Universitas Indonesia
74 Hal tersebut disebabkan karena ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan
saudara sepupunya tersebut. Pada saat wawancara berlangsung, subyek menjawab pertanyaan dengan
suara tenang. Subyek mengaku merasa nyaman saat wawancara berlangsung, terutama pada saat wawancara kedua yang dilakukan di rumahnya sendiri. Ia
duduk bersandar dan tidak mengubah posisinya hingga wawancara selesai. Pada saat itu ia memangku bantal dan beberapa kali memeluk bantal tersebut di tengah-
tengah wawancara. Pada saat wawancara berlangsung, subyek menjawab dengan suara yang sangat pelan. Subyek hampir tidak pernah melakukan kontak mata
dengan peneliti pada saat wawancara berlangsung. Ia hanya melihat ke arah peneliti ketika ia merasa sudah cukup menjawab pertanyaan dari peneliti dan jika
ia menanyakan pertanyaan yang kurang jelas. Pada saat menceritakan tentang penyakit yang ia derita, subyek lebih banyak melihat ke arah lain. Terkadang ia
menjawab sambil cemberut dan menunjukkan muka sedih. Namun, jika subyek diajak untuk membicarakan hal-hal lain di luar penyakitnya, ia terlihat
bersemangat dan ceria.
4.4.2. Latar Belakang Devi
Devi berusia 20 tahun. Ia memiliki tubuh tinggi, langsing, dan memiliki kulit gelap. Pendidikan terakhir Devi adalah SMA. Ia mengatakan bahwa ia belum
dapat melakukan pendidikan ke perguruan tinggi karena pengobatan yang ia lakukan untuk penyakitnya sangat menyita waktu. Ia merupakan anak bungsu dari
6 bersaudara. Ayahnya merupakan seorang pegawai negeri dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Saat ini, Devi tinggal bersama kedua orangtua dan satu
orang kakak laki-lakinya di daerah Utan kayu, Jakarta Timur. Dua orang kakak Devi telah menikah dan tinggal terpisah. Sedangkan dua orang kakaknya yang
lain telah meninggal dunia sejak ia masih kecil. Salah satu kakaknya meninggal karena memiliki penyakit yang sama dengan Devi, yaitu Thalassaemia.
Devi memiliki hubungan yang cukup dekat dengan orangtua dan kakak laki-lakinya karena mereka masih tinggal di rumah yang sama. Selain itu, karena
Devi merupakan anak bungsu, ia lebih banyak mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya. Menurut Devi, ibunya seringkali mengkhawatirkan dirinya. Jika
Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008
Universitas Indonesia
75 Devi sedang berada di luar rumah, ibunya sering menghampiri dan menyuruhnya
untuk segera pulang dan beristirahat di rumah. Terkadang hal tersebut membuat Devi malu dengan teman-temannya. Ia juga sering merasa kesal karena ia senang
berteman dan senang melakukan kegiatan di luar rumah. Karena berasal dari keluarga besar, Devi memiliki banyak saudara yang sering mengajaknya
melakukan aktivitas di luar rumah. Semua hal yang berkaitan dengan pengobatan Devi lakukan bersama
dengan ibunya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Devi sangat tergantung dengan ibuya dalam segala hal. Devi mengaku bahwa dirinya mudah sekali marah. Hal
tersebut terutama terjadi setiap ia selesai melakukan transfusi darah. Jika ada yang mengganggunya sedikit saja, ia langsung saja merasa kesal dan seringkali
memarahi orang tersebut. Setelah itu, biasanya ia selalu mengadu kepada ibunya bahwa ada orang lain yang membuatnya tidak senang. Tentu saja hal tersebut
sudah menjadi kebiasaan bagi Devi. Setelah Devi mengadu biasanya ibu Devi langsung mendatangi orang tersebut dan meminta agar orang tersebut memahami
keadaan Devi. Devi mengatakan bahwa semua orang di lingkungannya, terutama dalam
keluarganya, telah memahami sifatnya yang mudah marah tersebut. Sebagai akibatnya, semua anggotanya hampir selalu mengabulkan semua hal yang
diinginkan oleh Devi. Oleh sebab itu, Devi mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang berani memaksa Devi melakukan sesuatu jika Devi
tidak menginginkannya.
4.4.3. Riwayat Penyakit Thalassaemia Mayor