PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK PARAM MUSTAJAB GAYA BARU (22A) DI PT. AIR MANCUR PALUR

(1)

commit to user

PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK

PARAM MUSTAJAB GAYA BARU (22A)

DI PT. AIR MANCUR PALUR

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Manajemen Industri

Oleh :

Hikmah Santoso Haryo Saputro

NIM F3505039

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 MANAJEMEN INDUSTRI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008


(2)

commit to user

PERSETUJUAN

Tugas Akhir Dengan Judul:

PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK PARAM MUSTAJAB GAYA BARU (22A) DI PT AIR MANCUR PALUR

Surakarta, 28 Juli 2008

Telah disetujui oleh Dosen pembimbing

JOKO SUYONO, SE, MSI NIP. 132 257 921


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Fakults Ekonomi Universitas Sebelas Maret dan diterima dengan baik untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Ahli Madya Ekonomi Manajemen Industri.

Surakarta,

Tim Penguji Tugas Akhir

1. Drs. Bambang Sarosa, MSi sebagai Penguji (………..) NIP. 131 474 093

2. Joko Suyono, SE. Msi sebagai Pembimbing (………..) NIP. 132 257 921


(4)

commit to user

MOTTO

Masa depan hanyalah milik orang-orang yang percaya akan keindahan mimpi-mimpi mereka..

Vini, Vidi, Vici Datang, Lihat, Menang

Tidak akan ada rasa Cinta yang dapat merebut hatiku, tidak akan ada rasa Cinta yang dapat merenggut hatiku kecuali ”Dia”...(Allah SWT).

Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah Anda menjadi maju selain Anda sendiri.

Janganlah menjadi hambatan, tetapi keluhan atau kritik pedas adalah masukan yang berharga.


(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini dipersembahkan untuk :

1. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta 2. Ayahku tercinta

3. Kakak-kakakku tersayang 4. Keluarga besarku


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar ahli madya ekonomi. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Prof. Bambang Sutopo M.Com. M.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun tugas akhir.

2. Ibu Intan Novela QA SE. MSi selaku Ketua Program Studi Manajemen Industri yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang sebagai syarat penyusunan tugas akhir.

3. Bapak Joko Suyono, SE, MSI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan saran sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dan Ibu dosen Manajemen Industri yang telah membimbing selama masa kuliah.

5. Bapak Bambang AP yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT. Air Mancur Palur.

6. Bapak Soetardi yang telah membantu penulis selama penelitian di PT. Air Mancur Palur.


(7)

commit to user

7. Ibu Siti yang telah membantu penulis dalam mencari informasi serta data di perpustakaan PT. Air Mancur Palur.

8. Seluruh staf dan karyawan PT. Air Mancur Palur yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.

9. Ayahku tercinta yang telah bersusah payah memenuhi segala kebutuhan sampai saat ini.

10. Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberikan dukungan apapun.

11. Keluarga besarku yang telah memberikan dorongan terus-menerus kepadaku.

12. Sahabat-sahabatku rumah yang telah setia menemaniku dalam mengerjakan tugas akhirku.

13. Teman-teman Manajemen Industri 2005 yang telah suka maupun duka bersama-sama menimba ilmu selama kuliah.

14. Semua pihak yang belum disebutkan yang secara tidak langsung telah mendukung penulis selama masa kuliah dan penyusunan tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 24 Juli 2008


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 3

C. Tujuan penelitian ... 3

D. Manfaat penelitian ... 4

E. Kerangka penelitian ... 4

F. Metode penelitian ... 6

1. Ruang lingkup penelitian ... 6

2. Sumber data dan jenis data ... 6

3. Teknik pengumpulan data ... 6


(9)

commit to user

b. Studi pustaka ... 6

4. Teknik analisa data ... 7

a. Analisis P-Chart ... 7

b. Analisis C-Chart ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian pengendalian, kualitas, pengendalian kualitas .... 10

a. Pengendalian...10

b. Kualitas...11

c. Pengendalian kualitas...12

2. Tujuan pengendalian kualitas ... 13

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas ... 14

a. Wujud barang...15

b. Fungsi suatu barang...15

c. Biaya barang...15

4. Ruang lingkup pengendalian kualitas ... 16

5. Pendekatan pengendalian kualitas ... 17

a. Pendekatan bahan baku...17

b. Pendekatan produksi...18

c. Pendekatan produk akhir...19

6. Penentuan standar kualitas...19

BABIII GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN A. Sejarah dan perkembangan berdirinya perusahaan ... 21


(10)

commit to user

C. Struktur organisasi dan job description... 24

D. Proses produksi ... 29

E. Pengendalian kualitas ... 37

G. Analisis dan pembahasan data ... 39

1. Analisis P-Chart ... 39

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user

DAFTAR TABEL


(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Tugas Akhir...4 Gambar 2 Skema pembelian bahan baku...30 Gambar 3 Grafik p-chart produk param mustajab (22A)...43


(13)

commit to user

ABSTRAK

PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK

PARAM MUSTAJAB GAYA BARU (22A) DI PT. AIR MANCUR PALUR KARANGANYAR

Hikmah Santoso Haryo Saputro F3505039

Perkembangan dunia jamu di Indonesia menyebabkan perusahaan-perusahaan jamu dituntut untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. PT. Air Mancur merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang jamu. Tujuan Penelitian ini adalah (1). Untuk mengetahui batas pengendalian atas (UCL) dan batas pengendalian bawah (LCL), (2). Untuk mengetahui kecacatan produk yang out of control, (3). Untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan produk. Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis P-Chart dengan batas kendali atas (UCL) 6,8% dan batas kendali bawah (LCL) 2,8%. Lihat pada diagram pada bulan Maret terjadi under of control yaitu terletak pada dibawah batas kendali bawah sebesar 1,7%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1). Pelaksanaan pengendalian kualitas pada PT. Air Mancur dapat disimpulkan sudah terlaksana dengan baik. (2). Penyebab utama terjadinya permasalahan kualitas adalah faktor alam, faktor sumber daya manusia kemudian di ikuti proses yang salah, mesin yang sudah tidak layak pakai dan kurangnya perawatan.

Berdasarkan pembahasan analisis data dan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan, penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut : (1) Perusahaan hendaknya memperhatikan perawatan mesin secara berkala dan mengganti mesin yang aus ataupun rusak. (2) Mencari alternatif dengan

memodifikasi mesin yang lama.


(14)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan perkembangan teknologi dan industri yang semakin maju dalam era globalisasi dewasa ini telah menciptakan suatu persaingan yang semakin ketat. Mutu ataupun kualitas dari suatu produk merupakan alat persaingan yang cukup penting di samping faktor lain yaitu seperti pelayanan, harga maupun promosi. Di dalam perkembangan suatu perusahaan baik itu perusahaan besar, perusahaan menengah ataupun perusahaan kecil, persoalan kualitas suatu produk ataupun jasa perusahaan yang bersangkutan tersebut akan ikut menentukan pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Kualitas suatu produk merupakan cermin keberhasilan suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan produksinya. Berbagai upaya akan dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas produknya. Salah satu diantaranya adalah dengan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian kualitas produk tersebut. Kebijakan ini dipergunakan untuk memastikan bahwa suatu perusahaan mampu memproduksi barang sesuai dengan permintaan pasar.


(15)

commit to user

Dalam situasi pemasaran yang semakin ketat persaingannya, peran pengendalian kualitas produk akan semakin besar dalam kaitannya dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan yang memproduksi tanpa memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan, sama saja dengan menghilangkan masa depan perusahaan itu sendiri. Di dalam jangka pendek, seakan-akan perusahaan seakan-akan dapat menekan biaya produksi, karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya pengendalian kualitas yang bagi perusahaan tertentu menjadi masalah yang harus diperhitungkan. Namun dalam jangka panjang, perusahaan yang tidak dapat memperhatikan kualitas dari outputnya akan menemui kesulitan dalam pemasarannya, karena tersaingi oleh produk-produk yang sama dari perusahaan lain yang kualitas produk-produknya jauh lebih baik dan dengan harga yang tidak jauh berbeda. Jika perusahaan-perusahaan yang lain dapat memproduksi produk yang sama dengan kualitas yang lebih tinggi, maka akan menggeser produk yang berkualitas rendah. Oleh karena itu, pengendalian kualitas ini sangat diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan dalam rangka menunjang program jangka panjang perusahaan yaitu mempertahankan mutu yang ada dipasaran atau bahkan untuk maeluaskan pasar.

Perusahaan PT. Air Mancur merupakan sebuah perusahaan yang besar yang memproduksi jamu-jamu tradisional. Dalam hal ini,


(16)

commit to user

PT. Air Mancur juga mengadakan kegiatan pengendalian kualitas terhadap produk yang dihasilkannya. Apalagi dengan semakin banyaknya pesaing-pesaing yang bermunculan, baik perusahaan yang memproduksi produk yang sejenis yang menggunakan bahan tradisional maupun dari bahan kimia akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Untuk menjaga kulitas produknya PT. Air Mancur harus benar-benar memperhatikan masalah kualitas atau mutu produknya jika tidak ingin kalah dengan kualitas produk lain.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah kerusakan produk masih berada dalam batas pengendalian?

2. Langkah-langkah apa yang seharusnya ditempuh perusahaan untuk memperbaiki proses produksinya sehingga dapat dicapai tingkat kerusakan produksi yang minimum?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:


(17)

commit to user

1. Mengetahui tingkat kerusakan produk dalam kaitannya dengan batas pengendalian.

2. Untuk menentukan langkah-langkah apa yang harus diambil perusahaan untuk meningkatkan kualitas produksi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini dapat diambil manfaatnya untuk membuat keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga manfaat yang diharapkan adalah:

1. Menambah pengetahuan khususnya mengenai pengendalian kualitas bagi penulis.

2. Penulis dapat menerapkan teori-teori pengetahuan khususnya mengenai pengendalian kualitas yang penulis dapatkan di bangku perkuliahan.

3. Untuk menambah informasi dan sumbang saran bagi perusahaan dalam hal pengendalian kualitas.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Produk

Pengendalian Kualitas

Standar Kualitas

Produk Tidak Rusak

Produk Rusak


(18)

commit to user Keterangan:

Produk tyang dihasilkan perusahaan dibanding dengan standar kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dari hasil perbandingan tersebut akan dapat diketahui mana produk yang tidak rusak yaitu produk yang sesuai dengan standar kualitas perusahaan dan mana produk yang rusak yaitu produk yang tidak sesuai dengan standar perusahaan. Dengan adanya produk yang rusak tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi dengan menggunakan analisa diagram control-P. Pada diagram control-P akan terlihat apakah kerusakan produk-produk masih dalam batas pengendalian atau tidak. Dari hasil evaluasi tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengendalian kualitas produk yang akan diproduksi sehingga pedoman dalam pengendalian kualitas produk yang akan diproduksi selanjutnya diharapkan tingkat kerusakan produk dapat diminimumkan dan kerusakan tetap berada dalam batas-batas pengendalian.


(19)

commit to user

F. METODE PENELITIAN

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yaitu proses produksi param mustajab gaya baru 22A. Penelitian dilakukan di PT. Air Mancur yang beralamat di Jalan Raya Solo-Sragen Km 7 Palur PO BOX 253 Solo 57102

2. Sumber Data dan Jenis Data

a. Sumber data diperoleh dari bagian produksi PT. Air Mancur

b. Jenis data yang digunakan adalah sekunder, data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek yang diteliti, biasanya diperoleh dari buku-buku maupun dari hasil penelitian yang telah dilakukan orang lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan nara sumber yaitu dengan pimpinan perusahaan maupun dengan karyawan yang bersangkutan dalam lingkungan perusahaan.

b. Studi Pustaka yaitu mencari data dengan cara membaca dan memahami buku-buku


(20)

commit to user 4. Teknik Analisa Data

Analisa dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada, apakah pengendalian kualitas sudah dilakukan dengan baik atau belum. Teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan metode:

a. Metode Control Chart-P

P-Chart merupakan bagan pengendalian untuk sifat-sifat barang yang didasarkan atas proporsi produk-produk yang ditolak. Diagram P-Chart adalah diagram yang mengukur prosentase kerusakan dalam sample.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) Menghitung proporsi kerusakan tiap periode

d

p

n

=

keterangan :

p = proporsi kerusakan tiap periode

d = jumlah rusak tiap periode

n = total sample yang diamati

(jumlah produksi tiap periode)


(21)

commit to user

1

2

3 ...

p

p

p

pm

p

m

+

+

+

=

keterangan :

p = rata-rata proporsi kerusakan

m = jumlah sample dalam subgroup

3) Menghitung deviasi standar dari proporsi yang rusak

(1

)

p

p

Sp

n

-=

keterangan :

Sp = devisiasi standar

4) Menentukan Upper Control limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL)

3

3

UCL

p

Sp

LCL

p

Sp

=

+

=

-5) Menggambar bagan kendali

b. Metode control Chart-C

Merupakan langkah awal untuk mengetahui tingkat kerusakan dan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan oleh perusahaan tersebut.


(22)

commit to user

penggunaan metode analisis Chart-C ini dimaksudkan untuk mengetahui kerusakan produk masih dalam batas pengendalian. Kriteria kerusakan produk dalam proses produksi masih dalam batas pengendalian apabila kerusakan masih dalam Batas Pengendalian Atas (UCL) dan Batas Pengendalian Bawah (LCL). Dengan menggunakan analisis C-Chart akan dapat diketahui batas-batas kerusakan yang terjadi baik dalam batas bawah maupun batas atas pengendali.


(23)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian pengendalian, kualitas dan pengendalian kualitas

a. Pengendalian (Control)

Pengendalian adalah penemuan dan penerapan cara-cara peralatan untuk menjamin bahwa rencana yang dilakasanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan (Handoko, 1999:25). . Menurut Feigenbaum (1992:9) pengendalian adalah suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan manajemen sambil tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang memuaskan. Sedangkan menurut Agus Maulana (1992:4) pengendalian adalah mengarahkan seperangkat variabel (mesin, manusia, peralatan) ke arah tercapainya sasarasn atau tujuan. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu cara, untuk pemeriksaan kegiatanyang sedang dan telah dilakukan, agar kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan atau sasaran yang diharapkan dan ditetapkan.


(24)

commit to user b. Kualitas

Ada banyak pengertian mengenai kualitas. Beberapa pengertian antara lain men definisikan kualitas sebagai daya tahan misalnya warna sepatu. Tapi ada yang mendefinisikan kualitas sebagai kenyamanan, misalnya ruang kerja, gedung pertemuan, kelas dalam kereta api dan sebagainya. Sehingga pengertian kualitas tersebut terkadang masih kabur, apakah merupakan daya tahan terhadap produk, kenyamanan pemakaian, daya guna atau masih banyak pengertian yang lainnya lagi. Menurut Tjiptono (1996:56) kualitas adalah memenuhi atau sama dengan persyaratannya (conformance to requirement) meleset sedikit saja dari persyaratannya, maka suatu produk atau jasa dikatakan tidak berkualitas. Persyaratan itu sendiri dapat berubah sesuai dengan keinginan pelanggan, kebutuhan organisasi, pemasok, dan sumber, pemerintah, teknologi serta pasar/ persaingan. Menurut Assauri (1993:267) kualitas adalah faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan, untuk apa barang atau hasil dimaksudkan atau dibutuhkan. Menurut Goetsch & Davies S (1994:4) kualitas merupakan suatu kondisi


(25)

commit to user

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Menurut Besterfield (1990:1) kualitas adalah total dari fitur dan karakteristik dari pada suatu produk atau jasa yang dimiliki oleh produk atau jasa tersebut, fitur dan karakteristik yang digunakan untuk memuaskan konsumen atau sesuai dengan keinginan konsumen. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu produk atau jasa, jumlah atribut, sifat-sifat produk atau jasa yang menyebabkan barang atau jasa tersebut sesuai dengan tujuan produk atau jasa tersebut di butuhkan.

c. Pengendalian Kualitas

Ada beberapa pengertian mengenai pengendalian kualitas, antara lain: menurut Besterfield (1998:2) pengendalian kualitas adalah penggunaan aktivitas dan teknik untuk mencapai, mendukung, dan memperbaiki kualitas produk atau jasa. Menurut Ehud Menipaz (1990:75) pengendalian kualitas adalah sistem yang efektif untuk mengintegrasiakn pengembangan kualitas pemeliharaan kualitas dan usaha perbaikan kualitas dari berbagai kelompok dalam suatu organisasi, sehingga


(26)

commit to user

memungkinkan produk atau jasa pada tingkat yang paling ekonomis yang memberikan kepuasan penuh kepada pemakai. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas (manajemen perusahaan) dan teknik untuk menjaga,

mencapai, mendukung, memperbaiki dan

mempertahankan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Pengendalian Kualitas

Pada umumnya pengendalian kualitas mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

a. Menurut Handoko (1999:454), tujuan

1) Mengurangi kesalahan dan meningkatkan mutu.

2) Mengilhami kerja tim yang lebih baik.

3) Mendorong keterlibatan dalam tugas.

4) Menigkatkan motivasi pada karyawan.

5) Menciptakan kemampuan memecahkan masalah.

6) Menimbulkan sikap-sikap memecahkan masalah.

7) Memperbaiki komunikasi dan mengembangkan hubungan diantara manager dan karyawan.


(27)

commit to user

8) Mengembangkan kesadaran akan keamanan yang tinggi.

9) Memajukan karyawan dan pengembangan kepemimpinan

10) Mendorong penghematan biaya.

b. Menurut Assauri (1997:208) adalah:

1) Agar hasil produksi dapat mencapai standar mutu dan kualitas yang diterapkan.

2) Mengusahakan biaya inspeksi menjadi sekecil mungkin.

3) Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses menggunakan mutu tertentu menjadi kecil.

4) mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas

Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi dalam menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas sesuai dengan standar, yaitu:


(28)

commit to user a. Wujud Luar barang

Gaya atau bentuk dari suatu produk akan mempengaruhi terhadap ketertarikan konsumen. Warna, model dan jenis sangat dominan untuk meraih pangsa pasar dengan didukung pelayanan dan kualitas yang terjamin. Selera pasar Indonesia lebih mengutamakan bentuk daripada kualitas suatu barang.

b. Fungsi Suatu Barang

Suatu produk yang dihasilkan harus bisa memenuhi fungsi atau kegunaan dari produk tersebut. Kepuasan konsumen akan tercapai bila kondisi yang sesungguhnya sesuai dengan fungsi atau guna produk tersebut.

c. Biaya Barang

Kebiasaan yang ada beranggapan bahwa suatu barang yang mahal harganya akan mempunyai kualitas yang relatif baik bila dibandingkan dengan suatu produk yang harganya lebih rendah. Karena untuk mendapatkan kualitas yang baik akan memerlukan pengorbanan yang tinggi, sehingga secara otomatis akan meningkatkan harga jualnya. Namun tidak menutup kemungkinan suatu produk yang harganya murah mutunya tidak jauh berbeda dengan suatu produk yang lebih mahal harganya.


(29)

commit to user

4. Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas

Secara garis besar ruang linkup pengendalian kualitas dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu:

a. Pengendalian kualitas yang yang dilakukan berkenaan dengan proses secara berurutan dan teratur termasuk bahan bakunya yang akan digunakan untuk proses produksi. Contoh-contoh atau sample dari hasil yang diambil pada waktu yang sama dan dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk melihat apakah proses dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah, maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelakasana semula untuk penyesuaian kembali. Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses harus berurutan dan teratur.

b. Pengendalian yang dilakukan terhadap hasil akhir akhir produksi agar barang yang masih rusak atau kurang memenuhi syarat tidak layak untuk diproses dan dipsarkan kepada konsumen (Assauri, 1998:229).


(30)

commit to user 5. Pendekatan Pengendalian Kualitas

Untuk melaksanakan pengendalian kualitas di dalam suatu perusahaan, maka manajemen perusahaan perlu menentukan melalui apa pengendalian kualitas tersebut dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena faktor yang menentukan atau berpengaruh terhadap baik dan tidaknya kualitas produk atau jasa perusahaan, misalnya: bahan baku, tenaga kerja, mesin dan peralatan produksinya. Dengan demikian agar pengendalian kualitas yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan dapat tepat mengenai sasaran serta dapat meminimalkan biaya kualitas maka perlu dipilih pendekatan yang tepat untuk perusahaan.

a. Pendekatan Bahan Baku

Bagi perusahaan yang memproduksi suatu produk dimana katakteristik bahan baku akan sangat berpenharuh terhadap produk yang dihasilkan. Maka dalam hal ini pengendalian kualitas bahan baku akan menjadi hal penting dalam perusahaan tersebut. Baik buruknya kualitas produk perusahaan akan sangat ditentukan oleh aik buruknya kualitas bahan baku yang digunakan. Dalam pendekatan bahan baku untuk pengendalian kualitas, terdapat beberapa hal yang


(31)

commit to user

sebaiknya dikerjakan oleh manajemen perusahaan agar bahan baku yang diterima perusahaan dapat dijaga kualitanya. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah seleksi sumber bahan pemeriksaan dokumen, pembelian, pemeriksaan penerimaan bahan dan penjagaan gudang bahan baku. Apabila hal-hal tersebut dilaksanakan dengan baik, maka kemungkinan perusahaan untuk memperoleh bahan baku dengan kualitas rendah akan dapat ditekan sekecil mungkin, sehingga kualitas bahan baku yang dipergunakan perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan proses produksi akan dapat dipertahankan pada tingkat tertentu sesuai dengan persyaratn yang ditetapkan oleh perusahaan.

b. Pendekatan Produksi

Tidak semua perusahaan bahan baku yang berkualitas akan mempengaruhi kualitas produk akhir perusahaan. Pada beberapa perusahaan lain justru terdapat bahwa proses produksi yang akan lebih banyak menetukan kualitas produk akhir dan bukan bahan bakunya, artinya di dalam perusahaan-perusahaan semacam ini meskipun bahan baku yang dipergunakan untuk keperluan proses produk bukanlah bahan baku dengan


(32)

commit to user

kualitas yang prima, namun apabila proses produksinya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka akan dapat diperoleh produk perusahaan dengan kualitas baik. Pengendalian kualitas akan dilaksanakan melalui pengawasan kualitas proses yang berlangsung di dalam perusahaan tersebut.

c. Pendekatan Produk Akhir

Pada pendekatan produk akhir penentuan standar kualitas yang akan dipergunakan serta usaha pencpaian terhadap standar kualitas yang berlaku tersebut akan dilaksanakan kedua-duanya. Hal yang pertama merupakan tindakan-tindakan yang harus diambil setelah produk perusahaan tersebut selesai di produksikan. Hal kedua merupakan pemikiran kedepan sehingga nantinya akan diputuskan standar kualitas yang baru.

6. Penentuan Standar Kualitas

Standar kualitas merupakan pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan proses produksinya. Dengan adanya standar kualitas yang sudah distandarkan, penyimpangan yang terjadi dapat segera diketahui.


(33)

commit to user

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan standar kualitas adalah:

b. Perusahaan harus memperhitungkan persaingan dan kualitas produk pesaing.

c. Perusahaan harus mempertimbangkan kegunaan akhir produk.

d. Kualitas harus sesuai dengan harga jual.

e. Diperlukan adanya:

1) Tim penjualan yang mewakili konsumen

2) Tim teknik yang mengatur desain dan kualitas produk

3) Tim pembelian yang menentukan kualitas bahan

4) Tim produksi yang menentukan biaya memproduksikan berbagai kualitas

5) Tim pemeriksa yang bertugas memelihara kualitas

f. Setelah ditentukan atau disesuaikan dengan keinginan konsumen dengan kendala teknik produksi, tersedianya bahan dan sebagainya, maka kualitas perlu dipelihara oleh staf pengamat produksi.


(34)

commit to user

BAB III

GAMBARAN UMUM PT. AIR MANCUR

A. Sejarah dan perkembangan PT. Air Mancur

PT. Air Mancur yang kini terkenal di kalangan luas bukanlah suatu perusahaan yang dididrikan dengan modal besar. PT. Air Mancur semula merupakan suatu suatu usaha rumah atau home industry yang tidak terkenal sama sekali.

Pada tanggal 23 Maret 1963 tiga orang sekawan, yaitu LW. Santoso, Rudy Hindrotonojo dan Kimun Angkosandjojo bersama-sama membuat jamu tradisional sebagai usaha home industry dan tempat pembuatan jamu itu berlokasi di sebuah rumah sewa yang terletak di tepi jalan raya tidak jauh dari jembatan jurug Solo atau tempatnya di kampung pucang sawit. Begitu kecil, sederhana dan tidak terkenal.

Pada waktu itu hanya ada 11 karyawan yang bekerja dengan menggunakan alat sederhana atau alat-alat yang serba tradisional yaitu alu dan lumpang. Hasil produksi home industry itu mereka beri nama Air Mancur dan dipasarkan ke Jakarta. Ide nama Air Mancur didapat saat LW. Santoso memasarkan produksi di Jakarta ia melihat air mancur di Jalan Thamrin. Kemudian produksinya diberi nama Air Mancur.


(35)

commit to user

Pada tanggal 23 Desember 1964 industri rumah tersebut berubah menjadi sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dengan nama PT. Air Mancur yang berkedudukan di Wonogiri. Kemudian pada tanggal 1 Januari 1964 seluruh kegiatan perusahaan dipindahkan dari Pucang Sawit ke Wonogiri.

Dalam perkembangannya PT. Air Mancur masih harus menghadapi berbagai rintangan dan begitu banyak hambatan. Pada tahun 1966 PT. Air Mancur mendapatkan suatu tantangan yang nyaris dapat melumpuhkan. Tetapi berkat kegigihan LW. Santoso yang pada waktu itu diserahi kepercayaan dan diberi tugas untuk mengemudikan jalannya roda perusahaan, maka perusahaan PT. Air Mancur berhasil lolos dari cobaan dan tantangan tersebut. Kemudian dari tahun berganti tahun PT. Air Mancur akhirnya dapat berkembang kembali dan maju dengan pesat.

Pada tahun 1974 dibangun pabrik baru yang terletak disebelah utara desa palur tepatnya di daesa Tegalrejo Dagen Jaten, Kabupaten Karanganyar. Sampai daengan tahun 2002 PT. Air Mancur telah memiliki lima unit kerja dan tiga divisi usaha.

Unit kerja:

1. a. Di Jalan Pelem No. 51-53 Wonogiri

Tempat pengolahan produk makanan dan minuman b. Di Salak Giripurwo Wonogiri


(36)

commit to user 2. Palur Karanganyar

Tempat proses pengolahan jamu serbuk dan obat luar dalam bentuk padat, laboratorium, dan kantor pusat.

3. Klampisan, Wonogiri

Tempat pengolahan jamu ekstrak. 4. Jetis

Tempat pengolahan produk kosmetik. 5. Celep

Tempat untuk proses pengemasan jamu serbuk dan obat luar dalam bentuk padat.

Divisi Usaha: 1. Divisi jamu

a. Jamu serbuk : di Palur, Celep, Salak b. Jamu ekstrak : di Klampisan

2. Divisi kosmetik di Jetis

3. Divisi makanan dan minuman di Pelem, Wonogiri

B. Visi, Misi, Tujuan

Dalam setiap perusahaan pasti memiliki visi, misi, motto, dan tujuan yang akan dicapai. PT. Air Mancur dalam pendiriannya visi, misi, motto, dan tujuan sebagai berikut:

Visi : Masyarakat sehat sejahtera Misi : Tanggap, Tangguh, Tumbuh


(37)

commit to user

Tanggap : Dapat memberikan kepuasan kepada seluruh masyarakat.

Tangguh : Mampu membangun sistem manajemen secara professional.

Tumbuh : Terus menciptakan produk yang berkualitas dan membudayakan pemakaian.

Motto : Menuju kehidupan lebih baik.

Adapun tujuan yang ingin dicapai PT. Air Mancur adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk yang bermutu dan diarahkan kepada konsumen dan menghasilkan keuntungan yang besar.

2. Meningkatkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dalam dunia usaha.

3. Ikut membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan.

4. Melestarikan budaya tradisional dengan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia.

5. Membantu perekonomian nasional sebagai salah satu penghasil dan penyumbang devisa negara.

C. Struktur Organisasi

Dalam suatu organisasi atau perusahaan sangat diperlukan adanya struktur organisasi karena akan memudahkan dan membantu pimpinan dalam mengawasi jumlahnya kegiatan


(38)

commit to user

perusahaan serta memperlancar tugas-tugas karyawan. Jadi dengan struktur organisasi maka akan tercipta hasil kerjasama yang baik dan membantu mencapai tujuan organisasi yang lebih efektif. Adapun struktur organisasi yang digunakan pada perusahaan PT. Air Mancur dapat dilihat pada halaman lampiran.

Secara garis besar tugas-tugas dan tanggung jawab tiap kegiatan dalam struktur organisasi PT. Air Mancur adalah sebagai berikut:

1. Direksi

a. Memimpin dan bertanggung jawab atas kegiatan operasional perusahaan.

b. Mengadakan kerja sama atau hubungan baik kedalam maupun keluar perusahaan.

c. Menguasai pelaksanaan kerja para General Manajer dalam menjalankan perusahaan mereka.

2. QA Officer

Sebagai wakil perusahaan menerapkan standar mutu ISO dan menjamin kualitas produk perusahaan.

3. Pengawasan dan Penanggung Jawab Produksi (PPJP)

Sebagai wakil perusahaan dalam berhubungan dengan departemen kesehatan dan bertanggung jawab terhadap mutu dan kesehatan produk.


(39)

commit to user

Bagian ini bertugas memeriksaq pengeluaran dan pemasukan tiap departemen.

5. Legal Officer dan Conporate Secretary

a. Membantu tugas direksi dalam penyimpanan dan pengisian dokumen-dokumen serta tugas-tugas yang berhubungan dengan kelancaran surat-menyurat.

b. Sebagai wakil direktur untuk tugas luar. 6. HRD Officer

Bagian ini membawahi unit kerja regional untuk wilayah Wonogiri, Palur, Jetis.

7. General Affairs Officer

Bagian ini bertugas untuk membantu jalannya kinerja seluruh departemen, seperti pembelian alat-alat yang dibutuhkan tiap departemen.

8. Management Trainess

a. Melaksanakan set-up sistem, manajemen dan pengembangan program-program perusahaan.

b. Melaksanakan pelatihan-pelatihan kepada karyawan. c. Memberikan dorongan kepada tiap-tiap departemen


(40)

commit to user 9. GM Operations

Mengkoordinasi seluruh kegiatan operasi yang meliputi pengadaan bahan produksi maupun teknisi.

a. Plant Manajer

Merencanakan dan melaksanakan kebijakan perusahaan dalam memproduksi jamu, kosmetik, minuman kesehatan serta ekstraksi.

b. R & D Manager

Merencanakan dan melaksanakan kebijakan perusahaan dalam penelitian dan pengembangan resep produk. c. Quality Control Asst. Manager

Melakukan pengawasan untuk memastikan produksi sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

d. Technical Manager

Bagian ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang dibuat oleh bagian pihak manager.

10. GM finance dan Logistic

Menyelenggarakan tugas-tugas administrasi perusahaan secara keseluruhan.

a. Treasury Manager

Bertugas membantu direksi dalam mengelola dan mengendalikan keuangan perusahaan.


(41)

commit to user b. Accounting Manager

Bertugas menyusun laporan keuangan perusahaan. c. Purchasing Manager

Bertugas membuat rencana bahan baku yang akan dibeli dan melakukan pembelian.

d. Info Tech. Manager

Sebagai sumber dari pengolahan data perusahaan serta pengadaan dan pengembangan teknologi informasi. 11. GM Marketing

Mengkoordinasi kesemua saluran distribusi dalam usaha memasarkan serta merencanakan kegiatan pemasaran.

a. Product Manager

Bertanggung jawab atas peluncuran produk baru and penerapan strategi pemasaran.

b. MIS (Marketing Informasi System)

Bertugas mengelola pengadaan dan pengolahan dana pemasaran.

c. National Sales Manager

Bertanggung jawab atas omzet penjualan produk Air Mancur.

d. PT. Distributor

Bertugas menyalurkan produk yang dihasilkan dari PT. Air Mancur.


(42)

commit to user

D. Proses Produksi

1. Pengadaan bahan baku

Dalam memproduksi jamu, PT. Air mancur menggunakan bahan baku jamu sering yang disebut simplisia yaitu bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan berupa bahan yang telah dikeringkan. Sebagian besar bahan yang digunakan adalah berupa simplisia nabati yaitu merupakan bahan-bahan yang berasal dari tanaman yang mempunyai khasiat dalam pengobatan. Simplisia nabati yang digunakan dapat digolongkan sebagai akar-akaran, kayu-kayuan, daun-daunan, pokok batang ataupun rimpang, biji-bijian, dan bahan tambahan berupa minyak parfum atau aroma.

Bahan baku didapatkan dari 4 sumber yaitu dari kebun pembibitan PT. Air Mancur, petani, pedagang atau pemasok dan dari luar negeri. Bahan baku yang berasal dari petani maupun pedagang atau pemasok didapatkan dengan dua cara yaitu pemesanan dari perusahaan (melalui bagian logistik kepada petani atau pedagang) dan penawaran dari petani atau pedagang kepada perusahaan. Pembelian bahan baku dilakukan dalam bentuk simplisia kering.


(43)

commit to user

GAMBAR 2 SKEMA PEMBELIAN BAHAN BAKU Sumber : PT Air Mancur Palur, Karanganyar

Petani

Pengiriman contoh

Pemeriksaan laboratorium

Pengiriman barang

Pemeriksaan laboratorium

Diterima

Masuk gudang kotor

Ditolak

Kembali ke petani/ pedagang/ pemasok

Ditolak

Kembali ke petani/ pedagang/ pemasok Diterima

Transaksi jual beli


(44)

commit to user

Dalam skema dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan transaksi jual beli, pihak perusahaan meminta sampel atau contoh untuk dilakukan pengujian kualitas simplisia. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopis, mikrobiologi, dan fitokimia. Apabila hasil pengujian sesuai dengan standar Air Mancur maka dilakukan pemesanan barang dalam jumlah besar sesuai dengan kebutuhan. Setelah tercapai kesepakatan harga, pihak petani atau pedagang mengirim dalam jumlah besar. Apabila bahan baku telah dikirimkan, dilakukan lagi pemeriksaan laboratorium untuk menguji apakah bahan yang dikirimkan sesuai dengan sampel yang telah dikirimkan terlebih dahulu. Apabila tidak sesuai barang akan dikembalikan.

2. Proses Pengolahan Jamu Serbuk

Proses produksi jamu serbuk yang ada di PT. Air Mancur Palur dibagi menjadi dua tahapan yaitu proses I merupakan proses pengolahan nahan baku yang dilakukan di Celep. Proses 1 meliputi proses sortasi® pencucian®

perebusan® pengeringan® penyangraian® pengecilan

ukuran® standarisasi® peracikan. Sedangkan proses II

merupakan proses pembuatan jamu yang dilakukan di Palur. Proses II meliputi peracikan jamu® penggilingan®


(45)

commit to user

pengayakan I ® pengadukan® pemeriksaan laboratorium®

pengayakan II® pengepakan® pemasaran.

a. Sortasi Bahan Kotor

Sortasi dilakukan terhadap bahan kotor yang berasal dari gudang kotor. Sortasi dilakukan secara manual oleh para pekerja dengan maksud untuk memisahkan kotoran yang tercampur dalam bahan baku jamu, misalnya campuran fisik berupa ranting, kotoran, bunga, dan daun. Selain secara manual sortasi juga dilakukan dengan menggunakan pengayak untuk sortasi bahan yang ukurannya kecil seperti merica atau ketumbar.

b. Pencucian

Pencucian bahan dilakukan terhadap batang dan akar dengan maksud untuk membersihkan dari kotoran yang berupa tanah. Pencucian dilakukan dengan menggunakan bak bertingkat tiga yang dibantu dengan semacam keranjang plastik dan aliran air yang mengalir dari reservoir dengan kecepatan air sekitar 72 ppm.


(46)

commit to user c. Perebusan Bahan

Proses ini dilakukan terhadap bahan baku berupa jati belanda, kapulaga, dan tempuyang. Tujuannya adalah untuk melunakkan stuktur bahan dan menghilangkan getah sehingga mempermudah proses selanjutnya. Perebusan dilakukan ± 10 menit. Khusus untuk turi dan kecubung, proses perebusan dilakukan lebih lama karena untuk menurunkan sifat membius yang terkandung dalam bahan tersebut.

d. Pengeringan Bahan

Proses pengeringan dilakukan terhadap bahan jamu yang telah mengalami pencucian dan perebusan. Pengeringan menggunakan sinar matahari dan oven. Pengeringan yang menggunakan sinar matahari dilakukan untuk bahan-bahan yang termostabil yaitu bahan-bahan yang tahan terhadap suhu tinggi, misalnya alang-alang. Sedangkan pengeringan dengan oven dilakukan terhadap bahan yang yang termolabil yaitu bahan yang mengandung komponen yang mudah menguap, misalnya temulawak dan juga


(47)

commit to user

terhadap bahan yang dapat bereaksi apabila terkena sinar matahari.

e. Penyangraian

Penyangraian merupakan penggorengan tanpa minyak atau dalam keadaan kering. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin penyangrai maupun dengan menggunakan wajan dan tungku, misalnya kunyit sedangkan yang menggunakan mesin penyangrai adalah biji kedawung yang tujuannya adalah untuk mempermudah pengupasan kulitnya.

f. Pengecilan ukuran

Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk mempermudah standarisasi, karena masing-masing bahan yang digunakan untuk membuat jamu mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pre-boken (mesin penghancur awal) atau dengan menggunakan mesin perajang bahan. g. Standarisasi

Bahan-bahan yang telah mengalami pengecilan ukuran diperiksa kadar zat aktifnya kemudian dilakukan standarisasi untuk


(48)

commit to user

menyaragamkan kadar kandungan bahan baku sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT. Air Mancur dan untuk menjaga atau menstabilkan mutu jamu yang akan dihasilkan. h. Peracikan Bahan

Bahan yang telah distandarisasi diracik sesuai dengan jumlah dan komposisi dalam resep formula suatu jenis jamu. Proses peracikan dibawah pengawasan apoteker. Peracikan dilakukan dengan menimbang bahan dan mencampurkan formula-formula tersebut ke dalam sebuah karung.

i. Penggilingan

Proses pengolahan jamu serbuk di mulai dengan penggilingan dan pengayakan bahan-bahan dalam racikan jamu. Setiap racikan digiling dengan menggunakan mesin giling yang mempunyai prinsip penghancuran dari hammer mill. Hasil gilingan dihisap oleh blower kemudian dimasukkan ke dalam siklon.

j. Pengayakan (I)

Serbuk halus yang diperoleh dari mesin penggiling dimasukkan ke dalam mesin pengayak


(49)

commit to user

120 mesh dengan tujuan untuk menyeragamkan derajat kehalusannya. Halusan yang tidak lolos dari mesin pengayak dimasukkan lagi ke mesin penggiling.

k. Pengadukan/ Homogenisasi

Untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen hasil ayakan dimasukkan ke dalam mesin pengaduk yang prinsip kerjanya sama dengan mixer. Pada proses pengadukan ini dilakukan penambahan beberapa bahan tambahan seperti ginseng, minyak peppermint, dan cola untuk memperbaiki rasa dan aroma jamu. Setelah proses pengadukan, diambil sampel untuk diperiksa homogenitas, kadar air, kandungan mikroba, kandungan logam berat, dan khasiat jamunya. l. Pengayakan (II)

Pada saat bahan diperiksa laboratorium, bahan jamutersebut disimpan di gudang selama ±

3 hari, yang mungkin selama 3 hari tersebut bahan baku jamu meggumpal atau kemasukkan benda-benda lain sehingga perlu diadakan pengayakan sekali lagi. Pengayakan halusan jamu setengah jadi


(50)

commit to user

ini bertujuan untuk menghilangkan serat atau kotoran lain yang terbawa.

m. Proses Pengemasan

Teknik pengemasan dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan secara mekanis (mesin). Cara manual dilakukan untuk mengemasa kemasan sekunder atau kemasan distribusi. Sedangkan mesin-mesin pengemas digunakan untuk mengemas kemasan primer dari jamu serbuk.

E. Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas dalam industri pangan merupakan faktor penting untuk memelihara kualitas produk agar tetap baik dan memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan. Sistem pengendalian kualitas yang dilakukan di PT. Air Mancur dilakukan mulai dari bahan baku, bahan pembantu, proses maupun produk jamu yang dihasilkan.

1. Pengendalian Kualitas Bahan Baku dan Bahan Pembantu Pengendalian kualitas dilakukan terhadap bahan baku dan bahan pembantu sejak bahan dipesan dari para petani atau pedagang. Sampel diuji secara makrokopis dan mikrokopis sesuai dengan standar PT. Air Mancur.


(51)

commit to user

Pemeriksaan makrokopis dilakukan untuk melihat apakah bahan yang tercampur dengan bahan lain atau bahan asing lainnya. Sedangkan pemeriksaan Mikrokopis dilakukan untuk mengamati ciri khas yang ada pada bahan yang dapat membedakannya dari bahan lainnya. Bahan baku dan bahan tambahan yang telah dibeli diperiksa lagi dengan cara mengambil sampel bahan yang dikirim untuk mengetahui apakah bahan yang dikirimkan sesuai dengan sampel yang telah dikirimkan terlebih dahulu.

2. Pengendalian Kualitas Produk Selama Proses

Pengendalian kualitas produk yang dilakukan selama proses akan lebih menjamin produk akhir yang bermutu tinggi. Pengendalian kualitas ini juga dilakukan terhadap faktor-faktor lingkungan kerja antara lain: kebersihan bahan, alat, pekerja, dan tempat kerja. Pengendalian kualitas produk selama proses dilakukan setelah bahan jamu diprebroken yaitu suatu proses dimana bahan-bahan dibuat agar besarnya sama sehingga memudahkan proses selanjutnya. Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan terhadap jamu setengah jadi untuk diperiksa kesamarataan campuran, derajat kehalusan, kandungan logam-logam beracun. Jamu halusan setengah jadi yang telah diperiksa


(52)

commit to user

diberi nomor batch sebagai tanda bahwa jamu halusan tersebut dapat dikemas karena aman untuk dikonsumsi. 3. Pengendalian Kualitas Produk setelah Proses

Jamu-jamu jadi yang telah dibungkus diambil contohnya untuk disimpan sebagai arsip dan untuk pemeriksaan ulang terutama pemeriksaan mikrobiologis, keseragaman bobot, pemeriksaan momor batch dan nomor kode produksi. Pemeriksaan stabilitas jamu dilakukan terhadap produk jamu yang beredar di pasaran dengan memeriksa sampel yang disimpan sebagai arsip sehingga daapt diketahui jangka waktu produk jamu aman untuk dikonsumsi masyarakat. Jamu yang dikembalikan dari agen akan diperiksa lagi apakah masih layak untuk dikonsumsi. Apabila yang rusak kemasannya, akan dilakukan penggantian kemasan. Tetapi apabila halusan jamu memang sudah tidak layak untuk dikonsumsi maka akan dibuang.

F. Analisis Data

Pada item ini kami kami akan menganalisa dan membahas mengenai pengendalian kualitas terhadap produk jamu Param Mustajab (22A) yaitu jumlah produksi dan jumlah kerusakan yang ditimbulkan pada setiap kali melakukan kegiatan produksi. Berdasarkan hal tersebut kami mencoba menganalisa kerusakan produk masih berada dalam toleransi batas pengendalian kualitas


(53)

commit to user

yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah berjalan dengan baik atau belum. Kami menganalisa produk ini berdasarkan data yang kami peroleh dari PT. Air Mancur. Metode yang kami gunakan adalah metode P-Chart yang merupakan diagram yang mengukur persentase kerusakan atas sample yang kami gunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan produk Param Mustajab (22A) yang sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Untuk perhitungan dengan analisis P-Chart ini, akan diambil sampel pemeriksaan sebesar 1000 unit (h) setiap bulannya, dimana didalamnya terdapat sejumlah produk rusak atau cacat (d) selama 12 bulan (m) yang dimulai dari bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Desember 2008. untuk mengetahui jumlah produk rusak atau cacat dari sample 1000 unit tersebut, dilakukan perhitungan dengan cara perbandingan. Sebagai contoh pada bulan januari 2008 jumlah produksi sebesar 465.000 unit dan jumlah jumlah produk rusak atau cacat sebesar 18600 unit atau 4,0% dari produksi bulan itu. Dengan demikian, produk rusak atau cacat dari sample 1000 unit 465.000 : 18600 = 1000 : x, x adalah jumlah produk rusak atau cacat dari sample 1000 unit, jadi x = 40


(54)

commit to user TABEL I

PERSENTASE KERUSAKAN PRODUK PARAM MUSTAJAB 22A TAHUN 2007

Bulan ( m )

Produk yang diobservasi

(n) ( unit )

Produk rusak dalam

sample ( d )

Proporsi produk rusak

( p )

Persentase kerusakan ( % ) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 40 50 17 49 60 60 51 60 46 54 42 51 0.040 0.050 0.017 0.049 0.060 0.060 0.051 0.060 0.046 0.054 0.042 0.051 4,0 5,0 1,7 4,9 6,0 6,0 5,1 6,0 4,6 5,4 4,2 5,1

Jumlah 12000 0,580

Sumber: PT. Air Mancur Palur, Karanganyar

1. Rata-rata Proporsi Kerusakan Produk

p=

m p p

p + ...+ m

2 1 = 12 0,580 = 0,0483


(55)

commit to user 2. Standar Deviasi

SP =

n ) 1 ( p p

-=

1000 ) 0,0483

-(1 0,0483

= 0,00678

3. Batas atas (Upper Control Limit) UCL = p + 3SP

= 0,0483 + 3(0,00678) = 0,0483 + 0,02034 = 0,0686

= 6,8%

4. Batas bawah(Lower Control Limlit) LCL = p - 3SP

= 0,0483 - 3(0,00678) = 0,0483 - 0,02034 = 0,028


(56)

commit to user

Dari perhitingan dengan metode control p-chart diperoleh batas atas sebesar 0.068 atau 6,8% dan batas bawah sebesar 0.028 atau 2,8%. Sedangkan dari diagram P-chart tersebut dapat dilihat bahwa kerusakan produk yang diperiksa selama 12 bulan dari 1000 sampel yaitu dari bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Desember 2007, dapat dikatakan bahwa pengendalian kualitas pada produk Param Mustajab 22A telah berjalan dengan baik, karena kerusakan yang terjadi masih dalam batas kendali, yaitu masih berada di antara batas atas dan batas bawah.


(57)

commit to user

Pada diagram P-chart tersebut juga dapat dilihat bahwa kerusakan tertinggi terjadi pada bulan Mei, Juni, Agustus 2007 yaitu sebesar 6% dan kerusakan terendah terjadi pada bulan Maret 2007 sebesar 1,7%. Berdasarkan data yang kami peroleh dari PT. Air Mancur, kerusakan pada produk Param Mustajab 22A terjadi pada penggilingan 11,06%. Pada proses pengayakan 1,19%, pada proses pembungkusan 0.356% dan sisanya pada proses produksi yang lain. Pada umumnya kerusakan produk Param tersebut disebabkan oleh: 1. Faktor alam

Disebabkan oleh angin yang membawa debu ataupun pasir, sehingga dapat merubah aroma dan khasiat dari produk Param tersebut.

2. Faktor manusia

a. Pada proses pengoperasian alat penggilingan yang tidak sesuai dengan prosedur (temperature tinggi), hal ini mengakibatkan bahan menjadi rusak.

b. Pada proses penuangan bahan sering terjadi tercecer di lantai yang mengakibatkan bahan yang tidak dapat dipakai lagi.


(58)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan data mengenai pengendalian kualitas pada produk jamu param mustajab (22A) di PT. Air Mancur Palur, dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Dari 1000 sample yang di periksa dengan menggunakan metode P-chart selama 12 bulan yaitu dari bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 diperoleh rata-rata kerusakan produk sebesar 0,048 atau 4.8%. Batas kendali atas sebesar 0,068 atau 6,8% dan batas kendali bawah sebesar 0,028 atau 2,8%. Sehingga dari diagram P-Chart terlihat bahwa kerusakan produk tiap bulannya dari 1000 unit sample yang diperiksa selama 12 bulan yaitu dari bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 masih dalam batas pengendalian yaitu masih terletak diantara batas kendali atas dan batas kendali bawah.

2. Pada bulan Maret produksi param mustajab (22A) mengalami

under of control yaitu terletak di bawah batas kendali bawah. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian PT. Air Mancur agar menjadi panduan ke depannya untuk ditingkatkan.

3. Melihat dari diagram P-chart yang ada, maka perusahaan perlu mengambil langkah-langkah yang tepat, yaitu:


(59)

commit to user

a. Menurunkan tingkat kerusakan-kerusakan yang masih dalam batas pengendalian.

b. Dalam proses penggilingan di PT. Air Mancur sebaiknya di perhatikan lebih detail lagi, dikarenakan sering terjadinya temperature tinggi yang disebabkan oleh mesin yang sudah aus ataupun rusak.

B. Saran

Dari pembahasan dan kesimpulan diatas, cara menanggulangi kerusakan pada produk param mustajab (22A) sebagai berikut:

1. Perlu adanya perawatan dan pemeliharaan secara berkala terhadap alat-alat produksi, misalnya mesin selalu dibersihkan, penggantian mesin-measin yang aus atau rusak. Sehingga kerusakan produk yang dapat diakibatkan oleh mesin yang rusak ataupun kotor dapat dihindarkan.

2. Mengingat biaya untuk mengganti mesin lama dengan yang baru sangat mahal, maka hendaknya perusahaan setidaknya bisa mencari alternatif dengan memodifikasi mesin yang lama.


(1)

TABEL I

PERSENTASE KERUSAKAN PRODUK PARAM MUSTAJAB 22A TAHUN 2007

Bulan ( m )

Produk yang diobservasi

(n) ( unit )

Produk rusak dalam

sample ( d )

Proporsi produk rusak

( p )

Persentase kerusakan ( % ) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 40 50 17 49 60 60 51 60 46 54 42 51 0.040 0.050 0.017 0.049 0.060 0.060 0.051 0.060 0.046 0.054 0.042 0.051 4,0 5,0 1,7 4,9 6,0 6,0 5,1 6,0 4,6 5,4 4,2 5,1

Jumlah 12000 0,580

Sumber: PT. Air Mancur Palur, Karanganyar

1. Rata-rata Proporsi Kerusakan Produk p=

m p p

p + ...+ m

2 1 = 12 0,580 = 0,0483


(2)

2. Standar Deviasi

SP =

n ) 1

( p

p

-=

1000 ) 0,0483

-(1 0,0483

= 0,00678

3. Batas atas (Upper Control Limit) UCL = p + 3SP

= 0,0483 + 3(0,00678) = 0,0483 + 0,02034 = 0,0686

= 6,8%

4. Batas bawah(Lower Control Limlit) LCL = p - 3SP

= 0,0483 - 3(0,00678) = 0,0483 - 0,02034 = 0,028


(3)

Dari perhitingan dengan metode control p-chart diperoleh batas atas sebesar 0.068 atau 6,8% dan batas bawah sebesar 0.028 atau 2,8%. Sedangkan dari diagram P-chart tersebut dapat dilihat bahwa kerusakan produk yang diperiksa selama 12 bulan dari 1000 sampel yaitu dari bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Desember 2007, dapat dikatakan bahwa pengendalian kualitas pada produk Param Mustajab 22A telah berjalan dengan baik, karena kerusakan yang


(4)

Pada diagram P-chart tersebut juga dapat dilihat bahwa kerusakan tertinggi terjadi pada bulan Mei, Juni, Agustus 2007 yaitu sebesar 6% dan kerusakan terendah terjadi pada bulan Maret 2007 sebesar 1,7%. Berdasarkan data yang kami peroleh dari PT. Air Mancur, kerusakan pada produk Param Mustajab 22A terjadi pada penggilingan 11,06%. Pada proses pengayakan 1,19%, pada proses pembungkusan 0.356% dan sisanya pada proses produksi yang lain. Pada umumnya kerusakan produk Param tersebut disebabkan oleh: 1. Faktor alam

Disebabkan oleh angin yang membawa debu ataupun pasir, sehingga dapat merubah aroma dan khasiat dari produk Param tersebut.

2. Faktor manusia

a. Pada proses pengoperasian alat penggilingan yang tidak sesuai dengan prosedur (temperature tinggi), hal ini mengakibatkan bahan menjadi rusak.

b. Pada proses penuangan bahan sering terjadi tercecer di lantai yang mengakibatkan bahan yang tidak dapat dipakai lagi.


(5)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan data mengenai pengendalian kualitas pada produk jamu param mustajab (22A) di PT. Air Mancur Palur, dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Dari 1000 sample yang di periksa dengan menggunakan metode P-chart selama 12 bulan yaitu dari bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 diperoleh rata-rata kerusakan produk sebesar 0,048 atau 4.8%. Batas kendali atas sebesar 0,068 atau 6,8% dan batas kendali bawah sebesar 0,028 atau 2,8%. Sehingga dari diagram P-Chart terlihat bahwa kerusakan produk tiap bulannya dari 1000 unit sample yang diperiksa selama 12 bulan yaitu dari bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 masih dalam batas pengendalian yaitu masih terletak diantara batas kendali atas dan batas kendali bawah.

2. Pada bulan Maret produksi param mustajab (22A) mengalami

under of control yaitu terletak di bawah batas kendali bawah. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian PT. Air Mancur agar menjadi


(6)

a. Menurunkan tingkat kerusakan-kerusakan yang masih dalam batas pengendalian.

b. Dalam proses penggilingan di PT. Air Mancur sebaiknya di perhatikan lebih detail lagi, dikarenakan sering terjadinya temperature tinggi yang disebabkan oleh mesin yang sudah aus ataupun rusak.

B. Saran

Dari pembahasan dan kesimpulan diatas, cara menanggulangi kerusakan pada produk param mustajab (22A) sebagai berikut:

1. Perlu adanya perawatan dan pemeliharaan secara berkala terhadap alat-alat produksi, misalnya mesin selalu dibersihkan, penggantian mesin-measin yang aus atau rusak. Sehingga kerusakan produk yang dapat diakibatkan oleh mesin yang rusak ataupun kotor dapat dihindarkan.

2. Mengingat biaya untuk mengganti mesin lama dengan yang baru sangat mahal, maka hendaknya perusahaan setidaknya bisa mencari alternatif dengan memodifikasi mesin yang lama.