Struktur Organisasi Tesis Pendekatan dan Metode Penelitian

MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2. Praktik

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi kepada: a. Diketahui persepsi warga sekolah tentang kesadaran berkonstitusi b. Diketahui proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi terhadap warga negara terutamanya para siswa SMA Negeri 28 Jakarta. c. Diketahui kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara, khususnya para siswa di SMA Negeri 28 Jakarta? d. Diketahui upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara, khususnya bagi para siswa di SMA Negeri 28 Jakarta.

F. Struktur Organisasi Tesis

Dalam tesisi ini terdiri dari bab I sampai bab V, masing-masing bab tersebut yakni sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari a latar belakang penelitian, b identifikasi masalah, c rumusan masalah, d tujuan penelitian, e manfaat penelitian dan f struktur organisasi tesis. Bab II kajian pustaka yang terdiri dari: a konsep pendidikan kewarganegaraan, b konsep wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi, c konsep warga negara, d penelitian yang relevan. Bab III metode penelitian yang terdiri dari: a lokasi dan subjek penelitian, b pendekatan dan metode penelitian, c tahap-tahap penelitian, d penentuan responden dan kisi-kisi penelitian, e definisi operasional, f instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, g teknik pengolahan dan analisis data, h uji validitas penelitian kualitatif. Bab IV yang terdiri dari: a gambaran umum lokasi penelitian, b deskripsi hasil penelitian, c pembahasan hasil penelitian. Bab V yang terdiri dari: a simpulan, b rekomendasi. Dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang relevan dengan penelitian. MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah SMA Negeri 28 Jakarta Jalan Raya Ragunan Kelurahan Jati Padang Kecamatan Pasar Minggu KotaKabupaten Jakarta Provinsi DKI Jakarta. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Jakarta Selatan dengan semboyan SINCERE yaitu shine sinar, cahaya, intelligent cerdas, nice indah, tertib, onfidence kepercayaan, educated terpelajar, respectful hormat, elegant rapi, yang memungkinkan peneliti memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Subjek Penelitian

Moleong 2000: 181 menyatakan bahwa “...pada penelitian kualitatif tidak ada sa mpel acak, tetapi sampel bertujuan purposive sample”. Subjek dalam tabel 3.1 penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Subjek Penelitian di SMA Negeri 28 Jakarta No Subjek Jumlah 1 Kepala Sekolah 1 orang 2 Waka. Bid. Kurikulum 1 orang 3 Waka. Bid. Kesiswaan 1 orang 4 Guru PKn 2 orang 5 Guru BK 1 orang 6 Siswa 11 orang Jumlah 17 orang Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2013 Dari tabel tersebut terlihat jelas siapa saja yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Ada sebanyak 17 orang yang menjadi subjek. Subjek ini yang akan MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu menjadi narasumber untuk membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang diinginkan dalam penelitian ini.

3. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, informasi bentuk lisan dan tulisan berturut turut menjadi data primer dan data sekunder penelitian. Data primer yang dikumpulkan mencakup persepsi dan pemahaman personal serta deskripsi lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitan, sedangkan data sekunder adalah data mengenai jumlah person dan kualifikasinya serta berkas kertas kerja yang dapat mengungkapkan informasi tentang pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta. Sesuai dengan bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka sumber data penelitian ini meliputi manusia, benda dan peristiwa. Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan sumber data, berstatus sebagai informan mengenai fenomena atau masalah sesuai dengan fokus penelitian. Benda merupakan bukti fisik yang berhubungan dengan fokus penelitian, sedangkan peristiwa merupakan informasi yang menunjukkan kondisi yang berhubungan langsung dengan pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif . Penelitian kualitatif qualitative research menurut Creswell 2010:4 merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan mema hami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Di dalam proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur- prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data. Pada laporan akhir untuk penelitian ini memiliki MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan. Menurut Lincoln dan Guba 1985:39, yakni ontologi ilmiah menghendaki adanya kenyataa n-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik bahwa “ kenyataan itu berdimensi jamak”, penelitian dan yang diteliti bersifat interaktif , tidak bisa dipisahkan satu kesatuan bentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Melalui pengalaman kita mengkonstruksi pandangan kita tentang dunia sekitar, dan ini menentukan bagaimana kita berbuat. Pendapat lain dikemukakan oleh Moleong 2010: 6 yang menjelaskan bahwa : Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Maka dapat diartikan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan mengetahui permasalahan yang dialami oleh subjek penelitian dengan berbagai metode yang alamiah. MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Selanjutnya secara spesifik, para pakar metodologi kualitatif seperti Bogdan dan Biklen, 1992; Denzim dan Lincoln, 1994; Glesne-Peshkin, 1992 dalam A. Chaedar Alwasilah 2002: 26 telah bersepakat bahwa: a Tujuan pen elitian kualitatif adalah untuk memahami alih-alih menjelaskan berbagai penyebab fenomena sosial dari persfektif para partisipan melalui pelibatan ke dalam kehidupan aktor-aktor yang terlibat. b Pendekatan penelitian yang paling cocok untuk ‘menangkap’ fenomena tersebut adalah etnografi yang membantu pembaca memahami definisi situasi yang ditelaah; dan dalam upaya untuk memahami definisi situasi yang ditelaah; dan dalam upaya untuk memahami persfektif para partisipan para peneliti perlu “meluruhkan diri” ke dalam fenomena yang sedang dikaji. c Sifat realitas sosial paling baik dikemas-sajikan dalam “think description” yang kelak akan dilaporkan kepada para pembaca dalam bentuk naratif. Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah suatu cara yang dipakai untuk memahami dan menjelaskan suatu fenomena sosial yang terjadi secara alamiah. Kemudian informasi yang sudah terkumpul di deskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pendekatan kualitatif yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan yang secara signifikan mempengaruhi penajaman substansi penelitian. Pertimbangan itu adalah: metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan, obyek dan subyek penelitian bersentuhan langsung pamaparan di atas, dimaknai bahwa peneliti kualitatif merupakan suatu cara meneliti langsung tanpa rekayasa, atau intervensi dari pihak manapun sehingga memperoleh data deskriptif tentang perilaku manusia. Untuk menghindari kerancuan dalam pelaksanaan pengumpulan data secara operasional, maka Bogdan Biklen 1982:27-29 mengemukakan lima karakteristik utama dari peneli tian kualitatif yang adalah sebagai berikut: 1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data. 2. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam peneliti ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka. MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses tidak semata- mata kepada hasil. 4. Melalui analisa induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati. 5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif. Metode kualitatif lebih tepat dipergunakan saat penelitian berhadapan dengan fenomena, dalam studi ini yang diteliti masalah kesadaran berkonstitusi. Penelitian kualitatif dianggap peka, tajam dan mampu menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pendekatan kualitatif merupakan sistem perangkat kerja dalam mengali, menguji dan membentuk teori, penelitian kualitatif menghendaki adanya kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Oleh sebab itu, peneliti mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks dari fenomena yang ada, yang selanjutnya dalam penelitian, mempelajari masalah dalam masyarakat, yaitu tata cara yang berlaku serta situasi tertentu, kegiatan sikap, pandangan serta proses yang terjadi, sekaligus suatu pengaruh dari fenomena. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa karakteristik yang ditonjolkan; Pertama, peneliti bertindak sebagai alat peneliti utama key instrument, dengan melakukan wawancara sendiri pada informan dan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan objek penelitian dan peneliti terlibat aktif dalam proses penelitian, peneliti berpartisifasi aktif selama penelitian berlangsung dalam rangka menjaring data dan informasi dilokasi penelitian. Analisis data diolah selama berlangsungnya kegiatan penelitian. Kedua, penonjolan rincian kontekstual artinya peneliti mengumpulkan dan mencatat data-data dengan rinci, yang berkaitan dengan masalah yang sedang diamati. Ketiga, melakukan triangulasi data, atau konfirmasi data dari lain, sebagaimana kata Moleong 1999:35 Triangulasi adalah suatu metode pengecekan atau pemba nding data yang di peroleh dari salah satu sumber data ke sumber data lainnya, karena data yang telah diperoleh dari salah satu informan akan dikonfirmasi keabsahannya pada MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu informan lainnya. Tujuan untuk memberi perbandingan informasi tentang hal yang diperoleh dari beberapa pihak, agar tingkat kepercayaan terhadap data cukup tinggi. Keempat, dengan menggunakan prespektif emik, artinya membandingkan pandangan informan, bagaimana ia memandang dan menafsirkan masalah dalam pandangan sendiri. Peneliti memasuki lapangan dengan tidak membuat generalisasi dan berusaha untuk seakan-akan tidak mengetahui. Kemudian tidak mempengaruhi jalannya pikiran informan. Kemudian, dalam wawancara berikut, akan dilakukan receking bagi data yang diperoleh dari informan sebelumnya kelima, melakukan analisis sepanjang penelitian dilakukan. Analisis dengan sendirinya akan muncul saat tiba pada penafsiran data. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus atau penelitian kasus case study. Menurut Maxfield dalam Nazir 2005:57 Case study adalah penelitian tentang status penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Selanjutnya, Nazir 2005:57 menjelaskan bahwa studi kasus atau case study adalah: “Penelitian yang subjek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter-karakter yang khas dari kasus, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan menjadikan suatu hal yang bersifat umum”. Sejalan dengan itu Nasution 1996:55, menyatakan studi kasus atau case study adalah untuk peneli tian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seseorang individu, kelompok atau suatu golongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial. Pendapat lain di kemukakan oleh Lincon dan Guba dalam Mulyana 2002:201 bahwa sebagai suatu metode k ualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut: 1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti. MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. 3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan informan. 4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan trustworthiness. 5. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas. 6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut. Dengan menggunakan studi kasus ini peneliti berharap dapat mengidentifikasi pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta. Dengan demikian penelitian ini dihadapkan mampu manjawab pertanyaan: 1 Bagaimana persepsi warga sekolah tentang kesadaran berkonstitusi; 2 Bagaimanakah proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi terhadap warga negara terutamanya para siswa SMA Negeri 28 Jakarta; 3 Bagaimana kelemahan proses dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara muda, khususnya para siswa di SMA Negeri 28 Jakarta? 4 Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara khususnya para siswa di SMA Negeri 28 Jakarta. Beberapa argumentasi dipilihnya metode studi kasus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Studi ini diharapkan dapat memberikan keleluasaan dalam menggunakan beragam teknik pengumpulan data sebagai sarana untuk menjangkau dimensi otentik dari permasalahan yang diteliti. b. Memungkinkan peneliti dapat menggali dan mengkaji pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta secara mendalam dan menyeluruh. MARTALENA SIBURIAN, 2014 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Sesuai dengan hal tersebut diharapkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat secara komprehensif mengungkapkan fakta-fakta tentang pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta.

C. Tahap-tahap Penelitian