Posisi Pendapatan Kayu Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus di Kecamatan Ciawi, Caringin dan Cijeruk, Kabupaten Bogor)

RINGKASAN

R H a r i n i I r a w a t i (E01496076). Posisi Pendapatan K a y u Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga Petani (Studi Kasus d i Kecamatan Ciawi, Caringin dan Cijeruk, Kabupaten Bogor) d i
bawah bimbingan Ir. H. Hardjanto,MS.

Pembangunan hutan rakyat dimaksudkan agar tercipta optimalisasi pengunaan lahan terutama
lahan- lahan terlantar dan tidak produktif serta memberikan kesempatan yang lebih besar kepada petani
untuk melakukan diversifikasi usaha tani.

Kayu rakyat yang dihasilkan dari hutan rakyat biasa

digunakan untuk bahan bangunan, bahan baku industri dan sulnber energi baik di pedesaan maupuli
kota-kota kecil di Jawa (Haeruman,l994).

Selain itu dari segi sosial ekonomi, hutan rakyat memiliki

peranan untuk lneningkatkan pendapatan petani, memperluas lapangan kerja, hasil hutan non-kayu
berupa getah, buah dan lain-lain. Untuk menunjang kebutuhan sehari-hari dengan tersedianya sayursayuran,pakan ternak, nilai estetik, fungsi ekologis dan hidrologis dengan mengurangi tekanan
terhadap hutan negara disekitarnya.
Melihat peranan hutan rakyat tersebut diatas, tentu me~nberikanpula peranan yang besar bagi

para pemilik ataupun penggarap hutan rakyat yang ditanami komoditi kayu rakyat tersebut, terutama
dari hasil kayunya yang menjadi pendapatan bagi petani ataupun bila kayu tersebut untuk digunakan
sendiri.

Hal ini beratti bahwa peranan kayu rakyat tersebut menjadikan keberadaan hutan rakyat

semakin dibutuhkan oleh masyarakat.

Pengusahaan hutan rakyat pada waktu-waktu selanjutnya

memerlukan pembinaan sesuai situasi dan kondisi yang ada misalnya dari segi penguasaan lahan,
kebutuhan terhadap produksi hutan rakyat, posisi hutan rakyat dalam struh7ur pendapatan, periode
pendapatan dari hutan rakyat, perkembangan perdagangan serta isu lingkungan.
Pembinaan hutan rakyat merupakan ha1 yang perlu diperhatikan agar kesinambungan suplai kayu
dari hutan rakyat tetap terjamin setta terdapat peningkatan hasil. Untuk menetapkan kebijakan dalam
pembinaan hutan rakyat, salah satu kriteria yang dapat digunakan adalah dengan mengetahui posisi
pendapatan yang diperoleh petani dari kayu rakyat tersebut dalam struktur pendapatan rumah
tangganya sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Pelnilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling berdasarkan potensi dan jenis
hutan rakyat yang sesuai dengan tujuan penelitian dan d i lokasi tersebut belum pernah dilaksanakan

penelitian sebelumnya. Survey pendahuluan dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui jumlah
petani hutan rakyat dalam satu desa dengan luas lahan yang dikuasainya. Setelah itu baru dilakukan
pengambilan contoh.

Pemilihan contoh dari lokasi tersebut dilakukan berdasarkan metode

pengambilan contoh acak berlapis (stratified random sampling) dengan alokasi berimbang. Stratum
luas lahan yang digunakan untuk masing- masing jenis hutan rakyat dalam penelitian ini yaitu Stratum
1:Luas lahan yang dikuasai > 0,50 Ha, Stratum 1I;Luas lahan yag dikuasai 0,25-0,50 Ha, Stratum 111;

Luas lahan yang dikuasai < 0,25 Ha (Sajogyo, 1978). Dari masing-masing stratum diambil contoh
dengan alokasi berimbang.
Lahan merupakan faktor produksi alam yang penting bagi masyarakat pedesaan, karena dapat
dikelola menjadi sumber pendapatan.

Untuk kedua jenis hutan rakyat penguasaan lahan terbesar

terdapat pada strata I (luas lahan > 0,s Ha). Namun jika dilihat berdasarkan desa, Desa Tugu Jaya dan
Cileungsi yang terbanyak adalah petani yang memiliki luas lahan Strata It (0,25-0,5 Ha), Desa Pasir
Jaya dan Tangkil; Strata 1, serta Bojong Murni dan Cinagara; Strata 111 (< 0.25 Ha).

Penanaman dan pemanenan kayu yang dilakukan petani belum memiliki tala waktu yang teratur
atau tidak mengikuti daur. Pohon ditebang pada umur berapa pun sesuai kebutuhan petani. Belum ada
rumusan peligaturan hasil, periode atau jangka waktu penebangadpenanaman polion yang dapat
diterapkan sehingga petani memperoleh hasil yang berkelanjutan. Teknik pemanenan yang dilakukan
petani di lokasi penelitian adalah dengan cara tebang pilih dalam bentuk pohon berdiri. Proses
penebangan dilakukan oleh pembeli (tengkulak) dan petani hanya menerima uang pembayarannya
saja.
Pendapatan yang diperoleh petani dari hasil hutan rakyat dalam bentuk kayu berdiri ataupun
dalam bentuk olahan bewariasi sesuai kebutuhan petani, jika ada kebutuhan yang me~nerlukandana
yang cukup besar, maka kayu yang dijual pun menjadi lebih banyak. Hal ini terutama terjadi bila hasil
pertanian atau usaha lain mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut.
Pada hutan rakyat campuran, jenis kayu(pohon) yang ada cukup beragam dan harga jualnya
bervariasi berdasarkan jenis dan kualitasnya. Pada umumnya, petani hutan rakyat campuran memiliki
dua jenis kayu yaitu sengon dan kayu afrika serta bambu yang dijual per batang.
Harga jual kayu tersebut bervariasi berdasarkan jenis kayu, kualitas kayulpohon dan umur pohon.
Harga kayu Sengon (Albasia) biasanya lebih tinggi daripada kayu Afrika, untuk kayu Sengon umur 2-3
tahun, harganya berkisar antara Rp.7000-8000 per batangnya untuk kualitas biasa, sementara untuk
kualitas yang cukup baik harganya dapat mencapai Rp. 10.000-15.000 per batangnya. Kayu Sengon
yang berumur 5 tahun ke atas dengan kualitas biasa harganya antara Rp. 10.000-15.000 sementara
untuk kualitas yang baik harganya dapat mencapai Rp. 20.000 per batangnya. Sementara untuk kayu

Afrika biasanya dihargai lebih rendah daripada kayu Sengon, jika Sengon diberi harga Rp 7000, ~naka
kayu Afrika dihargai Rp.5000-6000 per batang dengan kualitas yang sama. Namun harga tersebut
bukan patokan yang pasti karena ada juga petani yang menerima pembelian kayu dengan sistem
borongan sehingga harga kayu per batang dapat lebih rendah lagi. Sementara untuk barga kayu per m3
seperti yang terjadi pada sejumlah petani di Desa Tangkil, kedua jenis kayu tersebut diberi liarga yang
sama yaitu Rp.50.000/m3. Harga bambu per batang antara Rp. 1000-2000. Bila tidak dijual, biasanya
bambu tersebut digunakan untuk keperluan sendiri.
Dari hasil uji beda pendapatan rata-rata atau uji t pada tingkat kepercayaan 95 % per-rumali
tangga pada hutan rakyat campuran untuk masing-masing strata penguasaan lahan, pendapatan rata-

rata per tahun petani strata Itidak berbeda nyata dengan hutan rakyat monokultur, sedangkan pada
strata I1 dan 111 pendapatan rata-rata petani hutan rakyat campuran berbeda nyata dengan petani hutan
rakyat monokultur. Berarti pendapatan yang diperoleh petani hutan rakyat calnpuran dari hasil kayu
rakyat rata-rata lebih besar dari hutan rakyat monokultur.
Hasil dari hutan rakyat memberikan kontribusi yang tidak terlalu besar terhadap pendapatan
rumah tangga petani. Besarnya kontribusi tersebut berbeda-beda berdasarkan luas penguasaan lahan
hutan rakyat. Pada strata I hutan rakyat canipuran, hutan rakyat memberikan kontribusi rata-rata
sebesar 7,22 % dan pada hutan rakyat monokultur sebesar 12,44 %. Hal ini disebabkan karena ada
beberapa responden yang menjual kayunya dala~njunilah yang banyak sehingga pendapatannya tinzi.
Data petani tersebut me~iipengaruhirata-rata pendapatan responden keseluruhan. Pada Strata 11, hutan

rakyat campuran memperoleh kontribusi sebesar 6,06 % dan untuk hutan rakyat monokultur sebesar
7,47 %. Kecilnya kontribusi ini disebabkan karena petani tidak banyak menjual kayunya dan harga
jual kayu yang ditekan oleh pembeli (tengkulak) dengan sistem pembeliati secara borongan. h'amun
pada strata Ill, kontribusi pada kedua jenis hutan meningkat kembali yaitu sebesar 8,45 % pada hutan
rakyat campuran dan menurun ke~nbalipada hutan rakyat monokultur menjadi 4,29 %.
Kontribusi petidapatan kayu rakyat terliadap pendapatan total rumah tangga petani hutan rakyat
campuran adalah Rp. 220.356,67/KWtahun.

Pendapatan terbesar adalah strata I sebesar Rp.

252.333,33/KWtahun dan terkecil adalah strata 11 sebesar Rp. 183.570,00/KWtahun. Sedangkan untuk
hutan rakyat monokultur sebesar Rp. 204.844,40/KWtahun.

Pendapatan terbesar diperoleh strata I

sebesar Rp. 346.433,40/KWtahun dan terkecil adalah strata 111 sebesar Rp. 98,333,331KWtahun.
Pendapatan kayu rakyat lnasih menduduki urutan ke-4 dari beragamnya sumber pendapatan
diatas jika dilihat secara rata-rata untuk hutan rakyat ~nonokulturdan posisi ke-3 untuk hutan rakyat
campuran..


Posisi

pendapatan dari kayu rakyat yang masih rendah menyebabkan petatii tidak

menggantungkan hidupnya dari hasil kayu rakyat.

Dokumen yang terkait

Peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat

22 141 109

Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

2 53 66

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI (Studi Kasus Desa Kutoarjo Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung)

1 11 137

Pendapatan Masyarakat yang Terlibat dalam Pengelolaan Hutan Rakyat (Kecamatan Ciawi, Caringin dan Cijeruk Kabupaten Bogor)

0 6 70

Kontribusi Rutan Rakyat dalam Penyediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat ( Studi Kasus di Kecamatan Ciawi, Caringin dan Cijeruk Kabupaten Bogor)

0 7 83

Analisis pendapatan rumah tangga petani hutan rakyat studi kasus di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

3 13 66

Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur)

0 19 97

Kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani (Studi Kasus: Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 110

Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 4 36

Dinamika Relasi Gender Dalam Rumah Tangga Petani Di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor

0 7 56