Analisis Karakteristik Lanjut Usia dengan Hubungan Antar Generasi di Desa Cihideung Ilir Kabupaten Bogor

ANALISIS KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN
HUBUNGAN ANTAR GENERASI DI DESA
CIHIDEUNG ILIR KABUPATEN BOGOR

JAJANG SOMANTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis
Karakteristik Lanjut Usia dengan Hubungan Antar Generasi di Desa
Cihideung Ilir Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis
saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Jajang Somantri
NIM I34090040

ABSTRAK
JAJANG SOMANTRI. Analisis Karakteristik Lanjut Usia dengan
Hubungan Antar Generasi di Desa Cihideung Ilir Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh EKAWATI SRI WAHYUNI.
Fenomena yang ada menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah
lansia. Peningkatan jumlah lansia akan memunculkan berbagai
permasalahan. Penelitian ini bermaksud untuk melihat karakteristik lansia
dan hubungan antar generasi di Desa Cihideung Ilir, Kabupaten Bogor.
Responden diambil secara acak dengan bantuan MS. Excel dengan jumlah
30 orang. Hasil penelitian menunjukkan umumnya lansia berumur 60-74
tahun, hanya lulusan sekolah dasar, masih berstatus kawin dengan status
sosial dan status ekonomi rendah dan sudah tidak bekerja serta mayoritas
berperan sebagai kepala keluarga. Umumnya karakteristik lansia

berpengaruh pada keterlibatannya dalam keluarga anak dan berpengaruh
pada peran anak atau menantu perempuan dalam merawat lansia.
Kata kunci: lansia, karakteristik lansia, hubungan antar generasi.

ABSTRACT
JAJANG SOMANTRI. Characteristics Analysis of Elderly and
Intergenerational Relationship in Cihideung Ilir Village, Bogor Regency.
Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI.
The phenomenon indicates that there is an increase in the number of
elderly. Increasing the number of elderly will sprout the problems. This
research intends to see the characteristic of senior people and the
relationship between generation in Cihideung Ilir village, Bogor regency.
Respondents taken at random with the help of MS. Excel to the number of
30 people. The result showed generally elder people around 60-74 years old
just elementary school graduates, are still married with the status of low
social and economic status and did not work either while the majorityrole as
the heads of family. Generally, the characteristic elder people will influence
their involvement role in children’s family and effect to their extended
family in taking care of them.
Keywords:elderly, characteristic of elderly, intergenerational relationship


ANALISIS KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN
HUBUNGAN ANTAR GENERASI DI DESA
CIHIDEUNG ILIR KABUPATEN BOGOR

JAJANG SOMANTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Karakteristik Lanjut Usia dengan Hubungan Antar
Generasi di Desa Cihideung Ilir Kabupaten Bogor

Nama
: Jajang Somantri
NIM
: I34090040

Disetujui oleh

Dr Ir Ekawati S. Wahyuni, MS
NIP 19600827 198603 2 002
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
NIP 19550630 1981031 003
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober
2012 ini ialah kependudukan dengan topik lansia, dengan judul Analisis
Karakteristik Lanjut Usia dengan Hubungan Antar Generasi di Desa
Cihideung Ilir, Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ekawati S. Wahyuni, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan juga perbaikan.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staff pemerintah
Desa Cihideung Ilir mulai dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Ketua RT dan
RW serta seluruh responden yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada apab, umi, serta
seluruh keluarga, dan juga teman-teman tercinta atas segala doa dan kasih
sayangnya. Beribu terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh rekan
mahasiswa akselerasi angkatan 46, utamanya teruntuk rekan satu bimbingan
Mona Lusia br Manihuruk atas perjuangan dan doanya. Serta tidak lupa
kepada teman-teman terdekat Adhi Pamungkas dan Rangga Husen yang
selalu memberi doa dan dukungan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
juga kepada teman-teman penghuni WGU yang senantiasa sabar dan
menghibur selama kurang lebih tiga tahun dalam satu atap. Semoga karya

ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013
Jajang Somantri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3

PENDEKATAN TEORITIS


4

Tinjauan Pustaka

4

Kerangka Pemikiran

7

Hipotesis Penelitian

8

Definisi Operasional

9

PENDEKATAN LAPANG


11

Lokasi dan Waktu Penelitian

11

Penentuan Responden Penelitian

11

Teknik Pengumpulan Data

12

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

12

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR


13

Kondisi Geografis

13

Struktur Kependudukan

13

Sarana dan Prasarana

14

Kondisi Sosial Budaya

15

Kelembagaan Sosial


17

KARAKTERISTIK LANSIA

18

Golongan Umur

18

Pendidikan Lansia

19

Status Perkawinan

19

Status Ekonomi

19

Status Sosial

24

Struktur Keluarga

25

HUBUNGAN ANTAR GENERASI

27

Analisis Hubungan Umur dengan Hubungan Antar Generasi

27

Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Hubungan Antar Generasi

29

Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Hubungan Antar
Generasi
Analisis Hubungan Status Perkawinan dengan Hubungan Antar
Generasi
Analisis Hubungan Status Ekonomi dengan Hubungan Antar
Generasi
Analisis Hubungan Status Sosial dengan Hubungan Antar Generasi
Analisis Hubungan Peran Lansia dalam Struktur Keluarga dengan
Hubungan Antar Generasi
SIMPULAN DAN SARAN

30
31
33
34
35
37

Simpulan

37

Saran

37

DAFTAR PUSTAKA

38

LAMPIRAN

41

RIWAYAT HIDUP

56

DAFTAR TABEL
1 Jadwal rencana penelitian
2 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok
Umur, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
3 Jumlah laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan , di Desa
Cihideung Ilir, tahun 2012
4 Jumlah lansia muda dan lansia tua berdasarkan karakteristik
lansia, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
5 Jumlah dan persentase lansia muda dan lansia tua berdasarkan
status pekerjaan, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
6 Jumlah dan presentase lansia muda dan lansia tua berdasarkan ada
tidaknya pemilikan harta benda, di Desa Cihideung Ilir, tahun
2012
7 Jumlah dan presentase umur lansia berdasarkan hubungan
antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
8 Jumlah dan persentase jenis kelamin lansia berdasarkan hubungan
antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
9 Jumlah dan presentasi tingkat pendidikan lansia berdasarkan
hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
10 Jumlah dan persentase status perkawinan lansia berdasarkan
hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
11 Jumlah dan persentase status ekonomi lansia berdasarkan
hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
12 Jumlah dan persentase status sosial lansia berdasarkan hubungan
antar generasi, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2012
13 Jumlah dan persentase lansia peran lansia dalam struktur keluarga
berdasarkan hubungan antar generasi, di Desa Cihideung Ilir,
tahun 2012

11
14
16
18
23
22
28
29
31
32
33
34
35

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran

8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kerangka sampling
2 Daftar responden
3 Kuesioner penelitian
4 Peta lokasi penelitian

41
44
45
55

1

PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing bagian tersebut.
Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia yang berusia lanjut mencapai 18 043 712
orang (BPS 2010). Jumlah tersebut menyumbang sekitar 7.5% dari total
penduduk Indonesia. Pada koran online KOMPAS.com edisi 16 April 2012
menyebutkan usia harapan hidup (UHH) masyarakat Indonesia mencapai 70
tahun dan angka tertinggi ada di Kabupaten Sleman dengan UHH mencapai
75.6 tahun. Tingginya UHH menunjukkan semakin baiknya kualitas
kesehatan. Besarnya jumlah penduduk usia lanjut perlu mendapat perhatian
lebih dalam hal perawatan. Oleh karena usia yang semakin renta, kondisi
fisiknya semakin menurun. Seperti halnya yang dituliskan oleh Sumarno et
al. (2011) terjadi penurunan misalnya saja dari aspek ekonomi adalah
hilangnya pekerjaan dan atau menurunnya penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup secara memadai.
Mengacu pada pasal 8 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia bahwa orang yang bertanggung jawab terhadap lansia adalah
pemerintah, masyarakat dan keluarga. Hal yang perlu digarisbawahi adalah
keluarga. Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Ajaran Islam
menyebutkan bahwa orang tua yang sudah lanjut adalah tanggung jawab
anak. Oleh karena itu, pihak keluarga bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan hidup lansia. Lansia laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan perlakuan dalam hal perawatan. Secara umum lansia laki-laki
masih dibantu oleh istrinya sendiri. Lain halnya dengan lansia perempuan
yang pada umumnya lebih banyak hidup menjanda, sehingga anak
perempuan atau pihak keluargalah yang turut merawat. Sebagaimana hasil
penelitian Suciati (2005) yang menyebutkan bahwa lansia lebih senang
dilayani oleh pasangan hidupnya dibandingkan dengan orang lain.
Kajian mengenai lansia sudah banyak dilakukan di Indonesia. Seperti
halnya Demartoto (2003) yang meneliti mengenai pelayanan lansia berbasis
keluarga. Penelitiannya ingin melihat beberapa bentuk pelayanan yang
diberikan oleh keluarga terhadap lansia. Demartoto melihat dari aspek
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kebutuhan rekreasi.
Menurutnya pelayanan berbasis keluarga dirasa lebih efektif dibandingkan
dengan pelayanan berbasis lembaga seperti panti. Lain halnya lansia yang
memilih tinggal di panti jompo atau panti wredha. Hijau (2002) meneliti
motivasi lansia tinggal di panti khususnya di panti sosial Tresna Werdha
“ABDI” kota Binjai. Alasan para lansia tinggal di panti adalah karena tidak
memiliki tempat tinggal. Lebih jelas lagi Hijau (2002) menyebutkan
motivasi lansia tinggal di panti atas dasar faktor pekerjaan. Usia yang sudah
lanjut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sudah tidak bisa dilakukan

2

secara mandiri. Motivasi lain juga karena telah mendengar informasi bahwa
panti sosial merupakan tempat tinggal lansia yang miskin dan terlantar.
Fenomena yang ada menunjukkan bahwa sebagian lansia masih ada
yang dianggap tumpuan bagi keluarga. Baik itu sebagai tumpuan ekonomi,
ataupun sumber pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk nasehat. Hal
inilah yang menarik peneliti untuk mengkaji lebih jauh hubungan-hubungan
yang terjalin antara lansia dengan anak, cucu ataupun anggota keluarga
lainnya. Apakah status sosial maupun status ekonomi turut berpengaruh
terhadap bentuk hubungan yang terjalin antara lansia sebagai orang tua
dengan anaknya. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai langkah atau
tindakan antisipatif dalam menyiapkan berbagai perawatan terhadap lansia.
Tidak dipungkiri bahwa setiap orang akan mencapai usia tua. Begitupun
dengan penduduk di Indonesia yang akan mencapai penduduk tua beberapa
tahun yang akan datang.
Atas gambaran yang sudah disebutkan diawal, peneliti merasa tertarik
untuk mendalami mengenai lansia. Ada beberapa hal yang peneliti kaji.
Selain karakteristik lansia yang menjadi titik awal penelitian ini, juga
melihat karakteristik yang terbentuk dalam rumah tangga lansia itu sendiri.
Lansia dalam rumah tangga tersebut dijadikan sebagai subyek penelitian
utama. Penelitian ini mencoba menganalisis karakteristik lansia terhadap
hubungan antar generasi dalam suatu rumah tangga lansia. Pada akhirnya
memunculkan sebuah pertanyaan besar bagaimanakah hubungan antar
generasi yang terjalin antara lansia yang berperan sebagai kepala keluarga
atau anggota keluarga dengan anak atau cucunya.
Perumusan Masalah
Masalah penelitian yang diangkat adalah:
1. Bagaimanakah karakteristik sosial-ekonomi lansia yang ada di desa
penelitian?
2. Bagaimanakah hubungan antar generasi yang terjalin dalam rumah
tangga lansia yang terjadi di desa penelitian?

Tujuan Penelitian
Atas dasar rumusan pertanyaan yang sudah dikemukakan sebelumnya
maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan karakteristik sosial-ekonomi lansia;
2. Menganalisis hubungan antar generasi yang terjalin pada rumah
tangga lansia.

3

Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut
mengenai lansia;
2. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
kebijakan mengenai perawatan untuk lansia; dan
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan acuan dalam memberikan perawatan
terhadap lansia.

4

PENDEKATAN TEORETIS
Bab ini menjelaskan mengenai pustaka rujukan yang diambil dari
berbagai jenis pustaka seperti buku, peraturan pemerintah maupun hasil
penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka pemikiran yang
diikuti oleh hipotesis penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional.
Berikut ini penjelasan masing-masing bagian tersebut.
Tinjauan Pustaka
Pengertian Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Undang-Undang ini juga membagi lanjut
usia menjadi dua kategori yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak
potensial. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang
dan/atau jasa. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain. Pengertian lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu: aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus-menerus,
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan
serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang
sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Bahkan ada yang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, dan ada pula yang mempersepsikan sebagai beban keluarga dan
masyarakat.
Laslet (1989) dalam Anwar (1997:6) menjelaskan tentang usia lanjut
sebagai berikut “...In the United Kingdom, the normal retirement ages for
men and women are 65 and 60. These ages are commonly used in
determining whether a person is “old” or is in a “later life” or in a “third
age”...”.. Berdasarkan UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan
Penghidupan Orang Jompo “seseorang dapat dikatakan orang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”.
Pelayanan Lansia
Pelayanan dalam istilah kesejahteraan sosial diartikan suatu upaya
atau usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik
berupa materi maupun nonmateri agar orang itu dapat mengatasi
masalahnya sendiri. Pelayanan bermakna adanya usaha atau kegiatan untuk
menolong, adanya orang yang akan ditolong berupa barang, uang, tenaga
dan bantuan lainnya (Jayaputra dalam Sulubere, 2005:11). Departemen

5

Kesehatan (2005) dalam Panduan Pelatihan Kader Posyandu menyebutkan
pelayanan bisa dalam bentuk posyandu lansia
“...jadi pelayanan kesejahteraan sosial yaitu semua bentuk kegiatan pelaksanaan yang
dilakukan secara profesional. Kesejahteraan itu sendiri merupakan sistem yang
terorganisir dari pelayanan-pelayanan individu dan kelompok untuk mencapai taraf
hidup dan kesehatan. Relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka
menggabungkan kemampuan dalam meningkatkan kesejahteraan yang selaras dengan
kebutuhan keluarga dan masyarakatnya...” (Depkes 2005).

Menurut Demartoto (2003) pelayanan merupakan salah satu bentuk
penanganan permasalahan lanjut usia. Demartoto membagi pelayanan
menjadi tiga jenis yaitu pelayanan berbasis keluarga, pelayanan berbasis
masyarakat dan pelayanan berbasis lembaga. Penjelasan masing-masing
jenis pelayanan adalah sebagai berikut: pertama adalah pelayanan berbasis
keluarga, jenis pelayanan ini ditandai oleh tinggalnya lansia dengan sanak
keluarga baik itu dengan anak, ataupun cucu. Oleh karena itu, pihak
keluarga bertanggung jawab terhadap perawatan lansia yang tinggal dengan
mereka. Kedua adalah pelayanan berbasis masyarakat yaitu lansia tetap
tinggal di rumah masing-masing akan tetapi masyarakat melalui sebuah
organisasi menyediakan bentuk pelayanan maupun perawatan pada waktu
dan tempat tertentu. Terakhir adalah pelayanan berbasis lembaga yaitu
pelayanan yang ditujukan kepada lansia yang membutuhkan penyembuhan
karena mengidap suatu penyakit, maupun untuk rehabilitasi. Pelayanan jenis
ini biasanya berupa panti wredha, rumah sakit lansia ataupun panti lanjut
usia non-potensial (Demartoto 2003:44).
Lebih lanjut lagi Sulubere (2011) dalam penelitiannya yang berbasis
pada lembaga dalam hal ini sebuah panti asuhan, standar pelayanan lansia
yang dijadikan ukuran adalah pemenuhan kebutuhan pangan yang dilihat
dari pemenuhan menu empat sehat lima sempurna. Kebutuhan pakaian dan
papan juga dijadikan ukuran pelayanan di panti tersebut. Kesehatan juga
menjadi prioritas pelayanan yang diukur dilihat dari bentuk penanganan
yang diberikan oleh petugas panti terhadap lansia yang sakit. Pelayanan
yang diberikan juga dilihat dari fasilitas yang disediakan oleh panti berupa
fasilitas kamar tidur, kamar mandi, sarana ibadah dan sarana untuk
mengembangkan keterampilan.
Konsep Keluarga
Menurut Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Perkembangan Keluarga, keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan
anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Secara implisit dalam
batasan ini yang dimaksud dengan anak adalah anak yang belum menikah.
Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami/isteri atau
anak-anaknya, maka yang bersangkutan menjadi keluarga tersendiri
(keluarga lain atau keluarga baru). Selain itu terdapat juga keluarga khusus,
yaitu satuan individu/seseorang yang tidak diikat dalam hubungan keluarga,
hidup dan makan serta menetap dalam satu rumah (misalnya seseorang atau
janda/duda sebagai keluarga sendiri, atau dengan anak yatim piatu).
Mardiya (2011) mengemukan ciri-ciri dan sifat keluarga sebagai
berikut: memiliki ikatan batin dan emosional, memiliki hubungan darah,

6

memiliki ikatan perkawinan, mempunyai kekayaan keluarga, memiliki
tempat tinggal, memiliki tujuan, setiap anggota keluarga saling berinteraksi
satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri. Goode
(2002:7) mendefinisikan keluarga sebagai “...satu-satunya lembaga sosial, di
samping agama, yang secara resmi telah berkembang disemua
masyarakat...”. Goode juga menambahkan ciri utama lain dari sebuah
keluarga ialah bahwa fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain,
tetapi tidak demikian halnya pada semua sistem keluarga yang diketahui.
Teori Pertukaran (Exchange Theory) dan Hubungan Antar Generasi
(intergenerational relationship)
Teori pertukaran berangkat dari beberapa teori seperti behaviorisme,
teori pilihan rasional, teori pertukaran George Homans, teori pertukaran
Peter Blau dan karya Richard Emerson dan muridnya. Teori pertukaran
Peter Blau memusatkan pada analisis struktur sosial dibandingkan dengan
Homans yang hanya terbatas pada perilaku. Menurutnya pertukaran terjadi
pada tingkat individu ke strukur sosial hingga akhirnya mengalami
perubahan sosial (Blau 1964 dalam Goodman dan Ritzer 2003:367-374).
Lebih lanjut lagi teori pertukaran Blau memusatkan pada pertukaran yang
terjadi di dalam struktur sosial suatu masyarakat. Ada hal lain yang
dipertimbangkan Blau dalam teorinya ini yaitu norma dan nilai.
“kesepakatan bersama atas nilai dan norma digunakan sebagai media kehidupan
sosial dan sebagai mata rantai yang menghubungkan transaksi sosial. Norma dan nilai
memungkinkan pertukaran sosial tak langsung dan menentukan proses integrasi dan
diferensiasi sosial dalam struktur sosial yang kompleks dan menentukan
perkembangan organisasi dan reorganisasi sosial di dalamnya”(Blau 1964:255 dalam
dalam Goodman dan Ritzer 2003:372)

Blau lebih banyak menjelaskan tentang kelompok, organisasi, kolektivitas,
masyarakat, norma dan nilai dalam menjelaskan teorinya.
Bengtson et al. dalam Suitor et al. (2011:162) mengenalkan sebuah
model kekerabatan yang menjelaskan tentang hubungan antar generasi di
Amerika Serikat. Bengtson menyebutkan ada 6 komponen yang saling
berkaitan sehubungan dengan kekerabatan dalam keluarga, yaitu 1) kontak;
2) pertukaran dukungan; 3) norma kewajiban; 4) kesamaan nilai; 5) kualitas
hubungan dan; 6) struktur kesempatan. Pertukaran antar generasi yang
terjadi menurut Suitor et al. (2011:165) adalah orang tua akan terus
memberikan dukungan secara finansial dan juga emosional hingga umur
mereka mencapai 70 tahun. Hasil penelitian Bengston tersebut diperkuat
oleh Suitor et al. (2011) bahwa lansia di Amerika sudah memiliki kesehatan
yang baik. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa kurang dari 20% lansia
yang berusia 75 tahun yang memiliki keterbatasan dalam beraktivitas seharihari. Hal ini mengindikasikan bahwa perawatan yang diberikan kepada
lansia tidak bergantung lagi pada usia, namun hingga tiba lansia tersebut
merasa membutuhkan perawatan dari anaknya. Adapun penelitian lain
menunjukkan bahwa ibu merupakan orang yang akan mendapatkan
perawatan lebih di masa tuanya, dan anak perempuan lebih berperan banyak
dalam perawatan terhadap orang tua.
Menurut Fingerman et al. (2011) dalam penelitiannya di Philadelphia,
Amerika Serikat, bahwa hubungan antar generasi yang diberikan oleh orang
dewasa yang berumur 40-60 tahun terbagi ke dalam dua jenis. Hasil

7

penelitiannya menunjukkan bahwa orang dewasa akan memberikan
perhatian lebih dalam hal finansial, kasih sayang terhadap keturunannya
atau anaknya. Lain halnya dengan perawatan yang diberikan kepada orang
tua hanya akan diberikan ketika orang tua mengalami kecacatan. Oleh
karenanya orang dewasa akan memberikan perhatian lebih kepada orang tua.
Variabel yang digunakan untuk melihat hubungan antar generasi yang
terjalin meliputi umur, jenis kelamin, pendapatan, status perkawinan, jarak
tempat tinggal. Ada pula variabel lain yaitu pendidikan, dimana keturunan
atau anak adalah seorang pelajar atau mahasiswa itu akan berpengaruh
terhadap aliran dukungan orang dewasa.
Leopold (2012) dalam penelitian di Jerman menunjukkan bahwa
orang tua akan memberikan dukungan finansial dalam bentuk rumah, tanah,
kepemilikan barang berharga, uang tunai dan juga deposito bank. Leopold
(2012) menemukan bahwa orang tua akan memberikan dukungan uang
kepada anaknya sebelum menikah. Adapun bantuan yang diberikan setelah
menikah adalah berupa pemberian rumah. Hal ini dilakukan untuk eksistensi
keluarga, karena anak dipandang masih perlu bantuan dalam hal persiapan
pernikahan. Lebih lanjut lagi Leopold menjelaskan juga dukungan yang
diberikan orang tua kepada anaknya yang mengalami perceraian. Pada hasil
penelitiannya menunjukkan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal penerimaan dukungan ketika mereka bercerai.
Dukungan yang diberikan lebih banyak dalam bentuk uang atau deposito
bank. Leopold (2012) juga melihat bentuk dukungan orang tua kepada
anaknya ketika anaknya melahirkan. Dukungan datang dalam bentuk uang
setelah proses kelahiran terjadi. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa
orang tua masih memberikan dukungan kepada anak dalam bentuk
pemberian rumah, uang tunai, bahkan deposito bank dimotivasi oleh
tanggung jawab sosialnya sebagai orang tua terhadap anaknya.
Kerangka Pemikiran
Bermula dari teori tentang hubungan antar generasi yang
menggambarkan bagaimana bentuk dukungan orang tua terhadap anak atau
anak terhadap orang tua. Adapun variabel yang digunakan untuk melihat
bentuk hubungan antar generasi yang terjadi adalah umur, jenis kelamin,
status perkawinan, tingkat pendidikan, status ekonomi, status sosial dan
peran lansia dalam struktur keluarga. Pada penelitian ini subyek penelitian
hanya lansia. Oleh karena itu, variabel-variabel yang sudah disebutkan
merupakan karakteristik yang melekat pada lansia.
Peneliti menggolongkan variabel umur lansia menjadi lansia muda
dan lansia tua. Jenis kelamin merupakan karakteristik kedua yang dikaji.
Jenis kelamin terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Lansia
perempuan memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan dengan lansia
laki-laki. Umumnya lansia berstatus janda lebih banyak dibandingkan lansia
berstatus duda. Status perkawinan lansia berpengaruh pada perawatan yang
diberikan. Variabel selanjutnya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan
formal yang ditempuh oleh lansia digolongkan menjadi pendidikan rendah,
sedang dan tinggi.

8

Variabel selanjutnya adalah karakteristik sosial-ekonomi pada lansia.
Status sosial-ekonomi ini menunjukkan arah kekayaan yang berpengaruh
pada hubungan antar generasi yang terjalin dalam rumah tangga lansia.
Hubungan antar generasi diduga dipengaruhi oleh keadaan sosial-ekonomi
lansia maupun anaknya. Oleh karena itu, dapat digolongkan menjadi orang
tua (lansia) bergantung pada anaknya atau anak bergantung pada orang tua
(lansia). Hal ini dilihat dari keadaan status sosial-ekonomi lansia. Variabel
terakhir dalam karakteristik responden adalah peran lansia dalam struktur
keluarga. Responden dibedakan menjadi kepala keluarga dan anggota
keluarga. Variabel ini kemungkinan berpengaruh pada hubungan antar
generasi.
Lengkapnya disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran. Lihat
Gambar 1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Karakteristik responden:
Umur
Jenis kelamin
Tingkat pendidikan
Status perkawinan
Status ekonomi
Status sosial
Peran lansia dalam struktur
keluarga

Hubungan antar generasi:
1. Dukungan orang tua
terhadap anak
2. Dukungan anak
terhadap orang tua

Keterangan
: hubungan pengaruh langsung
Gambar 1 Kerangka pemikiran

Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Lansia tua cenderung tergantung pada anaknya;
2. Lansia perempuan cenderung tergantung pada anaknya;
3. Lansia dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memberikan
dukungan kepada anak;
4. Lansia yang berstatus kawin cenderung memberikan dukungan
kepada anak;
5. Lansia dengan status ekonomi tinggi cenderung memberikan
dukungan kepada anak;
6. Lansia dengan status sosial tinggi cenderung memberikan dukungan
kepada anak;
7. Lansia yang berperan sebagai kepala keluarga cenderung
memberikan dukungan kepada anak.

9

Definisi Operasional
1. Umur adalah karakteristik demografi berupa angka yang
menunjukkan lama hidup lansia terhitung sejak lahir hingga bulan
pelaksanaan penelitian, sesuai dengan yang tertera dalam tanda
pengenal. Umur lansia dibedakan menjadi dua golongan dengan
menggunakan skala nominal (Savitri dan Indawati 2011), yaitu:
a. Lansia muda : usia 60-74 tahun, selanjutnya diberi kode 1
b. Lansia tua
: usia 75+ tahun, selanjutnya diberi kode 2
2. Jenis kelamin adalah karakteristik biologis responden dari lahir yang
bersifat permanen. Jenis kelamin dibedakan dengan menggunakan
skala nominal menjadi laki-laki dan perempuan. Laki-laki diberi
kode 1, perempuan diberi kode 2
3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan dibedakan
dengan menggunakan skala ordinal yaitu:
a. Lulus SD/sederajat
:rendah, diberi
kode 1
b. Lulus SMP/sederajat
:sedang, diberi
kode 2
c. Lulus SMA/Perguruan Tinggi/sederajat
:tinggi,
diberi
kode 3
4. Status perkawinan adalah identitas yang melekat pada responden
berkaitan dengan hubungan perkawinan. Status perkawinan
dibedakan dengan menggunakan skala nominal menjadi kawin,
duda, janda. Kawin diberi kode 1, duda diberi kode 2 dan janda
diberi kode 3
5. Status ekonomi adalah kedudukan lansia dalam kelompok
masyarakat yang didasarkan pada kepemilikan harta benda
berbentuk fisik yang tidak terlihat nilainya dalam bentuk uang dan
status pekerjaannya apakah masih bekerja atau tidak. Status ekonomi
diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1
untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena
itu, status ekonomi dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu:
a. Status ekonomi rendah
: skor < 12 ; diberi kode 1
b. Status ekonomi tinggi
: skor >=12 ; diberi kode 2
6. Status sosial adalah kedudukan responden dalam kelompok
masyarakat yang didasarkan pada prestasi-prestasi sosial meliputi
kedudukan atau jabatan dalam suatu kelembagaan atau organisasi
berskala kecil hingga besar. Status sosial diukur berdasarkan skor
total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak”
dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, status sosial
dibedakan dengan menggunakan skala ordinal yaitu:
a. Status sosial rendah
: skor < 16 ; diberi kode 1
b. Status sosial tinggi
: skor >=16 ; diberi kode 2
7. Peran lansia dalam struktur keluarga adalah kedudukan sosial lansia
dalam keluarga inti yang tinggal dalam satu atap dan dalam keadaan
kesalingtergantungan. Peran lansia dalam struktur keluarga

10

dibedakan dengan menggunakan skala nominal yaitu kepala
keluarga diberi kode 1 dan anggota keluarga diberi kode 2
8. Hubungan antar generasi adalah alur yang terbentuk dari hubungan
lansia dengan anaknya yang didasarkan atas status sosial-ekonomi
responden. Hubungan antar generasi dibedakan dengan
menggunakan skala nominal menjadi:
a. Dukungan orang tua (lansia) terhadap anaknya: parameter
yang digunakan adalah bantuan yang senantiasa diberikan
oleh orang tua yang sudah lansia kepada anaknya berupa
dukungan finansial dan kasih sayang atau perawatan
b. Dukungan anak terhadap orang tua (lansia): parameter yang
digunakan adalah bantuan yang diberikan oleh anak terhadap
orang tua yang sudah lanjut usia dalam bentuk dukungan
finansial dan perawatan.

11

PENDEKATAN LAPANG
Bab ini menjelaskan mengenai metode pelaksanaan penelitian yang
dilakukan. Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan
waktu, tempat penelitian dilakukan. Selain itu juga dideskripsikan
bagaimana pengolahan data hasil dari wawancara dan pengisian kuesioner.
Ada pula penjelasan mengenai penentuan sampel dan responden. Disajikan
pula tabel yang berisikan jadwal penelitian mulai dari penyusunan proposal
hingga penulisan skripsi.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Cihideung Ilir,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Lebih spesifik lagi tempat
penelitian hanya dilakukan di RW 04 dan RW 05 Desa Cihideung Ilir.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan
mempertimbangkan kelengkapan data lansia yang diperoleh. Tidak ada
alasan khusus terkait dengan lansia. Hal ini mengingat lansia yang dapat
ditemui di mana pun, karena keberadaan orang yang sudah tua atau usia
lanjut tidak mengenal tempat khusus. Penelitian di lapangan dilaksanakan
pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2012
Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian di Desa Cihideung Ilir tahun 2012
Juni
1 2

Kegiatan

3

4

September
1 2 3 4

Oktober
1 2 3

4

November
1 2 3 4

Desember
1 2 3 4

Januari
1 2 3

Kolokium
Perbaikan
proposal
Pengambilan
data lapang
Pengolahan
dan analisis
data
Penulisan
draft skripsi
Sidang skripsi
Perbaikan
skripsi

Penentuan Responden Penelitian
Unit analisis penelitian ini adalah individu. Responden adalah lansia,
yaitu penduduk berusia 60 tahun ke atas (standar lansia di Indonesia) baik
yang berperan sebagai kepala keluarga maupun anggota keluarga. Populasi
adalah lansia yang ada di RW 04 dan RW 05, Desa Cihideung Ilir,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dengan jumlah 92 orang. Semua
lansia itu tinggal dalam 83 rumahtangga. Data populasi lansia diperoleh dari

4

12

daftar rumahtangga yang dimiliki oleh setiap ketua RT yang ada di RW 04
dan 05 di Desa Cihideung Ilir. Kerangka sampling adalah sama dengan
populasi. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang.
Responden diambil secara acak sederhana dari kerangka sampling dengan
menggunakan bantuan program MS. Excel 2007.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti atas dasar
jawaban responden. Adapun data sekunder sendiri diperoleh dari kajian
pustaka dan analisis literatur-literatur yang terkait dengan lansia dan
kaitannya dengan karakteristik sosial-ekonomi lansia. Untuk menjawab
perumusan masalah mengenai karakteristik lansia dan hubungan antar
generasi, disajikan wawancara terstruktur melalui kuesioner yang diisi oleh
peneliti mengingat kondisi yang tidak memungkinkan bagi responden yang
sudah lanjut usia untuk mengisi sendiri. Data primer dan data sekunder
saling mendukung satu sama lain untuk menyempurnakan hasil penelitian.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil kuesioner ini dicatat apa adanya dan dilakukan analisis
serta interpretasi untuk menarik kesimpulan tentang hasil penelitian.
Variabel-varibel yang ada dalam pertanyaan kuesioner kemudian diberi
kode sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam definisi operasional. Data
kemudian di masukkan ke dalam MS. Excel 2007, dan dituliskan dalam
bentuk kode. Kemudian dilakukan entri data ke dalam program SPSS versi
16.0 for Windows. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel
frekuensi. Langkah berikutnya adalah interpretasi hasil pengolahan data
dengan mengacu pada hipotesis. Kemudian ditarik kesimpulan dari semua
data yang telah diolah untuk menjawab perumusan masalah.

13

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR
Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang
dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini
adalah mengenai kondisi geografis Desa Cihideung Ilir. Digambarkan juga
bagaimana struktur kependudukan yang terbentuk di desa ini yang dilihat
dari umur. Sejalan dengan topik penelitian mengenai lansia, maka dalam
bab ini juga diberikan informasi mengenai sarana dan prasarana yang
disediakan khusus untuk lansia. Keberagaman sosial dan budaya yang
tercermin dalam penggunaan bahasa dan mata pencaharian juga dijelaskan
dalam bab ini. Bab ini juga memberikan informasi mengenai kelembagaankelembagaan sosial yang ada di Desa Cihideung Ilir.
Kondisi Geografis
Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa yang tergabung dalam
wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desa ini berbatasan
langsung dengan beberapa desa lain yang masih satu kecamatan maupun
dengan desa dari kecamatan yang berbeda. Sebelah utara berbatasan dengan
Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea, sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Babakan Kecamatan Dramaga, dan sebelah barat berbatasan
dengan Desa Cihideung Udik dan Cibanteng Kecamatan Ciampea. Desa
Cihideung Ilir terletak pada ketinggian 400 m di atas permukaan laut (dpl).
Suhu rata-rata harian desa ini mencapai 25-340C dengan curah hujan 24 mm
per tahun 1 . Warna tanah sebagian besar abu-abu dengan tekstur debuan.
Tanah yang tergolong ke dalam pesawahan mencapai 57.5 ha dengan rincian
sawah irigasi teknis sebanyak 40 ha, sawah irigasi ½ teknis sebanyak 2.5,
dan sawah tadah hujan sebanyak 15 ha. Desa Cihideung Ilir terdiri dari 25
Rukun Tetangga (RT) yang tergabung ke dalam 5 Rukun Warga (RW).
Struktur Kependudukan
Jumlah penduduk yang ada di Desa Cihideung Ilir adalah 9 386 orang.
Jumlah tersebut terbagi kedalam 4 862 orang atau 51.80% penduduk lakilaki dan 4 524 orang atau 48.19% penduduk perempuan. Jumlah kepala
keluarga ada 2 490 KK dengan kepadatan penduduk 51.43 jiwa/km2.
Halaman selanjutnya menyajikan Tabel 2 yang berisi jumlah penduduk
menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasarkan Tabel 2 dapat
dihitung umur median untuk menentukan struktur penduduk suatu wilayah
atau negara. Rusli (2010) menjelaskan penghitungan umur median dengan
menggunakan rumus. Berikut ini adalah rumus yang digunakan:
Um = BUm + [

1

]. k

Kemungkinan terjadi kesalahan penentuan curah hujan, dimana menurut data
Renstra Kota Bogor rata-rata curah hujan Bogor mencapai 3000-4000 mm per tahun.

14

Keterangan:
Um
: Umur median
BUm : Batas bawah umur dari kelompok umur yang diperkirakan terdapat
umur median
P
: Jumlah penduduk
fxm : Jumlah kumulatif penduduk hingga kelompok umur yang
diperkirakan terdapat umur median
fUm : Jumlah penduduk kelompok umur yang diperkirakan terdapat umur
median
k
: Interval kelompok umur
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut
diperoleh hasil bahwa umur median penduduk Desa Cihideung Ilir adalah
33.26 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa penduduk Desa
Cihideung Ilir termasuk struktur umur penduduk tua. Hal ini sesuai dengan
apa yang dijelaskan Rusli (2010) mengenai penggolongan umur median
sebagai berikut: struktur umur muda memiliki umur median dibawah 20
tahun, struktur umur intermediet memiliki umur median 20-29 tahun, dan
struktur umur tua memiliki umur median lebih dari 30 tahun.
Tabel 2 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok
Umur, di Desa Cihideung Ilir, tahun 2009
Usia (tahun)

Laki-laki

Perempuan

0-10

557

720

11-20

710

809

21-30

755

814

31-40

802

648

41-50

465

515

51-60

553

641

61-70

568

462

71+

221

160

Total

4.862

4.524

Sumber: data profil desa tahun 2009 (hasil olah data)
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Desa Cihideung Ilir meliputi
transportasi darat, komunikasi dan informasi, air bersih dan sanitasi,
peribadatan, olahraga, kesehatan, pendidikan, serta kebersihan. Terdapat
berbagai jalan yang bisa di akses di desa ini yaitu jalan desa beraspal dengan
panjang 1.2 km, jalan desa konblok/semen sepanjang 3 km, jalan antar desa
beraspal sepanjang 0.7 km, jalan kabupaten beraspal sepanjang 4 km, jalan
provinsi beraspal sepanjang 2 km, dan jembatan beton sebanyak sebelas unit.

15

Ada pun pangkalan ojek yang beroperasi di desa ini berjumlah dua unit.
Pada data desa tercatat 500 angkutan desa dan 100 ojek. Ada pun telepon
umum yang bisa digunakan terdapat satu unit, dan wartel sebanyak dua unit.
Penyedian air bersih di desa ini cukup terjamin. Menurut data desa terdapat
150 unit sumur pompa dan juga 2000 unit sumur gali yang tersebar di setiap
rumah penduduk atau fasilitas umum.
Desa ini juga memperhatikan mengenai sanitasi dengan berdirinya
lima unit MCK umum. Mayoritas masyarakat desa Cihideung Ilir beragama
Islam. Sarana peribadatan yang ada meliputi delapan buah masjid dan 18
buah langgar atau mushola. Adapun sarana olahraga yang dimiliki oleh
Desa Cihideung Ilir adalah enam buah lapangan bulu tangkis dan sepuluh
buah meja pingpong. Prasarana kesehatan masyarakat Desa Cihideung Ilir
yang telah dibangun adalah dua unit poliklinik desa, delapan unit posyandu,
satu unit praktek dokter, dan dua unit rumah bersalin. Tenaga kesehatan
yang turut membantu berjumlah 19 orang yang terdiri dari satu orang dokter
umum, satu orang dokter gigi, empat orang paramedis, lima orang dukun
bersalin terlatih, dua orang bidan, empat orang perawat dan dua orang
laboran kesehatan.
Desa ini juga memiliki sarana pendidikan seperti gedung SMA dan
SMP masing-masing sebanyak satu unit, gedung SD sebanyak empat unit,
gedung TK sebanyak dua unit, lembaga pendidikan agama sebanyak
delapan unit dan perpustakaan desa sebanyak satu unit. Sarana kebersihan
yang ada di Desa Cihideung Ilir meliputi Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) sebanyak dua lokasi, dengan jumlah gerobak sampah satu buah dan
tong sampah delapan buah. Sejumlah sarana dan prasarana yang telah
disebutkan di atas belum ada yang dikhususkan untuk lansia. Adapun sarana
kesehatan seperti poliklinik ditujukan untuk umum tidak ada sarana
kesehatan khusus lansia. Begitupun dengan sarana lain yang mendukung
kegiatan lansia.
Kondisi Sosial Budaya
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Cihideung Ilir adalah
bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Pada jenjang pendidikan seperti PAUD,
TK, SD bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Diluar
kegiatan itu, pada umumnya bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.
Adapun bahasa selain bahasa Sunda dan Indonesia yang digunakan hanya
sebatas pada penduduk pendatang. Hal ini juga bergantung dari etnis tiap
masyarakat. Etnis yang terdapat di Desa Cihideung Ilir diantaranya Minang,
Betawi, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Banjar, Makasar, Mandar, dan China.

16

Tabel 3 Jumlah laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan, di Desa
Cihideung Ilir, tahun 2009
Jenis pekerjaan
Petani
Buruh tani
Peternak
Buruh migran
Pegawai Negeri Sipil
Pengrajin industri rumah
tangga
TNI
POLRI
Pensiunan
PNS/TNI/POLRI
Pedagang keliling
Montir
Bidan swasta
Perawat swasta
Pembantu rumah tangga
Pengusaha
kecil
dan
menengah
Dukun kampung terlatih

Laki-laki (orang)
400
250
10
2
100

Perempuan (orang)
148
160
10
60

50

10

15
5

-

42

-

60
10
-

10
2
2
40

250

150

-

3

Dosen swasta
Karyawan
perusahaan
swasta
Karyawan
perusahaan
pemerintah
Total

10

5

300

200

20

5

1524

815

Sumber: data profil desa tahun 2009 (hasil olah data)
Masyarakat Desa Cihideung Ilir memiliki mata pencaharian yang
beragam mulai dari petani, buruh, pegawai kantor pemerintah dan swasta.
Seperti yang disajikan pada Tabel 3 yang berisikan jumlah penduduk lakilaki dan perempuan menurut jenis pekerjaan. Umumnya lansia yang ada di
Desa Cihideung Ilir sudah tidak bekerja lagi. Adapun beberapa lansia yang
masih bekerja adalah lansia yang tergolong lansia muda dengan kisaran usia
60-74 tahun. Lansia yang ada di desa ini hanya menghabiskan waktu untuk
memenuhi kebutuhan rohaninya dengan mengikuti pengajian rutin. Adapun
kegiatan lain yang dilakukan hanya sebatas diam di rumah, bercengkrama
dengan tetangga atau anggota keluarga lainnya. Menurut data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak desa, lansia umumnya
dihormati dan dirawat sendiri oleh anggota keluarganya. Anggota keluarga
yang merawat bisa anak, cucu, menantu, saudara kandung atau pasangan
kawin. Adapun lansia yang tinggal sendiri adalah lansia yang sudah tidak
memiliki anak atau pun saudara, sehingga tetangga sekitar yang turut
membantu perawatan.

17

Kelembagaan Sosial
Kelembagaan-kelembagaan yang ada di Desa Cihideung Ilir
diantaranya Karang Taruna, LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat),
BPD (Badan Perwakilan Desa) dan IKREMA (Ikatan Remaja Masjid).
Karang Taruna merupakan lembaga yang mewakili unsur pemuda di Desa
Cihideung Ilir. Lembaga ini tidak aktif seperti lembaga lain, dikarenakan
rendahnya sumberdaya manusia yang menyebabkan kepasifan lembaga ini
dalam beberapa kegiatan desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
merupakan sebuah lembaga yang bergerak dalam program pembangunan
desa baik fisik maupun non-fisik. Badan Perwakilan Desa adalah badan
legislatif tingkat desa yang merupakan perwakilan dari masyarakat. BPD
beranggotakan sepuluh orang. IKREMA sebagai lembaga yang
menggerakkan berbagai kegiatan keagamaan khususnya agama Islam, telah
memiliki kelompok marawis. Selain itu IKREMA juga sering memeriahkan
kegiatan hari besar agama Islam. Beberapa lansia ada yang masih turut serta
dalam kelembagaan desa dan umumnya adalah lansia laki-laki. Seperti
halnya Sekretaris desa yang menjabat adalah lansia yang sudah berumur
sekitar 70 tahun. Ada juga lansia yang bergabung dalam kepengurusan BPD,
LMD.
Pandangan Terhadap Lansia
Lansia yang ada di Desa Cihideung Ilir yang tergolong lansia
potensial umumnya masih banyak terlibat dalam berbagai aktivitas desa.
Seperti halnya lansia yang tergabung dalam kelembagaan desa misalnya
BPD, petugas desa dan LMD. Masyarakat memandang lansia sebagai orang
yang patut dihormati. Hal ini terlihat dari ditunjuknya lansia yang sudah
tergolong tua (75+) sebagai ketua DKM (Dewan Keluarga Mesjid).
Umumnya lansia dirawat oleh keluarganya, karena masyarakat
berpandangan selama masih ada anggota keluarga yang mengurus, lansia
adalah tanggung jawab keluarga. Lansia yang sudah tinggal sendiri
umumnya dirawat oleh masyarakat atau tetangga dekat. Lansia masih
dipandang penting dalam hal-hal tertentu. Lansia dipandang sebagai orang
yang sudah memiliki banyak pengalaman, oleh karenanya sering terlibat
dalam acara keagamaan, pernikahan dan kegiatan desa lainnya. Peran lansia
dalam kegiatan tersebut biasanya sebagai penasehat.

18

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi
responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, tipe keluarga, status
pekerjaan, status ekonomi, status sosial, dan status kepemilikan harta benda.
Lebih lengkapnya disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah lansia muda dan lansia tua berdasarkan karakteristik
Lansia, di Desa Cihideung Ilir, Tahun 2012
Lansia muda
Lansia tua
Karakteristik lansia
Persentase
Persentase
Jumlah

Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Tingkat pendidikan
Rendah
Sedang
Tinggi
Status perkawinan
Kawin
Duda
Janda
Status ekonomi
Rendah
Tinggi
Status sosial
Rendah
Tinggi
Struktur keluarga
Kepala keluarga
Anggota keluarga
Total

(%)

Jumlah

(%)

11
9

55
45

4
6

40
60

16
3
1

80
15
5

10
0
0

100
0
0

11
2
7

55
10
35

3
1
6

30
10
60

20
0

100
0

10
0

100
0

18
2

90
10

9
1

90
10

19
1

95
5
100

5
5

50
50
100

20

10

Golongan Umur
Lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah lansia
yang sudah berumur 60 tahun lebih, hal ini sesuai dengan penetapan umur
lansia di Indonesia. Rata-rata umur lansia yang ada di desa penelitian adalah
71.4 tahun. Lansia digolongkan menjadi lansia muda yaitu lansia yang
berada pada kelompok umur 60-74 tahun, dan lansia tua yang berada pada
kelompok umur 75 tahun lebih. Mayoritas lansia yang menjadi responden
adalah lansia muda dengan proporsi 20 orang atau 67% dari total
keseluruhan responden. Umur lansia yang menjadi responden dalam
penelitian ini memang beragam mulai dari 60 tahun hingga 91 tahun.
Mayoritas berada pada golongan umur 60-70 tahun. Berdasarkan jenis

19

kelamin, lansia laki-laki lebih banyak berada pada golongan lansia muda,
sebaliknya lansia perempuan lebih banyak pada golongan lansia tua.
Pendidikan Lansia
Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang lansia yang menjadi
responden, mayoritas tingkat pendidikan lansia yaitu sebanyak 60% adalah
tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD. Menurut penuturan responden,
hal ini disebabkan oleh status ekonomi yang rendah dan juga alasan
keamanan yang pada saat itu masih zaman penjajahan Belanda dan Jepang.
Sebagian responden mengaku hanya bersekolah agama dibandingkan
sekolah formal. Lansia yang pernah mengenyam pendidikan formal
walaupun tidak sampai tamat, mengaku bisa menulis dan membaca. Adapun
lansia yang hanya bersekolah agama tanpa mengenyam pendidikan formal
hanya bisa membaca dan menulis arab. Oleh karena itu, tingkat pendidikan
lansia di RW 04 dan RW 05 Desa Cihideung Ilir masih tergolong rendah.
Pendidikan juga mempengaruhi jenis pekerjaan yang pernah mereka jalani
sebelum masuk usia lanjut. Lansia laki-laki lebih banyak berprofesi sebagai
supir angkutan barang. Adapun lansia perempuan lebih banyak yang
menjadi buruh pabrik. Hanya sebagian kecil dari mereka yang bekerja di
instansi pemerintahan dan militer. Oleh karenanya, di masa tua mereka tidak
memiliki uang simpanan atau uang pensiun.
Status Perkawinan
Status perkawinan lansia digolongan menjadi janda, duda dan kawin.
Status perkawinan janda maupun duda dapat juga dikatakan cerai mati atau
cerai hidup. Hasil wawancara dengan responden menunjukan bahwa 13
(43%) orang lansia adalah janda atau cerai mati, 14 (47%) orang masih
kawin artinya masih punya pasangan dan 3 (10%) orang yang berstatus duda
karena cerai mati. Pada umumnya lansia yang berstatus janda tinggal
bersama anaknya, baik dengan anak perempuan maupun dengan anak lakilaki yang sudah menikah. Lansia muda umumnya masih berstatus kawin
dengan presentase 55%. Tidak sedikit lansia muda yang berstatus janda
dengan persentase 35%. Status perkawinan pada lansia tua lebih didominasi
oleh lansia yang berstatus janda dengan presentase 60% dibandingkan
dengan lansia berstatus kawin dan duda.
Status Ekonomi
Status ekonomi pada lansia dilihat dari sejumlah pertanyaan yang
mengarahkan pada kondisi perekonomian secara menyeluruh. Pertanyaan
yang diajukan sama dengan pertanyaan pada status sosial yakni jenis
pertanyaan tertutup dengan jawaban ya atau tidak. Ada juga pertanyaan
tambahan mengenai keadaan perumahan, kepemilikan barang-barang dan
juga kepemilikan lahan. Pada pertanyaan tertutup terdapat tujuh pertanyaan
yang diajukan. Pengukuran status ekonomi dimulai dengan pertanyaan
“Apakah lansia menjadi sumber pendapatan dalam keluarga?”. Sebanyak 17
orang lansia menjawab tidak dan sisanya 13 orang menjawab iya. Lansia

20

yang menjadi sumber pendapatan dalam keluarga berada dalam kategori
lansia muda. Rata-rata pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang
berpenghasilan rendah seperti buruh bangunan, buruh pabrik, pedagang dan
so