Langkah-Langkah Bimbingan Peran Bimbingan Guru Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini 1. Pengertian Bimbingan

j. Bimbingan perkembangan memiliki kerangka dasar yang berlandaskan pada kajian pada kajian tentang psikologi anak, psikologi perkembangan dan teori belajar. k. Bimbingan perkembangan mempunyai sifat berurutan dan fleksibel. 31 Anak adalah individu yang unik, tugas pendidik maupun pembimbing dan orangtua memberikan penghargaan yang positif bagi perkembangan anak, memberi peluang untuk berubah dan bukan mematikan dengan memberikan cap negative pada anak. Perkembangan anak berjalan secara bertahap dan berkesinambungan serta pola pengasuhan orangtua dan guru disekelilingnya yang akan membawa perkembangan intelegensi anak dimasa mendatang.

4. Langkah-Langkah Bimbingan

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikguru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 32 Guru pada satuan pendidikan anak usia dini adalah mereka yang bertugas memfasilitasi proses pengasuhan dan pembelajaran anak usia dini serta mengabdikan diri pada lembaga pendidikan anak usia dini baik pada jalur formal maupun nonformal serta memiliki komitmen secara propesional untuk meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini. Guru atau pembimbing anak usia dini perlu memiliki dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, baik dari segi 31 Ibid. h. 186-189. 32 Undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun. 2003, h. 6-7. kemampuannya maupun sikap dan keterampilan, memahami makna bimbingan. Abdulhak merekomendasikan, berbagai kemampuan guru atau kompetensi guru yang harus dimiliki oleh pendidik anak usia dini, yang berupa kompetensi akademik, kompetensi professional, dan kompetensi sosial pribadi. 33 Dengan demikian dapat dipahami bahwa bimbingan atau pembelajaran adalah suatu proses kegiatan perubahan yang terprogram atau terencana yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya sendiri. Menurut Luh Ayu Tirta Yani, Dkk Mengungkapkan bahwa ada beberapa strategi yang dapat di terapkan dalam meningkatkan perkembangan sosial emosional anak yaitu : 5. Kemampuan mendekati anak yang dilakukan dengan menyatu dengan lingkungan anak 6. Kemampuan mengamati atau meng observasi berbagai karakter anak terutama yang di ekpresikan fisik, mental, dan fisikologis. 7. Kempau dan keterampilan merekam, mencatat dan membuat prediksi tentang perbuatan yang akan dilakukan 8. Guru sebaiknya bersifat objekltif brtindak sesuai kadar dan tingkat eksfresi yang ditampilkan anak serta menjaga perlkuan yang adil terhadap semua anak. 34 Apabila bimbingan yang dilakukan oleh pendidik tersebut dilaksanakan dengan baik, maka perkembangan peserta didik akan menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan karena melalui proses belajar anak berkembang dan akan mampu 33 Abdulhak, Pemetaan Tatanan Kebijakan serta Sistem dan Program Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta: Buletin PADU, 2003, h. 33. 34 Luh Ayu Tira Yani dkk, perkembangan sosial emosional pada anak usia dini , Graha Ilmu : Yogyakarta, 2014, h 15.. mempelajari hal-hal baru. Perkembangan akan tercapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru. Guru juga memiliki peran ganda, selain sebagai pengajar juga perperan sebagai seorang pembimbing, yang pelaksanaannya secara terpadu dan integral dengan pengelolaan program kegiatan setiap hari. Layanan bimbingan dikelompok bermain menggunakan layanan terpadu, artinya layanan bimbingan secara terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan dikelompok bermain. Adapun menurut Martini, ada beberapa bimbingan yang dapat dilakukan dengan bergai pendekatan yaitu sebagi berikut: a. Pendekatan intruksional dan interaktif, yakni terpadu dengan pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran PKB. Misalnya, menciptakan suasana dan kegiatan kelas yang menyenangkan dan bervariasi, membiasakan diri, mengadakan kegiatan individual, dan kelompok. b. Pendekatan dengan sistem, yaitu dengan memberikan suasana dilembaga pendidikan dan lingkungannya yang menunjang perkekbangan anak. c. Pendekatan pengembangan pribadi, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang sesuai dengan kondisi dan kemampuan dirinya. 35 Pendekatan ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas-tugas individual, penempatan anak dalam kelompok bedasarkan minat dan kemampuannya. Agar perkembangan dan belajar berhasil secara maksimal. 35 Martini Jamaris, Perkmbangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak; Pedoman bagi Orang Tua dan Guru jakarta: PT Grasindo, 2002, h. 63. Dalam proses bimbingan atau pembelajaran merupakan aktivitas dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah direncanakan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pembelajaran. Menurut Gagne et. al. dalam teori Behaviorisme, terdapat delapan elemen yang dilakukan oleh guru dalam proses bimbingan pembelajaran disekolah dalam mengembangan kemampuan anak, yaitu: 1. Menarik perhatian, 2. Menjelaskan tujuan, 3. Merangsang proses daya ingat, 4. Menyiapkan bahan atau materi yang dapat merangsangmenarik perhatian anak, 5. Menyediakan bimbingan terhadap kemajuan peserta didik, 6. Memberi penghargaan terhadap kemajuan peserta didik, 7. Menilai kemajuan belajar peserta didik, dan 8. Mengembangkan pengetahuan dan kepandaian yang di miliki peserta didik. 36 Maka jelaslah dalam proses pembelajaran anak langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru agar tercapainya suatu proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan cara menarik perhatian, menjelaskan tujuan, merangsang proses daya ingat, menyiapkan bahan materi yang dapat merangsangmenarik perhatian anak, menyediakan bimbingan, memberi penghargaan, menilai kemajuan belajar peserta 36 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD Jambi: Gunung Persada Press Group, 2012 h. 24. didik dan mengembangkan pengetahuan dan kepandaian yang dimiliki oleh peserta didik, agar perkembangan dan belajar berhasil secara maksimal. Dalam proses bimbingan untuk anak usia dini, kegiatan bimbingan yang telah diprogramkan oleh guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dan anak. Menurut Hamalik, ada tiga chiri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu sebagai berikut: 1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosesdur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus. 2. Kesaling ketergantungan interdependence, antara unsur- unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. 3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami natural. Tujuan utama sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. 37 Oleh sebab itu dalam kegiatan bimbingan, guru sebagai pendidik harus mampu menerapkan langkah-langkah bimbingan secara baik. sehingga proses bimbingan dapat terlaksana secara efektif dan efisien, dan hasil proses bimbingan akan tercapai secara optimal. Kemudian menurut Knirk dan Gustafon, adapun langkah-langkah bimbingan oleh guru melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan rangcangan, tahapan pelaksanaan dan tahap evaluasi. Hal ini disebabkan karena 37 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h. 66. bimbingan melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu guru, siswa dan kurikulum, dan komponen tersebut menggambarkan interaksi pendidik dan anak didik yang merupakan inti bimbingan intructional. 38 Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat dipahami bahwa Knirk dan Gustafon memahami bahwa bimbingan atau proses pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru selaku pendidik untuk membantu anak mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, tahapan pelaksanaan, dan tahapan evaluasi. Agar tencapainya hasil bimbingan secara optimal, proses penciptaan suasana belajar yang terprogram harus melihat dan mengacu kepada prinsip-prinsip belajar anak. Menurut Martinis dan Jamilah, menjelaskan bahwa ada tujuh langkah- langkah bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran anak yaitu sebagai berikut: 1. Sesuai dengan tahap perkembangan anak; 2. Sesuai dengan kebutuhan khusus setiap anak; 3. Mengembangkan potensi jamak; 4. Mengembangkan pengetahuan anak; 5. Anak belajar dengan baik apabila merasa aman dan nyaman secara fisik dan psikologinya; 6. Belajar melalui bermain; dan 7. Kepatutan menurut konteks agama, sosial, dan budaya. 39 Kemudian pada tahap pelaksanaan program belajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah dibuat perencanaan. Dalam pelaksanaan proses 38 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Bandung: Alfabeta, 2003, h. 64. 39 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Op.Cit., h. 36. belajar, kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan anak didik sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Tahap yang paling akhir yang harus dilakukan dalam langkah-langkah pembelajaran adalah evaluasi atau penilaian dari hasil bimbingan yang telah dilaksanakan. Evalusi atau penilaian adalah suatu proses penggambaran, pencarian, pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternative keputusan. 40 Setiap guru harus melakukan evalusi atau penilaian tentang kemajuan yang dicapai pada anak didik, baik secara iliminatif-observasi dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai oleh anak didk. Sedangkan penilaian secara srtuktural-objektif berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar anak didik. B. Perkembangan Sosial-Emosional Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini Masa anak usia dini merupakan salah satu periode yang sangat penting, karena periode ini merupakan tahap perkembangan kritis. Pada masa inilah kepribadian seseorang dibentuk. Pengalaman-pengalaman yang terjadi pada masa ini cenderung bertahan dan memengaruhi sikap anak sepanjang hidupnya. Pada masa ini anak senang melakukan berbagai aktifitas seperti memerhatikan 40 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993, h. 290. lingkungan sekitarnya, meniru, mencium, dan meraba. Lingkungan yang kaya dan banyak memberikan rangsangan dapat meningkatkan kemampuan belajar anak. Montessori dalam Hainstock, menyebut anak usia dini ini sebagai periode sensitif sensitive periods. Pada masa ini menurut Montessori secara khusus anak mudah menerima stimulus-stimulus tertentu. Suatu sensitivitas khusus terhadap sesuatu yang baru akan berakhir bila sesuatu kebutuhan yang dibutuhkannya telah terpenuhi. 41 Pada masa ini, harus adanya rasa kebebasan dalam lingkungan untuk mengembangkan fisik, mental, dan pertumbuhan spiritualnya, karena dengan lingkungan yang kondusif memungkinkan anak berkreasi secara bebas dan mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Perkembangan sosial- emosional merupakan dua aspek yang berlainan, namun dalam kenyataanya satu sama lain saling mempengaruhi. Perkembangan sosial erat hubungannya dengan perkembangan emosional, walaupun masing-masing ada kekhususannya. a. Makna sosial Makna sosial dipahami sebagai upaya pengenalan sosialisasi anak terhadap orang lain yang ada diluar dirinya dan lingkungannya, serta pengaruh timbale balik dari berbagai segi kehidupan bersama yang mengadakan hubungan satu dengan yang lainya, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok. 42 Dalam kajian sosiologis, Soerjono Soekanto, memberikan definisi sosial ini yang disebut dengan 41 Jhon W. Santrock, Perkembangan Anak Jakarta: Erlangga, 2002, h. 133. 42 Ahmad Susanto, Op.Cit., h. 134. proses sosial yaitu, cara-cara berhubungan yang dilihat apabila perorangan dan kelompok sosial saling bertemu dan menemukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan. 43 Namun dalam pembahasan ini, proses sosial yang dumaksud lebih ditunjukkan pada anak dengan sesamanya atau orang-orang yang ada dilingkunagannya. Seperti dengan orangtua, anggota keluarga, guru, dan orang lain yang ada disekitar lingkungan dimana anak berada, baik dirumah, sekolah, maupun dilingkungannya. b. Makna Emosional Sedangkan makna emosi banyak dikaji oleh para psikolog, dan banyak mendapatkan tempat dari pengkajian mereka, karena dianggap sebagai bagian yang penting dan menarik dalam kehidupan manusia. Sukmadinata misalnya, ia memberikan definisi emosi sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. 44 Sementara dalam Crow Crow dalam Sunarto dan Hatono, memberikan pengertian emosi sebagai pengalaman efektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadan mental dan fisik, dan berwujud tingkah laku yang tampak. Dengan demikian dapat dipahami bahwa emosi adalah perasaan batin 43 Soerjono Soekanto, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Yogyakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 134-135. 44 Sukmadinata, Perkembangan Anak Usia Dini Yogyakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 134- 135. seseorang, baik berupa pergolakan pikiran, nafsu, keadaan mental, dan fisik yang dapat muncul atau termanifestasi kedalam bentuk-bentuk atau gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, kesal, iri, cemburu, senang, kasih sayang, dan ingin tahu. 45 Dalam Al-Qur’an di jelaskan dalam surat Al-Ahzab: 10. Artinya: ”Yaitu ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatanmu dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.” Dijelaskan bahwa ayat ini menerangkan kisah Ahzab yaitu golongan- golongan yang di hancurkan pada peperangan Khadaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya. Kemudian Allah mengirimkan tentara yang tidak dapat di lihat yaitu para malaikat yang sengaja di datangkan untuk menghancurkan musuh- musuh Allah itu. Sehingga menggambarkan bagaiman hebatnya perasaan takut dan perasaan gentar pada waktu itu yang dialami oleh setiap individu. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. Prawitasari, 1995. 45 Ibid. h. 136. Dalam kaitannya dengan proses sosial, emosi dapat muncul sebagai akibat adanya hubungan atau interaksi sosial antara individu, ke kelompok, dan masyarakat. Emosi dapat muncul sebagai reaksi fisiologis, perasaan dan perubahan perilaku yang tampak. Emosi pada anak usia dini lebih kompleks dan real, karena anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Adapun perilaku Sosial-Emosional Anak Usia Dini yakni: 1 Perilaku Sosial Perilaku soaial adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam tingkah laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya mengembangkan sikap sosial yang layak diterima oleh orang lain. Perilaku sosial pada anak usia dini ini diarahkan untuk mengembangkan sosial yang baik, seperti kerjasama, tolong- menolong, berbagi, simpati, empati dan saling membutuhkan satu sama lain. 46 Menurut Bar-Tal dalam Martini Jamaris, perilaku sosial diartikan sebagai perilaku yang dilakukan secara sukarela voluntary, prilaku sosial ini dilakukan dengan tujuan yang baik, seperti menolong, membantu, dan berbagi. Adapun menurut Stang dan Wrightsman dalam Rubin, mengartikan perilaku sosial sebagai 46 Ahmad Susanto Op. Cit., h. 137. suatu perilaku yang secara sukarela dilakukan dengan tujuan agar dapat bermanfat untuk orang lain. 47 Dengan demikian, jelas bahwa perilaku sosial adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan motif-motif penolong. Jadi, aspek kesukarelaan dan maksud dalam melakukan suatu tindakan tertentu dalam melakukan sesuatu itu merupakan hal utama dalam prilaku sosial. Secara spesifik, Hurlock mengklasifikasikan pola perilaku sosial pada anak usia dini kedalam beberapa pola perilaku yaitu seperti. Meniru, persaiangan, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial, berbagi, dan perilaku akrab. 48 Bentuk prilaku sosial yang paling penting diterapkan pada anak usia dini ini pada tahun pertama yakni untuk penyesuaian sosial yang memungkinkan anak untuk dapat bergaul dengan teman-temannya. Karena pada periode ini meruapakan tahap perkembangan yang kritis, dimana sikap sosial dan pola perilaku sosial dibentuk. 2 Perilaku Emosional Adapun yang dimaksud perilkaku emosional ialah reaksi yang terorganisasi dan muncul terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan, tujuan, ketertarikan, dan minat individu. 49 47 Martinis Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Jakarta: Grasindo, 2002, h. 29. 48 Elizabeth B. Hurlock, Perkebangan Anak Usia Dini Jakarta: Erlangga, 2002, h. 139. 49 Ahmad Susanto, Op.Cit., h. 141. Menurut Juntika, emosi didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelumsesudah terjadinya perilaku. Lebih lengkap Daniel Goleman, menambahkan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. 50 Dengan demikian, emosi terlihat dari reaksi fisiologis, perasaan dan perubahan perilaku yang tampak. Aspek emosional dari suatu perilaku pada umumnya selalu melibatkan tiga aspek ini. Dimana dari ketiga aspek emosinal reaksi fisiologis, perasaan, dan perubahan perilaku yang tampak, tidak mungkin dapat diubah atau dipengaruhi atau diperbaiki oleh aspek fisiologis, karena proses fisiologis yang terjadi secara mekanis. Menurut CRI Children Resources International, keterampilan sosial emosional anak usia 3-4 tahun yaitu sebagai berikut: a. memilih teman bermain, b. memulai interaksi sosial dengan anak lain, c. berbagi mainan atau makan, d. meminta izin untuk memakai benda orang lain, e. mengekspresikan sejumlah emosi memulai tindakan, kata-kata ekspresi wajah, f. menunggu atau menunda selama lima menit, g. menikmati kedekatan sementara dengan salah satu teman, h. menunjukkan kebanggaan terhadap keberhasilannya, i. dapat membuat sesuatu imajinasi yang dominan, 50 Nurikhsan Juntika, Buku Materi Perkembangan Peserta Didik Bandung: Sekolah Pasca Sarjana, 2007, h. 153. j. memecahkan masalah dengan teman sekelas melalui proses penggantian, persuasi dan negoisasi. 51 Dan secara psikologi, tahap perkembangan psikososial anak usia antara 4-5 tahun menurut Erikson, berada pada intiative versus guilt, yakni kemampuan anak untuk melakukan partisipasi dalam berbagai kegiatan fisik dan mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. 52 Menurut Piaget, Bermain merupakan instrumen penting bagi perkembangan sosial-emosional dan kognitif anak-anak, juga sebagai sebuah refleksi atas perkembangan mereka. Memahami bahwa anak adalah konstruktor-konstruktor aktif atas pengetahuan yang dimiliki, bahwa perkembangan dan belajar sebagai proses suatu perkembangan tersebut. 53 Sehingga memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami dunia, berinteraksi dengan orang lain dalam cara-cara yang secara sosial diterima dan mengekspresikan dan mengontrol emosi-emosi, serta mengembangkan kapasitas simbolik mereka.

2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Sosial-Emosional Pada Anak

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK IMAN ISTIQOMAH SALATIGA Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Iman Istiqomah Salatiga.

0 3 14

MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK: studi pengembangan model bimbingan di taman kanak-kanak kota bandar lampung.

0 0 77

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA PENGEMBANGAN SAINS ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK KANAK PADMA MANDIRI WAYHALIM KEDATON BANDAR LAMPUNG

0 18 116

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN DENGAN PERMAINAN BALOK DI TAMAN KANAK KANAK SABRINA SUKARAME BANDAR LAMPUNG

5 31 141

Pendidikan Inklusif Untuk Anak Usia Dini Di Taman Kanak kanak

0 0 13

MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK: studi pengembangan model bimbingan di taman kanak-kanak kota bandar lampung - repository UPI D BP 0800825 Title

0 0 8

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK

0 2 10

MANAJEMEN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK

0 1 7

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI METODE KARYAWISATA DI TAMAN KANAK-KANAK AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 76

EFEKTIVITAS SENAM IRAMA UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK AZKIA SUKABUMI BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 2 107