Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

i

KONTRIBUSI PENGELOLAAN AGROFORESTRI
TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI
Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat

YUDI FERDINANTA SITEPU

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

4

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Pengelolaan

Agroforesti Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa
Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Yudi Ferdinanta Sitepu
NIM E14080037

1

ABSTRAK
YUDI FERDINANTA SITEPU. Kontribusi Pengelolaan Agroforesti
Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Dibimbing Oleh LETI
SUNDAWATI.

Agroforestri
merupakan
sistem
penggunaan
lahan
yang
mengkombinasikan tanaman kehutanan (pohon-pohon) dengan tanaman pertanian.
Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa agroforestri dapat meningkatkan
pendapatan rumah tangga petani. Desa Sukaluyu merupakan salah satu desa yang
menjadikan agroforestri sebagai sumber ekonomi masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis besarnya kontribusi dari pengelolaan agroforestri
terhadap rumah tangga petani serta sistem agroforestri yang diterapkan oleh petani
setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani menerapkan sistem
agroforestri yang memadukan tanaman perkayuan dengan palawija dan tanaman
perkayuan dengan tanaman obat yang memberikan kontribusi sebesar 68.60%
terhadap pendapatan total rumah tangga.
Kata kunci: agroforesti, kontribusi, pendapatan

ABSTRACT
YUDI FERDINANTA SITEPU. Revenue Contribution of the Agroforestry

Managemenet to Farmers Household (Case Studies: Sukaluyu Village, District of
Nanggung, Bogor Regency, West Java Province). Supervised by LETI
SUNDAWATI.
Agroforestry is a land use system which combines woody plants with
agricultural crops. Various previous researches concluded that agroforestry can
improve the household income of farmers. Sukaluyu Village became one of the
villages that make agroforestry as a source of their economy. The research was
conducted to provide information regarding the contribution of agroforestry
management to the farmer households as well as information about the
agroforestry system adopted by local farmers. The results of research showed that
farmers implement agroforestry system who combined trees with crops and trees
with medicinal plants in which land management with agroforestry systems
contribute to farmer household income was 68.60%.
Key words: agroforestry, contribution, revenue

2

KONTRIBUSI PENGELOLAAN AGROFORESTRI
TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI
Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

3

4

Judul Skripsi : Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Nama
: Yudi Ferdinanta Sitepu
NIM
: E14080037

Disetujui oleh

Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.F.Trop.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop
Ketua Departemen Manajemen Hutan

Tanggal Lulus :

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul
Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani
(Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat) yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai November 2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc
selaku pembimbing yang telah memberikan banyak pembelajaran dan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Ketua Kelompok Tani Lamping, Bapak Mihan atas dukungan moral dan
bantuannya dalam pengumpulan data, dan masyarakat Desa Sukaluyu yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan temen-teman tercinta atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Yudi Ferdinanta Sitepu

6


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Kerangka Pemikiran

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

METODE PENELITIAN

4


Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Alat dan Bahan Penelitian

4

Metode Pemilihan Responden

4

Jenis Data

5

Teknik Pengumpulan Data

5


Pengolahan dan Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Kondisi Umum Lokasi

8

Karateristik Petani Agroforestri

9

Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian

11


Pola Agroforestri

11

Pengelolaan Agroforestri

13

Kontribusi Agroforestri

16

Hubungan karateristik petani dengan pendapatan agroforestri

19

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

22

Lampiran

22

7

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Umur responden
Tingkat Pendidikan Responden
Pekerjaan masyarakat di Desa Sukaluyu
Jumlah anggota keluarga di Desa Sukaluyu
Jenis pohon pada lahan agroforestri di Sukaluyu
Jenis tanaman pertanian pada pola agroforestri di Sukaluyu
Rata-rata pendapatan rumah tangga responden dari berbagai
sumber di Desa Sukaluyu
Rata-rata penngeluaran rumah tangga responden per di Desa
Sukaluyu
Perbandingan rata-rata pendapatan dan pengeluaran rumah
tangga responden
Presentase kontribusi agroforestri dan non agroforestri
terhadap pendapatan dan pengeluaran
Hubungan umur dengan pendapatan rumah tangga
Hubungan pendidikan dengan pendapatan rumah tangga
Hubungan pekerjaan dengan pendapatan rumah tangga

10
11
12
13
13
14
17
18
19

19
20
21
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Kerangka Pemikiran
Desain unit contoh vegetasi di lapangan
Kebun agroforestri masyarakat Desa Sukaluyu
Areal persawahan masyarakat Desa Sukaluyu
Kegiatan penanaman kayu sengon di Desa Sukaluyu
Kegiatan pemeliharaan tanaman di Desa Sukaluyu
Kegiatan pemanenan tanaman serai di Desa Sukaluyu
Kayu afrika yang siap dipasarkan di Desa Sukaluyu

4
8
9
10
14
14
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Dokumentasi dilapangan
Jenis dan Sumber Data
Jenis tanaman berkayu tingkat tiang
Jenis tanaman berkayu tingkat pancang
Data responden

22
23
24
24
25

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Agroforestri merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan yang
mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya
alih-guna lahan dan sekaligus juga mengatasi masalah pangan. Agroforestri
adalah sistem dan teknologi penggunaan lahan, dimana tanaman berkayu ditanam
secara sengaja pada unit manajemen lahan yang sama dengan tanaman pertanian
dan atau ternak. Huxley (1999) menyatakan agroforestri merupakan sistem
pengunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman
tidak berkayu (kadang-kadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan atau
bergiliran pada suatu lahan, untuk memperoleh berbagai produk dan jasa
(services) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar komponen
tanaman.
Keberadaan pohon dalam agroforestri mempunyai dua peranan utama.
Pertama, pohon dapat mempertahankan produksi tanaman pangan dan
memberikan pengaruh positif pada lingkungan fisik, terutama dengan
memperlambat kehilangan hara dan energi, dan menahan daya perusak air dan
angin. Kedua, hasil dari pohon berperan penting dalam ekonomi rumah tangga
petani. Pohon dapat menghasilkan produk yang digunakan langsung seperti
pangan, bahan bakar, bahan bangunan dan input untuk pertanian seperti pakan
ternak, mulsa serta produk atau kegiatan yang mampu menyediakan lapangan
kerja atau penghasilan kepada anggota rumah tangga (Hairiah et al. 2003)
Tumbuhan obat merupakan salah satu jenis tanaman yang sering ditemukan
dalam pola agroforestri dan di hutan alam. Contoh jenis tumbuhan obat yang
sering digunakan masyarakat antara lain, jahe, serai, temulawak, kunyit, kumis
kucing dan lain-lainnya. Dalam hutan Indonesia menurut Widayanti (2004)
terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat. Dengan kekayaan flora tersebut
maka negara kita memungkinkan untuk melakukan pengembangan industri di
bidang obat-obatan. Penduduk asli (indegenous people) memiliki pengetahuan
secara turun menurun dalam mengatasi permasalahan kesehatan dan juga
meyakini bahwa tumbuhan yang ada dapat memberikan dampak kesehatan serta
memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Kontribusi yang dapat diperoleh dengan sistem agroforestri terhadap
pendapatan rumah tangga adalah masyarakat mendapatkan hasil dari lahan hutan
tanpa harus menunggu masa tebang karena dapat memperoleh hasil dari tanaman
pertanian baik perbulan atau pertahun tergantung jenis tanaman pertaniannya.
Selain itu produktivitas tanaman kehutanan menjadi meningkat karena adanya
pasokan unsur hara dan pupuk dari pengolahan tanaman pertanian serta daur
ulang sisa tanaman. Hal ini jelas sangat menguntungkan petani karena dapat
memperoleh manfaat ganda dari tanaman pertanian dan kehutanan.
Agroforestri dapat meningkatkan kesejahteraan petani, untuk mengukur
pendapatan rumah tangga maka diperlukan suatu penelitian untuk mengkajinya.
Berikut adalah beberapa penelitian-penelitian mengenai kontribusi agroforestri
terhadap pendapatan rumah tangga yang telah dilakukan sebelumnya. Rachman
(2008) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil agroforestri di Desa

2

Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
memberikan kontribusi sebesar 60.6% dari pendapatan total rumah tangga dengan
pendapatan rata-rata dari hutan rakyat sebesar Rp6 933 274 per tahun sedangkan
Rachman (2010) di Desa Cigudeg, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor
menyimpulkan bahwa agroforestri memberikan kontribusinya sebesar 79.5% dari
pendapatan total rumah tangga dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp18 010 221
per tahun.
Berdiri di atas wilayah seluas 320 Ha dan dihuni 4028 jiwa (BPS 2009),
Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
menjadi salah satu desa yang menjadikan agroforestri sebagai sumber
ekonominya. Salah satu pola tanam yang populer dari sistem agroforestri di Desa
Sukaluyu adalah pola tanam tumpang sari. Secara khusus daerah ini memiliki
keunikan yang menarik untuk lebih didalami, karena mayoritas masyarakat
mengkombinasikan komoditas tanaman obat dengan tanaman lainnya.
Kajian mengenai kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan
rumah tangga serta sistem pemilihan jenis tanaman pada lahan dan pola
agroforestri yang diterapkan oleh petani menjadi dibutuhkan guna mengetahui
seberapa besar pengaruh pengelolaan agroforestri tersebut dalam memberikan
kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga petani. Dengan semakin besar
kontribusinya akan menjadi pendorong minat dan usaha masyarakat untuk terus
mengembangkan hutan rakyat melalui sistem pengelolaan agroforestri.

Perumusan Masalah
Pemanfaatan lahan dengan sistem agroforestri di Desa Sukaluyu
memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani setempat.
Keberadaannya ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
sumber pendapatan, baik sumber pendapatan utama maupun sumber pendapatan
tambahan.
Alasan utama yang mendasari keputusan rumah tangga petani untuk
menerapkan agroforestri adalah keuntungan dari penjualan pohon. Namun banyak
penelitian yang membuktikan bahwa pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang
dapat disediakan dari sistem agroforestri merupakan pendorong utama sebagian
besar petani untuk menanam pohon. Perubahan pertanian dari yang semula
subsisten menjadi semakin komersial menyebabkan penanaman pohon pada skala
petani menjadi lebih rentan terhadap pengaruh ekonomi. Kemudahan akses ke
pasar untuk menjual hasil pohon menciptakan peluang terciptanya sumber
penghasilan.
Penelitian ini akan mengkaji mengenai kontribusi pengelolaan agroforestri
terhadap pendapatan rumah tangga serta sistem pemilihan jenis tanaman pada
lahan dan pola agroforestri yang diterapkan oleh petani setempat menjadi
dibutuhkan guna mengetahui seberapa besar pengaruh pengelolaan agroforestri
tersebut dalam memberikan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga
petani.
1. Pola atau sistem agroforesti seperti apa yang diterapkan petani setempat?
2. Berapa besar kontribusi agroforestri di Desa Sukaluyu terhadap ekonomi
rumah tangga petani setempat?

3

Kerangka Pemikiran
Potensi sumberdaya hutan yang terkandung di dalam hutan tanaman rakyat
di Desa Sukaluyu menyebabkan terjadinya hubungan interaksi antara masyarakat
sekitar dengan kawasan hutan dalam bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan.
Bentuk pemanfaatan yang dilakukan berupa pemanfaatan hasil hutan maupun
pemanfaatan lahan hutan sebagai areal pertanian.
Dalam menghadapi masalah alih fungsi lahan dan menurunnya
ketersediaan lahan akibat berbagai macam kebutuhan, maka sistem agroforestri
lahir sebagai jawaban atas permasalahan tersebut. Banyak penelitian yang
dilakukan mengenai pola agroforestri di setiap daerah yang dikonversi menjadi
sebuah kebijakan untuk memanfaatkan ketersediaan lahan yang semakin harinya
semakin sempit.
Berdasarkan informasi awal yang diterima, petani di Desa Sukaluyu
merupakan salah satu yang memanfaatkan lahan dengan sistem agroforestri.
Secara khusus, daerah ini memiliki keunikan yang menarik untuk lebih didalami,
komoditas tanaman obat menjadi salah satu hasil agroforestri yang berpengaruh
terhadap pendapatan rumah tangga. Peluang untuk pengembangan budidaya
tanaman obat-obatan masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin
berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional.
Studi mengenai kontribusi agroforestri terhadap pendapatan perlu
dilakukan guna mengetahui lebih jauh mengenai kegiatan pengelolaan agroforestri
sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah
tangga petani di Desa Sukaluyu. Selain itu menjadi penting untuk mengetahui
pola/sistem agroforestri yang diterapkan oleh petani setempat. Hal ini bermanfaat
untuk memberikan informasi mengenai kontribusi agroforestri terhadap
pendapatan rumah tangga petani setempat. Kerangka pemikiran ini disajikan pada
Gambar 1.
Sistem agroforestri

Tanaman pertanian

Pohon

Penerapan
sistem?

Hasil agroforestri
Besarnya
kontribusi?
Pendapatan rumah
tangga petani
Gambar 1 Kerangka Pemikiran

4

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pola atau sistem agroforestri seperti apa yang diterapkan
oleh petani di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat.
2. Mengetahui kontribusi agroforestri di Desa Sukaluyu, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat terhadap pendapatan
rumah tangga petani setempat.
3. Menganalisis hubungan karateristik petani dengan pendapatan agroforestri
yang diterapkan oleh petani di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai
kontribusi agroforestri terhadap rumah tangga petani dan informasi pola
pengelolaan agroforestri yang diterapkan oleh petani setempat dalam usaha
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan keberadaan dan prinsip kelestarian hutan.
Disamping itu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penentuan kebijaksanaan
pemerintah yang berkaitan dengan pembinaan petani dalam rangka peningkatan
pembangunan hutan rakyat dengan sistem agroforestri kearah yang
menguntungkan.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung
pada bulan Oktober 2013.
Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lahan garapan petani
agroforestri. Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai
panduan wawancara disertai alat tulis menulis dan alat rekam untuk wawancara di
lapangan, kamera untuk keperluan dokumentasi dan laptop. Sedangkan untuk
keperluan inventarisasi lahan garapan petani agroforestri adalah kompas, tali rafia,
haga meter dan pita ukur.
Metode Pemilihan Responden
Pengumpulan data dan pengambilan contoh menggunakan metode
purposive sampling, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Seseorang atau sesuatu yang dijadikan sampel penilitian adalah karena peneliti

5

menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan dalam menunjang penelitan. Jumlah responden yang diambil adalah 30
orang. Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan faktor-faktor
kondisi lapangan, yaitu jarak, cuaca, dan waktu yang tersedia selama proses
pengumpulan data.
Jenis Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data identitas responden, data ekonomi rumah
tangga, data pendapatan rumah tangga, dan data pengeluaran rumah tangga yang
diamati langsung di lapangan (observasi). Sedangkan data sekundernya adalah
data sosial ekonomi. Data sekunder juga diperoleh melalui buku, majalah,
internet, surat kabar dan instansi-instansi yang relevan dengan penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik yang
disesuaikan dengan data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan yaitu:
1. Teknik wawancara yaitu pengumpulan data secara terstruktur melalui
tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap responden dengan
menggunakan kuesioner dan wawancara secara tidak terstruktur dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung tanpa menggunakan kuesioner
kepada responden.
2. Teknik pengamatan langsung (observasi) yaitu pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh responden di lapangan.
3. Inventarisasi vegetasi tegakan kebun agroforestri dengan kombinasi antara
metode jalur untuk risalah vegetasi tingkat pohon dengan metode garis
berpetak untuk risalah permudaan hutan.
4. Studi pustaka yaitu dengan cara mencatat dan mempelajari laporan,
dokumen, literatur, karya ilmiah, hasil penelitian, jurnal dan arsip-arsip
yang berhubungan dengan penelitian sebagai penunjang data.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lapang
selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif, kuantitatif serta inventarisasi
tegakan yang akan memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas
mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.
Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai
sistem pengelolaan hutan rakyat, latar belakang pemilihan jenis tanaman, data
umum responden, data pendapatan, data pengeluaran dan permasalahan yang
terjadi dalam pengelolaan. Informasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan
dan disajikan dalam bentuk tabel, tabulasi angka, serta gambar sesuai hasil yang
diperoleh.

6

Analisis kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai
kontribusi pendapatan agroforestri yang meliputi sumber-sumber pendapatan dan
pengeluaran responden baik dari hasil agroforestri dan diluar agroforestri.
Informasi selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan perhitungan untuk kemudian
disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan tabel sesuai dengan hasil yang
diperoleh.
Inventarisasi tegakan digunakan untuk mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi serta bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuhtumbuhan.
Hasilnya ditampilkan dalam uraian, tabulasi data dan pembuatan tabel.
Untuk menganalisis penelitian ini, maka dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi hasil wawancara maupun observasi langsung.
2. Pemilahan informasi sesuai dengan kategori-kategorinya.
3. Penyajian dalam bentuk uraian penjelasan dan tabel.
4. Penarikan kesimpulan.
Untuk mengetahui pola agroforestri di Desa Sukaluyu dilakukan analisis
vegetasi yang merupakan kombinasi antara metode jalur untuk risalah vegetasi
tingkat pohon dengan metode garis berpetak untuk risalah permudaan hutan.
Jumlah petak contoh yang diambil adalah 5 petak dengan total luasan sebesar 0.2
ha. Desain unit contoh vegetasi di lapangan secara detail dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2 Desain unit contoh vegetasi di lapangan
Keterangan: Ukuran petak contoh semai
Ukuran petak contoh pancang
Ukuran petak contoh tiang
Ukuran petak contoh pohon

= 2m
= 5m
= 10 m
= 20 m

x2m
x5m
x 10 m
x 20 m

Untuk mengetahui pendapatan dan kontribusi agroforestri terhadap
pendapatan rumah tangga dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai
berikut :
1. Pendapatan petani dari hutan rakyat
Iaf = Jumlah pendapatan petani dari setiap produk agroforestri

Keterangan:
Iaf = pendapatan total petani dari agroforestri per tahun (Rp)
Pendapatan petani dari produk agroforestri = pendapatan yang diperoleh dari hasil
penjualan kayu, tanaman obat, buahbuahan, padi dan palawija.

7

2. Pendapatan petani dari non hutan rakyat
Inaf = Jumlah pendapatan petani dari setiap produk non agroforestri

Keterangan:
Inaf = pendapatan petani dari produk non agroforestri
Pendapatan petani dari produk non agroforestri = hasil perdagangan, peternakan,
upah/gaji,
serta
sumber
pendapatan lainnya
3. Pendapatan total petani
Itot = Iaf + Inaf

Keterangan:
Itot = jumlah pendapatan total rumah tangga petani
Iaf = pendapatan total dari produk agroforestri
Inaf = pendapatan total dari produk non agroforestri
4. Persentase pendapatan dari agroforestri terhadap total pendapatan
Iaf % = ( Ihr / Itot ) × 100

Keterangan:
Iaf % = persentase pendapatan dari agroforestri
Ihr = pendapatan total dari agroforestri
Itot = pendapatan total rumah tangga petani
5. Menghitung total pengeluaran
Ctot = Σ C

Keterangan:
Ctot = total pengeluaran rumah tangga selama periode satu tahun
C = jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
6. Persentase pendapatan total rumah tangga terhadap total pengeluaran
Itot % = ( Itot / Ctot ) ×100

Keterangan:
Itot = persentase pendapatan total rumah tangga terhadap total pengeluaran
Itot = pendapatan total rumah tangga
Ctot = pengeluaran total rumah tangga
Untuk mengetahui hubungan karateristik petani dengan pendapatan
agroforestri di Desa Sukaluyu dilakukan tabulasi silang yang merupakan metode
untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks.
Hasil tabulasi silang disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel-variabel yang
tersusun sebagai kolom dan baris. Variabel yang digunakan adalah karateristik
responden (umur, pendidikan, dan pekerjaaan) dengan pendapatan agroforestri.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi
Desa Sukaluyu terletak di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor,
dimana luas wilayahnya sebesar 320 ha. Jumlah penduduk sebesar 4028 jiwa,
dengan jumlah laki-laki sebanyak 2089 orang dan perempuan sebanyak 1939
orang. Jarak dari kota kecamatan menuju kabupaten sekitar 30 km (Potensi desa
dan kelurahan 2013). Desa Sukaluyu secara umum merupakan wilayah berbukitbukit dengan ketinggian 400-500 mdpl. Lahan di Desa Sukaluyu didominsi oleh
lahan persawahan (pertanian) seluas 105 ha dari total luas wilayah desa. Desa
tersebut memiliki kelerengan datar, agak curam dan curam. Untuk wilayah yang
datar ditanami oleh tanaman pertanian dan kebun agroforestri seperti padi, jahe
dan jagung sedangkan untuk wilayah yang agak curam dan curam dijadikan
wilayah hutan dan ditanami tanaman perkayuan seperti sengon, puspa dan kayu
afrika.
Menurut data Potensi Desa dan Kelurahan (2013), curah hujan rata-rata di
Desa Sukaluyu Kecamatan Nanggung adalah 100-200 mm/bulan dengan
temperatur antar 24°-36° C. Berdasarkan hasil dari data yang dikumpulkan bahwa
Desa Sukaluyu memiliki tiga jenis tanah yaitu aluvial, latosol coklat dan podsolik
merah kuning. Tanah aluvial terdapat pada lahan basah (persawahan). Sedangkan
untuk tanah latosol dan podsolik merah juning redapat pada lahan kering, yaitu:
tanah hutan dan kebun agrofoerstri.
Karateristik Petani Agroforestri
Gambaran mengenai karakteristik petani agroforestri dilakukan dengan
metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden yang diambil adalah
sebanyak 30 orang. Data yang dikumpulkan, yaitu: identitas, umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendapatan responden, dan
pengeluaran responden.
Umur
Berdasarkan data yang dikumpulkan di Desa Sukaluyu tahun 2013, umur
responden yang paling muda adalah 32 tahun dan yang paling tua berumur 71
tahun. Data mengenai umur responden disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Umur responden di Desa Sukaluyu tahun 2013
Umur (tahun)
26-35
36-45
46-55
56-65
≥ 66

Jumlah (orang)
4
6
10
5
5

Persentase (%)
13.33
20.00
33.33
16.67
16.67

9

Tabel 1 menunjukkan persentase umur responden terbesar berada pada
selang umur 46-55 tahun sebesar 33.33%. Hal ini disebabkan pada rentang umur
tersebut responden masih masuk pada kategori umur produktif dan rata-rata telah
berkeluarga serta merupakan generasi yang terdekat dari generasi sebelumnya
sebagai pewaris lahannya. Hasil wawancara di lapangan juga menunjukkan bahwa
responden dengan rentang umur 46-55 tahun memiliki anggota keluarga (anak)
yang berada pada usia sekolah sehingga tekanan untuk bisa mendapatkan
penghasilan lebih besar.
Pendidikan
Tingkat pendidikan berpengaruh pada pola pikir petani dalam mengelola
lahan yang dimilikinya. Kebanyakan dari petani atau dalam hal ini diwakili oleh
responden, belum mampu mengaplikasikan pengelolaan lahannya secara baik,
dalam artian belum ada usaha yang dilakukan oleh petani untuk bisa
menanggulangi masalah yang dihadapi bila tanaman mereka memasuki masa
tidak produktif lagi. Berdasarkan proses wawancara yang dilakukan selama
penelitian, para petani seolah berada dalam zona aman dan nyaman ketika saat ini
mereka tidak membutuhkan modal untuk mengelola lahan dikarenakan lahan
garapan mereka merupakan warisan dari generasi sebelumnya.
Tingkat pendidikan dapat juga menjadi indikator status sosial dalam
masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula
status sosialnya di dalam masyarakat tersebut. Data tingkat pendidikan responden
dalam penelitian ini, bisa dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Sukaluyu tahun 2013
Tingkat pendidikan
Tidak bersekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana

Jumlah (orang)
2
12
8
6
2

Persentase (%)
6.67
40.00
26.66
20.00
6.67

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebanyak 12 orang (40.00%) responden
dengan tingkat pendidikan hanya sampai tingkat SD dan sebanyak 2 orang
(6.67%) tidak bersekolah. Rendahnya tingkat pendidikan dipicu oleh besarnya
biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, selain itu juga
fasilitas pendidikan pada tingkat lanjutan yang ada di wilayah Desa Sukaluyu baru
tersedia beberapa tahun terakhir. Selama ini masyarakat desa yang ingin
melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi harus memiliki kemampuan untuk
sekolah keluar desa.
Pekerjaan
Kebanyakan responden di Desa Sukaluyu memiliki pekerjaan atau mata
pencaharian utama dan sampingan. Persebaran pekerjaan atau mata pencaharian
utama dan sampingan dalam responden ini mayoritas adalah petani. Sedangkan
tingkat kedua mata pencaharian responden adalah wiraswasta. Wiraswasta untuk
Desa Sukaluyu biasanya berupa usaha perdagangan di rumah responden, seperti

10

warung kebutuhan rumah tangga dan toko bangunan. Pekerjaan lainnya antaralain
seperti PNS, buruh bangunan dan supir. Kegiatan pertanian merupakan kegiatan
yang cocok karena tidak membutuhkan tenaga dan waktu setiap harinya.
Kebanyakan responden menggunakan sistem upah terhadap pekerja untuk
mengelola kebun milik mereka, sehingga pengeluaran untuk biaya usaha tani
tinggi diakibatkan biaya upah tenaga kerja. Pekerjaan masyarakat di Desa
Sukaluyu disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pekerjaan responden di Desa Sukaluyu tahun 2013
Pekerjaan utama dan
sampingan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Petani
PNS, petani
Wiraswasta, petani
Supir, petani
Buruh bangunan, petani

16
5
5
2
2

53.35
16.69
16.60
6.68
6.68

Total

30

100.00

Jumlah anggota keluarga
Dari 30 responden petani agroforestri di Desa Sukaluyu, rata-rata petani
mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 2-4 orang dengan persentase
sebesar 60% dari keseluruhan responden dan yang lain mempunyai jumlah
anggota keluarga sebanyak 5-7 orang atau 33.34%, dan 8-10 jumlah anggota
keluarga sebanyak 6.66%. Jumlah anggota keluarga di Desa Sukaluyu disajikan
pada tabel 4.
Tabel 4 Jumlah anggota keluarga di Desa Sukaluyu tahun 2013
Jumlah anggota
keluarga (orang)
2-4
5-7
8-10
Total

Jumlah (orang)

Persentase (%)

18
10
2

60.00
33.34
6.66

30

100.00

Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian
Aktifitas pemanfaatan hasil agroforesti di Desa Sukaluyu merupakan
tradisi bertani yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi,
sehingga mayoritas masyarakat menganggap lahan merupakan aset utama
ekonomi. Lahan kering di Desa Sukaluyu umumnya didominasi dengan jenis
tanaman obat, yaitu Jahe (Zinger officinale) dan Serai (Cymbopogon citrates).
Sedangkan untuk tanaman perkayuan, masyarakat menanam kayu Sengon
(Paraserianthes falcataria), Puspa (Schima wallichii) dan Kayu Afrika

11

(Maesopsis eminii). Kondisi kebun agroforestri masyarakat Desa Sukaluyu tersaji
pada Gambar 3.

Gambar 3 Kebun agroforestri masyarakat Desa Sukaluyu
Petani pada umumnya juga memiliki areal persawahan yang dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga petani sehari-hari juga
pemasukan tambahan. Pada areal persawahan ini pula petani menanam jenis
palawija sebagai pengisi masa bera padi. Kondisi areal persawahan masyarakat
Desa Sukaluyu tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4 Areal persawahan masyarakat Desa Sukaluyu
Berkaitan dengan definisi sistem agroforestri kompleks yang dikemukakan
oleh De Foresta dan Michon (1997) yakni suatu sistem pertanian menetap yang
melibatkan banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam
maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani
mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Jenis tanaman yang
banyak ditanam, yaitu: singkong, jagung, kacang tanah dan jenis kacang-kacangan
lainnya. Petani memanfaatkan ruang lahan yang mereka miliki seoptimal mungkin
baik dengan jenis tanaman dengan daur tahunan maupun dengan jenis tanaman
pertanian atau palawija dengan daur yang lebih pendek, sehingga sulit dijumpai
area lahan yang masih kosong.

Pola Agroforestri
Pola agroforestri yang diterapkan oleh masyarakat setempat menggunakan
pola tanam tumpangsari karena dapat diterapkan pada lahan yang kurang luas
namun menghasilkan produk panen yang tinggi sehingga meningkatkan

12

pendapatan petani. Berdasarkan hasil wawancara di Desa Sukaluyu dapat
diketahui bahwa penggunaan tanaman sengon dan afrika pada kebun tidak
direncanakan sebelumnya, umumnya tanaman sengon dan afrika tumbuh alami
pada kebun yang baru dibuka atau pada saat pergiliran tanaman pada kebun.
Benih sengon dan kayu afrika diduga berasal dari pohon induk yang berada di
sekitar kebun yang terbawa melalui bantuan angin, sehingga benih tersebut dapat
tumbuh.
Untuk jenis tanaman berkayu tingkat tiang dan pancang pada lahan
agroforestri di Desa Sukaluyu didominasi oleh jenis kayu afrika. Tabel jenis
tanaman berkayu tingkat tiang dan pancang disajikan di Lampiran 3 dan 4. Pada
penelitian di Desa Sukaluyu terdapat 2 pola agroforestri yaitu kombinasi tanaman
perkayuan dengan palawija, dan tanaman perkayuan dengan tanaman obat. Jenis
pohon pada lahan agroforestri di Desa Sukaluyu disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Jenis pohon pada lahan agroforestri di Desa Sukaluyu ( > 20 cm)
Jenis
tanaman

Nama ilmiah

Jumlah
(N/0.2 ha)

Umur
(tahun)

Diameter
rata-rata
(cm)

Tinggi
total
rata-rata
(m)

Tinggi
bebas
cabang
rata-rata
(m)

Afrika

Maesopsis
eminii

52

4

22.42

5.35

2.89

Sengon

Paraseriantis
falcataria

47

4

24.38

5.75

3.72

Puspa

Schima
wallichii

32

3

26.88

4.95

2.88

Petai

Parkia
speciosa

20

4

25.13

4.87

2.72

Jengkol

Archidendron
Pauciflorum

15

5

24.65

5.13

3.69

Jambu bol

Eugenia
malaccencis

12

4

23.25

4.87

2.71

Nangka

Artocarpus
heterophyllus

10

4

28.79

5.45

3.36

Cempedak

Artocarpus
champeden

8

4

27.55

5.13

3.02

181

4

25.38

5.18

3.12

Total

Jenis tanaman pertanian yang paling banyak ditanam petani adalah padi
dan jagung. Hampir semua responden menanam padi karena padi merupakan
makanan pokok masyarakat setempat. Sedangkan jenis tanaman obat yang
mendominasi adalah tanaman serai dan jahe. Jenis tanaman pertanian pada pola
agroforestri di Sukaluyu disajikan pada Tabel 6.

13

Tabel 6 Jenis tanaman pertanian pada pola agroforestri di Sukaluyu
Nama
Serai
Jahe

Nama ilmiah
Cymbopogon citrates
Zingerber officinale

Jagung

Zea mays

Kacang tanah

Arachis hypogaea

Singkong

Manihot esculenta

Pengelolaan Agroforestri
Sistem pengelolaan kebun agroforestri yang dilakukan di Desa Sukaluyu
bergantung pada karakteristik respondennya, yaitu berdasarkan umur, pendidikan,
pekerjaan, dan luas kepemilikan lahan. Semakin tua umur responden, maka dapat
dikatakan bahwa responden tersebut telah memiliki pengalaman yang cukup
dalam mengelola hutan rakyat. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden,
maka kemampuan untuk mengelola hutan rakyat akan semakin baik karena
wawasan dan pengetahuan yang dimiliki lebih banyak. Semakin luas kepemilikan
hutan rakyat yang dimiliki, maka responden tersebut cenderung lebih
memperhatikan sistem pengelolaan yang diterapkan di lahannya agar dapat
memberikan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sedangkan pekerjaan utama
responden sebagai petani dapat membuat kebun agroforestri dapat dikelola
dengan baik.
Penanaman
Masyarakat di Desa Sukaluyu menanam berbagai jenis tanaman obat, yaitu
jahe dan serai sedangkan tanaman kehutanan didominasi oleh sengon, kayu afrika,
dan puspa. Benih tanaman tersebut biasanya dibeli atau didapatkan langsung dari
pohon yang mereka tanam.
Kegiatan selanjutnya adalah persiapan lahan yang dilakukan adalah
dengan cara membersihkan alang-alang atau gulma yang berada di sekitar lahan
yang akan ditanami. Kemudian tanahnya dicangkul agar sirkulasi udara di dalam
tanah berlangsung dengan baik sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Lahan
yang telah dibersihkan dan digemburkan lalu dipasang ajir dengan menggunakan
ajir dari ranting atau bambu. Jarak tanam yang digunakan bervariasi, yaitu (3 m x
2 m) atau (2 m x2 m) sesuai dengan keinginan petani. Setelah itu dibuat lubang
tanam dengan ukuran (30 cm x20 cm x20 cm), lalu dimasukan pupuk kandang,
kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Kegiatan ini dilakukan 1-2 bulan sebelum
musim hujan tiba dan lahan baru siap ditanami setelah 1-2 minggu kemudian.
Kegiatan penanaman dapat dilihat pada Gambar 5.

14

Gambar 5 Kegiatan penanaman kayu sengon di Desa Sukaluyu
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan ini dapat dilakukan secara perorangan atau
berkelompok. Namun, ada juga pemilik lahan yang menyerahkan pengelolaan
hutan rakyatnya kepada orang lain. Apabila diburuhkan kepada orang lain,
biasanya buruh tani tersebut diberi upah sebesar Rp25 000 per hari ditambah
makan atau Rp30 000 per hari tanpa makan.
Kegiatan pemeliharaan di Desa Sukaluyu hanya dilakukan pada masamasa awal penanamannya saja atau sekitar 1-2 tahun, setelah itu tanaman
dibiarkan tumbuh secara alami. Pemupukan dilakukan 2 kali setahun pada awal
dan akhir musim hujan dengan menggunakan pupuk kandang yang berasal dari
kotoran hewan ternak yang mereka miliki.
Kegiatan penyiraman hanya dilakukan pada saat di persemaian saja, yaitu 2
kali sehari atau pagi dan sore hari sampai bibit tersebut siap tanam. Usia bibit
yang siap tanam berkisar antara 6-8 bulan. Sedangkan pada saat bibit telah
ditanam tidak dilakukan penyiraman karena meskipun hujan tidak turun setiap
hari, tetapi curah hujan di Desa Sukaluyu cukup tinggi sehingga masyarakat
mengandalkan hujan untuk menyiram tanaman mereka. Kegiatan pemeliharaan
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Kegiatan pemeliharaan tanaman di Desa Sukaluyu
Kegiatan pemangkasan dan penjarangan hampir tidak pernah dilakukan
dalam pengelolaan di Desa Sukaluyu. Pohon yang sudah tumbuh dengan baik
akan dibiarkan, sedangkan pohon yang terlihat sakit segera ditebang agar
penyakitnya tidak menular ke pohon yang lainnya. Kerusakan yang terjadi pada
tanaman ini disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Hama dan
penyakit yang biasanya menyerang tanaman di Desa Sukaluyu ini adalah ulat,
penggerek batang, dan jamur akar. Tanaman yang biasanya diserang adalah
sengon dan kayu afrika. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, petani
menggunakan pestisida.

15

Pemanenan
Kegiatan utama pemanenan yang dilakukan masyarakat di Desa Sukaluyu
bukan pada hasil kayunya, tetapi pada jenis hasil hutan non kayu seperti tanaman
obat, buah-buahan, dan padi palawija. Pemanenan kayu hanya dilakukan apabila
suatu pohon sudah tidak produktif , untuk keperluan pembangunan rumah, untuk
biaya incidental (hajatan dan naik haji) serta apabila masyarakatnya memerlukan
biaya yang mendesak atau sangat besar yang tidak dapat dipenuhi dari hasil
komoditas non kayu atau penghasilan sehari-hari lainnya.
Sistem pemanenan yang biasa dilakukan terdiri dari dua cara yaitu pemilik
lahan yang memanen atau pembeli yang memanen. Jika pemilik lahan yang
memanen, maka dilakukan sistem tebang pilih atau hanya pohon-pohon yang
memiliki diameter besar saja yang ditebang sehingga akan menguntungkan bila
dijual. Jika pembeli yang memanen, sistem yang digunakan adalah tebang habis.
Biasanya pada sistem ini pembeli membeli seluruh pohon yang ada di lahan
tersebut dan pada saat yang telah ditentukan pembeli datang ke tempat pemanenan
dan menebang seluruh pohonnya. Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar
7.

Gambar 7 Kegiatan pemanenan tanaman serai di Desa Sukaluyu
Pemasaran
Mekanisme pemasaran produk tani dan hutan pada dasarnya ada dua cara,
yaitu petani mendatangi pembeli untuk menawarkan kayu atau pembeli sendiri
yang mendatangi petani. Tengkulak datang langsung ke kebun dengan tujuan agar
dapat melihat dengan jelas jumlah dan kualitas hasil dari kebun yang selanjutnya
akan dipasarkan. Ada juga sistem penjualan yang dilakukan ke warung atau
tetangga terdekat yang dilakukan untuk hasil-hasil dari jumlah kecil dengan
menyesuaikan harga yang sedang berlaku saat itu. Jika panen sedang banyak, tak
jarang mereka membagi-bagikannya kepada tetangga-tetangga.
Dalam proses penetapan harga, petani cukup mengetahui harga yang
berlaku pada saat ini karena sebagian besar petani ikut serta dalam keanggotaan
kelompok tani Lamping yang ada di Desa Sukaluyu. Dengan adanya kelompok
tani tersebut, petani dapat mengetahui berbagai informasi tentang sistem
pengelolaan dan harga kayu yang berlaku saat ini. Hasil kayu yang siap
dipasarkan dapat dilihat pada Gambar 8.

16

Gambar 8 Kayu afrika yang siap dipasarkan di Desa Sukaluyu

Kontribusi Agroforestri
Pendapatan Responden
Pendapatan dihitung dalam jangka waktu satu tahun terakhir berdasarkan
perolehan dari pekerjaan masing-masing responden baik dari agroforestri maupun
non agroforestri. Pendapatan yang berasal dari agroforestri dihitung dari penjualan
kayu, tanaman obat, padi dan palawija yang ada di lahan milik petani. Sedangkan
pendapatan non agroforestri dihitung dari hasil perdagangan, peternakan, gaji atau
upah, dan lain-lain. Data pendapatan responden disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Rata-rata pendapatan rumah tangga responden dari berbagai sumber di
Desa Sukaluyu
Sumber pendapatan

Rata-rata (Rp/tahun)

Persentase (%)

Kebun agroforestri
a. Kayu
b. Tanaman obat
c. Palawija
Sawah
Non pertanian

5 279 333
1 559 233
3 226 200
2 916 666
5 940 566

27.90
8.24
17.04
15.42
31.40

Total

18 921 998

100

Tabel 7 memberikan informasi bahwa pendapatan dari agroforestri dibagi
menjadi pendapatan dari penjualan kayu, padi dan palawija. Secara keseluruhan
pendapatan yang berasal dari agroforestri lebih besar jika dibandingkan dengan
pendapatan dari non agroforestri. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden
mengandalkan lahan agroforestri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Pendapatan rata-rata responden per tahun dari produk agroforestri berupa
kayu adalah 27.90% sebesar Rp5 279 333 per tahun. Kemudian hasil rata-rata dari
produk agroforestri tanaman obat yakni 8.24% sebesar Rp1 559 233 pertahun.
Untuk tanaman palawija adalah 17.04% sebesar Rp3 226 200 per tahun dan dari
lahan sawah yakni 15.24% sebesar Rp2 940 666 per tahun. Sementara dari produk
non agroforestri diperoleh 31.40% dengan rata-rata Rp5 940 566 per tahun.

17

Pengeluaran Responden
Pengeluaran responden dihitung untuk semua keperluan mulai dari
kebutuhan tetap tahunan, kebutuhan insidental, dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan
rumah tangga responden berbeda-beda dipengaruhi jumlah anggota keluarga dan
jenis kebutuhan lainnya. Data pengeluaran responden disajikan pada Tabel 8
Tabel 8 Rata-rata pendapatan rumah tangga responden dari berbagai sumber di
Desa Sukaluyu
Jenis pengeluaran
1. Pangan
2. Sandang
3. Kesehatan
4. Pendidikan
5. Biaya insidental
6. Sarana rumah tangga
7. Biaya lain-lain
8. Usaha tani
Total

Rata-rata (Rp/tahun)

Persentase (%)

9 076 666
750 000
871 666
740 000
616 700
658 333
228 333
1 423 433

63.18
5.22
6.06
5.16
4.30
4.59
1.59
9.90

14 365 133

100.00

Berdasarkan data pada Tabel 8, pengeluaran rata-rata yang dikeluarkan
oleh seluruh responden petani sebesar Rp14 365 133 per tahun. Rata-rata
diperoleh dari jumlah total pengeluaran dibagi dengan jumlah seluruh responden.
Dikarenakan setiap rumah tangga responden mengeluarkan biaya yang berbeda
untuk setiap kebutuhan yang sama dalam memenuhi pengeluaran tetap tahunan,
maka disampaikan selang pengeluarannya. Pengeluaran tetap terbesar
dialokasikan untuk pangan sebesar Rp9 076 666 per tahun, sedangkan yang
terkecil adalah untuk pembayaran biaya lain-lain (transportasi dan hiburan)
sebesar Rp228 333 per tahun.
Responden cenderung lebih memilih mengalokasikan sisa pendapatannya
untuk diinvestasikan ke emas. Perilaku konsumtif juga sangat tinggi dimana
masyarakat masih memiliki pemikiran jika ada uang harus digunakan, sehingga
tak jarang masyarakat membelanjakan uangnya untuk keperluan, seperti: membeli
televisi, perabot rumah tangga, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Faktor lain
yang mempengaruhi responden untuk enggan menabung adalah tidak adanya
lembaga terkait seperti bank atau koperasi di desa.
Kontribusi sistem agroforestri terhadap pendapatan dan pengeluaran
responden
Total pendapatan rata-rata seluruh responden selama satu tahun adalah
sebesar Rp18 921 998 dan total pengeluaran untuk rumah tangga dari masingmasing responden selama satu tahun adalah Rp14 365 133. Perbandingan antara
pendapatan dan pengeluaran untuk keseluruhan responden dapat dilihat pada
Tabel 9.

18

Tabel 9 Perbandingan rata-rata pendapatan dan pengeluaran rumah tangga
responden
Indikator

Rata-rata (Rp/tahun)

Total pendapatan
Total pengeluaran

18 921 998
14 365 133

Sisa pendapatan

4 556 865

Hal ini menunjukkan bahwa jika dilakukan perbandingan antara
pendapatan dengan pengeluaran dapat diketahui bahwa pendapatan responden
lebih besar dari pengeluarannya. Petani mampu membiayai kebutuhannya dengan
baik dari hasil agroforestri maupun dari hasil non agroforestri.
Besarnya presentase kontribusi agroforestri terhadap total pendapatan
disebabkan karena responden memanfaatkan ruang lahannya secara maksimal,
selain itu faktor tanaman obat yang dikelola oleh petani sedang dalam masa
produktif juga sangat berpengaruh. Secara keseluruhan, keberadaan sistem
agroforestri di Desa Sukaluyu bisa jadi merupakan alternatif pemanfaatan lahan
yang lebih baik dan menguntungkan, namun kebijakan yang baik untuk
memfasilitasi kontribusi keberadaan agroforestri menjadi sangat penting agar
agroforestri terus memberikan tren yang positif. Presentase kontribusi agroforestri
dan non agroforestri terhadap pendapatan dan pengeluaran disajikan pada Tabel
10.
Tabel 10 Kontribusi agroforestri dan non agroforestri terhadap pendapatan dan
pengeluaran rumah tangga responden

Sumber pendapatan

Kontribusi terhadap total
pendapatan rumah tangga
(%)

Kebun agroforestri
a. Kayu
b. Tanaman obat
c. Palawija
Sawah
Non pertanian

68.60
52.25
8.24
47.74
25.53
34.21

79.51
37.80
10.85
34.54
18.47
41.35

100

100

Total

Kontribusi terhadap total
penngeluaran rumah tangga
(%)

Menurut Suharjito (2000), hutan rakyat agroforestri merupakan
pendapatan sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10%
dari total pendapatan. Tetapi pada kenyataannya di Desa Sukaluyu, kontribusinya
jauh diatas 10%. Lahan agroforestri di Desa Sukaluyu memiliki peranan yang
sangat penting dan memberikan dampak positif terutama bagi ekonomi petani
maupun ekologi dan sosial.

19

Hubungan karateristik petani dengan pendapatan agroforestri
Hubungan umur responden dengan kontribusi agroforestri terhadap
pendapatan rumah tangga disajikan pada Tabel 11. Kontribusi agroforestri
terbesar berada pada selang umur 36 - 45 tahun sebesar 72.58% dan selang umur
≥ 66 tahun sebesar 70.31%. Hal ini disebabkan pada rentang umur 36-45 tahun
responden masih masuk pada kategori umur produktif dan rata-rata telah
berkeluarga. Hasil wawancara di lapangan juga menunjukkan bahwa responden
dengan rentang umur 36 - 45 tahun memiliki anak yang berada pada usia sekolah
sehingga tekanan untuk bisa mendapatkan penghasilan lebih besar. Sedangkan
pada rentang umur ≥ 66 tahun responden memiliki pekerjaan utama yaitu bertani
dan memiliki pengalaman yang lebih dalam mengelola lahannya.
Tabel 11 Hubungan umur responden dengan kontribusi agroforestri
Umur (tahun)

Jumlah (orang)

26-35
36-45
46-55
56-65
≥ 66

4
6
10
5
5

Kontribusi agroforestri terhadap
pendapatan rumah tangga (%)
54.23
72.58
60.43
51.94
70.31

Total

30

309.49

Tabel 12 menunjukkan hubungan pendidikan responden dengan kontribusi
agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga. Kontribusi agroforestri terbesar
berada pada tingkat pendidikan SMP sebesar 78.83% dan tidak bersekolah sebesar
77.02%. Hal ini disebabkan pada tingkat pendidikan tersebut responden memiliki
pekerjaan utama petani dan luas lahan yang lebih besar dibandingkan dengan
tingkat pendidikan responden lainnya. Sedangkan untuk tingkat pendidikan
sarjana hanya memberikan kontribusi sebesar 30.30%, karena pada tingkat
pendidikan tersebut responden menjadikan kegiatan bercocok tanam menjadi
pekerjaan sampingannya.
Tabel 12 Hubungan pendidikan responden dengan kontribusi agroforestri
Tingkat pendidikan

Jumlah (orang)

Tidak bersekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana

2
12
8
6
2

Total

30

Kontribusi
agroforestri
terhadap
pendapatan rumah tangga (%)
77.02
33.30
78.83
55.95
30.30
275.40

Tabel 13 menunjukkan hubungan pekerjaan responden dengan kontribusi
agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga. Kontribusi agroforestri terbesar
berada pada pekerjaan petani sebesar 81.78%. Hal ini disebabkan karena kegiatan
pertanian merupakan pekerjaan utama di Desa Sukaluyu. Mayoritas petani
memiliki luas lahan yang besar dengan tanaman perkayuan dan tanaman obat

20

yang lebih banyak sehingga pemasukan dari agroforestri mendapatkan
penghasilan lebih besar. Sedangkan untuk pekerjaan buruh dan petani hanya
memberikan kontribusi sebesar 24.82%, karena pada pekerjaan tersebut responden
menjadikan kegiatan bertani menjadi pekerjaan sampingannya.
Tabel 13 Hubungan pekerjaan utama dan sampingan responden dengan kontribusi
agroforestri
Pekerjaan utama dan sampingan

Jumlah (Orang)

Petani
PNS, petani
Wiraswasta, petani
Supir, petani
Buruh, petani

16
5
5
2
2

Kontribusi agroforestri terhadap
pendapatan rumah tangga (%)
81.78
33.30
53.81
45.85
24.82

Total

30

239.56

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pada penelitian di Desa Sukaluyu terdapat 2 pola agroforestri yaitu
kombinasi tanaman perkayuan dengan palawija, dan tanaman perkayuan dengan
tanaman obat. Pendapatan rumah tangga responden di Desa Sukaluyu berasal dari
hasil agroforestri dan non agroforestri. Pendapatan dari agroforestri berasal dari
hasil penjualan kayu, tanaman obat, dan padi palawija. Pendapatan dari
agroforestri lebih besar dari pendapatan yang berasal dari non agroforestri. Hasil
agroforestri di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat memberikan kontribusi sebesar 68.60% dari pendapatan total rumah tangga
dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp12 981 442 per tahun.
Saran
Perlu diadakan proses penyuluhan atau pendampingan yang lebih intensif
mengenai teknis pemilihan dan pengaturan jenis, pengaturan jarak tanam,
pembenihan, dan lain-lain utamanya untuk diterapkan pada kebun agroforestri
sehingga pengelolaan serta hasil yang diperoleh bisa lebih optimal. Sebaiknya
lahan ditanami dengan jenis utama tanaman obat dengan pengaturan sistem
stratifikasi yang lebih jelas sehingga secara ekonomi dan ekologi lebih baik.

21

DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik. 2009. Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Penduduk
Indonesia Menurut Provinsi dan Kabupaten atau Kotamadya Seri no.I. Biro
Pusat Statistik. Jakarta.
Darusman D dan Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat.
PROSIDING Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan: 4 – 13.
De Foresta H and Michon G. 1997. The agroforest alternative to Imperata
grasslands: when smallholder agriculture and forestry reach sustainability.
Agroforestry Systems 36:105-120.
De Foresta H, Michon G, Kusworo A. 2000. Complex Agroforests. Lecture note 1.
ICRAF SE Asia. 14 p.
Hairiah K, Sabarnurdin S, Sardjono M A. 2003. Pengantar Agroforestri. World
Agroforestry Center (ICRAF). Bogor.
Huxley P. 1999. Tropical Agroforestry. Blackwell Science Ltd, UK, ISBN 0-63204047-5. 371pp.
Michon, G. and F