PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA MUDA :Studi Deskriptif Analitis terhadap Siswa SMA di Kota Tasikmalaya.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Signifikansi Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 9

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 9

1. Variabel Penelitian ... 9

2. Definisi Operasional... 10

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 20

G. Metode Penelitian... 21

1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 21

2. Teknik Pengumpulan Data ... 21

3. Teknik Analisis Data ... 22

4. Prosedur Penelitian... 23


(2)

BAB II KERANGKA TEORETIS ... 26

A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 26

1. Pengertian dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan ... 26

2. Perkembangan Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan ... 32

3. Konsep Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 46

4. Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 53

5. Kompetensi Kewarganegaraan yang dibentuk melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 58

B. Perilaku Demokratis ... 76

1. Konsep Perilaku ... 76

2. Konsep Demokrasi ... 81

3. Konsep Perilaku Demokratis Siswa ... 88

4. Pendidikan Perilaku Demokratis ... 99

5. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Perilaku Demokratis ... 105

BAB III METODE PENELITIAN ... 114

A. Metode Penelitian... 114

B. Operasional Variabel dan Paradigma Penelitian ... 116

1. Operasional Variabel Penelitian ... 116

2. Paradigma Penelitian ... 118

C. Alat Ukur Penelitian serta Pengujian Validitas dan Reabilitas ... 118

1. Alat Ukur Penelitian ... 118

2. Pengujian Validitas ... 119

3. Pengujian Reabilitas Alat Ukur Penelitian ... 125

D. Lokasi, Populasi, dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian ... 126

1. Lokasi Penelitian ... 126

2. Populasi Penelitian ... 126

3. Teknik Penarikan Sampel Penelitian ... 126


(3)

F. Teknik Analisis Data ... 131

1. Uji Normalitas Data ... 131

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 132

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 136

A. Profil Kabupaten Bandung ... 136

B. Hasil Penelitian ... 138

1. Analisis Deskriptif ... 139

2. Analisis Inferensial... 168

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 188

1. Pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Menengah Kejuruan rumpun teknik terhadap perilaku demokratis siswa ... 188

2. Pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Menengah Kejuruan rumpun non teknik terhadap perilaku demokratis siswa ... 194

3. Perbandingan perilaku demokratis siswa Sekolah Menengah Kejuruan rumpun teknik dan non teknik... 200

D. Temuan Penelitian ... 215

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 219

A. Kesimpulan ... 219

1. Kesimpulan Umum ... 219

2. Kesimpulan Khusus ... 220

B. Rekomendasi ... 220

DAFTAR PUSTAKA ... 223

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 229


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Variabel dan Indikator Penelitian ... 11

Tabel 1.2 Variabel dan Indikator Penelitian ... 14

Tabel 1.3 Variabel dan Indikator Penelitian ... 16

Tabel 1.4 Sebaran Sampel Penelitian ... 25

Tabel 2.1 Keterampilan Kewarganegaraan ... 64

Tabel 2.2 Butir-butir Kompetensi Kewarganegaraan dalam rangka Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan ... 72

Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Butir Soal ... 122

Tabel 3.2 Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 133

Tabel 4.1 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 140

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Materi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 141

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 143

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 145

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 147

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kewargenegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 149

Tabel 4.7 Perilaku Demokratis Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 150


(5)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa (Pro Bona Publico) di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 152 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis

Siswa (Pro Patricia Primus Patrialis) di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 153 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa tentang Toleransi di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 155 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa Terbuka Menerima Pendapat Orang Lain di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 156 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa Tanggap dan Berani Mengemukakan Pendapat di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik

di Kabupaten Bandung ... 158 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa Bersikap Kritis di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 159 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa Cerdas dan Penuh Pertimbangan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung .... 160 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa Menghormati Hak Orang Lain di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung .... 162 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa Menghormati Kekuasaan yang Sah di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 163 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa Bersikap Adil dan Tidak Diskriminatif di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 165


(6)

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Demokratis Siswa Menjaga dan Melaksanakan Amanah dengan Penuh Tanggung Jawab di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung ... 166 Tabel 4.19 Pedoman Tingkat Keeratan Hubungan Antara Dua Variabel

Berdasarkan Intervensi ... 169 Tabel 4.20 Hubungan antara Perilaku Demokratis Siswa (X) dengan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di

Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik (Y) ... 170 Tabel 4.21 Pedoman Tingkat Keeratan Hubungan Antara Dua Variabel

Berdasarkan Intervensi ... 177 Tabel 4.22 Hubungan antara Perilaku Demokratis Siswa (X) dengan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di

Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Non Teknik (Y)... 178 Tabel 4.23 Perbandingan Perilaku Demokratis siswa Rumpun Teknik

dan Siswa Rumpun Non Teknik ... 184 Tabel 4.24 Uji Homogenitas Varians ... 185


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan Antarvariabel Penelitian ... 10 Gambar 2.1 Levels of Knowledge... 61 Gambar 3.1 Paradigma Penelitian ... 118 Gambar 4.1 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi dengan Uji Dua Pihak

di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik ... 172 Gambar 4.2 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi dengan Uji Dua Pihak

di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Non Teknik ... 180 Gambar 4.3 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi dengan Uji Dua Pihak

di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen ... 229

Lampiran 2 Kuesioner Siswa ... 244

Lampiran 3 Pedoman Wawancara ... 252

Lampiran 4 Data Responden ... 255

Lampiran 5 Hasil SPSS ... 280


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembinaan perilaku demokratis siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk perilaku demokratis siswa. Dalam pelaksanaannya, hal itu bukanlah pekerjaan yang mudah bagi seorang guru. Ia dituntut memiliki keyakinan, pemikiran, prinsip, dan konsepsi landasan yang kuat dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru dalam proses pembelajaran belum menunjukkan arah yang jelas adanya karakteristrik keilmuan yang dikembangkan antara guru yang satu dengan guru yang lainnya. Guru lebih berorientasi pada pemahaman anak terhadap materi pelajaran tanpa mempertimbangkan pembentukan karakter anak sebagai efek hasil belajar, sehingga kurang mendorong terjadinya pengembangan anak yang dinamis dan berperilaku demokratis. Kemampuan berperilaku demokratis memiliki konteks bebas, proses terbuka, dan dengan susunan teratur, sehingga memungkinkan siswa menyimak informasi dengan mudah dipahami. Menurut Wantoro (2008:220) bahwa :

Selama ini di Sekolah Menengah Atas sudah dilaksanakan pendidikan demokrasi melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaan ataupun mata pelajaran sebelumnya, PPKn, PMP, ataupun Civics, terlihat adanya perilaku demokratis yang ditunjukkan siswa di sekolah (di dalam kelas, di luar kelas atau lingkungan sekolah). Perilaku yang tampak di dalam kelas diantaranya ketika sedang proses belajar mengajar berlangsung terutama dalam diskusi siswa terlihat berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman-teman dan mau mendengarkan teman-temannya yang sedang mengemukakan


(10)

pendapatnya. Sedangkan perilaku demokratis siswa yang tampak di luar kelas atau lingkungan sekolah diantaranya bebas berpendapat dalam rapat OSIS, bebas memilih dan dipilih menjadi pengurus OSIS, adanya kerja sama antar individu atau kelompok dalam menyelesaikan masalah, adanya kepercayaan kepada guru, kepala sekolah dan staf petugas sekolah.

Selaras dengan hal tersebut, maka pendidikan dalam hal ini dituntut untuk menciptakan manusia yang disiplin, produktif, dan berperilaku demokratis. Oleh sebab kita membutuhkan manusia yang berperilaku demokratis, kritis dan bukan pintar menghapal, bukan manusia yang hapal sejarah, melainkan mengetahui sejarah itu untuk dijadikan landasan dalam menganalisis sesuatu. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas) khususnya:

a. Pasal 3 yang menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, dan b. Pasal 4 ayat (1) menyatakan sebagai berikut. “Pendidikan

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Jika kita kaji, maka dalam undang-undang tersebut tersurat bahwasannya disamping membekali generasi bangsa yang kritis, pendidikan juga berkewajiban untuk membentuk warga negara yang berperilaku demokratis. Namun, kenyataannya di lapangan berlawanan dengan apa yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut. Hal ini nampak dari penyelenggaraan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis seolah memberikan bukti bahwa iklim demokrasi belum tercipta secara penuh di negara kita.


(11)

Gerakan reformasi yang pada awalnya bertujuan menata kembali penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama dan Orde Baru, seakan telah disalahartikan sehingga makna gerakannya tidak sesuai lagi dengan makna reformasi itu sendiri (kebablasan). Ini terlihat dari maraknya gerakan masyarakat yang semakin brutal dalam menuntut hak-haknya berupa perusakan fasilitas umum, penjarahan dan penyanderaan. Cara-cara ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai budaya etika demokrasi yang mensyaratkan kedamaian. Seperti diungkapkan Mudji (2000:45) bahwa :

Iklim budaya demokratis ditandai dengan adanya para warga yang hidup berdampingan secara damai, kreatif dan dapat menjalankan hak kontrol terhadap negaranya. Sehingga pembenahan tujuan reformasi harus segera dilakukan. Salah satu agenda reformasi yang akan dibangun bangsa Indonesia adalah menentang segala bentuk penyimpangan demokrasi seperti kediktatoran baik bersifat langsung maupun tidak langsung, feodalisme maupun totaliterisme sehingga tercipta suatu tatanan demokrasi yang sehat dan kuat.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat ini disamping disebabkan oleh kurang dipahaminya konsep demokrasi juga diakibatkan berakarnya budaya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) semasa Orde Lama dan Orde Baru. Dalam hal ini pula yang menjadi faktor pendorong bergulirnya reformasi yang meruntuhkan kekuasaan Orde Baru. Oleh karena itu, target reformasi dalam hal ini adalah melakukan suatu perubahan atas dasar sistem dan landasan ideal yang ada dan memecahkan semua permasalah tersebut. Krisis yang tak kunjung terselesaikan ini menunjukan bahwa kita membutuhkan orang-orang yang mampu berpikir untuk memecahkan berbagai persoalan tersebut. Oleh karena orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis dan berperilaku demokratis, akan mampu mencari alternatif


(12)

penyelesaian atas masalah yang dihadapi. Ia juga mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi buah pikiran orang lain ataupun pikirannya sendiri itu benar atau salah.

Sejalan dengan meningkatnya perubahan yang bersifat multidimensional baik, politik ekonomi maupun sosial budaya, tuntutan pemikiran kritis dan tindakan kreatif serta berperilaku demokratis adalah mutlak diperlukan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul. Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, seperti diungkapkan Winataputra (2008:8) bahwa :

Paradigma pendidikan demokrasi melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau berisi jamak. Sifat multidimensionalitasnya itu antara lain terletak pada (1) pandangannya yang pluralistik-uniter (bermacam-macam, tetapi menyatu dalam pengertian Bhinneka Tunggal Ika, (2) sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara harmonis, (3) tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasan (spritual, rasional, emosional, dan sosial), dan (4) konteks (setting) yang menghasilan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel atau luwes, dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya. Apabila ditampilkan dalam wujud program pendidikan, paradigma baru ini menuntut memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada pengembangan pengertian tentang hakikat dan karakteristik aneka ragam demokrasi, bukan hanya yang berkembang di Indonesia.

Dalam konteks ini juga, maka Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian integral dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan pendidikan pada umumnya memiliki peran penting karena “mata pelajaran ini secara etimologis pada awalnya dikembangkan dalam tradisi Citizenship Education antara lain mengembangkan nilai demokrasi dan kesadaran berdemokrasi untuk menegakkan negara hukum” (Al-Muchtar, 2000:19).


(13)

Atas dasar permasalahan di atas, Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah sangatlah penting, yakni untuk membekali siswa dengan pengetahuan dasar dan nilai-nilai demokrasi, sehingga dalam diri siswa tumbuh kesadaran berdemokrasi dan berperilaku demokratis yang diperlukan guna menegakkan negara hukum. Pendidikan Kewarganegaraan dengan karakteristik konsepnya yang abstrak, kompleks dan simbolik, diharapkan dapat dijadikan wahana yang potensial untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan berperilaku demokratis siswa. Mengingat perannya yang demikian strategis, maka diperlukan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berkualitas. Melalui pembelajaran ini guru dituntut untuk dapat membimbing siswa berpikir kritis, dan berperilaku demokratis dan menuntut mereka menghubungkan konsep yang diterimanya dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam upaya mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan berperilaku demokratis siswa. Hal ini perlu dikembangkan mengingat dengan berpikir setiap individu akan mengalami perkembangan intelektual yang semakin matang. Namun, kenyataan di lapangan saat ini menunjukan hal sebaliknya, penguasaan kompetensi siswa pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini salah satunya tercermin dari rendahnya penguasaan kognitif siswa terhadap konsep-konsep Pendidikan Kewarganegaraan.

Apalagi sekarang di era globalisasi dengan didukung oleh perkembangan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu alat transportasi dan komunikasi yang semakin maju mobilisasi sosial secara vertikal dan horizontal bukan hanya


(14)

bergaul antar suku, di dalam suatu negara, melainkan lintas bangsa dengan negara-negara lain yang menuntut untuk senantiasa hidup berdampingan antar etnik dan ras dengan latar belakang sosio kultur yang berbeda. Untuk itu perilaku demokratis perlu dibangun dan dilatih sedini mungkin terhadap anak didik. Menurut Winataputra (2001:28) :

Seluruh warga negara dituntut untuk meningkatkan kedewasaan sehingga mereka mampu berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan cita-cita, nilai dan prinsip demokrasi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia. Kebutuhan ini dirasakan sangat mendesak, karena hal itu diperkuat oleh kanyataan bahwa ketidakmatangan dalam berfikir, bersikap dan bertindak demokratis itu ternyata di alami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Proses pembelajaran yang demokratis sekarang ini menjadi tuntutan dalam peningkatan kualitas demokratis yang menjadi bagian dari tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Pasal 3 Tahun 2003. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas, ide, partisipasi (komitmen guru) untuk mengembangkan akses jaringan kerja yang lebih luas terhadap pengembangan berpikir kritis siswa. Pembelajaran demokrasi menuntut upaya supaya sistematis dan sistemik untuk mengembangkan pola perilaku demokratis sebagai warga negara, dalam menciptakan tatanan iklim yang demokratis, upaya ini amat strategis yang pada gilirannya kelak secara bersama-sama dapat memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani Indonesia yang demokratis. Proses demokratis pada muaranya akan muncul siswa sebagai “Warga Negara muda”(young citizen) yang berperilaku demokratis.

Dari pemikiran teoretik dan empirik seperti dipaparkan di atas, maka amat penting dan layak untuk dilakukan suatu studi agar memperoleh gambaran


(15)

mengenai proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang demokratis di sekolah untuk meningkatkan dan perbaikan yang lebih spesifik terhadap peningkatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mencoba merumuskan suatu masalah inti dan sekaligus menjadi fokus telaahan dalam penelitian ini sebagai berikut “Seberapa besar pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap perilaku demokratis siswa Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung?”

Untuk memudahkan dalam pembahasan masalah tersebut di atas, maka penulis batasi masalahnya sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik di Kabupaten Bandung terhadap perilaku demokratis siswa?

2. Seberapa besar pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung terhadap perilaku demokratis siswa?

3. Seberapa besar perbedaan pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Non Teknik di Kabupaten Bandung terhadap perilaku demokratis siswa?


(16)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap perilaku demokratis siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dan menggambarkan pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik di Kabupaten Bandung terhadap perilaku demokratis siswa.

b. Mengidentifikasi dan menggambarkan pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung terhadap perilaku demokratis siswa.

c. Mengidentifikasi dan menggambarkan perbedaan pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Non Teknik di Kabupaten Bandung terhadap perilaku demokratis siswa.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian 1. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data konseptual dan gambaran mengenai alternatif pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat dikembangkan guru dalam meningkatkan perilaku demokratis siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung.


(17)

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Selain sebagai tugas akhir juga merupakan bahan pengembangan bagi

peneliti.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam rangka mengembangkan dan pembinaan perilaku demokratis siswa sebagai alternatif pengembangan atau kemampuan siswa dalam berpikir kritis, sikap dan keterampilan sosial dalam proses kegiatan belajar di sekolah.

c. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan jurusan Pendidikan Kewarganegaraan berbagai program di Perguruan Tinggi serta sebagai masukan pada Departemen Pendidikan Nasional dalam upaya peningkatan kualitas di bidang pendidikan.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini terdiri atas dua yaitu pertama adalah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik (X1), dua pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Non Teknik (X2) yang masing-masing meliputi materi, metode, media, sumber, dan evaluasi pembalajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sedangkan yang menjadi variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah perilaku demokratis siswa.


(18)

Sesuai dengan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, pola hubungan antar variabel penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Gambar 1.1

Hubungan Antarvariabel

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda. Oleh sebab itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti, sehingga tidak mengundang tafsir yang berbeda, maka dirumuskan definisi operasinal atas penelitian berikut ini:

a. Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam penelitian ini, istilah Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya digunakan dalam pengertian sebagai civic education, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan yang berkedudukan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diarahkan untuk menghasilkan kompetensi Kewarganegaraan yang harus dimiliki siswa yang meliputi dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowwledge),

Perilaku Demokratis

Siswa (Y)

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK

Kejuruan Rumpun Teknik(X1) Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di SMK Kejuruan Rumpun


(19)

kecakapan Kewarganegaraan (civic skill), dan watak Kewarganegaraan (civic disposition).

Adapun indikator Pendidikan Kewarganegaraan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung, dengan definisi operasional sebagai berikut:

1) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik (X1) adalah proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik yang di dalamnya dioperasionalisasikan berbagai komponen pembelajaran yang meliputi materi, metode, media, sumber dan evaluasi pembelajaran. Adapun indikator yang akan diukur dari variabel ini seperti yang tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 1.1

Variabel dan Indikator Penelitian

VARIABEL INDIKATOR

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK rumpun teknik (Variabel X1)

1. Materi Pembelajaran PKn 1. Kesesuaian materi pembelajaran dengan kurikulum

2. Kesesuaian materi

pembelajaran dengan tingkat kemampuan berpikir siswa 3. Materi pembelajaran diangkat


(20)

VARIABEL INDIKATOR 4. Materi pembelajaran

diorganisasikan dari hal konkrit menuju abstrak

5. Materi pembelajaran diorganisasikan dari pengalaman praktis menuju teori

6. Materi pembelajaran

diorganisasikan dari lingkungan terdekat siswa, lokal, nasional dan internasional

7. Materi pembelajaran akurat jika ditinjau dari segi keilmuan 8. Materi pembelajaran bersifat

aktual dan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi 2. Metode Pembelajaran PKn 1. Kesesuaian metode dengan

materi pembelajaran

2. Variasi metode yang digunakan 3. Metode yang digunakan

menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

4. Metode yang digunakan

mampu meningkatkan motivasi belajar siswa

3. Media Pembelajaran PKn 1. Menggunakan jenis media visual, audio dan audio visual 2. Kesesuaian media dengan

tujuan dan materi pembelajaran 3. Keberfungsian media

4. Sumber Pembelajaran Pkn 1. Bentuk sumber pembelajaran: 1) Materi bacaan

2) Materi bukan bacaan,

masyarakat, dan lingkungan 2. Jenis sumber pembelajaraan:

1) Sengaja direncanakan 2) Sengaja dimanfaatkan


(21)

VARIABEL INDIKATOR 5. Evaluasi Pembelajaran PKn 1. Penilaian proses belajar dan

hasil belajar

2. Penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor

3. Penilaian oleh guru, siswa sendiri (self evaluation), dan siswa lain.

4. Bentuk penilaian tertulis (pencil and paper test) dan berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan

(project), produk (product), atau portofolio.

5. Tindak lanjut hasil penilaian

2) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Non Teknik (X2) adalah proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik yang didalamnya dioprasionalisasikan berbagai komponen pembelajaran yang meliputi materi, metoda, media, sumber dan evaluasi pembelajaran.


(22)

Adapun indikator yang akan diukur dari variabel ini seperti yang tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 1.2

Variabel dan Indikator Penelitian

VARIABEL INDIKATOR

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK rumpun non teknik (Variabel X2)

1. Materi Pembelajaran PKn 1. Kesesuaian materi pembelajaran dengan kurikulum

2. Kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkat kemampuan berpikir siswa

3. Materi pembelajaran diangkat dari realitas kehidupan siswa 4. Materi pembelajaran

diorganisasikan dari hal konkrit menuju abstrak

5. Materi pembelajaran diorganisasikan dari pengalaman praktis menuju teori

6. Materi pembelajaran

diorganisasikan dari lingkungan terdekat siswa, lokal, nasional dan internasional

7. Materi pembelajaran akurat jika ditinjau dari segi keilmuan 8. Materi pembelajaran bersifat

aktual dan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi 2. Metode Pembelajaran PKn 1. Kesesuaian metode dengan

materi pembelajaran

2. Variasi metode yang digunakan 3. Metode yang digunakan

menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran


(23)

VARIABEL INDIKATOR

4. Metode yang digunakan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa

3. Media Pembelajaran PKn 1. Menggunakan jenis media visual, audio dan audio visual 2. Kesesuaian media dengan tujuan

dan materi pembelajaran 3. Keberfungsian media

4. Sumber Pembelajaran Pkn 1. Bentuk sumber pembelajaran: a. Materi bacaan

b. Materi bukan bacaan,

masyarakat, dan lingkungan 2. Jenis sumber pembelajaraan:

a. Sengaja direncanakan b. Sengaja dimanfaatkan 5. Evaluasi Pembelajaran PKn 1. Penilaian proses belajar dan

hasil belajar

2. Penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor

3. Penilaian oleh guru, siswa sendiri (self evaluation), dan siswa lain.

4. Bentuk penilaian tertulis (pencil and paper test) dan berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan

(project), produk (product), atau portofolio.

5. Tindak lanjut hasil penilaian

b. Perilaku Demokratis adalah perilaku warga negara yang sifatnya individual dan erat kaitannya dengan kepribadian, yang terbentuk sepanjang ia hidup melalui proses sosialisasi, yang mengandung sifat sosial, serba terbuka untuk orang lain, untuk saling memberi dan menerima serta saling menghargai dan lebih mengedepankan unsur normatif dari pada unsur pribadi. Dalam


(24)

melaksanakan hak dan kewajibannya di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, berbangsa, dan bernegara, Untuk lebih jelasnya, indikator-indikator variabel perilaku demokratis siswa (Y) ini seperti yang tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 1.3

Variabel dan Indikator Penelitian

VARIABEL INDIKATOR

Perilaku Demokratis Siswa (Variabel Y)

1. Pro bona publico, yaitu sikap mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi atau golongan

2. Pro patricia primus patrialis, yaitu sikap mengutamakan kepentingan negara atau kepentingan umum dan rela berkorban untuk negara atau kepentingan umum

1. Bergotong royong

2. Mematuhi tata tertib lalulintas 3. Tidak membuang sampah

sembarangan

4. Menjaga kekayaan sekolah 5. Memilih pemimpin atas dasar

pertimbangan kepentingan umum bukan kepentingan pribadi atau golongan 6. Menjaga harta milik publik

seperti telepon umum, ATM 7. Menjaga sumber-sumber

kekayaan alam seperti mata air, cagar alam dan lain-lain

1. Membayar pajak, iuran sekolah secara berdisiplin

2. Menjaga nama baik sekolah, keluarga, dan pemimpin 3. Menjaga berbagai simbol

kenegaraan seperti Bendera Merah Putih, Lambang Negara, Lagu Indonesia Raya, Foto resmi Presiden dan wakil Presiden

4. Bersedia menjadi relawan sosial bila diperlukan

5. Bersedia menjadi relawan bila diperlukan


(25)

VARIABEL INDIKATOR 3. Toleran atau menghargai

dan menghormati pendapat orang lain yang berbeda

4. Terbuka menerima pendapat orang lain

5. Tanggap dan berani mengemukakan pendapat dengan baik dan benar

6. Bersikap kritis terhadap pendapat orang lain

1. Bersedia mendengarkan pendapat orang lain

2. Tidak membenci orang lain yang berbeda pendirian 3. Tidak memaksa orang lain

untuk mengikuti pandangan diri sendiri

4. Menghormati orang lain yang berbeda agama untuk

menjalankan ibadat sesuai agama dan kepercayaannya 1. Mendengarkan orang lain yang

sedang berbicara

2. Suka meminta pendapat orang lain

3. Mempertimbangkan pendapat orang lain yang lebih baik 4. Bersedia menerima pendapat

yang dinilai lebih baik 1. Mengakui pandangan sendiri

yang ternyata keliru

2. Memberikan pendapat secara lisan dan atau tulisan

3. Bersedia memberikan pendapat secara tulus

4. Memberikan pendapat dengan menggunakan tatakrama dan santun bahasa yang baik 5. Selalu menopang pendapatnya

dengan alasan atau argumen yang kuat

1. Bersikap cermat dalam informasi atau pandangan sehingga tidak mudah menerima dan menolak pandangan orang lain

2. Mendengarkan pendapat orang lain

3. Bersedia menggali alasan di balik pendapat orang lain yang dikemukakan


(26)

VARIABEL INDIKATOR

7. Cerdas dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan

8. Menghormati hak orang lain

9. Menghormati kekuasaan yang sah

4. Bersedia mencari alasan lain yang lebih tepat dari pendapat orang lain

5. Menyanggah pendapat orang lain dengan pandangan diri sendiri yang didukung argumen yang kuat

1. Memilih persoalan dengan cermat

2. Mengidentifikasi berbagai alternatif pemecahan masalah 3. Mengumpulkan berbagai data

dan informasi yang mendukung 4. Memilih alternatif pemecahan

masalah yang paling tepat dan layak

5. Bersifat antisipatif terhadap keputusan pemecahan masalah yang diambil

1. Tidak mengambil hak orang lain dengan cara apapun 2. Memberikan kesempatan

kepada orang lain untuk menggunakan haknya dengan baik

3. Selalu menjaga agar tidak mengganggu orang lain 4. Tidak mencemoohkan orang

lain karena berbeda bahasa dan budaya

1. Menjalankan ketentuan perundang-undangan sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai siswa 2. Menghormati pemerintah pusat,

daerah, dan tokoh panutan dalam masyarakat

3. Melaksanakan kebijakan pemerintah dalam lingkungan sendiri, seperti sekolah dan masyarakat


(27)

VARIABEL INDIKATOR

10. Bersikap adil dan tidak diskriminatif

11. Menjaga dan melaksanakan amanah dengan penuh tanggung jawab

4. Turut serta memantau

pelaksanaan kebijakan publik 5. Memperlakukan orang lain

sesuai dengan kedudukan dan perannya dalam lingkungannya 1. Tidak bersifat kesukuan atau

kedaerahan

2. Tidak fanatik terhadap golongannya

3. Menghormati orang lain seperti menghormati diri sendiri 4. Menerapkan prinsip

meritokratif yakni pemberian imbalan sesuai dengan prestasi kerja dalam berbagai

keuntungan

1. Selalu menyampaikan amanat yang diperoleh kepada yang berhak

2. Bersedia mengganti sesuatu amanat yang hilang atau cacat karena kecerobohan sendiri 3. Melaksanakan tugas yang

diberikan guru, Kepala Sekolah dengan baik

4. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan cara terbaik yang bisa dilakukan

5. Berorientasi pada pencapaian hasil yang terbaik dalam memenuhi tugas


(28)

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan atas dasar asumsi bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat membentuk warga negara yang memiliki tingkat kesadaran berperilaku demokratis yang tinggi.

Bertolak dari asumsi tersebut dan mengacu kepada pertanyaan penelitian, maka dapat dikemukakan sebuah hipotesis penelitian secara umum sebagai berikut: Pendidikan Kewarganegaraan memiliki pengaruh signifikan dan terdapat perbedaan terhadap perilaku demokratis siswa Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung.

Untuk lebih spesifik dan jelasnya, hipotesis tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa hipotesis minor yang lebih khusus atau rinci, sebagai berikut: 1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan

Rumpun Teknik berpengaruh positif terhadap perilaku demokratis siswa. 2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan

Rumpun Non Teknik berpengaruh positif terhadap perilaku demokratis siswa. 3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan

Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perilaku demokratis siswa.


(29)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Menurut jenis pendekatan, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Hal ini dikarenakan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini merupakan permasalahan yang ada pada masa sekarang (Dahlan, 1982:92; Nazir, 1988:63; Surahmad, 1990:140). Metode deskriptif-analisis dalam penelitian dioperasionalisasikan dengan menggunakan statistik inferensial yaitu menganalisis data sampel dan hasilnya digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil (Sugiyono, 2001:14).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan instrumen angket dan didukung dengan teknik studi literatur dan studi dokumentasi. Seluruh variabel penelitian yaitu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik (X1), pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Kejuruan Rumpun Non Teknik (X2), dan Perilaku Demokratis Siswa (Y) menggunakan angket skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA Brown dan Holtzman ini menggunakan empat option, yaitu (1) Selalu, (2) Sering, (3) Pernah, dan (4) Tidak Pernah. Jawaban yang tepat diberi bobot/skor empat, sedangkan yang tidak tepat sekali diberi


(30)

bobot/skor 3,2, dan 1. Keunggulan skala model ini tidak mengukur aspek kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas sehari-hari.

Sebelum menggunakan instrumen tersebut sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu diuji dengan menggunakan:

1. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Pearson product moment (Uji r) dan Spearman Brown (Uji t)

2. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk visualisasi berupa bagan atau tabel prosentase dari jawaban responden terhadap indikator permasalahan. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi.


(31)

4. Prosedur Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun prosedur penelitian dengan sistematika sebagai berikut:

a. Pengkajian dan pengembangan teori yang mencakup teori-teori tentang Pendidikan Kewarganegaraan, kompetensi-kompetensi kewarganegaraan (pengetahuan, watak, dan keterampilan kewarganegaraan) dan teori perilaku demokratis.

b. Penyusunan instrumen pengumpulan data sesuai dengan variabel yang telah dirumuskan serta landasan dan kerangka teoretik.

c. Pemilihan unit analisis penelitian, yaitu sejumlah SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung baik negeri maupun swasta, dilanjutkan dengan pemilihan subjek atau responden penelitian yaitu siswa SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik tersebut secara acak.

d. Pengumpulan data melalui kuesioner.

e. Pengolahan data dengan cara melakukan verifikasi, pengolahan data statistik, analisis, dan interpretasi hasil penelitian.


(32)

5. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Lokasi dari penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung. Pemilihan sampel penelitian dilakukan melalui dua cara.

Pertama, pengambilan sampel SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik, dengan teknik cluster dan acak, yaitu secara cluster mengklasifikasikan seluruh SMK di Kabupaten Bandung menjadi dua kategori, yaitu kategori pertama adalah SMK Rumpun Teknik, kategori kedua SMK Rumpun Non Teknik. Berdasarkan Data Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bandung jumlah SMK Rumpun Teknik ada 23 sekolah dan SMK Rumpun Non Teknik ada 19 sekolah, jumlah keseluruhan adalah 42 Sekolah. Adapun jumlah sekolah yang dijadikan sampel adalah enam SMK yang terbagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok SMK Rumpun Teknik terdiri atas tiga sekolah, yaitu SMK Negeri 1 Katapang, SMKN 7 Baleendah, SMKS Angkasa 1 Margahayu dan kelompok SMK Rumpun

Non Teknik terdiri atas tiga sekolah yaitu SMK Negeri 3 Baleendah, SMKS Pasundan 1 Banjaran dan SMKS Angkasa 2 Margahayu.

Kedua, memilih sampel responden siswa dari tiap sekolah terpilih, dengan teknik proportional stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel siswa dari anggota populasi (seluruh siswa SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik yang ada di Kabupaten Bandung) secara acak dan berstrata secara proporsional. Hal ini dilakukan karena kondisi populasi penelitian ini terdiri dari


(33)

beberapa kelompok individu dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu siswa kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Adapun pemilihan siswa yang dijadikan sampel dilakukan dengan menggunakan tabel angka acak (random numbers) dari Rand (Wahyudin, 2007) Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, jumlah siswa SMK Rumpun Teknik, dan Rumpun Non Teknik adalah 16.169 orang. Dari jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah minimal sampel penelitian dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane (Rahmat, 1998:82). Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 100 orang siswa.

Adapun sebaran sampel berdasarkan sekolah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1.4

Sebaran Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Sampel

1. SMKN 1 Katapang 40

2. SMKN 7 Baleendah 40

3. SMKS Angkasa1 Margahayu 40

4. SMKN 3 Baleendah 40

5. SMKS Pasundan1 Banjaran 40

6. SMKS Angkasa 2 Margahayu 40

Jumlah 240

Berdasarkan tabel di atas sebaran sampel pada setiap SMK terdiri atas tiga SMK Rumpun Teknik dan tiga SMK Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung dengan jumlah responden seluruhnya 240 siswa.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah guna menekan batas-batas ketidaktahuan manusia. Menurut Iskandar (2001:2) penelitian merupakan suatu pemikiran untuk melakukan kegiatan meneliti, mengumpulkan, dan memproses fakta yang ada, sehingga kumpulan fakta-fakta tersebut dapat dikombinasikan oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka.

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yang menggambarkan secara sistematik mengenai pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pengaruhnya terhadap perilaku demokratis siswa. Melalui metode ini diharapkan dapat memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian, sebagaimana pendapat Syaodih (2008:72), metode deskriptif lebih luas dari metode survei, dan survei merupakan bagian dari metode deskriptif. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Informan adalah orang-orang yang diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan persepsinya mengenai pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap perilaku demokratis siswa.


(35)

Singarimbun dan Effendi (1995:3) bahwa, “Survai adalah suatu usaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi dari berbagai individu, baik sebagian maupun seluruhnya dengan menggunakan standar pertanyaan/pernyataan yang terpola dan terstruktur sesuai dengan kebutuhan akan data serta mengacu pada topik dan judul penelitian”.

Pengertian metode deskriptif tersebut lebih ditegaskan lagi oleh Surakhmad (1990:140) dengan mengungkapkan ciri-cirinya sebagai berikut :

a. Memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada saat sekarang atau bersifat sakral (up to date).

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan yang kemudian dianalisis (karena ini metode ini sering pula disebut metode analitik). Berkenaan dengan metode deskriptif, Moh. Nazir (1999:63) mengatakan bahwa: Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masyarakat sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ialah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

Berdasarkan pendapat di atas metode deskriptif merupakan metode yang memusatkan perhatian pada masalah aktual untuk memecahkan masalah dengan menggambarkan semua peristiwa atau kejadian selama penelitian berlangsung. Masalah aktual yang diangkat dalam penelitian ini adalah ”perilaku demokratis siswa”.

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, meliputi: materi, metode, media, sumber, dan


(36)

evaluasi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sedangkan variabel terikatnya adalah perilaku demokratis siswa.

B. Operasionalisasi Variabel dan Paradigma Penelitian 1. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dengan berpatokan pada kerangka pemikiran dan hipotesis yang diajukan, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua bariabel bebas (independent varible), yaitu Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Rumpun Teknik, dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Rumpun Non Teknik, serta satu variabel terikat (dependent variable), yaitu Perilaku Demokratis Siswa.

Selanjutnya dalam penelitian terhadap variabel pokok yang akan diukur, diberikan pengertian secara operasional, sebagai berikut:

a. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Rumpun Teknik (Variabel X1).

Yang dimaksud pembelajaran PKn di SMK rumpun teknik adalah skor yang diperoleh dari kuesioner mengenai pembelajaran PKn di SMK rumpun teknik, meliputi: (1) materi pembelajaran PKn; (2) metode pembelajaran PKn; (3) media pembelajaran PKn; (4) sumber pembelajaran PKn; dan (5) evaluasi pembelajaran PKn.


(37)

b. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMK Rumpun Non Teknik (Variabel X2)

Yang dimaksud dengan pembelajaran PKn di SMK rumpun non teknik adalah skor yang diperoleh dari kuesioner mengenai pembelajaran PKn di SMK rumpun non teknik, meliputi: (1) materi pembelajaran PKn; (2) metode pembelajaran PKn; (3) media pembelajaran PKn; (4) sumber pembelajaran PKn; dan (5) evaluasi pembelajaran PKn.

c. Perilaku Demokratis Siswa (Variabel Y)

Yang dimaksud perilaku demokratis siswa dalam penelitian ini, adalah skor yang diperoleh dari kuesioner yang meliputi: (1) pro bona publico, yaitu sikap mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi atau golongan; (2) pro patricia primus patrialis, yaitu sikap mengutamakan kepentingan negara atau kepentingan umum dan rela berkorban untuk negara atau kepentingan umum; (3) toleran atau menghargai dan menghormati pendapat

orang lain yang berbeda; (4) terbuka menerima pendapat orang lain; (5) tanggap dan berani mengemukakan pendapat dengan baik dan benar, (6) bersikap kritis terhadap pendapat orang lain; (7) cerdas dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan; (8) menghormati hak orang lain; (9) menghormati kekuasaan yang sah; (10) bersikap adil dan tidak diskriminatif; dan (11) menjaga dan melaksanakan amanah dengan penuh tanggung jawab.


(38)

2. Paradigma Penelitian

Untuk memperjelas substansi penelitian, maka variabel penelitian yang akan diukur terlebih dahulu disusun dan digambarkan dalam suatu paradigma penelitian. Menurut Sugiyono (2008:42), paradigma penelitian adalah pandangan atau model atau pola pikir yang dapat dijabarkan sebagai variabel penelitian, kemudian membuat hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya, sehingga dapat memudahkan perumusan masalah penelitian, pemilihan teori yang relevan, rumusan hipotesis yang akan diajukan, metode penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan penarikan sampel.

Berdasarkan paradigma penelitian tersebut, ternyata terdapat keterkaitan antara variabel sebagai berikut:

1. Variabel X1 mempengaruhi variabel Y 2. Variabel X2 mempengaruhi variabel Y

3. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama mempengaruhi variabel Y

C. Alat Ukur Penelitian serta Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Alat Ukur Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang telah disusun secara terstruktur. Kuesioner tersebut memuat beberapa butir pertanyaan/pernyataan dengan pilihan alternatif jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawabannya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dialami dan dirasakan.


(39)

Setiap alternatif jawaban yang disediakan masing-masing diberi nilai atau skala tersendiri yang disusun secara semantik dengan pembobotan berdasarkan skala Likert. Skala ini kemudian dikuantitatifkan menjadi skala ordinal yang diberi bobot atau skor 4, 3, 2, dan 1. Untuk mendapatkan data tentang variabel penelitian disamping berpedoman pada landasan teori, juga dikembangkan dengan teknik pengumpul data melalui proses:

Pertama, menyusun kisi-kisi alat pengumpul data. Kisi-kisi yang dibuat mengacu kepada variabel X1, X2, dan Y yang dirumuskan pada operasionalisasi variabel.

Kedua, membuat butir-butir pertanyaan/pernyataan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, dimana secara keseluruhan jumlah pertanyaan/pernyataan yang diajukan untuk ketiga variabel penelitian adalah sebanyak 94 (sembilan puluh empat) butir pernyataan, dengan perincian untuk variabel X1 dan X2 terdiri 41 (empat puluh satu) butir pernyataan dan untuk variabel Y terdiri 53 (lima puluh tiga) butir pernyataan yang diharapkan dapat mengungkap secara tuntas mengenai permasalahan yang diteliti.

2. Pengujian Validitas

Data dari hasil penelitian yang telah dihimpun melalui proses pengumpulan data, tentunya tidak akan berguna bilamana alat ukur yang digunakan itu tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Singarimbun dan Effendi (1995:122) mengemukakan bahwa:

”...pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasarannya, bilamana data yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah data yang


(40)

tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh sebab itu, maka data yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji terlebih dahulu tingkat validitas dan reliabilitasnya”.

Selanjutnya, Singarimbun dan Effendi, mengemukakan bahwa: ”Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu mampu mengukur apa yaang ingin diukur”. Iskandar (2001:147) mengatakan, bahwa suatu pengukuran dikatakan valid jika alat ukur itu mampu mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Dengan perkataan lain, bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan sahih bilamana mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan apabila memiliki validitas yang rendah maka tidak atau kurang sahih.

Sugiyono (2008:267) menyatakan bahwa: ”... instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal”. Dijelaskan lebih jauh tentang validitas internal bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoretis) telah mencerminkan apa yang akan diukur, sedangkan validitas eksternal bila kriteria didalam instrumen dari luar atau fakta-fakta empiris yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas internal instrumen yang dikembangkan berdasarkan teori yang relevan, sedangkan validitas eksternal berarti bahwa instrumen dikembangkan dari fakta empiris.


(41)

Pengujian validitas alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

− − − = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 Y Y n X X n Y X Y X n r i i i i i i i xy Keterangan :

r : Koefisien korelasi internal

X : Skor jawaban per item pertanyaan Y : Skor total

N : Banyak responden

Selanjutnya untuk menguji signifikasi, angka korelasi yang diperoleh dari setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi.

Penentuan nilai t-hitung digunakan rumus sebagai berikut: t = r 2

1 2 r n − − dimana

r : koefisien korelasi internal n : banyak responden

Kaidah keputusan nilai t-hitung yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai t-hitung pada taraf nyata sebesar α =0,05 dan derajat kepercayaan sebesar dk = N-2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan kaidah sebagai berikut:

a. Jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid.


(42)

b. Jika nilai t-hitung lebih kecil atau sama dengan nilai t-tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.

Untuk mencocokkan koefisien validitas suatu butir soal dengan kriteria tolak ukur yang terdapat dalam Arikunto (2202:75) berikut ini:

0,00 < rxy ≤ 0,20 validitas sangat rendah 0,20 < rxy ≤ 0,40 validitas rendah

0,40 < rxy ≤ 0,60 validitas sedang 0,60 < rxy ≤ 0,80 validitas tinggi

0,80 < rxy 1,00 validitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal disajikan dalam Tabel 3.1 :

3.1

Hasil Analisis Validitas Butir Soal Variabel Sub

Variabel Pertanyaan

Koefisien

Validitas Titik Kritis

Tingkat Validitas

Pembelajaran PKn

Bagian A

Pert1 0,688 0,3 Valid (Tinggi) Pert2 0,761 0,3 Valid (Tinggi) Pert3 0,567 0,3 Valid (Tinggi) Pert4 0,427 0,3 Valid (Sedang) Pert5 0,606 0,3 Valid (Tinggi) Pert6 0,538 0,3 Valid (Sedang) Pert7 0,520 0,3 Valid (Sedang) Pert8 0,451 0,3 Valid (Sedang) Pert9 0,670 0,3 Valid (Tinggi) Pert10 0,560 0,3 Valid (Tinggi) Pert11 0,359 0,3 Valid (Sedang)

Bagian B

Pert12 0,398 0,3 Valid (Sedang) Pert13 0,691 0,3 Valid (Tinggi) Pert14 0,621 0,3 Valid (Tinggi) Pert15 0,724 0,3 Valid (Tinggi) Pert16 0,665 0,3 Valid (Tinggi) Bagian C Pert17 0,634 0,3 Valid (Tinggi)


(43)

Pert18 0,898 0,3 Valid (Sangat Tinggi) Pert19 0,882 0,3 Valid (Sangat

Tinggi Pert20 0,792 0,3 Valid (Tinggi) Pert21 0,918 0,3 Valid (Sangat

Tinggi) Pert22 0,818 0,3 Valid (Sangat

Tinggi)

Bagian D

Pert23 0,556 0,3 Valid (Sedang) Pert24 0,849 0,3 Valid (Sangat

Tinggi) Pert25 0,554 0,3 Valid (Sedang) Pert26 0,845 0,3 Valid (Sangat

Tinggi)

Bagian E

Pert27 0,490 0,3 Valid (Sedang) Pert28 0,551 0,3 Valid (Sedang) Pert29 0,546 0,3 Valid (Sedang) Pert30 0,675 0,3 Valid (Tinggi) Pert31 0,659 0,3 Valid (Tinggi) Pert32 0,410 0,3 Valid (Sedang) Pert33 0,314 0,3 Valid (Rendah) Pert34 0,309 0,3 Valid (Rendah) Pert35 0,505 0,3 Valid (Sedang) Pert36 0,378 0,3 Valid (Sedang) Pert37 0,557 0,3 Valid (Sedang) Pert38 0,485 0,3 Valid (Sedang) Pert39 0,505 0,3 Valid (Sedang) Pert40 0,374 0,3 Valid (Sedang) Pert41 0,652 0,3 Valid (Tinggi)

Perilaku Demokratis

Siswa

Bagian A

Pert1 0,646 0,3 Valid (Tinggi) Pert2 0,497 0,3 Valid (Sedang) Pert3 0,830 0,3 Valid (Sangat

Tinggi) Pert4 0,777 0,3 Valid (Tinggi) Pert5 0,698 0,3 Valid (Tinggi) Pert6 0,856 0,3 Valid (Sangat

Tinggi) Pert7 0,669 0,3 Valid (Tinggi)

Bagian B

Pert8 0,650 0,3 Valid (Tinggi) Pert9 0,537 0,3 Valid (Sedang) Pert10 0,781 0,3 Valid (Tinggi) Pert11 0,773 0,3 Valid (Tinggi) Pert12 0,572 0,3 Valid (Tinggi) Bagian C Pert13 0,662 0,3 Valid (Tinggi) Pert14 0,679 0,3 Valid (Tinggi)


(44)

Pert15 0,584 0,3 Valid (Tinggi) Pert16 0,539 0,3 Valid (Sedang)

Bagian D

Pert17 0,452 0,3 Valid (Sedang) Pert18 0,811 0,3 Valid (Sangat

Tinggi) Pert19 0,845 0,3 Valid (Sangat

Tinggi) Pert20 0,729 0,3 Valid (Tinggi)

Bagian E

Pert21 0,752 0,3 Valid (Tinggi) Pert22 0,733 0,3 Valid (Tinggi) Pert23 0,678 0,3 Valid (Tinggi) Pert24 0,644 0,3 Valid (Tinggi) Pert25 0,761 0,3 Valid (Tinggi)

Bagian F

Pert26 0,809 0,3 Valid (Tinggi) Pert27 0,639 0,3 Valid (Tinggi) Pert28 0,776 0,3 Valid (Tinggi) Pert29 0,538 0,3 Valid (Sedang) Pert30 0,596 0,3 Valid (Tinggi)

Bagian G

Pert31 0,631 0,3 Valid (Tinggi) Pert32 0,704 0,3 Valid (Tinggi) Pert33 0,528 0,3 Valid (Sedang) Pert34 0,627 0,3 Valid (Tinggi) Pert35 0,760 0,3 Valid (Tinggi)

Bagian H

Pert36 0,683 0,3 Valid (Tinggi) Pert37 0,721 0,3 Valid (Tinggi) Pert38 0,642 0,3 Valid (Tinggi) Pert39 0,854 0,3 Valid (Sangat

Tinggi)

Bagian I

Pert40 0,760 0,3 Valid (Tinggi) Pert41 0,844 0,3 Valid (Sangat

Tinggi) Pert42 0,769 0,3 Valid (Tinggi) Pert43 0,694 0,3 Valid (Tinggi) Pert44 0,667 0,3 Valid (Tinggi)

Bagian J

Pert45 0,615 0,3 Valid (Tinggi) Pert46 0,651 0,3 Valid (Tinggi) Pert47 0,482 0,3 Valid (Sedang) Pert48 0,787 0,3 Valid (Tinggi)

Bagian K

Pert49 0,560 0,3 Valid (Tinggi) Pert50 0,452 0,3 Valid (Sedang) Pert51 0,597 0,3 Valid (Tinggi) Pert52 0,765 0,3 Valid (Tinggi) Pert53 0,570 0,3 Valid (Tinggi)


(45)

3. Pengujian Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Singarimbun dan Effendi mengemukakan bahwa: “Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan”. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dinyatakan reliable. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini, dianalisis dengan teknik Splithalf spearman brown sebagai berikut:

dimana :

tot

r. = Nilai reliabilitas variable

tt

r. = Nilai korelasi Spearman

Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu :

1. 0,00 < 0,20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan 2. 0,20 < 0,40 : Hubungan yang kecil (tidak erat)

3. 0,40 < 0,70 : Hubungan yang cukup erat (cukup reliabel) 4. 0,70 < 0,90 : Hubungan yang erat (reliabel)

5. 0,90 < 1,00 : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) 6. > 1,00 : Hubungan yang sempurna

Setelah dihitung diperoleh koefisien reliabilitas tes untuk variabel pembelajara PKn sebesar 0,9296, menunjukkan tingkat reliabilitas sangat reliabel

( )

tt tt tot r r r . . 1 . 2 + =

( )

tt tt tot r r r . . 1 . 2 + =


(46)

dan untuk perilaku demokratis siswa sebesar 0,9629, menunjukkan tingkat reliabilitas sangat reliabel. Artinya derajat ketetapan (reliabilitas) tes tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama jika diteskan kepada subjek yang sama pada waktu yang berbeda.

D. Lokasi, Populasi dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek maupun subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristrik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka sebagai populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung.

3. Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan keadaan populasinya. Dengan demikian, suatu syarat


(47)

sampel yang baik adalah tingkat representatifnya yang sangat bergantung pada cara pengambilan sampelnya. Dalam penelitian ini, dilakukan melalui 2 (dua) cara.

Pertama, pengambilan sampel SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik, dengan teknik cluster dan acak, yaitu secara cluster mengklasifikasikan seluruh Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bandung menjadi dua kategori, yaitu kategori pertama adalah SMK Rumpun Teknik, kategori kedua SMK Rumpun Non Teknik. Berdasarkan Data Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bandung, jumlah SMK Rumpun Teknik ada 23 sekolah dan SMK Rumpun Non Teknik ada 19 sekolah, jumlah keseluruhan adalah 42 sekolah. Adapun sekolah yang dijadikan sampel adalah enam Sekolah Menengah Kejuruan yang terbagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok SMK Rumpun Teknik terdiri atas tiga sekolah, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Katapang, SMK Negeri 7 Baleendah, dan SMK Swasta Angkasa 1 Margahayu dan kelompok Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Non Teknik terdiri atas tiga sekolah yaitu SMK Negeri 3 Baleendah, SMK Swasta Pasundan 1 Banjaran, dan SMK Swasta Angkasa 2 Margahayu.

Kedua, memilih sampel responden siswa dari tiap sekolah terpilih, dengan teknik proportional stratifed random sampling, yaitu pengambilan sampel siswa dari anggota populasi (seluruh siswa SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik yang ada di Kabupaten Bandung) secara acak dan berstrata secara proporsional. Hal ini dilakukan karena kondisi populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan karakteristrik yang berbeda-beda, yaitu siswa


(48)

kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Adapun pemilihan siswa yang dijadikan sampel dilakukan dengan menggunakan tabel angka acak (random numbers) dari Rand (Wahyudin, 2007). Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bandung, jumlah siswa SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik adalah 16.169 orang. Dari jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah minimal sampel penelitian, Sugiyono (2008:82) berpendapat penentuan jumlah sampel siswa dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

nt =

( )

2

1 N e

N

+

dimana: N = Populasi

nt= Ukuran sampel total yang ditarik

e = nilai kritis (toleransi) sebesar 10%

Berdasarkan rumus tersebut, maka ukuran sampel yang diambil dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut:

nt =

( )

2

10 , 0 23778 1

23778

+

nt =

79 , 237

23778

= 99,9 dibulatkan menjadi 100

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka sampel minimal dalam penelitian ini adalah 100 orang siswa. Sedangkan sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 40 siswa setiap sekolah sesuai dengan teknik pengambilan sampel yaitu Purposive Sampling


(49)

Menurut Riduwan (2008:63) Purposive Sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya atau penentu sampel untuk tujuan tertentu. Hal tersebut juga senada dengan Arikunto (2002:117) bahwa Purposive Sample didasarkan atas adanya tujuan tertentu dan bahwa peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Pendapat lain, Sudjana (2001:96) bahwa teknik ini digunakan apabila peneliti punya pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya. Atas tiga pendapat tersebut maka peneliti mengambil sampel sebanyak 40 orang tiap sekolah dengan total sampel 240 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian sesuai dengan ruang lingkup dan kebutuhannya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek yang diteliti, maupun dari dokumen dan catatan lainnya yang menunjang dalam pembahasan penelitian.

Sebagai pengumpulan data primer dan sekunder dalam penelitian ini, digunakan teknik sebagai berikut:

1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui teknik kuesioner kepada sejumlah responden yang terdiri dari para siswa SMK rumpun teknik dan non teknik di Kabupaten Bandung.


(50)

2. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui:

a. Studi literatur, yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diangkat. Dalam konteks penelitian ini, penulis akan mengumpulkan berbagai literatur atau tulisan yang berhubungan dengan masalah perilaku demokratis dengan jalan mempelajari buku-buku, literatur yang ada kaitannya dengan materi pembahasan

b. Studi Dokumentasi, yaitu berupa pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang menunjang penelitian. Studi dokumentasi sebagai salah satu sumber data penelitian kuantitatif seperti dijelaskan oleh Moleong (2000:161) bahwa:

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenal hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya. Dokumen sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk mengkaji menafsirkan dan untuk meramalkan.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dengan studi dokumentasi penulis akan mencari informasi mengenai perilaku demokratis siswa SMK Rumpun Teknik dan Rumpun Non Teknik di Kabupaten Bandung.


(51)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk visualisasi berupa bagan atau tabel prosentase dari jawaban responden terhadap indikator permasalahan. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, selanjutnya digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Teknik normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Chi Kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

χ =2

(

)

fe fe

fo 2

Dimana : χ 2

= Harga kuadrat chi yang dicari

fo = frekuensi yang tampak dari hasil penelitian fe = frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian adalah tolak model distribusi normal jika (1 )( 2 1)

2 2

− − −

k

hit χ α

χ dimana K adalah banyak kelas interval setelah semua kelas interval memiliki fo kurang dari lima digabungkan dengan kelas interval lainnya yang terdekat.


(52)

2. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis pertama yaitu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknik berpengaruh positif terhadap perilaku demokratis siswa dan hipotesis kedua yaitu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Non Teknik berpengaruh positif terhadap perilaku demokratis siswa masing-masing dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi sederhana. Sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan, maka dalam pengujiannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung koefisien korelasi product moment

Yaitu suatu teknik pengujian hipotesis untuk menyatakan derajat tingkat hubungan antar variabel penelitian, yaitu hubungan antara variabel x1 dengan y, dan x2 dengan y, serta x1 dengan x2. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

r

( )(

)

( )

[

]

[

(

)

]

− − − = 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 y y n x x n y x y x n xy (Sugiyono 2008:183)

Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dalam penelitian ini digunakan uji dua pihak yaitu uji signifikan korelasi Product moment dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:

t = 2 1 2 r n r − − (Sugiyono 2008:187)


(53)

Keterangan :

t = uji dua pihak korelasi product moment r = koefisien korelasi product moment n = ukuran atau jumlah sampel

Sedangkan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel penelitian, digunakan pedoman interprestasi sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat (Sumber: Sugiyono, 2008:184)

b. Menghitung regresi sederhana

Yaitu suatu teknik analisis untuk melakukan prediksi seberapa jauh nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas dirubah, dengan rumus:

Y = a + bX (Sugiyono:188) Keterangan:

Y = Nilai yang diprediksikan b = Koefisien regresi


(54)

dimana:

a =

(

)

(

)

(

(

)(

)

)

− − 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 x x n y x x x y

b =

(

(

)(

)

)

− − 2 1 2 1 1 1 1 1 1 x x n y x x y x n keterangan :

y : nilai variabel Y yang akan diramalkan x : nilai variabel X

a : perpotongan garis regresi nilai Y bila nilai X = 0

b : koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y bila terjadi perubahan pada X

n : jumlah sampel

: jumlah dari

c. Menghitung koefisien determinasi

Yaitu suatu teknik pengujian hipotesis yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi hubungan antara variabel penelitian, yaitu variabel X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, dan X1 terhadap X2. Adapun, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Cd = r2 X 100% (Sugiyono, 1997)


(55)

Keterangan:

cd : koefisien determinasi r : nilai koefisien korelasi

Selanjutnya, untuk menguji hipotesis yang diajukan, yaitu seberapa besar pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y digunakan rumus:

Ryx =

(

1

)

(

1

)

/

2 2

− −

R n k

k R

(Sugiyono, 1997) Keterangan:

R : Koefisien korelasi ganda k : Jumlah variabel independen n : Jumlah anggota sampel


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M. (1999). Demokrasi Di Persimpangan Makna. Yogyakarta: Yayasan Adikarya dan The Ford Foundation.

Affandi, Idrus. (2005). Pendidikan Demokrasi dalam Konteks Pembangunan Masyarakat Madani; Tinjauan Sosial Kultural, Bandung: National Seminar Civic Education.

Al Mukhtar, Suwarma, (1991), Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : PPS IKIP Bandung (unpublished).

___________, (2000), Epistimologi Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Branson, M. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika.

Yogyakarta:LKIS

Bertens, K., (1993), Etika. Jakarta : Gramedia Jakarta Utama.

Budimansyah, Dasim, Dr,. M.si., Suryadi, Karim, Dr,. M.si., (2008) Pkn dan Masyarakat Multikultural. Bandung, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Budiardjo, M. (1988). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

Brown, B. Frank. (1977), Education for Responsible Citizenship. Mc Graw-Hill Book Company, New York.

Blocher, Donald H., (1974), Developmental Counseling. John Wiley & Sons, New York.

CICED. (1999). Democratic Citizens in a Civic Society : Report of the Conference on Civic Education for Civic Society, Bandung: CICED.

Creswell, J.W. (1994) Research Design Qualitative & Quantitative Approach, London: Publications


(2)

Departemen Pendidikan Nasional, (2003), Kurikulim Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan (Citizenship) Untuk Kelas 0-XII, Jakarta : Depdiknas BPPPK.

Djahiri, Achmad Kosasih. (2002). PKN sebagai Strategi Pendidikan Demokrasi di Sekolah, Jurnal CIVICUS, V.1 No.2 : 90-97.

___________, (1971).Ilmu Politika. Bandung: PD Parmaco

___________, (1996). Menelusuri Dunia Afektif-Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung : Lab. Pengajaran PMP IKIP.

___________, (1995). Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Nilai-Morar PVCT. Bandung : Laboratorium Pengajaran PMPKn IKIP.

___________, (1985), Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games VCT. Bandung : LPPP-IPS, FKIS IKIP Bandung.

Djamarah, S.B. & Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Putra.

Gandal.M., Finn, Jr. C.E. (1992) Freedom Papers: Teaching Democracy, USA : United States Imformation Agency.

Hamalik, Oemar (2000), Model-model Pengemangan Kurikulum, Bandung; Program Pasca Sarjana UPI.

Havighurst. (1961). Human Development & Education. New York: David Mckay Co.

Ibrahim, M.Sc. (1988). Inovasi Pendidikan, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Kamal, Thariq, Dr. (2008). Psikologi : Perbedaan Pandangan Laki-laki dan

Perempuan. Jakarta.

Kartono, Kartini, (2006). Psikologi Wanita I (Mengenal Remaja & Wanita Remaja), Bandung, Mandar Maju.

Kerr, D. (1999). Citizenship Education: An International Compariso. London: Britain.

Krech, D., et al. (1982), Individual in Society. Mc Graw-Hill International Book Company, Tokyo.


(3)

Magnis, Suseno Franz. (1987). Etika Dasar : Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.Yogyakarta : Kanisius.

Mahendra, A.A.O. (1996). Menguak Masalah Hukum, Demokrasi, dan Pertahanan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Manan, B. (1996). Kedaulatan Rakyat, HAM dan Negara Hukum. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Martin, Alfred Von. (1962), Ordnung und Freiheit (Terjemahan Belanda). Marka Boeken, Het Spektrum, Utrecht – Antwerpen.

Nana Sudjana, Ibrahim. (1989), Penelitian dan Penilaian dalam Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Nasution, S. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: YAPEMDO

Riyanto, Astim (2003). Proses Belajar Mengajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: YAPEMDO

Rogers, Carl R. (1961) On Becoming Person. Houghton Mifflin Company, Boston.

Ruindungan, M.,G., (1984). Pengaruh Kehidupan di dalam Keluarga terhadap Masalah Perkembangan Kepribadian Remaja. Tesis, FPS – IKIP Bandung.

Sanusi, A. (1998). Memberdayakan Masyarakat Dalam Pelaksanaan 10 Pilar Demokrasi, Makalah, Semlok Bersama Laboratorium PMPKN-PPS-LP IKIP Bandung, FKIP UT-Kanwil Depdikbud Jawa Barat.

Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan; Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung; Laboratorium PKn, FPIPS UPI Bandung.

Sikun Pribadi & Subowo, (1981), Menuju Keluarga Bijaksana, Bab I No. 4 Filsafat dan Pendidikan Umum, Yayasan Sekolah Isteri Bijaksana, Bandung.

Soerjono Soekanto. (1984). Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat. Ghalia Indonesia, Jakarta.


(4)

Sujana, S. (2000), Strategi Pembelajaran, Bandung; Falah Production. Sudjana, D. (2005). Dasar-Dasar Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan,

Bandung,Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: ALFABETA

Somantri, M.N. (2001),Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Remadja Rosdakarya.

____________, (1976), Metode Mengajar Civics, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Supriadi, S.H., M.Hum. (2006). Etika dan Tanggung Jawab, Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta, Sinar Grafika.

Surachmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar-Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Taylor. E Shelley. (2009). Psikologi Sosial : Edisi Dua Belas. Jakarta : Kencana.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2007), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Depdiknas.

Zamroni, (2001), Pendidikan untuk Demokrasi (Tantangan Menuju Civil Society). Yogyakarta : BIGRAF Publishing.

Zururiah, Nurul (2008). Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berperspektif Gender. UPT, Universitas Muhammadiyah Malang. Wahyudin, (2007). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Winataputra, U.S. (2006). Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

___________, (2001), Epistimologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung : Gelar Pustka Mandiri.

__________, (2004) Pendidikan Kewarganegaraan Model Pengembangan Materi dan Pembelajran. Bandung Lab. PKn


(5)

Tesis dan Disertasi

Djunaidi. (2007). Implikasi Pmbalajaran Pensisikan Kewarganegaraan dalam Pembinaan Kesadaran Hah Asasi Manusia. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Yunan, A. (2003). Kajian UUD 1945 sebagai Bahan Pembelajaran PPKn Guna Menumbuhkan Kesadaran Berdemokrasi di Kalangan Siswa SMU. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan

Winataputra, U.S. (2001). Jati Diri PKn Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. Disaertasi Doktor pada PPS UPI (unpublished).

Jurnal

Budimansyah, D. (2007). ”Pendidikan Demokrasi sebagai Konteks Civic Education di Negara Berkembang”. Acta Civicus,Vol.1, No.1, Oktober 2007, pp 11-26.

_____________. (2007). ”Warganegara Multidimensional dalam Perspektif PKn”. PKn Progresif ; Jurnal Pemikiran dan Penelitian Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2,Desember 2007, pp 157-177. _____________. (2008). ”Revitalisasi Pembelajaran PKn melaui Praktik

Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)”, Acta Civicus, Vol 1 No. 2, April 2008, 179-198.

Ibrahim, (2000), Global Dialog Institut (GDI), Deep Dialog/Critical Thinking : Pedoman Pelatihan Untuk Instruktur (TOT) yang disetujui oleh Depdiknas dan Depag.

Winataputra, (2007). Civic Education, Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Pascasarjana, Unversitas Pendidikan Indonesia.

_____________, (2007) Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi: Alternatif Model Pembelajaran Kreatif-Demokratis untuk Pendidikan Kewarganegaraan.[Online]. Tersedia:http://www.depdiknas.go.id. html [4 Desember 2007]

____________, (2006) PKn (Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Disiplin Ilmu : Tantangan Epistimologis dan Implikasi Pedagogis. Bandung: UPI

Wahab, A.A. (2001), Implementasi dan Arah Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia. Jurnal CIVICUS. V.1 No.2; 37-48.


(6)

Wantoro, Tri. (2008), Profil Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi, Jurnal Acta Civicus. V.1 No.2 ; 215-222.

_______, (2009). Perbedaan Otak Laki-laki dan Perempuan. [Online]. Tersedia: http://kaskus.us/showthread.php?t=1301009

Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

____________, 2004, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.


Dokumen yang terkait

MUATAN DAN PENANAMAN KESADARAN BERKONSTITUSI (Studi Kasus Penggunaan Buku Pendidikan Kewarganegaraan Karangan Muatan dan Penanaman Kesadaran Berkonstitusi (Studi Kasus Penggunaan Buku Pendidikan Kewarganegaraan Karangan Dadang Sundawa, dkk di SMP Negeri

0 0 15

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA.

0 1 52

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN DAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH: Study Deskriptif Analitis Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Unggulan Pandeglang Banten.

0 1 56

PENGARUH KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN POLITIK TERHADAP PEMBENTUKAN POLITICAL LITERACY SISWA: Studi Deskriptif Pada Siswa SMA di Kota Bandung.

1 2 40

Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pembinaan Siswa Sebagai Warganegara yang Demokratis (studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMA di Kota Baturaja).

0 0 74

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PENGEMBANGAN KECAKAPAN PARTISIPATORIS PEMILIH PEMULA :Studi Deskriptif Pada Siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

0 3 81

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA - repository UPI T PKN 1006991 Title

0 0 6

A. Pendahuluan - PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MULTIKULTURAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN HUKUM DAN KESADARAN BERKONSTITUSI

0 0 16

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga) - repository

0 0 12