25
25
25
83
91
87
19.8.2013 Ak
8 Cerah
25
24
24.5
24
23.5 23.75
90
95
92.5 HSKJ
25.3 93.75
26.8.2013 Ak
8 Cerah
26.5
25.5
26
26
25
25.5
95
95
95
20.8.2013 Te
8 Cerah
27
23
25
25
21.5 23.25
83
86
84.5 HAGH 24.4 82.25
24.8.2013 Te
8 Mendung
27
20.5 23.75
24
19
21.5
75
85
80
21.8.2013 Ak
8 Mendung
26.5
25.5
26 25.5
24.5
25
91
90
90.5 CH
25.4 91.5
27.8.2013 Ak
8 Cerah
25.5
24 24.75 24.5
23.5
24
90
95
92.5
Suhu
27
26
95
Maksimum
8
pH rata-rata
Suhu
20.5
18
50
Minimum
Keterangan: Ak = akuatik, Te = Terestrial, LP = Lokasi Pengamatan, SR = Suhu rata-rata, KR = Kelembaban rata-rata, KGD = Kolam Goa Dalam, TSGBB =

23
Lampiran 2 Daftar famili, jenis dan jumlah individu pada tiap lokasi pengamatan
Lokasi Pengamatan
Famili
Jenis
DJ Total
A3 A2 T3 T2 T1 A1
Bufonidae
Duttaphrynus melanostictus
0
1
1
2
6
2
1
13
Ingerophrynus biporcatus
1
0
0
0
0
0
0
1
Dicroglossidae Limnonectes kuhlii
0
0
0
0
0
1
0
1
Fejervarya limnocharis
0 20
7
4
4
3
1
39
Fejervarya cancrivora
0
0
0
0
0
1
0
1
Occidozyga lima
1
4
1
0
0
0
0
6
Microhylidae
Kaloula baleata
0
0
0
0
1
0
0
1
Ranidae
Hylarana chalconota
4
5
3
0
0
0
0
12
Rhacoporidae Polypedates leucomystax
6
5
4
1
6
1
0
23
Agamidae
Calotes versicolor
0
1
0
1
6
3
0
11
Bronchocela jubata
0
2
2
1
2
1
1
9
Bronchocela cristatella
0
1
0
0
0
0
0
1
Colubridae
Oligodon purpurascens
0
2
0
0
0
1
0
3
Ahaetulla prasina
0
0
0
0
3
0
0
3
Pareas carinatus
0
0
0
1
0
0
0
1
Lycodon capucinus
1
0
0
0
0
0
0
1
Crotalidae
Cryptelytrops albolabris
0
0
2
1
0
0
0
3
Geckonidae
Gecko gecko
0
0
0
1
3
2
1
7
Cyrtodactylus marmoratus
14
0
1
2
2
2
0
21
Hemidactylus frenatus
0
0
0
0
0
0
1
1
Cosymbotes platyurus
0
0
0
0
0
0
1
1
Scincidae
Eutrofis multifasciata
0
1
0
0
0
0
1
2
Jumlah Individu/titik
27 42 21 14 33 17
7
161
Jumlah Jenis/titik
6 10
8
9
9 10
7
22
Jumlah Individu total
154
7
161
Jumlah jenis total
19
7
22
Keterangan: T1: Terestrial 1= Tegakan samping gudang batu bara, A1: Akuatik 1 = Kolam Goa Dalam,
T2: Terestrial 2 = Hutan alam Gunung Blindis, A2: Akuatik 2 = Hulu Sungai Kali Jaya, T3:
Terestrial 3 = Hutan alam Gunung Hanjuang, A3: Akuatik 3 = Curug Hanjuang., DJ =
Diluar jalur.

24
Lampiran 3 Deskripsi Jenis Herpetofauna yang dijumpai di PT Indocement
Tunggal Pr