Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Kerangka Konsep Penelitian Cara Ukur Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala Pengukuran Jenis Penelitian

Jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Contoh obat golongan keras yaitu antibiotik tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya, serta obat-obatan yang mengandung hormon obat kencing manis, obat penenang, dan lainlain. d. Psikotropika Psikotropika adalah zatobat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi mengkhayal, ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi merangsang bagi para pemakainya. Jenis obat psikotropika yaitu shabu-shabu dan ekstasi. e. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan- khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi ketergantungan dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Penggunaan Obat-obatan di Rumahtangga Lingkungan 111 kecamatan Medan Baru, Pringgan pada Tahun 2013 Universitas Sumatera Utara 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Utama Mengetahui penggunaan Obat-obat di rumahtangga.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi penggunaan Obat-obatan di rumahtangga Lingkungan III Kecamatan Medan Baru, Pringgan Tahun 2013. 2. Mengetahui Indikasi penggunaan dan cara penggunaan obat-obatan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Pemberian informasi kepada masyarakat supaya berwaspada ketika menggunakan obat yang dapat diperoleh dengan bebas ini sehingga overdosis dapat dihindari. 2. Bagi peneliti, dapat mengembangkan kemapuan di bidang peneliti serta mengasah kemampuan analisis peneliti sekaligus menambah ilmu peneliti tentang topik penelitian. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batuk

Menurut Weinberger 2005 batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakna mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari secret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker.

2.1.1. Jenis-Jenis Obat Batuk

Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak berdahak yamg dibahaskan di sini adalah mukolitik, ekspektoran dan antitusif.

2.1.1.1. Mukolitik

Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan sekret saluran pernafasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum Estuningtyas, 2008. Agen mukolitik berfungsi dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan komponen mukoprotein. Agen mukolitik yang terdapat di pasaran adalah bromheksin, ambroksol, dan asetilsistein Estuningtyas, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.1.1.2. Bromheksin

Bromheksin merupakan derivat sintetik dari vasicine. Vasicine merupakan suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. Obat ini diberikan kepada penderita bronkitis atau kelainan saluran pernafasan yang lain. Obat ini juga digunakan di unit gawat darurat secara lokal di bronkus untuk memudahkan pengeluaran dahak pasien. Menurut Estuningtyas 2008 data mengenai efektivitas klinis obat ini sangat terbatas dan memerlukan penelitian yang lebih mendalam pada masa akan datang. Efek samping dari obat ini jika diberikan secara oral adalah mual dan peninggian transaminase serum. Bromheksin hendaklah digunakan dengan hati-hati pada pasien tukak lambung. Dosis oral bagi dewasa seperti yang dianjurkan adalah tiga kali, 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit sekali

2.1.1.3. Ambroksol

Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki mekanisme kerja yang sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada kerato konjungtivitis sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernafasan Estuningtyas, 2008.

2.1.1.4. Asetilsistein

Asetilsistein acetylcycteine diberikan kepada penderita penyakit bronkopulmonari kronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus, penyakit bronkopulmonari akut, penjagaan saluran pernafasan dan kondisi lain yang terkait dengan mukus yang pekat sebagai faktor penyulit Estuningtyas, 2008. Ia diberikan secara semprotan nebulization atau obat tetes hidung. Asetilsistein menurunkan viskositas sekret paru pada pasien radang paru. Kerja utama dari asetilsistein adalah melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini menurunkan viskositasnya dan seterusnya memudahkan penyingkiran sekret tersebut. Ia juga bisa menurunkan viskositas sputum. Efektivitas maksimal terkait dengan pH dan mempunyai aktivitas yang paling besar pada batas basa kira-kira dengan pH 7 hingga 9. Sputum akan menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek maksimal akan dicapai dalam waktu 5 hingga 10 menit setelah diinhalasi. Semasa trakeotomi, obat ini juga diberikan secara langsung pada trakea. Universitas Sumatera Utara Efek samping yang mungkin timbul berupa spasme bronkus, terutama pada pasien asma. Selain itu, terdapat juga timbul mual, muntah, stomatitis, pilek, hemoptisis, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu disedot suction. Maka, jika obat ini diberikan, hendaklah disediakan alat penyedot lendir nafas. Biasanya, larutan yang digunakan adalah asetilsistein 10 hingga 20.

2.1.1.5. Ekspektoran

Ekspektoran merupakan obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernafasan ekspektorasi. Penggunaan ekspektoran ini didasarkan pengalaman empiris. Tidak ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran pernafasan lewat nervus vagus, sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk golongan ini ialah ammonium klorida dan gliseril guaiakoiat Estuningtyas, 2008.

2.1.1.6. Ammonium Klorida

Menurut Estuningtyas 2008 ammonium klorida jarang digunakan sebagai terapi obat tunggal yang berperan sebagai ekspektoran tetapi lebih sering dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif. Apabila digunakan dengan dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan hatihati pada pasien dengan insufisiensi hati, ginjal, dan paru-paru. Dosisnya, sebagai ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300mg 5mL tiap 2 hingga 4 jam. Obat ini hampir tidak digunakan lagi untuk pengasaman urin pada keracunan sebab berpotensi membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit.

2.1.1.7. Gliseril Guaiakolat

Penggunaan gliseril guaiakolat didasarkan pada tradisi dan kesan subyektif pasien dan dokter. Tidak ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan. Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah. Ia tersedia dalam bentuk sirup 100mg5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2 hingga 4 kali, 200-400 mg sehari. Universitas Sumatera Utara

2.1.1.8. Antitusif

Menurut Martin 2007 antitusif atau cough suppressant merupakan obat batuk yang menekan batuk, dengan menurunkan aktivitas pusat batuk di otak dan menekan respirasi. Misalnya dekstrometorfan dan folkodin yang merupakan opioid lemah. Universitas Sumatera Utara.Terdapat juga analgesik opioid seperti kodein, diamorfin dan metadon yang mempunyai aktivitas antitusif.Menurut Husein 1998 antitusif yang selalu digunakan merupakan opioid dan derivatnya termasuk morfin, kodein, dekstrometorfan, dan fokodin. Kebanyakannya berpotensi untuk menghasilkan efek samping termasuk depresi serebral dan pernafasan. Juga terdapat penyalahgunaan.

2.1.1.9. Dekstrometorfan

Menurut Dewoto 2008 dekstrometorfan atau D-3-metoksin-Nmetilmorfinan tidak berefek analgetik atau bersifat aditif. Zat ini meningkatkan nilai ambang rangsang refleks batuk secara sentral dan kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein, zat ini jarang menimbulkan mengantuk atau gangguan saluran pencernaan. Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam. Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi pernafasan. Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10mg dan sebagai sirup dengan kadar 10 mg dan 15 mg5mL. dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari. Dekstrometorfan sering dipakai bersama antihistamin, dekongestan, dan ekspektoran dalam produk kombinasi Corelli, 2007.

2.1.1.10. Kodein

Menurut Corelli 2007 kodein bertindak secara sentral dengan meningkatkan nilai ambang batuk. Dalam dosis yang diperlukan untuk menekan batuk, efek aditif adalah rendah. Banyak kodein yang mengandung kombinasi antitusif diklasifikasikan sebagai narkotik dan jualan kodein sebagai obat bebas dilarang di beberapa negara. Bagaimanapun menurut Jusuf 1991 kodein merupakan obat batuk golongan narkotik yang paling banyak digunakan. Dosis bagi dewasa adalah 10-20 mg setiap 4-6 jam dan tidak melebihi 120 mg dalam 24 jam. Universitas Sumatera Utara Beberapa efek samping adalah mual, muntah, konstipasi, palpasi, pruritus, rasa mengantuk, hiperhidrosis, dan agitasi Jusuf, 1991

2.2. Obat Pereda Rasa Sakit dan Demam

Obat ini digunakan untuk mengurangi atau melenyapskan rasa nyeri dan menurunkna suhu badan yang tinggi. Misalnya pada sakit kepala,sakit gigi,nyeri haid, keseleo,, demam imunisasi,demam flu dan lain sebagainya. Obat-obat golongan ini yang beredar sebagai obat bebas adalah untuk sakit yang bersifat ringan sedangkan untuk sakit beart missal: sakit kerana batu ginjal dan batu empedu, kanaker perlu menggunakan jenis obat keras,dan untuk demam yang berlarut-larut membutuhkan pemeriksaan dokter.

2.2.1. Jenis-Jenis Obat Pereda Rasa Sakit dan Demam

Jenis-jenis obat pereda rasa sakit dan demam juga berkhasiat sebagai anti peradangan seperti untuk encok. Obat bebas pereda nyeri dan demam

2.2.1.1. Parasetamol atau Asetaminofen

Menurut Rahayu 2004 berkhasiat meredakan nyeri,menurunkna panas dan demam.Contoh merek obat Biogesik, Dumin, Femix, Panadol, Saridon, Sanmol, Naspro. Penderita gangguan fungsi hati dan alergi tidak diperbolehkan menggunakan parasetamol. Efek samping jarang di temukan kadang-kadang ruam kulit kelainan daran dan radang pankreas. Hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan kelebihan dosis dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, memgambil bersama makanan atau susu, selama menggunakan hindari dari minuman alkohol.

2.2.1.2. Asetosal atau Aspirin

Menurut Kismawati 2004Aspirin bertindak meredakan nyeri dan menurunkan panas, demam dan anti radang. Contoh merek obat Aspirin, Aspilet, Cafenol, Ascardia, Insane, Bodrexin. Bagi yang hemophilia,anak bawah 12 tahun dan anak yang sedang disusui,penderita tukak lambungmaag, mereka yang pernahsering mengalami pendarahan dibawah kulit tidak diperbolehkan menggunakan asetosal dan aspirin. Universitas Sumatera Utara Efek samping kadang nyeri lambung,reaksi kulit bagi yang alergi. Hal yang perlu diperhatikan pada penderita alergi, asma, kehamilan dan lanjut usia dan dihindari mengambil obat dalam keadaan perut kosong diambil bersama makanan atau susu.Selain itu, selama minum obat ini dihindari alkohol, vitamin C yang banyak, makanan mengandung bumbu kari, buah prem, kismis. Agar tidak merusak ginjal, jangan menggunkan aspirin lebih dari 10 hari tanpa izin dokter.

2.2.1.3. Ibuprofen

Menurut Nannang 2005 ibuprofen meredakan nyeri, menurunkan panasdemam. Kadang juga ditambahakan kafein pada obat tersebut untuk menguatkan efeknya.Contoh komposisi dan merek obat pereda nyeri Prioris, Arthrifen, Axalan, Farsifen, Ibufen, Neo Rheumacyl. Penderita maag tukak lambung dan usus yang berat dan aktif, alergi, penderita polip hidup, angioderma, kehamilan trisemester ketiga tidak digalakkan mengunnakan ibuprofen. Efek samping kadang pusing, sakit kepala, mual, diare, maag, gangguan pendengaran, dan bagi yang alergi ruam kulit, biduran, dan sesak nafas. Sebaiknya diminum bersama dengan makanan atau susu, dan minum dengan segelas air penuh. Anak di bawah 1 tahun tidak dianjurkan menggunakan ibuprofen. Hati-hati pada lansia yang mengalami gangguan alergi termasuk asma dan angioderma.

2.3. Muntah

Menurut Ahmisa 2004 Muntah merupakan cara perlindungan terhadap tubuh. Muntah dapat terjadi karena beberapa sebab, masuknya zat-zat yang merangsang atau beracun, Merupakan gejala penyakitkondisi tubuh, misalnya, kanker lambung,mabuk jalan, kehaliman dan efek samping obat, misalnya tetrasiklin, esterogen, digoksin. Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Jenis- jenis Obat Anti Muntah

Obat anti muntah ada tiga jenis :

2.3.1.1. Dimenhidrinat

Contoh nama merek obat Antimab, Antimo, Sramamine, Dramasine, Amocaps, Contramo. Cara pemberian obat bentuk suppositoria lewat dubur . Obat ini tidak diberikan jika asma mendadak,bayi premature, gagal jantung berat. Efek samping obat mengantuk, sakit kepala, mulut kering, penglihatan kabur, ruam kulit, sesak nafas Anak kurang dari 3 tahun peka terhadap efek samping ini.

2.3.1.2. Difenhidramin

Contoh nama merek obat Wisatamex. Bayi baru lahir premature menyusui tidak diperbolehkan diberi difenhidramine. Efek samping mengantuk, gangguan pencernaan, berpengaruh pada jantung, reaksi alergi, tidak digalakkan meminum obat bila memandu.

2.4. Gastritis

Menurut Mohammad Wehbi Gastriti adalah istilah yang mencakup spektrum yang luas dari entitas yang menginduksi perubahan inflamasi pada mukosa lambung. Para etiologi yang berbeda berbagi presentasi klinis umum yang sama. Namun, mereka berbeda dalam karakteristik unik histologis mereka. Peradangan mungkin melibatkan seluruh perut misalnya, pangastritis atau daerah perut misalnya, gastritis antral. Gastritis akut dapat dibagi menjadi 2 kategori: erosif misalnya, erosi dangkal, erosi dalam, erosi hemoragik dan nonerosive umumnya disebabkan oleh H. pylori. Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Jenis-jenis Obat Gastritis

2.4.1.1. Aluminum dan Mangnesium hydroxide Mylanta, Mygel, Digel, Gelusil, Rulox

Kombinasi obat yang menetralkan keasaman lambung dan meningkatkan pH lambung dan duodenum bola. Ion aluminium menghambat kontraksi otot halus dan menghambat pengosongan lambung. Magnesium aluminium campuran antasida digunakan untuk menghindari perubahan fungsi usus. Cara pemberian obat ini melalui mulut, biasanya setelah makan dan sebelum tidur sesuai kebutuhan. Tablet kunyah, mengunyah secara menyeluruh sebelum menelan, kemudian minum segelas penuh air 8 ons atau 240 mililiter. menggunakan bentuk cair dari obat ini, Kocok botol baik sebelum menuangkan dosis masing-masing.Dapat mencampur dosis dengan sedikit air jika diperlukan. Obat ini bereaksi dengan obat lain misalnya, digoxin, besi, antibiotik tetrasiklin, kuinolon antibiotik seperti ciprofloxacin, mencegah mereka dari yang sepenuhnya diserap oleh tubuh. Obat ini dapat menyebabkan mual, sembelit, diare, atau sakit kepala . Magnesium dapat menyebabkan diare. Menggunakan antasida yang mengandung aluminium hanya bersama dengan obat ini dapat membantu mengontrol diare. Aluminium dalam obat ini dapat menyebabkan sembelit. Untuk meminimalkan sembelit, minum banyak cairan dan olahraga. Diare lebih umum dengan produk ini daripada constipation.Aluminum yang mengandung antasida mengikat fosfat, bahan kimia tubuh yang penting, di dalam usus. Hal ini dapat menyebabkan kadar fosfat rendah, terutama jika Anda menggunakan obat ini dalam dosis besar dan untuk waktu yang lama. Reaksi alergi yang sangat jarang gejala-gejala reaksi alergi yang serius, termasuk: ruam, gatal bengkak terutama wajah lidah tenggorokan, pusing berat, kesulitan bernapas.

2.4.1.2. H2 Blokers Cimetidine

Menurut Julian Katz 2001 Cimetidine menghambat histamin pada reseptor H2 sel parietal lambung, yang mengakibatkan berkurangnya sekresi asam lambung, Volume lambung, dan hidrogen konsentrasi. Efek samping pusing, mengantuk, ginekomastia, kebingungan lansia, diare, mual, muntah,ibu yang menyusui atau laktasi tidak direkomendasikan menggunakan obat ini. Universitas Sumatera Utara

2.5. Obat PilekFlu

Menurut Dr. Achmad Mursyidi 2004 Pilek atau hidung meler,sebenarnya dapat merupakan gejala dari beberapa sebab yaitu selesma, alergi rintis, dan influenxa. Pada alergi rintis, hidung meler disebabkan benda benda yang dianggap asing oleh tubuh masuk ke hidung, seperti jalur, debu, serbuk sari.Produk obat pilek dan batuk banyak beredar sebagai obat bebas terbatas. Obat ini berfungsi meringankan gejal, tidak menyembuhkan penyebab penyakit. 2.5.1. Jenis-jenis Obat PilekFlu 2.5.1.1. Fenilpropanolamin Menurut Rahayu 2004 Fenilpropanolamin merupakan pelega hidung dekongestan pederita penyakit jantung tidak diperbolehkan menggunakan obat ini. Efek samping obat dapat menaikkan tekanan darah.

2.5.1.2. Klorfeniramin maleat

Menurut Siti Mastiah 2004 penderita yang menderita alergi, asma yang mendadak, bayi premature tidak diperbolehkan menggunakan obat ini. Efek samping pesakit mengantuk, lemah otot, tekanan darah rendah, gangguan pencernaan. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian Penggunaan Obat-obatan di Rumahtangga Lingkungan 111 kecamatan Medan Baru Pringgan pada Tahun 2013. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Masyarakat + Keluhan 1 TUJUAN PENGGUNAAN 2 JENIS OBAT 3 CARA PENGGUNAAN 4 PENGETAHUAN BENAR ATAU SALAH Universitas Sumatera Utara 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Obat-obatan Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk mengobat penyakit, merawat gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan- bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit luka.

3.2.2. Rumah tangga

Rumah tangga yaitu seluruh urusan keluarga untuk hidup bersama, dikerjakan bersama di bawah pimpinan seseorang yang ditetapkan, menurut tradisi. Ordinary Household adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisiksensus, dan biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur.

3.3. Cara Ukur

Cara ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah melalui wawancara.

3.4. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah jenis kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan,

3.5. Hasil Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil pengukuran adalah tujuan penggunaan obat-obat di kalangan rumah tangga bagi tujuan apa.

3.6. Skala Pengukuran

Skala pengukuran adalah jenis ordinal. Universitas Sumatera Utara BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Manakala penelitian jenis analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelaso antara fenomena atau antara faktor dengan faktor efek. Menurut Soekidjo 2010 maka jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif dengan desain penelitian adalah “cross-sectional” untuk meneliti Penggunaan Obat-obatan di Rumahtangga Lingkungan III kecamatan Medan Baru Pringgan pada Tahun 2013.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian