Analisis Bakteri Escherichia coli Pada Air Sumur Yang Akan Digunakan Sebagai Air Minum

(1)

Lampiran 1 Gambar Alat dan Bahan Gambar 1 Inkubator 44˚C


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 3

Tabel perkiraan Terdekat Jumlah (MPN) Koliform, untuk kombinasi Porsi : 5 x 10 mL, 5 x 1 mL, 5 x 0,1 mL dengan 95% batas kepercayaan

Jumlah tabung yang positif

MPN/100mL

95% batas kepercayaan 5 tabung 10 mL 5 tabung 1 mL 5 tabung 0,1 ml Lebih rendah Lebih Tingggi

0 0 0 <1,8 - 6,8

0 0 1 1,8 0,090 6,8

0 1 0 1,8 0,090 6,9

0 1 1 3,6 0,70 10

0 2 0 3,7 0,70 10

0 2 1 5,5 1,8 15

0 3 0 5,6 1,8 15

1 0 0 2,0 0,10 10

1 0 1 4,0 0,70 10

1 0 2 6,0 1,8 15

1 1 0 4,0 0,71 12

1 1 1 6,1 1,8 15

1 1 2 8,1 3,4 22

1 2 0 6,1 1,8 15

1 2 1 8,2 3,4 22

1 3 0 8,3 3,4 22

1 3 1 10 3,5 22

1 4 0 10 3,5 22

2 0 0 4,5 0,79 15

2 0 1 6,8 1,8 15

2 0 2 9,1 3,4 22

2 1 0 6,8 1,8 17

2 1 1 9,2 3,4 22

2 1 2 12 4,1 26

2 2 0 9,3 3,4 22

2 2 1 12 4,1 26

2 2 2 14 5,9 36

2 3 0 12 4,1 26

2 3 1 14 5,9 36

2 4 0 15 5,9 36

3 0 0 7,8 2,1 22

3 0 1 11 3,5 23

3 0 2 13 5,6 35

3 1 0 11 3,5 26


(7)

3 1 2 17 6,0 36

3 2 0 14 5,7 36

3 2 1 17 6,8 40

3 2 2 20 6,8 40

3 3 0 17 6,8 40

3 3 1 21 6,8 40

3 3 2 24 9,8 70

3 4 0 21 6,8 40

3 4 1 24 9,8 70

3 5 0 25 9,8 70

4 0 0 13 4,1 35

4 0 1 17 5,9 36

4 0 2 21 6,8 40

4 0 3 25 9,8 70

4 1 0 17 6,0 40

4 1 1 21 6,8 42

4 1 2 26 9,8 70

4 1 3 31 10 70

4 2 0 22 6,8 50

4 2 1 26 9,8 70

4 2 2 32 10 70

4 2 3 38 14 100

4 3 0 27 9,9 70

4 3 1 33 10 70

4 3 2 39 14 100

4 4 0 34 14 100

4 4 1 40 14 100

4 4 2 47 15 120

4 5 0 41 14 100

4 5 1 48 15 120

5 0 0 23 6,8 70

5 0 1 31 10 70

5 0 2 43 14 100

5 0 3 58 22 150

5 1 0 33 10 100

5 1 1 46 14 120

5 1 2 63 22 150

5 1 3 84 34 220

5 2 0 49 15 150

5 2 1 70 22 170

5 2 2 94 34 230

5 2 3 120 36 250

5 2 4 150 58 400


(8)

5 3 1 110 34 250

5 3 2 140 52 400

5 3 3 170 70 400

5 3 4 210 70 400

5 4 0 130 36 400

5 4 1 170 58 400

5 4 2 220 70 440

5 4 3 280 100 710

5 4 4 350 100 710

5 4 5 430 150 1100

5 5 0 240 70 710

5 5 1 350 100 710

5 5 2 540 150 1700

5 5 3 920 220 2600

5 5 4 1600 400 4600


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima.. (2013). Tingkat Kualitas Bakteriologis Air Bersih. ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view/768. Diakses tanggal 19 April 2013.

Anonimb. (2013)

Diakses 6 Maret 2013.

Chandra, B. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 45.

Fardiaz, S. (1992). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 68, 74-76.

Lay, W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 123-124.

Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 57-58, 63.

Muslimin, L. (1996). Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta: Kantor PPLH. Halaman 17.

Pitoji, S. (2002). Deteksi Pencemar Air Minum. Demak: CV Aneka Ilmu. Halaman 2-3, 32-33.

Suriawiria, U. (1996). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: Alumni. Halaman 70-72.

Sutrisno, T. (2010). Teknologi Penyedian Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 17, 20-23.

Volk, W. (1988). Mikrobioogi Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 43.


(10)

BAB III

METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat

Analisa bakteri Escherichia coli pada air sumur yang akan digunakan sebagai air minum dilakukan di Laboratorium Biologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) yang bertempat di Jalan K.H. Wahid Hasyim No.15 Medan.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel

Sampel merupakan air sumur galian di pemukiman warga yang jaraknya >100M dari tempat pembuangan tinja atau septic tank di Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Organoleptis sampel: tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.

3.2.2 Alat

1. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media terdiri dari autoklaf, beaker glass, hot plate, magnetic stirrer, neraca analitis, pipet volum, petri, dan spatula.

2. Peralatan yang digunakan untuk pengujian terdiri dari bola karet, inkubator 350C, inkubator 440C, jarum ose, lampu Bunsen, oven, pipet volume, rak tabung, tabung durham dan tabung reaksi.

3.2.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari aquadest, Media Lauryl Sulfit Broth, Media EC Broth, dan Media Tryptone.


(11)

3.3 Prosedur

3.3.1 Pembuatan Media

1. Media Lauryl Sulfit Broth Tebal

Ditimbang seksama media Lauryl Broth sebanyak 106,8 gr. Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam aquadest.sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 5 ml. Disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.

2. Pembuatan Media Lauryl Sulfit Broth Tipis

Ditimbang seksama media Lauryl Broth sebanyak 35,6 gr. Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam aquadest.sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 10 ml. Disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.

3. Media EC Broth

Ditimbang seksama media EC Broth sebanyak 37 gr. Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam aquadest.sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham


(12)

masing-masing 10 ml. Disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.

4. Media Tryptone

Ditimbang seksama media Tryptone sebanyak 15 gr. Dimasukkan kedalam beker gelas, dilarutkan kedalam aquadest.sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai larut. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 10 ml. Disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah dingin disimpan ditempat yang bersih dan kering.

3.3.2 Uji Perkiraan

a) Disiapkan sebanyak 5 tabung reaksi yang telah berisi media Lauryl Broth tebal dan sebanyak 10 tabung reaksi yang telah berisi media Lauryl Broth tipis.

b) Tabung kemudian disusun pada rak tabung, masing-masing diberi tanda sebagai berikut:

• Nomor sampel • Volume sampel


(13)

d) Dimasukkan sampel dengan cara dipipet sebanyak 10 ml kedalam tabung berisi Lauryl Broth tebal. Kemudian, 1 ml kedalam tabung Lauryl Broth tipis sebanyak 5 tabung, dan sisanya 0,1 ml atau 2 tetes.

e) Masukkan seluruh tabung kedalam inkubator pada suhu 35oC selama 2x24 jam.

f) Selanjutnya, diamati pembentukan gas yang terjadi didalam tabung durham.

g) Catat tabung yang dinyatakan positif dengan terbentuknya gas. Selanjutnya dilakukan uji penegasan.

3.3.3 Uji Penegasan

1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji perkiraan, diinokulasikan kedalam tabung yang berisi media Tryptone masing-masing satu sampai dua ose dilakukan secara aseptis.

2. Diinkubasi pada suhu 44oC selama 2x24 jam.

3. Setelah 48 jam, dilakukan pengamatan dengan meneteskan larutan Kovaks sebanyak 1 ml, kemudian diamati tabung yang menghasilkan cincin berwarna merah sempurna (dinyatakan positif)

4. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang positif. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN.


(14)

3.3.4 Persyaratan

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang

diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni/100 ml.


(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel 1: Hasil Pengamatan Bakteri E Coli

Jenis sampel Nomor sampel Test Perkiraan E coli MPN Air Sumur 14/B/AB/01/2013 5-4-0 5-4-0 130

4.2 Pembahasan

Pada analisa bakteri Escherichia coli pada sampel 14/B/AB/01/2013 tidak memenuhi syarat karena seharusnya pada air sumur yang akan digunakan sebagai kebutuhan sehari hari (air minum) harus bernilai 0 dan tidak diizinkan mengandung bakteri Escherichia coli. Pada sampel ini ditemukan Escherichia coli dengan angka MPN mencapai 130. Hal ini mungkin disebabkan oleh tempat pengambilan sampel yang dekat dengan pembuangan tinja atau terlalu dekat dengan perembesan air dari wc ke sumur.

Mengacu pada parameter kualitas air menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa untuk parameter mikrobiologi bakteri Escherichia coli jumlah maksimum adalah 0 koloni. Dikarenakan untuk standar baku mutu air bersih menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 jumlah Escherichia coli tidak boleh lebih dari sama dengan 0 koloni maka hal ini berarti air tersebut tidak boleh tercemar oleh bakteri Escherichia coli. Dan juga persyaratan bakteriologis lainnya yang harus dipenuhi oleh air (digunakan untuk konsumsi) adalah tidak


(16)

mengandung bakteri patogen seperti golongan coli, Salmonella typhii, Shigella dysenteriae, dan Vibrio cholera (Pitojo, 2002).

Bakteri Escherichia coli berasal dari tinja. Oleh karena itu kehadiran bakteri ini dalam berbagai tempat, mulai dari air minum, bahan makanan ataupun bahan-bahan lain untuk keperluan manusia sangat tidak diharapkan dan bahkan sangat dihindari. Namun, disisi lain bakteri ini juga dibutuhkan oleh tubuh namun dalam jumlah ambang batas yang ditentukan. Oleh karena itu, kehadiran bakteri ini dalam jumlah tertentu didalam suatu benda, misalnya air dan bahan makanan, sudah merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit lainnya. Maka, jadilah bakteri Escherichia coli sebagai nilai penentu kualitas suatu bahan atau benda terhadap ada tidaknya pencemaran fekal. Penentuan kualitas suatu bahan, khususnya air minum, bahan makanan, obat-obatan, tidak saja dilakukan secara fisik dan kimia, tetapi juga secara biologis atau secara bakteriologis (Suriawiria, 2005).


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan

untuk parameter Escherichia coli pada air sumur yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari (mis:air minum) adalah 0. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel dengan etiket 14/B/AB/01/2013 tidak memenuhi syarat karena hasil yang diperoleh adalah 130 melebihi batas maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Escherichia coli pada air minum yaitu 0 mg/l.

5.2 Saran

Sebelum melakukan analisa, sebaiknya harus memahami metode, prinsip kerja, dan prosedur analisa serta pengerjaan secara aseptis sangat dibutuhkan. Ini dikarenakan supaya tidak terjadi kesalahan saat melakukan analisis dan meminimalisir tumbuhnya mikroorganisme lain akibat kekurang sterilan dalam pengerjaan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Pengguaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Di Indonesia, umumnya sumber air minum berasal dari air permukaan (surface water), air tanah (ground water), air tawar, dan air hujan (Mulia, 2005).

Anggapan dari sebagian masyarakat bahwa air bening itu adalah air bersih dan air yang bersih itu adalah air sehat serta layak untuk dikonsumsi sebagai air minum. Anggapan tersebut tidak selalu benar dan perlu diluruskan. Air yang kelihatannya bening menurut ukuran visual belum tentu bersih, dan air yang kelihatannya bersihpun belum tentu memenuhi kriteria air sehat yang dapat langsung dikonsumsi. Menurut ketetapan pemerintah bahwa air minum harus memenuhi persyaratan kualitas tertentu yaitu tidak berwarna, tidak berbau, rasanya dapat diterima oleh pengguna, serta kandungan zat zat tertentu didalam air tersebut tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan demi keamanan konsumen (Pitojo, 2002).


(19)

2.2 Air Minum

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Hal inilah yang secara prinsip membedakan kualitas yang harus dimiliki antara air bersih dan air minum. Kualitas air minum setingkat lebih tinggi daripada kualitas air bersih ditinjau dari beberapa komponen pendukungnya. Air minum menurut kandungan kolitinja yaitu sejenis bakteri patogen yang berkembang biak, dibedakan dalam 5 kategori yaitu:

a. Air minum kelas A kategori baik adalah tidak mengandung koli atau koliform.

b. Air minum kelas B kategori kurang baik mengandung kolitinja 1-10/1-50 koliform.

c. Air minum kelas C kategori jelek mengandung kolitinja 10-50/51-100 koliform.

d. Air minum kelas D kategori amat jelek mengandung kolitinja 51-100/101-1000 koliform

e. Air minum kelas E kategori sangat jelek yang mengandung kolitinja >100/ >1000 koliform.

Air minum kategori A adalah yang langsung dapat diminum, dan air murni kategori B, C, D, serta E, harus diperlakukan agar tidak mengandug kolitinja dan koliform, dan sebelum diminum harus dimasak hingga mendidih untuk mematikan bakteri yang merugikan tersebut (Pitojo, 2002).


(20)

2.2.1 Syarat-syarat Air Minum

Pada umumnya ditentukan pada beberapa standar yaitu kondisi negara masing-masing, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi. Dari segi kualitas air minum harus memenuhi

a) Syarat Fisik, meliputi air tak boleh berwarna, tak berasa, tak berbau, suhu air hendaknya dibawah sela udara, dan harus jernih. Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum di mana dilakukan penyaringan dalam pengolahannnya.

b) Syarat kimia, yaitu air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas telah ditentukan.

c) Syarat bakteriologik, yaitu air minum tidak boleh mengandung bakteri bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air. Bakteri golongan Coli berasal dari usus besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada di dalam air antara lain bakteri tipsum, vibrio colerae, bakteri dysentriae, entamoeba bystolotica dan bakteri enteritis (penyakit perut). Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaa bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator golongan Coli (Sutrisno, 2010).


(21)

Air yang dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri. Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan melalui air disebut sebagai waterbone disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. Beberapa penyakit yang ditularan melalui air ini di dalam penularannya terkadang membutuhkan hospes, biasa disebut sebagai aquatic host (Sutrisno, 2010).

Untuk menetapkan standard air yang bersih tidaklah mudah, karena tergantung pada banyaknya faktor penentu yaitu:

o Air merupakan tempat berkembang biaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen.

o Air yang sudah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air pembersih, sedangkan air bersih sudah tidak mencukupi sehingga kebersihan manusia dan lingkungan tidak terjamin yang pada akhirnya menyebabkan manusia mudah terserang penyakit (Wardhana, 2004).

2.3 Air Tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Salah satu contoh air tanah adalah sumur. Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak dipergunakan masyarakat, karena ± 45% masyarakat mempergunakan


(22)

jenis sarana air bersih ini. Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor. Ada beberapa macam sumur gali yaitu:

1) Sumur beton merupakan sumur kerekan dengan kontruksi dari batu bata dan diplester memiliki bawah air tidak mudah masuk secara langsung kedalam sumur, pencemaran yang terjadi berasal dari septic tank, yaitu bila jarak antara sumur dan septic tank terlalu dekat atau bangunannya tidak memenuhi syarat.

2) Sumur non beton yaitu hanya menggunakan kontruksi cadas, selain mudah terkontaminasi oleh bahan bangunan dari segi keselamatan juga kurang baik. Air yang banyak membawa kotoran dengan leluasa dapat masuk kedalam sumur,karena cadas mempunyai kerapatan partikel tanah yang longgar.

3) Sumur suntik hanya mnggunakan pipa dengan kedalaman tertentu. Sumur sehat minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: pertama, syarat lokasi atau jarak. Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir, jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya. Kedua, syarat konstruksi. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi dinding sumur, bibir sumur, serta lantai sumur. Ketiga, dinding sumur gali. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/


(23)

pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.

Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah. Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah.

Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau. Keempat, bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain: Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air, setinggi minimal 70 cm, untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan. Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir. Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus


(24)

dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur (Anonim, 2013).

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal didaerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Menurut Chandra (2012) secara teknis sumur dibagi menjadi 2 jenis:

1. Sumur dangkal adalah sumur yag memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan diatas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah.

2. Sumur dalam adalah sumur yang memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembuatan sumur dangkal menurut Sutrisno (2010):

a. Sumur harus diberi tembok rapat air 3 m dari muka tanah , agar pengotoran oleh air permukaan dapat dihindarkan.

b. Sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air selebar 1-1,5 m untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar.

c. Pada lantai harus diberi saluran pembuangan air kotor, agar air kotor dapata tersalurkan dan tidak akan mengotori sumur ini.

d. Pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian air dipompa ke luar. e. Pada bibir sumur, hendaknya diberi tembok pengaman setinggi 1 meter.

Air tanah ini dapat pada kedalaman 15 m sebagai sumur untuk air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik.


(25)

Kualitas air tanah dalam menurut Sutrisno (2010) adalah pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.

2.4 Bakteri

Bakteri termasuk kelompok utama dalam prokariot. Bakteri adalah uniseluler. Proses reproduksinya dengan pembelahan sel. Bakteri terbungkus oleh dinding sel. Fungsi dari dinding sel adalah sebagai pelindung tekanan osmotic dari dalam. Tanpa adanya dinding sel, tekanan dari bahan-bahan sitoplasma akan menekan sel dan dapat menyebabkan pecahnya sel. Ketebalan dinding sel bakteri sekitar 200-300 A (Muslimin, 1996).

Pada umumnya bakteri menurut Volk (1988), dikenal dalam tiga bentuk yang berbeda; oleh sebab itu berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu: kokus (bulat), basil (silinder/batang), dan spiral (batang melengkung atau melingkar). Bakteri berbentuk bulat memiliki diameter rata-rata 1 cm atau kurang dari itu. Bakteri berbentuk batang atau lengkung memiliki panjang sekitar 2-5 cm dengan diameter sekitar 0,5-1 cm. Sel-sel bakteri berbentuk bulat dan batang seringkali membentuk kumpulan atau koloni sel.

Menurut Fardiaz (1992), bakteri koliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu: (1) koliform fekal, misalnya Escherichia coli, dan (2) koliform non fekal, misalnya Enterobacter aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia.


(26)

2.4.1 Analisis Kelompok Bakteri Koliform dengan Metode MPN

Dalam metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum digunakan kelompok koliform sebagai indikator. Bakteri indikator adalah bakteri yang keberadaanya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh manusia. Kelompok koliform mencakup bakteri yang bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif, bakteri gram negatif, dan tidak membentuk spora. Kelompok koliform fekal mampu menghasilkan gas dalam kaldu E.C dalam waktu 24 jam pada suhu 44.5˚C. Metode MPN merupakan uji deretan bung yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingg diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Jumlah koliform ini bukan penghitungan yang tepat namun merupakan angka yang sebenarnya. Uji ini diawali dengan memasukkan 10 ml cairan dari sampel ke dalam lauryl tryptose broth (Lay, 1994).

Ada 2 pengujian yang dilakukan dalam pengujian total bakteri koliform yaitu:

1. Uji Penduga/Perkiraan yaitu 7 tabung dan 15 tabung, dilakukan pengambilan contoh dalam jumlah yang besar, yaitu10 ml untuk tabung seri pertama, terutama untuk contoh-contoh yang diduga kandungan koliformnya kecil. Media yang digunakan pada uji ini adalah Lactose Broth dan E.C broth. Inkubasi dilakukan pada suhu 35˚C selama 2x24 jam dan tabung dinyatakn positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume didalam tabung Durham. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri (Fardiaz, 1992).


(27)

2. Uji Penguat/Uji Penegasan yaitu uji yang dilakukan untuk meneguhkan atau menegaskan bahwa gas yang terbentuk disebabkan oleh kerja sama beberapa spesies sehingga menghasilkan gas. Uji koliform asal tinj dilakukan bila ingin mengetahui bahwa kuman koliform yang diperoleh termasuk koliform asal tinja. Untuk koliform asal-tinja, inokulasi dilakukan dengan media E.C yang diinkubasi pada suhu 44.5˚C selama 24 jam. Pembentukan gas dalam tabung menunjukkan hasil positif. Media dan suhu inkubasi menyuburkan kuman yang diseleksi, baik dalam uji peneguhan maupun uji koliform asal tinja (Lay, 1994).

2.4.2 Uji Kualitatif Koliform

Uji yang dilakukan untuk mengetahui jenis koliform yang terdapat di dalam contoh adalah uji IMViC, yang merupakan singkatan dari uji Indol, Methyl Red, Voges-Proskaeur dan Citra-te. Dari suspense bakteri yang dibuat pada uji lengkap, masing-masing diinokulasikan menggunakan jarum Os eke dalam tiga tabung yang masing-masing berisi medium yang berbeda, yaitu:

1. Trypthone Broth untuk uji Indol

2. MR-VP Broth (Proteose Broth) untuk uji merah metal dan Voges-Proskauer

3. Koser Citrate Medium untu uji penggunaan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon (Fardiaz, 1992).


(28)

2.5 Uji Indol

Bakteri yang tergolong dalam grup fekal dapat memecah asam amino triptofan, dan menghasilkan suatu senyawa berbau busuk yang disebut indol. Bakteri yang telah ditumbuhkan di dalam medium mengandung triptofan, kemudian diberi 3-5 tetes pereaksi Kovacs yang mengandung amil alkohol, atau diberi Kristal asam oksalat. Adanya indol akan menyebabkan amil alkohol berubah warnanya menjadi merah tua, atau warna kristal asam oksalat. Adanya indol akan menyebabkan amil alkohol berubah warna menjadi merah tua, atau warna Kristal oksalat menjadi merah muda. Uji yang menggunakan penunjuk amil alkohol disebut metode Kovaks. Reagens bereaksi dengan indol dan menghasilkn senyawa yang tidak larut dalam air dan berwarna merah pada permukaan medium (Fardiaz, 1992).


(29)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia. Sekitar tiga per empat dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun yang dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada permasalahan yang hampir sama yaitu keamanan air minum bagi kesehatan masyarakat. Anggapan dari sebagian masyarakat bahwa air bening itu adalah air bersih dan air yang bersih itu adalah air sehat serta layak untuk dikonsumsi tidaklah selalu benar. Air yang kelihatan bening secara visual belum tentu bersih, dan air yang keihatannya bersihpun belum tentu memenuhi kriteria sehat yang dapat langsung dikonsumsi (Pitojo, 2002).

Sebagai usaha penyediaan air bersih dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat melakukan suatu usaha dengan swadaya dana masyarakat sendiri yaitu dengan membuat sumur gali. Berdasarkan data yang ada, sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum. Sekitar 45% masyarakat di Indonesia menggunakan sumur sebagai sarana air bersih, dan dari 45% yang menggunakan sarana sumur tersebut, diperkirakan sekitar 75% menggunakan jenis sumur gali (Chandra, 2007).


(30)

Air minum harus memenuhi standar yaitu persyaratan fisik, kimia dan biologis, karena air minum yang tidak memenuhi standar kualitas dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Escherichia coli merupakan indikator pencemaran air. Hal yang menyebabkan menurunnya kualitas air sumur gali diantaranya jumlah Escherichia coli pada air sumur diluar ambang. batas maksimum. Kandungan Escherichia coli pada air sumur yang dipakai mempunyai peranan besar dalam penularan berbagai penyakit. Keadaan kualitas air yang jelek dan manajemen pengaturan limbah padat (manure) maupun limbah cair (air buangan) yang kurang memadai, letak sumur yang terlalu dekat (+2 m) dengan tumpukan kotoran hewan (manure) dan pembuangan tinja, pada dasarnya disebabkan oleh ketidakcermatan manusia dalam mengatur kebersihan (Siswono, 2001).

Kehadiran bakteri patogen menjadi suatu hal yang sangat penting dalam hal penentuan kualitas air bersih. Karena apabila air yang sudah tercemar oleh bakteri patogen dan air tersebut digunakan oleh manusia maka dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan. Dalam jangka pendek, kualitas air yang tercemar bakteri patogen dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau disentri (Siswono, 2001).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk memilih judul “Analisa Bakteri Escherichia coli pada Air Minum yang diperoleh dari Air Sumur Galian” , agar dapat diketahui apakah air sumur yang terletak didaerah Padang Sidempuan memenuhi persyaratan yang


(31)

telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010.

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari analisa bakteri Escherichia coli pada air sumur yang akan digunakan sebagai air minum adalah untuk mengetahui jumlah bakteri Escherichia coli dari air sumur yang akan dianalisa melalui metode MPN (Most Probably Number) memenuhi persyaratan atau tidak.

1.2.2 Manfaat

Analisa bakteri Escherichia coli pada air sumur yang akan digunakan sebagai air minum adalah agar dapat mengetahui jumlah bakteri Escherichia coli dari air sumur yang akan dianalisa melalui metode MPN (Most Probably Number) memenuhi persyaratan atau tidak.


(32)

“ANALISA BAKTERI E COLI PADA AIR SUMUR YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI AIR MINUM”

Abstract

Clean water is good water is fit for use as drinking water. The purpose of writing this final project is to determine the pathogenic bacteria Escherichia coli it is contained in water wells and determine the quality and feasibility of bore well water in residential areas that were located> 100M from excreta disposal or septic tank in Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Well water is used as a raw water for the daily needs of the drinking water. Drinking water are pathogenic bacteria Escherichia coli, is quite dangerous for the health. Analysis of Escherichia coli bacteria carried by several stages of testing, among others, estimate test (presumptive test) and confirmation test (confirmed test). On the results of biological tests found the bacteria Escherichia coli and beyond the normal limit of 130 is not in accordance with the quality standards set by the Regulation of the Minister of Health NO.492/MENKES/PER/IV/2010 that the maximum allowable levels for E.coli parameters on drinking water is 0 colonies per 100 ml.


(33)

Abstrak

Air bersih adalah air yang baik yang layak digunakan sebagai air minum. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bakteri patogen dalam hal ini adalah Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur warga dan mengetahui kualitas serta kelayakan air sumur galian di pemukiman warga yang jaraknya >100M dari tempat pembuangan tinja atau septic tank di Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Air sumur ini digunakan sebagai air baku untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu air minum. Bakteri patogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan. Analisis bakteri Escherichia coli dilakukan dengan beberapa tahap pengujian yaitu antara lain uji perkiraan (presumptive test) dan uji penegasan (confirmed test). Pada hasil uji biologis ditemukan bakteri Escherichia coli dan melebihi ambang batas normal yaitu 130 tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni per 100 ml. Kata kunci : Tujuan, tahap pengujian, Escerichia coli, hasil.


(34)

ANALISIS BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR

SUMUR YANG AKAN DIGUNAK SEBAGAI AIR MINUM

TUGAS AKHIR

OLEH:

PUTRI M. MANURUNG

NIM 102410061

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(35)

(36)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Bakteri Escherichia coli Pada Air Sumur Yang Akan Digunakan Sebagai Air Minum”. Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Salah satu parameter air minum adalah tidak ditemukannya bakteri Escherichia coli di dalam air sumur yang akan diolah dan dikonsumsi menjadi air minum. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah bakteri Escherichia coli yang terdapat dari air sumur galian yang akan diolah menjadi air minum.

Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh pengertian hingga Tugas Akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.


(37)

5. Bapak Erlan Aritonang, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan dan Staf Laboratorium Kimia di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang mendidik dan berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Sahabat-sahabatku (Astri, Vhany, Farida Hanum, Wahyu Tri Utari, Duma Sari Okta Viani, Tri Yaninta, Puji Nurani, Dian Ramadhina, Yossi Christine) yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

8. Teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2010 yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Kaman Manurung dan Marsitta Siallaga yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang dari kecil hingga saat ini, memberikan motivasi, doa, dan restu serta materi yang tak ternilai harganya dengan apapun. Beserta abangku tersayang Harry Prayudha Manurung, Kakakku tersayang Inke Dasma Manurung, serta adikku Tersayang Ade Putra Manurung.

Penulis menyadari bahwa isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu dengan senang hati


(38)

penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Mei 2013 Penulis,

Putri Mariana Manurung NIM 102410061


(39)

“ANALISA BAKTERI E COLI PADA AIR SUMUR YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI AIR MINUM”

Abstract

Clean water is good water is fit for use as drinking water. The purpose of writing this final project is to determine the pathogenic bacteria Escherichia coli it is contained in water wells and determine the quality and feasibility of bore well water in residential areas that were located> 100M from excreta disposal or septic tank in Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Well water is used as a raw water for the daily needs of the drinking water. Drinking water are pathogenic bacteria Escherichia coli, is quite dangerous for the health. Analysis of Escherichia coli bacteria carried by several stages of testing, among others, estimate test (presumptive test) and confirmation test (confirmed test). On the results of biological tests found the bacteria Escherichia coli and beyond the normal limit of 130 is not in accordance with the quality standards set by the Regulation of the Minister of Health NO.492/MENKES/PER/IV/2010 that the maximum allowable levels for E.coli parameters on drinking water is 0 colonies per 100 ml.


(40)

Abstrak

Air bersih adalah air yang baik yang layak digunakan sebagai air minum. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bakteri patogen dalam hal ini adalah Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur warga dan mengetahui kualitas serta kelayakan air sumur galian di pemukiman warga yang jaraknya >100M dari tempat pembuangan tinja atau septic tank di Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Air sumur ini digunakan sebagai air baku untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu air minum. Bakteri patogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan. Analisis bakteri Escherichia coli dilakukan dengan beberapa tahap pengujian yaitu antara lain uji perkiraan (presumptive test) dan uji penegasan (confirmed test). Pada hasil uji biologis ditemukan bakteri Escherichia coli dan melebihi ambang batas normal yaitu 130 tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni per 100 ml. Kata kunci : Tujuan, tahap pengujian, Escerichia coli, hasil.


(41)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Air Minum ... 5

2.2.1 Syarat-syarat Air Minum ... 6

2.3 Air Tanah ... 7

2.4 Bakteri ... 11


(42)

2.4.2 Uji Kualitatif Koliform ... 13

2.5 Uji Indol ... 14

BAB III METODE PENGUJIAN ... 15

3.1 Tempat ... 15

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 15

3.3 Prosedur ... 16

3.3.1 Pembuatan Media ... 16

3.3.1.1 Pembuatan Media LSB (Tebal) ... 16

3.3.1.2 Pembuatan Media LSB (Tipis) ... 16

3.3.1.3 Pembuatan Media EC Broth ... 17

3.3.1.4 Pembuatan Media Tryptone ... 17

3.3.2 Uji Perkiraan ... 17

3.3.3 Uji Penegasan ... 18

3.3.4 Persyaratan ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil ... 20

4.2 Pembahasan ... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

5.1 Kesimpulan ... 22

5.2 Saran ... 22


(43)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Inkubator 44˚C ... 24 Gambar 2 Media Tryptone ... 24


(44)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Permenkes No. 492 Tahun 2010 ... 25 Lampiran 2 Tabel MPN Koliform Kombinasi ... 29


(45)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Hasil Pengamatan Bakteri Koliform ... 22


(1)

Abstrak

Air bersih adalah air yang baik yang layak digunakan sebagai air minum. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bakteri patogen dalam hal ini adalah Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur warga dan mengetahui kualitas serta kelayakan air sumur galian di pemukiman warga yang jaraknya >100M dari tempat pembuangan tinja atau septic tank di Desa Mampang Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Jaya. Air sumur ini digunakan sebagai air baku untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu air minum. Bakteri patogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan. Analisis bakteri Escherichia coli dilakukan dengan beberapa tahap pengujian yaitu antara lain uji perkiraan (presumptive test) dan uji penegasan (confirmed test). Pada hasil uji biologis ditemukan bakteri Escherichia coli dan melebihi ambang batas normal yaitu 130 tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni per 100 ml. Kata kunci : Tujuan, tahap pengujian, Escerichia coli, hasil.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Air Minum ... 5

2.2.1 Syarat-syarat Air Minum ... 6


(3)

2.4.2 Uji Kualitatif Koliform ... 13

2.5 Uji Indol ... 14

BAB III METODE PENGUJIAN ... 15

3.1 Tempat ... 15

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 15

3.3 Prosedur ... 16

3.3.1 Pembuatan Media ... 16

3.3.1.1 Pembuatan Media LSB (Tebal) ... 16

3.3.1.2 Pembuatan Media LSB (Tipis) ... 16

3.3.1.3 Pembuatan Media EC Broth ... 17

3.3.1.4 Pembuatan Media Tryptone ... 17

3.3.2 Uji Perkiraan ... 17

3.3.3 Uji Penegasan ... 18

3.3.4 Persyaratan ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil ... 20

4.2 Pembahasan ... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

5.1 Kesimpulan ... 22

5.2 Saran ... 22


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Inkubator 44˚C ... 24 Gambar 2 Media Tryptone ... 24


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Permenkes No. 492 Tahun 2010 ... 25 Lampiran 2 Tabel MPN Koliform Kombinasi ... 29


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Hasil Pengamatan Bakteri Koliform ... 22