Diskriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul (Studi Hermeneutika Jurgen Habermas Tentang Diskriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul Pupuh 9 Karangan Kyai Kalamwadi Yang di Terjemahkan Oleh Damar Shashangka)

(1)

DISKRIMINASI AGAMA DALAM BUKU DARMAGANDHUL

(Studi Hermeneutika Jurgen Habermas Tentang Diskriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul Pupuh 9 Karangan Kiai Kalamwadi Yang Diterjemahkan Oleh Damar Shashangka)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh

ELVAN MURRYA SAPEBRA NIM. 41809103

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

(4)

DATA RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Elvan Murrya Sapebra

Nama Panggilan : Elvan/Ipan

Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 2 Februari 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Telepon : 085235056747

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Agung Suprijadi

Pekerjaan : Purna INKA/Wiraswasta

Nama Ibu : Wuri Handayani


(5)

Alamat : Jl. Tawang Sakti. No. 15b. RT. 03/06. Kel.

Tawang Rejo. Kec. Katoharjo. Kota Madiun

Motto : 1. Urip mung sedelut dadi ojo digawe susah, kabeh

pasrahno marang Gusthi Allah

2. Pluralisme is my life, menghargai suatu

perbedaan merupakan satu titik mewujudkan

perdamaian

Hoby : Musik, Otomotif


(6)

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1 1996-2003 SDN Madiun Lor 3,6,8 Berijazah

2 2003-2006 SMPK St Yusuf Madiun Berijazah

3 2006-2009 SMAK St Bonaventura Madiun

Berijazah

4 2009-Sekarang Universitas Komputer Indonesia

PENDIDIKAN NON FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1 2008 Esterelas Music School -

PENGALAMAN ORGANISASI

No Tahun Uraian Keterangan

1 2003 Merpati Putih -

2 2004-Sekarang Ikatan Keluarga Silat Putra

Indonesia “IKS PI Kera Sakti”


(7)

PRESTASI

No Tahun Uraian Keterangan

1 2005 Festival Musik Black

Cappuccino Corner

Bersertifikat

2 2005 Festival Musik Lawuni

Enterprisel

Bersertifikat

3 2013 Kejurnas IKS PI Cup Bersertifikat

4 2013 Penulis Terpilih “Dialog 100” Bersertifikat

PENGALAMAN KEGIATAN

No Tahun Uraian Keterangan

1 2004 IKS PI Kera Sakti Cabang Madiun

-

2 2008 Teater dalam Natalan di GPPS Kristus Ajaib

-

3 2012 Ketua Panitia Natal Kosan Siliwangi Asih

-

4 2013 Pengurus Natalan di Panti Asuhan Karunia Kasih

-

5 2013 IKS PI Kera Sakti Cabang Bandung


(8)

SEMINAR DAN PELATIHAN

No Tahun Uraian Keterangan

1 2009 Pembuatan Program TV Bersertifikat

2 2010 Table Manner Course

Banana – Inn Hotel

Bersertifikat

3 2011 Study Tour Media Massa Bersertifikat

4 2011 Creative Vision Seminar Technology Update 2011

Bersertifikat

5 2012 Seminar Nasional Pendidikan Hukum Dan Penegakan

Hukum

Bersertifikat

6 2012 Workshop Sinematografi Bersertifikat

7 2012 Seminar Akhir Tahun “Politik Demokrasi Menuju Pilgub

Jabar 2013”

Bersertifikat

8 2013 Pelatihan Membuat Toko

Online

Bersertifikat

9 2013 Travel Journalism Bersertifikat

10 2014 Kuliah Umum “Wawasan

Kebangsaan dan

Entrepreneurship Pemuda”


(9)

PENGALAMAN KERJA

No Tahun Uraian Keterangan

1 2012 Guru Les Bass -

2 2012 Band Pengisi Acara Ngebuk (Ngenteni Buko) di

Aloon-aloon Madiun untuk Memperinganti Bulan Puasa

-

3 2013 Praktek Kerja di Jtv Madiun Bersertifikat

KEAHLIAN/BAKAT

No Uraian

1 Musik


(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.2.1 Rumusan Masalah Makro... 8

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 9


(11)

1.4.2 Kegunaan Penelitian Praktis... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

2.1Tinjauan Pustaka ... 12

2.1.1 Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu ... 12

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 15

2.1.2.1Pengertian Komunikasi ... 15

2.1.2.2Komponen-Komponen Komunikasi ... 17

2.1.2.3Tujuan Komunikasi ... 17

2.1.2.4Ruang Lingkup Komunikasi... 18

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa... 21

2.1.3.1Pengertian Komunikasi Massa ... 21

2.1.3.2Fungsi Komunikasi Massa ... 22

2.1.3.3Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 23

2.1.4 Tinjauan Tentang Buku ... 24

2.1.4.1Pengertian Buku ... 24

2.1.4.2Jenis-jenis Buku... 25

2.1.5 Pengertian Pupuh ... 27

2.1.6 Pengertian Serat ... 27

2.1.7 Tinjauan Tentang Diskriminasi ... 27

2.1.8 Tinjaun Tentang Agama... 28

2.1.8.1Pengertian Agama ... 28

2.1.8.2Pengertian Agama Secara Etismologi ... 28


(12)

2.1.9 Sejarahan Hermeneutik dan Hermeneutika Jurgen Habermas 29

2.1.9.1Sejarah Hermeneutika ... 29

2.1.9.2Hermeneutika Jurgen Habermas... 31

2.2 Kerangka Pemikiran ... 34

2.2.2 Kerangka Pemikiran teoritis... 34

2.2.3 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 36

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 39

3.1Objek Penelitian ... 39

3.1.1 Buku Darmagandhul ... 40

3.1.2 Sinopsis Buku ... 40

3.1.3 Profil Damar Shashangka ... 45

3.2Metode Penelitian ... 46

3.2.1 Desain Penelitian ... 47

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.2.2.1Studi Pustaka ... 50

3.2.2.2Dokumentasi ... 50

3.2.2.3Penelusuran Data Komplementer Atau Data Online ... 50

3.2.3 Studi Lapangan ... 51

3.2.3.1 Wawancara ... 51

3.2.4 Teknik Penentuan Informan ... 51

3.2.5 Teknik Analisis Data... 52

3.2.6 Uji Keabsahan Data ... 53


(13)

3.2.6.2Mengingkatkan Ketekunan atau Keajegan Pengamatan . 53

3.3Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 54

3.3.2 Waktu Penelitian ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Identitas Informan ... 59

4.2 Dikriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul Ditinjau Dari Refleksi Bahasa ... 63

4.3 Diskriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul Ditinjau Dari Refleksi Tindakan ... 73

4.4 Diskriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul Ditinjau Dari Reflesi Pengalaman ... 81

4.5 Pembahasan ... 86

BAB V PENUTUP ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 98


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Raja-raja Majapahit ... 5

Tabel 2.2 : Penulisan Terdahulu... 13

Tabel 3.3 : Informan Penelitian ... 52

Tabel 3.4 : Waktu dan Kegiatan Penelitian ... 53


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Penulisan ... 38

Gambar 3.2 : Gambar Buku Darmagandhul ... 45

Gambar 4.3 : Foto Informan... 59


(16)

95 Buku:

Agristha, Agus, 2012. Melawan Vonis Mati. Semarang: Dahara Prize

Ardianto, Elvinaro, dan, Q-Anees, Bambang. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Bungin, M Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Effendy. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Effendy. 2009. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS (Center For Academic Publishing Servis)

Fiske, Jhon. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers

Ghony, Djunaidi, M, dkk. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR Ruzz Media

Hardiman, Budi, F. 2009. Kritik Ideologi. Yogyakarta: Kanisius

Meleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyono, Edi. 2002. Belajar Hermeneutika, Dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies. Yogyakarta: IRCiSoD

Palmer. 2003. Hermeneutika, Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Poespoprodjo, W. 2004. Hermeneutika. Bandung: CV Pustaka Setia

Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hemeneutika, Antara Intensionalisme dan Gadamerian. Jakarta: AR-Ruzz Media

Ricoeur, Paul. 2006. Hermeneutika Ilmu Sosial. Bantul, Yogyakarta: Kreasi Wacana


(17)

Shashangka, Damar. 2012. Darmagandhul, Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-ajaran Rahasia. Jakarta: Dolphin

Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Soehino. 2013. HAM, Perkembangan Pengaturan dan Pelaksanaan HAM di Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Skripsi:

Abdullah, 2009. Analisis Hermeneutika Teks Pidato Bung Karno 17 Agustus Tahun (1945-1950) Persepktif Psikologi Persuasi. Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Malang

Andanasari, Sarah. 2012. Interpretasi puisi “AKU” karya Chairil anwar (studi kualitatif dengan pendekatan hermeneutika mengenai Interpretasi puisi

“aku” karya chairil anwar dalam Buku aku ini binatang jalang). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Unversitas Komputer Indonesia

Mustikawati, Citra. 2012. Emansipasi Wanita Dalam Pemikiran R.A. Kartini (Studi Hermeneutika Makna Emansipasi Wanita dalamBuku Habis Gelap Terbitlah Terang). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Unversitas Komputer Indonesia


(18)

Internet Shearching:

http://bintangbinfa.wordpress.com/2013/12/13/sejarah-awal-agama-islam-masuk ke-tanah-jawa/ (diakses tanggal 21 Februari 2014, 15:57)

http://cibengnews.blogspot.com/2012/11/paradigma-kritis-dan-marxisme.html (diakses tanggal 19 Februari 2014, 00:30)

http://glosarium.org/arti/?k=diskriminasi (diakses tanggal 18 Februari 2014, 00:47)


(19)

vi

bahwasanya atas rahmat, berkah dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Adapun tersusunnya skripsi ini sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh guna menyelesaikan Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Penulisan skripsi juga bermaksud untuk memberi sedikit pengetahuan kepada kerabat dan teman-teman, sehingga teman-teman dan kerabat penulis menjadi tahu dan atau mungkin lebih tahu.

Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua, dosen yang telah membimbing dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan serta semangat untuk menyelesaikan skripsi.

Serta dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Yang terhormat, Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia ( UNIKOM) yang memberikan pengesahan pada skripsi ini. 2. Yang terhormat, Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua

Program Studi Ilmu Komunikasi dan yang telah memberikan pengesahan pada skripsi ini.


(20)

3. Yang terhormat, Bapak Olih Solihin, S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan arahan, serta motivasi kepada penulis.

4. Yang terhormat, Bapak Sangra Juliano P, M.I.Kom Selaku dosen wali yang telah memberi masukan kepada penulis.

5. Yang terhormat, Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan Ilmu, Pengetahuan serta Wawasan kepada kami.

6. Yang tersayang kaka saya Daniel Atama ZR. ST atas dukunganya dan doanya.

7. Kepada Ribka Atiti Wijayanti, saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya karena telah menyemangati dan mendoakan saya serta memberikan motivasi kepada saya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa saya mampu dan tidak dipandang sebelah mata oleh semua orang.

8. Buat teman saya Arif Firmansyah, Ahmad Aulia, Dionisa Suhartono, Dethi Rosma Sari, Danna Chintya, Dita Ayu Anandas, Anna Magdalena, Oki Ridwan, Ega Perdana Yusuf, Rio Eka Kusuma, Ragil Wisnu, Ryan Gryadi, Yudha Maulana, Rio Rahadian Tuasikal, Dadang Rukmana, Cindy Mega Jingga, Ari Hidayat, Cikia Adelwin Zendrato dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih telah membantu saya dan memberi semangat serta motivasi kepada saya.


(21)

9. Saya ucapkan terima kasih kepada semua yang berada di Kosan Siliwangi Asih baik itu Ibu Louise Tenue, Bapak Matius, Ibu Ami, Bang Andi, Simon, Frans, Ivan, Ezra, Octa, Janrico, Vani, Osvaldo, Dela, Yosef, Nicolas, Allan, Sapto, Ratna, Nia, Christin, Neni, Adhi, Melisa, Fajar, Marihot, Jefry, Tedy, Jimmy, Seismika, Winda, Rezky, Rio, Rere, Riko, Ganda, Rina, Ari, Riky, Nelwan, Jovi, Indah, saya bakalan kangen dan rindu kepada kalian semua. 10.Teman-teman di Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2009 -

2010 khususnya IK-3 dan IK-Junalistik 1, yang telah membantu penulis, terima kasih atas bantuannya.

11.Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya dibalas oleh Tuhan YME.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga usulan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

Bandung, 7 Agustus 2014 Peneliti

Elvan Murrya Sapebra NIM:41809103


(22)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Buku adalah jendela segala ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku, kita akan memperoleh banyak wawasan dan pengetahuan. Banyak orang-orang yang memiliki ilmu membagi wawasan yang dikuasainya dengan menuliskan pemahamannya di berbagai media, salah satunya dalam bentuk buku. Kita pun bisa mengambil pelajaran penting dari apa yang telah dituliskan di dalam buku itu karena buku banyak memberikan inspirasi bagi kita semua. Buku bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu buku fiksi dan buku non-fiksi. Buku fiksi berisikan tentang kejadian atau cerita yang tidak nyata dan buku fiksi bisa dibilang rekayasa, sedangkan buku non-fiksi merupakan buku yang berisi tentang kejadian nyata yang dialami oleh seseorang atau kisah nyata dari penulis itu sendiri.

Salah satu buku yang menarik untuk diteliti oleh peneliti yaitu buku yang berjudul Darmagandhul, buku ini berisi sebuah serat (tulisan) yang ditulis oleh Kiai Kalamwadi dan diterjemahkan oleh Damar Shashangkan. Darmagandhul ini merupakan sebuah buku fiksi karena didalam ceritanya terjadi dialog antara dua alam yaitu dialog antara sunan Benang dan Butalocaya yang merupakan jin penghuni kaki Gunung Wilis, (Damar Shashangka, 2012:21-31).

Peneliti memfokuskan penelitian pada pupuh 9 dalam buku Darmagandhul, dimana di dalamnya terdapat unsur-unsur diskriminasi yang mengunakan perlambangan-perlambangan untuk mendiskriminasikan agama Islam. bentuk


(23)

diskriminasi yang ditampilkan dengan menggunakan perlambangan-perlambangan yang ditunjakan kepada para sunan, ketika melakukan penyebaran agama Islam di tanah Jawa.

Kenapa peneliti menganggap buku ini sebuah buku fiksi karena dalam ilmu pengetahuan harus ada data yang mutlak dan ada wujud kebenarannya yang bisa dipertanggung jawabkan serta dialog dengan dua alam apakah bisa dimasuk kedalam ilmu pengetahuan, ibaratnya ilmu metafisik hingga saat ini masih belum bisa dimasukkan kedalam ilmu pengetahuan karena ilmu metafisik merupakan sebuah ilmu yang tidak bisa dikaji dengan ilmu fisika, banyak orang yang berusaha merumuskan tentang metafisik salah satunya di dalam buku yang

berjudul “Melawan Vonis Mati Dengan Penyembuhan Bionik” yang mengatakan

fenomena metafisik adalah fenomena alam yang dianggap ajaib atau gaib. Juga disebut mukjizat, mengapa dianggap ajaib, karena tidak ada sains yang bisa menjelaskan, mengapa dianggap gaib, karena proses-prosesnya tidak kelihatan dan mengapa dianggap mukjizat, karena dianggap sebagai kekuatan yang berasal dari Tuhan. (Agus, 2012:49).

Buku Darmagandhul juga berisikan misteri tentang kehancuran tanah Jawa khususnya Majapahit oleh serangan dari Demak yang dipimpin oleh Raden Patah, putra kandung yang berkuasa atas tanah Jawa, atas prakasa para sunan (Sunan Benang, dan Sunan Giri). Serangan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan untuk menggantikan pemerintahan Majapahit yang mereka anggap kafir dengan pemerintahan Islam dan buku Darmagandhul juga berisikan tentang awal mula kenapa masyarakat Jawa meninggalkan agama Budha dan memeluk agama Islam


(24)

serta sebagian besar buku Darmagandhul berisikan tentang diskriminasi, diskriminasi yang ada didalam buku Darmagandhul ini adalah diskriminasi agama dan menyudutkan sunan saat penyebaran agama Islam di tanah Jawa.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 1990 tentang hak asasi manusia, pasal 1 ayat 3 mengatakan diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung maupun tidak langsung pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar kehidupan baik individul maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya. (Soehino, 2013:77)

Serta buku ini sangat mengandung unsur untuk mengadu domba kerukunan umat beragama karena pada waktu itu secara tidak langsung ingin mengadu dombakan antara agama Islam dengan agama Budha bahkan buku Darmagandhul juga membuat empati para pembaca buku ini karena anak dari Prabu Brawijaya V tega menghancurkan kerajaan Majapahit yang merupakan daerah kekuasaan orang tuanya sendiri.

Berbicara tentang agama dikaitkan dengan hancurnya tanah jawa dan Majapahit sejak dulu memang tidak ada habisnya karena sejarah tentang hancurnya Majapahit merupakan suatu hal yang perlu dikaji dengan teliti karena sumber-sumber mengenai kehancuran tersebut sudah banyak versinya dan banyak ditutup-tutupi, sejarah harus dikupas tuntas karena sejarah yang ada di Indonesia


(25)

khususnya tentang kehancuran Majapahit harus diteliti dengan cerdas serta cermat karena sejarah yang ada saat ini bisa dibilang rekayasa dan kebenarannya perlu dipertanggung jawabkan, apakah sejarah itu sudah benar atau hanya karangan orang-orang tertentu agar tidak menimbulkan konflik sosial, Prabu Brawijaya sendiri menitipkan sebuah surat kepada Sunan Kalijaga yang berisikan untuk menerima kehancuran Majapahit serta jangan saling berebut takhta, semua ini sudah menjadi kehendak yang Mahasuci. Jangan saling memerangi, sebab itu hanya akan membuat kerusakan semata. Sayangkanlah kerusakan dan kerugian yang akan diderita oleh para pengikut. Sepeninggalku, rukunlah dengan saudara. Siapa saja yang memulai berbuat jahat, aku benar-benar memohon kepada yang Mahakuasa, agar ia kalah dalam perang. (Damar Shashangka, 2012:104).

Dari isi surat Prabu Brawijaya tersebut, Prabu Brawijaya sangat menginginkan kerukunan dan tidak usah mengungkit-ungkit masa lalu yang sudah terjadi karena Prabu Brawijaya sudah iklas menerima kekalahan Majapahit oleh anaknya sendiri serta Prabu Brawijaya juga melarang untuk berbuat jahat terhadap sesama karena hanya menimbulkan konflik yang tidak berkesudahan sehingga membuat kerusakan semata saja dan banyak menelan korban.

Kerajaan Majapahit berdiri abad Xlll-XIV atau tahun 1293-1518 M oleh Raden Wijaya dan mengalami masa kejayaan terutama pada masa pemerintahan Hayam Wuruk sekitar tahun 1350-an hingga tahun 1389 M dengan Patih Gajah Mada melalui sumpah palapa. Kurun waktu 202 tahun atau dua abad lebih kerajaan majapahit mampu menguasai wilayah nusantara hingga semenanjung Malaya membuat kerajaan Majapahit sebagai kerajaan terbesar di nusantara. Kini


(26)

pasca keruntuhan kerajaan majapahit lebih kurang lima abad yang lalu masih dapat dilihat sisa-sisa kejayaan Majapahit yang mencapai puluhan bahkan ratusan yang tersebar dikawasan Mojokerto dan sekitarnya. Berikut ini nama-nama raja, gelar serta tahun dimana raja yang berkuasa menjadi raja di Majapahit.

Tabel 1.1 Raja-raja Majapahit

Nama Raja Gelar Tahun

Raden Wijaya Kertarjasa

Jayawardhana

1293-1309

Kalagamet Sri Jayanegara 1903-1328

Sri Gitarja Tribhuwarna

Wijayatunggadewi

1328-1350

Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350-1389

Wikramawardhana 1389-1429

Suhita 1429-1447

Kertawijaya Brawijaya I 1447-1451

Rajasawardhana Brawijaya II 1451-1453

Purwawisesa atau Girishawardhana

Brawijaya III 1456-1466

Bhre Pandanalas atau Suraprabhawa

Brawijaya IV 1466-1468


(27)

Girindrawardhana Brawijaya VI 1478-1498

Hudhara Brawijaya VII 1498-1518

Sumber: Peneliti 2014

Semenjak terbit pertama kali dalam bahasa Jawa, Darmagandhul telah menuai kontroversi dan polemik tak berkesudahan di tanah air selama ratusan tahun. Buku ini bagaikan pisau bermata dua, yang pertama dicintai oleh kaum Kejawen dan Islam Abangan (kelompok muslim yang hidupnya masih banyak dikuasi oleh tradisi Jawa pra-Islam), namun dibenci oleh Islam radikal (kelompok muslim yang memahami Islam secara mendasar dan ingin mengaplikasikan aturan-aturan Islam kedalam setiap sendi kehidupannya).

Dalam buku ini bisa kita lihat dari penulis pertama kali yang tidak berani menyebutkan identitas aslinya namun lebih menggunakan nama Kiai Kalamwadi,

Kalamwadi sendiri memiliki makna “ucapan yang dirahasiakan” jadi kita bisa

menarik kesimpulan kalau penulis ini memiliki maksud dan tujuan dalam tulisannya. Serta penulis buku ini dianggap mendiskriminasikan agama Islam dan agama Budha, di buku ini juga dijelaskan bahwa saat penyebarannya agama Islam mengunakan kekerasan dan ambisi para sunan untuk mengadu dombakan antara Majapahit dengan Demak, guna mengganti sistem pemerintahan Majapahit yang pada awalnya menerapkan sistem pemerintahan yang berlatar belakang ajaran Budha dengan sistem pemerintahan yang berlandaskan agama Islam serta pandangan para sunan tentang agama Budha yang dianggapnya kafir.


(28)

Jauh sebelum Islam masuk ke daerah tanah Jawa, mayoritas masyarakat di tanah Jawa menganut kepercayaan animisme (kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan spiritual). Selain menganut kepercayaan tersebut masyarakat Jawa terlebih dahulu dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha yang berasal dari India. Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemudian Islam mulai masuk ke Jawa melewati Gujarat dan Persia dan ada yang berpendapat langsung dibawa oleh orang Arab, terutama pedagang dari Timur Tengah.

Dengan munculnya buku Darmagandhul kita digiring untuk menelusuri sejarah tentang kehancuran Majapahit, untuk dapat memahaminya tidak hanya diperlukan suatu pengertian dan pemahaman yang cukup akan bahasa yang disediakan di dalam teks, akan tetapi juga harus mampu mencari makna dibalik teks tersebut sehingga memunculkan persepsi, baik persepsi yang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh penulis atau persepsi pembaca terhadap buku tersebut, karena buku Darmagandhul ini dianggap sebagai buku yang sarat akan kontroversi dan cenderung mendiskriminasikan agama.

Dari uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian terhadap salah satu buku fiksi yang bergenrekan sejarah hancurnya tanah Jawa dan kehancuran Majapahit, dengan pertimbangan buku ini sebagian besar berisikan tentang masalah yang kekinian dalam arti jika masalah ini apabila dibicarakan dari waktu ke waktu tidak akan pernah ada matinya yakni masalah diskriminasi dan masalah ini sudah sangat tidak asing lagi dalam benak masyarakat bahwa diskriminasi


(29)

selalu memicu konflik sosial, dan penulis dalam penelitian ini menggunakan teori hemeneutika Jurgen Habermas.

Hermeneutika dalam bahasa Inggrisnya adalah Hermeneutic secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna dan hermeneutik itu sendiri berasal dari kata kerja Yunani hemeneuien yang memiliki arti menafsirkan, menginterpretasikan atau menerjemahkan. Tugas pokok hermeneutika adalah bagaimana menafsirkan sebuah teks klasik atau teks yang asing sama sekali menjadi milik kita yang hidup di jaman, tempat dan suasana kultural yang berbeda. Dengan kata lain, hermeneutika berusaha menemukan gambaran dari sebuah makna yang benar yang terjadi dalam sejarah serta dihadirkan pada kita dalam sebuah teks. Menurut hermeneutika Jurgen Habermas, pemahaman didahului oleh kepentingan. Hermeneutika tidak lagi bertugas menyingkap makna objektif yang dikehendaki pengarangnya melainkan untuk memproduksi makna yang sesuai dengan konteks pembacanya. Karena untuk dapat memahami dengan benar makna diskriminasi agama ini perlu diinterpretasi dengan hermeneutika kritis Habermas.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut,

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan urain latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengarahkan rumusan masalah penelitian, yaitu Bagaimana Makna Diskriminasi Agama dalam Buku Darmagandhul?


(30)

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah makro di atas, peneliti menyiapkan rumusan mikro dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Diskriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul Ditinjau Dari Refleksi Bahasa?

2. Bagaimana Diskriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul Ditinjau Dari Refleksi Tindakan?

3. Bagaimana Diskriminasi Agama Dalam Buku Darmagandhul Ditinjau Dari Refleksi Pengalaman?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui diskriminasi agama dalam buku darmagandhul ditinjau dari refleksi bahasa.

2. Untuk mengetahui diskriminasi agama dalam buku darmagandhul ditinjau dari refleksi tindakan.

3. Untuk mengetahui diskriminasi agama dalam buku darmagandhul ditinjau dari refleksi pengalaman.


(31)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi universitas sebagai tambahan pengembangan ilmiah terutama bagi ilmu komunikasi khususnya mengenai hermeneutika. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil-hasil dari penelitian komunikasi yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan kajian hermeneutika Jurgen Habermas.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, antara lain:

A. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam menafsirkan sebuah teks, khususnya pada teks menggunakan kajian hermeneutika Jurgen Habermas dengan memahami makna diskriminasi agama dalam buku darmagandhul karangan Kiai Kalamwadi yang diterjemahkan oleh Damar Shashangka.

B. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan berguna bagi mahasiwa Universitas Komputer Indonesia secara umum dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khususnya dan selain itu dapat menjadi literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dibidang


(32)

kajian yang sama tentang diskriminasi agama dalam buku darmagandhul.

C. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat, agar masyarakat dapat memahami dengan benar makna diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul.


(33)

12 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu

Dalam tinjuan pustaka ini, peneliti mencoba mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian serta peneliti mencoba merelevansi dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding dalam menyusun skripsi ini sehingga dapat lebih memadai. Penelitian ini termasuk penelitian analisis tekstual dengan pendekatkan studi hermeneutika. Untuk mengembangan pengetahuan, peneliti akan terlebih dahulu menelaah penelitian mengenai hermeneutika. Penelaahan ini perlu dilakukan karena suatu teori atau model pengetahuan biasanya akan diilhami oleh teori dan model yang sebelumnya, dengan menelaah pada penulisan terdahulu sangat berguna untuk memberikan gambaran awal mengenai kajian terikat dengan masalah dalam penulisan ini. Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka pada hasil penelitian terdahulu, ditemukan beberapa penelitian tentang hermeneutika yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu mengenai hermeneutika:


(34)

Tabel 2.2 Penulisan Terdahulu No Judul Penulisan Kampus Nama Penulis Metode yang

Digunakan

Hasil Penelitian

1 Emansipasi Wanita Dalam Pemikiran R.A. Kartini (Studi Hermeneutika Makna Emansipasi Wanita dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang) Unversitas Komputer Indonesia, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia Citra Mustikawati Kualitatif Studi Hermeneutika

Penelitian ini memaknai emansipasi wanita dalam

pemikiran Kartini yang diungkapkan dalam buku

Habis Gelap Terbitlah Terang. Dengan

menggunakan hemeneutika Jurgen

Habermas

2 Interpretasi puisi

“AKU” karya Chairil anwar (studi kualitatif dengan pendekatan Unversitas Komputer Indonesia, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Sarah Andanasari Kualitatif Studi Hermeneutika

Penelitian ini untuk mengetahui mengetahui

makna puisi “Aku” karya

Chairil Anwar dalam buku Aku Ini Binatang Jalang.

Dengan menggunakan analisis hermeneutika Paul


(35)

hermeneutika mengenai Interpretasi puisi “aku” karya chairil anwar dalam Buku aku ini binatang jalang) Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Komputer Indonesia

Recouer. si pembacanya. Sesuai dengan yang sebut

Paul Recoure.

3 Analisis Hermeneutika

Teks Pidato Bung Karno 17

Agustus Tahun (1945-1950) Perspektif Psikologi Persuasi Universitas Islam Negeri Malang Fakultas Psikologi

Abdullah Kualitatif Studi Hermeneutika

Penelitian ini untuk menafsirkan sebuah teks pidato Bung Karno yang

memberi inspirasi, membangkitkan emosi, semangat, rela berkorban,

dan rasa cinta pada tanah air serta menafsirkan teks

pidato yang bersifat persuasif pada psikologi

pembacanya.


(36)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu dari aktifitas manusia namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti, saling berbicara satu sama lain, penyebaran informasi dan masih banyak lagi. Ilmu komunikasi merupakan salah satu ilmu sosial terapan dan bukan termasuk ilmu sosial murni karena ilmu sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindakan dan perilaku manusia, sedangkan perilaku dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan maupun perkembangan jaman.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Dari buku Ilmu Komunikasi karangan Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy., M.A., istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berati sama. Sama di sini memiliki maksud yaitu sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunitatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.


(37)

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi Hovland ini menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the proses to modify the behavior of other individuals.

Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan diantara manusia. Seorang komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda yaitu proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi.

Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito dalam Effendy sebagai:

“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni menyampaikan dan

menerima pesan, yang mendapatkan distorsi dan gangguan-gangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen sebagai berikut: konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding, penerimaan atau proses decoding, arus balik, dan efek.

Unsur-unsur tersebut paling esensial dalam setiap pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini dapat kita namakan kesemestaan komunikasi,


(38)

unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intrapersona, antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antar

budaya.” (Effendy, 2005:5)

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara mereka.

2.1.2.2 Komponen-komponen Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang didalamnya terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy (2005:6), ruang lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari:

1. Komunikator 2. Pesan 3. Media 4. Komunikan 5. Efek

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang melakukan aktifitas komunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan


(39)

memahami maksud makna pesan yang disampaikan, serta diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu:

a. perubahan sikap b. perubahan pendapat c. perubahan perilaku

d. perubahan sosial (Effendy, 2006:8) 2.1.2.4 Ruang Lingkup Komunikasi

Dalam buku “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” karangan Prof. Drs.

Onong Uchjana Effendy., M.A (2003:52), ilmu komunikasi yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkupnya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan aspek-aspek komunikasi ke dalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya.

A. Bidang Komunikasi

Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lain terdapat perbedaaan yang khas, dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya, komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

1) komunikasi sosial 2) komunikasi organisasi


(40)

3) komunikasi bisnis 4) komunikasi politik 5) komunikasi internasional 6) komunikasi antar budaya 7) komunikasi pembangunan 8) komunikasi tradisional

B. Sifat Komunikasi ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1. komunikasi verbal a. komunikasi lisan b. komunikasi tulisan 2. komunikasi non verbal

a. gestural b. gambar 3. tatap muka 4. bermedia C. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apabila satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi Pribadi


(41)

2. komunikasi antarpribadi b. Komunikasi Kelompok

1. komunikasi kelompok kecil 2. komunikasi kelompok besar c. Komunikasi Massa

1. komunikasi media massa cetak 2. komunikasi media massa elektronik D. Fungsi Komunikasi

Fungsi Komunikasi antara lain: a. Menginformasikan b. Mendidik

c. Menghibur

d. Mempengaruhi (Effendy, 2003:55) E. Teknik Komunikasi

Teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi: a. Komunikasi informastif

b. Persuasif c. Pervasif d. Koersif e. Instruktif


(42)

F. Metode Komunikasi

Metode komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan yang teroganisaasi sebagai berikut:

1. Jurnalisme

a. Jurnalisme cetak b. Jurnalisme elektronik 2. Hubungan Masyarakat

a. Periklanan b. Propaganda c. Perang urat syaraf

d. Perpustakaan (Effendy, 2003: 56)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Massa

Untuk memberikan batasan tentang komunikasi massa dan setiap bentuk komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Begitu mendengar istilah komunikasi massa, biasanya yang muncul dibenak seseorang adalah bayangan tentang surat kabar, radio, televisi atau film.

Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikasi massa dari berbagai sudut pandang, seperti halnya Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, menjabarkan bahwa komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat


(43)

diterima dan sesaat. (Rahkmat, 1993:77). Berbeda halnya dengan Effendy yang mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada khalayak umum, dan film yang dipertunjukan gedung-gedung bioskop. (Effendy, 2003:79).

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan yang luas yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media yang termasuk media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, film, dan sebagainya.

2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain adalah: 1. Fungsi Informasi

2. Fungsi Pendidikan 3. Fungsi Mempengaruhi 4. Proses Pengembangan Mental 5. Fungsi Adaptasi Lingkungan 6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan

Fungsi informasi dari media massa adalah penyebar informasi yang merupakan suatu kebutuhan pembaca, pendengar atau pemirsa. Fungsi pendidikan dari media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya, karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik, melalui pengajaran


(44)

nilai, etika, serta aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembacanya. Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk, feature, iklan, artikel, dan sebagainya, dimana khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi ataupun surat kabar.

Untuk mengembangkan wawasan kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain, karena melalui komunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi massa, yakni fungsi proses pengembangan mental. Fungsi adaptasi lingkungan adalah setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat control utama dan pengaturan lingkungan.

2.1.3.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Ciri-ciri komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendy. Yaitu: 1. Komunikator pada komunikasi massa melembaga

2. Pesan komunikasi massa bersifat umum

3. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan 4. Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen 5. Komunikasi massa berlangsung satu arah (Effendy, 2000:37)


(45)

Komunikator melakukan komunikasi atas nama organisasi atau institusi, maupun instansi. Mempunyai struktur organisasi garis tanggung jawab tertentu sesuai dengan kebijakan dan peraturan lembaganya. Komunikasi massa menyampaikan pesan yang ditujukan kepada umum, karena mengenai kepentingan umum pula. Maka komunikasi yang ditujukan perorangan atau sekelompok orang tertentu tidak termasuk kedalam komunikasi massa. Komunikasi massa mencapai komunikan dari berbagai golongan, berbagai tingkat pendidikan, usia, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.

Komunikasi melalui media massa dapat dinikmati oleh komunikan yang jumlahnya tidak terbatas dan terpisah secara geografis pada saat yang sama. Komunikasi massa menyebarkan pesan yang menyangkut masalah kepentingan umum. Oleh karenanya, siapapun dapat memanfaatkannya. Komunikan tersebar dan terdiri atas berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Berbeda dengan komunikasi tatap muka, dimana komunikan dapat memberikan respon secara langsung, maka dalam komunikasi massa tidak terdapat arus balik dari komunikasi.

2.1.4 Tinjaun Tentang Buku 2.1.4.1 Pengertian Buku

Menurut Oxfors Dictionari definisi buku adalah hasil karya yang dicetak atau ditulis dengan halaman-halaman yang dijilid pada satu sisi ataupun juga merupakan suatu hasil karya yang ditujukan untuk penerbit. Sedangkan menurut Face Dictionari, buku adalah kumpulan dari suatu tulisan yang kemudian dicetak


(46)

atau berupa halaman-halaman kosong yang dijilid, pada satu sisi dilindungi oleh kertas yang tebal yang melindungi sebagai cover. Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku yang mengandalkan komputer dan internet. 2.1.4.2 Jenis-jenis Buku

Buku sebagai sarana informasi sudah sangat umum diketahui sehingga mencul banyak jenis buku diantaranya adalah

1. Novel, sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif serta biasanya dalam bentuk cerita.

2. Cergam, sebuah cerita bergambar dan menyerupai komik.

3. Komik, suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.

4. Ensiklopedia atau ensiklopedi, sejumlah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.

5. Nomik adalah singkatan dari novel komik.

6. Antologi (kumpulan), sebuah kumpulan dari karya-karya sastra.

7. Dongeng, merupakan suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata sehingga menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan


(47)

pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahkluk lainnya.

8. Biografi adalah kisah hidup tentang seseorang dan biografi yang ditulis sendiri oleh tokohnya dinamakan autobiografi.

9. Catatan harian (jurnal/diary), buku yang berisikan berdasarkan catatan harian.

10.Novelet, cerita tanggung, untuk dikatakan cerpen terlalu panjang dan untuk dikatakan novel terlalu pendek. Jumlah halaman novelet diperkirakan berada diantara 40-50 halaman. Namun, batasan ini sangat relatif, tidak mutlak.

11.Karya ilmiah, suatu laporan penelitian, disertasi, tesis, skripsi, dan sebagainya.

12.Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-quran agar maksudnya lebih mudah dipahami.

13.Kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya.

14.Paduan, disebut juga buku petunjuk, misalnya buku tentang beternak, berkebun, dan sebagainya,

15.Atlas, kumpulan peta yang disatukan dalam bentuk buku.

16.Ilmiah, buku yang disusun berdasarkan kaidah keilmiahan. Misalnya buku yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan disampaikan dalam bahasa ilmiah.


(48)

2.1.5 Pengertian Pupuh

Pupuh berasal dari bahasa Sunda “Pepeuh” yang memiliki arti puisi tradisonal serta memiliki jumlah suku kata dan rima tertentu disetiap barinya.

2.1.6 Pengertian Serat

Serat merupakan sebuah tulisan yang ditulis seseorang dan isi dari serat tersebut sebuah informasi yang ditujukan kepada siapa serat itu dibuat.

2.1.7 Tinjauan Tentang Diskriminasi

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat karena hal ini disebabkan kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan dengan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama, kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi, diskriminasi bisa dibedakan menjadi dua yakni:

1. Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebut karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya.

2. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.


(49)

Menurut kamus bahasa indonesia, diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga (negara) dengan memandang (membedakan) warna kulit. (Sulistyowati, 2005:105)

2.1.8 Tinjauan Tentang Agama 2.1.8.1 Pengertian Agama

2.1.8.1.1 Pengertian Agama Secara Etismologis

Secara etismologis kata agama sering diungkapkan dalam bentuk yang berbeda seperti agama, igaman dan ugama. Kata agama sudah dipakai sejak zaman Kerajaan Kahuripan dibawah pimpinan Raja Erlangga ketika bangsa Indonesia menganut agama Hindu dan Budha. Selanjutnya kata agama berkembang sampai selat Malaka pada zaman kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Hayam Wuruk. Kata agama memiliki pelafalan berbeda di berbagai daerah, mungkin sering terdengar istilah igama yang dipakai di Jawa Barat, sementara di Sumatera Utara dan Malaysia disebut ugama, di Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut agama. Agama berasal dari bahasa Sansekerta, A berarti “Tidak” dan

Gama berarti “Kacau”. Jadi dari pengertian tersebut bisa diartikan kalau agama itu

tidak kacau.

2.1.8.1.2 Pengertian Agama Secara Terminologis

Banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu yang mengartikan agama, diantaranya sebagai berikut:

1. Para ahli antropolog mengartikan agama adalah suatu kepercayaan terhadap benda-benda gaib. Kepercayaan itu berupa ritual yang


(50)

dilakukan oleh orang-orang primitif. Seperti memuja atau menyembah matahari, bulan, raja, pendeta dan lain-lain. Agamapun bisa dianut oleh orang moderen yang berpikiran primitif.

2. Menurut Feurbach, seorang filsuf Jerman yang beraliran materialisme mendefinisikan agama dengan, “man created god after his image”. Agama hanya sebagai lamunan manusia, menurutnya hakikat yang nyata itu berada dalam realitas dan Tuhan tidak ada.

2.1.9 Sejarah Hermeneutika dan Hermeneutik Jurgen Habermas 2.1.9.1 Sejarah Hermeneutika

Secara etismologis, kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, hermeneuein, yang berarti menafsirkan. Kata bendanya adalah hermeneia yang berarti penafsiran atau interpretasi. Sementara kata hermeneutes memiliki arti interpreter atau penafsir. Istilah yang berasal dari bangsa Yunani ini hermeneutik dikaitkan dengan nama dewa Hermes, yaitu seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan-pesan Jupiter kepada umat manusia. Tugas Dewa Hermes adalah menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di Gunung Olympus itu ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia. Dalam pekerjaannya, dewa Hermes tidak hanya sekedar menyampaikan pesan dewa tetapi memahami serta menerjemahkan kemudian menerangkan pesan-pesan tersebut kepada manusia.

Dari tradisi Yunani, hermeneutika berkembang sebagai metodologi penafsiran Bibel yang kemudian dikembangkan oleh para teolog dan filosof Barat sebagai metode penafsiran secara umum dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora.


(51)

Pada abad ke-18 Johann Solomo Semler (1725-1791) memainkan peranan

penting dalam melakukan reapresiasi terhadap “akal manusia”. Semler melakukan

pendekatan radikal terhadap Bibel dan sejarah dogma dengan mengajukan

program hermeneutika dari perspektif “studi kritis sejarah”. Hermeneutika

merupakan sebuah ilmu atau seni menginterpretasikan sebuah teks. Pada

akhirnya, hermeneutika diartikan sebagai “proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti.” (Sumaryono, 1999:24). Sebagai sebuah ilmu,

hermeneutika harus menggunakan cara-cara ilmiah dalam proses pencarian makna, rasional dan dapat diuji. Hermeneutika sebagai seni juga harus menampilkan sesuatu yang baik dan indah mengenai penafsiran.

Hermeneutika menurut Sumaryono dalam buku “Hermeneutik sebuah metode filsafat” menyebutkan hermeneutika seperti cara baru untuk bergaul dengan bahasa. Setiap manusia berpikir melalui bahasa, berbicara dan menulis dengan bahasa. Untuk mengerti dan menginterpretasi sesuatu dengan bahasa.

Bahkan “sebuah karya seni yang tidak menggunakan bahasa, berkomunikasi dengan seni-seni lainnya yang menggunakan bahasa” (Sumaryono,1999:26).

Bahasa merupakan jelmaan dari kebudayaan manusia. Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu didalamnya sehingga segala sesuatu itu sudah termasuk dalam lapangan pengalaman manusia. Bahasa adalah perantara yang nyata bagi hubungan manusia. Tradisi dan kebudayaan manusia diungkap dalam bahasa, baik yang terukir pada batu prasasti maupun yang ditulis dalam daun lontar (Sumaryono, 1999:28).


(52)

Dalam perspektif hermeneutik, bahasa dilihat sebagai pusat gravitasi. Hermeneutika menawarkan suatu cara lain untuk melihat hakikat bahasa, yaitu bahasa dilihat sebagai cara kita memahami kenyataan dan cara kenyataan tampil pada kita. Dalam hal inilah bahasa memiliki fungsi esensialnya yakni fungsi transformatika. Karena melalui bahasa kita mentranformasikan dunia dan melalui bahasa pula dunia mentranformasikan kita.

2.1.9.2 Hermeneutika Jurgen Habermas

Menurut Jurgen Habermas pemahaman hermeneutik pada dasarnya membutuhkan dialog, sebab proses memahami adalah proses kerja sama dimana pesertanya saling menggabungkan diri satu dengan yang lainnya secara serentak dalam dunia kehidupan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu dunia objektif, dunia sosial, dan dunia subjektif. Dunia objektif adalah totalitas semua entitas atau kebenaran yang memungkinkan terbentuknya pernyataan-pernyataan yang benar. Dunia sosial adalah totalitas semua hubungan interpersonal atau antarpribadi yang dianggap sah dan teratur. Dunia subjektif adalah totalitas pengalaman subjek pembicara.

Jurgen Habermas merupakan tokoh hermeneutika kritis yang menyebutkan bahwa pemahaman didahului oleh kepentingan. Yang menentukan horizon pemahaman adalah kepentingan sosial yang melibatkan kepentingan kekuasaan interpreter. Setiap bentuk penafsiran dipastikan ada bias dan unsur kepentingan politik, ekonomi, sosial, suku, dan gender. Hermeneutika bertujuan untuk memahami proses pemahaman. Pemahaman adalah suatu kegiatan pengalaman dan pnegertian teoritis yang berpadu menjadi satu. Tidak mungkin dapat


(53)

memahami sepenuhnya makna sesuatu fakta karena selalu ada juga fakta yang tidak dapat diinterpretasikan. Bahasa adalah unsur fundamental dalam hermeneutika karena analisis suatu fakta dilakukan melalui hubungan simbol-simbol dan simbol-simbol-simbol-simbol tersebut sebagai simbol-simbol dari fakta.

Habermas membedakan antara penjelasan dan pemahaman. Ia juga memperingatkan kita bahwa kita tidak dapat memahami sepenuhnya makna sesuatu fakta karena ada juga fakta yang tidak diinterpretasi. Bahkan kita tidak dapat menginterpretasi fakta secara tuntas. Habermas menyatakan bahwa akan selalu ada makna yang bersifat lebih yang tidak dapat dijangkau oleh interpretasi yaitu yang terdapat didalam hal-hal yang bersifat „tidak teranalisiskan‟,dan „tidak

dapat dijabarkan‟ bahkan diluar pikiran kita. Semua hal tersebut mengalir secara

terus menerus didalam hidup kita. (Sumaryono, 1999: 90).

Meskipun Habermas tidak pernah membicarakan secara utuh mengenai hermeneutika tapi jika diartikan, hermeneutika adalah cara atau seni dalam memahami simbol-simbol linguistik maupun non-linguistik. Mengacu pada hal itulah Habermas memiliki gagasan yang unik mengenai hermeneutika, yakni bagaimana cara dia memahami. Karena Habermas membawa karakter yang khas dari aliran Frankfurt yakni kritis, sehingga hermeneutika Habermas dikatakan sebagai hermeneutika kritis. Ciri khas dari hermeneutika kritis yang berdiri dalam tradisi besar pemikiran adalah selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata.

Bagi Habermas, tradisi yang hendak diajak berdialog mengandung ideologi yang perlu dikritisi. Refleksi kritis harus mempertanyakan keabsahan


(54)

tradisi, dan menyibak otoritas gramatika bahasa yang dimutlakkan sebagai suatu undang-undang untuk menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengannya. Dengan kata lain, tugas hermenutika secara kritis berusaha membongkar distorsi-distorsi yang melandasi tradisi. Dapat dikatakan juga bahwa rumusan hermeneutika Habermas adalah melacak makna yang terdistorsi secara ideologis dalam tradisi tertentu.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam usaha pembongkaran distorsi pemaknaan ini, Habermas menerangkan dalam hermeneutika, bahasa (linguistik), tindakan dan pengalaman tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bahasa dan pengalaman masuk dalam struktur dialektika dengan tindakan. Dalam bukunya yang berjudul The Theory of Communicative Action, Habermas membagi tindakan menjadi empat macam yaitu tindakan teleologis, normatif, dramaturgik, dan komunikatif. (Sumaryono, 1999:94-95).

Dalam tindakan teleologis, yaitu dalam tindakan ini, aktor mempertahankan tujuan yang khusus dan untuk mencapainya dibutuhkan sarana yang tepat dan sesuai, yaitu keputusan. Untuk membina tindakan ini diperlukan model strategi dengan maksud untuk memperhitungkan keberhasilan tindakan aktor dan antisipasi dari keputusan yang menjadi bagian yang ditambahkan pada tujuan yang hendak dicapai. Jadi, pokok dari konsep ini adalah keputusan.

Dalam tindakan normatif, yaitu tindakan yang terutama tidak diarahkan pada tingkah laku aktor soliter (sendirian), melainkan diarahkan pada anggota-anggota kelompok sosial. Sebab kita semua atau anggota-anggota kelompok sosial pada umumnya memiliki kecenderungan pada nilai-nilai yang berlaku umum sehingga


(55)

kita mengukur tindakan kita atas dasar norma kelompok. Jadi, pokok dari konsep ini adalah pemenuhan terhadap norma.

Dalam tindakan dramaturgik, yang penting bukan perseorangan ataupun anggota-anggota kelompok, melainkan peserta yang bertindak yang ditujukan kepada masyarakat umum atau pendengarnya. Aktor mencoba untuk menampilkan diri dalam image atau gambaran penampilan dirinya itu. Jadi, pokok dari konsep ini adalah penampilan diri di hadapan publik atau masyarakat.

Dalam tindakan komunikatif, tindakan menunjuk kepada interaksi, sekurang-kurangnya dua orang yang memiliki kemampuan berbicara atau bertindak serta dapat membentuk hubungan antarpribadi baik secara verbal maupun secara nonverbal. Di sini aktor mencapai pemahaman terhadap situasi tindakan serta rencana-rencana tindakannya sendiri termasuk juga tindakan terbaik atas dasar persetujuan. Pokok dari konsep ini adalah interpretasi, dalam interpretasi, bahasa mendapatkan tempat yang utama. Untuk mencapai pemahaman dengan perantaraan bahasa diperlukan pengarahan, yaitu semacam mekanisme tindakan yang terkoordinasikan. Sehingga kita dapat mengkoordinir diri kita ke arah tujuan tertentu.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul ditinjaun dari hermeneutika Jurgen Habermas. Seperti yang telah dijelaskan di latar belakang masalah titik konsentrasi penelitian


(56)

ini adalah makna diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul karangan Kyai Kalamwadi yang diterjemahkan oleh Damar Shashangka. Penelitian ini menggunakan teori kritis yang mengandung paradigma kritis yaitu teori sosial yang mempunyai maksud dan implikasi praktis serta berpengaruh terhadap perubahan sosial. Paradigma ini tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem yang dominan, yaitu sitem sosial kapitalisme, tetapi suatu paradigma utnuk mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil.

Meskipun terdapat beberapa variasi teori sosial kritis seperti feminisme, cultural studie dan posmodemisme. Tetapi aliran ini tidak mau dikategorikan pada golongan kritis, melainkan kesemuanya aliran tersebut memiliki tiga asumsi dasar yang sama, yakni:

1. Semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial interpretif. Ilmuan kritis harus memahami pengalaman manusia dalam konteksnya. Secara khusus paradigma kritis bertujuan untuk menginterpretasikan dan kemudian memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas.

2. Paradigma kritis mengkaji kondisi-kondisi sosial sebagai usaha untuk mengungkap struktur-struktur yang sering kali tersembunyi. Umumnya teori-teori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami bagaiman sesorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk mengubah kekuatan penindas. 3. Paradigma kritis secara sadar berupaya untuk menggabungkan teori


(57)

filsafat kritis ini. Menurut Habermas dalam buku Kritik Ideologi karangan F. Hardiman, 2004: 94-94. Praxis adalah suatu konsep sentral pada teori yang mencari pertautan dengan kehidupan sosial karenan pemahaman tentang praxis menentukan bagaiman suatu teori dengan maksud praktis dilaksanakan.

Paradigma kritis pada dasarnya membenahi pandangan yang umum berlaku saat ini dan paradigma kritis sangat berperan untuk menyadarkan kita akan gejala-gelaja sosial yang ada dan diperlukan perenungan akan moralitas ilmu serta penelitian sosial. Teori dan penelitian ilmu komunikasi sangat berpengaruh terhadap praktik perubahan sosial, Sehingga paradigma ilmu dan penelitian komunikasi merupakan faktor penting dalam menentukan arah perubahan sosial ke depannya.

2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Pada penelitian ini peneliti akan menyajikan bagaimana makna diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul karangan Kyai Kalamwadi yang diterjemahkan oleh Damar Shashangka. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode hermeneutika, peneliti akan membahas makna diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul. Untuk itu, peneliti akan menggunakan metode hermeneutika dari Jurgen Habermas. Dengan pemikiran hermeneutika Habermas, peneliti mengaplikasikan kerangka pemikiran konseptual pada penelitian sebagai berikut: Dalam interpretasi bahasa khususnya bahasa tertulis atau teks dibutuhkan pemahaman dan penafsiran dari pembaca.


(58)

Hal ini disebabkan suatu objek dalam hal ini adalah teks sejarah yaitu buku Darmagandhul sebagai sebuah objek yang diteliti. Suatu teks hanya akan memiliki arti jika pembaca dalam hal ini seorang penafsir yang memberikan arti atau makna pada objek tersebut. Bagi Habermas (dalam Sumaryono, 1990:93), interpretasi tergantung pada hubungan timbal balik antara pemahaman atas bagian-bagian yang merupakan keseluruhan yang terdiri dari campuran macam-macam hal yang telah diketahui sebelumnya dan menjadi koreksi terhadap apa saja yang di kemudian hari dirasakan tidak sesuai lagi. Pemahaman dan interpretasi dapat menimbulkan lingkaran hermeneutik. Proses pemahaman sebenarnya merupakan intepretasi itu sendiri.

Interpretasi menurut Habermas tidak bisa lepas dari tiga kelas, yakni bahasa (linguistik), tindakan dan pengalaman. Bahasa dan pengalaman dalam logika Habermas, harus masuk ke dalam tindakan. Oleh karena itu, bila hendak melakukan interpretasi makna dari sebuah teks dengan benar, maka sebagai peneliti harus mengupayakan pemahaman antara bahasa, pengalaman dan tindakan serta hermeneutika kritis Jurgen Habermas berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata.

Di dalam buku Darmagandhul, peneliti membagi menjadi tiga bagian yakni: kontroversi, konsepsi, dan cara penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Kontroversi disini memiliki arti sesuatu hal yang belum tentu benar terjadi dan masih diperdebatankan kebenarannya, serta konsepsi disini untuk mengetahui bagaimana rancangan yang ada di buku Darmagandhul sehingga mendiskriminasikan agama dan cara penyebaran agama Islam di tanah Jawa disini


(59)

untuk mengetahui bagaimana saat penyebaran agama Islam di tanah Jawa yang dilakukan oleh para sunan atau wali songo. Dari paparan di atas dapat digambarkan suatu bagan guna mempermudah pemahaman kerangka pemikiran dalam penulisan ini, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penulisan

Darmagandhul

Bahasa Tindakan Pengalaman

Hermeneutika Jurgen Habermas


(60)

39

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana makna diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul, berikut ini pupuh yang menjadi objek penelitian:

Pupuh 9

Misteri Kehancuran Majapahit

Cerita kehancuran Majapahit sesungguhnya penuh dengan perlambang. Sungguh tidak masuk akal manakala negara sebesar itu, yang jajahannya begitu luas, hancur disebabkan oleh kekuatan mukjijat para wali. Perlambangan tersebut dibuat juga disebabkan para pujangga malu untuk bercerita tentang permusuhan antara anak melawan ayahnya sendiri. Beberapa perlambang kehancuran Majapahit yang dibuat oleh para bijak adalah sebagai berikut :

1. Dikarenakan kekeramatan para wali, ketika keris milik Sunan Giri dihunus, keluarlah keluarlah berjuta-juta tawon yang menyengat prajurit Majapahit sehingga mereka kalah.

2. Manakala Badhong (hiasan dada) Sunan Cirebon (Sunan Gunungjati) dikibaskan, beribu-ribu tikus akan keluar dan memakan perbekalan serta makanan kuda prajurit Majapahit. Kuda-kuda pun segera bubar karena melihat begitu banyaknya tikus.


(61)

3. Jika peti yang dibawa dari Palembang dibuka di tengah pertempuran, para demit akan keluar. Prajurit Majapahit geger dan tewas karena diteluh oleh para demit itu.

4. Konon Prabu Brawijaya meninggal secara mekrad (Wafat tanpa meninggalkan jasad di Gunung Lawu)

Kiai Kalamwadi selanjutnya menjelaskan beberpa perlambangan tersebut Darmagandhul seperti berikut ini:

“Itu semua perlambangan belaka. Sesungguhnya kisah kejatuhan

Majapahit adalah seperti yang sudah aku paparkan diatas. Nagara Majapahit bukanlah remeh-temeh, yang mudah dihancurkan dan dirusak. Tidaklah mungkin hancur hanya karena dikeroyok sepasukan tikus. Yang masuk akal adalah, tawon bisa bubar manakala kayu-kayu tempat bersarang dirusak oleh manusia. Para demit bisa pula bubar manakala hutan-hutan dijarah oleh manusia. Akan tetapi jika Majapahit bisa rusak hanya karena tawon, tikus dan demit, siapa yang bisa percaya? Yang mempercayainya hanya manusia yang pendek nalarnya, sebab cerita yang sedemikian itu tidaklah masuk diakal, tidak sesuai dengan nalar manusia. Semua cerita itu hanya perlambangan belaka. Jika diceritakan apa adanya, rahasia kehancuran Majapahit akan terbuka. Tetapi, sedikit dari perlambang-perlambang itu akan aku jelaskan disini.

“Binatang yang bernama tikus itu berkelakuan suka memakan segalanya.

Jika dibiarkan, lama-kelamaan mereka akan menjadi-jadi. Maksudnya, para pada zaman dahulu, awalnya para ulama datang meminta perlindungan kepada Raja Majapahit. Tetapi, ketika mereka sudah diberi perlindungan, balasan yang


(62)

diberikan malah pengrusakan. Sedangkan tawon adalah binatang yang membawa madu yang manis, senjatanya di pantat, rumahnya di lubang pohon atau tempat bercelah yang tinggi. Maksudnya, pertama kali datang, ucapan mereka sangat manis, tetapi ujung-ujungnya mereka menyengat dari belakang. Rumahnya tawon nama tala, bisa diartikan mentala (tega) merusak Majapahit. Siapa pun yang mendengar hal ini, past akan keheranan.

“Sedangkan demit yang berada di dalam peti yang dibawa dari Palembang di mana setelah petinya dibuka menimbulkan bunyi menggelegar, maksudnya adalah, Palembang bisa diartika mlembang (goyah), orang-orangnya gampang berpindah agama. Peti sendiri berarti tempat yang tertutup untuk menutupi benda yang samar. Demit pun berarti samar, rahasia, tersembunyi. Demit juga cenderung suka meneluh. Maksudnya, kehancuran Majapahit disebabkan karena diteluh secra rapi dan tersembunyi. Saat hendak melakukan penyerangan, tidak tersiar berita apa pun sebelumnya. Mereka berpura-pura hendak mengadakan perayaan Grebeg Mulud. Kedatangannya sangat mengejutkan. Prajurit Majapahit tidak melakukan persiapan sama sekali, dan tahu-tahu Adipati Terung telah membantu Adipati Demak.

“Tidak ada kerajaan besar semacam Majapahit yang hancur hanya karena disengat tawon dan diserang tikus, apalag prajurit yang bubar hanya karena diteluh oleh demit semata. Kehancuran Majapahit menimbulkan suara menggelegar hingga terdengar sampai kemana. Yang terdengar ke mana-mana adalah kehancuran Majapahit dijebol oleh putra sang Prabu sendiri, dibantu


(63)

Kiai Kalamwadi melanjutkan penjelasannya:

“Menurut guruku, Raden Budi Sukardi, sebelum Majapahit runtuh, burung

bangau tidak ada yang berbulu kuncir di kepalanya. Manakala negara sudah berpindah ke Demak, keadaan berubah. Muncul burung bangau dengan bulu kepala berkuncir.

“Ini adalah sindiran dari Sang Mahagaib bagi Prabu Brawijaya, kebo kombang atine entek dimangsa tuma kinjir (kerbau kumbang hatinya habis dimakan kutu-kutu celeng). Kerbau melambangkan raja yang kaya raya, kumbang melambangkan suaran yang hanya bisa berdengung saja, Prabu Brawijaya, yang menyaksikan kehancuran Majapahit dengan hati yang habis dan terkikis, hanya bisa menggeram, tak mampu berbuat apa-apa, tanpa melakukan perlawanan. Sedangkan kutu kinjir berarti kutu celeng, tuma berartin tuman (keterlaluan), celeng berartin yang berada di bawah. Perlambangan itu bermakna: ketika Raden Patah datang pertama kali ke Majapahit, ia menghaturkan sembah bakti kepada ayahnya. Ia lantas diberikan kedudukan karena telah mendapatkan hati dari Sang Prtabu. Akan tetapi, pada akhirnya ia mengobarkan peperangan demi merebut takhta, tidak menimbang salah dan benar, yang membuat habis hati Sang Prabu.

“Sedangkan burung bangau yang berkuncir adalah sindiran bagi Sultan

Demak yang telah menyia-nyiakan ayahnya sendiri, karena beliau beragama Buda totok kafir kufur. Oleh karenanya, Gusti Allah menyindi dengan munculnya burung bangau dengan bulu kepala berkuncir. Sindiran itu bermakna: Lihatlah leher belakangmu sendiri! ibumu sendiri berasal dari Cina, tidak sepatutnya berlaku sia-sia kepada orang lain bangsa. Prabhu Jimbun memiliki benih dari tiga


(64)

orang, yang pertama benih Jawa, tak lain adalah benih dari Prabu Brawijaya, oleh karenanya, Prabu Jimbun mempunyai kecenderungan ingin menjadi raja yang berkuasa. Kecenderung pada kekayaan karena ia mempunyai benih dari Cina. Sedangkan kecenderunganya kepada keberanian yang tanpa perasaan karena ia mempunyai benih dari Arya Damar, yang mempunyai ibu seorang raksasa yang suka menghisap darah, yang perilakunya suka menyakiti. Oleh karenanya, kemunculan burung bangau berkuncir tersebut adalah kehendak Allah. Bukan hanya Sultan Demak saja yang disindir agar menyadari kesalahannya. Seluruh wali yang lain juga disindir agar menyadari kesalahannya. Jika tidak juga segera menyadari kesalahan yang telah diperbuat, mereka akan menangung dosa lahir-batin. Oleh karenanya, sebutan wali bagi orang Jawa juga bisa diartikan walikan (berbalik), diberi kebaikan malam membalas dengan kejahatan.

“Sedangkan banyaknya orang Cina datang ke Jawa karena dahulu orang -orang bijak di Jawa belum begitu banyak pengetahuannya, setelah meninggal dunia, suksma mereka banyak yang terbawa angin dan lahir kembali di tanah Cina. Mereka lantas rindu untuk pulang kembali ke tanah Jawa. Dengan demikian, orang-orang Cina yang datang ke Jawa sesungguhnya adalah orang-orang yang

dulunya juga pernah hidup di Jawa.”

3.1.1 Buku Darmagandhul

Buku Darmagandhul ini menceritakan tentang sejarah yang disembunyikan dari generasi ke generasi tentang hancurnya Majapahit yang masih misterius hingga sampai saat ini.


(65)

3.1.2 Sinopsis Buku

Buku Darmagandhul ini menceritakan tentang misteri kehancuran tanah Jawa dan Majapahit yang dilakukan oleh Demak. Di dalam buku ini banyak mengandung diskriminasi agama yang menyudutkan atau menjelekkan beberapa agama yang ada di Indonesia.

Buku ini pertama kali muncul berupa naskah kuno pada tahun 1900 dan untuk pertama kali diterbitkan berupa tembang oleh Redaksi Almanak H. Bunning, pada tahun 1920 di Yogyakarta. Kemudian, diterbitkan versi prosa oleh T.B. Sadu Budi, pada tahun 1959 di Solo dan semuanya merunjuk pada sumber induk yang disimpan oleh seorang bangsawan Surakarta bernama K.R.T. Tandhanagara.

Naskah-naskah ini sempat dilarang terbit pada era 50-an dan tahun 1980-an, tetapi beberapa waktu kemudian naskah ini beredar lagi sehingga Badan Koordinasi Pengawas Kepercayaan Masyarakat segera mengadakan razia dari rumah ke rumah. Pada era reformasi, naskah Daramagandhul kembali muncul yang salah satunya merupakan terjemahan Damar Shashangka. Buku ini terdiri dari Darmagandhul Prosa yang mulai dari Pupuh 1 sampai Pupuh 10 serta Darmagandhul Tembang yang dimulai Pupuh 1 sampai Pupuh 18, secara kesulurannya pada buku Darmagandhul terdapat 457 halaman.


(66)

Gambar 2.2

Sumber: Peneliti 2014

3.1.3 Profil Damar Shashangka

Damar Shashangka lahir di kota Malang Jawa Timur pada tanggal 8 April 1980. Dia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah pertama di kota Malang dan menengah atas di Lumajang pada rentang tahun 1986 hingga 1998. Kelahirannya di lingkungan keluarga yang berbau mistik kejawen membuatnya sangat tertarik pada mistisisme klenik dan spiritualitas semenjak kecil. Berbagai orang aneh sering kali mengisi hari-harinya. Kegiatan mistik dan klenik adalah asupan sehari-harinya semenjak kecil. Dari perdukunan “tipu-tipu” hingga mistisisme tulen, semuanya sudah pernah ditemuinya.

Ia memperlajari sastra Jawa secara autodidak karena kedahagaannya akan hal-hal mistik dan terbenturlah ia dengan naskah-naskah kuno Jawa. Mungkin karena ketertarikan yang luar biasa, dirinya bisa memahami naskah-naskah yang menurut sejumlah kalangan dianggap tabu serta sulit dipahami oleh orang seusianya. Ketertarikannya pada dunia mistik itu pula yang membuat dirinya enggan meneruskan studinya ke jenjang perkuliahan selepas SMA.


(67)

Ia menyukai hal yang informal, segala hal yang formal tidaklah menyamankannya. Mulai dari Bali hingga ujung barat Pulau Jawa pernah dijejakinya, sekedar untuuk memuaskan dahaganya pada hal-hal gaib. Tulis menulis adalah kegemarannya yang lain, sehingga selain mengelola usaha persewaan DVD atau VCD dan Play Station yang sering dipercayakan kepada pegawainya karena kegemarannya berkeliling ke tempat-tempat aneh, pada tahun 2006-2007 ia sempat menjadi wartawan Delta Post di Sidoarjo.

Ia mencintai tanaman herbal, kini ia mengelola tanaman herbal sebagai pekerjaan sehari-hari, selain meneruskan kuliah kependidikan guru. Di usianya yang masih muda, kegemaraannya kepada klenik sudah mulai surut, namun ketertarikannya pada spiritualitas semakin menjadi-jadi, karya tulis yang fenomenal adalah Sabda Palon (kisah Nusantara yang Disembunyikan), sebuah novel sejarah tentang misteri kehancuran Majapahit dan berkuasanya Islam di tanah Jawa. Dalam waktu singkat, novel itu telah menangguk banyak pujian dari berbagai kalangan, menjadi bestseller dimana-mana, dan merupakan referensi utama seharah tentang Jawa dan Nusantara.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu alat bedah yang dipergunakan dalam penelitian untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang menjadi objek peneliti. Serta pemilihan metode yang akan digunakan harus mencerminkan relevansi paradigma teori hingga kepada metode yang digunakan dalam penelitian


(1)

dan tindakan yang kemudian memunculkan diskriminasi agama, adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (dokumentasi, penelusuran data komplementer atau penelusuran data internet), studi lapangan (wawancara mendalam), dan internet searching. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dimana teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, informan berjumlah 2 orang yaitu: guru sejarah dan tokoh budayawan. Teknik analisis data dilakukan dengan menganalisis, reduksi hasil wawancara. Uji keabsahan data dilakukan dengan bahan referensi dan meningkatkan ketekunan atau keajegan pengamatan

3. PEMBAHASAN

Sesuai dengan judul yang digunakan pada penelitian ini, peneliti akan membahas menurut analisis hermeneutika Jurgen Habermas tentang diskriminasi agama pada pupuh 9 dalam buku Darmagandhul. Buku Darmagandhul tersebut, terdapat makna diskriminasi agama. Berdasarkan kerangka teori hermeneutika Jurgen Habermas terdapat tiga bahasan yang paling utama yaitu, bahasa, tindakan, dan pengalaman. Ketiga hal ini harus diidentifikasi kemudian dianalisis serta bagaimana kaitan diskriminasi agama yang ada di buku Darmagandhul, disinilah peneliti akan menguraikan dan membahasnya.

Peneliti pertama kali diperkenalkan serat Damagandhul oleh orang tua dari peneliti sendiri yaitu ayah kandung peneliti sekitar tahun 2012, menurut beliau Darmagandhul adalah sebuah aliran kepercayaan yang dianut sekelompok orang yang memadukan ideologi-ideologinya menjadi satu dan terciptakan sebuah aliran sehingga muncul serat Darmagandhul, rasa penasaran yang tinggi membuat peneliti penasaran dengan isi serat Darmagandhul dan ketika itu peneliti menemukan buku Darmagandhul yang sudah diterjemahkan oleh Damar Shashangka kedalam bahasa Indonesia, setalah dibaca secara keseluruhan isi buku tersebut lebih mendiskriminasikan agama Islam dan para ulama ketika penyebaran agama Islam di Tanah Jawa.


(2)

Sesuai dengan sejarah ketika itu Majapahit mengalami polemik perebuatan kekuasan di dalam Majapahit untuk menjadi penguasa atas tanah Jawa, rasa penasaran ini yang menjadikan saya sebagai peneliti mencoba menafsirkan kandungan yang terdapat buku Darmagandhul yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Damar Shashangka.

Bahasa yang digunakan dalam buku Darmagandhul khususnya pada pupuh 9 banyak menggunakan simbol-simbol atau perlambangan-perlambangan untuk mendiskriminasikan agama Islam dan para ulama ketika melakukan penyebaran agama Islam di Tanah Jawa, perlambangan tersebut seperti tawon (lebah), tikus, dan demit (hantu). Simbol-simbol tersebut di propagandakan sebagai bentuk sindiran kepada para ulama ketika melakukan penyebaran agama Islam di tanah Jawa dan setiap bahasa yang muncul mengandung suatu ideologi demi kepentingan penulis pertama, penulis pertama memiliki pemahaman jika para ulama harus bertanggung jawab atas kehancuran Majapahit dan mendiskriminasikan para ulama.

Perilaku para ulama dalam pupuh 9 dianggapnya negatif dan penuh kekerasan serta ambisi-ambisi pengislaman tanah Jawa, sedangkan penerjemah serat Darmagandhul selain menerjemahkan ke bahasa Indonesia, dia juga memberikan gambaran atau solusi untuk memecahkan makna yang terkandung di serat Darmagandhul agar tidak menuai konflik yang tak berkesudahan.

Penyebaran agama Islam di pupuh 9 penuh dengan sindiran-sindiran kepada para sunan atau wali yang mengatakan pertama kali mereka datang, ucapan mereka sangat manis kemudian mereka menyerang Majapahit dari belakang. Perlambangan bangau berkuncir memiliki arti yang menyindir Raden Patah agar menyadari kesalahannya serta seluruh wali atau sunan agar menyadari perbuatan yang telah mereka lakukan. Jika tidak menyadari kesalahan yang telah diperbuat, mereka akan menanggung dosa lahir batin. Oleh karenanya, sebutan wali bagi orang Jawa juga bisa diartikan walikan (berbalik) karena diberi kebaikan tetapi membalasnya dengan kejahatan. (Damar Shashangka, 2012: 114)

Dari penjelasan pupuh 9 ini sangat bertentangan karena data para wali atau sunan saat melakukan penyebaran agama Islam tidak sedemikian rupa dan


(3)

melakukannya dengan tindakan yang sangat baik sehingga bisa menarik masyarakat Jawa untuk memeluk agama Islam, terbukti dengan karya dari Sunan Kali Jaga yang mampu beradaptasi dan tidak mau meninggalkan budaya serta adat istiadat Jawa, Sunan Kali Jaga membuat wayang dan tembang lir-ilir yang mengandung unsur-unsur Islam, bahkan pakai yang dikenakan oleh Sunan Kali Jaga merupakan pakaian adat Jawa, semua itu dilakukan karena Sunan Kali Jaga tidak mau meninggalkan kebudayaan Jawa yang sudah ada dari turun-temurun.

Serat atau buku Darmagandhul tidak bisa dijadikan sebagai acuan sejarah kehancuran Majapahit karena di dalam buku Darmagandhul banyak terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penulis pertama kali, kesalahan yang menyebutkan Nabi Daud berasal dari Mesir dan perlambangan-perlambangan disalah artikan oleh penulis pertama, jika serat Darmagandhul mengisahkan kebenaran kenapa harus ada pembumi hangusan dari muka bumi ini, semua itu dilakukan karena isi serat Darmagandhul tidak sesuai dengan apa yang terjadi dan penuh unsur diskriminasi agama Islam.

4. KESIMPULAN

A. Diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul ditinjau dari refleksi bahasa, di dalam buku Darmagandhul khususnya pupuh 9 banyak mengunakan pelambangan jika ditinjau dari bahasa yang dipergunakan, perlambangan tersebut memiliki makna untuk mendiskriminasikan agama Islam dilihat dari penyebaran agama Islam ketika para sunan melakukan penyabaran agama di Tanah Jawa.

B. Diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul ditinjau dari refleksi tindakan, tindakan penulis pertama dan penerjemah serat Darmagandhul mengalami benturan karena penulis pertama lebih mendiskriminasikan agama Islam dan penerjemah selain menerjemahkan serat Darmagandhul ke bahasa Indonesia juga memberikan penjelasan tentang makna yang terkandung dalam serat Darmagandhul agar tidak menuai konflik berkepanjangan.


(4)

C. Diskriminasi agama dalam buku Darmagandhul ditinjau dari refleksi pengalaman, pengalaman ketika para sunan melakukan penyebaran agama Islam di Tanah Jawa sangat di diskriminasikan, penulis pertama mempropagandakan jika penyebaran agama Islam menjadi titik awal kehancuran Majapahit.


(5)

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Agristha, Agus, 2012. Melawan Vonis Mati. Semarang: Dahara Prize

Ardianto, Elvinaro, dan, Q-Anees, Bambang. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Bungin, M Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Effendy. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Effendy. 2009. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS (Center For Academic Publishing Servis)

Fiske, Jhon. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers

Ghony, Djunaidi, M, dkk. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR Ruzz Media

Hardiman, Budi, F. 2009. Kritik Ideologi. Yogyakarta: Kanisius

Meleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyono, Edi. 2002. Belajar Hermeneutika, Dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies. Yogyakarta: IRCiSoD

Palmer. 2003. Hermeneutika, Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Poespoprodjo, W. 2004. Hermeneutika. Bandung: CV Pustaka Setia

Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hemeneutika, Antara Intensionalisme dan Gadamerian. Jakarta: AR-Ruzz Media

Ricoeur, Paul. 2006. Hermeneutika Ilmu Sosial. Bantul, Yogyakarta: Kreasi Wacana


(6)

Shashangka, Damar. 2012. Darmagandhul, Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-ajaran Rahasia. Jakarta: Dolphin

Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Soehino. 2013. HAM, Perkembangan Pengaturan dan Pelaksanaan HAM di Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Internet Shearching:

http://bintangbinfa.wordpress.com/2013/12/13/sejarah-awal-agama-islam-masuk ke-tanah-jawa/ (diakses tanggal 21 Februari 2014, 15:57)

http://cibengnews.blogspot.com/2012/11/paradigma-kritis-dan-marxisme.html (diakses tanggal 19 Februari 2014, 00:30)

http://glosarium.org/arti/?k=diskriminasi (diakses tanggal 18 Februari 2014, 00:47)

Skripsi:

Abdullah, 2009. Analisis Hermeneutika Teks Pidato Bung Karno 17 Agustus Tahun (1945-1950) Persepktif Psikologi Persuasi. Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Malang

Andanasari, Sarah. 2012. Interpretasi puisi “AKU” karya Chairil anwar (studi kualitatif dengan pendekatan hermeneutika mengenai Interpretasi puisi “aku” karya chairil anwar dalam Buku aku ini binatang jalang). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Unversitas Komputer Indonesia

Mustikawati, Citra. 2012. Emansipasi Wanita Dalam Pemikiran R.A. Kartini (Studi Hermeneutika Makna Emansipasi Wanita dalamBuku Habis Gelap Terbitlah Terang). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Unversitas Komputer Indonesia