PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN PENDEKATAN SETS PADA MATERI CAHAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA

(1)

i

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

HANDINI KARTIKASASMI 4201408089

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, 26 Februari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Siti Khanafiyah, M.Si. Dr. Sutikno, S.T., M.T.


(3)

iii

Penerapan Model Pembelajaran NHT dengan Pendekatan SETS pada Materi Cahaya untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa

disusun oleh

Handini Kartikasasmi 4201408089

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 26 Februari 2013

Panitia,

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP. 196310121988031001 NIP. 196306101989011002

Ketua Penguji

Dra. Dwi Yulianti, M.Si. NIP 196007221984032001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Siti Khanafiyah, M.Si. Dr. Sutikno, S.T., M.T.


(4)

iv

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 26 Februari 2013


(5)

v (Thomas A. Edison).

Kekecewaan adalah cara Tuhan tuk mengatakan, bersabarlah Aku memuliki sesuatu yang lebih baik untukmu (Penulis).

Sesungguhnyasesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan (QS. An-Nashr: 6).

Karya ini aku persembahkan kepada:

1. Bapakku Syamsudin dan Ibuku tercinta Siti Khodijah, S.IP, terima kasih atas segalanya.

2. Adik-adikku tersayang, Fiqih, Yayang, Laras dan Luna terima kasih untuk dukungannya.

3. Kau yang terkasih, penyejuk hati, terima kasih atas semangatnya.

4. Para sahabatku yang selalu memberikanku semangat 5. Teman- teman kost Wisma Arvi, Via, Hestin, Evi, Ana,

Feni dan adek-adek kostku tersayang, terima kasih untuk semangatnya.

6. The best all my friend physics 08.

7. PPL and KKN s friend..thanks for everything 8. My Almamater.


(6)

vi

yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran NHT dengan Pendekatan SETS pada Materi Cahaya untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa .

Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan tenaga, pikiran, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Soedijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi S1 di Unnes;

2. Bapak Prof. Dr. Wiyanto, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang; 3. Bapak Dr. Khumaedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA

Universitas Negeri Semarang;

4. Bapak Bambang Subali, M.Pd., selaku dosen wali.

5. Ibu Dra. Siti Khanafiyah, M.Si., pembimbing I yang dengan kesabarannya telah memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis selama studi hingga terselesaikannya skripsi ini;

6. Bapak Dr. Sutikno, S.T.,M.T., pembimbing II yang dengan kesabarannya telah memberikan koreksi, bimbingan, masukan dan arahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini;

7. Bapak Wasi Sakti W.P., S. Pd., atas bantuan dan pelayanannya kepada penulis;

8. Bapak Ibu dosen Jurusan Fisika atas bantuan dan pelayanannya kepada penulis.


(7)

vii

yang telah bersedia memberikan informasi dan membantu pelaksanaan penelitian;

11. Siswa-siswi kelas VIII SMP N 3 Pemalang;

12. Ibu dan Bapak tercinta yang telah mencurahkan segala kasih sayangnya, adik-adikku dan seluruh kerabat keluarga yang memberikan dukungan baik moral maupun materi;

13. Teman-teman dan sahabatku di Kost Wisma Arvi yang telah memberikan makna persahabatan yang begitu indah;

14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, 26 Februari 2013


(8)

viii

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Siti Khanafiyah, M.Si. Pembimbing Pendamping Dr. Sutikno, S.T., M.T.

Kata Kunci: NHT; SETS; cahaya; kreativitas

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VIIIE SMP Negeri 3 Pemalang diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran fisikanya belum menggunakan metode yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Hal ini menyebabkan kreativitas siswa menjadi rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS pada materi cahaya yang dapat mengembangkan kreativitas siswa dan meningkatkan hasil belajarnya.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS pada materi cahaya dapat mengembangkan kreativitas dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIE SMP Negeri 3 Pemalang.

Dalam penerapan model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS, siswa akan diberikan nomor. Guru akan meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya dengan cara menyebutkan nomor secara acak. Dalam pembelajaran siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan unsur SETS. Dalam model pembelajaran ini, guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk memvariasi variabel dan jumlah data dalam eksperimen, diskusi serta dalam mencari artikel yang terkait dengan materi sehingga diharapkan kreativitas siswa akan terlihat.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIE SMP Negeri 3 pemalang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan angket. Peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa tiap siklusnya diketahui melalui analisis uji gain.


(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN . iii

PERNYATAAN . iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR vi

ABSTRAK . viii

DAFTAR ISI .. ix

DAFTAR TABEL .. xi

DAFTAR GAMBAR . xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .. 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah .. 4

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian . 5

1.5 Penegasan Istilah 5

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... . 10

2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 10


(10)

x

BAB 3 METODE PENELITIAN . 37

3.1 Tempat dan Subjek Penelitian .. 37

3.2 Faktor yang Diteliti 37

3.3 Desain Penelitian... . 37

3.4 Metode Penelitian . 40

3.5 Metode Analisis Data ... . 44

3.6 Indikator Keberhasilan .. 47

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. 48

4.1 Pelaksanaaan Penerapan Model Pembelajaran NHT dengan Pendekatan SETS untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa... 48

4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 57

4.3 Keterbatasan dalam Penelitian... 63

BAB 5 PENUTUP .. .... 65

5.1 Simpulan . 65

5.2 Saran .. . 66

DAFTAR PUSTAKA .. 67


(11)

xi

Tabel 4.1 Pengembangan kreativitas siswa... 57 Tabel 4.2 Kemampuan siswa mengaitkan unsur SETS... .. 59 Tabel 4.3 Hasil belajar kognitif siswa... 61


(12)

xii

Gambar 2.2 Skema hukum pemantulan... 22

Gambar 2.3 Jalannya sinar pada pemantulan teratur... 23

Gambar 2.4 Jalannya sinar pada pemantulan baur... 24

Gambar 2.5 Menggambar bayangan benda ... 25

Gambar 2.6 (a) Cermin datar untuk bercermin... 25

Gambar 2.6 (b) Cermin datar pada pembuatan periskop sederhana... 25

Gambar 2.6 (c) Cermin datar untuk menutupi dinding ruang... 25

Gambar 2.7 (a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus... 26

Gambar 2.7 (b) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama... 26

Gambar 2.7 (c) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan... 26

Gambar 2.8 (a) Benda berada di depan P... 27

Gambar 2.8 (b) Benda berada diantara P dan F... 27

Gambar 2.8 (c) Benda berada diantara F dan O... 27

Gambar 2.8 (d) Benda maya di belakang cermin cekung... 27

Gambar 2.9 (a) Cermin cekung sebagai pemantul pada lampu senter... 28 Gambar 2.9 (b) Cermin cekung sebagai pengumpul sinar matahari


(13)

xiii

Gambar 2.10 (b) Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan

seolah-olah sejajar sumbu utama... 29

Gambar 2.10 (c) Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin Akan dipantulkan kembali seakan-akan datang dari pusat kelengkungan tersebut... 29

Gambar 2.11 Pembentukan bayangan benda nyata pada cermin cembung... 30

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan benda maya pada cermin cembung... 30

Gambar 2.13 (a) Cermin cembung pada kaca spion mobil... 31

Gambar 2.13 (b) Cermin cembung pada persimpangan jalan... 31

Gambar 2.14 Diagram untuk menurunkan rumus umum cermin... 31

Gambar 3.1 Diagram penelitian penerapan model pembelajaran NHT dengan menggunakan pendekatan SETS... 39


(14)

xiv

Lampiran 2 Silabus ... 72

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ... 76

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa siklus I... ... 84

Lampiran 5 Unsur SETS materi siklus I... 86

Lampiran 6 Kisi-kisi soal uji coba siklus I... ... 87

Lampiran 7 Soal uji coba siklus I... ... 88

Lampiran 8 Kunci jawaban soal uji coba siklus I... 91

Lampiran 9 Kisi-kisi soal uraian siklus I . ... 92

Lampiran 10 Analisis soal uji coba siklus I ... 95

Lampiran 11 Soal evaluasi siklus I ... .. ... 97

Lampiran 12 Kunci jawaban soal evaluasi siklus I ... 100

Lampiran 13 Analisis angket kreativitas siswa siklus I... ... 102

Lampiran 14 Analisis Kemampuan siswa mengaitkan unsur SETS siklus I ... 105

Lampiran 15 Analisis hasil belajar kognitif siswa soal pilihan ganda siklus I... 106

Lampiran 16 Analisis hasil belajar kognitif siswa soal uraian siklus I... 107

Lampiran 17 Analisis hasil belajar psikomotor siswa siklus I.. ... 108

Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II ... 109


(15)

xv

Lampiran 23 Kunci jawaban soal uji coba siklus II... 122

Lampiran 24 Kisi-kisi soal uraian siklus II... 123

Lampiran 25 Analisis soal uji coba siklus II ... 126

Lampiran 26 Soal evaluasi siklus II ... 128

Lampiran 27 Kunci jawaban soal evaluasi siklus II ... 131

Lampiran 28 Analisis angket kreativitas siswa siklus II... ... 134

Lampiran 29 Analisis Kemampuan siswa mengaitkan unsur SETS siklus II ... 137

Lampiran 30 Analisis hasil belajar kognitif siswa soal pilihan ganda siklus II... 138

Lampiran 31 Analisis hasil belajar kognitif siswa soal uraian siklus II... 139

Lampiran 32 Analisis hasil belajar psikomotor siswa siklus II.. ... 140

Lampiran 33 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus III ... 141

Lampiran 34 Lembar Kerja Siswa siklus III... ... 147

Lampiran 35 Unsur SETS materi siklus III... 148

Lampiran 36 Kisi-kisi soal uji coba siklus III... ... 149

Lampiran 37 Soal uji coba siklus III... . ... 150

Lampiran 38 Kunci jawaban soal uji coba siklus III... 153

Lampiran 39 Kisi-kisi soal uraian siklus III ... 154


(16)

xvi

Lampiran 44 Analisis Kemampuan siswa mengaitkan unsur SETS

siklus III ... 168

Lampiran 45 Analisis hasil belajar kognitif siswa soal pilihan ganda siklus III... 169

Lampiran 46 Analisis hasil belajar kognitif siswa soal uraian siklus III... 170

Lampiran 47 Analisis hasil belajar psikomotor siswa siklus III.. ... 171

Lampiran 48 Kisi-kisi angket kreativitas... ... 172

Lampiran 49 Angket uji coba ... ... 173

Lampiran 50 Skala angket... 176

Lampiran 51 Analisis uji coba angket kreativitas... ... 179

Lampiran 52 Angket penelitian... ... 181

Lampiran 53 Rubrik penskoran kemampuan siswa mengaitkan unsur SETS... 183

Lampiran 54 Rubrik penskoran psikomotor siswa... 184

Lampiran 55 Contoh perhitungan analisis uji coba angket... 185

Lampiran 56 Perhitungan uji coba instrumen soal... 187

Lampiran 57 Contoh perhitungan validitas soal... ... 192

Lampiran 58 Contoh perhitungan reliabilitas instrumen ... 194

Lampiran 59 Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal ... 195


(17)

xvii

Lampiran 64 Surat ijin penelitian ... 203

Lampiran 65 Surat keterangan penelitian ... 204


(18)

Di era globalisasi dewasa ini, kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari memerlukan informasi ilmiah dalam pemecahannya. Guru perlu memperhatikan model pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ada pada:

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tap MPR No 4/MPR/1975 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang ada dalam UUD 1945.

Sesuai yang ada dalam berbagai perundang-undangan di Indonesia dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan selain mencerdaskan kehidupan berbangsa juga menanamkan pendidikan karakter bangsa indonesia. Salah satu pendidikan karakter tersebut adalah kreatif.


(19)

Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN 3 Pemalang dapat diketahui bahwa dalam pembelajarannya, kreativitas siswa belum terlihat. Hal ini bisa dilihat pada siswa ketika menjawab soal masih terpaku pada buku yang ada saja. Aryani (2008:208) menyatakan bahwa meski aspek kreativitas penting, tetapi sekolah tetap belum mampu mengembangkannya secara optimal. Dalam hal ini guru belum memberikan kebebasan bagi siswanya untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Dalam pembelajaran, guru masih jarang melakukan eksperimen sehingga peran siswa dalam pembelajaran masih belum maksimal. Pendapat Munandar (2009:13) menyatakan bahwa saat ini pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan daripada pengembangan kreativitas, sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan hidup.

Pembelajaran NHT( Numbered Head Together) merupakan pembelajaran kooperatif. Slavin (2005:256) menyebutkan bahwa NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang merupakan varian dari diskusi kelompok. Pada model tersebut hanya ada satu siswa yang mewakili kelompoknya yang sebelumnya tidak diberi tahu. Model pembelajaran NHT ini memastikan keterlibatan total dari semua siswa dan merupakan cara yang sangat baik untuk menambahkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Menurut Lie (2005:59) model pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Pembelajaran menggunakan metode NHT, siswa berkesempatan untuk saling


(20)

diskusi dan menyampaikan gagasannya. Dari berbagai gagasan yang ada kemudian siswa dapat mengembangkan kreativitasnya. Hasil penelitian Sunandar (2008) tentang pengaruh model pembelajaran NHT terhadap minat dan hasil belajar matematika kelas V SDN di kecamatan Banyumanik Kota Semarang tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa untuk kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan model NHT, hasil belajar siswanya masuk kategori cukup. Minat siswanya masuk dalam kategori cukup tinggi. Pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan model NHT hasil belajar siswanya masuk kategori rendah. Minat siswanya masuk kategori sedang.

Pendekatan SETS dalam proses pembelajaran ini mengharapkan siswa dapat berpikir tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Siswa diharapkan mampu mengaitkan antara materi yang telah dipelajari dengan unsur SETS yaitu sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Binadja (2002:1) menjelaskan akronim SETS jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan memiliki kepanjangan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filosofis yang mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut. Selanjutnya landasan filosofis tersebut dipakai sebagai dasar pengembangan konsep pendidikan SETS itu sendiri dan implementasinya untuk ikut berperan dalam sistem pendidikan. Kelebihan SETS yaitu siswa dapat memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS sehingga dapat diperoleh yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS dapat mengembangkan


(21)

kreativitas siswa. Hal ini dapat terlihat bahwa siswa dapat mengetahui suatu materi dari berbagai sudut pandang yaitu sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Jadi dengan model pembelajaran NHT menggunakan pendekatan SETS, kreativitas siswa diharapkan dapat berkembang.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS pada materi cahaya untuk mengembangkan kreativitas siswa .

!

Yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah:

- Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran NHT menggunakan pendekatan SETS pada materi cahaya yang dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII SMP?

- Bagaimana peningkatan kreativitas siswa SMP kelas VIII dengan penerapan model pembelajaran NHT dan menggunakan pendekatan SETS pada materi cahaya?

" #$ %&& ' ('

Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dengan model pembelajaran NHT menggunakan pendekatan SETS pada materi cahaya yang dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII SMP .


(22)

- Untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa melalui penerapan model pembelajaran NHT menggunakan pendekatan SETS pada materi cahaya kelas VIII SMP.

)*+* ,- ./ -- 012.2340 4- .

Manfaat penelitian ini adalah: - Manfaat bagi guru

 Memberikan wawasan bagi guru tentang bagaimana pembelajaran sains fisika dengan model pembelajaran NHT menggunakan pendekatan SETS.

 Menambah pengalaman bagi guru dalam memilih strategi pembelajaran. - Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti dapat mengembangkan pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan dan menerapkanya dalam kehidupan nyata.

)*

5.

Penegasan Istilah

Untuk menghindari agar tidak terjadi salah pengertian dalam menafsirkan judul dalam skripsi ini, penulis merasa perlu membuat batasan yang mempelajari dan mempertegas istilah yang digunakan tersebut, yaitu:

- Model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS

NHT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Lie (2005: 60) mengungkapkan model pembelajaran NHT sebagai suatu model pembelajaran kelompok dengan cara pemberian nomor pada setiap anak. Dimana nomor anak yang nantinya dipanggil harus melaporkan hasil kerja kelompoknya dan


(23)

anak yang lain diharapkan untuk memberikan tanggapan demikian seterusnya sampai mendapatkan hasil kesimpulan bersama. Binadja (2002:2) menjelaskan urutan singkatan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S) terbentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental.

Dalam penelitian ini, siswa secara berkelompok akan melakukan diskusi tentang materi cahaya kemudian guru akan menunjuk salah satu nomor secara acak dan siswa yang merasa memiliki nomor yang disebutkan harus menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa akan menghubungkan materi tentang cahaya dengan keempat unsur SETS yaitu sains, lingkungan , teknologi dan masyarakat.

- 56789:; :98<

Kreativitas merupakan salah satu aspek dari pendidikan karakter di Indonesia. Kreativitas atau berpikir kreatif dirumuskan oleh Munandar (2009: 68) sebagai suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi (kerincian) dalam berpikir.

Dalam penelitian ini, kreativitas siswa meliputi berpikir kreatif dan sikap kreatif. Kemampuan berpikir kreatif siswa di ukur melalui tes tertulis dan sikap kreatif dengan menggunakan angket. Untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran maka digunakan LKS yang bersifat terbuka.


(24)

- =>? @>AB C ? @C ?DE>CFGH GFC I

Ada beberapa alasasn perlunya mengembangkan kreativitas siswa. Munandar (2009:13) mengungkapkan dasar pertimbangan untuk mengembangkan kreativitas diantaranya adalah bahwa dewasa ini tampak adanya kesenjangan antara kebutuhan akan kreativitas dan perwujudannya di dalam masyarakat pada umumnya dalam pendidikan di sekolah pada khususnya, pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan daripada pengembangan kreativitas sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan dalam hidup, pendidik masih kurang memahami arti kreativitas serta masih banyak kendala baik secara makro (masyarakat, dan kebudayaan) maupun mikro (keluarga, sekolah dan pekerjaan) terhadap pengembangan kreativitas.

Pengembangan kreativitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor yang diperoleh oleh siswa

JKLK M G IF> AC F GD C=> ? N O GIC ?MDEGP I G

Penulisan skripsi dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian awal, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

- Bagian awal

Pada bagian awal berisi halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar lampiran, daftar gambar, dan daftar tabel.


(25)

Bagian isi skripsi terdiri atas hal-hal sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan

Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan, yang meliputi: pengertian belajar dan pembelajaran, model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS, kreativitas, materi cahaya dan kerangka berpikir. Bab 3 : Metode Penelitian

Berisi tentang tempat dan subyek penelitian, faktor yang diteliti, desain penelitian yang terdiri atas tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, metode penelitian, uji coba instrumen penelitian, metode analisis data dan indikator keberhasilan. Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh meliputi deskripsi proses kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran NHT menggunakan pendekatan SETS yang dapat melatih kreativitas siswa, peningkatan hasil belajar yang berupa prosentase kognitif, psikomotorik, dan afektif dari tiap siklus. Selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai dengan teori yang menunjang yaitu menafsirkan temuan-temuan, mengintegrasikan temuan dari penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah ada dan menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang ada.


(26)

Bab 5 : Penutup

Berisi simpulan dan saran yang ditujukan secara umum kepada sekolah dan secara khusus kepada guru agar dalam mengembangkan model pembela jaran NHT dengan pendekatan SETS diperoleh hasil yang lebih baik.

- Bagian akhir skripsi


(27)

Q RQ S

T UVW RXRV Y XZTR[R

\]^] _`abc bd eb fg` hi`abc bdb f

Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang. Mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi seseorang. Berikut ini disajikan beberapa pengertian tentang belajar (Anni &Rifai, 2009:82).

- Gage & Berliner menyatakan bahwa belajar adalah proses suatu individu yang dapat mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

- Morgan menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang bersifat permanen dan terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

- Slavin menyatakan bahwa belajar adalah perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman

- Gagne menyatakan bahwa belajar adalah kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku tersebut tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Dari keempat pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama yaitu: belajar berkaitan dengan perubahan perilaku, terjadi karena didahului oleh proses pengalaman dan bersifat relatif permanen. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka guru harus


(28)

memperhatikan kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal adalah situasi yang ada di dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan dan kemampuan. Kondisi eksternal merupakan kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai (Hamdani, 2011: 22).

Berbagai aliran dalam pendidikan telah menjelaskan beberapa pandangannya tentang konsep pembelajaran. Aliran behavioristik menyatakan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mengenalkan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang dipelajari. Aliran humanistik mendeskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Hamdani, 2011: 23). Definisi pembelajaran dari ketiga aliran tersebut pada dasarnya adalah sebagai usaha yang dilakukan guru supaya siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Briggs menyatakan pembelajaran sebagai seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Sugandi, 2008: 9). Sedangkan Gagne menambahkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar (Anni & Rifai, 2009: 192). Dalam kegiatan pembelajaran, guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar dan siswa belajar bagaimana belajar yang baik melalui berbagai pengalaman belajar


(29)

sehingga mengalami perubahan dalam dirinya. Dengan demikian, pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungannya.

Setelah belajar dalam proses pembelajaran, maka siswa akan memperoleh hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari (Anni & Rifai, 2009:85). Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa pada materi cahaya. Menurut Mudjiono & Dimyati (2006: 20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar dan terjadi terutama berkat evaluasi guru. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf (Anni & Rifai, 2009:86).


(30)

jk jk lm nop qo rsopt u tv twxyzno w{t wqo wno|t } t w~ z~

NHT berbeda dengan model pembelajaran seperti biasanya. Model pembelajaran NHT pada dasarnya adalah sebuah varian dari diskusi kelompok (Slavin, 2005:256). Pelaksanaan model pembelajaran NHT dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Siswa dibagi dalam kelompok.

- Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

- Guru membagikan LKS pada tiap kelompok dan mengerjakannya.

- Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota mengetahuinya.

- Guru memanggil salah satu nomor.

- Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. NHT memiliki beberapa kelebihan. Salah satu kelebihan yang diungkapkan oleh Lie (2005: 59) yaitu memberikaan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Hal tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa. Model pembelajaran ini adalah cara yang sangat baik untuk menambahkan tanggung jawab individual saat diskusi kelompok. Sunandar (2008) menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis data penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika topik bilangan bulat dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran NHT lebih tinggi jika di bandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika dengan topik yang sama dari siswa yang diajar secara konvensional. Berdasarkan hasil penelitian Mustafa € ‚ƒ (2011) didapatkan hasil bahwa telah


(31)

terjadi peningkatan keaktifan dan pemahaman konsep yang diperoleh setelah menggunakan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran matematika di kelas VIII B MTs Negeri Takalala Kabupaten Soppeng. Mandal (2009) menyatakan bahwa dalam kooperatif learning, misalnya pada NHT akan ada teman yang membantu mempertajam pengetahuan siswa tentang struktur esai dan aturan tata bahasa. Salah satu keuntungan NHT dikemukakan oleh Rahmi (2008) yaitu dapat melatih siswa untuk saling berbagi, bekerjasama, tidak menang sendiri dan menerima pendapat teman yang lain.

NHT berbeda dengan cara pembelajaran kelompok biasa. Pada pembelajaran kelompok biasa yang mempresentasikan hasil kerja kelompok adalah salah satu anggota yang tidak ditentukan oleh guru. Pada model pembelajaran NHT menggunakan pendekatan SETS yang harus mempresentasikan hasil kerja kelompok adalah nomor yang dipilih secara acak oleh guru, sehingga setiap siswa merasa bertanggung jawab dalam diskusi.

Model pembelajaran NHT memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah:

- Setiap siswa menjadi siap semua ketika diminta untuk menyampaikan hasil diskusinya.

- Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. - Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran NHT ini adalah: - Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru. - Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Hamdani, 2011: 90).


(32)

Pembelajaran SETS merupakan pembelajaran terpadu yang diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan empat unsur SETS, yaitu sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Binadja, 2002: 1). SETS sudah lama diperkenalkan di Indonesia. Pannen & Sardjiyo (2005) menyatakan bahwa pembelajaran SETS telah diperkenalkan oleh Universitas Negeri Semarang melalui lokakarya di tahun1999 bekerja sama dengan SEAMEO RESCAM. SETS sendiri memiliki beberapa kelebihan. Dwi (2009) mengungkapkan bahwa pendekatan SETS cenderung bersifat integratif dalam memandang suatu permasalahan. Pembelajaran SETS yang bertumpu pada pembelajaran sains, memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

- Siswa tetap diberikan pengajaran sains. Pada pembelajaran ini guru tetap memberikan materi tentang cahaya yang meliputi pemantulan pada cermin datar, cekung dan cembung.

- Siswa dibawa ke dalam situasi untuk pemanfaatan konsep sains yang berbentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat. Sebagai contoh adalah pada teknologi serat optik yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Misalnya pada perusahaan sistem telekomunikasi, TV kabel dan listrik.

- Siswa diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pengalihan sains ke dalam bentuk teknologi. Contohnya adalah seperti penelitian yang dilakukan oleh Puspita & Lukman (2012) pada proses pengaturan pencahayaan ruangan menggunakan sinar matahari dengan


(33)

memanfaatkan konsep pemantulan pada cermin datar. Dalam teknologi tersebut ada berbagai kemungkinan yang terjadi. Teknologi tersebut tidak dapat dimanfaatkan tanpa bantuan sinar matahari tetapi merupakan alternatif untuk mengurangi ketergantungan energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil dan nuklir.

- Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara sains yang dipelajari dengan unsur lain dalam SETS. Sebagai contoh adalah pada konsep pemantulan pada cermin datar. Teknologi yang terkait seperti yang dikemukakan Firdaus & Burlian (2011) yaitu alat pengering kerupuk tenaga surya tipe box menggunakan konsentrator cermin datar. Penggunaaan teknologi ini bagi masyarakat akan menjamin mutu produk semakin meningkat karena produk yang dihasilkan lebih efisien serta dapat meningkatkan efisiensi kerja pada proses pengeringan kerupuk. Teknologi ini bagi lingkungan akan mengurangi polusi udara sebab teknologi ini dapat menghemat bahan bakar. - Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari

penggunaan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi. Contohnya adalah pada penggunaan konsep pemantulan cahaya pada cermin cekung. Teknologi yang terkait misalnya teknologi alat pengering rumput laut dan pengukus ikan tenaga surya. Dalam pembelajaran siswa dibawa untuk memepertimbangkan manfaat dan kerugian dari penggunaan teknologi tersebut.

- Dalam konteks kontruktivisme, siswa diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan


(34)

dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan. Contohnya dalam pembelajaran siswa diajak berdiskusi tentang manfaat dari cermin cembung. Kemudian siswa diminta untuk menyebutkan teknologi yang terkait dengan cermin cembung tersebut.

Keterkaitan antar unsur SETS dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.1 Keterkaitan antar unsur SETS (Binadja, 2002: 71) Gambar 2.1 menjelaskan bahwa SETS memiliki makna pengajaran sains yang dikaitkan dengan unsur unsur lain yakni lingkungan, teknologi dan masyarakat. Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat karena keterkaitan dan ketergantungannya pada unsur-unsur tersebut. Dalam konteks SETS, perkembangan sains dianggap dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, teknologi juga kepentingan serta harapan masyarakat. Pada saat yang sama hendaknya dipahami bahwa perkembangan sains itu sendiri juga memiliki pengaruh kepada perkembangan teknologi, masyarakat serta lingkungan (Binadja, 2002:21)

Berdasarkan hasil penelitian Zaini „… †‡ ˆ, (2007) ketuntasan belajar dalam

pembelajaran sains fisika dengan pendekatan SETS dapat tercapai. Tingkat efektifitas pembelajaran SETS pada materi kamera dan periskop cukup efektif. Hal ini bararti pembelajaran sains fisika melalui pendekatan SETS cukup efektif dalam membelajarkan siswa.

Masyarakat

Sains


(35)

Dalam model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS, siswa akan diajak untuk melakukan diskusi bersama kelompoknya dan mengkaitkan materi yang dipelajari dengan keempat unsur SETS, yaitu sains lingkungan, teknologi dan masyarakat.

‰Š‹Š ŒŽ ‘’‘ “

Kreativitas memegang peranan yang penting dalam dunia pendidikan. Pentingnya kreativitas dinyatakan Aryani (2008) sebagai potensi yang harus dikembangkan supaya bangsa Indonesia mampu bersaing di dunia secara global. Jika siswa merasa tidak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan di sekolah, mereka akan menjadi siswa yang patuh tetapi tidak kreatif. Hal yang tak jauh berbeda disebutkan Munandar (2009:31) bahwa kreativitas perlu dipupuk sejak dini karena:

- Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya. Perwujudan atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.

- Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.

- Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.


(36)

Kreativitas memiliki beberapa pengertian. Kreativitas yang dikemukakan oleh Wiyono (2011: 5) pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata dalam bentuk ciri-ciri ”•–— –˜™š maupun ›œ› ”•– —– ˜™š, karya baru maupun kombinasi

dengan hal-hal yang sudah ada serta semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pendapat yang lain yaitu Munandar (2009:68) merumuskan kreativitas atau berpikir kreatif secara operasional sebagai suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi (kerincian) dalam berpikir. Berikut ini merupakan tabel arti kemampuan berpikir lancar, luwes, orisinal dan terperinci.

Tabel 2.1

Arti berpikir lancar, luwes, orisinal dan terperinci (Munandar, 2009: 192).

 ž Ÿ  ¡¢£ ¤¥ ¦ § ¡¨¢

©ª Berpikir lancar  Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang

relevan.

«¬ Berpikir luwes  Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam.  Mampu mengubah cara atau pendekatan baru.

 Arah pemikiran yang berbeda-beda.

­¬ Berpikir

orisinal

 Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang.

®¬ Berpikir

terperinci

 Mengembangkan, menambah, memperkaya, memperluas suatu gagasan dan memperinci.


(37)

Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan. Salah satunya dapat dilatih melalui dunia pendidikan di sekolah. Mariati (2006) menjelaskan ada beberapa cara guru untuk memupuk kreativitas siswa, yaitu menerima anak sebagaimana adanya dengan segala kekuatan serta kelemahannya, tidak terlalu cepat memberikan penilaian terhadap perilakunya terutama berupa kritik maupun celaan dan memberikan peluang untuk mengungkapkan pikiran beserta perasaanya dengan tetap mematuhi peraturan yang berlaku. Dalam upaya untuk memupuk kreativitas siswa, Diana (2006) menyatakan bahwa menjadi pribadi kreatif tidak bisa didapat dengan tiba-tiba saat seseorang telah beranjak dewasa dan dihadapkan pada berbagai permasalahan. Kreativitas memerlukan proses.

Dalam upaya untuk mengembangkan kreativitas terdapat teori yang melandasinya. Salah satu teori tersebut diantaranya menurut Munandar (2009: 32-39) yang menjelaskan bahwa terdapat adanya teori empat P yang melandasi pengembangannya yaitu terdiri dari pembentukan pribadi, press, proses dan produk kreatif.

Teori tentang pembentukan pribadi kreatif dilandasi oleh teori psikoanalis dan humanistik. Teori psikoanalis melihat kreativitas sebagai hasil dari mengatasi suatu masalah yang biasanya mulai di masa kecil. Teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Teori press menyatakan bahwa kreativitas anak akan terwujud jika adanya dorongan dalam diri individu maupun dorongan dari lingkungan.


(38)

Teori tentang pembentukan pribadi kreatif dilandasi oleh teori Wallas dan belahan otak kanan serta kiri. Teori Wallas menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu: persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Pada tahap persiapan, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain dan sebagainya. Pada tahap inkubasi, individu seakan akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut. Pada tahap iluminasi, merupakan saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru. Pada tahap verivikasi atau evaluasi, merupakan tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas.

Pendapat mengenai teori tentang belahan otak kanan dan kiri yang dikemukakan oleh Wiyono (2009: 24) menyatakan bahwa keterkaitan fungsi otak terlihat pada aktivitas belahan otak kiri untuk menerima masukan berupa data dan informasi dari lingkungan yang menurut Wallas merupakan tahap persiapan, kemudian dilanjutkan otak belahan kanan untuk mengerami (tahap inkubasi). Pada tahap ini berlangsung sebagai pelanjutan proses menuju tahap iluminasi dan verifikasi.

Teori tentang produk kreatif menyatakan bahwa manusia memiliki seperangkat unsur-unsur mental. Jika dihadapkan dengan situasi yang menuntut tindakan, individu mengerjakan dan menggabung unsur-unsur mental sampai timbul konfigurasi. Konfigurasi ini dapat berupa gagasan, model, tindakan, cara menyusun kata, melodi atau bentuk.


(39)

Beberapa ciri individu yang kreatif menurut Munandar adalah memiliki rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai daya imajinasi dan orisinal dalam ungkapan gagasan maupun pemecahan masalah.

¯°±° ²³ ´ µ¶·¸³ ¹³ º³

- Pemantulan cahaya Proses melihat benda

Saat melihat benda, berarti ada cahaya yang mengenainya, kemudian cahayanya dipantulkan ke mata. Akibatnya mata dapat melihat benda di lingkungan sekitar.

Hukum pemantulan cahaya

Berkas sinar yang mengenai cermin disebut sinar datang. Sedangkan berkas sinar yang meninggalkan cermin disebut sinar pantul. Sebuah garis

i r


(40)

yang digambar tegak lurus permukaan cermin disebut garis normal. Sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis normal disebut sudut datang, yang dilambangkan dengan i. Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis normal disebut sudut pantul, yang dilambangkan dengan r.

Hukum pemantulan cahaya menyatakan bahwa :

 Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan ketiganya berpotongan pada satu titik.

 Sudut datang sama dengan sudut pantul.

i = r (2.1)

Jenis pemantulan

 Pemantulan teratur

Pemantulan teratur terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang permukaannya licin dan mengkilap sehingga arah pantulan cahaya itu menuju ke suatu arah tertentu.

Gambar 2.3 Jalannya sinar pada pemantulan teratur

 Pemantulan baur

Pemantulan baur terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang permukaannya kasar (tidak rata) dan cahaya itu akan dipantulkan ke berbagai arah yang tidak tertentu.


(41)

Gambar 2.4 Jalannya sinar pada pemantulan baur

(Wibowo, 2004:96) - Cermin Datar

Sifat-sifat bayangan pada cermin datar

Cermin datar merupakan cermin yang permukaan pantulnya berupa bidang datar. Sifat bayangan pada cermin datar yaitu:

 Maya

 Sama besar dengan bendanya

 Tegak

 Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin (jarak bayangan = jarak benda)

Pembentukan bayangan pada cermin datar

Ada 3 langkah yang diperlukan untuk melukiskan pembentukan bayangan pada cermin datar, yaitu:

 Menggambar sinar pertama yang datang dari benda menuju ke cermin dan dipantulkan ke mata sesuai dengan hukum pemantulan (sudut datang = sudut pantul).

 Menggambar sinar kedua yang datang dari benda menuju ke cermin dan dipantulkan ke mata sesuai dengan hukum pemantulan.


(42)

 Perpanjangan sinar pantul pertama dan sinar pantul kedua dibelakang cermin akan berpotongan. Perpotongan tersebut merupakan letak bayangan.

Keterangan:

(1)= Sinar datang pertama (2)= Sinar datang kedua (3)= Sinar pantul pertama (4)= Sinar pantul kedua

Cermin datar umumnya digunakan untuk bercermin. dipasang menutupi dinding ruang agar memberi kesan yang lebih besar dan pada pembuatan periskop sederhana (periskop adalah alat optik yang berfungsi untuk mengamati benda dalam jarak jauh atau berada dalam sudut tertentu, biasanya digunakan pada tank dan kapal selam).

(4) (1) (2) (3) (b) (a) (c)

Gambar 2.6 Cermin datar (a) untuk bercermin, (b) pada pembuatan periskop sederhana dan (c) untuk menutupi dinding ruang.

Gambar 2.5 Menggambar bayangan benda

 Perpanjangan sinar pantul pertama dan sinar pantul kedua dibelakang cermin akan berpotongan. Perpotongan tersebut merupakan letak bayangan.

Keterangan:

(1)= Sinar datang pertama (2)= Sinar datang kedua (3)= Sinar pantul pertama (4)= Sinar pantul kedua

Cermin datar umumnya digunakan untuk bercermin. dipasang menutupi dinding ruang agar memberi kesan yang lebih besar dan pada pembuatan periskop sederhana (periskop adalah alat optik yang berfungsi untuk mengamati benda dalam jarak jauh atau berada dalam sudut tertentu, biasanya digunakan pada tank dan kapal selam).

(4) (1) (2) (3) (b) (a) (c)

Gambar 2.6 Cermin datar (a) untuk bercermin, (b) pada pembuatan periskop sederhana dan (c) untuk menutupi dinding ruang.

Gambar 2.5 Menggambar bayangan benda

 Perpanjangan sinar pantul pertama dan sinar pantul kedua dibelakang cermin akan berpotongan. Perpotongan tersebut merupakan letak bayangan.

Keterangan:

(1)= Sinar datang pertama (2)= Sinar datang kedua (3)= Sinar pantul pertama (4)= Sinar pantul kedua

Cermin datar umumnya digunakan untuk bercermin. dipasang menutupi dinding ruang agar memberi kesan yang lebih besar dan pada pembuatan periskop sederhana (periskop adalah alat optik yang berfungsi untuk mengamati benda dalam jarak jauh atau berada dalam sudut tertentu, biasanya digunakan pada tank dan kapal selam).

(4) (1) (2) (3) (b) (a) (c)

Gambar 2.6 Cermin datar (a) untuk bercermin, (b) pada pembuatan periskop sederhana dan (c) untuk menutupi dinding ruang.


(43)

- Cermin Cekung

Cermin cekung merupakan cermin yang permukaan mengkilapnya melengkung ke dalam. Cermin cekung bersifat konvergen atau mengumpulkan sinar yang dipantulkan.

Terdapat sinar istimewa pada cermin cekung yaitu sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik fokus F. Sinar datang melalui titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama dan Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin P akan dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan tersebut.

Keterangan:

(1) = Sinar datang sejajar sumbu utama cermin. (2) = Sinar pantul menuju ke titik fokus cermin. (3) = Sinar datang menuju titik fokus cermin. (4) = Sinar pantul sejajar sumbu utama cermin.

(5) = Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan dan dipantulkan kembali menuju titik tersebut.

» ¼

» ¼

(a) (b) (c)

Gambar 2.7 (a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus, (b) sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu

utama dan (c) sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

» ¼


(44)

Pembentukan bayangan pada cermin cekung jika benda di depan P maka sifat bayangannya adalah nyata, terbalik dan diperkecil. Jika bendanya diantara P dan F maka sifat bayangannya adalah nyata, terbalik dan diperbesar. Jika benda terletak diantara F dan O maka sifat bayangannya adalah maya, tegak dan diperbesar. Sedangkan jika bendanya maya maka sifat bayangannya adalah nyata, tegak dan diperkecil.

½ ¾

½ ¾

O

½ ¾

P

+

F

F F

(a) (b)

(c)

(d)

Gambar 2.8 (a) Benda berada di depan P, (b) benda berada diantara P dan F, (c) benda berada diantara F dan O dan (d) benda maya di belakang cermin cekung.


(45)

Cermin cekung sebagai pemantul pada lampu senter dan pengumpul sinar matahari pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

- Cermin Cembung

Cermin cembung merupakan cermin yang permukaan mengkilapnya melengkung keluar. Cermin cembung bersifat divergen atau menyebarkan sinar yang dipantulkan.

Terdapat sinar istimewa pada cermin cembung yaitu sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus F. Sinar datang menuju titik fokus F dipantulkan seolah-olah sejajar sumbu utama.dan sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin P dipantulkan kembali seakan-akan datang dari pusat kelengkungan tersebut (pada garis yang sama).

Gambar 2.9 Cermin cekung (a) sebagai pemantul pada lampu senter, (b) sebagai pengumpul sinar matahari pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).


(46)

Keterangan:

(1) = Sinar datang sejajar sumbu utama cermin.

(2) = Sinar pantul seolah-olah datang dari titik fokus cermin. (3) = Sinar datang menuju titik fokus cermin.

(4) = Sinar pantul seolah-olah sejajar sumbu utama.

(5) = Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin dipantulkan kembali seolah-olah datang dari pusat kelengkungan tersebut..

Bayangan benda yang berada didepan cermin cembung selalu menghasilkan bayangan yang memiliki sifat yang sama, yaitu maya, tegak, dan diperkecil.

¿ À

(a) (b) (c)

Gambar 2.10 (a) Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus,(b) Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan seolah-olah sejajar sumbu utama dan (c) sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan kembali seakan-akan datang dari pusat

kelengkungan tersebut.

(1)

(2)

(3)

(4)

¿ À

¿ À


(47)

Gambar 2.11 Pembentukan bayangan benda nyata pada cermin cembung

Bayangan benda yang berada di belakang cermin cembung (benda maya) menghasilkan bayangan yang memiliki sifat nyata, tegak dan diperbesar

Untuk benda maya, maka pembentukan bayangannya adalah sebagai berikut

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan benda maya pada cermin cembung

Cermin cembung digunakan pada kaca spion dan persimpangan jalan untuk membantu pengemudi melihat kendaraan-kendaraan yang akan berpapasan.

Á

 Ã

+

F

P F


(48)

(Wibowo, 2004:102-105) - Persamaan yang berlaku untuk cermin cekung dan cembung

Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan ( ) dan jarak fokus (f) untuk cermin lengkung (cekung ataupun cembung) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.14 Diagram untuk menurunkan rumus umum cermin.

Gambar 13 menggambarkan jalannya sinar pada saat pembentukan bayangan dari benda AB oleh sebuah cermin cekung, bayangan yang dihasilkan adalah A B , dengan:

(a) (b)

Gambar 2.13 Cermin cembung (a) pada kaca spion mobil dan (b) pada persimpangan jalan.

h h

O

R s

s P

B

A

A


(49)

s : jarak benda s : jarak bayangan

P : pusat kelengkungan cermin h : tinggi benda

h : tinggi bayangan

Berdasarkan Gambar 13 ABO ~ A B O Pada segitiga siku-siku ABO:

Ä Å ÆÇ ÈÆ   tan

Pada segitiga siku-siku A B O:

' ' ' ' ' tan É Ê O B B A  

Harga negatif karena bayangan yang terbentuk terbalik.

Ruas kiri pada persaman (2.2) sama dengan ruas kiri persamaan (2.3),sehingga:

' ' s h s h s s h

h' '  

Pada pembentukan bayangan, ada dua kemungkinan bayangan yang terbentuk oleh sebuah cermin, lebih besar atau lebih kecil dari bendanya. Perbesaran bayangan merupakan perbandingan antara tinggi bayangan dan tinggi benda, sehingga persamaan (2.4) merupakan persamaan untuk perbesaran bayangan:

s s h h M ' '

(2.2)

(2.3)

(2.4)


(50)

Jika perbesaran bayangan (M) bertanda positif (+) maka bayangan adalah tegak terhadap bendanya, sebaliknya jika perbesaran bayangan (M) bertanda negatif (-) maka bayangan adalah terbalik terhadap bendanya.

Pada segitiga siku-siku ABP berlaku:

R s h BP AB    tan

Pada segitiga siku siku A B P

' ' ' ' ' tan s R h PB B A    

Ruas kiri persamaan (2.6) sama dengan ruas kiri persamaan (2.7) sehingga:

' ' s R h R s h     R s s R h h    ' '

Pada persamaan (5), disubtitusikan ke persamaan (8):

R s s R s s    ' ' R s sR ss ss sR R s s s s R s R s s ' ' 2 ' ' ' ) ' ( ) ( '        

Persamaan (2.8) dibagi dengan Rss , sehingga diperoleh:

s s R Rss R s Rss sR Rss ss 1 ' 1 2 ' ' ' ' ' 2    

Jika objek diletakkan di tak hingga, maka suku pada persamaan (2.10) menjadi

lebih kecil dari dan dapat diabaikan. Untuk = , maka

(2.6)

(2.7)

(2.8)

(2.9)


(51)

1

+ 1 = 2 1

+ 1 = 2 1

= 2 2 =

=

Jarak pada persamaan (2.11) disebut panjang fokus (f) dari cermin tersebut, sehingga

= = 2

Dengan menggunakan panjang fokus (f) maka persamaan (10) menjadi 2

= 1+1 2

2 = 1

+1 1

= 1 +1

Sehingga diperoleh persamaan yang menghubungkan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s ), jarak fokus (f) cermin lengkung adalah:

=

+

Keterangan :

s : jarak benda (cm) s : jarak bayangan (cm)

(2.11)

(2.12)


(52)

f : jarak fokus (cm)

ËÌ

5.

Kerangka Berpikir

Dalam konsep tentang belajar terkandung tiga unsur utama yaitu belajar berkaitan dengan perubahan perilaku, terjadi karena didahului oleh proses pengalaman dan bersifat relatif permanen. Setelah melalui proses pembelajaran, maka siswa akan memperoleh hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah adanya perubahan perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sikap kreatif siswa termasuk dalam aspek afektif.

Pentingnya kreativitas dalam pembelajaran tertuang dalam undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 dan Tap MPR No 4/MPR/1975. Melalui model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS siswa akan diajak untuk bereksperimen dan berdiskusi tentang materi yang diajarkan. Dengan menggunakan pendekatan SETS, maka siswa akan diajak untuk mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat. Dalam model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS, guru akan memberikan kebebasan kepada siswa untuk bereksperimen. Kebebasan ini dapat dilihat saat siswa diberi kesempatan untuk melakukan variasi dalam bereksperimen. Siswa juga diberi kebebasan untuk mengungkapkan beberapa gagasannya dengan mematuhi peraturan yang berlaku sehingga kreativitas siswa dapat dikembangkan.

Model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS ini dilakukan pada materi cahaya. Hal ini disebabkan beberapa alasan, antara lain cahaya merupakan (Jati & Priyambodo, 2010: 200)


(53)

materi yang fenomenanya dapat langsung diamati dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan eksperimen. Sarana dan prasarana tersebut mudah didapatkan serta dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan pembelajaran IPA fisika pada materi pemantulan cahaya menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS dipandu dengan RPP, LKS, lembar observasi dan angket yang sesuai dengan model pembelajaran tersebut. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aspek psikomotor siswa. Aspek kognitif diamati melalui soal evaluasi yang dikerjakan oleh siswa pada setiap akhir siklus. Kreativitas diamati dari angket yang telah diisi siswa pada setiap akhir siklus.


(54)

ÍÎ Í Ï

ÐÑ Ò ÓÔÑ ÕÑÖÑ×ØÒ ØÎ Ö

ÙÚÛÚ ÜÝÞß àáâà ã äåæçÝ èéÝ ãÝ êëá ëà ã

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Pemalang. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E sebanyak 38 orang tahun ajaran 2011/2012.

ÙÚìÚ íà èáî ïðà ãñ

âë á Ýêë áë

Topik yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan menerapkan model NHT menggunakan pendekatan SETS yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Selain itu juga dilakukan pengukuran peningkatan kreativitas siswa dan hasil belajar yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusuma òó ôõ (2008) yang

menyatakan bahwa model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada pokok bahasan laju reaksi. Hasil belajarnya meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Pendapat Kusuma tersebut diperkuat dengan pendapat Irianti òó

ôõ (2007) yang menyatakan bahwa pendekatan SETS cukup efektif untuk

membelajarkan siswa kelas VIII Nurul falah dalam pembelajaran sains fisika.

ÙÚ ÙÚ öÝ÷àë ãéÝ ãÝ êëáëà ã

Penerapan model pembelajaran NHT dengan menggunakan pendekatan SETS ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terbagi


(55)

menjadi tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu tahapan perencanaan, tindakan, observasi, serta refleksi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustafa øù úû (2011) dalam menerapkan

model NHT untuk meningkatkan keaktifan dan penguasaan konsep matematika menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Sedangkan Sunandar (2008) dalam penelitiannya menggunakan kuasi eksperimen dengan

üýøùøþ ù ú ÿ üþù ùøþù ÿù ýû ý ü øþ ÿ menyatakan bahwa siswa yang diajar

menggunakan model NHT hasil dan minat belajarnya lebih tinggi daripada jika diajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Pentingnya mengembangkan kreativitas siswa diperkuat oleh pendapat Mariati (2006) yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mencapai kompetensi IPA bukanlah mengajar dengan satu arah, tetapi dua arah dimana siswa belajar aktif. Seluruh pembelajaran di kelas sebaiknya diarahkan untuk mendorong agar siswa kreatif. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model NHT dengan pendekatan SETS untuk mengembangkan kreativitas siswa dapat dilihat pada Gambar 3.1


(56)

Tahapan penelitian pada setiap siklus secara umum sama yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1. Diagram penelitian penerapan model pembelajaran NHT dengan menggunakan pendekatan SETS (Suyadi, 2011: 66)

Observasi awal :

 Identifikasi masalah di sekolah dan kelas yang akan diteliti

 Analisis penyebab masalah

 Penentuan cara pemecahan masalah

 Identifikasi aspek kreativitas dan hasil belajar siswa

Perencanaan 1:

 Perumusan pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

 Membuat RPP, LKS, lembar observasi psikomotorik, angket dan mempersiapkan perlengkapan eksperimen.

 Membuat instrument tes akhir dan kunci jawaban

 Ujicoba instrument tes dan analisis datanya

Pelaksanaan 1 :

 Pelaksanaan model pembelajaran NHT dengan pendekatan SETS sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

 Siswa melaksanakan tes tertulis siklus 1 dan mengisi angket yang telah dibagikan.

Observasi 1

 Observasi terhadap hasil belajar kognitif, psikomotorik dan afektif siswa selama proses belajar mengajar berlangsung

Refleksi 1:

 Data yang didapat dianalisis dan dievalusi.

 Menganalisis proses pelaksanaan pembelajaran.

 Identifikasi kelemahan dan kelebihan dari siklus 1 yang akan digunakan sebagai bahan masukan dalam perencanaan siklus selanjutnya.

Masalah belum terselesaikan

(siklus berikutnya) model pembelajaran NHT denganMasalah terselesaikan (penerapan menggunakan pendekatan SETS pada materi cahaya untuk mengembangkan


(57)

(1) Perencanaan

Dalam kegiatan ini yang dilakukan oleh guru adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), lembar observasi psikomotorik, soal tes, angket dan mempersiapkan perlengkapan eksperimen. (2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti bertindak sebagai guru melaksanakan pembelajaran dengan model NHT menggunakan pendekatan SETS. Siswa mengerjakan tes evaluasi dan angket.

(3) Observasi

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan observasi untuk menilai hasil belajar psikomotorik dan afektif siswa dengan menggunakan lembar observasi psikomotorik dan angket serta menilai hasil evaluasi siswa. (4) Refleksi

Pada tahap ini, data tersebut dianalisis dan dievaluasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Jika pelaksanaan siklus 1 tidak tuntas berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan maka dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator berhasil tercapai. Perbedaan antara siklus I, II dan III terletak pada materi pembelajaran yang diajarkan. Siklus I dengan materi pemantulan cahaya dan pada cermin datar. Siklus II dengan materi pemantulan pada cermin cekung. Siklus III dengan materi pemantulan pada cermin cembung.


(58)

Adapun jenis data yang akan dikumpulkan meliputi data hasil observasi dan hasil belajar siswa yang terdiri dari kognitif serta afektif.

! " #$%& '%($& )* +,*-. &/. 0.

Data yang dibutuhkan pada penelitian ini didapatkan melalui beberapa cara, yaitu metode tes, observasi dan angket. Metode tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Metode observasi, dilakukan untuk mengetahui aspek psikomotor siswa. Angket digunakan untuk mengetahui aspek afektif siswa.

! 1 &2 03* +$&( $& $- '0'. &

Instrumen penelitian yang disusun untuk mendapatkan data pada penelitian ini adalah lembar observasi, tes pilihan ganda dan uraian serta tes sikap.

(1) Lembar Observasi

Sebelum digunakan, lembar observasi kreativitas siswa diuji validitasnya dengan metode 4xpert judgment, yaitu instrument

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. (2) Soal Uraian

Soal uraian digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kognitif siswa. Soal uraian ini diberikan di setiap akhir siklus. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Pengujian validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Sugiyono (2010 :182) menjelaskan bahwa untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian


(59)

validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi. Guru yang memberikan ujian di luar materi yang diajarkan berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.

(3) Soal pilihan ganda

Soal pilihan ganda digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kognitif siswa. Setelah soal pilihan ganda diujicobakan, dilakukan analisis untuk mendapatkan butir soal dengan kualitas yang baik. Analisis yang dilakukan meliputi uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tiap butir soal. Hal ini sesuai dengan penelitian Nuswowati 56 78

(2010) dalam mengetahui kualitas butir soal ulangan akhir semester bidang studi kimia pada siswa kelas X-RSBI SMA Negeri 1 Pati tahun ajaran 2007/2008.

Analisis uji validitas untuk soal pilihan ganda siklus I menghasilkan 11 soal valid dan 4 soal tidak valid. Pada siklus II dihasilkan 10 soal valid dan 5 soal tidak valid. Pada siklus III dihasilkan 12 soal valid dan 3 soal tidak valid.

Analisis reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi realibilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Setelah diperoleh harga

11

9 , kemudian dikonsultasikan dengan harga

:tabel product momen.

Apabila 911 >

: tabel product momen maka instrumen tersebut


(60)

berturut-turut diketahui bahwa ;11= 0,762; 0,577 dan 0,712 sedangkan <

tabel product momen untuk N=36 dengan taraf kepercayaan 5% adalah

0.329. Dengan demikian ;11 > <tabel product momen, berarti soal

tersebut reliabel.

Analisis taraf kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui kategori tingkat kesukaran tiap butir soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada siklus I menghasilkan 4 soal mudah, 8 soal sedang, dan 3 soal sukar. Pada siklus II dihasilkan 7 soal mudah, 6 soal sedang, dan 2 soal sukar. Pada siklus III dihasilkan 10 soal mudah 4 soal sedang, dan 1 soal sukar.

Analisis daya beda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antar siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Hasil analisis daya beda soal pada siklus I menghasilkan 6 soal berkategori cukup, 4 soal baik sekali, 2 soal baik, dan 3 soal jelek. Pada siklus II dihasilkan 8 soal berkategori cukup,1 soal baik sekali, 3 soal baik, dan 3 soal jelek. Pada siklus III dihasilkan 7 soal berkategori cukup, 1 soal baik sekali, 4 soal baik, dan 3 soal jelek.


(61)

(4) Tes Sikap

Tes sikap digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar afektif siswa berupa kreativitas. Indikator kreativitas siswa meliputi rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang, mempunyai daya imajinasi dan orisinal dalam ungkapan gagasan serta dalam pemecahan masalah.

Sebelum digunakan, tes sikap diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument. Sebelum dilakukan uji validitas dan reliabilitas, dilakukan penentuan nilai skala tiap aspek pernyataan dengan menggunakan metode deviasi normal. Hasil analisis uji coba tes sikap menunjukan dari 35 butir pernyataan, terdapat 26 pernyataan yang valid dan 9 tidak valid. Instrumen tes sikap dinyatakan reliabel karena rhitung>rtabel, yaitu 0,790>0,235.

=>

5

Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan untuk menghitung kemampuan siswa mengaitkan unsur SETS, kognitif, psikomotor dan afektif adalah sebagai berikut.


(62)

?@A@B CDE F GHFHE IEJIK KLME FJFf dan kemampuan siswa mengaitkan unsur

SETS

Data hasil belajar untuk aspek kognitif dan kemampuan siswa mengaitkan unsur SETS diperoleh dari nilai tes evaluasi dan tugas di setiap akhir siklus. Untuk mendapatkan nilainya siswa tiap siklus digunakan persamaan :

Nilai = x 100 %

Ketuntasan siswa secara klasikal dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

%Nilai = x 100%

Apabila prosentase siswa yang memperoleh nilai 75 jumlahnya 85%, maka pembelajaran dikatakan tuntas (Mulyasa,2007: 254).

3.5.2 Penilaian hasil belajar psikomotorik

Data hasil belajar psikomotorik siswa dianalisis dengan menggunakan persamaan:

Nilai = x 100 %

Ketuntasan klasikan hasil belajar psikomotorik siswa secara klasikal dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

%Nilai = %x 100%

Apabila presentase siswa yang memperoleh nilai 75 jumlahnya 75%, maka pembelajaran dikatakan tuntas (Mulyasa, 2007: 257).

3.5.3 Pengembangan kreativitas siswa

Ketercapain penilaian aspek pengembangan kreativitas siswa diamati pada skor yang didapatkan pada tes sikap yang dilakukan sebelumnya. Interpretasi

(Purwanto, 2010: 207)


(63)

kreativitas siswa dapat ditunjukan dengan mengubah skor individual menjadi skor standart. Menurut Azwar (2011:156), skor standart yang digunakan dalam skala model Linkert adalah skor-T, yaitu:

T = 50 + 10 Keterangan:

X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor-T : Rerata skor keleompok

s : Deviasi standar skor kelompok.

Berdasarkan skor-T yang didapatkan, siswa dapat dikategorikan menjadi siswa yang kreatif dan tidak kreatif. Menurut Azwar (2011:157), siswa dikatakan memiliki sikap kreatif apabila skor-T lebih dari 50. Sikap netral apabila skor-T sama dengan 50. Sikap tidak kreatif apabila skor-T dibawah 50. Pembelajaran dapat dinyatakan tuntas apabila siswa yang memiliki sikap kreatif mencapai 75% dari jumlah keseluruhan siswa di kelas.

NOPOQ RSTUV TW

Uji gain dilakukan untuk mengetahui besar perkembangan kreativitas dan hasil belajar siswa dari tiap siklus. Menurut Savinainen & Scott (2002) dapat ditunjukan melalui skorXYZ[normalisasi yang didapatkan melalui persamaan:

g =

%

Keterangan:

g : gain normalisasi

Sakhir : nilai rata-rata siklus akhir

(Wiyanto, 2008: 86)


(64)

Sawal : nilai rata-rata siklus awal

Berdasarkan skor gain normalisasi peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa tiap siklus dapat dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. kategori tinggi apabila g > 0,7, sedang apabila memiliki rentang skor\ ]^_antara

0,3 < g 0,7, dan rendah apabila g 0,3.

`a

6 Indikator Keberhasilan

Keberhasilan pembelajaran untuk aspek kognitif dan kemampuan mengaitkan unsur SETS siswa dapat diketahui dari hasil tes dan tugas, yaitu jika hasil belajar siswa mencapai 75% secara individual dan 85% secara klasikal. Untuk penilaian aspek psikomotorik, seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika hasil belajar siswa mencapai 75% secara individual dan ketuntasan klasikal 75% (Mulyasa 2007:257). Sedangkan pada aspek afektif, skor-T siswa lebih dari 50, dan ketuntasan klasikal 75%.

Indikator keberhasilan ini dapat dikatakan berhasil dengan adanya peningkatan kreativitas siswa dibandingkan sebelum perlakuan dan peningkatan hasil belajar siswa untuk tiap siklusnya baik secara klasikal maupun individu.


(65)

de d f

ge hi j klm l jini em oe m klpde ge h em

qrs tuvw xyw zwwz tuz u{w |wz }~ uv tu€ u vw ‚w {w z ƒ„… uz†wz tuz uxw ‡w z ˆ‰… ˆ

Šz ‡Šx } uz†u€w z†xw z ‹{ uw‡Œ Œ ‡wy ˆŒyŽw

 ‘ ’“” ’• ’’• –— ˜‘ ’™ ’š ’•›•œ’•—  ›‘ž Ÿ — • œœ¡•’“’•– • ›“’¢ ’•

£ ¤  £ – ’›’ — ’¢ š¥ ¦’§ ’¨’ ›¥ ¢¡• ™’•œ ›•œ’• š •¦’• ’ – ‘’“” ’• ’’• – —˜ ‘ ’™ ’š ’• ¨’•œ ” ”¡’¥ © ª ‘’‘¡¥ —  ›‘ – —˜‘’™’š ’• žŸ  ›• œ’• – • ›“ ’¢’• £ ¤  £ ”¥”« ’

’“’• ›¥ ’™’“ ¡• ¢¡ “ ˜ š“ ”– š¥ — • ›’• ˜ š ›¥ ” “¡ ”¥ ¢• ¢ ’•œ — ’¢š¥ ¨’•œ ›¥’™ ’š“’•© ¬•œ’• — •œœ¡• ’“ ’• –• ›“’¢ ’• £ ¤  £ ­ ”¥”«’ ’“’• ›¥’™’“ ¡• ¢¡ “ —• œ“’¥¢“’•

’• ¢’š ’—’¢ š¥¨’•œ›¥– ‘’ ™’š¥›•œ’•” ’¥• ” ­¢“•‘ œ¥ ­‘ ¥• œ“¡•œ’•›’•— ’” ¨’š’“’¢©

£¥ • ¢’“” – • š ’– ’• —  ›‘ – — ˜‘’™ ’š’• žŸ  —• œœ¡•’“’• – • ›“ ’¢ ’•

£ ¤  £ ›’‘’— – • ‘ ¥ ¢¥’• ¥•¥ ’›’‘ ’§ ›¥ ’« ’‘ – —˜‘ ’™’š’• ­ œ¡ š¡ — ‘ ’“¡ “’•

’– š” – ”¥ ˜š“ ’¥¢’• ›•œ’• — ’¢š¥ ¨’•œ ’“’• ›¥ ˜’§ ’” © ®¡š¡ — — ¢¥ ¯’”¥ ”¥ ”« ’

”¡– ’¨’ ›’– ’¢ —•¨˜¡ ¢“’• ¢“•‘  œ¥ ¨’•œ ¢š“’¥¢ ›• œ’• — ’¢š¥ ¨’•œ ’“’•

›¥– ‘’™’š¥ ›’• —•œ§¡ ˜¡• œ“’••¨’ ›•œ’• ”’¥•”­ ‘ ¥• œ“¡•œ’• ›’• —’”¨’š’“’¢ ©

£ ‘ ’• ™¡ ¢• ¨’­ œ¡ š¡ —— ˜š¥“’• —  ¢¥¯’”¥ “– ’›’ ”¥ ”« ’ ¡• ¢¡ “ — • œ¢ ’§¡¥

– • ¢¥ • œ•¨’——– ‘ ’™ ’š¥— ’¢š¥¨’•œ›¥ ˜š¥ “ ’•‘§œ¡ š¡ ©

° œ¥’¢ ’• “ ›¡ ’ ’›’‘’§ œ¡ š¡ — • ™‘’”“’• ¢• ¢’• œ —  ›‘ – — ˜ ‘ ’™ ’š’•

¨’•œ ’“ ’• ›¥ œ¡• ’“ ’• ›’• —— ˜ š¥ “’• •—š ¡• ¢¡ “ —’”¥ • œ±—’”¥ • œ ”¥”«’©

£ ‘ ’• ™¡ ¢• ¨’ œ¡š¡ — —˜’œ¥ ‘— ˜’š “ š ™’ ”¥”«’ ” ˜’ œ’¥ – ›—’• ›’‘’—


(66)

´µ¶ µ¶·¸·¹¶ ·º» ¸ »¸¼· ½ ¾ µ¶ µ¶·¸·¹ »¹ »¿ »¶ µÀ»´·¹ ´µÁ »´· ¸ »¸¼·Â µÂ÷ À»· ¸ » ÷À»·¶ µÄ

¿· Á·¿·¹ÅÆÂÄ· ǹȷ¿µ¹º·¹´µÁ µ¹ Á Æ·¹Â »¹ »Â ·Äµ¹ ·Â¿· Á· ½

¾ µ º»·Á·¹ ´ µÁ» º· · ¿· Ä· Ç ¸ µÁ µÄ· Ç ¸ » ¸¼ · ¸ µÄµ¸· » µķ ´¸·¹· ´·¹ µ´¸ÉµÀ»Â µ¹ ¿·¹¶ µÀ¿ » ¸ ´Æ¸»ÊºÆÀÆ· ´· ¹Â µ¹ ȵ¶ ÆÁ´·¹¸· Ä· Ǹ · Á ƹËÂË À¸ µÌ·À·· Ì· ´½Í »¸¼·È·¹º

 µÀ· ¸· ÂµÂ»Ä »´» ¹ËÂË À ÁµÀ¸ µ¶ ÆÁ ¸ µÄ·¹ Å ÆÁ¹ È· ·´·¹ µ¹ È·ÂÉ ·»´·¹ Ç· ¸» Ä ¿ » ¸´Æ¸»

´µÄË ÉË ´¹ È· ½ Í»¸¼· È·¹ º Ä · »¹ ¿·É · Á µ ¶ µ À» Á·¹ºº·É·¹ ÁµÀÇ·¿·É É Àµ¸ µ¹ Á· ¸ »

ÁµÂ ·¹¹ È·½Î· Ä·Â ¿ »¸ ´Æ¸ »´µÄ· ¸ ¸» ¸¼ ·¿ »¼· Å »¶ ´·¹Æ¹ ÁÆ´  µ¹ ÆÄ »¸ ´·¹É·Ä »¹ º¸ µ¿ »´»Á

¸·Á Æ É µÀÁ·¹È· ·¹ ¸µÌ· À· ¶ µ¶·¸ ½ ͵ķ¹ Å ÆÁ¹È·  »¹ »Â · Ä ·¿· ¿ Æ· Ë À· ¹ º È· ¹º

 µ¹ È·ÂÉ · » ´·¹¹È·½ Ï ÀË ¸µ¸ ¿ »¸ ´Æ¸» ¿ » Ä· ´Æ´·¹ ¿ µ¹ º·¹ ÁµÁ ·É  µÂ· Á ÆÇ» É µÀ· ÁÆÀ·¹

È·¹º ¶ µÀÄ · ´Æ½ Ð ÆÀÆ ÂµÂ¶ »Â¶ »¹ º ¸» ¸¼ · ƹ ÁÆ´ µ¹¿·É· Á ´·¹ ´ µ¸»ÂÉ ÆÄ· ¹ È· ¹º

ÁµÉ· Á¿ µ¹º·¹¿ » ¸´Æ¸ »´µÄ·¸ ½

¾ µ º»·Á·¹´µµÂ É · ÁÈ· »Á ƺÆÀƵ »¹ Á·¸ »¸¼·Æ¹ Á Æ´Â µ¹Ì· À»·ÀÁ »´µÄ½Î· Ä·Â

Ç· Ä»¹ »¸ »¸¼·¿ »¶µÀ»´ µ¶ µ¶· ¸ ·¹Æ¹ Á ƴµ¹Ì·À»·ÀÁ »´µÄÁµ¹ Á·¹ºÁ µ´¹Ë ÄË º»È·¹ºÁµÀ´· »Á

¿ µ¹ º·¹  · Á µÀ»  »¹ »Â · Ä Á » º· · ÀÁ» ´µÄ ½ η À» · ÀÁ» ´µÄ È· ¹º Á µÄ· Ç ¿ »¿·É· Á´·¹ ´ µÂÆ¿ »·¹

¸ »¸¼·¿ »Â »¹ Á·Æ¹ ÁÆ´ µ¹º» ¸ » Á·¶ µÄÈ·¹º ¶ µÀ» ¸ » ƹ ¸ ÆÀÍÑÒÍ ¿· À»· ÀÁ »´µÄ È·¹ºÁ µÄ· Ç

¿ »¿·É· Á ´·¹½ ÐÆÀÆ ÂµÂ» ¹ Á· ¸ »¸¼· ¸ ÆÉ· È· µ¹ºµ ÀÅ· ´·¹ ÁÆ º· ¸ ÁµÀ¸ µ¶ ÆÁ ¸ µÌ·À·

·¹¿ » À» ½ ͵ķ¹ Å ÆÁ¹È· ¶ µ¶ µÀ·É · ¸» ¸¼· ¿ »Â »¹ Á·  µÂ É Àµ¸ µ¹ Á· ¸ »´·¹ Ç· ¸ »Ä¹ È· ½ ¾ µÂÆ¿ »·¹¸ »¸¼·Â µ¹ºµ ÀÅ· ´·¹Áµ¸µÃ ·Ä Æ· ¸» ½

Ï·¿· ¸» ´ÄƸ ÓÊ ´ Àµ· Á» ûÁ· ¸ ¸» ¸¼· ¶ µÄÆ µ µ¹ Æ Ç» »¹¿ » ´·ÁË À ´µ¶µÀÇ·¸ » Ä· ¹ ½

Ô· Ä»¹ »¿ »¸ µ¶·¶ ´·¹¸ » ¸¼ ·¶ µÄ ÆÂÁ µÀ¶ »· ¸ ·ÂµÄ· ´Æ´·¹µ´¸É µÀ»Âµ¹È·¹ºÂµÂ¶ µÀ»´·¹

´µ¶ µ¶·¸·¹ ¿ · Ä·Â Â µÂ÷À»·¸ » ÷À»·¶µÄ ¿·Á· ¿ ·¹ ÅÆÂÄ· ǹ È·½ Ï·¿· ¸ »´ÄƸ Ó

 µ¸ ´»É ƹ ¸ Æ¿·Ç ¿ »Á µ¹ ÁÆ´·¹ ƹ Á Æ´ µ¹¿·É· Á ´·¹  »¹ »Â · Ä µ¹·Â ¿· Á·Ê · ¸» Ç ·¿·


(67)

×ØÙ ÚÛ Ü ØÝ×Þßàß ÚáÜ Úâ Û ØÙßâ Úâß áâ Ø ãÞß Ü ß á Øâ àäØÝÞÛØá åßá ã ÛØáÚáÜÚÜ â Ý ØßÜÞæ ÞÜßà ç

èßéß â Ø ãÞß Üß á Øâ àä ØÝ ÞÛØáê Ûß àÞë Ü ØÝÙÞëß Ü ×ßáåßâ à Þà ìß åß á ã â ÚÝß á ã à ØÝ ÞÚà

ÛØÙ ßâ Úâßááåß ç è ßé ß â Ø ãÞßÜß á é Þàâ Úà Þ â ØÙ ßà íÚãß Ûß à Þë ×ß áåß â àÞ à ìß åßá ã Ü Þéßâ

ÛØáé Øá ãßÝâ ß á Ü ØÛß áá åß â ØÜ Þâß äÝ ØàØáÜßà Þ ê éßá ÛßÙÚ ÚáÜÚâ Û ØáåßÛäß Þâß á

ä ØáéßäßÜ á åß ç îØë Þ á ããß ãÚÝ Ú ë ßÝ Úà ÛØáÚá í Úâ ×Ø×ØÝßäß àÞ àìß ÚáÜ Úâ

ÛØáåß Ûä ß Þâßáä ØÝ Üß á åß ß áß Üß Úä Øáé ßäß Ü á åßç

ïáÜ Úâ ÛØÛä ØÝ×ß Þâ Þ âÝØß ÜÞæ ÞÜßà à Þà ìß äßéß à Þ âÙ Úà ðê ãÚÝ Ú ÛØá åÚàÚá

Ý Øáñß áß ÜÞ áéßâ ßá äßé ß à ÞâÙÚà ðð ç èßéß àÞâÙ Úà ðð ãÚÝ Ú ÛØÛ×ØÝ Þâß á ×Þ Û×Þ áãß á éß á

ÛòÜ Þæß à Þâ ØäßéßÜÞßäâ ØÙòÛä òâß ãßÝéßä ß ÜÛØÙ ßâÚâß áâ Ø ãÞß Üß áØâ àä ØÝ ÞÛØ áà ØñßÝ ß

à ØÝ Þ Úà àØë Þáããß ×Þàß ÛØáéßäß Üâß á Û ÞáÞ ÛßÙ ØáßÛ éß Üß ç ó ÚÝÚ íÚãß Û ØáØãÚÝ

×Ø×ØÝßä ßà Þà ìßåßá ãÜ ØÝÙÞëß Üâ ÚÝßá ãà ØÝ ÞÚàéßÙß Ûä ØÛ×ØÙß íßÝ ß áçî ßß Üé Þàâ ÚàÞâ ØÙ ßà

ãÚÝÚ ßâ ß á Û ØáÚáíÚâ ×Ø×ØÝßä ß à Þ àìß ÚáÜ Úâ Û Øáåß Ûä ß Þâß á ä ØÝ Üß á åßß á ß ÜßÚ

ä ØáéßäßÜ á åß ç

ôß à ÞÙ ä Øá ãß Ûß Üßá ä ßéß à ÞâÙÚà ðð Û ØáÚáíÚââ ß á ×ßë ìß âÝ Øß Ü Þæ Þ Üß à à Þà ìß

ÛØáãßÙ ßÛ Þ ä ØáÞáãâ ß Üß á ÛØàâ Þä Úá ×ØÙ ÚÛ ÛØáñßäß Þ Þ áé Þâß Ü òÝ â Ø×ØÝë ß à ÞÙ ßá éß á

âÝ ÞÜ ØÝ Þß áåß àØé ß á ãç è ØáÞ áãâß Üß á âÝ Øß ÜÞæ ÞÜßà ÜØÝ àØ×ÚÜ ÜØÝ íßé Þ âßÝØáß àÞ à ìß à Úéßë

ÛÚÙ ß Þ Ü ØÝ×Þß àß ÛØÝßàß ßéß áåß âØ×Ø×ß àßá àßßÜ Øâàä ØÝ ÞÛØá éß á é Þ àâ ÚàÞ àØë Þáããß

ÜÞéßâ ÜØÝÙßÙ Ú ÛØÛ×ÚÜ Úë âß á ìßâ ÜÚ Ùß Ûß ×ßãÞ à Þ à ìß ÚáÜÚâ Û Øá åØà Úß Þâßá é ÞÝÞ

é Øáãß á â ØÙòÛä òâ áåßç ôßÙ Þ áÞ é Þä ØÝâ Úß Ü é Øáãßá ä ØáéßäßÜ éßÝÞ õÝ ØñâÙØÝ éß á

ö ÞããÞáà åßá ã Û Øá åßÜ ßâ ß á ×ßë ìß à Þâßä åß á ã é Þ ä ØÝ òÙØë ÙØìß Ü ä Øá ãßÙß Û ßá ßâß á

ÛØáÞ Û×ÚÙ âß áä ØáãßÝ ÚëÙ ß áãà Úá ãÜ ØÝëßéßää ØÝ ÞÙ ßâÚ×ØÝ Þâ ÚÜ áåß÷øù ìß Ýúû Öüü úü ýþç

ïáÜ Úâ ÛØÛßâ àÞ ÛßÙâß á âÝØß ÜÞæ ÞÜß à à Þà ìß ê Û ßâß é Þ à ÚàÚáÙ ßë Ý Øáñß áß


(68)

!

" "

# $$$ %

" #

#

"

" & " " !

" ' (

" ""

# & " "

" ) !

* "

& % "

& + , (+ $


(69)

012 34 5 1607898 : 1; <8; 53<89 =8;< : 7016 7>8; ? @8 9 7A 5 1627A8 5 010168 B8 9 79 C8 =8 ; <

012 34 41;:8 B8 5>8; 8 65 7>12 =8 ; < 516 >87 5 : 1; <8; 48 5 167 ? D8:8 9 7>239 E 419 >7B3;

979 C8 512 8A : 7 0167 >101 089 8; :82 8 4 41; F867 8 65 7>12 G A8972 ; =8 489 7A 5 162 7A85

010168 B8 9 79 C8 =8 ; < 4128 >3>8; >16 H89 8 48 ? I;53> 414 B16 08 7>7 A89 72; =8 B8:8

97>239EG48 >8<3634 1;=39 3;6 1; F8; 8B140128 H86 8;B8:897>239EE?

D8:8 97>239 EE <36 3 4 14J5 7K897 9 79C 8 3; 5 3> :8B8 5 4 1;< 16 H8 >8; 5 3<89

91F86 8 48;: 76 7 ? L 363 8>8; 414016 7>8; 98; >97 H 7>8 51627A8 5 8:8 9 79 C8 =8 ; <

41; F867 8 6 57 >12 :8; 4 1;32 79 >8;; =8 B8:8 58 012 =8;< 414 385 3;9 36 M N OM 98 48

B16979 ? P89 72 =8 ; < : 7B 16 J2 1A : 86 7 97 >2 39 E > 1 EE 41; <8284 7 B1; 7; <>8 58; ?

D 1; 7;<>8 58; 3; 5 3> 97 >2 39 E >1 EE 8: 82 8A 9 10198 6 QG //? D 1; 7;<>8 58; 7; 7 516 H8: 7

>861;8 B8:8 97>2 39 EE < 363 4 14J5 7K897 979 C8 3; 5 3> :8 B85 41;< 16 H8 >8 ; 53<89

91F86 8 48;: 767 ? M1A 7; <<8 B8:8 97>239 EE : 7:8 B8 5>8; >15 3; 589 8; >289 7 >82 9 1019 86

RQG .ST? P827; 7 9 1938 7:1;<8;B1;:8 B8 5 BJ1: H 78 : 7 U/QQ.VW SXY =8; < 4 1; =85 8>8; 08AC8> 12 J4 BJ>=8 ; <41;<<3; 8 >8; B 1;: 1>8 58;98 7;9G51>; J2 J<7:8;489 =86 8 >8 5

: 78; 5868;=88 >8;4 1472 7>7>6 185 7K7 589=8 ; <2107A57;<<7?

M3B8 =8 A 89 72; =8 2107A 48>97 482G 48 >8 <36 3 41; =393; 53<89 3; 53> 9 7 >2 39

EEE? D 1608 7 >8 ; =8; < : 728 >3>8; B8:8 9 7 >2 39 EEE =8 75 3 <36 3 414 7; 58 9 79C 8 3; 53>

0168; 7 01658;=8 H7 >8 8: 8 919385 3 =8; < 0 1234 : 7 B8A84 7? L 363 H 3<8 41C8 H7 0>8;

979 C8 =8; < 012 34 B16;8A 4 1;=8 4B 87 >8; B 16 58; =8 8; 858 3 B1;: 8B8 5 3; 53>

41; =8 4B8 7 >8; ;=8 ? P82 7; 7 : 72 8>3>8; : 1; <8; F8 68 4 1; 3; H3> 9 79 C8 =8 ; < 012 34

B16;8A 0 16B168; 8 >57Z : 828 4 41;=8 4B8 7 >8; B 1;:8 B85G B16 58;=88; : 8; H8C 808;

:828 4 >1<7858; : 79>39 7 91012 34; =8? D 1; 7; <>8 58; :867 97>2 39 EE >1 EE E 3; 53> ; 728 7


(70)

_`abc babd ce dcbf g hbab _bi bc _`f`jiek abd lbmn b cok bm co pq b_` io d`drabcbdg so d`drabcbd `d` _` io p ae bc _od rbd iod_ bi bc t pbda uvwwxy zb` ce {]% f `f n b jo dzbc babd l bmn b _o drbd jo j bf e aa bd a|dfoi } ~ } ao _bkbj i p|fof

io jlokbqbpbd jo jlo p` abd aof o ji bcbd a oi b_ b jo po a b e dce a jo jiop|k om

io dro cbme bd_ bdjo jiopc` drr`io jbm bjbdjo poabbdcbp€bl bdr`kje

bp` mbf `k io drbj bcbd i b_b f ` akef ‚ jo de dqeaabd l bmn b m bf `k lok bq b p

a|rd`c `ƒ f`fnb lok e j jo jo de m` `d_` abc| p aolopmbf`kbdg „ bk `d` abpo db f `f nb

loke j co pl ` bfb lokbqbp _o dr bd jo drre dbabd j|_ok io jlokbq bpbd …„ _o dr bd

io d_o abc bd }~ } f oiopc ` zbdr cok bm _` co pbi a b dg sb_b f`akef ‚ f `f n b j bf ` m

jo dr bkbj ` aof ek`c bd f bbc jokbae abd ao r`bcbd iojlok bq b pbd† lb`a i b_b

iok bafbdbbdoaf iop`jod† _`faef`_bd i pof odc bf `g

s b_b f ` akef ‚† ao co pk `l bcbd f`f n b loke j co pk bafbdb f o€ bpb |i c` jbk† _bd

bk| abf` n bace zbdr copf o_` b c` _ba €e aei e dcea jok bae abd ao r` bc bdg ‡ dce a

jo d` drabc a bd mbf `k lokbq bp a| rd` c` ƒ† jba b _`f ef e dk bm pod€bdb c` d_ba bd i b_b

f`ak ef ‚‚g s b_ b f`ak ef ‚‚ re pe jo dqokbf abd br bp f `fnb l o pa| dfo dcp bf ` f bbc

jokbae abd ao r` bc bd io jlok bqbpbd f of e b` _o drbd i p|fo _e p zbdr _` b pbmabd†

f o m`drrb ao r` bc bd io jl ok bq bpbd _bi bc l o pq bk bd k bd€ bp _bd n bace zbdr c o pf o _`b

_bi bc_` jbdƒb bc abdf o € bpbj baf`j bkg

s b_bf ` akef‚‚†mbf`kio dr bj bcbdjode dq e aabdl b mnbmbf `klokbq bpa| rd`c `ƒ

f`fnbjo dr bkbj`io d`dr abc bdlopa bco r| p`po d_bmgˆofek`c bdzb dr_`pbfbabdf `f nb

i b_b f`ak ef ‚‚ zb` ce copkoc ba i b_b j bco p`d zbg h bco p` i b_ b f ` akef ‚‚ k ol `m fek`c

_bp`i b_b f`ak ef ‚g ‡dce a jo d`dra bc abd mbf`k lokbq bp a| rd`c `ƒ f `f n b† jbab


(1)

〈g〉 =

S

− S

100% − S

〈g〉 =

78,45 − 71,55

100% − 71,55

= 0,32


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

˜™ š›œž Ÿ ¡ ¢ £ž  ¤¢ Ÿ¢ ž

Guru membimbing siswa saat melakukan

eksperimen

Siswa melakukan eksperimen